Anda di halaman 1dari 45

TUGAS INTERAKSI OBAT

MAKALAH HIPERLIPIDEMIA

Disusun Oleh :

KELOMPOK 8
Cepi Hadiansyah 3351161438
Lovesa Oktaviana B. 3351161433
Moh. Syarifudin 3351161541
Mory Kasandra 3351161503
Yulinda E. Warfandu 3351161601
APOTEKER D

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2017
BAB I
PENDAHULUAN

Prevalensi Global

Tingginya angka kolesterol meningkatkan risiko penyakit jantung dan

stroke. Secara global, sepertiga penyakit jantung iskemik disebabkan kolesterol

tinggi. Secara keseluruhan, meningkatnya kadar kolesterol diperkirakan

menyebabkan 2,6 juta kematian (4,5% dari total) dan 29.700.000 disability

adjusted life years (DALY), atau 2,0% dari total DALY. Tingginya angka

kolesterol total adalah penyebab utama beban penyakit, baik di negara maju dan

negara berkembang sebagai faktor risiko untuk penyakit jantung iskemik dan

stroke. Penurunan 10% kolesterol serum pada pria berusia 40 telah dilaporkan

menghasilkan pengurangan 50% pada penyakit jantung dalam waktu 5 tahun;

pengurangan kolesterol yang sama untuk laki-laki berusia 70 tahun dapat

menghasilkan rata-rata 20% pengurangan terjadinya penyakit jantung dalam 5

tahun ke depan. Di Irlandia, penurunan 30% dalam tingkat kematian akibat

penyakit jantung telah dikaitkan dengan penurunan 4,6% dari rata-rata populasi

total kolesterol. Di Finlandia, 50% dari penurunan angka kematian IHD telah

dijelaskan oleh penurunan kadar kolesterol darah penduduk.

Pada tahun 2008 prevalensi global, total kolesterol di kalangan orang

dewasa ( 5.0 mmol-l) adalah 39% (37% untuk pria dan 40% untuk perempuan).

Secara global, kolesterol total rata-rata berubah sedikit antara tahun 1980 dan

2008, turun kurang dari 0,1 mmol / L per dekade pada pria dan wanita.
Prevalensi total kolesterol tertinggi di WHO Wilayah Eropa (54% untuk

kedua jenis kelamin), diikuti oleh WHO Wilayah Amerika (48% untuk kedua

jenis kelamin). Wilayah Afrika WHO dan WHO kawasan Asia Tenggara

menunjukkan persentase terendah (22,6% untuk AFR dan 29,0% untuk SEAR).

Prevalensi peningkatan angka kolesterol total meningkat nyata sesuai

dengan tingkat pendapatan negara. Di negara-negara berpenghasilan rendah

sekitar seperempat dari orang dewasa telah mengalami peningkatan kolesterol

total, di negara-negara berpenghasilan menengah ke bawah ini meningkat menjadi

sekitar sepertiga dari populasi untuk kedua jenis kelamin. Di negara-negara

berpenghasilan tinggi, lebih dari 50% orang dewasa telah mengalami penigkatan

kolesterol total; lebih dari dua kali lipat tingkat negara-negara berpenghasilan

rendah.
Prevalensi Di Indonesia

Gambar 1 menunjukkan rata-rata kadar kolesterol darah pada daerah urban

(212,52) lebih tinggi daripada daerah rural (204,71). Begitupun halnya jika dilihat

berdasarkan propinsi-propinsi di 4 pulau besar Indonesia. Secara keseluruhan,

nampak bahwa rata-rata kadar kolesterol darah lebih tinggi pada daerah urban,

dengan daerah urban pada propinsi-propinsi di Pulau Sulawesi-Kalimantan

merupakan yang tertinggi pertama (219,61), diikuti oleh Sumatera (214,05), Jawa-

B ali (210,06) dan NTT-NTB-Maluku-Irian (204,10). Rata-rata kadar kolesterol

darah daerah rural pada propinsi-propinsi di Sulawesi-Kalimantan yaitu 211,11;

sedangkan di Sumatera adalah 210,28; di Jawa-Bali adalah 203,29; dan di NTT-

NTB-Maluku-Irian adalah 192,15. Pada yang berpendidikan < SMA, rata-rata

kadar kolesterol darah pada daerah urban lebih tinggi dibandingkan tingkat

pendidikan yang sama pada daerah rural, yaitu 213,26 dibandingkan 204,45. Pada

tingkat pendidikan > SMA juga terlihat hal yang sama. Jika daerah rural-urban

pada tingkat pendidikan yang berbeda dibandingkan, angka rata-rata daerah urban
pada tingkat pendidikan < SMA (213,26) lebih tinggi daripada angka rata-rata

daerah urban pada tingkat pendidikan > SMA (211,18). Namun, daerah rural pada

pendidikan < SMA (204,45) memiliki angka rata-rata lebih rendah sedikit

daripada daerah rural dengan pendidikan > SMA (205,62).


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Hiperlipidemia

Hiperlipidemia adalah peningkatan salah satu atau lebih kolesterol,

kolesterol ester, fosfolipid, atau trigliserid. Hiperlipoproteinemia adalah

meningkatnya konsentrasi makro molekul lipoprotein yang membawa lipid dalam

plasma. Ketidaknormalan lipid plasma dapat menyebabkan pengaruh yang buruk

(predisposition) terhadap koroner, serebo vaskuler, dan penyakit pembuluh arteri

perifer.

Patofisiologi Kolesterol

Kolesterol serum dibawa oleh beberapa lipoprotein yang diklasifikasikan

menurut densitasnya.Lipoprotein dalam urutan densitas yang meningkat adalah

kilomikron. VLDL (Very Low Density Lopoprotein). LDL (low Density

Lipoprotein) dan HDL (High Density Lipoprotein) membawa hampir seluruh

kolesterol dan merupakan yang paling aterojenik. HDL menurunkan resiko

penyakit jantung ke hati, tempat kolesterol di metabolisme dan di ekskresikan.

Orang dewasa dapat diklasifikasikan sebagai beresiko penyakit jantung koroner

berdasarkan jumlah total dan kadar kolesterol LDL-nya (Moore, 1997).


Faktor Resiko

Faktor resiko yang berkaitan dengan kadar kolesterol terbagi menjadi dua,

yaitu :

1. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi, diantaranya :

a. Umur

b. Jenis kelamin

c. Riwayat keluarga

d. Suku

2. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi, diantaranya :

a. Merokok

b. Konsumsi Alkohol

c. Aktifitas fisik

d. Obesitas

e. Pola makan

f. Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik

g. Obat-obatan tertentu yang dapat mengganggu metabolisme lemak

sepertiestrogen, pil KB, kortikosteroid, diuretik tiazid (pada keadaan

tertentu).

1. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi

a. Umur

Kadar lipoprotein terutama LDL juga dapat meningkat dengan

bertambahnya umur atau usia. Di Amerika Serikat, proporsi hiperlipidemia


juga meningkat sejalan dengan bertambahnya umur. Penambahan umur dapat

menyebabkan kemungkinan terjadinya Hipertensi dan Penyakit Jantung

Koroner (PJK). Kelainan awal dipembuluh darah dan plak aterosklerosis

yang ada pada umur lebih dari 20 tahun. (Kusmana et al, 1976).

b. Jenis kelamin

Dalam keadaan normal, pria memiliki kadar kolesterol yang lebih tinggi.

Pada wanita peningkatan kolesterol terjadi setelah menopause.

c. Riwayat keluarga

Terdapat beberapa fenomena hubungan antara riwayat keluarga dan

kadar kolesterol atau lemak abnormal, diantaranya adalah kolesterol yang

tinggi dalam satu keluarga (famili hypercholesterolemia) atau kadar LDL

yang terlalu tinggi, HDL yang terlalu rendah atau hipo-HDL, kombinasi lipid

yang terlalu tinggi (Familial Combined Hyperlipidemia-FCH), dan

trigliserida yang trlalu tinggi (Familial Hypertrigliceridemia).

d. Suku

Suku juga dapat berpengaruh terhadap adanya faktor resiko karena

dalam berbagai golongan etnik dapat berbeda dalam kebiasaan makan,

susunan genetik, gaya hidup dan sebagainya yang dapat mengakibatkan

angka kesakitan dan kematian.


2. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi, diantaranya :

a. Merokok

Merokok merupakan faktor resiko yang sangat kuat untuk terjadinya

penyakit jantung koroner. Menurtu Siswantoro (1992) dalam Hariri (1997).

Merokok berhubungan dengan rendahnya kadar kolesterol HDL dalam darah

sehingga dapat meningkatkan resiko terkena PJK. Berdasarkan hasil

penelitian diketahui bahwa merokok dapat meningkatkan resiko terkena PJK

dan penyakit kardiovaskular lain, disebabkan oleh :

Nikotin dalam rokok menyababkan mobilisasi katekolamin yang dapat

menambahkan reaksi trombosit dan menyebabkan kerusakan pada

dinding arteri, sedangkan glikoprotein tembakau dapat menyebabkan

reaksi hipersensitif dinding arteri. Nikotin memacu pengeluaran zat-zat

seperti adrenalin, zat ini merangsang denyut jantung dan tekanan darah.

Nikotin meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung dengan variasi

mekanisme sebagai berikut :

1. Merangsang untuk melepaskan norepineprin melalui saraf adrenergi

dan meningkatkan catecholamine yang dikeluarkan oleh adrenal.

2. Merangsang demoreseptor diarteri carotis dan aorta bodies dalam

meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah.

3. Secara langsung otot jantung mempunyai efek indropik positif dan

efek chronotropik.

Asap rokok mengandung karbonmonoksida (CO) yang mempunyai

kemampuan lebih kuat daripada sel darah merah untuk mengikat oksigen,
sehingga menurunkan kapasitas sel darah merah untuk membawa oksigen

kejaringan termasuk jantung sehingga menyebabkan hioksia jaringan

arteri.

Merokok dapat menyembunyikan angina yaitu nyeri didada yang dapat

memberi sinyal adanya sakit jantung.

Merokok juga berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi. Zat-zat kimia

beracun seperti karbonmonoksida dan nikotin yang dihisap melalui rokok

yang masuk melalui aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh

darah arteri, mengakibatkan proses aterosklerosis dan tekanan darah

tinggi.

b. Konsumsi alkohol

Konsumsi alkohol dapat meningkatkan kadar HDL, namun

konsumsi alkohol tidak disarankan untuk meningkatkan kadar kolesterol

HDL. Pengaruh alkohol terhadap peningkatan tekanan darah juga telah

dibuktikan walaupun mekanismenya belum jelas. Namun, diduga

peningkatan kadar kortisol dan peningkatan volume sel darah merah serta

kekentalan berperan dalam menaikkan tekanan darah.

c. Aktivitas fisik

Olahraga secara teratur memberikan banyak keuntungan bagi para

usia lanjut, antara lain berkurangnya berat badan, dapat mengontrol

tekanan darah dan kadar kolesterol darah, menghindari penyumbatan

pembuluh darah, dan mencegah penyakit jantung.


Acuan takaran yang dianjurkan oleh American College of Sport

Medicine/ACSM (1995), sebagai berikut :

1. Frekuensi latihan 3-5 kali seminggu

2. Intensitas latihan antara 60-85% Denyut Nadi Maksimal (DNM).

DNM = 220 umur

3. Lamanya latihan berlangsung 20-30 menit latihan daya tahan atau

aerobik tanpa henti. Lama durasi tergantung dari intensitas latihan,

lebih disarankan latihan berkangsung cukup lama dalam intensitas

rendah sampai sedang sebab telah terbukti pola latihan tersebut dapat

meningkatkan tingkat kebugaran jasmani.

Inaktivitas fisik berhubungan dengan rendahnya kadar kolesterol

HDL dalam darah.

d. Obesitas

Obesitas dapat mempengaruhi keberadaan faktor resiko PJK seperti

hipertensi, diabetes mellitus tipe 2 dan hiperlipidemia. Resiko relatif untuk

menderita hipertensi pada orang gemuk 5 kali lebih tinggi dibandingkan

dengan orang yang berat badannya normal.

Obesitas dapat meningkatkan kadar kolesterol LDL, dapat menurunkan

kadar kolesterol LDL, dan dapat meningkatkan kadar trigliserida. IMT

(Indeks Masa Tubuh) berkolerasi positif dengan kadar kolesterol total

sehingga mengurangi berat badan berperan terhadap penurunan serum

kolesterol, (Anda,1993). Penentuan obesitas pada orang dewasa dapat


dilakukan pengukuran berat badan ideal, pengukuran persentase lemak tubuh

dan pengukuran IMT. Pengukuran obesitas sebagai berikut :

e. Pola makan

Manifestasi Klinik

Hiperlipidemia atau hiperlipoprotein merupakan suatu kondisi, bukan

merupakan penyakit sehingga sebagian besar tidak ada gejala-gejala klinisnya.

Manifestasi klinik dapat terlihat setelah pemeriksaan klinik di laboratorium.

Pada tahap lebih lanjut, beberapa symptom yang mungkin timbu anatara lain:

terjadinya penegndapan lemak pada otot dan kulit (xantoma). Pada kondisi

kadar trigliserida yang sangat tinggi (800 mg/dL atau lebih) dapat

menyebabkan hepatosplenomegali serta simptom pancreatitis berulang seperti

sakit perut.

Hiperkolestorolemia famial dijelaskan dengan peningkatan selektif LDL

plasma dan perubahan penyimpanan turunan LDL pada tendon (xantoma) dan

arteri (ateroma). Defisiensi lipoprotein lipase familial dijelaskan dengan

akumulasi massif kilomikron dan berhubungan dengan peningkatan

trigliserida plasma atau pola lipoprotein tipe 1. Gejala yang muncul termasuk

serangan berulang pankreatitis dan nyeri abdominal, munculnya xantomatosis

kutaneus, dan hepatospenomegali yang diawali sejak kecil. Gejala buruk

proporsional dengan asupan lemak dalam makanan yang mengakibatkan

peningkatan kilomikron. Pembentukan aterosklerosis tidak dipercepat dengan

penyakit ini.
Kelainan tipe I biasanya muncul sebelum pasien 10 tahun dengan gejala

kolik, nyeri perut berulang, xantoma dan hepatosplenomegali.

Pada orang dewasa : nyeri yang mirip akut abdomen sering disertai demam,

leukositosis, anoreksia dan muntah. Pendarahan akibat pancreatitis akut

merupakan komplikasi penyakit ini yang paling berat dan kadang-kadang

fatal. Ateroklerosis jantung prematur tidak dihubungkan dengan lipidemia tipe

ini. Pemeriksaan biokimia menunjukkan adanya lapisan krem dipermukaan

plasma pasien puasa.

Gejala klinis pada hiperlipidemia tipe II timbul sejak masa anak pada

individu homozigot, tetapi pada heterozigot gejala tidak muncul sebelum umur

20 tahunan. Kelainan homozigot dan heterozigot mudah diidiagnosa pada

anak dengan mengukur LDL kolesterol. Bentuk paling umum hiperlipidemia

tipr II diduga disebabkan oleh penurunan jumlah reseptor LDL berafinitas

tinggi. Pada heterozigot jumlah reseptor LDL primer fungsional kira-kira

setengah jumlah nilai normal dan homozigot lebih sedikit lagi. Blockade

degradasi LDL menyebabkan penimbunan LDL dalam plasma yang kemudian

meningkatkan deposit lemak di dinding arteri.

Gejala klinis pasien dengan hiperlipoproteinemia tipe III berkembang

setelah umur 20 tahun yaitu xantoma striata palmaris (perubahan warna

menjadi kuning pada palmar dan berkerutnya digital); tuberose xantoma

(bulbus kutaneus xantoma); dan aterosklerosis parah yang melibatkan arteri

koroner, katotid internal dan aorta abdomal.


Xantoma pada telapak tangan dan kaki, kelainan tuberoeruptif di siku, lutut,

atau bokong yang mungkin bersifat katakteristik. Penyakit koroner,

kardiovaskular dan pembuluh darah tepi terjadi lebih cepat yaitu pada usia 40-

50 tahun; intoleransi glukosa serta hiperurisemia terdapat pada 40% pasien.

Hiperlipoproteinemia tipe IV umum dan terutama terjadi pada pasien

dewasa. Gejala klinis muncul pada usia pertengahan. Separuh dari pasien ini

meningkat kadar trigliseridanya pada umur 25 tahun. Mekanisme kelainan

yang familial tidak diketahui, tetapi tipe IV yang didapat biasanya bersifat

sekunder akibat penyakit lain. Kondisi sekunder bisa terjadi pada peminum

alkohol dan diperburuk dengan stress, progestin, kontrasepsi oral, thiazid, atau

bloker.

Iskemia jantung mungkin terjadi (lebih jarang dibanding dengan tipe II) pada

umur 40 tahunan atau setelahnya pada pasien dengan tipe IV familial.

Xantoma umumnya tidak ada. Banyak dari pasien ini menunjukkan intoleransi

glukosa dengan reaksi insulin berlebihan terhadap beban karbohidrat, dan

lebih dari 40% disertai hiperurisemia.

Tipe V, ada tipe ini memperlihatkan kumulasi VLDL dan kilomikron,

mungkin karena gangguan katabolisme trigliserida endogen dan eksogen.

Karena semua lipoprotein terdiri dari kolesterol, kadar kolesterol mungkin

meningkat jika kadar trigliserida terlalu tinggi. Kelainan ini jarang ditemukan.

Secara genetic mungkin bersifat heterogen dan pasien dengan keadaan familial

biasanya tidak menunjukkan gejala sampai sesudah usia 20 tahun. Pasien ini

menunjukkan intoleransi terhadap karbohidrat dan lemak, serta hiperurisemia.


Hubungan antara penyakit jantung iskemik dan kelainan tipe V tidak jelas,

tetapi kadar trigliserida harus diturunkan untuk mengurangi terjadinya

xantoma, pancreatitis dan nyeri abdominal.

Terminologi Medik

1. Hiperlipidemia : peningkatan salah satu atau lebih kolesterol, kolesterol

lipid, fosfolipid, atau trigliserida

2. Hiperlipoproteinemia : meningkatnya konsentrasi makro molekul

lipoprotein yang membawa lipid dalam plasma

3. Hiperkolesterolemia (hiperlipoproteinemia tipe II): peningkatan kadar

kolesterol total yang disertai dengan meningkatnya kadar kolesterol LDL

plasma dalam keadaan puasa, yang terjadi karena kelainan defek pada

reseptor LDL.

4. Hiperkilomikronemia (hiperlipoproteinemia tipe I): peningkatan

kilomikron yang melebihi batas normal yang disebabkan oleh asupan

lipid eksogen yang berlebihan, yang terjadi karena defisiensi lipoprotein

lipase.

5. Hiperlipidemia campuran : peningktan kadar kolesterol dan trigliserida

di dalam darah yang disebabkan karena adanya gangguan konversi

VLDL ke LDL

6. Disbeta lipoproteinemia : merupakan trigliseridemia yang ditandai

dengan peningkatan residu lipoprotein yang masih mengandung


trigliserida, yang disebut senyawa lipoprotein densitas intermediat atau

-VLDL, dan penurunan LDL.

7. Hipertrigliseridemia : suatu keadaan ditandai peningkatan kadar

trigliserida >150 mg/dL dengan kelainan sintesis VLDL yang tinggi.

8. Hiperlipoproteinemia tipe III: Merupakan penyakit keturunan yang

jarang terjadi, yang menyebabkan tingginya kadar kolesterol VLDL dan

trigliserida.

9. Hiperlipoproteinemia tipe IV: Merupakan penyakit umum yang sering

menyerang beberapa anggota keluarga dan menyebabkan tingginya kadar

trigliserida.

10. Hiperlipoproteinemia tipe V: Merupakan penyakit keturunan yang

jarang terjadi, dimana tubuh tidak mampu memetabolisme dan

membuang kelebihan trigliserida sebagaimana mestinya.

Terapi dislipidemia secara umum

Dalam pengelolaan dislipidemia, diperlukan strategi yang

komprehensif untuk mengendalikan kadar lipid dan faktor

faktor metabolik lainnya seperti hipertensi, diabetes dan

obesitas. Selain itu faktor faktor risiko penyakit

kardiovaskuler lainnya seperti merokok juga harus

dikendalikan. Pengelolaan dislipidemia meliputi pencegahan

primer yang ditujukan untuk mencegah timbulnya

komplikasi penyakit-penyakit kardiovaskular pada pasien


dislipidemia seperti penyakit jantungkoroner, stroke dan

penyakit aterosklerosis vaskular lainnya dan pencegahan

sekunder yang ditujukan untuk mencegah komplikasi

kardiovaskuler lanjutan pada semua pasien yang telah

menderita penyakit aterosklerosis dan kardiovaskular yang

jelas.

Pengelolaan pasien dislipidemia terdiri dari terapi non

farmakologis dan farmakologis. Terapi non farmakologis

meliputi perubahan gaya hidup, termasuk aktivitas

fisik, terapi nutrisi medis, penurunan berat badan dan

penghentian merokok. Sedangkan terapi farmakologis dengan

memberikan obat anti lipid.


Alur terapi dislipidemia menurut ATP III, alur 1 (Adult Treatment

Panel) (PERKENI, 2015)

Terapi Non Farmakologi

Terapi non farmakologi ini hendaknya menjadi terapi utama untuk

hiperlipidemia,kecuali untuk pasien dengan hiperkolesterolemia familial (secara


bawaan/genetik mempunyai kelainan metabolisme lipoprotein/kolesterol) atau

hiperlipidemia gabungan yang bersifat familial, yaitu penanganan terapinya

dengan pengaturan makanan dan terapi dengan obat dimulai secara bersamaan.

Diet rendah kolesterol dan rendah lemak jenuh akan mengurangi kadar LDL.

Olahraga bisa membantu mengurangi kadar kolesterol LDL dan menambah kadar

kolesterol HDL.Biasanya pengobatan terbaik untuk orang-orang yang memiliki

kadar kolesterol atautrigliserida tinggi adalah :

a. Menurunkan berat badan jika mereka mengalami kelebihan berat badan.

b. Berhenti merokok.

c. Mengurangi jumlah lemak dan kolesterol dalam makanannya.

d. Menambah porsi olah raga.

e. Mengkonsumsi obat penurun kadar lemak (jika diperlukan).

Jika kadar lemak darah sangat tinggi atau tidak memberikan respon terhadap

tindakandiatas, maka dicari penyebabnya yang spesifik dengan melakukan

pemeriksaan darah khusussehingga bisa diberikan pengobatan yang khusus.

Terapi Farmakologi

Prinsip dasar dalam terapi farmakologi untuk dislipidemia baik

pada ATP III maupun ACC/AHA 2013 adalah untuk

menurunkan risiko terkena penyakit kardiovaskular (PERKENI,

2015). Berbeda dengan ATP III yang menentukan kadar K-LDL

tertentu yang harus dicapai sesuai dengan klasifikasi faktor risiko,

ACC/AHA 2013 tidak secara spesifik menyebutkan angka target terapinya, tetapi
ditekankan kepada pemakaian statin dan persentase penurunan K-LDL

dari nilai awal. Hal tersebut merupakan hasil dari evaluasi beberapa

studi besar yang hasilnya menunjukkan bahwa penggunaan statin

berhubungan dengan penurunan risiko ASCVD tanpa melihat target absolut

dari K-LDL (PERKENI, 2015).

Terapi farmakologi pada hiperlipidemia dilakukan juga berdasarkan tipe

lipoprotein. Adapun klasifikasi tipe lipoprotein terdapat pada tabel 1 dan terapi

farmakologi terdapat pada tabel 2 (Sukandar, dkk., 2008).

Klasifikasi kolesterol total, LDL, HDL dan trigliserida

Klasifikasi Kadar Keterangan

Kolesterol total < 200 mg/dL Normal

200-239 mg/dL Cukup tinggi

240 mg/dL Tinggi

Kolesterol LDL < 100 mg/dL Optimal

100-129 mg/dL Diatas optimal

130-159 mg/dL Cukup tinggi

160-189 mg/dL Tinggi

190 mg/dL Sangat tinggi

Kolesterol HDL < 40 mg/dL rendah

60 mg/dL Tinggi

Trigliserida < 150 mg/dL Normal

150-199 mg/dL Cukup tinggi


200-499 mg/dL Tinggi

500 mg/dL Sangat tinggi

Tabel 1. Klasifikasi Lipoprotein

Tipe Karakteristik Peningkatan Lipoprotein

I Kilomikron

Iia LDL (Low Density Lipoprotein)

LDL (Low Density Lipoprotein) + VLDL


Iib
(VeryLow Density Lipoprotein)

III IDL (Intermediate Density Lipoprotein)

IV VLDL (VeryLow Density Lipoprotein)

VLDL (VeryLow Density Lipoprotein) +


V
Kilomikron

Tabel 2. Fenotip Lipoprotein dan Anjuran Obat untuk Pengobatan


Pasien

Tipe
Pilihan Obat Terapi Kombinasi
Lipoprotein

I Tidak diindikasikan -

IIa Statin Niacin atau BAR

Kolestiramin atau Statin atau Niacin

Kolestipol Statin atau BAR

Niacin Ezetimib
IIb Statin BAR atau fibrat atau niacin

Fibrat Statin atau Niacin atau BAR

Niacin Statin atau Fibrat

Ezetimib

III Fibrat Statin atau Niacin

Niacin Statin atau Fibrat

Ezetimib

IV Fibrat Niacin

Niacin Fibrat

V Fibrat Niacin

Niacin Minyak Ikan

Tabel 3. Efek Terapi Obat terhadap Lipid dan Lipoprotein

Keterangan : BAR (Resin Pengikat Asam Empedu), termasuk gemfibrozil atau

fenofibrat. BAR tidak digunakan untuk terapi pertama jika trigliserida meningkat

pada nilai awalnya, karena hipertrigliserida dapat diperburuk oleh BAR tunggal.

Adapun efek terapi obat terhadap lipid dan protein dapat dilihat pada tabel 3

berikut :

Obat Mekanisme Efek terhadap Efek terhadap

Kerja Lemak Lipoprotein

Kolestiramin, Katabolisme Kolesterol LDL


kolestipol, LDL VLDL

kolesevelam Absorbsi

kolesterol

Niacin Sintesis LDL Trigliserida LDL

K dan VLDL Kolesterol VLDL

HDL

Gemfibrozil, Klirens VLDL Trigliserida LDL

fenofibrat, Sintesis VLDL Kolesterol VLDL

Klofibrat HDL

keteran Lovastatin, Katabolisme Kolesterol LDL

gan : : pravastatin, LDL

Mening simvastatin, Sintesis LDL

katkan fluvastatin,

: atorvastatin,

Menuru rosuvastatin

nkan Ezetimibe Menghambat Kolesterol LDL

absorbsi

Oba kolesterol,

t- membatasi

Oba saluran cerna

Kolesterol
A. Golongan statin (penghambat enzim HMG CoA)

Golongan statin menurunkan kadar kolesterol dalam darah dengan cara

menghambat pembentukan kolesterol oleh hati, statin menghambat enzim dihati

yang mengontrol produk dikolestrol selain itu pasien dengan kolestrol tinggi

statin juga bias digunakan untuk mencegah artherosklerosis pada individu yang

mempunyai factor resiko dimana pada artherosklerosis dapat menyebabkan nyeri

dada, serangan jantung dan stroke.

a. Farmakokinetik

Absorbsi Ikatan Protein


t1/2 Eliminasi
Oral Plasma

Lovastatin 25% 95% 1,5 jam Fekal (renal)

Fekal
Pravastatin 34%* 50%* 1,5-2 jam
(renal)

1,9 jam Fekal


Simvastatin 85%* 95%*
(metbolit) (renal)

Contoh obatnya adalah :

1. Lovastatin (lovacor, cholasvatin, lichorol, lovacol)

Dosis : awal, 1xsehari 20 mg, rentang dosis 20-80mg/hari

Cara pemberian : waktu makan malam.

Rute pemebrian : Oral

2. Pravastatin (pravachol, koleskhol)

Dosis : awal, 1xsehari 10 atau 20 mg


Cara pemberian : Menjelang tidur

Rute pemberian : Oral

3. Simvastatin (zocor, cholexin, cholestat, liponorm)

Dosis : 1xsehari 5-10 mg

Cara pemberian : Sore atau malam hari

Rute pemberian : Oral

4. Fluvastatin (leschol/ lescol xl)

Dosis : 1xsehari 20-40 mg

Cara pemberian : Pada malam hari

Rute pemberian : Oral

Mekanisme :

Inhibisi HMG-CoA reduktase : Lovastatin, simvastatin, pravastin,

fluvastatin adalah analog 3-hidroksi-3metilglutarat -> suatu prekursor

kolesterol

Afinitas kuat terhadap enzim -> efektif menghambat HMG-CoA reduktase

menjadi mevalonate, tahap yang menentukan dalam biosintesis kolesterol.

Pengurangan sintesis LDL dan peningkatan katabolisme LDL melalui

reseptor LDL

Efek samping :

nyeri perut, kembung, konstipasi

anoreksia, muntah, dyspepsia

sakit kepala, pusing, vertigo


astenia, miopati, rabdomiolisis, edema angioneurotik

anafilaksis, tremor, hilang ingatan

Kontraindikasi :

Penyakit hati akut

Terjadi peningkatan menetap dari transaminase serum yg tidak diketahui

penyebabnya

Ibu hamil dan menyusui

B. Niasin (asam nikonat)

Asam nikotinat adalah golongan vitamin B dimana rata-rata kebutuhan per

hari adalah 15-30 mg akan tetapi untuk menurungkan kolestrol dan trigliserida

dibutuhkan dosis yang lebih tinggi lagi yaitu 1-3 gram perhari, asam nikotinat

paling efektif dalam menurungkan LDL dan trigliserida dimana jika digunakan

tunggaldapat menaikkan level HDL samapai 30% atau lebih, namun demikian

asam nikotinat tidak lebih efektif disbanding statin dalam hal menurungkan kadar

LDL,

a. Farmakokinetik

Ikatan
Absorbsi
Protein t1/2 Eliminasi
Oral
Plasma

Asam 100% 45 menit Renal

Nikotinat

contoh obatnya :
1. Niacin (Niaspan)

Mekanisme kerja :

Mengurangi sintesis triasilgliserol yang diperlukan untuk produksi VLDL.

LDL berasal dari VLDL dalam plasma. Reduksi VLDL juga mengakibatkan

penurunan konsentrasi LDL plasma. Dengan demikian triasilgliserol

(VLDL) dan kolesterol (VLDL dan LDL) menjadi rendah.

Meingkatkan kadar HDL dengan mengurangi katabolisme nya

Penggunaan niasin biasanya untuk hiperlipidemia campuran atau agen

sekunder dalam terapi kombinasi hiperkolesterolemia dan agen primer untuk

hipertrigliserida atau dislipedia diabetik.

Efek samping :

Pasien akan mengalami vasodilatasi kuli atau kemerahan dan gatal setelah

pemberian obat, diberikan 325 mg aspirin setengah jam sebelumnya untuk

menghilangkan efek prostaglandin

Pruritus, rash, kulit kering dan akantosis nigrikans, mual

Hiperurikemia, sebelumnya gout

Hiperglikemia

C. Derivat fibrat

Golongan fibrat efektif untuk menurungkan kadar trigliserida dengan cara

menghambat produksi VLDL didalam hati (VLDL ini berperan dalam membawa

trigliserida dan lipoprotein) dan mempercepat pembersihan trigliserida dalam


darah namun pada golongan fibrat tidak efektif dalam menurungkan LDL

(kolestrol jahat).

a. Farmakokinetik

Absorbsi Ikatan Protein


t1/2 Eliminasi
Oral Plasma

Asam Renal
100% 94% 1,5 jam
klofibrat (fekal)

Renal
Bezofibrat 100% 95% 2,1 jam
(fekal)

Biliar
Etofibrat 95% 5,5 jam
(renal)

Contoh obatnya :

1. Gemfibrozil (lifibron, lokoles, mersikol, zenibros, inobes)

Dosis : dewasa 2xsehari 200-750 mg, max 1500mg/hari

Rute pemberian : oral

Cara pemberian : diminum waktu perut kosong

2. Fenofibrate (fenolip, hipolip, hyperchol, hicholpen, fibramed)

Dosis : Dewasa : 3xsehari 100mg atau 1xsehari 300mg

Anak : sehari 5mg/kgBB.

Rute pemberian : oral

Cara pemberian :Diminum waktu makan atau bersama makanan

3. Siprofibrate (modalim)

Rute pemberian : oral


Dosis : dewasa, sehari 100mg

Mekanisme kerja :

Menyebabkan penurunan triasilgliserol plasma dengan memacu aktivitas

lipase lipoprotein, sehingga menghidrolisis triasilgliserol pada kilomikron

dan VLDL, sehingga mempercepat pengeluaranya.

Gemfibrozil lebih efektif dibandingkan klofibrat dalam penurunan sintesis

VLDL.

Kontraindikasi :

Penyakit kandung empedu, disfungsi ginjal dan hati, sirosis, wanita hamil, ibu

menyusui.

Efek samping :

Keluhan gastrointestinal, rash (kemerahan pada kulit), pusing, pada

pasien gangguan ginjal biasanya terjadi gejala myositis (myalgia, lemah,

malaise), terbentuk batu empedu, kenaikan konsentrasi alkalifosfatase dan

transaminase.

D. Asam Empedu Squestrants

Obat ini bekerja dengan mengikat asam empedu di usus, meningkatkan

pembuangan asam empedu lewat feces, dimana pengurangan asam empedu lebih

banyak sehingga hati akan lebih banyak mengubah kolestrol menjadi asam

empedu yang akan memberikan hasil akhir penurunan kadar kolestrol dalam

darah,
a. Farmakokinetik

Absorbsi Eliminasi

Kolestiramin Tidak diabsorbsi Fekal

Kolestipol Tidak diabsorbsi Fekal

Contoh obatnya :

1. Cholestyramin (questran)

Dosis : 4 g perhari dalam 120-240 cc (ml)

Rute pemberian : peroral

Cara pemberian : cairan sebelum makan dan pada jam tidur

2. Kolestipol (colestid)

Dosis : 10-30 gr/hari dalam dosis terbagi

Mekanisme kerja :

Asam empedu (metabolit kolesterol)-> direabsorpsi jejunum ->ekskresi

meningkat bila diberikan resin ->LDL rendah -> kolesterol meningkat

maka katabolik LDL juga meningkat -> LDL menurun selama pengobatan.

Resin tidak berefek pada pasien hiperkolesterolemia

Efek samping :

Konstipasi, mulas,mual dan rasa kembung

Kenaikan alkalifosfatase dan transaminase

Malabsorpsi vit larut lemak

Gangguan GI
Reduksi bioavailabilitas obat jenis warfarin, niasin, tiroksin, asetaminofen,

hidrokortison, hidroklortiazid, loperamid dan besi

Kontraindikasi

Penyumbatan saluran empedu

E. Penghambat absobsi kolesterol

Golongan ini relative baru sebagai obat penurun kolestrol, yang dimana pada

obat ini bekerja dengan cara mencegah atau menghambat absorbs diusus dan

efektif dalam menurungkan kadar LDL sehingga cukup efektif pula menurungkan

trigliserida dan menaikkan HDL

a. Farmakokinetik (Lacy et al., 2010)

Absorbsi Ikatan Protein


t1/2 Eliminasi
Oral Plasma

Renal dalam

bentuk
4-12
Ezitimib >90% metabolit
jam
Fekal dalam

bentuk utuh

Contoh obatnya :

1. Esetimibe (esetrol)
Dosis : 10 mg/ hari dengan atau tanpa makanan 1xsehari

10mg sebagai terapi tunggal atau bersama gol.statin

Cara pemberian : pada waktu malam hari

Rute pemberian : Oral

Mekanisme :

Mengganngu absorpsi kolesterol dari membran fili saluran cerna. Terapi

tunggal -> menurunkan kolesterol LDL 18% atau dengan inhibitor HMG

CoA reduktase -> menurunkan 12-20%

Efek samping

Keluhan gastrointestinal

Pada terapi tunggal : sakit kepala, nyeri perut, diare.

Terapi kombinasi dengan statin : sakit kepala, kelelahan, nyeri perut,

konstipasi, diare, perut kembung,mual

Kontraindikasi

Hipersensitivitas, wanita hamil, ibu menyusui pada terapi kombinasi

dengan statin atau HMG-CoA reductase inhibitor

2. Probukol (lorelco)

Dosis : 500 mg

Rute pemberian : oral

Cara pemberian : bersama makanan

Mekanisme kerja

Dapat menghambat oksidasi kolesterol, terjadi penguraian LDL-kolesterol

yang teroksidasi oleh makrofag. Makrofag-makrofag mengkonsumsi


kelebihan lipoprotein yang dimodifikasi, menjadi sel-sel busa. Sel-sel busa

menumpuk, melepaskan faktor-faktor pertumbuhan yang merangsang

proliferasi otot polos dan kalsifikasi plak

Efek samping

Gangguan pencernaan ringan.

Kontraindikasi

Pada klien dengan disritmia jantung

F. Suplementasi Minyak Ikan (Asam Eikosapentoat)

a. Mekanisme Kerja

Mengurangi kolesterol, trigliserid, LDL dan VLDL serta meningkatkan

kolesterol HDL.

b. Indikasi

Terapi tambahan hyperlipidemia

Pengobatan Dislipidemia Diabetik (Wells et al., 2009)

Dislipidemia diabetik ditandai dengan hipertrigliseridemia, HDL rendah dan

minimnya peningkatan LDL.

ATP III (Adult Treartment Panel III) menganggap diabetes menjadi setara

risiko PJK dan target primer pada tipe ini adalah menurunkan kadar LDL

menjadi <100 mg/dL. Ketika LDL >130 mg/dL, kebanyakan pasien

memerlukan terapi perubahan gaya hidup dan terapi obat.

Ketika LDL antara 100 dan 129 mg / dL, mengintensifkan kontrol glikemik,

menurunkan kadar LDL dan menambahkan obat untuk dislipidemia


anterogenik (fibrat, niasin). Terapi menggunakan statin dianggap oleh

banyak orang sebagai obat pilihan karena target utama adalah penurunan

pada LDL.

Interaksi Obat

Obat
Interaksi Efek yang dihasilkan Pengatasan
Kolesterol

Menghindari
Penurunan adsorpsi -
-bloker
Kolestiramin, kombinasi
bloker dan penurunan
kolestipol kolestiramin dan
(Propranolol)
efek terapetik
-bloker

Beri jeda waktu

pemakaian

kolestiramin, menurunkan absorpsi digoxin 1,5-2 jam


Digoksin
kolestipol, digoksin sebelum

kolestiramin,

kolestipol

Kolestiramin, diuretik sehingga menurunkan Beri jeda waktu

kolestipol tiazid absorpsi diuretik tiazid pemakaian

Meningkatkan efek
Klofibrat, Beri jeda waktu
Warfarin warfarin, sehingga
gemfibrozil pemakaian
terjadi pendarahan.

Kolestiramin, Vitamin A, D mengganggu absorpsi Hindari pemakain


kolestipol dan K vitamin A, D dan K secara bersamaan

karena gangguan

absorpsi lemak

klorotiazid,
obat-obat ini harus
Dapat mengganggu
tiroksin,
diberikan 1 jam
absorpsi Kolestiramin,
Kolestiramin, digitalis,
sebelum atau 4
kolestipol
kolestipol besi,
jam sesudah
fenilbutason
kolestiramin.
dan warfarin

menunda tercapainya
Hindari pemakain
Klofibrat kolestiramin kadar puncak plasma
secara bersamaan
daro klofibrat.

Klofibrat, Kolestiramin, Efek obat Klofibrat, Hindari pemakain

gemfibrozil kolestipol gemfibrozil meningkat secara bersamaan

mevastatin, Efek obat Klofibrat,

pravastatin, gemfibrozil meningkat,


Klofibrat, Hindari pemakain
levastatin efek samping miopati
gemfibrozil secara bersamaan
dan dan rabdomiolisis

simvastatin meningkat

penurunan ekskresi urin tidak dianjurkan

Pravastatin Gemfibrozil dan ikatan protein Dalam Kombinasi

pravastatin ini

atorvastatin Digoksin meningkatkan kadar Hindari pemakain


tunak plasma digoxin secara bersamaan

hingga 20%.

menurunkan kadar
Antasida Beri jeda waktu
Pravastatin plasma atorvastatin
(Mg dan Al) pemakaian
hingga 35%

menurunkan efektivitas
Hindari pemakain
atorvastatin Simetidin penurunan trigliserida
secara bersamaan
hingga 26-34%

eritromisin
meningkatkan kadar
(suatu Hindari pemakain
atorvastatin plasma atorvastatin
inhibitor secara bersamaan
hingga 40%
sitokrom)

Kolestiramin, Efek Allopurinol Hindari pemakain


Allopurinol
kolestipol Menurun secara bersamaan

Menurun kan Kadar

Kolesterol sehingga Hindari pemakain


Simvastatin Niasin
menyebabkan Myopathy secara bersamaan

atau rhabdomyolysis

Peningkatan kadar

Atorvastatin, Atorvastatin, lovastatin.


Makanan Hindari pemakain
lovastatin. Simvastatin dan terdapat
(Jus anggur) secara bersamaan
simvastatin efek samping seperti

rhabdomyolysis
Sama-sama menurunkan

kadar kolesterol
Atorvastatin,
sehingga menyebabkan Hindari pemakain
lovastatin. Daun salam
hipolipidemik atau secara bersamaan
simvastatin
Myopathy atau

rhabdomyolysis

dapat menyebabkan
Hindari pemakain
Klofibrat Probukol Myopathy atau
secara bersamaan
rhabdomyolysis

dapat menyebabkan Hindari pemakain


Simvastatin Ezetimibe
Myopathy secara bersamaan

Meningkatkan kadar

dari
Hindari pemakain
Atorvastatin Lercanidipin atrovastatinsehingga
secara bersamaan
efek samping juga

meningkat

Estrogen dan

progesterone berkurang

karena penurunan Hindari pemakain


Lovastatin Danazol
kolesterol dan secara bersamaan

penghambatan rilis

gonadotropi

Niasin Aspirin Meningkatkan kadar Hindari pemakain


niasin secara bersamaan

Eritromisin menghambat
Hindari pemakain
Lovastatin Eritromicin metabolism dari
secara bersamaan
Lovastatin

Probenesit menghambat

sekresi tubular dari


Hindari pemakain
Klofibrat Probenesid klofibrat sehingga
secara bersamaan
meningkatkan kosentarsi

dari klofibrat
BAB III
STUDI KASUS

Studi Kasus

Tn. Syarif (46 th), memiliki riwayat maag datang ke klinik untuk tes kolesterol. Ia

melaporkan tidak pernah mengalami nyeri dada atau riwayat infark miokard,

stroke, atau penyakit arteri perifer. Ia tidak memiliki saudara kandung dan kedua

orang tua hidup tanpa ada riwayat jantung koroner (PJK) resep sebagai berikut :

dr. Supriyani

SIP. No. 228/K/84

Jl. Budi Kemulyaan No. 8A Telp. 1234567 Jakarta


Jakarta, 22-05-2017

R/ klorfibrat 300 mg No.. xxx


s 1 dd 1
R/ simvastatin no 5 No. xxx
s 1 dd 1
R/ antasida no. x
s 3 dd 1

Pro : Tn. Syarif (46 tahun)


a. Analisis Data laboratorium

Hasil laboratorium :

Kolesterol Total : 256 mg/dL

Trigliserida : 235 mg/dL

Kolesterol HDL : 27 mg/dL

Glukosa : 115 mg/dL

Data lab lainnya menunjukkan semua ada dalam batas normal

Untuk mendapatkan K LDL pasien, di hitung sebagai berikut:


Kolesterol Total= K LDL+K HDL+
5

235 mg/dl
256 mg/dl = K LDL + 27 mg/dl +
5

K LDL = 182 mg/dl

b. Analisa resep

Dalam kasus ini pasien menerima 3 macam obat, sebagai berikut :

Simvastatin untuk menurunkan kolesterol

Klofibrat untuk menurunkan trigliserida

Antasida untuk menetralkan asam lambung

Data laboratorium pasien menunjukan pasien mengalami kondisi

hiperlipidemia. Menurut ATP III (alur I), kadar kolesterol LDL untuk pasien
tanpa PJK (Penyakit Jantung Koroner) atau Diabetes melitus diharapkan <190

mg/dl. Pada kondisi Tn. Syarif, yang memiliki 2 faktor resiko mayor yaitu

merokok dan pasien pria dengan usia lebih dari 45 tahun, maka target K-LDL

adalah <130 mg/dl.Untuk kondisi pasien tn. Syarif diterapi dengan perubahan

gaya hidup dan mulai pemberian Simvastatin.

Kombinasi anti hiperlipidemia (simvastatin + klorfibrat) pada kasus ini tidak

diajurkan, mengingat efek samping dari interaksi ke-2 obat akan meningkat,

sehingga kejadian miopati dan rhabdomiolisis dapat meningkat, sedangkan efek

yang diharapkan tidak sebanding, karena pada kondisi pasien Tn. Syarif cukup

intervensi dengan perubahan gaya hidup dan terapi simvastatin, dan bila

kolesterol LDL tetap tidak terkendali maka dosis simvastatin bisa dinaikan hingga

telah tercapai dosis maksimal. Menurut ACC/ AHA 2013 (alur II), terapi dimulai

dengan identifikasi adanya bukti klinis ASCVD (Atherosclerotic

Cardiovasculer Disease) seperti sindroma koroner akut, riwayat infark

miokard, angina stabil maupun angina unstabil, riwayat revaskularisasi

koroner, stroke atau penyakit arteri perifer. Pada kondisi pasien Tn. Syarif,

pasien tidak mempunyai bukti klinis ASCVD, dan tidak ada riwayat Diabetes

melillitus, sehingga yang diperhatikan kadar LDL-nya, dimana kadar LDLnya

182 mg/dl (70-189mg/dl), maka harus dilakukan perhitungan risiko ASCVD, bila

>7,5% diterapi dengan statin intensitas sedang dan bila <7,5% diterapi dengan

statin bila kadar LDL>160 mg/dl (PERKENI,2015).

Pemberian antasida untuk mengatasi gangguan asam lambung pada pasien

Tn. Syarif, dapat menyebabkan interaksi antara antasiada dan simvastatin, dimana
antasida mengganggu absorbsi dari simvastatin sehingga kadar simvastatin dapat

berkurang sehingga kolesterol tetap tinggi dalam darah.

Selain terapi farmakologi pasien juga dianjurkan untuk melakukan terapi

non farmakologi, antara lain:

Pasien juga harus diingatkan untuk senantiasa melakukan terapi non

farmakologis, berupa diet makanan rendah karbohidrat, lemak, dan garam.

Pasien juga harus menghindari konsumsi rokok dan atau alkohol

Melakukan aktifitas fisik atau olah raga ringan secara teratur sangat

dianjurkan

c. Saran (pemberian KIE)

1. Kepada dokter

Konsultasikan kepada dokter tentang resep untuk pasien Tn. Syarif, untuk

memberhentikan pemberiam klofibrat karena interaksi antara simvastatin

dan klorfibrat meningkatkan efek miopati dan rabdomiolisis, sedangkan

efek yang diinginkan yaitu penurunan LDL dapat dicapai dengan

intervensi gaya hidup dan pemberian simvastatin saja. Menyarankan ke

dokter untuk meningkatkan dosis simvastatin dari 5 mg menjadi 10 mg,

dibandingkan mengkombinasikan simfastatin 5mg dengan klorfibrat 300

mg. Untuk bahan informasi ke dokter farmasis menyiapkan materi seperti

buku pedoman tatalaksana dislipidemia PERKI (Perhimpunan dokter

spesialis Kardiovaskuler Indonesia) tahun 2013 dan buku paduan

pengelolaan dislipidemia PERKENI ( Perkumpulan Endokrinologi

Indonesia) tahun 2015, dimana pada buku panduan terdapat alur


tatalaksana dislipidemia yaitu alur 1 (ATP III) dan alur 2 (ACC/AHA

2013).

2. Kepada pasien

Informasikan cara minum obat simvastatin, yaitu tiap malam 1 tablet

10 mg, diminum pada jam yang sama tiap malam.

Informasikan cara pemberian antasida, yaitu antasida dikunyah 30

menit-1 jam sebelum makan pagi, makan siang dan makan malam.

Pada malam hari antasida dikunyah 1 jam sebelum makan malam,

yaitu jam 6 atau 7 malam, dan simvastatin diminum 4 jam kemudian

setelah pemberian antasida.

Pasien harus di edukasi tentang terapi non farmakologi, yaitu

menghentikan kebiasaan merokok, menghentikan kebiaasan minum

alkohol, harus selalu beraktifitas fisik, dan harus menghindari

makanan berlemak tinggi dan berkadar garam tinggi.


DAFTAR PUSTAKA

Baras, Faisal. 1996. Mencegah Serangan Jantung dengan Menekan Kolesterol.


Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Direktorat PPTM, 2012, Buletin Data dan Informasi Kesehatan Penyakit Tidak
Menular, Kementrian Kesehatan RI

Gunawan, S, G, dkk., 2007. Farmakologi dan Terapi. UI press; Jakarta

Hariri. 1998. Faktor faktor Timbulnya Penyakit Jantung Koroner di Rumah


Sakit Mitra Keluarga Bekasi Provinsi Jawa Barat 1997. Skripsi. Jakarta :
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

https://www.academia.edu/6487306/Hiperlipidemia

Kusmana, Dede & Hanafi, Moechtar, 1996. Patofisiologi Penyakit Jantung


Koroner. Dalam buku ajar penyakit dalam, Jilid I, Edisi ketiga. Jakarta : FK
UI

Lacy, Charles F., Lora L. Armstrong., Morton P. Goldman., Leonard L. Laance.


2010. Drug Information Handbook. 18th Edition. American Pharmacist
Association. USA : Lexi-Comp. p : 319, 597, 1227, 1330.
PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia), 2015. Panduan Pengelolaan
dislipidemia di Indonesia. Edisi ke-satu. PB PERKENI.
PERKI (Perhimpunan dokter spesialis Kardiovaskuler Indonesia), 2013. Pedoman
Tatalaksana Dislipidemia. PP PERKI.

Soeharto, Iman. 2004. Serangan Jantung dan Setruk Hubungannya dengan Lemak
dan Kolesterol, Edisi kedua. Jakarta : gramedi Pustaka Utama.
Sukandar, Elin Yulinah., Retnosari Andrajati., Joseph I Sigit., I Ketut Adnyana.,
A. Adji Prayitno Setiadi., Kusnandar. 2013. ISO Farmakoterapi. Jakarta :
PT. ISFI Penerbitas. p : 106-111.

Supari, Fadilah. 2005. Sindrom Metabolik di Jakarta. Majalah Kedokteran


Indonesia, vol 55, no. 10. Oktober. Departemen Kardiologi FKUI/ pusat
Jantung Harapan Kita.

Waspadji, Sarwono. 2003. Asupan Zat Gizi dan Beberapa Zat Gizi pad Penderita
Hiperlipidemia dalam Pengkajian Status Gizi Studi epidemiologi. Jakarta :
FKUI.

Wells, Barbara G., Joseph T. DiPiro., Terry L. Schwinghammer, Cecily V.


DiPiro. 2009.Pharmacotherapy Handbook. Seventh Edition. by The
McGraw-Hill Companies, Inc. p : 108-109.

Wiyono, Sugeng. 1998. Hubungan IMT, Asupan Energi, dan Karakteristik


dengan Rasio Lingkar Pinggang Pinggul terhadap Lipidemia Darah pada
Masyarakat Dewasa di Kabupaten Surakarta 1995 (Analisa Data Riset
Unggulan Terpadu III). Skripsi.

Zakiyah, Dinie. 2008. Faktor faktor Risiko. Jakarta : UKM UI

http://www.who.int/gho/ncd/risk_factors/cholesterol_text/en/ Diakses Pada Pukul


20.15 WIB tanggal 17 mei 2017.

Anda mungkin juga menyukai