Anda di halaman 1dari 4

NAMA :Cindy yolanda tambunan

NIM : P01031221122

KELAS : 5C D4

M.KULIAH : DIET PENYAKIT TIDAK MENULAR

Tugas :

Jelaskan hubungan masing-masing faktor resiko tsb terhadap terjadinya PJK !!!

Jawaban:

1. Perokok aktif
Penelitian banyak membuktikan hubungan antara merokok dengan penyakit jantung
koroner (PJK).. Merokok terbukti merupakan faktor risiko terbesar untuk kematian
mendadak. Risiko PJK meningkat 2-4 kali pada perokok dibandingkan dengan yang
bukan perokok. Risiko meningkat seiring pertambahan usia dan rokok yang dihisap,
Penelitian menunjukkan faktor risiko merokok berhubungan sinergis dengan faktor
risiko PJK lain seperti hipertensi, kadar lemak atau gula darah yang tinggi

PJK atau Penyakit Jantung Koroner merupakan penyakit kardiovaskular yang memiliki
angka morbiditas dan mortalitas tertinggi pada kelompok penyakit tidak menular baik di
dunia maupun di Indonesia. Salah satu faktor perilaku tidak sehat yang sering dikaitkan
dengan kejadian penyakit jantung koroner adalah kebiasaan merokok. Pemicu tersebut
disebabkan oleh jenis bahan kimia yang terkandung dalam rokok, mulai dari proses
pembuatan hingga pembakaran saat dihisap oleh perokok aktif .

Jenis bahan kimia yang mendapat perhatian lebih dalam sebagai penyebab terjadinya
penyakit jantung koroner adalah nikotin dan karbon monoksida. Selain nikotin dan
karbon monoksida, zat lain yang juga menjadi pemicu terjadi penyakit jantung koroner
adalah zat oksidan. Pada sebatang rokok, zat oksidan terdiri beberapa bahan kimia
seperti nitrogen, tar, dan bahan radikal lainnya. Banyaknya zat oksidan tersebut dapat
menyebabkan pengurangan zat antioksidan yang ada di dalam tubuh secara drastis dan
menyebabkan peningkatan produksi LDL (Low-Density Lipoproterin).

2. Hipertensi
Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama yang dapat diubah. Hasil penelitian
ini juga menunjukkan bahwa penderita hipertensi lebih beresiko 5x menderita PJK di
banding dengan
yang tidak hipertensi. Tekanan darah yang tinggi secara terus menerus menyebabkan
kerusakan sistem pembuluh darah arteri dengan perlahan –lahan. Arteri tersebut
mengalami pengerasan yang disebabkan oleh endapan lemak pada dinding, sehingga
menyempitka lumen yang terdapat di dalam pembulu darah menyebabkan terjadinya
PJK. Peningkatan tekanan darah sistemik akibat hipertensi meningkatkan resistensi
terhadap pemompaan darah dari vertikel kiri, sehingga beban kerja jantung bertambah

3. Penderita DM
Diabetes merupakan salah satu faktor risiko terjadinya penyakit jantung. Pasien
diabetes ditandai dengan tingginya kadar gula (glukosa) darah. Kadar gula darah yang
tidak terkontrol dengan baik dapat menimbulkan berbagai komplikasi yang
membahayakan penderitanya, di antaranya penyakit jantung koroner. Orang dewasa
dengan diabetes, memiliki risiko 2 – 4 kali lipat lebih besar untuk meninggal akibat
penyakit jantung koroner dibandingkan yang tidak menderita diabetes.

Kadar gula darah yang tinggi dapat memicu kerusakan pada dinding pembuluh darah,
termasuk pembuluh darah jantung. Seseorang dengan diabetes, terutama diabetes tipe
2, cenderung memiliki faktor risiko lain yang berkontribusi terhadap meningkatnya risiko
penyakit kardiovaskular. 

4. Obesitas
Obesitas merupakan faktor utama timbulnya penyakit-penyakit degeneratif seperti
Diabetes Mellitus (DM), Penyakit Jantung Koroner (PJK), bahkan kanker. Studi
Framingham menunjukkan bahwa obesitas memberikan risiko 1,5 kali mendapatkan
PJK pada responden yang obesitas dibandingkan yang tidak. Terjadinya obesitas
merupakan dampak dari terjadinya kelebihan asupan energi dibandingkan dengan
energi yang diperlukan oleh tubuh sehingga kelebihan asupan energi tersebut disimpan
dalam bentuk lemak.

Obesitas pada orang dewasa berkaitan dengan sindroma metabolik, dan obesitas serta
sindroma metabolik yang berkembang pada masa anak akan berlanjut sampai dewasa
(Mexitalia, dkk, 2009). Sindroma metabolik adalah suatu faktor risiko multipel untuk
penyakit kardioserebrovaskular, dan sindrom ini berkembang melalui interaksi antara
obesitas dan kerentanan metabolik. Sindrom metabolik merupakan faktor risiko
indipenden terhadap penyakit kardiovaskuler. Pengendalian sindrom metabolik maka
pengendalian penyakit kardiovaskuler pada umumnya dan PJK khususnya akan mudah
dilakukan.

Individu dengan obesitas memiliki peningkatan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular


dan gangguan metabolik seperti penyakit jantung koroner, aterosklerosis, hipertensi,
dislipidemia, diabetes dan gagal jantung (Wilson PW, 2002). Obesitas diklasifikasikan
oleh American heart association (AHA) sebagai faktor risiko modifikasi mayor untuk
penyakit jantung koroner pada tahun 1988 (Krauss RM, 2012). Hasil review penelitian
WHO membuktikan bahwa terdapat hubungan erat antara obesitas dan faktor risiko
penyakit kardiovaskular seperti diabetes mellitus tipe II, dislipidemia, hipertensi dan
penyakit jantung koroner (WHO, 2000) Paparan di atas menunjukkan bahwa PJK
dengan obesitas merupakan masalah yang sangat berbahaya.
5. Life style
Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Primaya Hospital Bekasi Barat
mengatakan bahwa pola hidup di bawah ini berpotensi menimbulkan penyakit jantung,
diantaranya:

 Kurang beraktivitas fisik, terutama olahraga. Jarang beraktivitas fisik akan meningkatkan
faktor risiko penyakit jantung, seperti kelebihan berat badan, tekanan darah tinggi, dan
kadar kolesterol tinggi.
 Makan makanan tidak sehat. Kandungan lemak jenuh, lemak trans, dan kolesterol
dalam makanan akan mengakibatkan penyempitan dan pengerasan pembuluh darah.
Terlalu banyak garam atau sodium bisa meningkatkan tekanan darah.
 Rokok mengandung banyak zat seperti tar, karbon monoksida, dan nikotin yang dapat
meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah.
 Terlalu banyak minum alkohol. Alkohol bisa membuat kadar trigliserida atau zat lemak
dalam darah melonjak hingga menyebabkan penyakit jantung.
 Kurang beristirahat. Tubuh perlu beristirahat untuk memulihkan diri sehingga semua
organ, termasuk jantung, dapat kembali bekerja secara normal. Kurang istirahat juga
bisa memicu stres yang merupakan salah satu faktor risiko penyakit jantung.

Menurut dr. Fachmi Ahmad M. Sp.JP, makanan dan minuman yang berpotensi
menimbulkan penyakit jantung adalah makanan dan minuman yang banyak
mengandung gula, garam, lemak, dan karbohidrat olahan yang tidak baik bagi jantung.
Bila terlalu banyak, bahan pangan tersebut bisa mengganggu kerja jantung dan
pembuluh darah. Makanan yang diolah dengan cara digoreng menggunakan minyak
dan makanan cepat saji juga meningkatkan risiko penyakit jantung.

6. Kadar HDL rendah


Sementara itu HDL dianggap kolesterol baik antiaterogenik, terlibat dalam transportasi
balik dari lipid. Studi epidemiologis telah menemukan hubungan yang berbanding
terbalik antara kadar HDL dan risiko PJK. Bila dikelompokkan menurut tingkat HDL,
subjek dengan kadar HDL lebih dari 60 mg/dL memiliki risiko PJK lebih rendah
dibandingkan mereka yang memiliki HDL 40-60 mg/dL, tingkat ini masih memiliki risiko
yang lebih rendah daripada mereka yang memiliki HDL kurang dari 40 mg/dL. Tidak ada
batas optimal untuk efek menguntungkan dari HDL pada risiko PJK yang telah
diidentifikasi. Kadar HDL plasma diatas 75 mg/dL berefek perlindungan dari
aterosklerosis dan kebebasan relatif dari PJK. Peningkatan 1 mg/dL dari HDL
menurunkan risiko PJK sebesar 2% pada pria dan 3% pada wanita (Rajagopal, et al,
2012).

HDL memiliki banyak efek, termasuk transportasi kolesterol balik, antioksidan, anti-
inflamasi, dan sifat antitrombotik yang diyakini sebagai atheroprotektif. Efek anti-
inflamasi HDL termasuk membatasi ekspresi molekul adhesi leukosit pada permukaan
sel endotel, mengurangi kemotaksis leukosit, dan penurunan ekspresi dari sejumlah
sitokin, termasuk interleukin 1 dan 6 serta Tumor Necrosis Factor-α (TNF-α). HDL
cenderung berkontribusi sebagai penaksiran "faktor risiko negatif" pada penyakit coroner

7. Genetic
Faktor genetik berupa adanya mutasi atau polimorfisme pada gen-gen tertentu juga
menjadi penyebab kejadian PJK. Faktor genetik digolongkan sebagai faktor yang tidak
dapat dikendalikan. Mutasi atau polimorfisme yang terjadi ada akan diwariskan dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Berdasarkan penelitian the British heart foundation,
setiap penderita PJK memiliki sekurang-kurangnya dua saudara kandung yang juga
menderita PJK. Studi genomwide linkage menunjukkan adanya lokus pada kromosom 2
yang mempengaruhi resiko atherosklerosis koroner. Selain di kromosom 2, lokus yang
terkait dengan resiko PJK juga ditemukan pada kromosom 3, 11 dan 17 6. Penelitian
ini bertujuan mendeskripsikan pola pewarisan PJK sebagai faktor genetik dan pola
makan, aktivitas olahraga dan riwayat merokok sebagai faktor gaya hidup pada
penderita PJK

8. Usia
Risiko Usia pada resiko terkena penyakit kardiovaskuler karena usia menyebabkan
perubahan di dalam jantung dan pembuluh darah. Risiko absolut untuk terjadinya
Penyakit Jantung Koroner meningkat seiring penuaan pada pria maupun wanita
berumur 71-75 tahun akibat dari akumulasi progresif dari aterosklerosis pada arteri
koronaria seiring penuaan, Pada sistem kardiovaskuler, proses menua menyebabkan
detak jantung menurun, mempersempit lumen arteri koroner akan mengganggu aliran
darah ke otot jantung sehingga terjadi kerusakan dengan gangguan fungsi otot jantung.

Penyakit Jantung Koroner karena usia munculnya gejala Penyakit Jantung Koroner
bergantung pada faktor risiko yang dimiliki pada individu dan pada umumnya gejala
Penyakit Jantung Koroner dialami oleh individu berusia lanjut. usia mempunyai
hubungan yang bermakna dengan kejadian penyakit jantung koroner. Penderita
Penyakit Jantung Koroner lebih banyak dialami oleh kelompok usia ≥45 tahun (96,5%)
dan lebih dari separuhnya adalah laki-laki (55,4%).

Pada dasarnya Kualitas hidup pasien Penyakit Jantung Koronrer meningkat ke arah
yang lebih baik diperlukan program latihan fisik rehabilitatif jantung dengan
memperhatikan faktor risiko dari penyakit tersebut yaitu salah satunya usia, dimana usia
merupakan faktor risiko penting pada kejadian Penyakit Jantung Koroner. Hal ini
disebabkan perkembangan Penyakit Jantung Koroner dapat dimulai saat individu masih
berada di usia muda dan memerlukan waktu hingga puluhan tahun sebelum munculnya
gejala akut Penyakit Jantung Koroner

Anda mungkin juga menyukai