Anda di halaman 1dari 3

Faktor resiko ACS (Akut Coronary Syndrom)

Faktor resiko yang tidak dapat di modifikasi :

1. Keturunan
Anak-anak dari orang tua yang memiliki penyakit jantung memiliki risiko PJK
yang lebih tinggi. Peningkatan risiko ini terkait dengan prediposisi genetik pada
hipertensi,penigkatan lemak darah, diabetes, dan obesitas.
2. Usia
Usia memengaruhi risiko dan keparahan PJK. PJK simtomatis tampaknya
lebih banyak pada orang berusia lebih dari 40 tahun,

3. Jenis Kelamin

Pria memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami serangan jantung pada usia
yang lebih muda, risiko pada wanita menigkat signifikan pada masa menopause,
sehingga angka PJK pada wanita setelah menopause dua atau tiga kali lipat pada usisa
yang sama sebelum menopause.

Faktor risiko yang dapat di modifikasi :

1. Merokok

Perokok aktif maupun pasif merupakan faktor risiko yang berpengaruh kuat
pada perkembangan PJK. Merokok memperbesar risiko menjadi tiga kali lipat untuk
mengalami serangan jantung pada wanita dan dua kali lipat pada pria. Kandungan zat
racun pada rokok antara lain tar, nikotin, dan karbon monoksida Rokok akan
menyebabkan penurunan kadar oksigen ke jantung, peningkatan tekanan darah dan
denyut nadi, penurunan kadar kolesterol HDL, peningkatan penggumpalan darah dan
kerusakan endotel pembuluh darah koroner. Merokok meningkatkan risiko terkena
PJK sebanyak 2-6 kali lebih besar dibandingkan dengan bukan perokok. Rokok
menurunkan kadar level estrogen. Risiko juga sesuai dengan jumlah rokok yang
dihisap, dan penggunaan rokok dengan nikotin rendah dan berfilter tidak menurunkan
risiko. Seseorang yang terkena paparan kronik terhadap rokok meningkatkan terkena
PJK. Nikotin dalam tembakau menyebabkan katekolamin seperti epineprin,
norepineprin dikeluarkan. Hal ini menyebabkan peningkatan dari denyut jantung,
periperal kontriksi dan peningkatan tekanan darah dan meningkatkan peningkatan
kerja jantung, akibatnya terjadi peningkatan konsumsi oksigen pada miokardium.
Nikotin meningkatkan adhesi platelet yang akan meningkatkan resiko pembentukan
emboli. Karbonmonoksida sebagai produk dari pembakaran pada saat merokok,
berpengaruh pada pengikatan oksigen oleh hemoglobin. Selain itu juga karbon
monoksida merupakan zat kimia yang bersifat iritasi yang menyebabkan injuri pada
bagian endotel pembuluh darah.

2. Hipertensi
Hipertensi akan meningkatkan beban jantung, sehingga dinding jantung akan
menebal, akibatnya jantung semakin lama semakin membesar, kondisi ini membuat
kerja jantung melemah. Tekanan darah dikatakan normal jika kurang dari 140 mmHg
(sistolik) dan 90 mmHg (diastolik). Hipertensi bukan faktor risiko yang berdiri
sendiri. Hipertensi yang disertai dengan kegemukan, merokok, kadar kolesterol yang
tinggi atau penyakit kencing manis akan meningkatkan risiko serangan jantung
beberapa kali. Hipertensi memicu terjadinya ateroskerosis, dengan merusak endotel
dan menyebabkan efek berbahaya lain pada dinding arteri besar. Semakin tinggi
beban kerja jantung, ditambah dengan tekanan arteri yang meningkat juga dapat
menyebabkan penebalan diding ventrikel kiri, atau disebut dengan hipertropi ventrikel
kiri, yang merupakan penyebab sekaligus penanda kerusakan kardiovaskular.
Hipertropi ventrikel kiri menjadi predisposisi bagi miokardium untuk mengalami
aritmia dan iskemia, serta menjadi kontributor utama terjadinya gagal jantung, infark
miokard dan kematian mendadak.

3. Obesitas
Obesitas menambah beban ekstra pada jantung memaksa otot jantung bekerja
lebih keras untuk memompa jantung untuk mengantarkan darah ke jaringan
tambahan. Obesitas juga menigkatkan risiko PJK karena sering berhubungan dengan
peningkatan kolestrol serum dan kadar trigliserida, tekanan darah yang tinggi, dan
diabetes.

4. Diabetes
kumpulan gejala akibat peningkatan kadar gula darah akibat kekurangan
hormon insulin baik absolut maupun relatif. Pada Diabetes mellitus akan timbul
proses penebalan membran basalis dari kapiler dan pembuluh darah arteri koronaria,
sehingga terjadi penyempitan aliran darah ke jantung. Penyakit ini dapat dikendalikan
dengan menjaga kadar gula darah agar tetap normal. Faktor yang berperan pada
penigkatan ini antara lain peningkatan frekuensi obesitas dan gaya hidup, adanya
diabetes mencerminkan penigkatan resiko serangan jantung.

5. Kurang aktifitas fisik


Seseorang yang kurang aktifitas menyebabkan aliran darah di pembuluh darah
kolateral dan arteri koronaria berkurang sehingga aliran darah ke jantung berkurang.
Aktifitas fisik akan memperbaiki sistem kerja jantung dan pembuluh darah.
Dianjurkan melakukan latihan fisik (olah raga) minimal 30 menit setiap hari selama
3–4 hari dalam seminggu sehingga tercapai hasil yang maksimal.
Program aktifitas fisik harus dirancang untuk meningkatkan kekuatan fisik dengan
menggunakan formula FITT yaitu frequency (berapa sering), Intensity (berapa lama),
Type (isotonic) dan Time (berapa lama).

6. Dislipidemia
Low Density Lipoprotein (LDL-Cholesterol), atau dikenal dengan sebutan
“kolesterol jahat” karena LDL mempunyai peranan penting dalam pembentukan plak,
jika LDL terlalu banyak menempel di dinding endotel, sel endotel tersebut akan
meregang, lemak akan masuk kedalam darah yang nanti akan disambut oleh makrofag
namun tidak bisa krn lemak banyak berikatan dengan radikal bebas yang nanti akan
terbentuk sel busa yang menyebabkan ateroskerosis. Dan High Density Lipoprotein
(HDL-Cholesterol) atau dikenal dengan istilah “kolesterol baik” karena HDL
mempunyai kemampuan melepaskan kembali dan mengangkut kolesterol jahat yang
berada dalam darah kembali ke sirkulasi, sehingga tidak terjadi penyumbatan.

Daftar Pustaka

Setiati siti, ilmu penyakit dalam. Jakarta : interna publishing; 2014

Isselbacher, kort, j. Harrison prinsip penyakit dalam. Jakarta : EGC; 2014

Anda mungkin juga menyukai