Anda di halaman 1dari 5

Latar Belakang

Beragam produk olahan UMKM di bidang makanan, fashion, dan kerajinan kini
tersedia di pasaran. Kualitas produk yang ditawarkan di pasaran berbeda-beda tergantung dari
harga yang ditawarkan. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi peralatan, material dan lingkungan
yang digunakan dalam proses produksi UKM tersebut. Lingkungan produksi memiliki dampak
yang signifikan terhadap kuantitas dan kualitas produk yang dihasilkan. Purnomo2
menjelaskan bahwa secara umum tata ruang yang terencana dengan baik memberikan
kontribusi positif bagi optimalisasi operasi perusahaan dan pada akhirnya menjaga
kelangsungan hidup dan kemakmuran perusahaan. Amalia, proses restrukturisasi tata letak
fasilitas UD. Pintu air dengan metode ARC (Activity Relationship Chart) dan algoritma
BLOCPLAN dapat mengurangi jarak perpindahan material sebesar 6,75 meter. Penerapan
metode split storage menghasilkan pengurangan total jarak material handling dengan selisih
387 meter, yaitu pengurangan jarak sebesar 60,36%. Dengan menggunakan pendekatan
Systematic Layout Planning (SLP), Camerawati dapat meminimalkan biaya material handling
dari layout awal ke layout alternatif II dengan efisiensi sebesar 32,62n, mengurangi total biaya
material handling sebesar 18,19%. Metode BLOCPLAN dapat digunakan untuk
menyelesaikan masalah penempatan spasial dengan mengurangi kedekatan hubungan,
kebutuhan areal, perhitungan jarak perpindahan material, dan tata letak akhir. Fajrah, perbaikan
desain tata letak produksi dengan metode CRAFT dapat menekan biaya pindah sebesar
30,11%. Setelah menyiapkan fasilitas produksi CV. Menurut Deviant, desain tata letak fasilitas
yang baik dalam proses pembangunan galangan kapal sangat dibutuhkan untuk membantu
program pemerintah meningkatkan efisiensi secara keseluruhan dan pengendalian manajemen
yang lebih baik. Dengan memperbaharui lokasi mesin produksi, jarak yang ditempuh dapat
ditingkatkan dari 9.537,5 meter menjadi 3.692,5 meter, dan penghematan jarak angkut material
sebesar 61%. Biaya pemindahan material semula 839.967,00 Rp. 325 Rp dengan penghematan
biaya material handling sebesar 198,00 persen sebesar 61%. Sementara evaluasi tata letak
proses produksi dengan pendekatan teknologi kelompok menghasilkan jarak transisi dari
semula 1700,68 meter menjadi 1566,37 meter, menurut Irawan, penghematan 8% dari tata letak
sebelumnya. Biaya penanganan material awalnya R850.340 hingga R778.685, penghematan
8% dari pengaturan sebelumnya. Hasil perancangan layout berdasarkan pendekatan ARC
menunjukkan bahwa jarak material handling berkurang 68,5 meter, waktu material handling
358,46 detik, dan biaya material handling Rp 20.664. Menurut Munarwan, dengan bantuan
beberapa percobaan, ditemukan susunan percobaan yang dapat meningkatkan produktivitas
baik dari segi total momen produksi maupun jumlah produksi yang dapat dihasilkan. Dengan
menata ulang susunannya, Anda bisa menentukan Harga Pokok Produksi (HPP) semua
pengecoran logam dan membandingkannya dengan kondisi sebelumnya. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa dengan penataan tata letak, produksi yang dihasilkan lebih tinggi dan
biaya produksi lebih murah. Renovasi setup produksi menambah jumlah mesin. Jarak
perpindahan material sebelum renovasi adalah 21,5 meter sedangkan jarak perpindahan
material untuk usulan renovasi adalah 19 meter. Dengan penataan tata letak pabrik produksi
keripik nangka dapat dicapai jarak pengangkutan arus material sepanjang 26.495 meter dan
waktu perpindahan material 326,24 detik. Dengan restrukturisasi tata letak, jarak 16,45 meter
dan waktu 299,9 detik dapat diminimalkan dibandingkan dengan tata letak semula. Pengaturan
yang diusulkan memungkinkan tidak hanya untuk meminimalkan jarak dan waktu tempuh
aliran material, tetapi juga untuk meminimalkan jarak antar departemen yang dapat
menyebabkan kecelakaan industri, untuk meminimalkan jumlah kecelakaan industri. Menurut
Merry, mengubah tata letak pabrik menggunakan teknik tradisional dapat mengurangi total
jarak material handling hingga 0,97 km dan menghemat Rp. 1.863.772 per hari, awalnya jarak
material handling di ruang produksi adalah 3,12km dan total biaya material handling adalah
Rp. 5.911.178,- Setelah diproses dengan teknik konvensional, jarak material handling adalah
2,2km dan total biaya material handling adalah Rp. 4.047.406 NOK. Restrukturisasi tata letak
fasilitas produksi menurut metode kolektif storage menghasilkan selisih nilai jarak tempuh
total sebesar 7034,2 meter dari total jarak tempuh semula, dimana jarak tempuh tata letak
semula adalah 11.868 meter, sedangkan jarak tempuh total dari nilai usulan . adalah 7034,2
meter. peta tanah adalah 4833,8 meter. Dengan lebar koridor yang dibutuhkan untuk lift boom
1,8 meter untuk mengoptimalkan ruang dengan baik. Didirikan pada tahun 2011, Kotitellisuus
X memproduksi tempe dalam kemasan plastik. Hotel ini terletak di kawasan Gayamsar kota
Semarang. Permasalahan pada kondisi tempat produksi saat ini adalah keadaan lokasinya yang
bahan bakunya jauh dari tempat produksi semula. Kondisi tersebut menyebabkan proses
produksi material handling yang lama. Karena permasalahan tersebut maka perlu dilakukan
penataan tata letak produksi agar proses material handling menjadi lebih ketat dan biaya
transfer material dapat ditekan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan saran
perbaikan material handling guna mengurangi material handling. Salah satu pendekatan yang
mungkin adalah kombinasi diagram rasio aktivitas (ARC) dan diagram dari-ke (FTC). Menurut
Wignjosoebroto, start map atau peta frekuensi perjalanan atau travel map merupakan salah satu
teknik konvensional yang biasa digunakan dalam perencanaan tata letak pabrik dan transportasi
material dalam proses produksi. Diagram hubungan aktivitas (ARC) adalah contoh hubungan
kedekatan antar ruang yang digunakan sebagai panduan untuk mengubah tata letak.

Rumusan Masalah
Dengan kondisi lokasi produksi yang sederhana, terdapat permasalahan pada lokasi
lokasi dimana bahan baku jauh untuk mencapai lokasi produksi semula. Kondisi tersebut
menyebabkan proses produksi material handling yang lama. Masalah ini memerlukan
restrukturisasi tata letak produksi.

Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan biaya transfer material dan biaya
transfer optimal untuk proposal layout baru. Dalam analisis tata letak asli, metode dari-ke-
diagram untuk industri dalam negeri X digunakan dalam data aliran produksi komoditas.

Hasil dan Pembahasan


Pada denah asli dengan luas penampang yang sesuai dengan ukuran bangunan:
7 m x 12,7 m = 88,9 m2, terdiri dari 9 bagian shift produksi atau 9 bagian proses aliran produksi,
terdiri dari bagian proses atau bahan baku, perebusan 1, penggilingan, pencucian, penirisan 1,
perebusan 2, penirisan 2 , pengisian dan letakkan produk jadi di rak. Dalam kondisi pabrik saat
ini, masih banyak masalah yang perlu diperbaiki. Salah satu masalah yang paling kentara
adalah bahan baku yang jauh dari tempat produksi semula. Dalam hal ini, proses pengolahan
bahan baku hingga ke tempat produksi semula membutuhkan waktu yang lama. Selain itu,
terlalu sedikit perhatian diberikan pada lokasi bahan baku dan kedekatannya dengan lokasi
produksi asli, yang menyebabkan pengolahan bahan menjadi kurang optimal. Gambar tata letak
asli industri rumah tangga X dapat dilihat sebagai berikut:
Pada gambar disamping dapat dilihat layout
awal proses produksi yang kurang berurutan
masih terlihat pada bagian proses (A), bahan
baku hingga bagian proses (B) untuk
memasak yang masih melalui proses . bagian
proses (C). Pencucian dan letak bagian proses
(D) yang masih jauh dari proses pencucian
(C), menyebabkan tingginya biaya
transportasi material. Jarak proses produksi
dengan frekuensi perpindahan bahan pada
susunan semula dapat dilihat pada hari
produksi pembuatan tempe seperti pada tabel,
jarak tempuh proses produksi dan frekuensi
perpindahan dapat dilihat pada tabel . di
bawah:

Momen perpindahan dari analisa layout awal adalah sebesar 1953,92 m/hari dengan OMH
Ongkos Material Handling sebesar Rp 681.558,68 per hari. Sedangkan total momen
perpindahan dalam waktu sebulan sebesar 50801,92m/bulan dengan (OMH) Ongkos Material
Handling sebesar Rp 17.720.525,68 per bulan.
Tata Letak Usulan
Activity Relationship Chart yang diinput akan dilanjutkan perhitungannya untuk mendapat
nilai TCR. Setelah mendapat nilai TCR maka algoritma BLOCPLAN akan secara otomatis
melakukan iterasi sebanyak yang diperlukan, namun maksimal batasan iterasi sebanyak 20 kali
untuk mendapatkan tata letak usulan yang baik. Berikut hasil gambar 3 tata letak usulan :
Pada susunan yang diusulkan terlihat telah
terjadi perubahan aliran material sehingga
menghasilkan hasil yang lebih baik dari pada
susunan sebelumnya. Karena perubahan
pengaturan bagian proses (A), bahan baku
didekatkan ke titik didih bagian proses (B), dan
penggilingan bagian proses (C) langsung
didekatkan ke pencucian bagian proses (D ).
Perubahan juga terlihat pada bagian proses
pencucian (D) yang didekatkan ke bagian
proses dewatering (E). Bagian proses juga
telah ditambahkan pengukur suhu untuk
mengukur kelembapan, sehingga bahan baku
dapat dikontrol untuk mencegah jamur dan
lumut.
Jumlah total pada saat pemindahan
berdasarkan analisis tata letak yang diusulkan
adalah 1.271,87 m/hari dan penanganan material OMH adalah Rp 673.087,62 per hari. Total
lalu lintas per bulan adalah 33068,62 m/bulan (OMH) dengan biaya transportasi material
sebesar Rp 17.500.278 per bulan. Jarak yang ditempuh antara proses produksi dan frekuensi
pergerakan material dalam susunan yang diusulkan ditunjukkan pada tabel:

Kesimpulan
Biaya angkut bahan pada tata letak asli balai produksi tempe di Kecamatan Gayamsar
Kota Semarang. Rp 681.558,68 per hari dan Rp 17.720.525,68 per bulan sedangkan biaya
OMH per meter adalah Rp 348,81 per meter. Setelah dilakukan analisis untuk menemukan
susunan yang diusulkan, terlihat adanya perubahan aliran material yang mengarah pada hasil
yang lebih baik dari susunan sebelumnya. Karena perubahan pengaturan bagian proses (A),
bahan baku didekatkan ke titik didih bagian proses (B), dan penggilingan bagian proses (C)
langsung didekatkan ke pencucian bagian proses (D ). Perubahan juga terlihat pada bagian
proses pencucian (D) yang mendekati bagian proses dehidrasi (E) 1, dan perubahan terlihat
pada rak bagian proses (I) yang dianggap lebih efisien. Biaya transportasi material adalah Rp
673.087,62 per hari dan Rp 17.500.278 per bulan untuk proses produksi tempe, yang
merupakan 0,62% per bulan dari total biaya transfer material dalam pengaturan yang diusulkan,
menghasilkan biaya OMH per meter sebesar Rp 529,21 per meter. memungkinkan penelitian
ini menjadi tepat guna dan bisa dikembangkan lebih baik lagi.

Nama : Anggito Abimanyu


NIM : 2131240114
Kelas :TM 2D

Anda mungkin juga menyukai