Anda di halaman 1dari 30

2

Produksi Massal

Gambar 1.1 Contoh produksi massal di industri manufaktur kendaraan roda empat

Tuntutan masyarakat terhadap suatu barang yang semakin meningkat menuntut produsen

barang tersebut harus menyediakan barang dalam jumlah yang besar. Contohnya,

kendaraan roda dua dan juga kendaraan roda empat. Untuk memproduksi barang dalam

jumlah besar tentu harus melalui perencanaan yang matang. Dalam bab ini, kita akan

mempelajari produksi massal hingga tahapan-tahapan dalam produksi massal.

Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini, siswa diharapkan mampu:

1. Memahami konsep produksi massal;

2. Memahami perencanaan dan peramalan produksi massal;

3. Menjelaskan pengukuran keberhasilan produksi massal;

4. Mengetahui tahapan dalam produksi massal.


A. Hakikat dan Konsep Produksi Massal

Kita sering kali mendengar istilah produksi massal, namun apa sebenarnya yang
dimaksud dengan produksi massal itu sendiri? Mnurut ilmu ekonomi, pengertian produksi
adalah kegiatan menghasilkan barang maupun jasa atau kegiatan menambah nilai
kegunaan/manfaat suatu barang. Kegiatan produksi tersebut menghasilkan suatu produk.
Produk itulah yang didistribusikan Kepada masyarakat, dan selanjutnya dikonsumsi oleh
masyarakat. Kata massal itu sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
mengandung pengertian mengikutsertakan atau melibatkan banyak orang. Dengan
demikian, produksi massal mengandung pengertian produksi yang dibuat dalam jumlah
besar.
Produksi massal dikenal juga dengan istilah produksi mengalir atau produksi terus
menerus atau produksi yang dibuat dalam jumlah besar. Perakitan produk termasuk ke
dalam produksi massal. Istilah produksi massal itu sendiri pertama kali dipopoulerkan
pada tahun 1926 melalui artikel yang ditulis di Encyclopediae Britannica. Artikel tersebut
ditulis oleh seseorang yang bekerja di perusahaan Ford Motor. Sebelumnya, koran The
New York Times juga menggunakan istilah “produksi massal” di dalam judul berita
utamanya.

1. Pengertian Produksi Massal


Sebelum memahami apa yang dinamakan dengan produksi massal, sebaiknya kita
mengulas sedikit mengenai definisi produksi. Produksi adalah kegiatan menambah nilai
guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam
memenuhi kebutuhan. Kegiatan
menambah nilai guna suatu benda
dengan mengubah sifat dan guna
suatu benda dengan mengubah sifat
dan bentuknya dinamakan produksi
barang. Adapun kegiatan menambah
nilai guna suatu benda tanpa
mengubah bentuknya dinamakan
produksi jasa.

Adanya tuntutan masyarakat


Gambar 1.2 Perakitan mobil termasuk ke dalam proses produksi massal
terhadap kebutuhan suatu barang
membuat para produsen berlomba memenuhi kebutuhan konsumen dengan melakukan
produksi barang secara besar-besaran. Dengan memproduksi barang secara besar-besaran,
maka biaya produksi pun akan lebih rendah.
Produksi massal merupakan kegiatan memproduksi barang tertentu yang sudah
ditentukan terlebih dahulu standar spesifikasinya oleh perusahaan dan diproduksi dalam
jumlah yang besar. Pada umumnya, proses produksi massal memproduksi produk-produk
tertentu dalam jumlah besar dengan mengikuti serangkaian operasi yang sama dengan
produk sebelumnya, sehingga proses ini sering disebut sebagai repetitive process,
misalnya produk pasta gigi, sabun, sampo, elektronik, mobil dan motor. Biasanya produk
dari produksi massal memiliki bentuk, model, dan rasa yang tidak mudah mengalami
perubahan dan banyak digunakan masyarakat.

Salah satu ciri produksi massal, yaitu tidak adanya negosiasi antara produsen dengan
calon konsumen dalam hal pengerjaan barang. Hal ini tentu berbeda dengan produksi
berdasarkan pesanan. Selain itu, peruasaan juga sangat memerhatikan mengenai harga
produk nmereka. Sebelum melakukan produksi massal pihak perusahaan akan melakukan
survei pasar untuk masalah harga. Bila harga yang ditentukan terlalu mahal. Maka barang
tersebut akan kalah bersaing dengan produk sejenis milik perusahaan kompetitor.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kegiatan produksi massal adalah


kegiatan membuat produk dalam jumlah besar dengan waktu sesingkat mungkin, dan
dengan biaya yang rendah. Untuk melakukan produksi massal sebuah perusahaan perlu
mempertimbangkan dengan matang.karena menyangkut modal yang akan di keluarkan
untuk membeli mesin-mesin canggih

2. Ciri-Ciri Produksi Massal


Perusahaan yang menerapkan proses produksi massal akan memproduksi barang
sekuat tenaga dengan sumber daya yang mereka miliki. Ada perbedaan antara produksi
massal dengan produksi berdasarkan pesanan. Adapun ciri-ciri produksi massal, antar lain
sebagai berikut;
a. Produk yang dihasilkan perusahaan dalam jumlah besar dengan biaya per unitnya
yang rendah;
b. Tujuan produksi untuk menguasai pasar;
c. Produk dijual di pasar bebas;
d. Hamper tidak ada variasi produk, karena semua produk yang dibuat sama;
e. Harus ada persediaan untuk memenuhi permintaan pada masa tunggu;
Bila terjadi kelebihan produk (over production), maka perusahaan akan mengambil
Tindakan pemaksaan pasar, seperti melakukan kuis berhadiah yag tujuannya agar barang
yang berlebihan tersebut segera diserap oleh pasar. Selain itu, pada sistem produksi
massal, pekerjaan tidak dapat berhenti atau mengurangi kapasitas produksi, sehingga
perusahaan harus membuat stabilitas agar produk mereka tetap stabil, bahkan terkadang
menmabah jumlah produksi.
3. Kelebihan dan Kekurangan Produk Massal
Kelebihan melakukan produksi massal, antara lain sebagai berikut.
a. Hemat biaya produksi karena barang dilihat dalam jumlah besar. Biasanya
perusahaan membeli bahan baku dlam jumlah besar. Sehingga mendapat potongan
harga. Selain itu, produksi massal biasanya tidak banyak membutuhkan tenaga kerja.
Karena pekerjaan dilakukan oleh mesin-mesin yang canggih.sehingga hal tersebut
mngurangi biaya tenaga kerja.
b. Efisien waktu, Hal ini terjadi
karena umumnya produksi massal
dilakukan oleh mesin-mesin yang
dapat bekerja dengan cepat. Dalam
produksi massal setiap pekerja
melakukan hal yang sama dalam
mrnggunakan peralatan sama Gambar 1.3 kelebihan produksi massal, antara menghemat

dalam proses produksi yang massal dilakukan oleh mesin- mesin yang dapat bekerja degan
cepat.
terus menglir. Hal ini tersebut
membuat pekerja tifdak perlu membutuhkan waktu dalam menyiapkan peralatan atau
bahan- bahan yang dibutuhkan dalam produksi. Hal ini dapat membuat waktu
produksi menjadi semakin singkat.
c. Tingkat keakuratan tinggi dan kecilnya risiko kesalahan manusia dalam memproduksi
barang, karena pengerjaan produksi dilakukan oleh mesin-mesin yang canggih,
sehingga lebih akurat, efisien dan optimal.
d. Tingkat produksi cepat. Tentu saja tingkat produksi akan semakin cepat dan jumlah
produksi pasti bertambah, karena pengerjaan dilakukan secara otomatisasi oleh
mesin-mesin yang canggih. Tingkat produksi yang lebih cepat menyiratkan barang
yang dipasarkan pun akan lebih cepat.

Selain memiliki kelebihan, produksi massal pun memiliki kekurangan. Berikut ini
kekurangan dalam produksi massal.
a. Kegiatan produksi sangat kaku. Hal ini terjadi karena pengerjaan produksi dilakukan
oleh mesin sehingga pengubahan terhadap desain produk sangat sulit dilakukan,
apalagi saat desain tersebut sudah memasuki lini produksi. Jika terjadi kesalahan
pada desain produk, maka seluruh siklus produksi akan terpengaruh.
b. Kurang beragamnya variasi produk. Salah satu ciri produksi massal, yaitu adanya
kesamaan produk. Hal ini akan menyulitkan produsen dalam memperkenalkan
berbagai macam varian produk untuk memuaskan konseumen yang berbeda-beda.
c. Biaya yang dikeluarkan untuk membeli mesin-mesin produksi sangat mahal, begitu
pula dengan pemeliharaannya.
d. Tidak adanya jaminan. Artinya, perusahaan harus memerhatikan permintaan pasar
terhadap produk tersebut, tetapi tidak ada jaminan bahwa produk tersebut akan laris
manis di pasaran.
B. Perencanaan Produksi Massal

Setiap usaha tertentu menginginkan keuntungan yang besar dengan biaya seminimal
mungkin. Perusahaan yang memilih untuk melakukan produksi massal berharap
memeroleh keuntungan yang lebih besar. Semakin banyak keuntungan yang mereka
dapat, maka semakin mudah bagi perusahaan untuk mengembangkan usahanya.

Berkaitan dengan keuntungan usaha, maka perusahaan harus memperhitungkan


segala sesuatunya dengan benar. Pada proses produksi mulai dari perencanaan hingga
tahap akhir produksi harus dipertimbangkan dengan matang. Perencanaan produksi
(production planning) adalah proses yang berlangsung secara terus menerus dalam
perusahaan. Perencanaan merupakan suatu fungsi dari manajemen yang pokok dan
mencakup beberapa hal yang saling berhubungan satu sama lain. Perencanaan meliputi
perhitungan semua kegiatan yang akan dilakukan pada masa mendatang dengan
mengikuti prosedur tertentu.

1. Pengertian Perencanaan Produski


Apa yang dimaksud dengan perencanaan produksi? Sebelum melakukan produksi,
sebuah perusahaan terlebih dahulu membuat perencanaan produksi. Tahap perencanaan
produksi dibuat pada tahap awal suatu proses produksi. Perencanaan produksi tersebut
merupakan suatu aktivitas yang dilakukan untuk menetapkan produk apa yang akan
diproduksi, jumlah yang dibutuhkan, waktu berproduksi dan waktu selesainya produk
diproduksi.

Dengan kata lain, perencanaan produksi merupakan perencanaan mengenai produk


apa dan berapa yang akan diproduksi oleh perusahaan yang bersangkutan dalam satu
periode yang akan datang. Dalam proses produksi tahap perencanaan produksi
merupakan bagian dari tahap perencanaan operasional di dalam perusahaan. Dengan
demikian, perencanaan produksi dapat didefinisikan sebagai proses untuk merencanakan
dan mengendalikan aliran material yang masuk, mengalir, dan keluar dari sistem produksi
dan operasi sehingga permintaan pasar dipenuhi dengan jumlah yang tepat, waktu
penyerahan yang tepat, dan biaya produksi yang minimal.

Perencanaan produksi juga dapat didefinisikan sebagai proses untuk memproduksi


barang-barang pada suatu periode tertentu sesuai dengan yang diramalkan atau
dijadwalkan melalui pengelolaan organisasi sumber daya, seperti tenaga kerja, bahan
baku, mesin dan peralatan lainnya. Guna adanya perencanaan produksi, antara lain untuk
mengarahkan seluruh aktivitas turin tenaga kerja selama masa produksi berjalan.
Adapaun hasil dari perencanaan produksi adalah sebuah rencana produksi yang
merupakan factor penting bagi keberlangsungan suatu perusahaan. Tanpa adanya rencana
produksi yang baik, maka tujuan perusahaan tidak aakn dapat dicapai dengan efektif dan
efisien, sehingga factor-faktor produski yang ada akan dipergunakan tidak efisien.
2. Ruang Lingkup Perencanaan Produksi
Perencanaan produksi berhubungan dengan pengendalian produksi. Artinya,
perencanaan produksi berkaitan dengan aktivitas untuk menetapkan kemampuan semua
sumber daya perusahaan yang digunakan untuk menjalankan kemampuan produksi agar
berjalan sesuai dengan rencana.

Kesuksesan kegiatan produksi massal suatu perusahaan tergantung kepada


kemampuan untuk mengidentifikasi kebutuhan pelanggan, dan kemudian secara cepat
menciptakan produk yang dapat memenuhi kebutuan tersebut dengan biaya yang
minimal. Hal ini merupakan tanggung jawab setiap elemen perusahaan.

Menurut Sukaria Simulingga (2013), perencanaan produksi meliputi kegiatan-


kegiatan berikut.
a. Mempersiapkan rencana produksi mulai dari tingkat agregat untuk seluruh pabrik
yang meliputi perkiraan permintaan pasar dari proyeksi penjualan;
b. Membuat jadwal penyelesaian setiap produk yang diproduksi;
c. Merencanakan produksi dan pengadaan komponen yang dibutuhkan dari luar (bougth
out items) dan bahan baku;
d. Menjadwalkan proses operasi setiap order pada unti kerja terkait;
e. Menyampaikan jadwal penyelesaian setiap order kepada para pemesan.

3. Tujuan dan Fungsi dan Perencanaan Produksi


Perencanaan produksi merupakan salah satu dari banyaknya perencanaan suatu
perusahaan. Dalam kaitannya untuk menambah nilai suatu barang atau inventory maka
perencanaan produksi tersebut memiliki tujuan dan fungsi yang cukup besar.

Dalam kaitannya dengan produski massal, tujuan dari perencanaan produksi, antara
lain sebagai berikut.

a. Meminimalkan biaya dan memaksimalkan keuntungan


Salah satu tujuan perencanaan produksi dalam produksi massal, yaitu meminimalkan
biaya produksi dan memaksimalkan keuntungan. Dengan membuat perencanaan produk,
maka akan dioptimalkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam proses produksi, seperti
penyediaan bahan baku, tenaga kerja, dan yang lainnya.
Dengan menekan biaya produksi, maka diharapkan keuntungan yang didapat pun
akan lebih besar. Menekan biaya produksi bukan berarti mengurangi kualitas produk.
Karena, dalam produksi massal kualitas produk sudah ada standarisasinya.

b. Memaksimalkan kepuasan pelanggan terhadap produk


Tingkat kepuasan pelanggan terhadap produk merupakan tujuan dari perencanaan
produksi. Semakin besar tingkat kepuasan pelanggan terhadap produk, maka semakin
mudah bagi perusahaan untuk mendapatkan keuntungan. Sebaliknya, semakin pelanggan
tidak puas terhadap sebuah produk, maka akan semakin sulit bagi perusahaan
mendapatkan keuntungan dari produk tersebut. Pelanggan hanya akan menggunakan
produk yang sesuai, berkualitas dan memuaskannya.
Salah satu cara perusahaan
meningkatkan kepuasan pelanggan, yaitu
melakukan inovasi yang sesuai dengan
selera pelanggan. Sebaliknya, bila inovasi
dilakukan tanpa mempertimbangkan
kepuasan
Gambar konsumen,
1.4 Kepuasan pelanggan menjadimaka produk
salah satu tujuan
perencanaan produksi
tersebut akan ditinggalkan.

c. Meminimalkan adanya perubahan nilai produksi


Perencanaan produksi yang tepat akan meminimalkan risiko kehilangan nilai
produksi suatu produk, contohnya, persediaan bahan baku di gudang harus diproduksi
sesuai dengan jadwal waktu yang telah ditentukan. Bila proses produksi terjadi dalam
waktu yang cukup lama, maka bahan baku yang disimpan di gudang akan rusak dan tidak
bisa dipakai lagi. Sekalipun bahan baku bisa terpakai, tetapi kualitasnya menurun. Karena
itu, sebaliknya produksi dilakukan dalam waktu yang telah ditentukan karan proses
produksi ini akan meminimalkan berubahnya bahan baku.

d. Meminimalkan perubahan tenaga kerja


Perencanaan produksi yang baik juga akan menentukan berapa banyak tenaga kerja
yang harus digunakan untuk menghasilkan suatu produk. Dengan perencanaan yang
berkaitan dengan tenaga kerja tersebut, maka biaya tenaga kerja pun bisa diminimalkan.

e. Memaksimalkan perlengkapan dan inventaris pabrik


Dengan perencanaan produk yang baik berarti penggunaan perlengkapan yang
terdapat dalam pabrik pun bisa dimaksimalkan. Selain itu, perencanaan produksi juga
bisa digunakan untuk meminimalkan biaya penggunaan perlengkapan dan inventaris
lainnya proses produski hingga barang siap dijual.

Selain memiliki tujuan, perencanaan produk pun memiliki fungsi. Adapun fungsi dari
perencanaan produksi, antara lain sebagai berikut.
a. Menjamin rencana produksi barang maupun penjualan barang
Perencanaan produksi yang tepat mampu memudahkan perusahaan untuk menjamin
rencana penjualan produk kepada konsumen sesuai dengan rencana yang tepat.
Rencana produksi yang tepat adalah rencana yang berhubungan dengan kebutuhan
konsumen di pasaran sekaligus mengetahui selera mereka. Dengan mengetahui
berapa banyak konsumen yang membutuhkan barang tersebut, maka penjualan akan
dimaksimalkan berdasarkan jumlah produk yang dihasilkan.
b. Mengukur kapasitas produksi yang konsisten terhadap rencana produksi
Perencanaan produksi sangat tepat digunakan untuk mengukur seberapa besar
perusahaan mampu untuk memproduksi barang serupa dari waktu ke waktu.
Pengukuran tersebut bisa digunakan untuk memaksimalkan produksi barang secara
berkelanjutan. Karena proses produksi suatu perusahaan harus berjalan dengan
konsisten, maka perusahaan harus mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kebutuhan pasar. Umumnya, konsumen tidak mau tahu tentang apa
yang dibutuhkan perusahaan, mereka hanya menginginkan barang yang
dibutuhkannnya ada saat mereka membutuhkan. Untuk itu, perusahaan harus
mengukur produktivitas produknya setiap saat agar tetap bisa memenuhi pasar.
c. Alat untuk memonitor hasil produksi
Fungsi lainnya dari pembuatan perencanaan produksi, yaitu memudahkan perusahaan
dalam memonitor hasil produksinya secara akurat. Selanjutnya, hasil monitoring
digunakan sebagai acuan untuk membuat penyesuaian atau revisi produksi yang lebih
baik. Hal ini dikarena ada kalanya saat produksi pertama perusahaan mampu
menghasilkan barang yang berkualitas, namun belum tentu pada produksi kedua atau
ketiga perusahaan bisa menghasilkan produk yang sama bagusnya dengan produk
pertama. Perencanaan produksi sangat membantu perusahaan untuk mengawasi hasil
produk dari waktu ke waktu. Apabila produk yang dihasilkan kurang baik, maka
perusahaan perlu melakukan penelitian tentang penyebab produksi tersebut tidak
sesuai harapan. Monitoring ini harus dilakukan secara terus menerus agar konsumen
tidak berpaling pada produk perusahaan competitor.

4. Unsur dalam Perencanaan Produksi


Ada beberapa unsur dalam perencanaan produksi yang di dalamnya terdapat
pemikiran yang rasional, perkiraan, perhitungan maupun beberapa hal untuk pencapaian
tujuan yang diharapkan di masa mendatang.
Adapun unsur-unsur dalam perencanaan produksi, antara lain sebagai berikut.

a. Tujuan Produksi
Tujuan produksi harus dibuat sejelas mungkin dan mampu dipahami oleh manajemen
perusahaan. Contohnya, suatu perusahaan akan membuat suatu produk, makan bahan
baku yang digunakan harus sesuai dengan produk yang akan dibuat. Dan, hal tersebut
harus dikomunikasikan kepada setiap bagian dari perusahaan yang berkaitan dengan
pembuatan produk tersebut. Sebelum menentukan berapa besar bahan baku yang akan
digunakan, terlebih dahulu perusahaan akan menentukan untuk apa produk tersebut
diproduksi. Bila bahan baku yang tersedia cukup banyak dan tujuan produksi diketahui,
maka perusahaan akan mudah menentukan berapa besar produksi yang akan dilakukan.
Perencanaan produksi yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasar harus
dilakukan sesuai dengan keinginan konsumen di pasaran. Sebelum produksi perusahaan
harus melakukan survei lapangan untuk mengetahui selera konsumen. Setelah itu barulah
perusahaan membuat perencanaan produksi sesuai kebutuhan pasar. Tentu saja, kualitas
produk harus diperhatikan jika tujuan produksi untuk memenuhi selera konsumen. Bila
perencanaan produksi dilakukan dengan baik, maka kualitas produk pun akan baik.

b. Pengukuran dan Standar Produksi


Unsur lainnya yang terdapat pada perencanaan produksi, yaitu adanya pengukuran
dan standar produksi. Artinya, perencanaan produksi tidak hanya dilakukan atas tujuan
saja, tetapi juga harus mengukur kemampuan konsumen dalam menyerap produk
tersebut. Perencanaan produksi yang melebihi kapasitas pasar dan tidak mengukur berapa
besar kemampuan konsumen atas barang tersebut, hal ini akan menimbulkan penimbunan
barang. Contohnya, sebuah perusahaan memproduksi barang melebihi kebutuhan pasar,
hal ini akan memperbesar biaya produksi juga harus mempertimbangkan standar dan
kemampuan konsumen di pasaran. Bagaimana konsumen bisa menghabiskan produk
dalam jangka waktu tertentu, berapa besar kemampuan konsumen untuk membeli produk
dan berapa banyak kebutuhan pasar atas barang yang akan diproduksi. Kemudian, bagi
perusahaan juga harus mempertimbangkan berapa besar keuangan perusahaan untuk
berproduksi sesuai kebutuhan pasar.

c. Perencanaan Merupakan Fakta Objektif


Artinya, perencanaan produksi harus apa adanya dan memiliki pemikiran yang cukup
rasional bukan hanya sebagai angan-angan saja. Dengan kata lain perencanaan produksi
harus berdasarkan kenyataan yang ada di pasaran. Hal ini untuk mengurangi pemborosan
biaya bahan baku sekaligus biaya tenaga kerja.

d. Perencanaan Harus Bisa Diukur


Perencanaan harus diukur, artinya sekalipun perusahaan hanya mengira-ngira namun
perkiraan tersebut adalah benar dan tentunya tidak menimbulkan kerugian pada
perusahaan. Setidaknya sudah ada gambaran yang nyata bagaimana perusahaan harus
membuat produk, merencanakan berapa besar bahan baku yang akan digunakan dan
bagaimana proses produksinya hingga ke tangan konsumen.

e. Tahap Awal Pelaksanaan Produksi


Perencanaan harus menjadi Langkah awal bagi perusahaan dalam menghasilkan
barang yang dibutuhkan oleh konsumen. Saat proses produksi harus dilakukan
pengawasan yang ketat, baik pengawasan terhadap bahan baku maupun pengawasan
terhadap sumber daya manusia. Contohnya, pengawasan terhadap bahan baku mengacu
pada seberapa besar bahan baku yang telah dikeluarkan oleh bagian gudang dan berapa
banyak tenaga kerja yang ada dalam proses produksi. Bila dirasa bahan baku yang
digunakan terlalu berlebihan, maka harus dikurangi sesuai kebutuhan saja. Demikian juga
dengan tenaga kerja yang digunakan, bila tenaga kerja yang digunakan saat proses
produksi terlalu banyak harus dikurangi dan bila tenaga kerja yang ada masih kurang
untuk proses produksi, maka harus ditambah tenaga kerja sebanyak yang dibutuhkan.
5. Jenis-Jenis Perencanaan Produksi
Ada beberapa jenis perencanaan produksi berdasarkan jangka waktunya, yaitu
sebagai berikut.
a. Perencanaan jangka panjang (long range planning)
Perencanaan jangka panjang merupakan perencanaan produksi lebih dari satu tahun
bahkan hingga lima tahun mendatang. Perencanaan jangka panjang meliputi
perencanaan dalam mengatur penambahan peralatan, ramalan penjualan di masa yang
akan datang, ekspansi pabrik, dan pengembangan produk. Selain itu dalam proses
perencanaan jangka panjang juga meliputi perencanaan kebutuhan bahan maupun
perencanaan finansial.
b. Perencanaan jangka menengah (medium range planning)
Perencanaan jangka menengah merupakan perencanaan yang dibuat untuk kegiatan
produksi selama 2 sampai 3 tahun mendatang. Perencanaan jangka menengah ini
meliputi perencanaan mengenai berapa besar kebutuhan kapasitas, dan berapa banyak
kebutuhan bahan baku atau material yang dibutuhkan dalam proses produksi. Dalam
perencanaan ini juga ada penjadwalan induk produksi sekaligus untuk perencanaan
kebutuhan distribusi produk.
c. Perencanaan jangka pendek (short range planning)
Perencanaan jangka pendek merupakan penentuan kegiatan produksi yang akan
dilakukan dalam jangka satu tahun mendatang atau bahkan kurang dari satu tahun.
Perencanaan jangka pendek ini biasanya mengatur mengenai persediaan bahan baku,
penggunaan tenaga kerja, dan fasilitas produksi yang dimiliki pabrik. Oleh sebab itu,
perencanaan produksi jangka pendek disebut juga dengan perencanaan operasional.

6. Faktor-Faktor yang Berpengaruh dalam Perencanaan Produksi


Pelaksanaan kegiatan perencanaan produksi perlu memperhatikan faktor-faktor yang
memengaruhi proses produksi maupun kegiatan selanjutnya. Secara garis besar faktor-
faktor yang memengaruhi perencanaan produksi, antara lain sebagai berikut.

a. Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang berada di dalam perusahaan. Faktor internal,
antara lain:
1) Kapasitas mesin dan peralatan;
2) Produktivitas tenaga kerja;
3) Kemampuan pengadaan dan penyediaan.

b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang datangnya dari luar perusahaan yang
berada di luar kekuasaan pimpinan perusahaan. Faktor-faktor eksternal meliputi atas:
1) Kebijakan pemerintah;
2) Inflasi;
3) Bencana alam.
Selain itu, ada beberapa faktor lain yang perlu diperhatikan dalam perencanaan
produksi, yaitu sifat proses produksi, jenis dan mutu dari barang yang diproduksi, dan
sifat dari barang yang diproduksi.

7. Langkah-Langkah Perencanaan Produksi


Apa sajakah langkah-langkah yang harus dibuat dalam perencanaan produksi massal?
Berikut ini langkah-langkah yang bisa dilakukan dalam perencanaan produksi massal.

a. Penelitian dan Pengembangan Produk


Dalam melakukan langkah-langkah perencanaan produksi perusahaan/wirausaha
penting sekali melakukan penelitian produk. Dalam hal ini penelitian produk dapat
dibedakan atas penelitian terhadap proses produksi maupun pada produk yang dihasilkan.
1) Penelitian Proses Produksi
Penelitian proses produksi merupakan penelitian yang dilakukan perusahaan yang
bertujuan untuk perbaikan terhadap proses produksi yang sedang berjalan
2) Penelitian Produk
Penelitian produk merupakan penelitian yang dilakukan perusahaan untuk
mengetahui selera konsumen, sehingga penelitian ini bertujuan untuk perbaikan
produk yang sudah ada disesuaikan dengan selera konsumen.
b. Mencari Gagasan dan Seleksi Produk
Setelah melakukan penelitian produk, baik terhadap proses produksi maupun
terhadap produk, maka langkah selanjutnya adalah pelaksanaan dari penelitian dan
pengembangan tersebut, yaitu dengan tahapan seperti dijelaskan di bawah.
1) Mencari gagasan, yaitu tahapan dalam mencari gagasan-gagasan dalam rangka
pengembangan produk. Gagasan ini dapat berasal dari berbagai pihak, seperti
konsumen, teknologi yang ada atau digunakan dan dari pihak ketiga atau biasanya
pihak ahli.
2) Seleksi produk, yaitu tahapan untuk memilih gagasan-gagasan yang masuk atau yang
terbaik berkaitan dengan pengembangan produk, sehingga gagasan yang
dimanfaatkan adalah gagasan-gagasan yang tidak akan mengakibatkan perusahaan
mengalami kerugian. Ada tiga alat yang digunakan untuk menguji apakah suatu
gagasan dapat dikembangkan, yaitu:
a) Kelayakan finansial;
Melalui alat yang dinamakan “Project Value Index,” maka dapat diketahui
apakah suatu gagasan memenuhi kelayanan finansial atau tidak.
b) Kesesuaian operasi;
Khusus bagi perusahaan yang telah berproduksi, suatu gagasan yang memiliki
kelayakan finansial bukan berarti dapat langsung dikembangkan. Apabila operasi
dari produk yang akan dikembangkan berbeda dengan produk yang sudah ada,
akan berdampak pada aspek lain, misalnya akan mengubah layout, menambah
biaya dan sebagainya. Oleh karena itu, pengembangan suatu gagasan tidak hanya
ditentukan oleh kelayakan finansial melainkan pula oleh kesesuaian operasi.
c) Potensi pasar.
Pengembangan suatu gagasan mengenai produk harus ditentukan pula oleh
potensi pasar dan produk tersebut. Apabila potensi pasarnya belum jelas,maka
pengembangan produk tersebut perlu dipertimbangkan kembali sampai potensi
pasarnya jelas atau menguntungkan perusahaan.
3) Desain produk pendahuluan. Desain pendahuluan perlu dibuat sebelum menentukan
desain produk yang sebenarnya. Beberapa hal yang harus dilakukan
perusahaan/wirausaha sebelum dalam menentukan desain pendahuluan, yaitu seperti
dijelaskan di bawah.
a) Penentuan bentuk serta fungsi produk baru yang akan diproduksi.
b) Pemilihan bahan yang akan digunakan. Dalam pemilihan bahan yang akan
digunakan harus mempertimbangkan hal-hal berikut, yaitu:
(1) Kebutuhan jenis (spesifikasi) produk atau bagian dari produk;
(2) Harga dari bahan yang akan digunakan;
(3) Biaya pemrosesan bahan atau biaya proses produksi.
c) Kesempatan diversifikasi. Kesempatan diversifikasi mengandung pengertian
peluang untuk menambah atau memperbanyak jenis produk yang akan
dihasilkan. Misalnya, dari hanya menghasilkan jasa rental mobil, ditambah
dengan produk jasa cuci mobil/motor. Setelah diputuskan produk mana yang
akan dikembangkan atau dihasilkan, maka tahap selanjutnya membuat desain
produk pendahuluan. Desain produk pendahuluan ini merupakan desain dari
produk-produk yang terpilih untuk dikembangkan atau diproduksi. Desain
produk pendahuluan yang kemudian dikembangkan ke dalam prototypenya
diperlukan agar sebelum produk tersebut diproduksi, selain benar-benar sudah
memenuhi standar yang ditetapkan (baik standar bahan maupun standar kualitas),
juga harus sesuai dengan permintaan pasar/konsumen. Pada dasarnya, ada tiga
faktor yang harus dicantumkan dalam desain produk pendahuluan, yaitu;
(1) Frekuensi kerusakan komponen (reabilitas)
(2) Kemudahan untuk pemeliharaan dan perbaikan (maintainability)
(3) Umur produk.
4) Pengujuan. Pengujian merupakan kegiatan untuk menguji apakah produk layak
dikembangkan atau tidak, baik dilihat dari potensi pasar atau konsumen maupun
secara Teknik dari produk tersebut.
5) Desain akhir. Desain akhir dibuat bila hasil pengujian produk menunjukkan
produk layak untuk dikembangkan. Bila dari pengujian ada perbaikan-perbaikan,
maka sebelum diproduksi, perlu dibuat prototype baru untuk diuji kembali
sampai produk tersebut lolos uji secara Teknik maupun potensi pasar.

c. Menetapkan Skala Produksi


Setelah jenis produk yang akan dihasilkan ditetapkan, maka langkah selanjutnya
adalah menetapkan skala produksi. Kegiatan menetapkan skala produksi meliputi hal-hal
sebagai berikut.
1) Penetapan waktu, yaitu kapan kegiatan proses produksi akan dilakukan
2) Penetapan kuantitas produk, yaitu berupa jumlah (volume) produk yang akan
dihasilkan.
3) Menghitung keperluan biaya, yaitu berapa besar jumlah biaya yang dibutuhkan.
4) Penetapan jumlah tenaga kerja yang diperkerjakan.
5) Penetapan peralatan apa saja yang akan digunakan.
6) Penetapan persediaan bahan baku yang optimal yang sesuai dengan kebutuhan.

Proses penetapan skala produksi harus dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai


berikut.

1) Rouling, yaitu tahap menetapkan dan menentukan urutan-urutan proses produksi


dari hahan baku sampai menjadi barang jadi, termasuk di dalam tahap ini adalah
penyusunan alat-alat/fasilitas yang diperlukan dalam proses produksi.
2) Scheduling, yaitu tahap menetapkan dan menentukan jadwal kegiatan operasi
proses produksi, sebagai satu kesatuan dari keseluruhan kegiatan produksi.
3) Dispatching, yaitu tahap menetapkan dan menentukan proses pemberian perintah
untuk mulai melakukan kegiatan proses produksi sesuai dengan routing dan
scheduling.
4) Follow-up, yaitu tahap menetapkan dan menentukan berbagai kegiatan agar tidak
terjadi penundaan dan mengkoordinasi seluruh perencanaan kegiatan proses
produksi.

C. Metode Peramalan dalam Perencanaan Produksi Massal

Perencanaan produksi dilakukan dengan tujuan menentukan arah dari tindakan-


tindakan yang harus dilakukan di masa mendatang, apa yang harus dilakukan, berapa
banyak melakukannya dan kapan harus melakukan. Perencanaan produksi menuntut
penaksir atas permintaan produk atau jasa yang diharapkan akan disediakan perusahaan
di masa yang akan datang Dengan demikian, peramalan merupakan bagian integral dari
perencanaan produksi karena dengan adanya peramalan kita dapat menentukan dan
melakukan persiapan produksi yang akan datang.

1. Pengertian Peramalan
Apa yang dimaksud dengan peramalan? Peramalan adalah proses untuk
memperkirakan kebutuhan di masa mendatang yang meliputi kebutuhan dalam ukuran
kuantitas, kualitas, waktu, dan lokasi yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi
permintaan barang ataupun jasa.
Peramalan mungkin tidak selalu dibutuhkan dalam kondisi permintaan pasar yang
stabil, karena perubahan permintaannya relatif kecil. Tetapi peramalan akan sangat
dibutuhkan bila kondisi keadaan pasar bersifat kompleks dan dinamis.

Dalam kondisi pasar bebas, permintaan pasar lebih banyak bersifat kompleks dan
dinamis karena permintaan tersebut akan bergantung kepada keadaan sosial, ekonomi,
politik, aspek teknologi, produk pesaingm dan produk substitusi. Oleh karena itu,
peramalan yang akurat merupakan informasi yang sangat dibutuhkan dalam pengambilan
keputusan manajemen.

2. Klasifikasi Peramalan
Klasifikasi peramalan berdasarkan jangka waktunya dapat diklasifikasikan ke dalam 3
(tiga) kelompok, yaitu sebagai berikut.
a. Peramalan jangka panjang, umumnya 2 sampai 10 tahun. Peramalan ini digunakan
untuk produk dan perencanaan sumber daya.
b. Peramalan jangka menengah, umumnya 1 sampai 24 bulan. Peramalan ini lebih khusus
dibandingkan peramalan jangka panjang, biasanya digunakan untuk menentukan aliran
kas, perencanaan produksi, dan penentuan anggaran.

Peramalan jangka pendek, umumnya 1 sampai 5 minggu Peramalan ini digunakan


untuk mengambil keputusan dalam hal perlu tidaknya lembur, penjadwalan kerja, dan
keputusan kontrol jangka pendek lainnya.

3. Tujuan Peramalan
Peramalan memiliki beberapa tujuan, antara lain:
a. menentukan kebutuhan dan ukuran perluasan pabrik;
b. menentukan perencanaan jangka menengah untuk produk yang ada untuk diproduksi
dengan fasilitas yang ada;
c. menentukan penjadwalan jangka pendek dari produk yang ada untuk diproduksi
dengan perlatan yang ada.

4. Karakteristik Peramalan yang Baik


Peramalan yang baik mempunyai beberapa kriteria yang penting, antara lain sebagai
berikut.
a. Akurasi
Peramalan yang baik harus akurat. Keakuratannya dapat diukur dari kebiasaan dan
konsistensi peramalan tersebut. Hasil peramalan sebaiknya tidak terlalu tinggi atau terlalu
rendah dibandingkan dengan kenyataan yang sebenarnya. Hasil peramalan harus
konsisten, artinya kesalahan peramalan tersebut relatif kecil.
Akurasi sebuah peramalan berkaitan erat dengan persedian dan pelayanan terhadap
konsume Peramalan yang terlalu rendah, akan mengakibatkan kekurangan persediaan,
sehingga permintaan konsumen tidak dapat dipenuhi segera. Hal ini bisa mengakibatkan
perusahaan kehilangan pelanggan dan kehilangan engan penjualan Peramalan yang
terlalu tinggi akan mengakibatkan terjadinya penumpukan persediaan, sehingga banyak
modal yang terserap sia-sia.
b. Biaya
Peramalan yang baik juga harus memerhatikan masalah biaya. Biasanya biaya yang
diperlukan dalam pembuatan suara penamatan bergantung kepada jumlah item yang
diramalkan, lamanya periode peramalan, dan metode peramalan yang dipakai. Ketiga
faktor pemicu biaya tersebut akan memengaruhi berapa banyak data yang dibutuhkan,
bagaimana pengolahan datanya, yaitu secara manual atau komputerisasi, bagaimana
penyimpanan datanya, dan siapa tenaga ahli yang diperbantukan.

Pemilihan metode peramalan harus disesuaikan dengan dana yang tersedia dan
tingkat akurasi yang ingin dulapat, misalnya item item yang penting akan diramalkan
dengan metode yang canggih dan mahal sedangkan item-item yang kurang penting bisa
diramalkan dengan metode yang sederhana dan murah Prinsip im merupakan adopsi dari
Hukum Pareto (Analisis ABC).

c. Kemudahan
Penggunaan metode peramalan harus disesuaikan dengan kondisi perusahaan
Artinya, penggunaan metode peramalan yang sederhana, mudah dibuat, dan mudah
diaplikasikan, akan memberikan keuntungan bagi perusahaan. Sebaliknya, metode yang
canggih, tetapi tidak dapat diaplikasikan pada sistem perusahaan hanya akan membebani
perusahaan.

5. Metode Peramalan Perencanaan Produksi


Menurut metodenya, peramalan diklasifikasikan menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu
sebagai berikut.

a. Peramalan subjektif
Peramalan subjektif merupakan peramalan yang lebih menekankan pada keputusan-
keputusan hasil diskusi, pendapat pribadi ataupun intuisi seseorang, yang meskipun
kelihatannya kurang ilmiah, tetapi dapat memberikan hasil yang baik.
Ada dua macam metode yang digunakan dalam peramalan subjektif, yaitu metode
delphi dan metode penilitian pasar. Berikut ini penjelasan dari kedua metode tersebut.

1) Metode Delphi
Metode Delphi merupakan cara sistematis, untuk mendapatkan keputusan bersama
dari suatu kelompok yang terdiri dari para ahli dan berasal dari disiplin yang berbeda.
Mereka tidak hadir dalam satu forum diskusi, tetapi diminta pendapatnya secara terpisah
dan tidak boleh saling berunding. Hal ini dilakukan untuk menghindari pendapat yang
bias karena pengaruh kelompok. Pendapat yang berbeda secara signifikan dari ahli yang
lain dalam kelompok tersebut akan ditanyakan lagi kepada yang bersangkutan, schinger
diperoleh angka estimasi pada interval tertentu yang dapat diterima. Metode Delphi ini
dipakai dalam peramalan teknologi yang sudah digunakan pada pengoperasian jangka
panjang Selain itu, metoda ini juga bermanfaat dalam pengembangan produk baru,
pengembangan kapasitas produksi, penerobosan kesegmen pasar baru dan strategi
keputusan bisnis lainnya.

2) Metode Penelitian Pasar


Metode ini mengumpulkan dan menganalisa fakta secara otomatis pada bidang yang
berhubungan dengan pemasaran. Salah satu teknik utama dalam penelitian pasar ini
adalah survei konsumen. Survei konsumen akan memberikan informasi mengenai selera
yang diharapkan konsumen, yang didapat melalui sampel dengan kuesioner. Penelitian
pasar sering digunakan dalam merencanakan produk baru, sistem periklanan, dan promosi
yang tepat. Hasil dari penelitian pasar ini kadang-kadang juga dipakai sebagai dasar
peramalan permintaan produk baru

b. Peramalan Objektif
Peramalan objektif merupakan prosedur peramalan yang mengikun aturan-aturan
matematis dan statistik dalam menunjukkan hubungan antara permintaan dengan satu
atau lebih variabel yang memengaruhinya Selain itu, peramalan objektif juga
mengasumsikan bahwa tingkat keeratan dan macam dari hubungan antara variabel-
variabel bebas dengan permintaan yang terjadi pada masa lalu akan berulang juga pada
masa yang akan datang.

Peramalan objektif terdiri atas dua metode, yaitu metode intristik dan metoda
ektrinsik Berikut ini penjelasannya.

1) Metode Intrinsik
Metode intrinsik lebih cocok digunakan dalam peramalan jangka pendek pada
kegiatan produksi. Metode ini kurang memerhatikan faktor-faktor eksternal yang dapat
memengaruhi permintaan pasat. Metode intrinsik termasuk metode peramalan yang
mudah dan murah. Metode ini diwakili oleh analisis deret waktu.

2) Metode Ekstrinsik
Metode ekstrinsik lebih cocok digunakan dalam peramalan jangka panjang. Dalam
peramalannya metode ini mempertimbangkan faktor-faktor eksternal yang mungkin dapat
memengaruhi besarnya permintaan di masa yang akan datang.
Metode ini disebut juga metode kausal, karena metode ini menunjukkan hubungan
sebab yang jelas dalam peramalannya. Selain itu, metode ekstrinsik dapat memprediksi
titik-titik perubahan. Namun, metode ini memiliki kelemahan, yaitu biaya aplikasinya
mahal, dan frekuensi perbaikan hasil peramalannya rendah. Peramalan dengan metode ini
sulit menyediakan informasi perubahan faktor-faktor eksternal yang terukur. Metode
ekstrinsik banyak dipakai untuk peramalan pada tingkat agregat. Metode ini akan diwakili
oleh metode regresi.

6. Analisis Deret Waktu


Pendekatan analisis deret waktu didasarkan pada asumsi bahwa deret waktu terdiri
dari komponen Trend (T), Siklus/Cycle (C), Pola Musiman/Season (S). Variasi
acak/Random (R), vang akan menunjukkan suatu pola tertentu. Komponen-komponen
tersebut kemudian dipakai sebagai dasar dalam membuat persamaan matematis. Analisa
Deret Waktu ini sangat tepat dipakai untuk meramalkan permintaan yang pola permintaan
di masa lalunya culoup konsisten dalam periode waktu yang lama, sehingga diharapkan
pola tersebut masih akan tetap berlanjut. Permintaan di masa lalu pada Analisa Deret
Waktu akan dipengaruhi keempat komponen utama T. C. S. dan R.

a. Kecenderungan/Trend (T)
Trend merupakan sifat dari permintaan di masa lalu terhadap waktu terjadinya.
Apakah permintaan cenderung mengalami kenaikan, penurunan atau konstan.
b. Siklus/Cycle (C)
Tren menunjukkan Permintaan suatu produk dapat memiliki siklus yang berulang
secara periodik, biasanya lebih dari satu tahun. Pola permintaan yang demikian ini
tidak perlu dimasukkan dalam peramalan jangka pendek Pola permintaan yang
menunjukkan siklus tertentu sangat berguna dalam peralaman jangka menengah dan
jangka panjang.
c. Pola musiman/Season (S)
Fluktuasi permintaan suatu produk dapat naik turun di sekitar garis trend dan
biasanya berulang setiaptahun. Pola ini biasanya disebabkan oleh faktor cuaca,
musim libur panjang, dan hari raya keagamaan yang akan berulang secara periodik
setiap tahunnya.
d. Variasi acak/Random (R)
Permintaan suatu produk dapat mengikuti pola bervariasi secara acak yang
disebabkan adanya faktor- faktor tertentu, seperti adanya bencana alam, bangkrutnya
perusahaan pesaing, promosi khusus, dan beberapa kejadian lainnya yang tidak
mempunyai kecenderungan pola tertentu. Variasi acak ini diperlukan dalam rangka
menentukan persediaan pengaman untuk mengantisipasi kekurangan persediaan bila
terjadi lonjakan permintaan.

D. Indikator Keberhasilan Tahapan Produksi Massal


Indikator keberhasilan produksi massal merupakan bagian dari kegiatan manajemen
produksi. Baik dalam perusahaan manufaktur ataupun jasa terdapat fungsi produksi yang
bertujuan untuk menciptakan.
Kegunaan bentuk (form utility). Dalam keberadaan seperti itu, maka fungsi produksi atau
operasi menjadi tempat terjadinya proses perubahan secara fisik atau sumber daya
produksi (input) menjadi keluaran (output) Unit yang bertanggung jawab atas hal tersebut
adalah manajemen produksi.

1. Keberhasilan Manajemen Produksi


Pengukuran keberhasilan manajemen produksi meliputi hal-hal sebagai berikut

a. Produktivitas
Dalam arti luas, pengertian produktivitas menyangkut hubungan antara keluaran
(output) dengan masukan (input) yang digunakan untuk menghasilkan output tersebut.
Produktivitas adalah rasio dari beberapa output dengan beberapa input dan dapat
dituliskan dalam rumus sebagai berikut.

Keluaran (output)
Produktivitas ꞊ ─────────── atau
Masukan (Input)

Nilai tambah (value added)



Sumber terpakai (rescources used)
⸻⸻⸻⸻⸻⸻⸺⸻⸻⸻⸻⸻

꞊ Penciptaan nilai ekonomi (creation of economic value)


Dari rumus di atas, terlihat jelas bahwa produktivitas bukanlah merupakan ukuran
dari atau output yang dihasilkan, melainkan ukuran tentang tingkat penggunaan sumber-
sumber untuk mencapai hasil yang diharapkan. Hasil tersebut berkaitan dengan
efektivitas untuk mencapai suatu misi atau prestasi Adapun sumber-sumber yang
digunakan berhubungan dengan efisiensi dalam memperoleh hasil dan menggunakan
sumber yang minimal. Dengan demikian, dalam terdapat hubungan antara efisiensi dan
efektivitas.

Produktivitas menggambarkan hubungan antara keluaran dan alat atau sarana yang
digunakan untuk menghasilkan keluaran tersebut. Keluaran atau hasil produksi tersebut
diperoleh dari suatu kegiatan, bentuk keluaran tersebut dapat berupa produk nyata atau
produk jasa. Untuk menghasilkan keluaran diperlukan masukkan atau sumber-sumber
utama, seperti tenaga kerja, modal, bahan baku, dan energi

Produktivitas juga diartikan sebagai tingkat efisiensi dalam memproduksi barang-


barang atau jasa-jasa, produktivitas mengutamakan cara pemanfaatan secara baik
terhadap sumber-sumber dalam memroduksi barang-barang. Dengan kata lain,
produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai (output)
dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan (input). Produktivitas juga mengacu
pada peningkatan proses produksi Peningkatan produksi berarti perbandingan yang
membaik dari jumlah sumber daya yang digunakan (input) dengan jumlah barang-barang
dan jasa-jasa yang diproduksi (output).

b. Kapasitas

Kapasitas produksi dapat diartikan sebagai jumlah maksimum output yang dapat
diproduksi atau dihasilkan dalam satuan waktu tertentu. Kapasitas produksi berhubungan
dengan biaya yang harus dikeluarkan oleh untuk menentukan jumlah produk yang dapat
dihasilkan. Apabila kapasitas produksi tinggi, maka biaya tetap yang dikeluarkan juga
besar, apabila pemanfaatannya sedikit, maka biaya produksi mahal, sehingga untuk
menentukan kapasitas produksi harus dilakukan perencanaan dan penelitian terlebih
dahulu.

Kapasitas produksi tersebut ditentukan berdasarkan kapasitas sumber daya yang


dimiliki sepers kapasitasi mesin, kapasitas tenaga kerja, kapasitas bahan baku, dan
kapasitas modal. Selain itu, kapasitas produksi juga berkaitan erat dengan jadwal
produksi yang tertuang dalam jadwal produksi induk (master production shedule), Karena
jadwal produksi induk mencerminkan apa dan berapa yang harus diproduksi dalam
jangka waktu tertentu

c. Kecepatan Pengiriman
Pengukuran keberhasilan manajemen produksi juga bisa dilihat dari kelancaran
pengiriman produk Kecepatan pengiriman produk, yattu kelancaran pengiriman produk-
produk hasil kegiatan produksi kepada lini pemasaran yang dilanjutkan ke semua
retailer/agen/distibutor produk. Semakin cepat arus pengiriman barang dari lini produksi
ke lini pemasaran, maka menunjukkan semakin baik jalannya kegiatan produksi

Kelancaran alur pengiriman ini erat kaitannya dengan pemasukan dan keuntungan
bagi perusahaan. Besarnya keuntungan perusahaan akan berpengaruh pula pada kegiatan
produksi.

d. Kualitas Produk
Indikator keberhasilan produksi massal yang paling utama, yaitu kualitas produk
yang dihasilkan sebagai output produksi Seringkali produk yang dihasilkan oleh kegiatan
produksi pada waktu tertentu tidak sesuai dengan apa yang diharapkan Kualitas produk
hasil kegiatan produksi dapat dijaga agar selalu sesuai dengan keinginan dan kebutuhan
konsumen melalui sebuah prosedur operasi standar yange dikenal dengan saman
operasional prosedur (SOP). Terkait dengan kualitas produk ini, kegiatan produksi dapat
dikatakan berhasil bila mampu menghasilkan produk (output) sesuai dengan kualitas yang
telah ditentukan oleh perusahaan.
e. Kecepatan Proses
Kecepatan proses produksi merupakan salah satu indikator dari keberhasilan produksi
massal. Kegiatan produksi massal menekankan pada kecepatan pekerjaan dalam
menghasilkan produk dengan tujuan mengurangi biaya produksi, sehingga produk yang
dihasilkan dapat memiliki harga murah.

f. Fleksibilitas
Indikator lainnya dari keberhasilan produksi massal, yaitu adanya fleksibilitas.
Artinya, perusahaan tersebut memiliki kemampuan untuk memproduksi bermacam-
macam produk tanpa perlu adanya penambahan pada peralatan-peralatan maupun pada
sumber daya lainnya. Hal ini menyebabkan dapat diproduksinya berbagai macam jenis
produk dengan biaya dan waktu yang memadai.

2. Ukuran Kinerja Sistem Produksi


Bertitik tolak pada tanggung jawab manajemen produksi, maka ukuran kinerja suatu
sistem operast atau produksi dapat diukur dari hal-hal sebagai berikut.

a. Ongkos produksi
Ongkos produksi meliputi semua buaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan
produk /jasa hingga ke tangan konsumen. Dengan ongkos produksi yang murah
diharapkan produk/jasa dapat dipasarkan dengan harga yang dapat dijangkau oleh
konsumen.
Untuk mengukur kinerja sistem produksi diambil ukuran waktu operasi tertentu, yang
biasanya. dilakukan dalam waktu satu tahun. Bila dikaitkan dengan tujuan suatu sistem
usaha, maka ukuran kinerja sering diukur dengan keuntungan yang dapat dicapai. Namun,
sebenarnya untuk mengukur seberapa besar konstribusi sistem operasi di dalam
pencapaian keuntungan bukanlah hal yang mudah.

b. Kualitas produk/jasa
Umumnya konsumen memilih produk/jasa dengan kualitas yang baik, tetapi harganya
pun terjangkau. Oleh sebab itu, baik buruknya suatu sistem produksi juga diukur dari
kualitas produk/jasa yang dihasilkan Ukuran kualitas produk tentunya yang disesuaikan
dengan selera konsumen bukan ukuran kualitas secara teknologi semata.

c. Tingkat pelayanan
Untuk menilai pelayanan sistem produksi kepada konsumen baik atau tidak banyak
dipengaruhi faktor-faktor kualitatif. Meskipun demikian beberapa ukuran objketif yang
sering digunakan, antara lain:
1) ketersediaan produk (aviability);
2) kemudahan dalam mendapatkan produk;
3) kecepatan pelayanan baik, yang berkaitan dengan waktu pengiriman (delivery time),
ataupun waktu pemrosesan (processing time).
3. Ukuran Kinerja Produktivitas Mesin
Untuk mengukur kinerja produktivitas mesin umumnya perusahaan menggunakan
cool OEE (overall equipment effectiveness. Produktivitas erat kaitannya dengan
keuntungan perusahaan. Dengan menggunakan OEE membantu mengukur seberapa dekat
posisi perusahaan dengan kondisi produksi yang sempurna. Kondisi produksi yang
sempurna tersebut bisa diukur dari apakah perusahaan tersebut hanya memproduksi
barang yang bagus, dalam waktu secepatnya, dan tanpa berhenti atau waktu jeda.

OEE dihitung berdasarkan pada 3 (tiga) indikator, yaitu availability, perforumance,


dan quality. Dikatakan nilai availabilitynya 100% apabila proses selalu berlangsung
selama waktu perencanaan produksi (tidak pernah berhenti). Kemudian, performance
nilainya 100%, artinya saat prosesnya berlangsung, maka proses tersebut harus
berlangsung secepat mungkin. Begitu pula dengan quality, apabila nilainya 100%, artinya
baik tidak ada kerusakan dan hanya memproduksi barang yang baik.

Adapun langkah kunci bagi perusahaan untuk mengukur keefektifan progam OEE
dalam meningkatkan produksi dapat dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu:

a. mulai dari pengukuran manual


Ada beberapa keuntungan yang akan didapat perusahaan apabila pengusaha sudah
memahami OEE dengan baik. Keuntungan tersebut berkaitan dengan data yang telah
dikumpulkan secara otomatis Sistem yang bekerja otomatis ini biasanya dapat
meningkatkan down time secara signifikan, informasi detail dari aktivitas kerugian,
menyediakan metrik, baik untuk saat ini maupun di waktu lampau, dan menyediakan
pelaporan yang lebih jauh.
b. fokus pada kerugian (losses)
Fokus pada kerugian merupakan kekuatan utama dari penerapan OEE. Artinya,
dengan pemahaman dan penerapan OEE pengusaha harus mampu melakukan tindakan
pengurangan dari kerugian (availability loss, performance loss, dan juga quality loss).
Untuk itu, pengusaha harus mampu mengambil langkah efektif untuk mengurangi
kerugian-kerugian ini, sehingga skor OEE secara otomatis akan meningkat.
c. tetapkan target tambahan,
Bagi perusahaan yang baru memulai OEE, perusahaan mungkin bisa mencapai nilai
OEE hanya sebesar 60% atau di bawahnya, dan di masa mendatang mungkin saja bisa
meraih angka 85%. Namun demikian, pendekatan yang efektif dengan menetapkan target
mampu mendorong karyawan, dan target tambahan untuk perbaikan. Setiap langkah
harus tepat mencapai sasaran dalam waktu tiga sampai empat bulan. Jumlah waktu ini
cukup pendek untuk orang-orang yang akan terlibat, tapi cukup lama untuk mencapai
perbaikan yang signifikan.
d. memantau segala kendala yang ada;
Perusahaan harus mengidentifikasi adanya kendala. Agar OEE dapat bekerja efektif,
maka harus selalu diukur, baik pada saat filling, packing, stamping, maupun pada saat
assembling. Langkah ini merupakan kendala, dan langkah ini menjadi titik penting untuk
mengetahui semua kerugian yang ingin dihilangkan, termasuk juga untuk kerugian di
internal maupun eksternal.

e. hati-hati dalam membuat perbandingan.


Banyak perusahaan yang membandingkan nilai OEE antardivisi, area kerja dan juga
peralatan yang dipakai. Biasanya ini-lah yang menjadi sumber masalali. Perbandingan itu
akan tepat jika perusahaan membandingkannya dengan peralatan yang sama saat proses
produksi berlangsung untuk produk yang sama dan dengan kondisi yang sama.

D. Proses Produksi Massal

Proses produksi merupakan


kegiatan utama yang bersangkutan
dengan manajemen produksi.
Produksi sendiri merupakan suatu
sistem dan di dalamnya terkandung
tiga unsur, yaitu input. proses dan
output. Input dalam proses produksi
terdiri atas bahan baku/bahan
mentah, energi yang digunakan
Gambar 1.5 Proses produksi merupakan kegiatan yang
dan informasi yang diperlukan.
melibatkan tenaga kerja, mesin dan bahan baku.
Adapun proses merupakan
kegiatan yang mengolah bahan, energi dan informasi perubahan sehingga menjadi barang
jadi.

1. Pengertian Proses Produksi


Apa yang dimaksud dengan proses produksi? Kata "proses" dapat diartikan sebagai
suatu cara, metode atau teknik bagaimana sesungguhnya sumber-sumber (tenaga kerja,
mesin, bahan dan dana) yang ada diubah untuk memperoleh suatu hasil. Proses juga
diartikan sebagai cara, metode ataupun teknik bagaimana suatu kegiatan dilaksanakan.
Sedangkan produksi memiliki pengertian kegiatan untuk menciptakan atau menambah
kegunaan barang atau jasa. Jadi, proses produksi dapat didefinisikan sebagai suatu cara,
metode ataupun teknik menambah kegunaan suatu barang dan jasa dengan menggunakan
faktor produksi yang ada, seperti tenaga kerja, mesin, bahan baku dan dan agar lebih
bermanfaat bagi kebutuhan manusia.

2. Jenis-Jenis Proses Produksi


Proses produksi dapat dikelompokkan menurut berbagai segi. Pemilihan sudut
pandang yang akan digunakan dalam pengelompokkan proses produksi tergantung dari
tujuan dilakukannya kegiatan pengelompokkan serta penentuan tipe produksi didasarkan
faktor, seperti volume atau jumlah produk yang akan dihasilkan, kualitas produk yang
diisyaratakan dan peralatan yang tersedia untuk melaksanakan proses.

a. Jenis Proses Produksi Berdasarkan Wujud Proses Produksi

Ditinjau dari segi wujud proses produksinya, kegiatan proses produksi dapat
dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:
1) Proses produksi kimiawi;
Proses produksi yang menitik beratkan pada adanya proses analisa atau
sintesa serta senyawa kimia. Contohnya, proses produksi pada perusahaan
obat-obatan, tambang minyak dan lain-lain.

2) Proses produksi perubahan bentuk:


Proses produksi yang pelaksanaan produksinya menitik beratkan pada
perubahan masukan (input) menjadi keluaran (output) sehingga didapatkan
penambahan manfaat atau faedah dari barang tersebut. Contohnya,
perusahaan pembuatan mebel, pabrik garmen dan lain-lain.

3) Proses produksi assembling;


Proses produksi yang dalam pelaksanaannya lebih mengutamakan pada
proses penggabungan dari komponen-komponen produk dalam perusahaan
yang bersangkutan atau membeli komponen produk yang dibeli dari
perusahaan lain. Contohnya, perusahaan yang bergerak dibidang produk
elektronik, perakitan mobil dan lain-lain.

4) Proses produksi transportasi:


Proses produksi yang menciptakan jasa (pelayanan) pemindahan tempat, baik
berupa barang ataupun manusia. Dengan adanya pemindahan tempat tersebut
maka barang atau manusia yang bersangkutan akan mempunyai kegunaan
atau merasakan adanya tambahan manfaat. Contohnya, perusahaan
transportasi seperti kereta api, kapal terbang, angkutan dan lain-lain.

5) Proses produksi penciptaan jasa administrasi.


Suatu proses yang memberikan jasa administrasi kepada perusahaan-
perusahaan lain atau lembaga- lembaga yang membutuhkan. Pemberian
metode penyusunan, penyimpanan dan penyajian data serta informasi yang
diperlukan oleh masing-masing perusahaan yang memerlukannya merupakan
jasa yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan semacam ini. Contohnya
lembaga konsultan manajemen dan akuntansi, biro konsultan manajemen,
dan lain-lain.
b. Jenis Produksi Berdasarkan Arus Proses Produksi
Bila ditinjua dari segi arus proses produksinya, kegiatan proses produksi dapat
dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu:

1) proses produksi terus menerus. Proses


produksi barang atas dasar aliran produk dari satu operasi ke operasi berikutnya tanpa
penumpukan disuatu titik dalam proses. Pada umumnya industri yang cocok dengan tipe
ini adalah yang memiliki karekteristik yaitu putut di rencanakan dalam jumla besar,
variasi atau jenis produk yang dihasilkan rendah dan produk bersifat standar (produksi
massal).

2) proses produksi terputus-putus,


Pada jenis ini produk diproses dalam kumpulan produk bukan atas dasar aliran terus
menerus dalam proses produk ini. Perusahaan yang menggunakan tipe ini umumnya
memiliki sekumpulan atau lebih komponen yang siap diproses atau menunggu untuk
diproses, sehingga lebih banyak memerlukan persediaan barang dalam proses produksi.

3) proses produksi campuran.


Tipe proses produksi ini merupakan penggabungan dari proses produksi terus-
menerus dan terputus- putus. Penggabungan ini digunakan berdasarkan kenyataan bahwa
setiap perusahaan berusaha untuk memanfaatkan kapasitas secara penuh.

c. Jenis Proses Produksi Berdasarkan Penyelesaian Proses Produksi


Tujuan dari pengelompokkan proses produksi menurut segi penyelesaian proses ini
pada umumnya untuk mengadakan pengendalian kualitas dari proses produksi di dalam
perusahaan yang bersangkutan. Pada umumnya, kegiatan proses produksi dari segi
penyelesaian produksinya dapat dibagi ke dalam beberap jenis berikut.
1) Proses produksi tipe A
Pada tipe proses produksi A, setiap tahap proses produksi yang dilaksanakan dalam
perusahaan dapat diperiksa secara mudah. Pengendalian proses dapat dilaksanakan pada
setiap tahap proses sesuai dengin yang dikehendaki oleh menajemen perusahaan yang
bersangkutan.
2) Proses produksi tipe B
Pada tipe B, penyelesaian prose produksi dalam perusahaan bersangkutan akan
terdapat beberap ketergantungan dari masing-masing tahap proses produksi.
Pemeriksanaan hanya dapat dilaksanakan pada beberapa tahap tertentu saja. Hal ini
menyebabkan pengendalian proses produksi yang dilaksanakan dalam perusahaan akan
terbatas pada beberapa tahap proses yang dapat diperiksa secara mudah.
3) Proses produksi tipe C
Perusahaan yang penyelesaian produksinya termasuk di dalam kategori proses
produksi tipe ini adalah perusahaan yang melaksanakan proses penggabungan atau
pemasangan (assembling). Pelaksana prose produksi dalam perusahaan tersebut
dilakukan dengan pemasangan atau penggabungan komponen-komponen produk.

4) Proses produksi tipe D


Pada tipe D. proses produksi dilaksanakan dengan menggunakan mesin dan
peralatan produksi otomatis Mesin dan peralatan produksi yang dipergunakan dalam
perusahaan tersebut dilengkapi dengan beberapa peralatan khusus untuk
melaksanakan pengendalian proses produksi dalam perusahaan yan bersangkutan.
5) Proses produk tipe E
Tipe E merupakan proses produksi dari perusahaan-perunat daping dan ju
produksi yang agak berbeda dengan perusahaan-perusahaan semacam ini menjadi ap
beberpa perusahaan yang melaksanakan processing dalam proses produk yang
dilakukan dalam perusahaan yang bersangkutan.

d. Jenis Proses Produksi Berdasarkan Bahan Mentahnya


Apabila dilihat dari segi bagaimana bahan mentah atau input yang dirshah
menjadi harang la proses produksi dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu sebagai
berikut
1) Proses analytic
Proses analytic merupakan suatu bentuk proses produksi yang menciptakan
beberapa haring darts jenis bahan mentah atau input. Pada umumnya proses ini berlaku
terhadap sesuatu harang yang dihasilkan oleh sektor-sektor primer terutama pertanian dan
pertambangan, menjadi beberapa barang setengah jad atau barang jadi. Memproses
minyak mentah, karet dan hasil kaya hutan merupakan contoh dan analis Melalui proses
produksi minyak mentah diproses menjadi pelumas, bensin, solar dan minyak lampu.
Kats susu (lateks) diproses menjadi berbagai jenis ban, alat pelampung, perekat dan
sepatu Kayu hutan diproses menjadi papan, perabot dan bahan perumahan.
2) Proses synthetic
Proses synthetic, yaitu proses menggabungkan beberapa input atau bahan mentah
menjadi satu harang lain. Proses synthetic biasanya berlaku di industri pengolahan atau
manufaktur. Anda ingin memproduks sepatu, input apa yang perlu anda sediakan? Karet,
kulit, benang dan perekat merupakan bahan penting yang harus disediakan untuk
mewujudkan barang lain, yaitu sepatu. Industri pakaian, mengambil contoh lain, juga
memerlukan beberapa jenis barang untuk mewujudkan satu celana atau satu baju.
Memproduks mobil juga merupakan proses synthetic. Beribu-ribu komponen harus
dipasang sebelum seorang konsumen dapat membeli dan mengendarainya.
Berdasarkan sifat pemprosessannya, kegiatan proses produksi yang digolongkan
sebagai proses synthetic dibedakan ke dalam dua cara, yaitu proses pabrikasi dan proses
assembling Membuat pakaian dan perabotan digolongkan sebagai proses pabrikasi karena
berbagai bahan diproses untuk menjadi barang baru. Sedangkan membuat sepeda motor
dan mobil digolongkan sebagai proses assembling karena berbagai komponen yang sudah
dibuat dipasang bersama untuk menciptakan barang-barang tersebut.
3) Tujuan dari Proses Produksi

Telah kita ketahui bersama bahwa tugas penting bagian produksi dan operasi adalah
menciptakan barang yang sesuai dengan keinginan konsumen. Kebanyakan konsumen
menginginkan barang yang murah dengan kualitas yang tinggi. Untuk memenuhi
keinginan ini, bagian operasi dan produksi harus berusaha mewujudkan barang dalam
konteks diproduksi secara efisien, mencapai produktivitas tinggi dan mamp menciptakan
barang yang bermutu.
a. Meningkatkan efisiensi
Efisien merupakan hubungan antara inpur dan bahan baku dengan output atau produk
Jika perusahaan dapat menghasilkan barang atau jasa yang lebih banyak sementara nilai
bahan baku tetap, maka telah dikatakan efisiensi telah ditingkatkan. Begitu pula, jika
perusahaan dapat menghasilkan barang atau jasa yang tetap tapi dengan nilai bahan baku
yang lebih murah, sekali efisiensi telah ditingkatkan. Satu dari ukuran perusahaan yang
melakukan proses transformasi adalah efisiensi. Ketika beberapa informasi yang diterima
menyatakan bahwa ada perusahaan yang menginvestasikan uangnya pada peralatan baru,
merancang system jaringan komputer, memperpendek rantai penawaran barang, alasan-
alasan ini biasa digunakan untuk memotong biaya atau dikenal sebagai meningkatkan
efisiensi.
b. Meningkatkan produktivitas
Produktivitas merupakan ukuran detail atau terinci mengenai efisiensi data perubahan
waktu ke waktu Produktivitas merupakan perbandingan antara seluruh produk barang
atau jasa yang diproduksi pada waktu tertentu dibagi dengan banyaknya jam kerja yang
dibutuhkan untuk menghasilkan output tersebut. Dengan kata lain, produktivitas
merupakan efisiensi dari para pekerja. Produktivitas juga berkaitan dengan kuantitas
barang yang akan diproduksi. Jika sumber daya digunakan dengan cara yang semakin
efisien, maka kuantitas output akan menjadi besar.
c. Meningkatkan kualitas
Perhatian setiap perusahaan pada peningkatan kualitas menjadi sangat penting.
Mengapa? Kualitas adalah salah satu alasan yang membuat konsumen mau membeli
barang suatu perusahaan atau mau menggunakan jasa suatu perusahaan. Konsep kualitas
sangat subjektif, karena secara definisi kualitas merupakan suatu hasil memproduksi
barang dan jasa dengan ciri dan karakter tertentu dengan standart kepuasan seperti apa
yang diduga oleh konsumen. Sifat yang subjektif ini menyebabkan perusahaan tidak
hanya memproduksi barang yang baik, tetapi harus sesuai dengan apa yang menjadi
harapan konsumen.

4. Tahapan Proses Produksi


Proses produksi pada umumnya melalui beberapa tahapan. Hal ini dilakukan dengan
maksud mengadakan spesialisasi pengerjaan produk yang dihasilkan. Spesialisasi ini akan
mengakibatkan adanya departemenisasi proses produksi. Setiap tahapan proses produksi
tersebut pada dasarnya tidak dapat berdiri sendiri-sendiri. Kesemuanya harus merupakan
satu rangkaian yang terkoordinasi. Dengan adanya koordinasi tersebut alur produk dari
departemen yang satu ke departemen yang lain harus sama. Hal ini agar tidak terjadi
penyumbatan dalam salah satu tahapan proses produksi tersebut. Selain itu, setiap
tahapan proses produksi tersebut harus dibantu oleh departemen lain yang membantu
berfungsinya suatu departemen Departemen-departemen ini dinamakan departemen
pembantu. Departemen pembantu adalah departemen yang memberikan layanan pada
departemen produksi sesuai dengan fungsinya. Departemen pembantu biasanya berupa
departemen listrik, departemen pemeliharaan peralatan, departemen air dan sanitasi dan
sebagainya. Biaya-biaya yang terjadi pada departemen pembantu pada dasarnya juga ikut
memberikan konstribusi pada biaya pembuatan suatu produk.

Proses produksi suatu barang selalu menggunakan cara-cara tertentu agar tujuan
ekonomis perusahaan dapat dicapai. Untuk memberikan gambaran yang nyata dalam
ulasan tahapan proses produksi, simak beberapa tahapan proses produksi pada PT Astra
Honda Motor di bawah ini. Proses produksi pada PT Astra Honda Motor secara garis
besar terdiri dari beberapa tahapan, sebagai berikut.

a. Seksi penyediaan komponen


Seksi penyediaan komponen adalah seksi yang bertugas menerima mengklarifikasi
serta mendistribusikan komponen ke produksi. Adapun proses kerjanya dapat
dituliskan sebagai berikut.
b. Injeksi plastic
Seksi injeks plastik adalah seksi yang bertugas memproduski komponen plastik,
dengan fasilitas mesin injeksi plastik yang menggunakan teknik cetakan. Hasil
produksi injeksi plastik yang paling utama adalah untuk memenuhhi kebutuhan
komponen plastik untuk sepeda motor honda. Tetapi karena fasilitas mesin yang ada,
serta beban dari beberapa mesin masih tersedia, maka dilakukan pula proses
pembuatan komponen selain untuk sepeda motor.
c. Pengelasan
Seksi pengelasan bertugas melakukan proses pembuatan rangka dengan cara
mengelas komponen. Komponen-komponen yang dikerjakan seksi pengelasan
berasal atau diproduksi oleh subkon dan sebagian diproduksi oleh subkontraktor.
d. Pengecatan logam
Seksi pengecatan logam mengerjakan proses pengecatan pada beberapa bagian
komponen seperti frame body, fuel tank, dan lain-lain. Untuk menghasilkan
komponen yang berkualitas, proses pengecatan dilakukan dalam beberapa proses,
yaitu pengecatan komponen, penggantungan, pre treatmen, dry oven, pendinginan,
painting bath, bake oven, inspection, dan unloading.
e. Dipping proses
Dippin Proses, yaitu proses penutupan komponen dengan cat melalui teknik
pencelupan. Komponen yang akan diproses dimasukkan ke dalam keranjang
kemudian dicelupkan pada bak berisi cat, serta
dikeringkan melalui oven pada temperatur sekitar 1000C. Komponen-komponen
yang diproses dengan dipping adalah komponen yang berukuran kecil, serta tidak
memerlukan masking, di mana komponen tersebut tidak terlihat apabila sudah
menjadi unit sepeda motor. Proses ini relatif lebih cepat sehingga kapasitas yang
dihasilkan jauh lebih besar.
f. Pengecatan plastik
Proses pengecatan plastic part tidak sama dengan proses pengecatan steel part, karena
ada beberapa perbedaan antara lain:
1) tidak adanya proses pre treatment,
2) over head conveyor lebih pendek.,
3) temperatur oven lebih rendah (hanya sekitar 80°C),
4) pengecatan secara manual dengan spray atau hand gun.
Proses pengecatan plastik terdiri dari beberapa proses antara lain seperti painting part,
loading, washing, painting booth, bake oven, inspection, stripping part.
g. General sub assembling
General sub assembling merupakan seksi yang mengerjakan proses penggabungan
komponen, agar mempermudah serta mempercepat proses produksi di line
assembling. Adapun assembling part yang dikerjakan di sini meliputi step bar,
carburator, air cleaner, stering handle, dan front fork.
h. Assembling
Assembling atau perakitan merupakan tahapan terakhir dari proses pembuatan unit
sepeda motor. Pada line assembling inilah komponen yang berasal dari statiun proses
line produksi dirakit sampai menjadi unit sepeda motor lengkap, Proses
pengerjaaannya dengan menggunakan konveyor, yang terdiri dari dua line. Secara
garis besar line assembling terbagi dalam dua bagian utama yaitu sub line dan main
line.
i. Final inspection
Kegiatan akhir dari seksi assembling yang bertugas melakukan pemeriksaan unit
sepeda motor yang telah selesai dirakit dilakukan oleh bagian final inspection. Bagian
ini bertugas memastikan semua komponen telah terpasang dan berfungsi secara
benar, serta sudah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, berdasarkan standar
kualitas yang dibuat oleh bagian proses enginering dan dimonitor oleh bagian quality
control.
j. Shipping
Shipping adalah bagian yang bertugas mengirim unit sepeda motor keselurh
cabang/dealer di seluruh Indonesia dan juga untuk kebutuhan ekspor. Setelah
melewati final inspection unit sepeda motor akan di kirim ke seksi shipping, yang
sebelumnya dilakukan pendataan yang disimpan di dalam komputer dengan
menggunakan scanning system, melalui barcade system. Hal ini digunakan sebagai
pengawasan untuk mengetaui unit yang telah siap dikirim setiap saat. Semua unit
yang masuk ke dalam shipping tidak langsung dikirim, namun disimpan menurut
model, status produksi dan lain-lain agar mempermudah proses pengontrolan.
Adapun sistem pengeluaran unit sepeda motor dilakukan dengan prinsip FIFO (First
In First Out) agar unit sepeda motor tidak mengalami kerusakan karena terlalu lama
di gudang penyimpanan.

Anda mungkin juga menyukai