Fisioterapi Dan Aktifitas Fisik Pasien OA
Fisioterapi Dan Aktifitas Fisik Pasien OA
Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit degeneratif pada kartilago sendi yang banyak
ditemukan. OA lutut lebih sering menyebabkan disabilitas dibandingkan OA pada sendi lain. Penderita
OA mengeluh nyeri pada waktu melakukan aktivitas atau jika ada pembebanan pada sendi yang
terkena. Pada derajat yang lebih berat nyeri dapat dirasakan terus menerus sehingga sangat
Prevalensi OA pada sendi meningkat secara progresif dengan meningkatnya usia yang
merupakan faktor resiko yang kuat untuk terjadinya OA. Wanita 2 kali lebih banyak menderita OA
dibandingkan pria, dimana wanita kulit hitam dengan OA lebih banyak 2 kali dibandingkan wanita
kulit putih.1
Pada usia lebih dari 65 tahun, baik secara klinik maupun radiologi didapatkan peningkatan
jumlah kasus OA lutut. Menurut The Framingham Osteoarthritis Study gambaran radiologik OA lutut
yang berat (grade III dan IV menurut kriteria Kellgreen-Lawrence) makin meningkat dengan
bertambahnya umur, yaitu 11,5% pada usia kurang dari 70 tahun, 17,8% pada umur 70-79 tahun dan
19,4% pada usia lebih dari 80 tahun. Wanita yang mempunyai gambaran radiologik osteoarthritis berat
adalah 10,6% pada umur kurang dari 70 tahun, 17,6% pada umur 70-79 tahun dan 21,1% pada umur
lebih dari 80 tahun; sedangkan pada laki-laki 12,8% pada umur kurang dari 70 tahun, 18,2% pada umur
70-79 tahun dan 17,9% pada umur lebih dari 80 tahun. Prevalensi radiologik OA akan meningkat
sesuai dengan umur. Pada umur di bawah 45 tahun jarang didapatkan gambaran radiologik yang berat.
Pada usia tua gambaran radiologik OA lutut yang berat mencapai 20%.2
Dari aspek rehabilitasi medik, penyakit sendi degeneratif, dapat menimbulkan kecacatan fisik
dalam beberapa tingkat, yaitu, tingkat impairmen (kerusakan sendi, terutama yang menyebabkan
keluhan nyeri), tingkat disabilitas (adanya kecacatan fisik, sehingga terganggunya activity of daily
living), dan handikap (tidak bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan, akibat hambatan psikologis,
Pemberian latihan juga sudah umum diberikan pada pasien OA, tetapi masih banyak difokuskan hanya
pada impairmen lokal di sekitar sendi yang terkena seperti kelemahan otot, keterbatasan luas gerak
sendi, dan nyeri. Padahal manajemen yang efektif seharusnya juga memperhatikan keterbatasan
fungsional dan disabilitas sekunder yang timbul karena impairmen lokal pada OA. 4 Oleh karena itu
pada tinjauan kepustakaan ini akan dibahas latihan secara holistik untuk pasien OA lutut.
BAB 2
OSTEOARTHRITIS LUTUT
2.1. Definisi
‘sekelompok kondisi heterogen yang menyebabkan timbulnya gejala dan tanda pada lutut yang
berhubungan dengan defek integritas kartilgo, dan perubahan pada tulang di bawahnya dan pada batas
sendi.5 Osteoarthritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif pada kartilago sendi dengan
perubahan reaktif pada batas-batas sendi, seperti pembentukan osteofit, perubahan tulang subkondral,
perubahan sumsum tulang, reaksi fibrous pada sinovium, dan penebalan kapsul sendi . Sendi yang bisa
terkena OA adalah sendi-sendi benar (‘true joint’ atau diarthrosis), yaitu sendi-sendi yang mempunyai
2.2. Anatomi
Sendi lutut terdiri dari sendi tibiofemoral dan patelofemoral yang disusun oleh tulang tibia,
femur dan patella. Permukaan distal kondilus medialis dan lateralis femur tidak kongruen dengan
permukaan proksimal tibia. Hal ini dikompensasi oleh meniskus medialis dan lateralis yang
Sendi lutut diperkuat ligamentum kolateral medialis, ligamentum kolateral lateralis, ligamentum
krusiatum anterior, ligamentum krusiatum posterior, dan otot – otot sekitar lutut. 6
2.3. Patogenesis
OA dapat terjadi berdasarkan 2 mekanisme berikut, yaitu (1) Beban yang berlebihan pada
komponen material kartilago sendi dan tulang subkondral yang normal, sehingga terjadi
kerusakan/kegagalan jaringan, dan (2) kualitas komponen material kartilago yang jelek sehingga
Perubahan yang terjadi pada OA adalah ketidakrataan rawan sendi disusul ulserasi dan
hilangnya rawan sendi sehingga terjadi kontak tulang dengan tulang dalam sendi disusul dengan
terbentuknya kista subkondral, osteofit pada tepi tulang, dan reaksi radang pada membrane sinovial.
Pembengkakan sendi, penebalan membran sinovial dan kapsul sendi, serta teregangnya ligament
Otot di sekitar sendi menjadi lemah karena efusi sinovial dan disuse atrophy pada satu sisi dan
spasme otot pada sisi lain. Perubahan biomekanik ini disertai dengan perubahan biokimia dimana
terjadi gangguan metabolisme kondrosit, gangguan biokimia matrik akibat terbentuknya enzim
2.4. Diagnosis
rontgen konvensional. Gambaran khas pada OA lutut adalah adanya osteofit dan penyempitan celah
sendi.3,7 Berdasarkan pemeriksaan radiologi, Kellgren & Lawrence menyusun gradasi OA lutut
menjadi : 8
Grade 2 : terdapat osteofit yang jelas tetapi tepi celah sendi baik dan tak nampak deformitas tulang.
Grade 3 : terdapat osteofit dan deformitas ujung tulang dan penyempitan celah sendi.
Grade 4 : terdapat osteofit dan deformitas ujung tulang dan disertai hilangnya celah sendi.8
Nyeri lutut + minimal 5 dari 9 Nyeri lutut + minimal 1 dari 3 Nyeri lutut + minimal 3 dari 6
berikut : berikut : berikut :
- umur > 50 tahun umur > 50 tahun - umur > 50 tahun
- stiffness < 30 menit stiffness < 30 menit - stiffness < 30 menit
- krepitasi krepitasi + osteofit - krepitasi
- nyeri pada tulang - nyeri pada tulang
- pelebaran tulang - pelebaran tulang
- tidak hangat pada perabaan - tidak hangat pada perabaan
- LED < 40mm/jam
- Rheumatoid factor <1:40
- Cairan sinovial : jernih,
viscous,Lekosit <2000/mm3
92% sensitif 91 % sensitive 95 % sensitif
75%spesifik 86% spesifik 69 spesifik
2.5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan OA lutut terdiri dari terapi farmakologik dan non farmakologik. Terapi
farmakologik dapat berupa analgesik baik dari golongan non steroid (NSAID) maupun golongan
steroid, dapat diberikan oral maupun injeksi intraartikular. Suplemen glukosamin sulfat dan kondroitin
sulfat sebagai bahan dasar tulang rawan sendi juga sering digunakan sebagai terapi OA. Mekanisme
kerjanya belum diketahui secara pasti, tetapi dikatakan bermanfaat dalam metabolisme kartilago sendi
dan mempunyai efek anti inflamasi. Injeksi intraartikular dengan asam hyaluronat sebagai
viscosuplement dikatakan juga dapat memperbaiki kekentalan dan elastisitas cairan sinovial, efek anti
inflamasi dan anti nosiseptif, menghambat degradasi enzim kartilago sendi, spons mekanik (absorbsi
mediator inflamasi), umpan balik positif untuk sintesis asam hyaluronat endogen, dan merangsang
Terapi non farmakologis terdiri dari edukasi pada penderita, terapi modalitas, latihan, dan
pemberian alat bantu/ortesa. Terapi modalitas bisa berupa terapi panas (Short wave diathermy, micro
wave diathermy, ultrasound diathermy), terapi dingin, TENS, dan terapi laser. Pemakaian terapi panas
bertujuan mengurangi nyeri, mengurangi spasme otot, mengurangi kekakuan sendi, menambah
ekstensibilitas tendon. Kompres dingin pada sendi OA akan menghambat aktivitas kolagenase di dalam
sinovium. Kompres dingin juga mengurangi spasme otot. Terapi listrik TENS (Transcutaneous
Electrical Nerve Stimulation) digunakan untuk mengurangi nyeri melalui kerjanya menaikkan ambang
rangsang nyeri. Terapi laser pada dekade terakhir ini mulai populer digunakan pada OA untuk
mengurangi nyeri.4,9,11
Ortosis atau alat bantu pada OA lutut diberikan untuk mengurangi beban sendi, menstabilkan
sendi, mengurangi gerakan sendi, memelihara sendi pada posisi fungsi maksimal, dan mencegah
deformitas. 9,11
Terapi bedah (arthroscopy, osteotomy, atrhroplasty) diindikasikan pada pasien yang tidak
BAB 3
Latihan merupakan bagian penting dalam manajemen pasien dengan OA lutut. Menurut Minor,
kekuatan otot, meningkatkan luas gerak sendi, menormalkan pola jalan, dan memperbaiki kemampuan
2. Melindungi sendi dari kerusakan lebih lanjut dengan cara mengurangi stress pada sendi, mengurangi
3. Mencegah disabilitas dan menurunnya kesehatan yang terjadi sekunder karena inaktivitas dengan
meningkatkan level aktifitas fisik sehari-hari dan memperbaiki daya tahan fisik.4
Program latihan pada pasien OA harus disusun secara individual sesuai keadaan pasien. Pada
pasien dengan kelemahan otot yang signifikan dan berkurangnya gerakan sendi, tujuan awal dari
latihan adalah mengurangi impairmen, memperbaiki fungsi, dan persiapan untuk aktivitas fisik. Pada
pasien OA dengan kekuatan otot dan luas gerak sendi (LGS) yang baik maka program latihan
Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam menyusun program latihan untuk
Derajat OA bisa mempengaruhi respon penderitanya terhadap latihan. Penelitian Fransen dkk
menunjukkan bahwa pasien dengan celah sendi lutut sisi medial yang lebih sempit berespon kurang
baik dibandingkan dengan pasien yang celah sendinya lebih lebar. Pada pasien OA dengan genu varus
maka akan terjadi peningkatan beban di sisi medial lutut saat jalan cepat. Oleh karena itu perlu
dgunakan ortosis misalnya dengan lateral wedge, atau knee brace.5 Selain itu pada kondisi inflamasi
akut atau udema sendi yang signifikan, latihan harus ditunda sampai inflamasi berkurang. 4,5
2. Nyeri
Nyeri merupakan gejala utama pada pasien OA yang sering menyebabkan pasien membatasi
aktivitasnya. Latihan penguatan dapat mengurangi keluhan nyeri pada pasien OA. Pada tahap awal
digunakan latihan penguatan otot isometrik karena gerak sendi yang terbatas sehingga tidak
menimbulkan nyeri.4 Selain itu sebelum melakukan latihan aerobik harus dilakukan latihan pemanasan
muskuloskletal dan kardiovaskular serta latihan fleksibilitas. Latihan dilakukan sebatas gerakan bebas
nyeri serta harus menghindari postur dan gerakan yang meningkatkan nyeri dan menibulkan udema.
Pasien juga diajari untuk memonitor sendiri latihannya untuk menghindari nyeri dan delayed onset
muscle soreness.4,5
3. Usia
Usia bukan merupakan kontraindikasi melakukan latihan. Guideline latihan sama bisa
diterapkan pada penderita usia lanjut dengan memperhatikan adanya resiko fraktur dan ganguan
keseimbangan. 5
4. Obesitas
Obesitas merupakan faktor resiko terjadinya OA. Menurunkan berat badan diketahui
menurunkan gejala OA dan resiko terjadinya OA. Program penurunan berat badan harus termasuk
dalam program latihan pasien OA dengan obesitas. Berjalan dengan kecepatan sedang, bersepeda, dan
latihan di air merupakan latihan yang aman dan bermanfaat untuk pasien OA lutut dan hip, termasuk
Belum ada formula latihan yang pasti untuk pasien OA lutut. Walaupun demikian prinsip yang
umum digunakan dalam program rehabilitasi medik untuk pasien OA terdiri dari beberapa komponen
Pada saat gerakan sendi terjadi kompresi dan dekompresi kartilago sendi yang penting untuk
nutrisi adekuat dan keseimbangan aktivitas anabolik dan katabolik di kartilago sendi. Imobilisasi dan
joint loading yang tidak adekuat menyebabkan atrophy kartilago. Inaktivitas juga menyebabkan
berkurangnya fleksibilitas dan berkurangnya compliance kapsul sendi, ligamen, dan sinovium.5
Prinsip umum latihan LGS adalah bahwa sendi terutama sendi lutut digerakkan pada luas
gerak sendi penuh untuk mencegah motion loss yang sering terjadi pada sendi OA. Latihan LGS aktif
diberikan apabila pasien mempunyai LGS penuh dan kekuatan otot yang cukup untuk dapat
menggerakkan ototnya sendiri. Latihan LGS aktif assistif diberikan jika kekuatan otot pasien tidak
cukup kuat untuk dapat menggerakkan sendinya sendiri. 7 Latihan LGS dilakukan pada sendi lutut dan
Berkurangnya LGS merupakan sekuele yang sering terjadi pada penderita OA. Pada OA lutut
umumnya terjadi berkurangnya ekstensi (lag extension), tetapi fleksi lutut pun sering berkurang. Ada
beberapa faktor yang bisa menyebabkan berkurangnya LGS pada OA, antara lain perubahan pada
sendi, pemendekan struktur myotendinosus di sekitar sendi karena nyeri dan kelemahan. Otot yang
lebih pendek dari panjang idealnya menyebabkan kerugian secara biomekanik saat ia bekerja. Oleh
Latihan fleksibilitas dimulai dengan pasien menggerakkan sendinya pada seluruh luas gerak
sendi yang ada untuk mencegah berkurangnya luas gerak sendi. Selanjutnya ditambahkan latihan
peregangan yang dilakukan dengan pelan, gentle, dan sustained stretching. Sustained stretching adalah
menahan peregangan selama 20-40 detik, atau lebih, kemudian relaks, dan mengulangi peregangan
lagi. Peregangan yang tiba-tiba, kasar, atau ballistic stretching harus dihindari karena bisa
menimbulkan eksaserbasi OA. Untuk pasien OA hip dan lutut otot yang penting untuk diregangkan
Luas gerak sendi yang cukup, kekuatan otot, dan daya tahan sangat penting untuk aktivitas
berjalan, keseimbangan, naik-turun tangga, dan bangkit dari kursi. Tabel berikut menunjukkan LGS
Latihan ROM rutin setiap hari dengan periode weight bearing dan non weight bearing penting
untuk menjaga kesehatan sendi. Pada individu tertentu diperlukan latihan yang didesain khusus sesuai
impaiment dan pathologi sendinya. Umumnya petunjuk untuk latihan fleksibilitas menurut American
College of Sports Medicine (ACSM) dan Centers for Disease Control and Prevention (CDC) adalah
sebagai berikut.5
Kelemahan otot, terutama otot quadrisep, telah diketahui sangat berhubungan dengan OA lutut.
Kelemahan quadrisep pada OA lutut disebabkan oleh inhibisi neuromuskuler yang terjadi karena nyeri
dan efusi, dan disuse atrophy karena inaktivitas. Penelitian menunjukkan bahwa kelemahan otot
quadrisep juga bisa terjadi sebelum OA dan menjadi faktor resiko terjadinya OA lutut. 5 Oleh karena itu
penguatan otot quadrisep menjadi fokus dalam latihan penguatan untuk pasien OA lutut.
Latihan penguatan bisa dibedakan menjadi isometrik, isotonik, dan isokinetik. Latihan
penguatan isometrik adalah bentuk latihan statik dimana otot berkontraksi dan menghasilkan force
tanpa perubahan panjang otot dan sedikit/tanpa gerakan sendi. Latihan isometrik digunakan jika pasien
tidak dapat mentoleransi gerakan sendi berulang, misalnya pada sendi yang nyeri atau inflamasi.
Latihan isometrik mudah dipelajari dan bisa meningkatkan kekuatan otot dengan cepat, tetapi manfaat
fungsionalnya terbatas. 12
Latihan penguatan isotonik adalah latihan penguatan dinamik dengan beban konstan dimana
otot berkontraksi memanjang (eksentrik) atau memendek (konsentrik) di sepanjang luas gerak
sendinya. Kontraksi eksentrik menyebabkan stress yang lebih besar tetapi menghasilkan kekuatan otot
yang lebih besar pula. Latihan isotonik bemanfaat untuk meningkatkan kekuatan otot, daya tahan, dan
power. Latihan isokinetik adalah latihan dengan gerak terkendali sehingga gerakan
terjadi melalui suatu rentang sendi pada kecepatan angular yang konstan selama otot
memendek atau memanjang dengan beban dapat bervariasi.12,13 Menurut deLisa latihan ini
jarang digunakan karena memerlukan peralatan isokinetik untuk latihan dan hubungannya dengan
aktivitas fungsional masih belum jelas.12 Walaupun demikian, beberapa penulis mengatakan bahwa
latihan isokinetik dapat menguatkan otot lebih efisien dibandingkan latihan isotonik. 13
Latihan penguatan juga bisa dibedakan menjadi latihan closed kinetic chain (bagian distal
ekstremitas terfiksasi) dan open kinetic chain (bagian distal ekstremitas bebas). Latihan open kinetic
chain memungkinkan penderita melakukan penguatan secara spesifik pada satu gerakan/otot pada satu
sendi, misalnya penguatan ekstensor lutut, tetapi latihan ini meningkatkan shear forces pada sendi
sehingga bisa menimbulkan eksaserbasi OA lutut. Quadricep setting, SLR, dan PRE dengan
quadriceps bench adalah contoh latihan open kinetic chain. Latihan closed kinetic chain menyebabkan
shear forces yang lebih kecil dan lebih menyerupai aktivitas sinergis dan firing pattern untuk aktivitas
sehari-hari12. Contoh latihan closed kinetic chain untuk OA lutut antara lain partial/mini squat, wall
Latihan penguatan dimulai dengan latihan penguatan isometrik (brief isometric exercise)
karena latihan ini tidak melibatkan gerakan sendi dan tidak memperberat gejala OA lutut. Sendi lutut
diposisikan pada posisi yang nyaman (biasanya posisi ekstensi) dan kemudian otot quadrisep
dikontraksikan maksimal selama minimal 6 detik, minimal dilakukan 2 kali sehari. Sambil melakukan
kontraksi otot pasien diminta untuk menghitung dengan suara keras untuk menghindari manuver
Valsava. Penggunaan elastic belt atau rubber loop yang terbuat dari tire inner tube ( ban dalam)
merupakan cara praktis untuk mendapat feedback proprioseptif saat otot berkontraksi isometrik
melawan tahanan.(gambar3.1).14
Gambar 3.1. Latihan isometric counterrresistance antara otot quadrisep dengan gluteal dan hamstring
kontralateral menggunakan elastic band atau belt loop di pergelangan kaki.14
Kontraksi isometrik harus ditahan minimal 6 detik untuk memungkinkan tercapainya puncak
tegangan otot dan perubahan metabolik di otot, dan tidak boleh lebih dari 10 detik karena akan
Latihan quadricep setting adalah contoh latihan penguatan isometrik otot quadrisep dengan
fokus pada kontraksi vastus medialis obliq. Latihan dilakukan dengan pasien posisi supine atau duduk
dan lutut posisi ekstensi dan pergelangan kaki dorsifleksi. Pasien diberi perintah ”tekan lutut anda ke
bawah, dan kencangkan otot paha”. Kontraksi ditahan selama 10 detik, istirahat beberapa detik, dan
kemudian kontraksi lagi.13,15 Latihan dilakukan 8-12 kali repetisi, diulang beberapa kali sehari. Jika
pasien merasa kurang nyaman, bisa ditambahkan gulungan handuk di bawah lutut.15
Latihan stright leg rising (SLR) adalah latihan penguatan isometrik otot quadrisep dengan
fokus pada otot rectus femoris. Latihan ini juga melibatkan kontraksi dinamik otot fleksor hip. Posisi
pasien supine dengan lutut ekstensi. Untuk menstanbilkan pelvis dan punggung bawah, hip dan lutut
kontra lateral diposisikan fleksi, kaki diletakkan netral di alas latihan. Pasien diperintahkan untuk
mengkontraksikan quadrisep, kemudian tungkai diangkat sekitar 45o fleksi hip sambil lutut tetap
ekstensi. Tungkai ditahan pada posisi tersebut selama 10 hitungan kemudian tungkai diturunkan.
Sesuai dengan kemampuan pasien, tungkai bisa diturunkan 30 o atau 15o fleksi hip untuk menambah
Gambar3.3. Latihan straight leg rising (tanpa beban dan dengan beban). 15,16
Untuk menghindari cedera pada otot, berikan tahanan secara bertahap, serta turunan kontraksi
otot secara bertahap pula. Hal ini membantu peningkatan tegangan/tension otot secara bertahap,
menjamin kontraksi otot yang bebas nyeri, dan menghindari resiko gerakan sendi yang tidak terkontrol.
Menahan nafas (valsava manuver) sering terjadi saat penderita melakukan latihan isometrik. Hal ini
harus dihindari karena bisa meningkatkan tekanan darah dengan cepat. Rhytmic breathing dengan
penekanan pada ekspirasi saat melakukan kontraksi otot, harus dilakukan saat melakukan latihan
isometrik untuk mengurangi resiko tersebut. Latihan isometrik dengan intensitas tinggi merupakan
Progressive resistance exercise (PRE) adalah latihan penguatan isotonik dinamik dengan
beban yang ditingkatkan secara bertahap. Latihan penguatan dengan PRE lebih baik untuk menjaga dan
meningkatkan fungsi otot, mengurangi nyeri sendi, dan meningkatkan fungsi pasien OA lutut.4,13
Salah satu metode untuk PRE adalah metode DeLorme-Watkins yang terdiri dari serial kontraksi otot
dengan beban meningkat sehingga pada akhir latihan otot mengangkat beban yang maksimal. 13 Latihan
ini bisa dilakukan dengan NK table/quadirceps bench. Caranya adalah sebagai berikut :
a. Tentukan beban maksimal 10 kali repetisi (10 repetition maximal resistance/ 10 RM), yaitu beban
maksimal yang bisa diangkat oleh otot 10 kali pada luas gerak sendi penuh .
d. pada prosedur ini sudah termasuk latihan pemanasan karena awalnya pasien mengangkat beban hanya
½ dan ¾ RM
e. nilai 10 RM ditingkatkan setiap minggu sesuai dengan peningkatan kekuatan otot. 13
Gambar 3.4. Latihan penguatan quadrisep dengan quadrisep bench/NK table.
Wall slides adalah salah satu latihan penguatan closed kinetik chain untuk otot quadrisep.
Caranya, penderita berdiri bersandar pada dinding dengan jarak antara kaki dengan dinding sekitar 1
kaki(32cm), kemudian punggung digeser ke bawah samapi lutut fleksi sekitar 20-30 o. Jika ditambahkan
kontraksi quadrisep sebelah medial dengan menjepit bola diantara kedua lutut maka penguatan
terutama ditujukan untuk otot vastus medialis. Kontraksi ditahan selama 10 detik, kemudian penderita
menaikkan kembali badannya. Latihan diulang 8-12 kali dengan istirahat diantara kontraksi. Otot
vastus medialis merupakan otot yang paling sering mengalami kelemahan diantara kelompok otot
Latihan penguatan otot sangat penting untuk pasien OA lutut karena otot yang lemah bisa
menambah disfungsi/kerusakan/gangguan pada sendi dan otot yang kuat akan melindungi sendi.
Walaupun demikian harus dihindari latihan penguatan yang menyebabkan bertambanya kerusakan dan
nyeri sendi. Caranya dengan melakukan latihan isometrik pada posisi-posisi yang bebas nyeri (multiple
angle isometric in pain free positions), melakukan latihan beban pada luas gerak sendi yang tidak
nyeri, dan latihan di kolam. Latihan dengan beban pada luas gerak sendi 45-90 o fleksi cenderung
Latihan aerobik penting untuk penderita OA lutut karena pada penderita OA lutut sering terjadi
penurunan kapasitas aerobik sebagai akibat kurangnya aktivitas. Manfaat latihan aerobik antara lain
meningkatkan kapasitas aerobik, kekuatan otot, daya tahan, serta pengurangan berat badan. Selain itu
latihan aerobik juga dapat menyebabkan pelepasan opioid endogen, serta memperbaiki gejala depresi
dan kecemasan.4,7
Latihan aerobik bisa dilakukan di darat dan di air (aquaterapi). Bentuk latihan aerobik yang
dianjurkan adalah berjalan, bersepeda, berenang, senam aerobik, dan senam aerobik di kolam.
Berenang dan latihan di kolam menimbulkan stress sendi yang lebih ringan dibandingkan bentuk
latihan aerobik yang lain. Setiap sesion latihan aerobik harus diawali oleh latihan pemanasan yang
terdiri dari latihan ROM dan diikuti oleh pendinginan dan peregangan. 4
Jika latihan jalan kaki atau jogging menyebabkan gejala yang dikeluhkan pasien bertambah
berat, intensitas latihan harus dikurangi atau bentuk latihan dirubah. Alas kaki yang baik sangat penting
dan latihan lebih baik dilakukan di permukaan yang lunak. Untuk dapat meningkatkan kapasitas
aerobik heart rate yang harus dicapai adalah 60-80% dari target heart rate untuk latihan selama 20-30
menit, 3-4 kali seminggu. Naik turun tangga juga merupakan bentuk latihan aerobik yang baik, tapi
menyebabkan joint loading yang maksimal pada hip dan lutut sehingga tidak dianjurkan untuk pasien
Latihan dengan sepeda statik dilakukan dengan setting lutut ekstensi saat pedal sepeda berada
di bawah. 13,16
Tingkat beban diatur bertahap mulai dari minimal sampai sedang. Latihan dilakukan 5
menit dengan beban ringan selama 2 hari, kemudian beban dinaikkan dan waktu ditambah 5 menit.
Setiap peningkatan level dilatih selama 3 hari sampai waktu latihan 20-30 menit.16
Gambar 3.6. Latihan dengan sepeda statik16
Berikut adalah rekomendasi petunjuk latihan daya tahan kardiovaskular dan muskuloskletal
untuk pasien OA lutut dan hip dengan awal latihan menggunakan intensitas dan durasi yang paling
Tabel 3.4. Petunjuk latihan daya tahan kardiovaskuler dan daya tahan otot5
3.1.4. Latihan Fungsional
Pasien OA lutut sering mengalami gangguan aktivitas seperti naik turun tangga, duduk dan
bangkit dari kursi atau toilet, atau mengambil benda dari lantai. Perlu dilakukan latihan yang bertujuan
mengatasi gangguan fungsional khusus yang dialami pasien. Latihan ini berupa latihan penguatan
- Latihan step-up dan step down : latihan naik dan turun tangga.13
- Wall slides dan mini squat sampai 90o atau sebatas toleransi: bertujuan melatih aktivitas duduk dan
berdiri dari duduk dengan bantuan lengan, serta menentukan perlu tidaknya adaptasi tinggi kursi untuk
- Partial lunge : bertujuan melatih mekanika tubuh yang efektif untuk mengambil benda di lantai
dengan konsentrasi pada kontrol otot trunk saat melakukan gerakan. Pasien diajarkan untuk
mengkontraksikan otot abdomen untuk menstabilkan pelvis saat melakukan gerakan lunge. 13
- Latihan keseimbangan dan proprioseptif, dimulai bila pasien mempunyai kemampuan kontrol yang
baik, misalnya dengan berjalan sepanjang garis sempit, latihan dengan bola Swiss, atau latihan
keseimbangan pada penderita OA.13 Menurut deLisa belum ada metode paling baik untuk
mengoptimalkan keseimbangan pada penderita OA, tetapi beberapa penelitian menunjukkan bahwa
latihan penguatan dan latihan aerobik dengan berjalan memperbaiki stabilitas postural penderita OA 12
( MMT 4/5) atau nyeri berkurang. Latihan ambulasi dilakukan pada permukaan yang bervariasi, naik
Edukasi dan program latihan di rumah merupakan hal yang penting bagi penderita OA.
Edukasi yang diberikan terutama tentang penyakit OA, prinsip perlidungan sendi, bagaimana
manajemen gejala OA, dan program latihan di rumah. Program yang diberikan adalah latihan yang
aman dilakukan di rumah berupa latihan penguatan otot, latihan luas gerak sendi, dan latihan
enduran/daya tahan. Pasien dengan berat badan lebih dianjurkan untuk mengurangi berat badannya. 13
Proteksi dan pemeliharaan sendi lutut antara lain dengan menghindari gerakan fleksi yang
berlebihan, menghindari memposisikan sendi pada satu posisi dalam waktu yang lama, menghindari
overuse, mengontrol berat badan, mengurangi beban pada sendi yang nyeri, menyeimbangkan aktivitas
dan istirahat, mendistribusikan tekanan, menggunakan otot dan sendi yang paling kuat, dan
Home exercise program atau program latihan di rumah sangat penting bagi pasien OA lutut.
Kepatuhan jangka panjang untuk melakukan latihan di rumah merupakan tujuan yang utama karena
sangat berhubungan dengan perbaikan fungsi fisik penderita OA. 8 Berikut contoh leaflet latihan di
BAB 4
PENUTUP
Osteoarthritis adalah penyakit sendi degeneratif yang mengenai kartilago sendi yang sangat
sering terjadi. Terjadinya penyakit ini dipengaruhi oleh genetik, usia, metabolisme, dan gerakan-
gerakan pada sendi. OA pada lutut sering terjadi karena lutut merupakan sendi penyangga berat tubuh
yang utama.
Impairmen yang sering timbul pada OA antara lain nyeri yang sering muncul karena stress
mekanik atau aktivitas di lutut yang berlebihan, nyeri waktu istirahat pada OA stadium lanjut, stiffness
sendi, keterbatasan luas gerak sendi, kelemahan otot (terutama otot quadrisep), gangguan proprioseptif
dan keseimbangan, serta gangguan aktivitas sehari-hari. Jika tidak diatasi bisa timbul disabilitas
Latihan merupakan bagian penting dalam manajemen pasien dengan OA lutut. Tujuan program
latihan pada pasien OA adalah mengurangi impairmen dan memperbaiki fungsi, melindungi sendi dari
kerusakan lebih lanjut, serta mencegah disabilitas dan menurunnya kesehatan yang terjadi sekunder
karena inaktivitas dengan meningkatkan level aktifitas fisik sehari-hari dan memperbaiki daya tahan
fisik.
Penelitian menunjukkan bahwa latihan pada OA relatif aman tetapi harus disusun secara
individual dengan mempertimbangkan usia, faktor komorbid, dan mobilitas pasien secara umum.
Cochrane Database of Systematic Review dan Philadelpia Panel Evidence-Based Clinical Practice
Guidelines menyimpulkan bahwa latihan penguatan. peregangan, latihan aerobik dan latihan fungsional
terbukti mengurangi nyeri dan memperbaiki fungsi fisik pada penderita OA. 13 Latihan juga dapat
meningkatkan fleksibilitas, memperbaiki aliran darah dan kerja jantung, menjaga/menurunkan berat
DAFTAR PUSTAKA
1. Schumacher Jr, H; Ralph, MD; Klippel, John H, MD; Koopman, William J, MD. Osteoarthritis :
Epidemiology, Pathology, and Pathogenesis. In : Primer on the Rheumatic Diseases. 10th ed. Arthritis
Foundation. Atlanta, 1993. p.184-190
2. Herry Isbagio, Bambang SH . Masalah dan Penanganan Osteoarthritis Sendi lutut. Cermin Dunia
Kedokteran. 1995. hal 8-11
3. Reni H. Masduchi. Rehabilitasi Nyeri pada Sendi Degeneratif. SMF/Bagian Ilmu Kedokteran Fisik dan
Rehabilitasi RSU dr.Soetomo/FK UNAIR. PKB Rehabilitasi Medik, Surabaya, 2005.
4. Brandt KD. Diagnosis and Nonsurgical Management of Osteoatrhritis. 2 nd ed. Professional
Communications Inc. Caddo, 2000. p 53-65, 117-135
5. Brandt KD, Doherty M, Lohmander LS. Osteoarthritis. 2nd ed. Oxford University Press. New York,
2003. p 1-7, 299-308
6. Cailliet R. Knee Pain and Disability. F.A Davis Company. Philadelpia, 1980. p1-3, 97
7. Moskowitz RW, Altman RD, et al. Osteoarthritis Diagnosis and Medical/Surgical Management. 4 th ed.
Lippincot Williams-Wilkins. 2007. p28, 258-263
8. Elyas E. Pendekatan Terapi Fisik pada Osteoarthritis. Pertemuan Ilmiah Tahunan PERDOSRI 2002.
Bidang Pendidikan da LAtihan Pengurus Besar PERDOSRI. Jakarta, 2002. hal 53-63
9. Tulaar ABM. Peran Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medik pada Tatalaksana Osteoarthritis.
Semijurnal Farmasi dan Kedokteran Ethical Digest. Februari 2006. hal 46-54
10. The National Institute of Health. Osteoarthritis Symptoms and Treatments. (online). Available from :
http//www.heartspring.net
11. Angela BMT. Rehabilitasi Medik pada Osteoarthrits. Cermin Dunia Kedokteran. 1995. hal 32-34
12. Stitik TP, Foye PM, et al . Osteoarthritis. In : DeLisa J, editor. Physical Medicine & Rehabilitation
Principles and Practice. 4th ed. Lippincot Williams-Wilkins, 2005. p 765-785
13. Kisner C, Cosby LA. Therapeutic Exercise Foundation and Technique. 5 th ed. F.A. Davis Company.
Philadelpia, 2007.p 149-222, 314-316, 744-751,
14. Swezey LS. Rehabilitation of Arthritis and Allied Condition. In : Krusen’s Handbook of Physical
Medicine and Rehabilitation. WB Saunders. Philadelpia, 1990. p 679-700.
15. Erstad S. Patellar tracking disorders : Exercises. (Online). Available from :http//www. Cigna.com
16. Pain exercises. Knee Pain Exercise. (online). Available from:http// Painexercise.net
17. O’Toole FW. Exercise in the treatment of musculoskeletal disease . In : Exercise Therapy Prevention
and Treatment of Disease. Blackwell Publishing. Oxford, 2005.