Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Ilmiah Respati Pertanian Vol. 2, No.

9 ISSN : 1411 - 7126

Profil Peternakan Kelinci di Wilayah Perkotaan DKI Jakarta


Serta Potensi dan Peluang Pengembangannya

Syamsu Bahar, Bachtar Bakrie, Umming Sente


Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta
Jalan Ragunan No. 30, Pasar Minggu, Jakarta 12540
Telepon : (021) 78839949; Fax.: (021) 7815020
Email: syamsubahar@yahoo.com, bachtarbakrie@yahoo.com, lppm@urindo.ac.id

Abstrak
Kelinci memiliki potensi biologis dan ekonomi untuk menghasilkan daging dan kulit-bulu bermutu terutama
jenis Rex dan Satin, dan juga untuk tujuan kesayangan. Salah satu potensi yang menonjol dalam hubungannya
dengan peternakan rakyat adalah kelinci mampu tumbuh dan berkembang biak hanya dengan pemberian pakan
hijauan, limbah pertanian dan limbah pangan serta dapat dipelihara pada skala rumah tangga. Tujuan penelitian
mengetahui profil peternakan kelinci di wilayah perkotaan DKI Jakarta serta peluang pengembangannya. Metode
penelitian survei peternakan kelinci dengan sampel secara sengaja,teknik pengambilan data dengan wawancara
meliputi: jenis kelinci, sistim perkandangan, sistim reproduksi, pengelolaan pakan, pengendalian
penyakit,pemasaran, potensi dan peluang pengembangannya. Analisis data secara deskriptif. Hasil menunjukkan
pemeliharaan kelinci kebanyakan dilakukan secara perorangan dan bersifat bisnis keluarga. Sebagian peternak
bergabung dalam wadah Indonesian Rabbit Association, sedangkan sebagian lainnya tidak memiliki wadah
kelembagaan. Umumnya peternak memelihara kelinci sebagai hewan hias dengan jenis bermacam-macam seperti
Rex bulu karpet, Rex satin, English Angora, Black oter, Fuzzy lop, Holland lop, Lion dan Persilangan. Pemeliharaan
kelinci menggunakan sistim kandang baterai/individu dengan bahan terbuat dari kayu dan kawat. Sistim
reproduksi menunjukkan jumlah anak sekelahiran antara 6–8 ekor per induk per kelahiran. Pakan yang diberikan
umumnya berupa hijauan limbah sayuran, sangat sedikit yang memberikan pakan konsentrat. Penyakit yang sering
menyerang scabies, diare dan kembung. Pemasaran kelinci dilakukan secara langsung ke konsumen yaitu di
tempat-tempat keramaian seperti pasar dan tempat rekreasi. Kesimpulan potensi dan peluang pengembangan
kelinci dapat dilakukan melalui inovasi teknologi peternakan kelinci dan menciptakan kawasan “kampung industri
kelinci” yang dikelola oleh kelembagaan kelompok tani.
Kata Kunci : Jakarta, Kampung industri kelinci, Perkotaan.

PENDAHULUAN Havana, Himalayan, New Zealand Red, White


Kelinci, secara umum memiliki potensi dan Black, Rex. Amerika. Kelinci lokal yang ada
biologis dan ekonomi yang tinggi untuk sebenarnya berasal dari dari Eropa yang telah
menghasilkan daging dan kulit-bulu bermutu bercampur dengan jenis lain hingga sulit
terutama jenis Rex dan Satin, dan juga untuk dikenali lagi. Jenis New Zealand White dan
tujuan kesayangan/hias (Raharjo dan Californian sangat baik untuk produksi daging,
Brahmantiyo, 2002; Raharjo, 2003). Salah satu sedangkan Angora baik untuk bulu. (Anonim,
potensi yang menonjol dalam hubungannya 2000). Jenis kelinci penghasil daging adalah :
dengan peternakan rakyat adalah kelinci Vlaams, New Zealand White England,
mampu tumbuh dan berkembang biak hanya sedangkan jenis kelinci yang banyak diminati
dengan pemberian pakan hijauan, limbah untuk ternak hias antara lain : Angora, Lion, dan
pertanian dan limbah pangan serta dapat Rex totol (Anonim, 2011). Kelinci merupakan
dipelihara pada skala rumah tangga/skala kecil. salah satu komoditi yang dapat diandalkan
Ternak ini semula hewan liar yang sulit dalam menanggulangi kebutuhan daging
dijinakkan. Kelinci dijinakkan dengan tujuan sebagai sumber protein hewani. Kandungan gizi
untuk keindahan, bahan pangan dan sebagai daging kelinci dibanding ternak lainnya tiap 100
hewan percobaan. Hampir setiap negara di g daging adalah kadar protein daging kelinci
dunia memiliki ternak kelinci karena kelinci cukup tinggi yakni 20,1 lebih tinggi dibanding
mempunyai daya adaptasi tubuh yang relatif protein ayam 18,6 dan sapi 16,3. Kadar lemak
tinggi sehingga mampu hidup di hampir seluruh daging kelinci rendah yakni 5,5 lebih rendah
dunia. Jenis yang umum diternakkan adalah dibanding ayam 15,6 dan sapi 24,1. Kadar
American Chinchilla, Angora, Belgian, kolesterol daging kelinci juga lebih rendah yakni
Californian, Dutch, English Spot, Flemish Giant, 53 lebih rendah dibanding ayam 70 dan sapi 58
613
Jurnal Ilmiah Respati Pertanian Vol. 2, No. 9 ISSN : 1411 - 7126

(Chan et al., 1995). Ternak kelinci dapat menelusuri keberadaan para peternak kelinci di
menghasilkan kotoran padat (feces) dan cair DKI Jakarta. Penelusuran ini dilakukan karena
(urine) dalam jumlah yang cukup banyak. untuk wilayah DKI Jakarta belum ada data baku
Konsumsi hijauan 0,4 - 0,6 kg /ekor/hari. peternak kelinci dan belum tercantum secara
Konsumsi air minum 120 ml/ekor/hari. Produksi tertulis dalam statistik populasi ternak kelinci.
kotoran kelinci 30 - 50 % dari konsumsi. Dengan Dari hasil penelusuran ditemukan peternak
pengolahan secara sederhana, apabila kotoran kelinci sebagai “sampel” dapat dikelompokkan
ditambahkan dengan sisa hijauan dapat diubah kedalam 2 kategori yaitu kategori peternak
menjadi pupuk organik yang sangat bermanfaat yang sedang/masih memelihara kelinci dan
bagi peningkatan kesuburan tanah. Produksi kategori peternak yang pernah memelihara
urine kelinci 50 - 65 cc/ekor/hari. Hasil kelinci yang saat ini tidak memelihara lagi. Pada
penelitian pemberian pupuk organik pada peternak yang masih memelihara kelinci
tanaman hortikultura yaitu tanaman kentang dilakukan kunjungan ke lokasi pemeliharaan,
dan kubis rata-rata meningkatkan produksi sedangkan pada peternak yang hanya pernah
sebesar 23,5 % dibanding pupuk domba, namun memelihara kelinci tidak dilakukan kunjungan.
masih lebih rendah dengan perlakuan petani Peternak yang di kunjungi yaitu 4 orang di
yang menggunakan pupuk kimia dan pupuk Jakarta Selatan, 6 orang di Jakarta Timur dan 1
ayam sebesar 39,7 % (Sajimin et al., 2006). orang di Jakarta Utara, sedangkan di Jakarta
Populasi kelinci di Indonesia selalu meningkat, Barat dan Jakarta Pusat tidak dilakukan
namun lambat dari tahun 2007 tercatat 708.000 kunjungan, tetapi mendapat informasi dari
ekor dan tahun 2010 menjadi 898.000 ekor dan petugas peternakan bahwa beberapa orang
antara tahun 2008 – 2010 tercatat 12 provinsi pernah memelihara kelinci. Selanjutnya
di Indonesia yang memiliki usaha ternak kelinci dilakukan wawancara kepada peternak yang
dan yang terpadat di Jawa Tengah (Anonim, masih memelihara kelinci tentang bagaimana
2010) dan yang terpadat populasinya di Jawa mereka melakukan budidaya ternak kelinci
Tengah adalah Kabupaten Magelang (Herawati, meliputi aspek : 1) Jenis/strain kelinci yang
et al., 2011). Pemeliharaan kelinci mulai dipelihara; 2) Sistim Perkandangan; 3) Sistim
digalakkan lagi di wilayah Provinsi DKI Jakarta Reproduksi; 4) Pengelolaan Pakan; 5)
dalam beberapa tahun belakangan ini Pengendalian Penyakit dan 6) Pemasaran. Data
sehubungan dengan merebaknya penyakit flu yang diperoleh dianalisis secara deskriptif.
burung yang menyerang unggas. Pemeliharaan
HASIL DAN PEMBAHASAN
unggas di wilayah DKI Jakarta sudsh tidak
Jenis/strain yang dipelihara
diperbolehkan lagi dalam upaya untuk
Umumnya peternak memelihara kelinci
pengendalian penyakit flu burung tersebut.
sebagai hewan hias dengan strain yang
Oleh sebab itu pemeliharaan kelinci merupakan
bermacam-macam, meliputi Rex bulu karpet,
alternatif sumber protein sebagai pengganti
Rex satin, English Angora, Black oter, Fuzzy lop,
unggas tersebut. Penelitian ini dilakukan dalam
Holland lop, Lion dan persilangan. Jenis-jenis
rangka untuk memperoleh informasi dasar
tersebut bertubuh kecil dengan bobot antara 2
tentang pemeliharaan kelinci yang telah
– 3 kg, sedangkan jenis yang lebih besar dengan
dilakukan oleh masyarakat di wilayah DKI
bobot 4 – 5 kg adalah Flemish giant, Himalayan
Jakarta. Diaharapkan bahwa informasi ini dapat
dan Vlaams. Adapun peternak yang memelihara
dimanfaatkan sebagai dasar bagi pemerintah
kelinci yang sebagai hewan potong (daging)
daerah dalam membantu pengembangan
yaitu New Zealand White. Peternak
peternakan kelinci sehingga dapat dapat
memperoleh indukan awal berasal dari daerah
tersedia sumber protein alternatif bagi
Cipanas dan Sukabumi, Jawa Barat. Jumlah
masyarakat yang tinggal di wilayah ini.
pemilikan antara 5 - 30 ekor dengan berbagai
METODE PENELITIAN tingkat umur.
Peternak kelinci di DKI Jakarta masih bersifat
perorangan sehingga untuk menemukan lokasi Sistem Perkandangan
peternak dilakukan dengan bantuan Pada peternak yang memelihara kelinci
petugas/penyuluh peternakan dari Suku Dinas secara intensif (selanjutnya disebut sebagai
Peternakan dan Perikanan untuk mencari dan peternak intensif) menggunakan kandang
614
Jurnal Ilmiah Respati Pertanian Vol. 2, No. 9 ISSN : 1411 - 7126

dengan sistem baterai/kandang individu dengan fertil tetapi tidak menghasilkan kehamilan maka
bahan yang terbuat dari kawat dan untuk petak kemungkinan pejantannya mandul sehingga
induk berukuran 50cm x 75cm x 50cm. Bentuk dilakukan penggantian pejantan. Pada umur 2
kandang memanjang dan bertingkat dilengkapi bulan, anak sudah lepas sapih, maka induk
kotak untuk beranak dan alas penampung dikawinkan lagi. Jika dihitung jarak beranak
kotoran padat dan cair (feces dan urine). Satu (calving interval ) yaitu 31 hari bunting (1 bulan)
bangunan kandang berisi 20 – 30 induk ditambah 2 bulan menyusui maka jarak beranak
termasuk pejantannya. Kondisi lingkungan adalah 3 bulan, sehingga dalam setahun dapat
kandang mudah dibersihkan dan ternak terawat terjadi 4 kali beranak. Menurut Juarini, et al
dengan baik. Kondisi lingkungan sekitar (2000) bahwa dari aspek reproduksi pengaturan
kandang sangat teduh dibawah pepohonan, kawin pasca partus menyimpulkan perkawinan
kandang setiap pagi dibersihkan, letak kandang 14 hari setelah beranak memberikan performan
jauh dari pemukiman warga, bersih dan tidak yang paling baik untuk ternak kelinci. Cara lain
berisik. Kotoran padat dan cair dari kelinci yang dilakukan peternak intensif untuk proses
dimanfaatkan sebagai bahan kompos untuk kawin adalah dengan cara menggabung jantan
pembuatan pupuk organik. Pada peternak dan betina selama 1 hari, setelah itu dipisah.
dengan pemeliharaan non-intensif (selanjutnya Untuk mengetahui bunting atau tidak, maka
disebut sebagai peternak non-intensif) dicoba menggabungkan lagi jantan dan betina,
membuat kandang berbahan kayu dan bambu jika betina menolak kawin maka sudah
dengan model kotak bersusun berukuran 50cm menunjukkan ada indikasi bahwa sudah terjadi
x 50cm x 50cm dan diletakkan di halaman kebuntingan. Ternak kelinci akan lepas sapih
rumah serta dibuat pagar untuk melepas pada umur 1,5 – 2 bulan. Kematian kelinci anak
kelinciatau yang disebut dengan sistem “ranch” pra sapih pada peternak non-intensif lebih
atau umbaran. Satu bangunan kandang berisi 5 banyak disebabkan oleh kelalaian yaitu kelinci
– 15 induk termasuk pejantannya. Sistim terjepit dalam kandang, kelinci kehujanan
sanitasi kurang baik, jarang dibersihkan karena kandang yang bocor, lingkungan yang
sehingga kotoran ternak menumpuk di bawah bising juga menyebabkan anak kelinci kaget dan
kandang. Kondisi lingkungan sekitar kandang saling tabrak dalam kandang. Kematian anak
lembab, becek dan terletak di tengah-tengah pra sapih cukup tinggi sebagaimana dilaporkan
pemukiman warga dan lalu-lintas kendaraan oleh Udjianto dan Subandi (2000) bahwa
bermotor yang bising, sehingga keadaan ini hambatan yang dialami dalam pemeliharaan
memungkinkandapat menyebabkan ternak kelinci adalah kematian anak lepas sapih yang
kelinci menjadi stres dan mati. masih terlalu tinggi sekitar 50 %.
Sistem Reproduksi Pengelolaan Pakan
Jenis ternak yang sudah beradaptasi dengan Pada peternak intensif dilakukan pemberian
baik dilingkungannya menunjukkan jumlah anak pakan dengan perbandingan pakan komersil
sekelahiran antara 6 – 8 ekor per induk per (pellet) 90 % dan sisanya 10 % pakan hijauan
kelahiran, namun untuk beberapa jenis/strain berupa sayuran. Pakan komersil dibeli di
impor hanya antara 2 - 4 ekor. Peternak non- pasaran dengan komposisi zat makanan adalah
intensif mengawinkan kembali kelincinya Kadar air 12 %, Protein 15 %, Lemak 5 %, Serat
setelah anaknya lepas sapih yaitu sekitar 3 Kasar 16 %, Calcium 1,35 % dan Phosphor 0,7 %.
bulan dengan jalan induk dan pejantan Menurut petani intensif bahwa pakan sangat
dimasukkan dalam satu kandang yang sama. penting untuk tujuan produksi daging
Pada peternak intensif, pejantan mengawini (pertambahan bobot hidup), sedangkan untuk
betina dalam 3 hari berturut-turut, setelah itu 4 tujuan produksi bulu, pakan bukan yang utama
hari “libur kawin” artinya pejantan tetapi lokasi/suhu udara, makin dingin makin
diistirahatkan dari mengawini betina. Setiap kali halus bulunya. Anak kelinci yang baru lahir
kawin hanya 1 kali ejakulasi dan tidak diulang hanya menyusu pada induknya dan mulai diberi
asalkan ejakulasi sempurna sudah cukup untuk pakan pellet pada umur sekitar 3 minggu
menghasilkan kehamilan. Dilakukan sebanyak 25 gr/ekor/hari pada pagi hari dan 25
pengulangan hanya jika pejantan tidak ejakulasi grekor/hari pada sore hari. Pada peternak non-
sempurna. Pejantan yang mengawini betina intensif, pakan yang diberikan adalah berupa
615
Jurnal Ilmiah Respati Pertanian Vol. 2, No. 9 ISSN : 1411 - 7126

ampas kedelai sebanyak 0,5 kg/ekor/hari dan menyebabkan peternak kelinci kurang
sayuran antara lain kangkung dan sawi. Pakan bergairah untuk memelihara kelinci.
hijauan yang diberikan adalah berupa hijauan
Potensi dan Peluang Pengembangannya
yang diarit disekitar kebun yaitu jenis oyot-
Kelinci adalah ternak herbivora prolifik yang
oyotan (nama lokal). Pakan pellet hanya sekali-
dapat tumbuh dan berkembang biak cukup
sekali saja diberikan disebabkan harganya
cepat hanya dengan penggunaan pakan hijauan.
mahal. Air minum tersedia sepanjang hari,
Potensi kelinci untuk tumbuh dan berkembang
diselingi dengan pemberian kulit buah-buahan
biak dengan cepat, telah secara umum
yang banyak airnya seperti kulit melon dan kulit
diketahui. Namun hanya sedikit yang menyadari
pepaya. Sisa tanaman lainnya juga sangat baik
bahwa dalam waktu 1 tahun, seekor induk
untuk dijadikan sumber pakan, menurut Juarini,
kelinci mampu menghasilkan paling tidak 40 kg
et al (2000) bahwa dengan menggunakan
bobot hidup pada pola tradisional dan 120 kg
limbah pertanian, daun rami sampai 30 % dan
pada pola intensif. Jika dibandingkan dengan
tepung rami 40 % dalam ransum kelinci tidak
seekor induk sapi yang hanya akan
berpengaruh negatif pada pertumbuhan kelinci,
menghasilkan seekor anak seberat 200 kg, atau
begitu pula penyertaan dalam ransum 40 %
seekor induk domba menghasilkan seekor anak
ampas teh, 20 % onggok fermentasi, 15 %
seberat 75 kg bobot hidup per tahun. Apabila 1
ampas tahu non fermentasi dan 20 % ampas
ekor induk sapi berharga Rp. 10 juta dan 1 ekor
tahu fermentasi meningkatkan bobot badan
induk kelinci berharga Rp 300 ribu, maka 1 ekor
lebih baik dibanding kontrol, namun pemberian
sapi setara dengan 30 ekor kelinci, dengan
10 % ampas bir dalam ransum menurunkan
demikian dalam 1 tahun 1 ekor induk sapi
bobot badan kelinci.
hanya akan menghasilkan sekitar 100 kg daging,
Pengendalian penyakit sedangkan 30 induk kelinci akan menghasilkan
Penyakit yang sering menyerang ternak 1200 – 4800 kg daging. Untuk pengembangan
kelinci, baik pada peternak intensif maupun ternak dalam suatu wilayah dapat dilakukan
pada peternak non-intensif adalah adalah melalui pelaksanaan program Kampung Kelinci.
scabies dan diare. Penyakit scabies Dalam program tersebut setiap peternak kelinci
penanggulangannya dengan suntikan, harus memelihara minimal 1 paket terdiri dari
sedangkan penyakit diare/mencret sangat 20 ekor induk + 3 ekor pejantan. Sehingga
sering berakhir pada kematian ternak karena dalam 1 tahun, dengan 75 % hasil untuk
prosesnya yang sangat cepat sehingga pemelihara dan 25 % hasil untuk digulirkan
terlambat penanganannya. Dari pengalaman akan dapat diperoleh 3 peternak baru lainnya.
peternak jika ternak kelinci terserang mencret Melalui pemeliharaan kelinci dapat diperoleh (i)
yang akut langsung mati, jarang tertolong. daging halal dan sehat (tinggi protein, rendah
Penyakit lain yang menyebabkan kematian kholesterol, rendah lemak jenuh), (ii) kulit-bulu
adalah sembelit, dengan tanda-tanda klinis untuk kerajinan, (iii) kelinci hias untuk pehobi,
yaitu sulit mengeluarkan kotoran padat (iv) kelinci untuk percobaan di laboratorium dan
sehingga perut kelinci kembung dan (v) pupuk organik. Untuk semua produk, kecuali
menyebabkan kematian. kulit-bulu, pasarnya sangat terbuka dan tingkat
pasokan (supply) masih lebih rendah daripada
Pemasaran
permintaan (demand). Melalui pemeliharaan 20
Pemasaran ternak kelinci, baik pada
ekor induk dan 3 ekor pejantan, dengan rataan
peternak intensif maupun non-intensif
pakan hijauan sebanyak 20 kg ditambah dengan
dilakukan secara langsung ke konsumen sebagai
sedikit ampas tahu atau dedak (sekitar 1,5
hewan hias. Tempat penjualan di sekitar
kg/per hari) dan sedikit vitamin/mineral premix,
stadion Tugu Rawa Badak, Pasar Lontar Jalan
dapat memenuhi konsumsi protein hewani
Mawar, pasar hewan hias Pasar Barito –
keluarga dengan 4 anggota ditambah dengan
Mayestik dan tempat-tempat rekreasi di
tambahan pendapatan Rp 900.000,- per bulan.
Jakarta. Sistimnya dititip dulu, jika ternak kelinci
Pendapatan akan bertambah bila dilakukan (i)
sudah laku baru peternaknya di bayar. Peternak
integrasi dengan sayuran/bunga (ii) pengolahan
sangat sulit menagih hasil penjualannya dari
daging, kulit-bulu dan pupuk (padat dan cair).
pedagang dengan berbagai alasan. Hal ini
Integrasi kelinci dengan tanaman pangan,
616
Jurnal Ilmiah Respati Pertanian Vol. 2, No. 9 ISSN : 1411 - 7126

utamanya hortikultura menciptakan efisiensi Tahun 2010. BPS Jawa Tengah dan Dinas
yang lebih tinggi. Selain itu, pada Kampung Peternakan Provinsi Jawa Tengah.
Kelinci juga diterapkan pola Go Green. Setiap Anonim. 2011. Cara Budidaya Kelinci dan
peternak diharapkan menanam pohon/sayuran Keuntungannya. http://budidayanews.
yang dapat menaungi/menutupi atap kandang blogspot.com/2011/08/keuntungan-
(pohon cherry atau labu siam) untuk memberi budidaya-kelinci.html
kesejukan pada kelinci, menghasilkan lebih Herawati, T., Y. C. Raharjo dan E. Juarini. 2011.
banyak oksigen dan tentunya meningkatkan Profil data dan analisa ekonomi usahatani
kesuburan tanah. Peternak juga diharapkan kelinci di Magelang. Prosiding Seminar
dapat menanam pekarangannya dengan Nasional Teknologi Peternakan dan
berbagai tanaman sayuran yang sisanya dapat Veteriner, Bogor 7-8 Juni 2011. Hlm 705-716.
dimanfaatkan untuk kelinci. Konsep ini juga Pusat Penelitian dan Pengembangan
sangat sesuai dengan pengembangan program Peternakan. Badan Penelitian dan
M-KRPL (Model Kawasan Rumah Pangan Pengembangan Pertanian.
Lestari). Dengan konsep Kampung Kelinci, Juarini, E., Sumanto dan B. Wibowo. 2006.
dapat dibangun (i) 1 pusat pembibitan mandiri Ketersediaan teknologi dalam menunjang
terisi 150 ekor induk dengan produksi 450 ekor pengembangan kelinci di Indonesia.
per 2 bulan. Bila 50 % produk digunakan untuk Prosiding Lokakarya Nasional Potensi dan
membiayai aktifitas pembibitan dan 50 % untuk Peluang Pengembangan Usaha Agribisnis
bantuan pada peternak, maka dalam setahun Kelinci. Bogor, 2006.
akan muncul 40 peternak mandiri baru, dan (ii) Raharjo, Y. C. 2003. Peluang dan Prospek
10 peternak sebagai kooperator awal, dan 25 % Agribisnis Kelinci Eksotik. Prosiding Seminar
dari produk yang dihasilkan digunakan untuk Nasional Prospek Ternak Kelinci Dalam
membentuk sejumlah 18 kooperator baru per Peningkatan Gizi Masyarakat Mendukung
tahun. Artinya dari sejumlah dana tersebut, Ketahanan Pangan. Fakultas Peternakan.
dalam waktu 1,5 – 2 tahun, satu kampung Universitas Pajajaran, Bandung. 25 Januari
dengan 60 - 80 peternak dapat memelihara 2003. 18 pp
masing-masing 15 ekor induk dan 2 pejantan. Raharjo, Y. C dan B. Brahmantiyo 2002. Plasma
nutfah kelinci sebagai sumber pangan
KESIMPULAN
hewani dan produk lain bermutu tinggi.
Profil peternakan kelinci di DKI Jakarta
Prosiding Lokakarya Nasional Pengelolaan
menunjukkan sistim pengelolaan masih secara
dan Perlindungan Sumber Daya Genetik di
individu/perorangan dan bersifat bisnis
Indonesia: Manfaat Ekonomi untuk
keluarga. Sebagian peternak bergabung dalam
Mewujudkan Ketahanan Nasional. Pusat
wadah Indonesian Rabbit Association (IRA),
Penelitian dan Pengembangan Peternakan.
sedangkan sebagian lainnya tidak memiliki
Badan Penelitian dan Pengembangan
wadah kelembagaan. Potensi dan peluang
Pertanian.
pengembangan ternak kelinci dapat dilakukan
Sajimin, Y. C. Raharjo dan N. D. Purwantari. 2006.
melalui suatu strategi perancangan model
Potensi kotoran kelinci sebagai pupuk
pengembangan usaha ternak kelinci berbasis
organik dan pemanfaatannya pada tanaman
kelompok dengan berorientasi pada tekno-
pakan dan sayuran. Prosiding Lokakarya
komersial, yaitu yang disebut sebagai Kampung
Nasional Potensi dan Peluang
Kelinci. Model ini terdiri dari pola usaha skala
Pengembangan Usaha Agribisnis Kelinci.
mikro (< 20 induk), skala kecil (30 – 500 induk)
Bogor, 2006. Halaman 156-161.
dan/atau skala menengah (> 500 induk)
Udjianto, A. dan B. Subandi. 2006. Profil
ditambah dengan divisi pengolahan produk,
kelompok peternak kelinci Al-Hikmah Ciawi
baik daging, kulit maupun pupuk organik.
Kabupaten Bogor. Prosiding Lokakarya
DAFTAR PUSTAKA Nasional Potensi dan Peluang
Anonim. 2010. Populasi Unggas dan Kelinci Pengembangan Usaha Agribisnis Kelinci.
Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Bogor, 2006.

617

Anda mungkin juga menyukai