Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PKK

Sistem Perakitan Manual Pada Produk Massal

Disusun Oleh:

Syaifulloh Ridho
XII-TKR
A.Pengertian Produksi Massal
Apa yang dimaksud dengan produksi massal
Pertama, mari kita cari tahu terlebih dahulu definisi dan pengertian “Produksi Massal”.

Menurut KBBI, kata “Massal” adalah istilah yang merujuk kepada sesuatu yang
mengikutsertakan atau melibatkan orang banyak. Apabila kita kaitkan dengan kata
“Produksi”, maka:

Mass Production atau Produksi Massal adalah sistem produksi barang dalam jumlah besar
yang dilakukan secara berkelanjutan dengan mengikuti standarisasi yang telah ditentukan
untuk memenuhi permintaan pasar.

“Memangnya apa sih tujuan dilakukannya produksi massal? Kenapa tidak produksi seperti
biasa saja?”

Sederhananya, tujuan produksi massal adalah untuk memenuhi permintaan pasar akan
barang dalam jumlah besar dengan mengutamakan efisiensi baik dari segi waktu, biaya,
dan juga kualitas yang seragam.

Perusahaan manufaktur yang akan melakukan kegiatan produksi massal perlu melakukan
perencanaan yang matang sebelum menjalankannya.

Mengapa? Karena hal ini diperlukan agar kegiatan produksi massal tidak hanya
berorientasi pada kuantitas produk yang dihasilkan saja, namun juga agar tetap menjaga
kualitas dan terhindar dari cacat produksi karena sifatnya yang seragam.

B.Latar Belakang Produksi Massal


Dikutip dari Wikipedia, istilah produksi massal pertama kali dipopulerkan tahun 1926 oleh
Encyclopædia Britannica yang merujuk pada perusahaan bernama Ford Motor Company,
produsen mobil asal Amerika Serikat yang berpengaruh di Negeri Paman Sam tersebut.

Pada zaman itu, Ford menggunakan metode yang cukup efisien pada lini perakitan dalam
memproduksi mobil sekaligus melakukan manajemen buruh dalam skala besar.
Seiring berjalannya waktu, konsep produksi massal ini pun menyebar ke industri-industri
lain contohnya dalam proses produksi bahan makanan, bahan kimia, bahan bakar, cairan,
sampai tekstil.

Hingga kini, produksi massal telah menjadi semakin modern karena dibantu dengan
berbagai macam teknologi seperti AI, robotik, teknologi nano, big data, dan sebagainya.

Produksi Massal oleh Ford Motor Company

C. Pemicu Timbulnya Ide Produksi Massal

Setiap perusahaan yang berorientasi pada profit tentu memiliki tujuan mendapatkan
keuntungan dalam menjalankan bisnisnya. Hal ini dapat dilakukan dengan memadukan
potensi perusahaan dengan peluang pasar. 

Untuk meningkatkan jumlah profit dan memberikan pengaruh pada bisnis industri,
perusahaan melakukan sebuah kegiatan produksi massal. 

Berikut beberapa hal yang menjadikan produksi massal ini dilakukan oleh perusahaan:

1. Meningkatnya Angka Supply & Demand


Dalam dunia industri ada istilah yang biasa digunakan seperti supply dan demand. Secara
umum, supply adalah jumlah keseluruhan dari barang yang akan dijual oleh perusahaan
kepada konsumen, atau dapat juga dikatakan jumlah penawaran.
Kemudian, demand adalah jumlah keseluruhan barang yang diinginkan oleh konsumen
untuk dibeli, atau dapat dikatakan dengan permintaan.

Sesuai hukum penawaran, jumlah supply biasanya berbanding lurus dengan harganya.
Artinya ketika harga naik, maka jumlah barang yang ditawarkan akan bertambah.

Dan terjadi sebaliknya pada hukum permintaan, di mana saat harga barang naik, maka
jumlah permintaan barang akan berkurang dan sebaliknya.

Meningkatnya jumlah supply dan demand ini menjadi salah satu pemicu bagi perusahaan
untuk melakukan produksi massal pada produk yang menjadi permintaan konsumen dan
sebagai persediaan supply perusahaan.

2. Ketersediaan Barang yang Masih Terbatas


Faktor selanjutnya yang menjadikan sebuah perusahaan melakukan kegiatan produksi
massal adalah ketersediaan barang yang masih terbatas di tengah permintaan yang semakin
meningkat dan bertambah setiap harinya.

Dengan dilakukannya kegiatan produksi massal oleh perusahaan dapat menjadi solusi
keterbatasan barang yang dibutuhkan, karena hasil produksi dari kegiatan produksi massal
memiliki jumlah dalam skala yang besar.

3. Masih Sedikitnya Jumlah Produsen


Jumlah produsen yang masih sedikit melakukan produksi barang menjadi kebutuhan
masyarakat juga menjadi pemicu dilakukannya kegiatan produksi massal.

Hal ini menjadi peluang bagi perusahaan untuk dapat meningkatkan jumlah penjualan
seiring dengan masih sedikitnya jumlah produsen dari produk yang diproduksi oleh
perusahaan pada bidang yang sama.

4. Munculnya Peluang Bisnis yang Menjanjikan


Sebuah pelaku usaha tentu memiliki kemampuan dalam melihat sebuah peluang untuk
peningkatan sebuah bisnis.

Kegiatan produksi massal ini menjadi salah satu peluang bisnis yang menjanjikan bagi
perusahaan yang menjalankannya dengan perencanaan dan strategi yang baik.

D.Ciri-Ciri Produksi Massal

a. Divisi Tenaga Kerja Khusus


Sebagian besar proses produksi massal adalah memanfaatkan mesin dalam menjalankan
proses produksi ini. Namun, produksi massal masih tetap membutuhkan tenaga kerja
manusia, misalnya seperti produksi kendaraan bermotor.

Tenaga kerja manusia dibutuhkan pada titik-titik tertentu dalam sebuah proses produksi
massal. Misalnya seperti pada produksi mobil, dibutuhkan tenaga kerja manusia untuk
bagian memasang baut, uji coba kemudi, dan sebagainya.

b. Aliran Produksi yang Lancar

Sebuah aktivitas produksi massal harus memiliki aliran produksi yang lancar. Dari satu
tahap ke tahap lainnya harus berjalan dengan tepat dan tetap sehingga proses produksi
dapat terjaga polanya.

Misalnya, pada produksi makanan seperti mie instan. Maka ada proses pembuatan mie,
pemotongan mie sesuai ukuran, penambahan bumbu, dan pengemasan, sampai pada
pengepakkan ke dalam kardus.

c. Memiliki Standarisasi

Proses produksi massal adalah aktivitas menghasilkan produk dalam jumlah yang besar.
Sehingga dalam prosesnya, produksi massal ini harus memiliki sebuah standarisasi.

Standarisasi akan membantu produksi massal dapat menghasilkan barang yang sama dalam
jumlah yang besar dan waktu yang relatif cepat.

Saat sebuah perusahaan ingin melakukan perubahan pada output barang yang dihasilkan,
maka akan membuat perubahan yang signifikan dan membutuhkan waktu yang lama dalam
proses perubahan sistem.
Oleh karena itu, setiap produksi massal harus memiliki standarisasi yang konsisten dalam
menghasilkan output barang yang dihasilkan.

d. Jumlah Permintaan yang tidak Pasti

Dalam sebuah aktivitas produksi massal, biasanya barang diproduksi dengan jumlah yang
berskala besar. Ini dikarenakan tidak pastinya jumlah permintaan seperti pada produksi
batch.

Produksi massal mengutamakan efisiensi dalam sebuah proses produksi. Namun,


permintaan yang tidak pasti ini membuat barang yang diproduksi biasanya dijual dengan
harga sesuai biaya produksi atau dengan harga murah.

e. Biaya Awal yang Tinggi

Pada saat perusahaan memutuskan untuk memulai menjalankan produksi massal, ada
beberapa kebutuhan yang perlu disediakan dalam menunjang sebuah proses yang
disederhanakan ini.

Sumber daya yang dibutuhkan mulai dari pabrik dan mesin produksi serta tenaga kerja
yang terlatih. Ini membutuhkan biaya yang cukup signifikan.

E.Tahapan Produksi Massal


Kegiatan produksi massal tidak serta-merta langsung mengeksekusi setiap bahan baku
yang ada di inventori menjadi produk jadi. Ada beberapa tahapan yang harus dilalui
sebagai syarat melakukan produksi, yaitu:

1. : Perencanaan Produksi Massal


Tahapan perencanaan produksi massal yang pertama adalah membuat konsep perencanaan
itu sendiri, di mana pada tahap ini Anda harus mampu memetakan proses produksi dari
awal sampai akhir.

Tahapan produksi massal pada fase perencanaan ini antara lain:

 Persiapan Rencana Produksi Massal


 Penyusunan Jadwal Kegiatan Produksi
 Perencanaan Pengadaan Bahan Baku Produksi
 Penyusunan Jadwal Kegiatan Operasional
 Penjadwalan Komunikasi dengan Stakeholder
Alasan pentingnya membuat tujuan perencanaan produksi massal ini adalah agar proses
produksi dapat berjalan lancar hingga akhir dengan menjamin hasil terbaik di setiap
prosesnya tanpa ada kesalahan sedikitpun.
2. : Pembuatan Product Requirements Document (PRD)
Dikutip dari Perforce, Product Requirements Document (PRD) adalah outline dari sebuah
persyaratan produk yang ingin dibuat sehingga orang-orang yang terlibat akan tahu
bagaimana gambaran produk tersebut.

Setidaknya, ada 4 elemen yang harus ada di dalam sebuah PRD yaitu:

 Purpose – Tujuan Pembuatan Produk


 Features – Fitur-fitur yang Terdapat pada Produk
 Release Criteria – Kriteria Rilis
 Timeline – Linimasa
3. Tahap 3: Engineering Validation and Testing (EVT)
Pada tahap Validasi dan Pengujian Teknik atau Engineering Validation and Testing (EVT),
tim produksi akan melakukan serangkaian pengujian agar fitur-fitur teknis yang disebutkan
di dalam PRD dapat benar-benar dimiliki oleh produk.

Selain itu, proses pada tahap ini juga akan meminimalisir bahkan menghilangkan risiko-
risiko agar produk dapat diproduksi sesuai dengan harapan.

4. : Design Validation and Testing (DVT)


Selanjutnya pada tahap Validasi dan Pengujian Desain atau Design Validation and Testing
(DVT), produk yang akan diproduksi diuji terlebih dahulu bagaimana bentuk tampilannya,
mulai dari bahan hingga gambaran mengenai bentuk akhirnya seperti apa.

Di era modern seperti sekarang, tidak jarang banyak perusahaan yang menggunakan
teknologi 3D CAD Modeling hingga 3D printing untuk membantu tim membuat sebuah
prototype.
5. : Production Validation and Testing (PVT)
Lalu pada tahap Validasi dan Pengujian Produksi atau Production Validation and Testing
(PVT) atau lebih mudahnya disebut pra produksi, merupakan tahap di mana menguji
kemampuan produksi dengan skala yang lebih kecil namun tetap sesuai dengan
perencanaan awal.

Tahap ini akan melihat sejauh mana tingkat kesiapan serta kelayakan apabila nanti masuk
ke tahap produksi massal.
6. Menjalankan Proses Produksi Massal
Tahapan produksi massal yang terakhir adalah tahap di mana melakukan produksi massal
itu sendiri, namun tidak semata langsung diproduksi semuanya.

Akan tetap ada penyesuaian terhadap kapasitas produksi sehingga terkadang produksi
massal nantinya dapat dijalankan dalam beberapa gelombang.

F.Keuntungan Produksi Massal


Terdapat beberapa keuntungan melakukan produksi massal, yaitu:

1) Produktivitas Perusahaan Meningkat


Adanya produksi massal dalam sebuah perusahaan dapat menjadi pendukung peningkatan
produktivitas sebuah perusahaan.

Proses produksi yang dilakukan dapat menghasilkan barang dalam jumlah yang besar dan
mampu memenuhi permintaan konsumen terhadap produk yang diproduksi.

2) Efektif dan Efisien Waktu Mulai dari Tahap Produksi Hingga Distribusi
Proses produksi massal yang memanfaatkan sumber daya berupa mesin yang mampu
memproduksi barang dengan jumlah yang besar dan dalam waktu yang relatif sebentar ini
menjadi indikator efisiensi waktu sebuah perusahaan.

Produk yang dihasilkan dari aktivitas produksi massal yang diproduksi dengan cepat ini
dapat dengan cepat juga untuk selanjutnya didistribusikan dan memenuhi kebutuhan
konsumen.

Hal ini dapat menjadi daya saing perusahaan dalam memberikan pelayanan yang baik
terhadap konsumen.

3) Biaya Produksi Menurun untuk Jangka Panjang


Praktik produksi massal dalam sebuah perusahaan ini umumnya hanya membutuhkan
sedikit tenaga kerja, sehingga biaya yang dibutuhkan untuk produksi dapat dikurangi
melalui pengurangan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan.
Selain itu, proses produksi yang berulang dan terus menerus ini memberikan dampak
minimnya terjadi kesalahan atau kegagalan produksi, sehingga jumlah kerugian dari proses
produksi juga dapat diminimalisasi.

4) Menghasilkan Produk Seragam dengan Kualitas yang Baik


Terakhir, produk-produk seragam yang dihasilkan dalam kegiatan produksi massal ini pun
memiliki kualitas yang cukup baik dikarenakan tingkat ketelitian yang cukup tinggi pada
prosesnya.

Namun perlu untuk diperhatikan, kunci utama dalam meraih kesuksesan produksi massal
tersebut tidak lain disebabkan karena perencanaan yang matang mulai dari tahap pra
produksi hingga ke tahap produknya siap untuk didistribusikan.

G.Kerugian Produksi Massal


Sejalan dengan keuntungan yang diterima, ternyata juga terdapat 3 kerugian dalam
melakukan produksi massal, yaitu:

1) Modal yang Dibutuhkan Sangat Besar


Bagi perusahaan yang merencanakan sebuah produksi massal perlu mempertimbangkan
terkait dengan biaya yang dibutuhkan untuk melakukan produksi massal.

Praktik produksi massal di dunia industri ini membutuhkan mesin-mesin dengan skala
besar yang akan digunakan untuk memproduksi barang secara massal.

Selain itu, perusahaan juga perlu menyiapkan tenaga ahli dengan kemampuan khusus yang
akan membantu dalam melakukan pengaturan dan standarisasi mesin.

2) Berpotensi Menurunkan Motivasi para Pekerja


Produksi massal memberikan dampak positif bagi perusahaan yaitu untuk meningkatkan
produktivitas perusahaan. Hal ini menjadikan pekerja harus dapat menyesuaikan dengan
laju produksi massal.

Penyesuaian pekerja terhadap laju mesin produksi tentu menjadikan pekerja akan sangat
merasa kelelahan, sehingga dapat menurunkan semangat dan motivasi dalam bekerja.
3) Membutuhkan Peningkatan & Pembaruan dengan Prinsip Zero Mistake
Dalam praktiknya, produksi massal membutuhkan peningkatan serta pembaruan sistem
seiring dengan berkembangnya inovasi dan juga permintaan baru di pasaran.

Hal ini menjadikan perusahaan harus mengeluarkan sumber daya ekstra yang tentu akan
membutuhkan waktu dan biaya yang tidak kecil jumlahnya.

Selain itu, proses produksi massal juga harus berjalan sesuai dengan prinsip Zero Mistake
pada tiap proses maupun pembaruannya. Bayangkan jika ada saja 1 kesalahan, maka
keseluruhan hasil produksi dapat dikatakan gagal.

H.Contoh Produk Produksi Massal

Produksi massal makanan kemasan seperti mie instan


Nah, mi instan saat ini telah banyak sekali ragamnya. Mulai
dari merek, jenis mi, rasa, proses pengolahan, tingkat
kepedasannya, bahkan kemasannya pun sudah sangat
beragam.Tentu saja, jumlahnya pun pasti tidak sedikit,
banyak sekali tersedia di pasaran. Mulai dari pasar
tradisional, pasar modern, warung-warung, mini market,
super market, swalayan, dan lain sebagainya, pasti menjual
mi instan.

Proses Produksi Mie instan


1. Proses Pencampuran (Mixing)

Pada proses ini, komposisi bahan baku yang telah ditentukan


di awal, kemudian dicampurkan agar nantinya menjadi
adonan yang akan digunakan untuk membuat mi.
Proses pencampuran harus dilakukan dengan sempurna.
Tidak boleh terlalu lama atau pun terlalu sebentar. Karena,
mixing yang terlalu lama atau berlebihan, akan membuat
adonan semakin panas. Dan apabila terlalu sebentar, adonan
menjadi kurang elastis sehingga menyebabkan volume mi
menjadi kurang kenyal.

Selanjutnya, proses ini dilakukan pada suhu 35-37°C. Dan,


alat yang digunakan dalam proses ini adalah mixer, yang
digunakan selama 14 menit secara bertahap.

2. Proses Pengepresan (Pressing)

Adonan mi dari mixer selanjutnya diproses di mesin


pembuat adonan, yang selanjutnya di press di mesin pemipih
adonan, menjadi lembaran yang pipih. Setelah dipipihkan,
adonan kemudian di roll agar menjadi adonan yang lebih
pipih lagi sehingga tidak akan terjadi penarikan atau
penumpukan lembaran adonan.

3. Proses Pembelahan (Slitting)


Pada proses ini merupakan proses pembelahan lembar
adonan menjadi lembaran mi dengan ketentuan yang telah
ditetapkan sebelumnya.

Beberapa hal yang harus diperhatikan  agar mendapatkan


hasil mi yang baik pada saat proses slitting :

 Ketetapan pemasangan mangkok pemisah mie;


 Kebersihan slitter;
 Fungsi sisir mi harus baik.

4. Pembentukan Untaian (Waving)

Mi yang telah melalui proses slitting kemudian dibentuk


menjadi untaian yang bergelombang atau keriting yang
selanjutnya akan masuk kedalam mesin steaming
(pengukusan).

5. Pengukusan (Steaming)

Untaian mi yang tadi kemudian melalui proses pemanasan


yang dilakukan melalui media uap air yang mencapai panas
98°C. Pada proses ini, mi menjadi lebih keras dan kuat.
Pada tahap ini, prosesnya harus benar-benar diperhatikan.
Steaming yang kurang lama atau suhu yang kurang optimal
menyebabkan gelatinisasi juga kurang optimal. Selain itu,
harus benar-benar dipastikan bahwa boiler tidak
mengandung air. Karena hal itu akan menyebabkan tekstur
mie menjadi lembek.

Sebelum menuju tahap selanjutnya, mi harus dikeringkan


terlebih dahulu dengan kipas angin untuk mengurangi kadar
air akibat proses steaming. Hal ini sangat penting, karena
apabila tidak dikeringkan terlebih dahulu, maka dapat
menyebabkan mi tersangkut di bagian pemutar Waving net
conveyor

6. Pemotongan (Cutting)

Pada proses ini, mi dipotong dari untaian panjang menjadi


untaian yang lebih pendek yang mempunyai ukuran tertentu
dengan standar berat dan ukuran tergantung dari jenis mi
yang di produksi.

Mi yang telah dipotong kemudian dilipat sehingga


menghasilkan 2 blok mi yang sama panjang dan simetris
lipatannya, untuk selanjutnya di distribusikan ke dalam
mangkuk fryer berbentuk persegi yang dilengkapi dengan
conveyor yang mampu bergerak melewati bak fryer untuk
dilakukan proses penggorengan.
7. Penggorengan (Frying)
Proses ini dilakukan pada suhu 140-150°C selama 60-
120 detik. Tahap ini bertujuan agar kadar air yang
terkandung dalam mi menjadi berkurang sekitar 3-5%. Suhu
minyak yang tinggi membuat air menguap dengan cepat dan
menghasilkan pori-pori halus di permukaan mi.
8. Pendinginan (Cooling)

Mi yang tadi telah di goreng, kemudian didinginkan didalam


ruang pendinginan (Cooling box). Kemudian, mi ditiriskan
pada suhu 40°C dengan menggunakan kipas yang berputar
cepat di atas mesin yang berjalan. Proses ini bertujuan agar
minyak yang ada memadat dan menempel pada mi, serta
membuat mi menjadi keras.

Pendinginan harus dilakukan dengan sempurna, agar tidak


menyebabkan tumbuhnya jamur. Pengeringan juga dapat
dilakukan dengan menggunakan oven bersuhu 60°C.

9. Pengemasan (Packing)

Pada proses terakhir ini, mi dan bumbu yang telah siap


dikemas harus dimasukkan kedalam wadah yang tertutup
rapat, tidak dipengaruhi atau mempengaruhi isi, aman
selama masa penyimpanan, dan juga distribusi, sesuai
dengan Standar Nasional Indonesia Nomor 01-3551-2000. 

Anda mungkin juga menyukai