Pemulihan dampak bencana gempa, likuifaksi, dan tsunami di Sulawesi Tengah yang terjadi pada tanggal
28 September 2018 telah ditangani sejak awal tahun 2019 melalui program tanggap darurat kegiatan
NSUP-CERC yang dibiayai oleh Bank Dunia, kegiatan ini telah selesai pada tanggal 31 Maret 2022.
Tahap selanjutnya adalah program rehabilitasi dan rekonstruksi melalui kegiatan CSRRP. Kegiatan
CSRRP memiliki 3 (tiga) komponen yaitu 1) pembangunan hunian tetap dan infrastruktur permukiman
dasar, 2) pembangunan fasilitas publik, serta 3) penguatan implementasi. Dalam melaksanakan kegiatan
ini, salah satu program pemulihan dampa k bencana adalah kegiuatan Infrastruktur Skala Lingkungan
(ISL) yang dilaksanakan dengan melibatkan partisipasi masyarakat (pemberdayaan masyarakat). Untuk
melancarkan kegiatan ISL CSRRP dilapangan telah disusun Pedoman Umum kegiatan ISL CSRRP yang
selanjutnya perlu dijabarkan dalam petunjuk pelaksanaan. Petunjuk Pelaksanaan ISL CSRRP ini adalah
salah satu penjabaran dari Pedoman Umum ISL CSRRP ditujukan untuk mendapatkan hasil pelaksanaan
sesuai dengan ketentuan dan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan Biaya, Mutu, Waktu dan
Tertib Administrasi di setiap kelurahan/desa lokasi kegiatan ISL CSRRP di Kota Palu, Kabupaten Sigi
dan Kabupaten Donggala.
Penyusun
Pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi oleh Kementerian PUPR didukung Bank Dunia melalui Central
Sulawesi Rehabilitation and Reconstruction Project (CSRRP). Dukungan tersebut diberikan dalam dua
kategori, yaitu: i) pinjaman (loan) yang difokuskan untuk rehabilitasi dan rekonstruksi huntap kawasan
dan huntap satelit beserta infrastruktur permukiman, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, dan fasilitas
publik; serta ii) hibah (grant), yang difokuskan untuk Infrastruktur Skala Lingkungan di Sulawesi Tengah.
Salah satu upaya memulihkan kembali infrastruktur dengan memperbaiki dan meningkatkan kualitas
layanan infrastruktur melalui kegiatan ISL CSRRP. Kegiatan ini bertujuan untuk mewujudkan layanan
infrastruktur permukiman yang inklusif, aman, berketahanan dan berkelanjutan sebagai perwujudan
hunian layak huni di luar zona rawan bencana, khususnya di kelurahan yang menjadi lokasi huntap
relokasi (kawasan, satelit, dan mandiri) dengan infrastruktur yang mengalami penurunan kualitas layanan
atau memerlukan peningkatan kualitas layanan. Implementasi ISL CSRRP akan melengkapi KPI
Komponen 1 yaitu “Penyediaan huntap dan infrastruktur permukiman yang berketahanan, aman di lokasi
sasaran.” Pelaksanaan kegiatan mempertimbangkan kondisi sosial, budaya, lingkungan, dan berbasis
pengurangan risiko bencana. Penguatan kapasitas dan kemampuan masyarakat dalam menata kembali
infrastruktur permukiman berbasis komunitas dilakukan untuk mendorong partisipasi masyarakat secara
aktif dalam kegiatan ISL CSRRP. Proses pelaksanaan ISL CSRRP akan melibatkan masyarakat untuk
berpartisipasi aktif sejak proses perencanaan, pelaksanaan konstruksi, pemantauan dan evaluasi, hingga
operasional dan perawatan infrastruktur. Kompleksitas pelaksanaan dan pemantauan kegiatan, serta
banyaknya pemangku kepentingan hingga tataran masyarakat yang terlibat dapat berimplikasi pada
implementasi kegiatan. ISL dilaksanakan dengan pola pemberdayaan masyarakat dimana seluruh
kegiatan mulai tahapan persiapan, perencanaan, pelaksanaan sampai pada pengelolaan dilaksanakan
oleh masyarakat oleh karena itu diperlukan partisipasi seluruh lapisan masyarakat untuk mewujudkan
infrastruktur yang sesuai dengan kebutuhan dan dapat bermanfaat secara maksimal.
Kegiatan Infrastruktur Skala Lingkungan (ISL) CSRRP, akan dilaksanakan oleh Organisasi Masyarakat
Setempat (OMS) yang menjadi ajang belajar menganalisa:
Petunjuk Pelaksanaan ini dimaksudkan sebagai pegangan pelaksana kegiatan dalam melakukan
kegiatan fisik ISL CSRRP
Tujuan dari Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan ini untuk memberikan petunjuk dan panduan dalam
melaksanakan kegiatan fisik agar mendapatkan hasil pelaksanaan yang sesuai dengan ketentuan dan
dapat dipertanggungjawabkan dengan biaya yang lebih efisien, menjamin mutu, tepat waktu dan tertib
administrasi.
A. Lingkup Kegiatan
1. Perjanjian Kerjasama/PKS
2. Pencairan dana
3. Penguatan KSM
4. Penyusunan Rencana Kerja KSM/KPP
5. Perjanjian Kerjasama OMS dan KSM (SPPD ISL)
6. Pengadaan Barang dan Jasa Berbasis Masyarakat
7. MP2K
8. Pelaksanaan Pembangunan / Konstruksi
9. Penilaian Kelayakan Hasil Pekerjaan
10. Rembug Warga 3
B. Lingkup Pekerjaan
1. Jalan Permukiman
2. Penyediaan Air Minum
3. Saluran Drainase
4. Persampahan
5. Saluran Pembuang Limbah/ Sanitasi Komunal
6. Ruang Terbuka Hijau (RTH)
7. Dinding Penahan Tanah (DPT)
8. Infrastruktur lain yang terkait dengan Pengurangan Risiko Bencana
1.4 ISTILAH/SINGKATAN
Pelaksanaan pekerjaan infrastruktur skala lingkungan (ISL) CSRRP di tingkat kelurahan akan diawali
dengan proses penandatanganan kontrak Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara OMS dengan PPK PKP
BPPW. PPK BPPW, setelah mendapatkan laporan dan masukan hasil penilaian oleh Tim penilai yang
terdiri dari unsur Pemda setempat, PMC dan OSP, akan menindaklanjuti dengan Menyusun dokumen
Perjanjian Kerjasama dan Pencairan Dana, yang untuk selanjutnya digunakan oleh OMS untuk
melaksanakan pekrjaan Infrastruktur yang telah di rencanakan.
Perjanjian Kerjasama atau PKS adalah perjanjian antara PPK BPPW dengan OMS terkait rencana
Pelaksanaan pekerjaan Infrastruktur Lingkungan. Di dalam perjanjian tersebut setidaknya akan diatur hal-
hal terkait hak dan kewajiban masing-masing pihak, rencana penyaluran dana sesuai hasil penilaian
proposal oleh tim penilai (Pemda setempat, PMC dan OSP), Rekening Bank Penyalur, Rekening OMS,
jangka waktu kegiatan, sistim pelaporan dan pertanggung jawaban, serta hal-hal lain yang dipandang
perlu.
Perjanjian ini mengikat kepada kedua belah pihak. Proses pelaksanaan penandatanganan berita acara
akan diatur lebih lanjut oleh BPPW.
Pencairan Dana yang dimaksud adalah proses transfer dana dari PPK BPPW kepada OMS yang
bersangkutan sebagaimana sudah di sampaikan dalam perjanjian kerjasama. Proses pencairan
dilakukan dengan mekanisme transfer antara bank penyalur ke rekening OMS.
Dana yang telah masuk ke rekening OMS harus secepatnya digunakan untuk pelaksanaan
pembangunan Infrastruktur skala lingkungan sebagaimana telah diusulkan dalam proposal yang telah
disetujui. OMS bertanggung jawab penuh terhadap penggunaan dana yang telah di transfer/dicairkan.
Guna mengatur proses pencairan dana dan proses pemanfaatannya dapat dilihat dalam Petunjuk
Pelaksanaan Pengelolaan Keuangan ISL CSRRP.
KSM atau Kelompok Swadaya Masyarakat yang telah dibentuk dalam Rembug Warga 2, dan akan
menjadi pelaksana teknis kegiatan pembangunan infrastruktur. KSM terdiri atas warga masyarakat
setempat yang akan mengendalikan kegiatan lapangan secara langsung, dengan gambaran kegiatan
meliputi dan tidak terbatas pada hal-hal berikut:
Guna melaksanakan kegiatan tersebut KSM akan mendapatkan pembelajaran dan peningkatan
kapasitas dari tim fasilkitator yang telah ditunjuk untuk mendapingi. Proses peningkatan kapasitas KSM
dilakukan dengan metoda On The Job Training (OJT) yang dilakukan oleh tim fasilitator.
Materi OJT terkait hal-hal teknis pelaksanaan dan pengawasan pembangunan maupun terkait
pemanfaatan, pelaporan dan pencatatan dana.
Proses ini wajib dilakukan untuk memberikan penjaminan kualitas dan akuntabilitas pemanfaatan dana-
dana public.
Praktek Kerja Lapangan/OJT, merupakan cara yang dipergunakan untuk melatih masyarakat sambil
meningkatkan kualitas konstruksi. Pemberian contoh dibuat dengan kualitas yang benar/memenuhi
persyaratan teknis, karena contoh akan dianggap sebagai batas maksimal kualitas yang akan dikejar/ikuti
oleh masyarakat. Pelaksanaan OJT diselenggarakan oleh KSM, difasilitasi/ dibimbing oleh tim fasilitator
atau dinas teknis terkait yang memahami bidang teknik konstruksi. Fokus utamanya lebih kepada
memberikan keterampilan bagi tenaga kerja tentang metode kerja konstruksi.
1. Disesuaikan dengan jenis pekerjaaan yang akan dilaksanakan di lapangan. Artinya OJT ini
mengikuti tahapan/jadwal pekerjaan di lapangan sehingga tidak memerlukan biaya khusus untuk
pengadaan tenaga kerja atau bahan/alat yang diperlukan, tetapi dapat langsung menggunakan
tenaga kerja atau bahan yang sudah tersedia untuk pekerjaan tersebut;
2. Dilaksanakan pada awal memulai pekerjaan. Hal ini dimaksudkan agar dengan
pemahaman/keterampilan yang telah dipraktekkan pada saat OJT, dapat langsung diikuti oleh
masyarakat untuk menyelesaikan seluruh volume pekerjaan tersebut. Setelah OJT, hasil pekerjaan
Setelah melakukan proses On The Job Training, KSM dapat melaksanakan kegiatan dengan terlebih
dahulu menyusun dan atau memfinalisasi Rencana Kegiatan yang telah ada. Dalam hal rencana kegiatan
telah tersusun dalam dokumen RKM maka KSM diperkenankan untuk lebih mendetilkan agar menjadi
rencana kerja yang lebih operasional. Rencana kegiatan setidaknya berisi hal-hal berikut:
1. Aktivitas. Merupakan proses identifikasi semua aktivitas spesifik yang harus dilakukan dalam
rangka mencapai seluruh tujuan dan sasaran proyek (project deliveriables). Dalam proses ini
dihasilkan pengelompokan semua aktivitas yang menjadi ruang lingkup proyek dari level tertinggi
hingga level yang terkecil atau disebut Work Breakdown Structure (WBS).
2. Urutan Aktivitas. Masing-masing aktivitas harus diurutkan secara akurat untuk mendukung
pengembangan jadwal sehingga diperoleh jadwal yang realisitis. Teknik secara manual masih
efektif untuk proyek yang berskala kecil atau di awal tahap proyek yang berskala besar, yaitu bila
tidak diperlukan pendetailan yang rinci.
3. Estimasi Durasi Aktivitas. Estimasi durasi aktivitas adalah proses pengambilan informasi yang
berkaitan dengan lingkup proyek dan sumber daya yang diperlukan yang kemudian dilanjutkan
dengan perhitungan estimasi durasi atas semua aktivitas yang dibutuhkan dalam proyek untuk
digunakan sebagai input dalam pengembangan jadwal. Tingkat akurasi estimasi durasi sangat
tergantung dari banyaknya informasi yang tersedia.
4. Pengembangan Jadwal. Pengembangan jadwal berarti menentukan kapan suatu aktivitas dalam
proyek akan dimulai dan kapan harus selesai. Pembuatan jadwal proyek proses input yang
melibatkan estimasi durasi dan biaya hingga penentuan jadwal proyek.
5. Pengendalian Jadwal. Pengendalian jadwal merupakan proses untuk memastikan apakah
kinerja yang dilakukan sudah sesuai dengan alokasi waktu yang sudah direncanakan.
Dokumen perjanjian kerjasama antara OMS dengan KSM setidaknya berisi hal-hal sebagai berikut:
Pada prinsipnya dalam kegiatan ISL mengutamakan akuntabilitas public dan keterbukaan. Untuk
memenuhi hal tersebut maka diperlukan langkah-langkah strategis salah satunya dengan pengadaan
barang dan jasa.
Pengadaan barang dan jasa dilakukan oleh OMS dan atau KSM dengan mempertimbangkan dan
menjamin kewajaran harga serta kemanfaatan yang tinggi bagi masyarakat sehingga perlu
memperhatikan prinsip dasar berikut:
1. Efisien: Pengadaan barang/jasa menggunakan sumber dana dan sumber daya yang terbatas
untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam waktu sesingkat-singkatnya dan dapat
dipertangungjawabkan.
2. Efektif: Pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan dan dapat
memberikan manfaat yang sebesar-sebesarnya dengan sasaran yang ditetapkan.
3. Keterbukaan dan Berdaya Saing: Pengadaan barang/jasa dilakukan secara terbuka bagi
penyedia yang memenuhi persyaratan dan dilakukan melalui persaingan yang sehat di antara
penyedia yang setara, serta memenuhi syarat/kriteria dalam ketentuan dan prosedur yang jelas
dan transparan.
4. Transparan: Semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan, termasuk syarat teknis,
administrasi pengadaan, tata cara evaluasi, hasil evaluasi, penetapan calon penyedia, bersifat
terbuka bagi peserta penyedia yang berminat, dan masyarakat luas pada umumnya.
5. Adil dan tidak diskriminatif: Memberikan perlakuan yang sama bagi calon penyedia jasa/barang
dan tidak mengarah untuk memberikan keuntungan kepada pihak tertentu, dengan cara dan alasan
apapun.
6. Akuntabel: Mencapai sasaran baik fisik, keuangan, maupun manfaat bagi kelancaran
pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pelayanan masyarakat sesuai dengan prinsip-prinsip
serta ketentuan yang berlaku dalam pengadaan barang/jasa.
MP2K merupakan rapat/forum musyawarah warga dalam rangka persiapan pelaksanaan konstruksi.
Musyawarah ini diselenggarakan sesegera mungkin setelah penandatanganan SPPD ISL CSRRP dan
sebelum dimulainya kegiatan. Penyelenggara kegiatan MP2K ini adalah OMS dan dihadiri oleh seluruh
pihak KSM yang akan melaksanakan kegiatan ISL CSRRP di wilayahnya.
Forum ini ditujukan untuk membahas rencana kerja KSM yang tertuang di dalam proposal serta untuk
meningkatkan pemahaman KSM dalam melaksanakan SPPD ISL CSRRP secara tepat waktu, tepat
kualitas, tepat biaya, tertib administrasi, dan tidak bertentangan dengan ketentuan program. Materi yang
dibahas dalam MP2K meliputi:
Musyawarah Persiapan Pelaksanaan Kegiatan (MP2K) adalah forum musyawarah warga dalam rangka
Persiapan Pelaksanaan Konstruksi (Pre Construction Meeting/PCM) kegiatan ISL CSRRP. Musyawarah
ini diselenggarakan paling lambat 7 hari setelah ditandatanganinya SPPD-L dan sebelum dimulainya
kegiatan pembangunan prasarana/fisik.
Penyelenggara kegiatan musyawarah ini adalah OMS dan yang diundang adalah PPK PKP, KSM,
Fasilitator dan unsur Pemda dan /atau Pemdes di wilayahnya. Forum ini ditujukan untuk membahas
rencana kerja KSM yang tertuang di dalam Proposal serta untuk memberikan penguatan teknis
pengendalian kegiatan, metode pelaksanaan, Spesifikasi Teknis dan administrasi pelaksanaan
pembangunan prasarana sesuai SPPD-L. Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan MP2K adalah
meningkatnya pemahaman KSM untuk melaksanakan SPPD-L/kegiatan secara tepat waktu, tepat
kualitas, tepat biaya dan tertib administrasi, serta tidak bertentangan dengan ketentuan Program. Adapun
yang perlu disiapkan dalam kegiatan MP2K adalah sebagai berikut :
Tahapan selanjutnya adalah tahapan inti proses pelaksanaan kegiatan infrastruktur sakala lingkungan.
a) Pelaksanaan Konstruksi
Pelaksanaan konstruksi harus mematuhi langkah-langkah yang disepakati dalam MP2K. Apabila
kenyataan di lapangan diperlukan perubahan rencana, maka penyelenggara swakelola harus
melaporkan kepada PPK PKP Satker BPPW. Perubahan pekerjaan baik berupa pemindahan
lokasi, perubahan volume (penambahan, pengurangan) dan perubahan spesifikasi, hanya dapat
dilaksanakan bila mendapat persetujuan tertulis dari PPK PKP.
• Penyelenggara swakelola mengajukan usulan kepada PPK PKP BPPW terkait dengan
perubahan kontrak beserta dokumen pendukung. Dalam proses penyusunan dokumen
ini dibantu fasilitator.
• Tenaga ahli OSP bersama fasilitator melakukan verifikasi terhadap usulan yang
disampaikan
• Dokumen pendukung dilengkapi gambar perubahan, justifikasi perubahan dan hasil
kajian usulan perubahan.
• Dokumen pendukung ditandatangani oleh Tenaga Ahli OSP dan Fasilitator, kemudian
diserahkan kepada PPK PKP untuk persetujuan
• PPK PKP melakukan pembahasan dengan Fasilitator, Tenaga Ahli OSP, PMC dan
penyelenggara swakelola untuk selanjutnya dibuatkan rekomendasi
• PPK PKP menyiapkan berita acara pembahasan dan dokumen addendum
c) Tahapan Pelaksanaan
Beberapa hal berikut dapat menggambarkan proses yang harus dilakukan dalam pelaksanaan
kegiatan fisik diantaranya:
• Menentukan Metode/Cara Pelaksanaan Pekerjaan.
Secara sederhana yang dimaksudkan dengan metode kerja ini adalah cara bagaimana
setiap kegiatan/pekerjaan akan dilaksanakan atau lebih terkait dengan teknologi
sederhana yang akan dipergunakan, apakah setiap pekerjaan akan dilakukan dengan
menggunakan tenaga kerja (manual) atau dengan peralatan (mekanis) atau kombinasi
dari keduanya. Hasil kegiatan ini dapat diketahui metode kerja dari setiap jenis pekerjaan
yang akan dilaksanakan.
• Menentukan urutan tahapan pekerjaan konstruksi pembangunan infrastruktur secara
sistematis (berurut-urutan) untuk menghasikan bangunan/infrastruktur. Urutan atau
susunan kegiatan pelaksanaan pembangunan infrastruktur tersebut dibuat berdasarkan
urutan tahapan pelaksanaan kegiatan dilapangan. Acuannya adalah selain pada urutan
tahapan pelaksanaan konstruksi bangunan juga mempertimbangkan metode kerja yang
dipergunakan
• Melaksanakan kegiatan /pekerjaan fisik infrastruktur sesaui dengan gambar kerja (DED)
yang telah dibuat dengan memperhatikan Rencana Kerja Dan Syarat (RKS) agar proses
dapatr dilakukan sesuai rencana.
Dalam proses ini setidaknya perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
• Pengendalian Biaya
Pengendalian biaya harus bertujuan menjamin bahwa biaya final proyek tidak melebihi
anggaran. Peluang terbesar menekan biaya akhir proyek adalah pada tahap briefing dan
perancangan. Pemeriksaan biaya secara teratur harus dilakukan pada saat
mengembangkan rancangan. Alat bantu yang baik untuk pekerjaan ini adalah rencana
biaya yang menunjukkan mutu, kuantitas dan harga satuan untuk unsur biaya utama
seperti pekerjaan tanah, lantai dan atap.
Ramalan biaya akhir selalu direvisi secara teratur untuk mencerminkan keadaan saat
tertentu proyek. Jika terdapat penyimpangan antara ramalan dengan anggaran proyek,
maka tindakan korektif harus diambil.
Pemeriksaan hasil pekerjaan dilakukan secara bertahap dilakukan pada pencapaian progress 25%, 50%
dan 100% guna memastikan kualitas dan kuantitas pekerjaan. Pemeriksaan progress 25% dan 50%
dilakukan untuk mendapatkan rekomendasi pencairan dari Bank, yang dituangkan dalam Berita Acara
Pemeriksaan Pekerjaan.
Sertifikasi pekerjaan dilakukan setelah pekerjaan selesai yang merupakan bagian dari proses serah
terima pekerjaan. Sertifikasi kelayakan hasil pekerjaan dapat dimulai setelah progress 90% agar dapat
dilakukan perbaikan pekerjaan agar terwujud bangunan yang berkualitas, tepat waktu, tepat biaya sesuai
dengan perjanjian kontrak dan dapat diterima oleh PPK.
a. Tim sertifikasi melibatkan unsur PPK, OMS, Tim teknis pemda, dan TA OSP serta fasilitator
b. Dilakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan pekerjaan, kualitas/mutu pekerjaan, upaya
penanganan dampak lingkungan dan sosial telah dilaksanakan dengan baik.
c. Bila ditemukan cacat/ kekurangan pekerjaan dilakukan perbaikan dan dibuatkan berita acara
pemeriksaan pekerjaan. Batas waktu penyempurnaan harus dilakukan maksimal 2 minggu.
d. Capaian pemanfaatan dana sesuai dengan perencanaan dan bangunan dapat berfungsi dan
dimanfaatkan warga.
e. Apabila pekerjaan tidak layak dan tidak dapat berfungsi/dimanfaatkan oleh warga, maka perlu
dilakukan kesepakatan bersama warga, pemda.
f. Seluruh hasil sertifikasi didokumentasikan oleh PPK, OMS, OSP/ Fasilitator dan PMC.
Pertemuan Warga 3 bertujuan untuk memberikan informasi hasil pelaksanaan kegiatan dan hasil
pengelolaan dana Bantuan Pemerintah untuk Masyarakat (BPM) yang dilakukan oleh penyelenggara
swakelola kepada masyarakat kelurahan/desa dalam kegiatan ISL CSRRP. Pertemuan Warga 3 ini
dilaksanakan setelah pelaksanaan konstruksi selesai 100% atau pada saat batas waktu Perjanjian Kerja
Sama/Kontrak Swakelola selesai. Pertemuan Warga 3 dipimpin oleh Lurah/Kepala Desa dengan
mengundang BPPW, Pokja PKP Kota/Kabupaten, Kecamatan, Kelompok Pemanfaat dan Pemeliharaan
(KPP), Tokoh Masyarakat, Masyarakat serta fasilitator dan OSP. Dalam pertemuan ini penyelenggara
swakelola menjelaskan secara rinci dan transparan laporan pertanggungjawaban realisasi pengelolaan
dana BPM sebagai salah satu bentuk transparansi pelaksanaan dan pengelolaan kegiatan.
Hasil Pertemuan Warga 3 disampaikan kepada kelurahan/pemerintah desa dan PPK PKP pada Satker
Pelaksanaan PPW sebagai pencatatan arsip.
Serah terima hasil pekerjaan dilakukan setelah pembangunan infrastruktur di lapangan selesai
dilaksanakan dan infrastruktur yang dibangun sudah sepenuhnya dapat berfungsi dan bermanfaat.
Penyerahan Hasil Pekerjaan Swakelola dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
a) OMS menyerahkan hasil pekerjaan dan laporan pelaksanaan pekerjaan kepada PPK PKP melalui
Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan;
b) Penyerahan hasil pekerjaan dan laporan pelaksanaan pekerjaan kepada PPK PKP setelah
dilakukan pemeriksaan oleh Tim Pemeriksa dengan Berita Acara Hasil Pemeriksaan;
c) Infrastruktur terbangun selanjutnya dapat diserahterimakan pemeliharaan dan pengelolaannya dari
PPK PKP BPPW kepada Pemerintah Kota/Kabupaten atau Pemerintah Desa yang
bertanggungjawab dalam:
• Mencatatkan infrastruktur terbangun sebagai aset Pemerintah Kota/Kabupaten atau
Pemerintah Desa;
• Memanfaatkan hasil pembangunan untuk kepentingan masyarakat kelurahan/desa secara
luas; dan
• Melakukan pengelolaan untuk kegiatan pemeliharaan, keberlanjutan, dan pengembangan
hasil pelaksanaan pembangunan.
Setelah pelaksanaan pembangunan fisik selesai, kegiatan dilanjutkan dengan operasi dan pemeliharaan
oleh masyarakat secara optimal dan berkesinambungan, dengan bimbingan dari pemerintah setempat.
Dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan pekerjaan diharapkan muncul kesadaran dan tanggung jawab warga untuk memelihara
a. KPP yang telah dibentuk dalam RW 2 dan sudah mengamati proses pelaksanaan pembangunan
dapat mengambil alih pengelolaan infrastruktur yang telah dibangun. Bersamaan dengan proses
tersebut dapat dilakukan peningkatan kapasitas terhadap KPP terutama terkait hal teknis
pemanfaatan dan pemeliharaan
b. Pelatihan Bimbingan Teknis Operasi dan Pemeliharaan (O&P). Agar infrastruktur permukiman
yang telah terbangun dapat berfungsi maksimal dan tahan lama/berkelanjutan, maka harus
dilaksanakan kegiatan operasi dan pemeliharaan yang rutin dan terintegrasi didukung oleh tenaga
yang kompeten. Untuk mendukung hal tersebut maka PIU Cipta Karya dibantu oleh OSP dan
Fasilitatornya menyelenggarakan bimbingan teknis operasi dan pemeliharaan kepada kelompok
penerima manfaat (KPP) dan masyarakat lainnya yang ingin ikut serta dalam melaksanakan
kegiatan O&P tersebut.
c. Penyusunan program kerja operasional dan pemeliharaan. KPP berkewajiban membuat prosedur-
prosedur tersebut secara rinci, transparan dan menyeluruh. Prosedur atau aturan tersebut
didiskusikan dan dikonsultasikan kepada masyarakat, khususnya para pemanfaat, untuk
mendapatkan persetujuan. Hasil persetujuan tersebut harus diketahui oleh Kepala Desa/Lurah.
Program kerja O&P melingkupi:
• Pendataan anggota
• Sumber pembiayaan untuk O&P
• Inventarisasi kondisi prasarana
• Rencana teknis operasional dan pemeliharaan infrastruktur
• Penyusunan anggaran biaya O&P
• Pelaporan Rutin.
Penyusun : 1. Zubaidi
3. Sarwo Edhi
4. Arnindia Putri
6. Tim KI CSRRP