Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Pemulihan dampak bencana gempa, likuifaksi, dan tsunami di Sulawesi Tengah yang terjadi pada tanggal
28 September 2018 telah ditangani sejak awal tahun 2019 melalui program tanggap darurat kegiatan
NSUP-CERC yang dibiayai oleh Bank Dunia, kegiatan ini telah selesai pada tanggal 31 Maret 2022.
Tahap selanjutnya adalah program rehabilitasi dan rekonstruksi melalui kegiatan CSRRP. Kegiatan
CSRRP memiliki 3 (tiga) komponen yaitu 1) pembangunan hunian tetap dan infrastruktur permukiman
dasar, 2) pembangunan fasilitas publik, serta 3) penguatan implementasi. Dalam melaksanakan kegiatan
ini, salah satu program pemulihan dampa k bencana adalah kegiuatan Infrastruktur Skala Lingkungan
(ISL) yang dilaksanakan dengan melibatkan partisipasi masyarakat (pemberdayaan masyarakat). Untuk
melancarkan kegiatan ISL CSRRP dilapangan telah disusun Pedoman Umum kegiatan ISL CSRRP yang
selanjutnya perlu dijabarkan dalam petunjuk pelaksanaan. Petunjuk Pelaksanaan ISL CSRRP ini adalah
salah satu penjabaran dari Pedoman Umum ISL CSRRP ditujukan untuk mendapatkan hasil pelaksanaan
sesuai dengan ketentuan dan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan Biaya, Mutu, Waktu dan
Tertib Administrasi di setiap kelurahan/desa lokasi kegiatan ISL CSRRP di Kota Palu, Kabupaten Sigi
dan Kabupaten Donggala.

Palu, Desember 2022

Penyusun

i | Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur Skala Lingkungan CSRRP


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................ i


DAFTAR ISI ............................................................................................................................................. ii
BAB 1. PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................................... 1
1.2 Maksud dan Tujuan ................................................................................................................. 2
1.3 Ruang Lingkup ......................................................................................................................... 2
1.4 Istilah/Singkatan....................................................................................................................... 3
1.5 Dokumen Referensi ................................................................................................................. 5
BAB 2. GAMBARAN UMUM ............................................................................................................... 8
2.1 Perjanjian Kerjasama/PKS ....................................................................................................... 8
2.2 Pencairan dana ........................................................................................................................ 8
2.3 Penguatan KSM ....................................................................................................................... 9
2.4 Penyusunan Rencana Kerja KSM/KPP...................................................................................10
2.5 Perjanjian Kerjasama OMS dan KSM (SPPD ISL) ..................................................................11
2.6 Pengadaan Barang dan Jasa Berbasis Masyarakat ...............................................................12
2.7 Musyawarah Persiapan Pelaksanaan Kegiatan (MP2K ) ........................................................13
2.8 Pelaksanaan Pembangunan / Konstruksi ...............................................................................14
2.9 Penilaian Kelayakan Hasil Pekerjaan .....................................................................................18
2.10 Rembug Warga 3 ....................................................................................................................18
2.11 Serah Terima Pekerjaan .........................................................................................................19
2.12 Penyusunan Dokumen dan Bimtek O&P ................................................................................19
TIM PENYUSUN .....................................................................................................................................21

ii | Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur Skala Lingkungan CSRRP


BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi oleh Kementerian PUPR didukung Bank Dunia melalui Central
Sulawesi Rehabilitation and Reconstruction Project (CSRRP). Dukungan tersebut diberikan dalam dua
kategori, yaitu: i) pinjaman (loan) yang difokuskan untuk rehabilitasi dan rekonstruksi huntap kawasan
dan huntap satelit beserta infrastruktur permukiman, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, dan fasilitas
publik; serta ii) hibah (grant), yang difokuskan untuk Infrastruktur Skala Lingkungan di Sulawesi Tengah.

Salah satu upaya memulihkan kembali infrastruktur dengan memperbaiki dan meningkatkan kualitas
layanan infrastruktur melalui kegiatan ISL CSRRP. Kegiatan ini bertujuan untuk mewujudkan layanan
infrastruktur permukiman yang inklusif, aman, berketahanan dan berkelanjutan sebagai perwujudan
hunian layak huni di luar zona rawan bencana, khususnya di kelurahan yang menjadi lokasi huntap
relokasi (kawasan, satelit, dan mandiri) dengan infrastruktur yang mengalami penurunan kualitas layanan
atau memerlukan peningkatan kualitas layanan. Implementasi ISL CSRRP akan melengkapi KPI
Komponen 1 yaitu “Penyediaan huntap dan infrastruktur permukiman yang berketahanan, aman di lokasi
sasaran.” Pelaksanaan kegiatan mempertimbangkan kondisi sosial, budaya, lingkungan, dan berbasis
pengurangan risiko bencana. Penguatan kapasitas dan kemampuan masyarakat dalam menata kembali
infrastruktur permukiman berbasis komunitas dilakukan untuk mendorong partisipasi masyarakat secara
aktif dalam kegiatan ISL CSRRP. Proses pelaksanaan ISL CSRRP akan melibatkan masyarakat untuk
berpartisipasi aktif sejak proses perencanaan, pelaksanaan konstruksi, pemantauan dan evaluasi, hingga
operasional dan perawatan infrastruktur. Kompleksitas pelaksanaan dan pemantauan kegiatan, serta
banyaknya pemangku kepentingan hingga tataran masyarakat yang terlibat dapat berimplikasi pada
implementasi kegiatan. ISL dilaksanakan dengan pola pemberdayaan masyarakat dimana seluruh
kegiatan mulai tahapan persiapan, perencanaan, pelaksanaan sampai pada pengelolaan dilaksanakan
oleh masyarakat oleh karena itu diperlukan partisipasi seluruh lapisan masyarakat untuk mewujudkan
infrastruktur yang sesuai dengan kebutuhan dan dapat bermanfaat secara maksimal.

Pengembangan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan infrastruktur


masyarakat diperlukan organisasi sosial yang dibangun dengan semangat yang mencerminkan
representasi warga. Organisasi yang berciri swadaya dan sosial ini dibangun dan dibubarkan atas dasar

1 | Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur Skala Lingkungan CSRRP


kesepakatan warga setempat, sehingga pada umumnya bersifat non-partisan dan otonom. Inilah hal
penting yang menjadi sifat dasar suatu Organisasi Masyarakat Warga (OMW), oleh sebab itu organisasi
masyarakat setempat itu pada gilirannya dimiliki oleh seluruh warga, dan bukan oleh sekelompok
unsur/perwakilan atau bahkan oleh pihak-pihak di luar masyarakat.

Kegiatan Infrastruktur Skala Lingkungan (ISL) CSRRP, akan dilaksanakan oleh Organisasi Masyarakat
Setempat (OMS) yang menjadi ajang belajar menganalisa:

• Organisasi yang dibutuhkan warga untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur;


• Menjadi wahana representasi dari seluruh warga masyarakat, tidak dibatasi oleh golongan, ras,
jenis kelamin, agama dan lain lain;
• Kriteria pemimpin yang dibutuhkan dalam menjalankan organisasi (lembaga) yang diharapkan

1.2 Maksud dan Tujuan

Petunjuk Pelaksanaan ini dimaksudkan sebagai pegangan pelaksana kegiatan dalam melakukan
kegiatan fisik ISL CSRRP

Tujuan dari Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan ini untuk memberikan petunjuk dan panduan dalam
melaksanakan kegiatan fisik agar mendapatkan hasil pelaksanaan yang sesuai dengan ketentuan dan
dapat dipertanggungjawabkan dengan biaya yang lebih efisien, menjamin mutu, tepat waktu dan tertib
administrasi.

1.3 RUANG LINGKUP

Ruang lingkup Pelaksanaan Infrastruktur Skala Lingkungan (ISL) mencakup :

A. Lingkup Kegiatan

1. Perjanjian Kerjasama/PKS
2. Pencairan dana
3. Penguatan KSM
4. Penyusunan Rencana Kerja KSM/KPP
5. Perjanjian Kerjasama OMS dan KSM (SPPD ISL)
6. Pengadaan Barang dan Jasa Berbasis Masyarakat
7. MP2K
8. Pelaksanaan Pembangunan / Konstruksi
9. Penilaian Kelayakan Hasil Pekerjaan
10. Rembug Warga 3

2 | Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur Skala Lingkungan CSRRP


11. Serah Terima Pekerjaan
12. Penyusunan Dokumen dan Bimtek O& P

B. Lingkup Pekerjaan

1. Jalan Permukiman
2. Penyediaan Air Minum
3. Saluran Drainase
4. Persampahan
5. Saluran Pembuang Limbah/ Sanitasi Komunal
6. Ruang Terbuka Hijau (RTH)
7. Dinding Penahan Tanah (DPT)
8. Infrastruktur lain yang terkait dengan Pengurangan Risiko Bencana

1.4 ISTILAH/SINGKATAN

• CSRRP adalah Central Sulawesi Rehabilitation And Rekonstruction Project


• PMU adalah Project Management Unit.
• PIU adalah Project Implementation Unit
• Satker adalah Satuan Kerja Proyek.
• PPK adalah Pejabat Pembuat Kebijakan.
• PMC adalah Project Management Consultant.
• TMC adalah Technical Management Consultant
• OSP adalah Oversight Service Provider.
• OMS/Kelompok Masyarakat/OMS/OMS/LKD: wadah partisipasi masyarakat yang dibentuk
oleh masyarakat dan disahkan oleh Pemda setempat sebagai penyelenggara kegiatan dan
sebagai mitra Pemda yang bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan ISL CSRRP mulai dari
tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan serta meningkatkan pelayanan masyarakat
desa/kelurahan
• SPPB adalah Surat Perjanjian Pemberian Bantuan
• KSM adalah Kelompok Swadaya Masyarakat
• SPPDL adalah Surat Perjanjian Pemanfaatan Dana Lingkungan
• BAST adalah Berita Acara Serah Terima

3 | Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur Skala Lingkungan CSRRP


• Warga Terdampak Bencana (WTB) adalah masyarakat yang menjadi korban bencana gempa
bumi, tsunami, atau likuifaksi (SK Gub SulTeng No. 360/034/BPBD-G.ST/2019 tanggal 31
Januari 2019)
• Sosialiasi Awal adalah serangkain kegiatan yang dilakukan oleh pemangku kebijakan untuk
menyampaikan maksud dan tujuan serta tata cara melaksanakan kegiatan Infrastruktur Skala
Lingkungan (ISL) yang dibiayai oleh CSRRP
• Partisipasi Masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat secara aktif untuk mengakomodasi
kepentingan mereka dalam proses penyusunan rencana pembangunan Infrastruktur Skala
Lingkungan (ISL) yang dibiayai oleh CSRRP
• Pembentukan Kelompok adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan
mempertimbangkan keinginan dan kebutuhan masyarakat untuk berkumpul dan berkehendak
dalam membangun Infrastruktur Skala Lingkungan (ISL) yang dibiayai oleh CSRRP secara
bersama-sama.
• Survey Lokasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh kelompok masyarakat, dengan
didampingi oleh fasilitator dan/atau pihak-pihak yang berkompeten. Serangkaian kegiatan ini
meliputi pemetaan kondisi infrastruktur permukiman, kepemilikan hak dan asal-usul tanah, status
tanah, jangkauan jaringan infrastruktur dasar permukiman.
• Pengadaan Tanah adalah serangkaian kegiatan dimulai dari survey, pengumpulan informasi
kepemilikan dan penguasaan tanah, tata guna lahan dan lain sebagainya, dan termasuk di
dalamnya informasi perolehan tanah termasuk misalnya tentang sejarah peralihan atas hak,
penguasaan atas hak saat ini serta rencana jual beli yang akan dilakukan, dengan mengacu pada
peraturan dan perundangan yang berlaku.
• Bukti Kepemilikan/Penguasaan Atas Tanah adalah bukti kepemilikan alas hak yang sah
secara administrasi dan perundang-undangan yang berlaku. Bukti kepemilikan dapat berupa
berupa sertifikat tanah yang diterbitkan oleh Kantor Pertanahan dan atau surat penguasaan
tanah yang diterbitkan oleh Kelurahan/Desa, dengan mengacu pada peraturan yang berlaku.
• Konsultasi Pemda adalah serangkaian kegiatan untuk mempertemukan kelompok masyarakat
dengan Pemda guna berdialog dan arahan teknis terkait kegiatan Infrastruktur Skala Lingkungan
(ISL) yang dibiayai oleh CSRRP.
• Rembug Warga adalah serangkaian kegiatan yang melibatkan kelompok masyarakat dan WTB
secara partisipatif dengan didampingi fasilitator dan/atau pihak-pihak lain yang berkompeten,
untuk menentukan impian permukiman yang akan mereka wujudkan, menuangkan impian
dan/atau gagasan tersebut ke dalam dokumen kerja (perencanaan tapak, pembuatan DED, RAB,
dan Dokumen Pengadaan Barang dan Jasa), serta rencana lain yang disepakati bersama).

4 | Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur Skala Lingkungan CSRRP


• Perencanaan Infrastruktur secara partisipatif adalah proses perencanaan infrastruktur yang
mengedepankan keikutsertaan masyarakat dan pihak berkepentingan lainnya secara aktif dalam
setiap tahapan perencanaan. Pihak berkepentingan lainnya adalah pihak- pihak yang
berkepentingan dengan kegiatan dan hasil pembangunan infrastruktur baik sebagai pelaku,
maupun penanggung risiko/terdampak oleh pembangunan baru.
• Dinas Teknis Terkait adalah Organisasi Perangkat Daerah yang bertanggung jawab untuk
pengembangan dan pengelolaan utilitas Kabupaten/Kota, memberikan arahan dan masukan
agar masterplan dan site plan dapat menghasilkan perencanaan tata ruang yang terintegrasi dan
berkesinambungan dengan sistem pengembangan infrastruktur atau jaringan prasana sarana
dan utilitas umum Kabupaten/Kota secara keseluruhan.
• Infrastruktur yang aksesibel untuk semua adalah penyediaan kemudahan dalam wujud
parasana sarana utilitas umum, termasuk di dalamnya fasum dan fasos, dimana penyediaan
infrastruktur harus memiliki perspektif pengguna yang lebih luas termasuk para difabel, ibu hamil,
lansia, dan anak-anak. Secara prinsip, hal ini mengandung pengertian tentang upaya
memberikan kesempatan yang sama kepada semua pihak termasuk disabel untuk mendapatkan
kemudahan menuju, kemudahan memasuki, kemudahan menggunakan semua infrastruktur
yang dibangun, serta jaminan untuk tidak menjadi obyek belas kasihan dari siapapun.
• Partisipasi Inklusif adalah kebijakan/program yang berfokus untuk memberikan akses kepada
perempuan dan kelompok rentan lainnya (contoh: kelompok difabel dan orang tua) untuk
berpartisipasi (dalam perencanaan maupun implementasi) dan menerima manfaat
pembangunan

1.5 DOKUMEN REFERENSI

• Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara


Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4723);
• Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4725);
• Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 5188);
• Undang-undang Nomor 02 Tahun 2012 Tentang Pedoman Bagi Pengadaan Tanah Untuk
Kepentingan Umum (untuk pengadaan tanah non permukiman pribadi);

5 | Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur Skala Lingkungan CSRRP


• Loan agreement Central Sulawesi Rehabilitation and Reconstruction Project between Republic
of Indonesia and International Bank for Reconstruction and Development, Loan No. 8979-ID;
• Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Perumahan dan
Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Nomor 101);
• Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum;
• Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2020 tentang Aksesibilitas Terhadap Permukiman,
Pelayanan Publik, dan Pelindungan dari Bencana Bagi Penyandang Disabilitas;
• Peraturan Menteri Keuangan No. 168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran
Bantuan Pemerintah pada kementerian Negara/Lembaga.
• Peraturan Menteri Keuangan No. 173/PMK.05/2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Keuangan No. 168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan
Pemerintah pada kementerian Negara/Lembaga.
• Peraturan Menteri Keuangan No. 176 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyelesaian Piutang
Negara yang Bersumber dari Penerusan Pinjaman Luar Negeri, Rekening Dana Investasi, dan
Rekening Pembangunan Daerah pada Pemerintah Daerah,
• Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 19/PRT/M/2006 Tentang Pedoman Umum
Rehabilitasi dan Rekonstruksi;
• Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 03/PRT/M/2018 Tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
38/PRT/M/2015 Tentang Bantuan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum untuk Perumahan
Umum;
• Peraturan Menteri PUPR No 25 tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri PUPR
No 24/PRT/M/2016 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah di
Direktorat Jenderal Cipta Karya;
• Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No. 4 Tahun 2008 tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana;
• Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No. 11 Tahun 2008 tentang
Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana;
• Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 17 Tahun 2010 Tentang
Pedoman Umum Penyelenggaraan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana;
• Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 3 Tahun 2021
tentang Pedoman Swakelola;

6 | Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur Skala Lingkungan CSRRP


• Peraturan Gubernur Sulawesi Tengah Nomor 10 Tahun 2019 Tentang Rencana Rehabilitasi dan
Rekonstruksi Pascabencana;
• Surat Persetujuan Alokasi Dana Infrastruktur Skala Lingkungan CSRRP dari Bank Dunia Nomor:
Ref. No: CSRRP-55/WB/Nov/2022; tanggal 7 Desember 2022
• Pedoman Umum Penyelenggaraan Infrastruktur Skala Lingkungan CSRRP

7 | Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur Skala Lingkungan CSRRP


BAB 2. GAMBARAN UMUM

Pelaksanaan pekerjaan infrastruktur skala lingkungan (ISL) CSRRP di tingkat kelurahan akan diawali
dengan proses penandatanganan kontrak Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara OMS dengan PPK PKP
BPPW. PPK BPPW, setelah mendapatkan laporan dan masukan hasil penilaian oleh Tim penilai yang
terdiri dari unsur Pemda setempat, PMC dan OSP, akan menindaklanjuti dengan Menyusun dokumen
Perjanjian Kerjasama dan Pencairan Dana, yang untuk selanjutnya digunakan oleh OMS untuk
melaksanakan pekrjaan Infrastruktur yang telah di rencanakan.

Proses pelaksanaan akan dapat dijelaskan sebagai berikut:

2.1 Perjanjian Kerjasama/PKS

Perjanjian Kerjasama atau PKS adalah perjanjian antara PPK BPPW dengan OMS terkait rencana
Pelaksanaan pekerjaan Infrastruktur Lingkungan. Di dalam perjanjian tersebut setidaknya akan diatur hal-
hal terkait hak dan kewajiban masing-masing pihak, rencana penyaluran dana sesuai hasil penilaian
proposal oleh tim penilai (Pemda setempat, PMC dan OSP), Rekening Bank Penyalur, Rekening OMS,
jangka waktu kegiatan, sistim pelaporan dan pertanggung jawaban, serta hal-hal lain yang dipandang
perlu.

Perjanjian ini mengikat kepada kedua belah pihak. Proses pelaksanaan penandatanganan berita acara
akan diatur lebih lanjut oleh BPPW.

2.2 Pencairan dana

Pencairan Dana yang dimaksud adalah proses transfer dana dari PPK BPPW kepada OMS yang
bersangkutan sebagaimana sudah di sampaikan dalam perjanjian kerjasama. Proses pencairan
dilakukan dengan mekanisme transfer antara bank penyalur ke rekening OMS.

Dana yang telah masuk ke rekening OMS harus secepatnya digunakan untuk pelaksanaan
pembangunan Infrastruktur skala lingkungan sebagaimana telah diusulkan dalam proposal yang telah
disetujui. OMS bertanggung jawab penuh terhadap penggunaan dana yang telah di transfer/dicairkan.

Guna mengatur proses pencairan dana dan proses pemanfaatannya dapat dilihat dalam Petunjuk
Pelaksanaan Pengelolaan Keuangan ISL CSRRP.

8 | Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur Skala Lingkungan CSRRP


2.3 Penguatan KSM

KSM atau Kelompok Swadaya Masyarakat yang telah dibentuk dalam Rembug Warga 2, dan akan
menjadi pelaksana teknis kegiatan pembangunan infrastruktur. KSM terdiri atas warga masyarakat
setempat yang akan mengendalikan kegiatan lapangan secara langsung, dengan gambaran kegiatan
meliputi dan tidak terbatas pada hal-hal berikut:

1. Persiapan pelaksanaan pekerjaan


2. Pengadaan Barang dan Jasa
3. Penyusunan rencana kerja
4. Pemantauan dan pelaporan pekerjaan secara berkala
5. Pelaporan pemanfaatan dana
6. Pelaporan hasil kegiatan.

Guna melaksanakan kegiatan tersebut KSM akan mendapatkan pembelajaran dan peningkatan
kapasitas dari tim fasilkitator yang telah ditunjuk untuk mendapingi. Proses peningkatan kapasitas KSM
dilakukan dengan metoda On The Job Training (OJT) yang dilakukan oleh tim fasilitator.

Materi OJT terkait hal-hal teknis pelaksanaan dan pengawasan pembangunan maupun terkait
pemanfaatan, pelaporan dan pencatatan dana.

Proses ini wajib dilakukan untuk memberikan penjaminan kualitas dan akuntabilitas pemanfaatan dana-
dana public.

Praktek Kerja Lapangan/OJT, merupakan cara yang dipergunakan untuk melatih masyarakat sambil
meningkatkan kualitas konstruksi. Pemberian contoh dibuat dengan kualitas yang benar/memenuhi
persyaratan teknis, karena contoh akan dianggap sebagai batas maksimal kualitas yang akan dikejar/ikuti
oleh masyarakat. Pelaksanaan OJT diselenggarakan oleh KSM, difasilitasi/ dibimbing oleh tim fasilitator
atau dinas teknis terkait yang memahami bidang teknik konstruksi. Fokus utamanya lebih kepada
memberikan keterampilan bagi tenaga kerja tentang metode kerja konstruksi.

Pendekatan pelaksanaannya adalah:

1. Disesuaikan dengan jenis pekerjaaan yang akan dilaksanakan di lapangan. Artinya OJT ini
mengikuti tahapan/jadwal pekerjaan di lapangan sehingga tidak memerlukan biaya khusus untuk
pengadaan tenaga kerja atau bahan/alat yang diperlukan, tetapi dapat langsung menggunakan
tenaga kerja atau bahan yang sudah tersedia untuk pekerjaan tersebut;
2. Dilaksanakan pada awal memulai pekerjaan. Hal ini dimaksudkan agar dengan
pemahaman/keterampilan yang telah dipraktekkan pada saat OJT, dapat langsung diikuti oleh
masyarakat untuk menyelesaikan seluruh volume pekerjaan tersebut. Setelah OJT, hasil pekerjaan

9 | Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur Skala Lingkungan CSRRP


harus dinilai kembali apakah sudah benar/memenuhi persyaratan teknis atau belum. Jika belum
maka OJT harus diulangi hingga benar-benar menghasilkan pekerjaan yang memenuhi standar
teknis yang dipersyaratkan; dan
3. Dilakukan untuk pekerjaan tertentu yang diprioritaskan. Artinya OJT tidak perlu dilakukan untuk
semua pekerjaan tetapi cukup diprioritaskan pada pekerjaan tertentu yang dianggap paling
menentukan kualitas dan atau kurang dipahami oleh pelaksana lapangan/tenaga kerja. OJT harus
dilakukan terutama untuk pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan konstruksi yang kurang dipahami oleh
masyarakat/tenaga kerja selama pelaksanaan kegiatan konstruksi.

2.4 Penyusunan Rencana Kerja KSM/KPP

Setelah melakukan proses On The Job Training, KSM dapat melaksanakan kegiatan dengan terlebih
dahulu menyusun dan atau memfinalisasi Rencana Kegiatan yang telah ada. Dalam hal rencana kegiatan
telah tersusun dalam dokumen RKM maka KSM diperkenankan untuk lebih mendetilkan agar menjadi
rencana kerja yang lebih operasional. Rencana kegiatan setidaknya berisi hal-hal berikut:

1. Aktivitas. Merupakan proses identifikasi semua aktivitas spesifik yang harus dilakukan dalam
rangka mencapai seluruh tujuan dan sasaran proyek (project deliveriables). Dalam proses ini
dihasilkan pengelompokan semua aktivitas yang menjadi ruang lingkup proyek dari level tertinggi
hingga level yang terkecil atau disebut Work Breakdown Structure (WBS).
2. Urutan Aktivitas. Masing-masing aktivitas harus diurutkan secara akurat untuk mendukung
pengembangan jadwal sehingga diperoleh jadwal yang realisitis. Teknik secara manual masih
efektif untuk proyek yang berskala kecil atau di awal tahap proyek yang berskala besar, yaitu bila
tidak diperlukan pendetailan yang rinci.
3. Estimasi Durasi Aktivitas. Estimasi durasi aktivitas adalah proses pengambilan informasi yang
berkaitan dengan lingkup proyek dan sumber daya yang diperlukan yang kemudian dilanjutkan
dengan perhitungan estimasi durasi atas semua aktivitas yang dibutuhkan dalam proyek untuk
digunakan sebagai input dalam pengembangan jadwal. Tingkat akurasi estimasi durasi sangat
tergantung dari banyaknya informasi yang tersedia.
4. Pengembangan Jadwal. Pengembangan jadwal berarti menentukan kapan suatu aktivitas dalam
proyek akan dimulai dan kapan harus selesai. Pembuatan jadwal proyek proses input yang
melibatkan estimasi durasi dan biaya hingga penentuan jadwal proyek.
5. Pengendalian Jadwal. Pengendalian jadwal merupakan proses untuk memastikan apakah
kinerja yang dilakukan sudah sesuai dengan alokasi waktu yang sudah direncanakan.

10 | Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur Skala Lingkungan CSRRP


6. Perencanaan Sumber Daya. Perencanaan sumber daya merupakan proses untuk menentukan
sumber daya dalam bentuk fisik (manusia, peralatan, material) dan jumlahnya yang diperlukan
untuk melaksanakan aktivitas proyek. Proses ini sangat berkaitan erat dengan proses estimasi
biaya.
7. Estimasi Biaya. Estimasi biaya adalah proses untuk memperkirakan biaya dari sumber daya
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek.
8. Penganggaran Biaya. Penganggaran biaya adalah proses membuat alokasi biaya untuk masing-
masing aktivitas dari keseluruhan biaya yang muncul pada proses estimasi.
9. Pengendalian Biaya. Pengendalian biaya dilakukan untuk mendeteksi apakah biaya aktual
pelaksanaan proyek menyimpang dari rencana atau tidak. Semua penyebab penyimpangan biaya
harus terdokumentasi dengan baik sehingga langkah-langkah perbaikan dapat dilakukan

2.5 Perjanjian Kerjasama OMS dan KSM (SPPD ISL)

KSM sebagai pelaksanan kegiatan pembangunan infrastruktur lingkungan, merupakan perpanjangan


tangan dari OMS yang telah disepakati. Untuk itu KSM sebelum mengerjakan kegiatan tersebut haruslah
membuat perjanjian kerjasama dengan OMS. Perjanjian ini akan mengikat kedua belah pihak, dan
menjadi dasar bagi OMS untuk men cairkan dana kegiatan. Aturan terkait proses pencairan dana dari
OMS kepada KSM telah diatur dalam pedomann pelaksanaan yang terpisah.

Dokumen perjanjian kerjasama antara OMS dengan KSM setidaknya berisi hal-hal sebagai berikut:

1. Ringkasan Usulan Kegiatan dan Biaya Paket Pekerjaan;


2. Dokumen Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial kegiatan infrastruktur, termasuk
pernyataan kontribusi penyediaan lahan, perijinan terkait pelaksanaan pembangunan yang
diperlukan (bila ada);
3. Dokumen Gambar Rencana (Detail Engineering Desain), Spesifikasi Teknik;
4. Panduan Teknis Operasi dan Pemeliharaan Prasarana
5. Daftar Kuantitas Pekerjaan, termasuk rincian masing-masing kegiatan jika kegiatan lebih dari 1
jenis);
6. Hasil Kesepakatan Harga dan Swadaya
7. RAB pekerjaan dan daftar kebutuhan tenaga kerja, bahan dan alat yang diperlukan berikut
kesepakatan harga satuan (upah/bahan/alat) hasil survey sekurang-kurang dari 3 toko/pemasok
setempat;
8. Jadwal pelaksanaan pekerjaan;

11 | Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur Skala Lingkungan CSRRP


9. Rencana penyiapan tenaga kerja;
10. Rencana pengadaan;
11. Organisasi pelaksana (struktur organisasi dan nama-nama tim pelaksana);
12. Rencana pengelolaan dampak lingkungan selama konstruksi

2.6 Pengadaan Barang dan Jasa Berbasis Masyarakat

Pada prinsipnya dalam kegiatan ISL mengutamakan akuntabilitas public dan keterbukaan. Untuk
memenuhi hal tersebut maka diperlukan langkah-langkah strategis salah satunya dengan pengadaan
barang dan jasa.

Pengadaan barang dan jasa dilakukan oleh OMS dan atau KSM dengan mempertimbangkan dan
menjamin kewajaran harga serta kemanfaatan yang tinggi bagi masyarakat sehingga perlu
memperhatikan prinsip dasar berikut:

1. Efisien: Pengadaan barang/jasa menggunakan sumber dana dan sumber daya yang terbatas
untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam waktu sesingkat-singkatnya dan dapat
dipertangungjawabkan.
2. Efektif: Pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan dan dapat
memberikan manfaat yang sebesar-sebesarnya dengan sasaran yang ditetapkan.
3. Keterbukaan dan Berdaya Saing: Pengadaan barang/jasa dilakukan secara terbuka bagi
penyedia yang memenuhi persyaratan dan dilakukan melalui persaingan yang sehat di antara
penyedia yang setara, serta memenuhi syarat/kriteria dalam ketentuan dan prosedur yang jelas
dan transparan.
4. Transparan: Semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan, termasuk syarat teknis,
administrasi pengadaan, tata cara evaluasi, hasil evaluasi, penetapan calon penyedia, bersifat
terbuka bagi peserta penyedia yang berminat, dan masyarakat luas pada umumnya.
5. Adil dan tidak diskriminatif: Memberikan perlakuan yang sama bagi calon penyedia jasa/barang
dan tidak mengarah untuk memberikan keuntungan kepada pihak tertentu, dengan cara dan alasan
apapun.
6. Akuntabel: Mencapai sasaran baik fisik, keuangan, maupun manfaat bagi kelancaran
pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pelayanan masyarakat sesuai dengan prinsip-prinsip
serta ketentuan yang berlaku dalam pengadaan barang/jasa.

12 | Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur Skala Lingkungan CSRRP


Pengadaan Barang dan Jasa perlu diatur dengan cara seksama untuk dapat dipertanggungjawabkan
secara baik, mengingat alokasi dana yang diberikan cukup besar. Tata cara dan mekanisme pengadaan
barang dan jasa diatur dalam Petunjuk Pelaksanaan Barang dan Jasa Swakelola.

2.7 Musyawarah Persiapan Pelaksanaan Kegiatan (MP2K )

MP2K merupakan rapat/forum musyawarah warga dalam rangka persiapan pelaksanaan konstruksi.
Musyawarah ini diselenggarakan sesegera mungkin setelah penandatanganan SPPD ISL CSRRP dan
sebelum dimulainya kegiatan. Penyelenggara kegiatan MP2K ini adalah OMS dan dihadiri oleh seluruh
pihak KSM yang akan melaksanakan kegiatan ISL CSRRP di wilayahnya.

Forum ini ditujukan untuk membahas rencana kerja KSM yang tertuang di dalam proposal serta untuk
meningkatkan pemahaman KSM dalam melaksanakan SPPD ISL CSRRP secara tepat waktu, tepat
kualitas, tepat biaya, tertib administrasi, dan tidak bertentangan dengan ketentuan program. Materi yang
dibahas dalam MP2K meliputi:

1. Menjelaskan dokumen teknis, metode kerja, rencana pengadaan barang/jasa;


2. Organisasi kerja;
3. Manajemen konstruksi meliputi jadwal pelaksanaan, metode kerja, rencana pengadaan
barang/jasa pengaturan tenaga kerja, material dan alat, standar mutu yang direncanakan, dan
capaiaan KPI ISL CSRRP;
4. Ketentuan kesehatan dan keselamatan kerja (SMK3); dan
5. Kerangka Kerja Pengelolaan Lingkungan dan Sosial.

Musyawarah Persiapan Pelaksanaan Kegiatan (MP2K) adalah forum musyawarah warga dalam rangka
Persiapan Pelaksanaan Konstruksi (Pre Construction Meeting/PCM) kegiatan ISL CSRRP. Musyawarah
ini diselenggarakan paling lambat 7 hari setelah ditandatanganinya SPPD-L dan sebelum dimulainya
kegiatan pembangunan prasarana/fisik.

Penyelenggara kegiatan musyawarah ini adalah OMS dan yang diundang adalah PPK PKP, KSM,
Fasilitator dan unsur Pemda dan /atau Pemdes di wilayahnya. Forum ini ditujukan untuk membahas
rencana kerja KSM yang tertuang di dalam Proposal serta untuk memberikan penguatan teknis
pengendalian kegiatan, metode pelaksanaan, Spesifikasi Teknis dan administrasi pelaksanaan
pembangunan prasarana sesuai SPPD-L. Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan MP2K adalah
meningkatnya pemahaman KSM untuk melaksanakan SPPD-L/kegiatan secara tepat waktu, tepat
kualitas, tepat biaya dan tertib administrasi, serta tidak bertentangan dengan ketentuan Program. Adapun
yang perlu disiapkan dalam kegiatan MP2K adalah sebagai berikut :

13 | Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur Skala Lingkungan CSRRP


a. Undangan MP2K oleh OMS
b. Berita Acara MP2K yang ditandatangi oleh seluruh pemangku kepentingan.
c. Lampiran-lampiran

2.8 Pelaksanaan Pembangunan / Konstruksi

Tahapan selanjutnya adalah tahapan inti proses pelaksanaan kegiatan infrastruktur sakala lingkungan.

a) Pelaksanaan Konstruksi
Pelaksanaan konstruksi harus mematuhi langkah-langkah yang disepakati dalam MP2K. Apabila
kenyataan di lapangan diperlukan perubahan rencana, maka penyelenggara swakelola harus
melaporkan kepada PPK PKP Satker BPPW. Perubahan pekerjaan baik berupa pemindahan
lokasi, perubahan volume (penambahan, pengurangan) dan perubahan spesifikasi, hanya dapat
dilaksanakan bila mendapat persetujuan tertulis dari PPK PKP.

b) Perubahan Pelaksanaan Konstruksi


Dalam hal terdapat perbedaan antara kondisi lapangan pada saat pelaksanaan dengan gambar
dan/atau spesifikasi teknis/KAK yang ditentukan dalam dokumen perencanaan teknik, Pejabat
Penandatangan Kontrak bersama Penyedia Swakelola dapat melakukan perubahan kontrak,
yang meliputi:
• Menambah atau mengurangi volume yang tercantum dalam Kontrak
• Menambah dan/atau mengurangi jenis kegiatan
• Mengubah spesifikasi teknis sesuai dengan kondisi lapangan; dan/atau
• mengubah jadwal pelaksanaan.
Selain itu, adendum/perubahan kontrak dapat dilakukan untuk hal-hal yang disebabkan masalah
administrasi, antara lain pergantian Pejabat Penandatangan Kontrak, perubahan rekening
Penyedia Swakelola, dan sebagainya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses pengajuan
adendum/perubahan kontrak adalah:
• Alasan yang menyebabkan terjadinya perubahan
• Uraian pekerjaan yang akan diadakan perubahan
• Hasil kajian terhadap usulan perubahan

14 | Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur Skala Lingkungan CSRRP


Tahapan dalam melakukan perubahan perjanjian kontrak (PKS) adalah:

• Penyelenggara swakelola mengajukan usulan kepada PPK PKP BPPW terkait dengan
perubahan kontrak beserta dokumen pendukung. Dalam proses penyusunan dokumen
ini dibantu fasilitator.
• Tenaga ahli OSP bersama fasilitator melakukan verifikasi terhadap usulan yang
disampaikan
• Dokumen pendukung dilengkapi gambar perubahan, justifikasi perubahan dan hasil
kajian usulan perubahan.
• Dokumen pendukung ditandatangani oleh Tenaga Ahli OSP dan Fasilitator, kemudian
diserahkan kepada PPK PKP untuk persetujuan
• PPK PKP melakukan pembahasan dengan Fasilitator, Tenaga Ahli OSP, PMC dan
penyelenggara swakelola untuk selanjutnya dibuatkan rekomendasi
• PPK PKP menyiapkan berita acara pembahasan dan dokumen addendum

c) Tahapan Pelaksanaan
Beberapa hal berikut dapat menggambarkan proses yang harus dilakukan dalam pelaksanaan
kegiatan fisik diantaranya:
• Menentukan Metode/Cara Pelaksanaan Pekerjaan.
Secara sederhana yang dimaksudkan dengan metode kerja ini adalah cara bagaimana
setiap kegiatan/pekerjaan akan dilaksanakan atau lebih terkait dengan teknologi
sederhana yang akan dipergunakan, apakah setiap pekerjaan akan dilakukan dengan
menggunakan tenaga kerja (manual) atau dengan peralatan (mekanis) atau kombinasi
dari keduanya. Hasil kegiatan ini dapat diketahui metode kerja dari setiap jenis pekerjaan
yang akan dilaksanakan.
• Menentukan urutan tahapan pekerjaan konstruksi pembangunan infrastruktur secara
sistematis (berurut-urutan) untuk menghasikan bangunan/infrastruktur. Urutan atau
susunan kegiatan pelaksanaan pembangunan infrastruktur tersebut dibuat berdasarkan
urutan tahapan pelaksanaan kegiatan dilapangan. Acuannya adalah selain pada urutan
tahapan pelaksanaan konstruksi bangunan juga mempertimbangkan metode kerja yang
dipergunakan
• Melaksanakan kegiatan /pekerjaan fisik infrastruktur sesaui dengan gambar kerja (DED)
yang telah dibuat dengan memperhatikan Rencana Kerja Dan Syarat (RKS) agar proses
dapatr dilakukan sesuai rencana.
Dalam proses ini setidaknya perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

15 | Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur Skala Lingkungan CSRRP


1. Pengadaan Papan Proyek sebagai bagian keterbukaan informasi public
2. Pengadaan Gambar DED dan RKS di lapangan untuk menjaga pelaksanaan
pekerjaan infrastruktur sesuai rencana
3. Pembersihan dan pengamanan lokasi kegiatan agar dapat dilakukan prses
pekerjaan berikutnya secara baik dan aman
4. Proses pengerjaan fisik sesuai dengan DED dan RKS
• Pengendalian Waktu
Pengendalian adalah menyiapkan jadwal waktu untuk keseluruhan proyek. Walaupun
tidak terinci, namun akan memberikan informasi pengendalian dasar, seperti rencana
tanggal penyelesaian tiap tahap, informasi akan tersedia dan rencana yang terinci
dapat disiapkan. Untuk menyiapkan rencana kerja yang memperhatikan kapan
kegiatan dapat diselesaikan berikut sumber daya yang diperlukan. Informasi
pengendalian memberikan dasar bagi keputusan manajemen.
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh sistem pengendalian yang efektif, adalah sebagai
berikut :
1. Sistem harus memudahkan untuk melihat penyimpangan dari rencana
2. Informasi harus menunjukan tindakan korektif apa yang diperlukan dan oleh siapa
tindakan tersebut harus diambil
3. Informasi harus dinyatakan dalam bentuk yang sederhana, agar mudah dipahami
oleh mereka yang memakainya.
4. Bidang inti pengendalian harus dipilih secara cermat, sehingga hasil
mengendalian sesuai dengan waktu dan usaha yang dilakukan.

• Pengendalian Biaya
Pengendalian biaya harus bertujuan menjamin bahwa biaya final proyek tidak melebihi
anggaran. Peluang terbesar menekan biaya akhir proyek adalah pada tahap briefing dan
perancangan. Pemeriksaan biaya secara teratur harus dilakukan pada saat
mengembangkan rancangan. Alat bantu yang baik untuk pekerjaan ini adalah rencana
biaya yang menunjukkan mutu, kuantitas dan harga satuan untuk unsur biaya utama
seperti pekerjaan tanah, lantai dan atap.

Ramalan biaya akhir selalu direvisi secara teratur untuk mencerminkan keadaan saat
tertentu proyek. Jika terdapat penyimpangan antara ramalan dengan anggaran proyek,
maka tindakan korektif harus diambil.

16 | Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur Skala Lingkungan CSRRP


• Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu proyek konstruksi harus diarahkan kepada usaha memuaskan
kebutuhan dan persyaratan yang telah disepakati. Pengendalian mutu harus dilakukan
pada seluruh tahap proyek.
Pengendalian mutu selama tahap pembangunan biasanya dilakukan di lapangan oleh
pengawas lapangan. Dia bertanggung jawab agar kegiatan harian pelaksanaan
pembangunan memberi hasil akhir sesuai spesifikasi kontrak. Misalnya pemeriksaan
apakah bahan yang dipakai untuk membuat beton memenuhi standar, bahwa telah
dilakukan pengujian terhadap contoh beton tersebut. Juga mungkin perlu perancang dan
para ahli untuk melakukan inspeksi dan pemeriksaan lapangan, seperti tampak pada
diagram dibawah yang menunjukkan kapan, dimana dan oleh siapa pemeriksaan
diperlukan.

Diagram Monitoring dan Evaluasi Pengendalian Biaya Proyek

17 | Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur Skala Lingkungan CSRRP


2.9 Penilaian Kelayakan Hasil Pekerjaan

Pemeriksaan hasil pekerjaan dilakukan secara bertahap dilakukan pada pencapaian progress 25%, 50%
dan 100% guna memastikan kualitas dan kuantitas pekerjaan. Pemeriksaan progress 25% dan 50%
dilakukan untuk mendapatkan rekomendasi pencairan dari Bank, yang dituangkan dalam Berita Acara
Pemeriksaan Pekerjaan.

Sertifikasi pekerjaan dilakukan setelah pekerjaan selesai yang merupakan bagian dari proses serah
terima pekerjaan. Sertifikasi kelayakan hasil pekerjaan dapat dimulai setelah progress 90% agar dapat
dilakukan perbaikan pekerjaan agar terwujud bangunan yang berkualitas, tepat waktu, tepat biaya sesuai
dengan perjanjian kontrak dan dapat diterima oleh PPK.

Langkah Sertifikasi Pekerjaan:

a. Tim sertifikasi melibatkan unsur PPK, OMS, Tim teknis pemda, dan TA OSP serta fasilitator
b. Dilakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan pekerjaan, kualitas/mutu pekerjaan, upaya
penanganan dampak lingkungan dan sosial telah dilaksanakan dengan baik.
c. Bila ditemukan cacat/ kekurangan pekerjaan dilakukan perbaikan dan dibuatkan berita acara
pemeriksaan pekerjaan. Batas waktu penyempurnaan harus dilakukan maksimal 2 minggu.
d. Capaian pemanfaatan dana sesuai dengan perencanaan dan bangunan dapat berfungsi dan
dimanfaatkan warga.
e. Apabila pekerjaan tidak layak dan tidak dapat berfungsi/dimanfaatkan oleh warga, maka perlu
dilakukan kesepakatan bersama warga, pemda.
f. Seluruh hasil sertifikasi didokumentasikan oleh PPK, OMS, OSP/ Fasilitator dan PMC.

2.10 Rembug Warga 3

Pertemuan Warga 3 bertujuan untuk memberikan informasi hasil pelaksanaan kegiatan dan hasil
pengelolaan dana Bantuan Pemerintah untuk Masyarakat (BPM) yang dilakukan oleh penyelenggara
swakelola kepada masyarakat kelurahan/desa dalam kegiatan ISL CSRRP. Pertemuan Warga 3 ini
dilaksanakan setelah pelaksanaan konstruksi selesai 100% atau pada saat batas waktu Perjanjian Kerja
Sama/Kontrak Swakelola selesai. Pertemuan Warga 3 dipimpin oleh Lurah/Kepala Desa dengan
mengundang BPPW, Pokja PKP Kota/Kabupaten, Kecamatan, Kelompok Pemanfaat dan Pemeliharaan
(KPP), Tokoh Masyarakat, Masyarakat serta fasilitator dan OSP. Dalam pertemuan ini penyelenggara
swakelola menjelaskan secara rinci dan transparan laporan pertanggungjawaban realisasi pengelolaan
dana BPM sebagai salah satu bentuk transparansi pelaksanaan dan pengelolaan kegiatan.

18 | Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur Skala Lingkungan CSRRP


Materi dalam Pertemuan Warga 3, adalah:

a. Laporan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (LP2K)


b. Realisasi Kegiatan dan Biaya (RKB) disertai foto-foto pelaksanaan
c. Penyampaian Dokumen Gambar Pelaksnaan Akhir (As Built Drawing)
d. Pematangan rencana operasi dan pemeliharaan

Hasil Pertemuan Warga 3 disampaikan kepada kelurahan/pemerintah desa dan PPK PKP pada Satker
Pelaksanaan PPW sebagai pencatatan arsip.

2.11 Serah Terima Pekerjaan

Serah terima hasil pekerjaan dilakukan setelah pembangunan infrastruktur di lapangan selesai
dilaksanakan dan infrastruktur yang dibangun sudah sepenuhnya dapat berfungsi dan bermanfaat.
Penyerahan Hasil Pekerjaan Swakelola dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:

a) OMS menyerahkan hasil pekerjaan dan laporan pelaksanaan pekerjaan kepada PPK PKP melalui
Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan;
b) Penyerahan hasil pekerjaan dan laporan pelaksanaan pekerjaan kepada PPK PKP setelah
dilakukan pemeriksaan oleh Tim Pemeriksa dengan Berita Acara Hasil Pemeriksaan;
c) Infrastruktur terbangun selanjutnya dapat diserahterimakan pemeliharaan dan pengelolaannya dari
PPK PKP BPPW kepada Pemerintah Kota/Kabupaten atau Pemerintah Desa yang
bertanggungjawab dalam:
• Mencatatkan infrastruktur terbangun sebagai aset Pemerintah Kota/Kabupaten atau
Pemerintah Desa;
• Memanfaatkan hasil pembangunan untuk kepentingan masyarakat kelurahan/desa secara
luas; dan
• Melakukan pengelolaan untuk kegiatan pemeliharaan, keberlanjutan, dan pengembangan
hasil pelaksanaan pembangunan.

2.12 Penyusunan Dokumen dan Bimtek O&P

Setelah pelaksanaan pembangunan fisik selesai, kegiatan dilanjutkan dengan operasi dan pemeliharaan
oleh masyarakat secara optimal dan berkesinambungan, dengan bimbingan dari pemerintah setempat.
Dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan pekerjaan diharapkan muncul kesadaran dan tanggung jawab warga untuk memelihara

19 | Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur Skala Lingkungan CSRRP


infrastruktur yang telah terbangun sehingga dapat memberikan manfaat yang berkesinambungan.
Kegiatan pada tahap ini mencakup:

a. KPP yang telah dibentuk dalam RW 2 dan sudah mengamati proses pelaksanaan pembangunan
dapat mengambil alih pengelolaan infrastruktur yang telah dibangun. Bersamaan dengan proses
tersebut dapat dilakukan peningkatan kapasitas terhadap KPP terutama terkait hal teknis
pemanfaatan dan pemeliharaan
b. Pelatihan Bimbingan Teknis Operasi dan Pemeliharaan (O&P). Agar infrastruktur permukiman
yang telah terbangun dapat berfungsi maksimal dan tahan lama/berkelanjutan, maka harus
dilaksanakan kegiatan operasi dan pemeliharaan yang rutin dan terintegrasi didukung oleh tenaga
yang kompeten. Untuk mendukung hal tersebut maka PIU Cipta Karya dibantu oleh OSP dan
Fasilitatornya menyelenggarakan bimbingan teknis operasi dan pemeliharaan kepada kelompok
penerima manfaat (KPP) dan masyarakat lainnya yang ingin ikut serta dalam melaksanakan
kegiatan O&P tersebut.
c. Penyusunan program kerja operasional dan pemeliharaan. KPP berkewajiban membuat prosedur-
prosedur tersebut secara rinci, transparan dan menyeluruh. Prosedur atau aturan tersebut
didiskusikan dan dikonsultasikan kepada masyarakat, khususnya para pemanfaat, untuk
mendapatkan persetujuan. Hasil persetujuan tersebut harus diketahui oleh Kepala Desa/Lurah.
Program kerja O&P melingkupi:
• Pendataan anggota
• Sumber pembiayaan untuk O&P
• Inventarisasi kondisi prasarana
• Rencana teknis operasional dan pemeliharaan infrastruktur
• Penyusunan anggaran biaya O&P
• Pelaporan Rutin.

20 | Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur Skala Lingkungan CSRRP


TIM PENYUSUN

Pengarah : J. Wahyu Kusumosusanto

Ketua Tim Penyusun : Astriana Harjanti

Penyusun : 1. Zubaidi

2. Muhammad Setiawan Trihabibie

3. Sarwo Edhi

4. Arnindia Putri

5. Siswa Tri Susetia

6. Tim KI CSRRP

7. Tim PMC CSRRP

8. Tim OSP CSRRP

21 | Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur Skala Lingkungan CSRRP


22 | Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Infrastruktur Skala Lingkungan CSRRP

Anda mungkin juga menyukai