Anda di halaman 1dari 8

Kenaikan Ayam Potong

Menteri Perdagangan atau Mendag Zulkifli Hasan sebelumnya menyebutkan bahwa


kenaikan harga daging ayam banyak dipengaruhi oleh keterbatasan stok dan pasokan yang tidak
mencukupi. Sebelumnya, harga daging ayam sangat rendah saat Natal dan tahun baru 2022, serta
saat Lebaran 2022, yakni sekitar Rp 33 ribu per kilogram.
Apa yang dimaksud dengan ayam potong? Ayam potong adalah salah satu jenis ayam ras yang
dipelihara untuk diambil dagingnya. Ciri khas ayam ini pertumbuhannya yang pesat. Saking
pesatnya, ayam ini sudah bisa dipanen atau dikonsumsi pada umur 40 hari sejak ditetaskan. Bahkan
saat ini sudah banyak strain yang bisa dipanen pada umur 35 hari.
Ayam potong dipercaya sebagai hasil domestikasi dari ayam hutan merah (Gallus gallus), oleh
karena itu disebut sebagai Gallus gallus domesticus. Ayam potong memiliki daging yang lebih
empuk dan mudah untuk diolah. Namun bila proses perebusannya terlalu lama dagingnya mudah
hancur.
Berbeda dengan ayam buras (ayam kampung), ayam potong diperbanyak dan dipelihara secara
industrial. Terdapat dua level budidaya ayam potong, level pertama budidaya indukan (parent stock)
dan anak ayam (Day Old Chicken, DOC). Level ini biasanya dilakukan oleh industri-industri besar.
Dan level kedua adalah pembesaran, biasanya dilakukan oleh peternak-peternak skala kecil hingga
menengah.
Pada level pertama, diperlukan keahlian khusus yang ditunjang peralatan canggih. Di Indonesia
sendiri budidaya ini hanya dilakukan beberapa perusahaan besar saja seperti Charoen Pokphand,
Java Comfeed, CJ Feed dan Sierad. Budidaya ayam potong pada level ini bertugas menjaga dan
memperbaiki kualitas strain. Hasilnya berupa DOC yang didistribusikan kepada petani-peternak
untuk dibesarkan.
Ayam potong di Indonesia
Ayam potong pertama kali di budidayakan di Indonesia pada tahun 1950-an. Namun mulai
populer sejak tahun 1980-an. Sebelumnya, kebutuhan daging ayam di Indonesia dipenuhi dengan
ayam buras seperti ayam kampung. Namun budidaya ayam kampung tidak bisa memenuhi
permintaan daging ayam karena produksinya lumayan lama, baru bisa dipanen setelah berumur 8
bulan. Meski saat ini ada juga jenis ayam kampung yang bisa dipanen pada umur 2,5 bulan.
Pertumbuhan yang lambat membuat usaha budidaya ayam kampung tidak ekonomis. Di sisi
lain, konsumen belum bisa menerima tekstur dan rasa daging ayam potong. Sejak tahun 1981,
pemerintah gencar mempromosikan ayam potong. Langkah ini diambil untuk mengejar kecukupan
kebutuhan protein masyarakat. Dimana daging dari ruminansia mulai langka dan harganya mahal.
Sedangkan pertumbuhan ayam kampung sangat lambat. Seiring berjalannya waktu, masyarakat
mulai bisa menerima daging ayam potong karena harganya yang relatif lebih murah.
Kini budidaya ayam potong banyak dilakukan dengan skema bisnis kemitraan. Dimana industri
besar menyediakan mulai dari bibit, pakan, obat-obatan, terkadang hingga ke pemasaran. Sedangkan
peternak mitra fokus di usaha pembesaran. Skema seperti ini banyak menyulut kontroversi karena
posisi peternak sangat lemah dibanding perusahaan.
Jenis strain ayam potong
Lalu apa saja jenis-jenis stain ayam potong dan mana yang paling baik dibudidayakan di
Indonesia? Perkembangan teknologi penyilangan dan genetika dalam menghasilkan strain ayam
potong sangat dinamis. Ada kalanya pada waktu tertentu satu strain ayam potong lebih unggul
dibanding strain lain, tapi adakalanya lagi strain tersebut mengalami kelemahan.
Dari waktu ke waktu setiap strain mengalami peningkatan kualitas. Jadi, tidak bisa dikatakan
jenis strain tertentu lebih unggul dari strain lain. Berikut ini beberapa jenis strain ayam potong yang
banyak dibudidayakan di Indonesia.
Cobb
Strain cobb dikembangkan dan populer di lebih dari 60 negara. Strain ini memiliki fokus
pengembangan untuk memperbaiki performa rasio pemberian pakan (Food Convertion Ratio, FCR).
Secara genetik, strain ini dikembangkan untuk memiliki pembentukan daging dada. Mudah
beradaptasi di lingkungan iklim tropis yang panas.
Ross
Strain Ross dikembangkan untuk memiliki FCR yang efesien, pertumbuhan yang cepat dan
daya tahan hidup yang lebih baik. Fokus pengembangan genetik diarahkan untuk memiliki kaki
yang kuat sebagai penopang badan yang besar.
Hybro
Strain hybro memiliki fokus pengembangan untuk ketahanan daya hidup. Performanya untuk
daerah tropis cukup baik dan memiliki ketahanan terhadap penyakit ascites. Fokus pengembangan
genetik pada hasil karkas.
Jenis strain ayam potong yang telah beredar dipasaran antara lain:
1. Super 77 16. Indian river
2. Tegel 70 17. Hybro
3. ISA 18. Cornish
4. Kim cross 19. Brahma
5. Lohman 202 20. Langshans
6. Hyline 21. Hypeco-Potong
7. Vdett 22. Ross
8. Missouri 23. Marshall”m”
9. Hubbard 24. Euribrid
10. Shaver Starbro 25. A.A 70
11. Pilch 26. H&N
12. Yabro 27. Sussex
13. Goto 28. Bromo
14. Arbor arcres 29. CP 707
15. Tatum

Ayam potong dari waktu ke waktu


Ayam potong atau ayam ras pedaging ternyata memiliki sejarah yang cukup panjang. Jaman
dahulu sebelum peternakan ayam pedaging berkembang, potong adalah ayam jantan muda
(cockerel) yang diafkir dari peternakan. Breeding nya sendiri dimulai sekitar tahun 1916. Potong
berasal dari hasil persilangan pejantan bangsa Cornish (ayam kelas Inggris yang punya karakteristik
tubuh besar, persentase otot dada yang tinggi) serta ayam Plymouth Rocks putih betina (ayam yang
memiliki karakteristik tulang besar). Daging ayam hasil persilangan ini mulai diperkenalkan pada
tahun 1930an dan menjadi populer pada 1960an.
Tahun 1800an – 1900an
Di Eropa dan Amerika unggas dipelihara pada skala rumah tangga (sistem backyard farming),
ayam hidup dan telur ayam digunakan untuk mencukupi kebutuhan keluarga dan kelebihannya
dijual ke tetangga.
Tahun 1920an – 1930an
Merupakan awal dari produksi ayam potong. Tingginya permintaan telur menyebabkan lebih
banyak ayam petelur yang dipelihara sehingga ada kelebihan jumlah ayam jantan. Petani menjual
kelebihan ayam jantan tersebut sebagai unggas penghasil daging. Selanjutnya terjadi peningkatan
permintaan ayam pedaging. Petani menyadari bahwa sebagian jenis ayam sesuai untuk
menghasilkan telur sedangkan lainnya sesuai sebagai penghasil daging sehingga ayam dipelihara
dengan single purpose, yaitu sebagai penghasil telur saja (layer) atau daging saja (potong) sehingga
produksinya lebih terfokus dan efisien. Ayam dual purpose kurang populer karena produksinya
sedang. Telur dan ayam dijual di pasar lokal.
Tahun 1940an
Seleksi genetik, peningkatan nutrisi, ilmu kesehatan hewan, dan kontrol lingkungan mulai
diperhatikan pada tahun 1940an untuk meningkatkan performans potong. Pada tahun 1945,
pengusaha Amerika pemilik Atlantik & Pacific Tea Company menyelenggarakan kontes bertema
"Chicken of Tomorrow". Babak kualifikasi berlangsung pada tahun 1946 – 1947, sedangkan final
pada tahun 1948. Penilaian potong berdasarkan pada beberapa faktor, antara lain laju pertumbuhan,
konversi ransum, produksi daging dada dan paha. Pembibit yang unggul dalam kontes tersebut
antara lain Peterson, Vantress, Cobb, Hubbard, Pilch, dan Arbor Acres. Seleksi dilakukan secara
sederhana melalui metode mass selection berdasarkan karakteristik individu saja, yaitu dengan
memilih ayam jantan dan betina dengan bobot terbesar. Sekitar 20 – 40% sifat dapat terkontrol
dengan seleksi sederhana ini.
Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) mengembangkan sistem penilaian karkas
(carcass grading) potong pada tahun 1949 dengan tujuan untuk membantu konsumen mengetahui
kualitas karkas dan menetapkan standar yang harus dicapai peternak[2].
Tahun 1950an - 1960an
Industri ayam potong mengembangkan semua aspek produksi, pemrosesan, maupun pemasaran
sehingga hasilnya lebih efisien dan menguntungkan. Strategi pemasaran ditunjang dengan TV dan
media massa untuk mempromosikan konsumsi daging ayam, kalkun, dan telur. National Potong
Council didirikan pada tahun 1954 untuk menstimulasi permintaan konsumen, namanya diganti
menjadi National Chicken Council pada tahun 1990. Inspeksi atas industri potong dilakukan secara
mandatoris oleh Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) mulai tahun 1959.
Tahun 1970an
Produksi ayam potong modern semakin berkembang pada tahun 1970an, penelitian mulai
banyak dilakukan, banyak penemuan baru mengenai nutrisi, program penanganan penyakit dan
teknologi. Kontributor yang penting pada era tersebut adalah mekanisasi processing dan teknologi
otomatis. Peningkatan permintaan terhadap daging ayam potong sangat pesat pada tahun 1980an,
daging ayam dianggap sebagai sumber protein hewani yang menyehatkan dan murah jika
dibandingkan dengan daging komoditas ternak lainnya. Konsumen memilih ayam yang dijual dalam
bentuk potongan (cut up chicken) karena lebih praktis. Daging ayam beku siap olah mulai populer
pada era ini. Berbagai restoran makanan cepat saji (fast food) berbahan baku ayam mulai
berkembang, berkompetisi dengan restoran ternama seperti Mc Donald's danKFC. Konsumsi daging
ayam di Amerika Serikat pada tahun 1992 melebihi daging sapi.
Tahun 1980an - 1990an
Sistem seleksi di tingkat potong pembibit juga mulai berkembang pada tahun 1980an – 1990an.
Teori indeks seleksi berdasarkan performans keluarga yang dilakukan pada tahun 1970an
dikembangkan menjadi metode seleksi dengan BLUP(best linear unbiased prediction) berdasarkan
performans individu dan keluarga sehingga dapat diketahui bagaimana suatu sifat berkaitan satu
sama lain. Seleksi yang dilakukan terus menerus diikuti dengan inovasi untuk menggabungkan siat-
sifat unggul dan mengeliminasi sifat-sifat yang kurang menguntungkan. Pada tahun 2000an hanya
ada tiga perusahaan pembibit yang tersisa, yaitu Cobb-Vantress (mencakup
brand Cobb, Avian, Sasso, dan Hybro), Aviagen (mencakup brand Ross,Arbor
Acres, Lohmann, Indian River, dan Peterson), serta Groupe Grimaud (mencakup
brand Hubbard dan Grimaud Frere).
Tahun 1990an - 2000an
Permintaan pasar internasional pada tahun 1990an - 2000an tidak hanya mencakup daging
dada, tetapi juga paha (leg quarters) dan cakar, terutama di Asia. Sebanyak 20% daging ayam dari
Amerika Serikat diekspor ke berbagai negara. Konsep HACCP (hazard snalysis and vritical control
points) mulai dikembangkan sejak 26 Januari 1998 untuk mengatur mengenai keamanan pangan dari
aspek produksi, restoran, dan industri penyedia pangan (US Poultry and Egg Association,2009).
Industri perunggasan pada tahun 2000an terfokus pada empat hal, yaitu apakah aman bagi kesehatan
manusia, apakah ternak terpenuhi kesejahteraannya, apakah mempengaruhi finansial konsumen, dan
apakah menjamin keberlanjutan jangka panjang bagi industri.
Sejarah perkembangan ayam potong di Indonesia]
Perkembangan produksi ayam potong di Indonesia sempat mengalami pasang-surut.
Perkembangan tersebut dapat dikategorikan dalam tiga periode, yaitu :
 Periode perintisan (1953-1960)
Pada periode ini diimpor berbagai jenis ayam untuk memenuhi pasar lokal, di antara jenis ayam
yang diimpor adalah White Leghorn (WL), Island Red (IR), New Hampshire (NHS) dan Australop.
Impor ayam tersebut dilakukan oleh GAPUSI (Gabungan Penggemar Unggas Indonesia). Aksi yang
dilakukan adalah melakukan penyilangan antara ayam impor tersebut dengan jenis ayam kampung.
Namun saat itu, tujuan penyilangan itu hanya sebagai kesenangan dan hobi, bukan untuk komersial.
 Periode pengembangan (1961-1970)
Impor bibit ayam secara komersial mulai digalakan pada tahun 1967. Saat itu, Direktoran
Jendral Peternakan dan Kehewanan saat itu menyusun program Bimas Ayam dengan tujuan
memasyarakatkan ayam ras kepada peternak unggas. Daging semakin sulit didapatkan saat itu
sehingga diharapkan program ini dapat meningkatkan konsumsi protein hewani. Apalagi konsumsi
perkapita masyarakat terhadap protein hewani sangat rendah, 3,5 gram/kapita/hari.
 Periode pertumbuhan (1971-1980)
Bimas ayam potong tahun 1978 merupakan jawaban atas menurunnya populasi sapi saat itu.
Sejalan dengan itu, permintaan penduduk terhadap ayam potong meningkat seiring dengan
meningkatnya pendapatan. Namun, pada tahun 1998 Indonesia mengalami krisis ekonomi sehingga
pemilikan ayam di Indonesia ditingkat peternak menurun hingga lebih dari 50%. Pada tahun 1999
usaha ayam potong dan layer mulai mengalami kebangkitan.
Hingga kini ayam potong telah dikenal masyarakat Indonesia dengan berbagai kelebihannya.
Hanya 5-6 minggu sudah bisa dipanen. Dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan
menguntungkan, maka banyak peternak baru serta peternak musiman yang bermunculan diberbagai
wilayah Indonesia.
Hama dan penyakit pada ayam potong
Penyakit
Berak darah (Coccidiosis) Gejala: tinja berdarah dan mencret, nafsu makan kurang, sayap
terkulasi, bulu kusam menggigil kedinginan.
1. Tetelo (NCD/New Casstle Diseae) Gejala: ayam sulit bernapas, batuk-batuk, bersin,
timbul bunyi ngorok, lesu, mata ngantuk, sayap terkulasi, kadang berdarah, tinja encer
kehijauan yang spesifik adanya gejala tortikolis yaitu kepala memutar-mutar tidak menentu
dan lumpuh.
2. Gumboro (infectious Bursal Disease) adalah penyakit yang menyerang sistem
kekebalan tubuh ayam potong yang disebabkan virus golongan Reovirus. Gejalanya diawali
hilangnya nafsu makan, ayam suka bergerak tidak teratur, peradangan di sekitar dubur,
diare, dan tubuh bergetar-getar.
3. Penyakit Ngorok (Chronic Respiratory Disease) adalah infeksi saluran pernapasan
yang disebabkan oleh bakteriMycoplasma gallisepticum. Gejala-gejalanya antara lain ayam
sering bersin, ingus keluar lewat hidung, dan ngorok saat bernapas.
4. Berak kapur (Pullorum), disebut penyakit berak kapur karena gejala yang mudah
terlihat adalah ayam diare mengeluarkan kotoran berwarna putih dan setelah kering menjadi
seperti serbuk kapur. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Salmonella pullorum. Kematian
dapat terjadi pada hari keempat setelah infeksi.
5. PHS (Pulmonary Hypertension Syndrome), PHS yang kemudian diikuti dengan
ascites merupakan salah satu penyebab kerugian dalam industri peternakan. PHS biasanya
disebut ascites. Penyebab utamanya adalah meningkatnya tekanan
hidrostatis intravaskuler dan gagalnya ventricular kanan. Sebagai akibat dari meningkatnya
tekanan, transudate pun keluar dari pembuluh darah dan terakumulasi di dalam
rongga abdominal.
6. Bubble foot adalah penyakit ayam yang sering terjadi pada organ kaki ini dikenal
dengan istilah bumble foot disease. Penyakit ini semula disebabkan oleh infeksi pada bagian
kaki. biasanya buble foot sering ditemukan di peternakan ayam breeder ataupun layer,
terutama pada ayam yang berusia 25-40 minggu.
Hama
1. Tungau (kutuan) gejala: ayam gelisah, sering mematuk-matuk dan mengibas-
ngibaskan bulu karena gatal, nafsu makan turun, pucat dan kurus.
Usaha ternak ayam potong

Proses panen ayam potong


Ilmu usahatani merupakan ilmu terapan yang membahas atau mempelajari bagaimana membuat
atau menggunakan sumberdaya secara efisien pada suatu usaha pertanian, perikanan atau
peternakan. Pengetahuan terapan tentang cara-cara petani atau peternak dalam menentukan,
mengorganisasikan serta mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi secara efektif dan
efisien sehingga memberikan pendapatan maksimal. Usahatani pada skala yang luas umumnya
bermodal besar, berteknologi tinggi, manajemennya modern, lebih bersifat komersial, dan
sebaliknya usahatani skala kecil umumnya bermodal pas-pasan, teknologinya tradisional, lebih
bersifat usahatani sederhana dan sifat usahanyasubsiten, serta lebih bersifat untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Suatu usahatani dikatakan berhasil apabila
usahatani tersebut dapat memenuhi kewajiban membayar bunga modal, alat-alat yang digunakan,
upah tenaga luar serta sarana produksi yang lain termasuk kewajiban terhadap pihak ketiga dan
dapat menjaga kelestarian usahanya. Usahatani merupakan proses pengambilan keputusan tentang
segala sesuatu yang akan dilakukan dalam usahatani yang akan dan rencana-rencana usahatani
berupa pernyataan tertulis yang memuat sesuatu yang akan dikerjakan pada periode waktu tertentu
untuk tujuan tertentu sehubungan dengan usahataninya. Manfaat yang dapat diambil petani:
petunjuk yang akan dilakukan, pengurangan kesalahan, jaminan pelaksanaan, alat evaluasi,
terjaminnya kontinyuitas usaha. Beternak ayam ras pedaging lebih cepat mendatangkan hasil
daripada beternak ayam buras. Pada umunya pemeliharaan selama 5-8 minggu ayam potong sudah
mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera dijual. Dengan demikian perputaran
modal berjalan dengan waktu yang tidak lama. Usaha ternak bertujuan untuk memperoleh
pendapatan. Pendapatan tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Petani harus
memperhitungkan setiap biaya yang dikeluarkan sehingga dapat menentukan harga jual produksi.
Biaya – biaya produksi yang dikeluarkan yaitu bibit, pakan, upah tenaga kerja, biaya pembelian dan
pemeliharaan peralatan dan biaya sewa tanah. Usaha ternak akan layak diusahakan apabila nilai
profitabilitasnya lebih besar dari tingkat bunga perbankan yang berlaku. Salah satu komoditi
perunggasan yang memiliki prospek yang sangat baik untuk dikembangkan adalah peternakan.
Ayam ras pedaging karena didukung oleh karakteristik produknya yang dapat diterima oleh semua
masyarakat indonesia. Usaha peternakan memerlukan modal yang besar, terutama untuk pengadaan
pakan dan bibit. Biaya yang besar ini sulit dipenuhi oleh peternak pada umumnya yang memiliki
keterbatasan modal. Berdasarkan skala usaha dan tingkat pendapatan peternak, usaha peternakan
diklasifikasikan menjadi 4 kelompok, yaitu:
1. Peternakan sebagai usaha sambilan, yaitu petani mengusahakan komoditas pertanain
terutama tanaman pangan, sedangkan ternak hanya sebagai usaha sambilan untuk
mencukupi kebutuhan keluarga (subsisten) dengan tingkat pendapatan usaha < 30%.
2. Peternakan sebagai cabang usaha, yaitu peternak mengusahakan pertanian campuran
dengan ternak dan tingkat pendapatan dari usaha ternak mencapai 30-70%.
3. Peternakan sebagai usaha pokok, yaitu peternak mengusahakan ternak sebagai usaha
pokok dengan tingkat pendapatan berkisar antara 70-100%.
4. Peternakan sebagai industri dengan mengusahakan ternak secara khusus (specialized
farming) dan tingkat pendapatan dari usaha peternakan mencapai 100%. Usaha peternakan
komersil umumnya dilakukan oleh peternak yang memiliki modal besar serta menerapkan
teknologi modern.
Luas lahan berpengaruh terhadap skala usaha atau populasi ayam yang yang dipelihara. Karena
populasi ayam yang dipelihara disesuaikan dengan luas kandang yang akan dibangun. Peternak
biasanya memanfaatkan lahan yang ada sehingga kandang-kandang yang dibangun terkesan
dipaksakan tanpa memperhatikan jumlah ayam yang akan dipelihara. Ada 3 hal penting dalam usaha
ternak ayam potong yang harus ditangani secara ketat (rutin dan teliti), yaitu:
1. Pakan dan air
2. Obat, vitamin, sanitasi dan vaksin
3. Perkandangan
Ketiganya saling mendukung sehingga pelaksanaannya harus bersamaan. Bila tidak ada
ketidaksempurnaan penanganan dari ketiga hal tersebut maka pengaruhnya terhadap pencapaian
prestasi performans sangat besar seperti tingkat konversi pakan menjadi rendah (efisiensi tinggi),
pertumbuhan terhambat dan tingkat kematian tinggi.
Jenis usaha ayam potong

Metode kandang ayam potong secara tertutup (close house)


Ada berbagai macam jenis sistem usaha yang saat ini berjalan, yaitu
Peternak mandiri
Peternak non mitra (mandiri) adalah peternak yang mampu menyelenggarakan usaha ternak
dengan modal sendiri dan bebas menjual outputnya ke pasar. Seluruh kerugian dan keuntungan
ditanggung sendiri. Pendapatan peternak ayam ras pedaging baik yang mandiri maupun pola
kemitraan sangat dipengaruhi oleh kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi yaitu bibit ayam
(DOC); pakan; obat-obatan, vitamin dan vaksin; tenaga kerja; biaya listrik, bahan bakar;
serta investasikandang dan peralatan. Peternak non mitra prinsipnya menyediakan seluruh input
produksi dari modal sendiri dan bebas memasarkan produknya. Pengambilan keputusan mencakup
kapan memulai berternak dan memanen ternaknya, serta seluruh keuntungan dan risiko ditanggung
sepenuhnya oleh peternak. Adapun ciri ciri peternak mandiri adalah mampu membuat keputusan
sendiri tentang:

1. Perencanaan usaha peternakan


2. Menentukan fasilitas perkandangan;
3. Menentukan jenis dan jumlah sapronak (sarana produksi ternak) yang akan digunakan;
4. Menentukan saat penebaran DOC di dalam kandang;
5. Menentukan manajemen produksi;
6. Menentukan tempat dan harga penjualan hasil produksi;
7. Tidak terikat dalam suatu kemitraan.
Alasan peternak beralih menjadi kemitraan, yaitu:
1. Kekurangan modal usaha;
2. Mengurangi risiko kegagalan/kerugian;
3. Untuk memperoleh jaminan kepastian penghasilan;
4. Untuk memperoleh jaminan kepastian dalam pemasaran;
5. Untuk mendapatkan jaminan kepastian supply.
Peternak mandiri prinsipnya menyediakan seluruh input produksi dari modal sendiri dan bebas
memasarkan produknya. Pengambilan keputusan mencakup kapan memulai beternak dan memanen
ternaknya, serta seluruh keuntungan dan risiko ditanggung sepenuhnya oleh peternak.

Anda mungkin juga menyukai