Anda di halaman 1dari 10

BAB 1.

PRODUKSI MASSAL

A. Pengetahuan Umum Produksi Massal


Produksi massal, juga dikenal sebagai aliran produksi atau produksi terus-menerus,
adalah sistem produksi dalam jumlah besar dari produk yang standar, termasuk dan
terutama pada lini perakitan. Bersama-sama dengan pekerjaan produksi dan produksi
batch, itu adalah salah satu dari tiga metode produksi.
Istilah produksi massal dipopulerkan oleh suplemen artikel 1926 di Encyclopædia
Britannica yang didasarkan pada korespondensi dengan Ford Motor Company. New York
Times menggunakan istilah tersebut dalam judul sebuah artikel yang muncul sebelum
publikasi artikel Britannica tersebut.
Konsep produksi massal bisa diterapkan untuk berbagai jenis produk, mulai
dari makanan, air mineral sampai pada perakitan (kendaraan bermotor dan peralatan rumah
tangga ).

B. Perencanaan Produksi Massal


Perencanaan merupakan salah satu tahapan yang paling krusial dalam sebuah usaha.
Mengapa demikian? Hal itu dikarenakan perencanaan dapat berdampak langsung pada
pendapatan yang akan didapatkan sebuah perusahaan. Perencanaan yang baik tentu saja akan
membuat pendapatan perusahaan akan mengingkat. Begitupun sebaliknya. Sebuah
perencanaan yang asal-asalan akan membuat pendapatan sebuah perusahaan akan menurun.
Hal itu karena perencanaan akan mempengaruhi efisiensi kerja, seperti keterlambatan suplai
yang datang ataupun adanya penambahan biaya produksi yang tak diperkirakan
Adanya hambatan atau permasalahan tersebut tentunya dapat dihindari jika
dilakukannya perencanaan yang baik dan benar ini. Oleh karena itu, ketika kamu sedang
membuka sebuah usaha dan ingin memproduksi sesuatu, kamu juga harus melakukan
perencanaan produksi massal terlebih dahulu, sehingga kerugian yang tidak diinginkan tidak
akan terjadi. Namun, sebelum berlanjut membahas mengenai bagaimana melakukan
perencanaan produksi massal ini, alangkah lebih baiknya untukmu mengetahui terlebih
dahulu mengenai pengertian dan poin penting apa saja yang harus kamu perhatikan mengenai
perencanaan produksi massal.
1. Pengertian Perencanaan Produksi Massal
Perencanaan produksi massal adalah sebuah rencana yang dilakukan sebelum
memproduksi sebuah barang dalam jumlah besar-besaran. Untuk menghindari adanya
kesalahan bahkan kerugian, tentunya proses perencanaan produk massal ini harus
dilakukan dengan sungguh-sungguh. Biasanya dalam proses ini, akan ditentukan berbagai
hal, misalnya saja warna produk, jumlah unit produk, bentuk, dan lain sebagainya. Dalam
produksi massal ini juga semua proses produknya dilakukan secara berkesinambungan
alias tak pernah putus. Oleh karena itulah, perencanaan sebelum produksi massal harus
dilakukan, sehingga pada saat produksi tidak ada kesalahan satupun.
2. Tujuan Perencanaan Produksi Massal
Perencanaan produksi massal dilakukan oleh banyak perusahaan untuk
meminimalisasikan kesalahan dalam proses produksi, sehingga nantinya biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan ketika membuat banyak produk bisa seminimal mungkin,
sedangkan keuntungan yang diperoleh bisa maksimal. Selain itu, perencanaan produksi
massal juga dilakukan untuk memaksimalkan kepuasan pelanggan dan perlengkapan
serta inventaris publik. Adanya perencanaan produksi massal ini juga dilakukan sehingga
perubahan tenaga kerja dan nilai produksi bisa diminimalisasikan.
3. Fungsi Perencanaan Produksi Massal
Selain memiliki fungsi sebagai alat untuk meningkatkan pendapatan sebuah perusahaan,
perencanaan produksi massal juga tentunya memiliki beragam fungsi lainnya.
Perencanaan produksi massal ini berfungsi sebagai alat ukur performasi. Jadi, semakin
baik perencanaan dilakukan, akan semakin baik pula performasi yang ditunjukkan. Selain
itu, fungsi lain dari perencanaan produksi massal adalah bisa menjamin kesesuaian antara
rencana penjualan dan produksi karena adanya tahapan planning.
4. Faktor keberhasilan Perencanaan Produksi Massal
Perencanaan produksi massal dapat dilakukan dengan baik dan menghasilkan kesuksesan
jika beberapa faktor berikut juga dapat dipenuhi. Nah, apa saja kiranya faktor tersebut?
Tentunya sebuah produksi massal dapat berjalan sukses, jika peralatan dan fasilitas yang
dimiliki oleh sebuah perusahaan sangat memadai. Oleh karena itu, sebelum dilakukannya
proses produksi, alangkah baiknya sebuah perusahaan melakukan perencanaan mengenai
fasilitas atau peralatan usaha apa saja yang harus ada dan melengkapinya. Selain itu,
jumlah SDM yang tepat dengan kualitas kerja yang baik juga tentunya menjadi kunci
sukses produksi massal dapat berjalan. Terakhir, adanya tahapan produksi yang berjalan
sesuai dengan aturan atau SOP yang berlaku
5. Tahap Perencanaan Produksi Massal
Adapun mengenai tahapan yang dilakukan pada perencanaan produksi massal yaitu
1) routing, proses menentukan urutan kerja yang dilakukan dari pemilihan bahan baku
mentah hingga menjadi sebuah produk yang siap untuk diedarkan ke pasar industri. Pada
tahap ini, perlu diperhatikan dengan benar mengenai kualitas dan kuantitas bahan, tempat
produksi, mesin dan fasilitas lain, SDM, serta lain sebagainya. 2) scheduling yaitu
melakukan penjadwalan waktu proses produksi dilaksanakan. 3) dispatching yaitu
tahapan dimulainnya proses produksi barang.
6. Kelebihan dan Kekurangan Perencanaan Produksi Massal
Beberapa kelebihan Perencanaan Produksi Massal
a. Produktifitas Perusahaan Meningkat
Pada kenyataannya dengan adanya produksi secara massal yang dilakukan maka
meningkatkan produktivitas suatu perusahaan. Efeknya, perusahaan mampu
memberikan pelayanan produk yang banyak di pasar dan memenuhi permintaan
konsumen dalam jumlah besar.
b. Biaya Produksi Menurun
Biaya produksi dipengaruhi oleh biaya variabel atau disebut juga variable cost dan
biaya Tetap atau disebut juga fix cost. Melihat pengaruh dari kedua hal tersebut maka
bisa dilakukan pengurangan dengan adanya produksi secara massal.
c. Efisiensi Waktu
Dalam produksi secara massal tentu membutuhkan mesin produksi untuk
memperlancar produktivitas. Dengan penggunaan mesin, pada satu waktu bisa
menghasilkan produk puluhan ribu dalam waktu hanya beberapa jam saja. Tentunya
hal tersebut menjadi lebih efisien serta mampu meningkatkan daya persaingan antar
perusahaan dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat lebih cepat.
Selain adanya kelebihan, maka pada produksi secara massal ada kekurangan yang
didapatkan oleh perusahaan. Inilah beberapa kekurangan dari produksi secara massal
yang ada.
a. Dibutuhkan Modal Yang Besar
Untuk melakukan produksi secara massal maka akan dibutuhkan mesin-mesin yang
memperlancar produksi. Dalam mewujudkan hal tersebut tentu dibutuhkan modal
yang besar untuk mesin produksi hingga perawatan yang dilakukan. Dibutuhkan biaya
yang banyak, sehingga proses produksi secara massal ini tentunya dilakukan oleh
perusahaan yang mempunyai modal besar.
b. Pekerja Mengalami Penurunan Motivasi
Dalam produksi secara massal tentu efeknya terjadi tingkat produktivitas yang tinggi.
Dan pekerja diharapkan untuk melakukan penyesuaian target perusahaan. Kejadian
tersebut tentu membuat pekerjaan menjadi sangat melelahkan dalam proses produksi
yang dilakukan pekerja. Jika terjadi terus menerus dalam kurun waktu lama maka
pekerja menjadi lelah dan tidak semangat. Penurunan motivasi ini menjadi nilai
negatif dari adanya produksi massal.
c. Kurang Fleksibel
Pada proses yang dilakukan produksi secara massal ini tentu harus disesuaikan
prosedur dan urutan yang ada. Jika salah satu proses atau prosedur yang dilakukan ini
terlewati maka terjadi kesalahan produksi. Sehingga dilakukan perombakan total dari
urutan awal produksi, tentunya hal ini menjadi kurang fleksibel.
Dengan memahami kekurangan yang ada pada produksi secara massal, tentu perusahaan
jadi memahami seperti apa antisipasi yang harus dilakukan. Sehingga proses produksi
suatu produk harus berjalan sesuai sistem yang ada dan menghasilkan produk yang
bermutu.

C. Indikator Keberhasilan Produksi Massal


Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya suatu produksi massal maka diperlukan
indikator yang menjadi tolak ukurnya. Dari indikator itulah pelaku usaha bisa mengetahui
sejauh mana tingkat keefektifan dan keefisienan produksi massal yang telah dilakukan. Jika
pengelolaan permintaan stabil dan semua permintaan kosumen dapat dipenuhi, menunjukkan
bahwa tahapan produksi massal yang dilakukan sudah cukup baik.
Berikut 5 indikator keberhasilan tahapan produksi massal menurut Suryana (2003).
1. Modal
Modal menjadi salah satu penentu dari keberhasilan suatu produksi massal. Untuk
memproduksi barang dalam jumlah besar, maka dibutuhkan modal yang lumayan besar
juga. Modal tersebut akan digunakan untuk membeli peralatan produksi dan bahan baku
yang akan diolah menjadi barang jadi. Ketika modal telah siap, maka produksi massal bisa
segera dilakukan.
2. Pendapatan
Produksi massal dikatakan berhasil apabila bisa menghasilkan pendapatan sesuai dengan
yang diharapkan. Sebelum melakukan produksi, para pengusaha biasanya telah melakukan
perhitungan potensi pendapatan yang akan diperoleh. Ketika target ini bisa dicapai atau
terlampaui, maka produksi massal bisa disebut berhasil.
3. Volume Penjualan
Produksi massal akan menghasilkan produk dalam jumlah besar. Produksi massal bisa
dikatakan berhasil apabila volume penjualan meningkat sehingga tidak terjadi
penumpukan hasil produksi di gudang.
4. Output Produksi
Indikator keberhasilan produksi massal lainnya adalah output produksi. Produksi massal
disebut berhasil apabila output produk sesuai dengan target yang ditetapkan. Biasanya,
pengusaha akan menetapkan target produksi harian. Ketika target ini tercapai, maka
tahapan produksi massal bisa dikatakan berhasil
5. Tenaga Kerja
Keberhasilan suatu produksi massal bisa dilihat juga dari segi tenaga kerja. Tenaga kerja
adalah orang-orang yang bertugas untuk memproduksi suatu produk. Ketersediaan tenaga
kerja, kecakapan, dan kemampuan memahami bidang pekerjaan menjadi salah satu
penentu keberhasilan dari produksi massal.

D. Proses Produksi
Di dunia bisnis, baik itu berupa barang atau jasa, mengenal adanya proses produksi.
Sebuah kegiatan yang, dalam jangka waktu tertentu, mampu mengubah bahkan meningkatkan
nilai barang atau jasa. Proses tersebut dapat berlangsung dengan lancar dan efektif apabila
terjalin kerja sama yang baik. Untuk melalui proses produksi dengan baik maka dibutuhkan
pengenalan tentang tahapan, jenis, dan karakteristik. Selain itu, untuk memahami secara
umum maka dibutuhkan pengertian dari proses produk.
1. Pengertian Proses Produksi
Secara umum, proses produksi adalah kegiatan produksi yang menggabungkan dari
satu bagian ke bagian yang lain. Artinya, dalam setiap bagian terdapat tahapan yang
perlu dilalui baik itu berupa proses menjadi barang atau berbentuk jasa. Barang adalah
sesuatu yang mudah dipegang secara fisik dan ada jangka waktu. Sedangkan jasa,
sebaliknya. Tidak mampu dipegang secara fisik dan tidak memiliki jangka waktu.
Hasil dari proses produksi antara barang dan jasa memang berbeda. Namun, tujuannya
sama yaitu menjadikan sesuatu yang bernilai lebih dari sebelumnya. Selain itu,
bermanfaat tidak hanya untuk pebisnis melainkan pelanggan. Sehingga, muncul
kepuasan pelanggan yang berdampak pada bisnis Anda.
2. Tujuan Proses Produksi
Ada beberapa tujuan dari proses produksi yang perlu Anda ketahui yaitu:
a. Memberikan value terhadap barang atau jasa.
b. Mendapatkan keuntungan sehingga berdampak pada kelangsungan bisnis.
c. Menggantikan barang atau jasa yang tidak bisa digunakan (rusak) atau kadaluarsa.
d. Memenuhi permintaan pasar, baik itu lingkup domestik maupun internasional.
e. Menjaga keberlangsungan bisnis agar tetap survive.
3. Jenis Proses Produksi
Jenis proses produksi terbagi menjadi empat jangka waktu yang di antaranya adalah:
a. Produksi dengan Jangka Pendek
Jenis proses yang satu ini tidak akan membutuhkan waktu lama. Bahkan, boleh
dikatakan produk, jika itu barang, adalah sesuatu yang instan. Contohnya adalah
makanan cepat saji, martabak, roti goreng, dan lainnya. Sehingga, konsumen pun
bisa dengan segera menikmati produk tersebut.
b. Produksi dengan Jangka Panjang
Jenis proses dengan jangka panjang pasti membutuhkan waktu lama. Hal tersebut
dapat terlihat contoh seperti budidaya durian, kopi dan sejenisnya. Hitungannya
tidak hanya hari atau minggu melainkan bulan.
c. Produksi secara Terus-Menerus
Jenis produksi yang dilakukan secara terus-menerus atau berkelanjutan. Sebab,
selalu dibutuhkan oleh manusia. Contohnya seperti produksi kertas, gula, karet,
dan masih banyak lainnya.
d. Produksi secara Selingan
Untuk jenis yang satu ini adalah menggabungkan sesama barang jadi. Misal,
seperti produksi motor. Ada yang membuat rangkanya terlebih dahulu. Kemudian,
ada yang menyiapkan mesin, roda, dan sejenisnya. Setelahnya, menggabungkan
rangka dengan mesin sehingga menjadi barang jadi yaitu motor.
4. Tahapan Proses Produksi
Ada beberapa tahapan dalam proses produksi yang perlu Anda ketahui yaitu:
a. Konsep
Ide adalah hal penting sebelum memulai membuat sesuatu. Ide perlu dimatangkan
dan kemudian menjadi sebuah konsep. Ketika mampu merancang konsep dengan
baik maka proses menjadi barang atau jasa akan lebih mudah.
b. Riset
Ketika selesai merancang konsep maka selanjutnya perlu melakukan riset. Nah,
riset bisa dimulai untuk mengetahui target pasar. Kemudian, melihat siapa saja
yang menjadi kompetitor. Tahu akan kelebihan dan kekurangan komputer. Yang
penting juga adalah bagaimana dengan kebutuhan pasar.
c. Pengembangan Desain
Riset sudah selesai, Anda bisa berlanjut kepada pengembangan desain. Jika bisnis
Anda menyasar dalam bentuk barang, Anda perlu menguji desain tersebut.
Ketahanan dan tingkat kadaluarsa. Jika berupa jasa, Anda perlu mengetahui
apakah harga yang Anda putuskan sesuai dengan kehendak konsumen.
d. Pengujian Desain
Nah, memasuki pengujian desain, Anda coba melempar ke pasar. Bagaimana
tanggapan konsumen terhadap produk Anda. Apakah banyak yang pro atau
kontra? Pengujian ini penting untuk mengukur seberapa penting kualitas produk
bisnis kepada konsumen.
e. Perbaikan
Tidak ada proses produksi yang menanggalkan perbaikan. Setiap tahapan pasti
akan ada perbaikan. Dari pengujian desain, Anda akan mengetahui mana yang
menjadi kelemahan dari produk Anda. Apakah dari sisi desain, harga, promosi,
atau kualitas pelayanan.
f. Produk Jadi
Setelah melakukan perbaikan, dan tentu saja evaluasi, Anda bersiap untuk
melakukan peluncuran produk jadi. Produk, baik itu barang maupun jasa, harus
menyediakan pemasaran yang baik dan efektif. Misal, memberikan harga promosi
hingga batas waktu tertentu atau 50 konsumen pertama akan mendapatkan harga
khusus.

E. Kostumisasi Massal dan Kaitannya dengan Produk Software


Kustomisasi massal (mass customization) adalah teknik untuk memodifikasi sesuatu
sesuai dengan kebutuhan dan dalam skala yang besar. Misalnya, dalam sebuah produksi,
perusahaan memodifikasi dan menyesuaikan output terhadap permintaan dengan
menggunakan teknologi manufaktur fleksibel. Selain manufaktur, teknik ini juga relevan di
pemasaran, call center dan manajemen.
Produsen biasanya mendesain produk dan promosi secara khusus, termasuk dalam
iklan. Selain itu, mereka tidak hanya menyesuaikan produk dengan permintaan, tetapi juga
meraih skala ekonomi melalui pemasaran atau produksi massal.
Untuk melakukannya, perusahaan menggunakan teknologi manufaktur fleksibel.
Teknologi tersebut memungkinkan untuk merekonsiliasi dua tujuan: biaya rendah dan
diferensiasi (kustomisasi produk).
Dalam teknologi sebelumnya, dua tujuan tersebut dianggap tidak mungkin dicapai
secara bersamaan. Biaya rendah mengharuskan perusahaan untuk membuat produk yang
standar, memungkinkan mereka meraih penghematan dari skala ekonomi dan produksi
massal. Selanjutnya, diferensiasi menekankan keunikan sehingga sulit untuk
memproduksinya pada biaya yang rendah.
Dalam membangun kustomisasi massal, perusahaan mungkin mengandalkan teknik
produksi massal untuk memproduksi beberapa bagian dari produk. Untuk produk akhir,
mereka kemudian menyesuaikannya sesuai dengan permintaan dari masing-masing kelompok
pelanggan.
1. Perbedaan antara produksi massal dan kustomisasi massal
Kustomisasi massal berbeda dari produksi massal. Di bawah produksi massal,
pertimbangan utama adalah kuantitas. Perusahaan memproduksi output yang homogen
dan terstandarisasi. Sehingga, tidak ada kustomisasi produk untuk menyesuaikan variasi
permintaan pasar. Itu memungkinkan perusahaan menurunkan biaya produksi melalui
skala ekonomi yang lebih tinggi.
Sebaliknya, di bawah kustomisasi massal, perusahaan mengkompromikan antara
diferensiasi dan kuantitas. Tidak hanya mengadopsi produksi massal, perusahaan juga
mendiferensiasi outputnya sesuai dengan selera konsumen. Sehingga, mereka dapat
menawarkan produk mereka pada harga premium dan pada saat yang sama, menghemat
biaya, memberikan mereka margin lebih tinggi.
2. Jenis kustomisasi massal
Kemajuan teknologi memungkinkan perusahaan untuk mengumpulkan informasi penting
lebih cepat, lebih dalam dan efisien daripada sebelumnya. Selain itu, teknologi
memfasilitasi lebih banyak variasi desain dan fleksibilitas dalam produksi. Secara umum,
jenis kustomisasi massal terbagi ke dalam empat kategori berikut:
a. Kustomisasi kolaboratif
Di bawah kustomisasi kolaboratif (collaborative customization), perusahaan
berbicara dengan pelanggan untuk menentukan produk yang tepat dan paling sesuai
dengan kebutuhan mereka. Perusahaan kemudian memanfaatkan informasi tersebut
untuk memproduksi output yang sesuai dengan masing-masing individu. Misalnya,
beberapa perusahaan pakaian memproduksi celana atau jaket agar sesuai dengan
masing-masing pelanggan mereka. Kustomisasi semacam ini umum untuk bisnis
online. Pelanggan dapat menentukan sendiri kriteria dan spesifikasi dari produk.
b. Kustomisasi adaptif
Dalam kustomisasi adaptif (adaptive customization), perusahaan menghasilkan
produk terstandarisasi namun dengan beberapa fleksibilitas. Sehingga, ketika produk
telah di tangan pelanggan, mereka dapat menyesuaikannya dengan keinginan dan
kebutuhan mereka tanpa interaksi langsung dengan perusahaan. Ambil contoh lampu
Lutron. Pelanggan dapat memprogramnya untuk untuk memberikan efek estetika
yang berbeda, sesuai dengan selera mereka.
c. Kustomisasi transparan
Perusahaan memproduksi produk yang unik kepada setiap pelanggan. Produk secara
berkala berkembang menyesuaikan dengan kebutuhan unik pelanggan individu tanpa
melalui interaksi secara langsung. Misalnya, hotel Ritz-Carlton mengembangkan
database untuk menangkap informasi tentang preferensi pelanggan tanpa berbicara
langsung dengan mereka. Ritz-Carlton menggunakan informasi tersebut untuk
menyesuaikan layanan ke setiap pelanggan untuk kunjungan berikutnya.
d. Cosmetic customization
Perusahaan menghasilkan produk yang standar. Namun, untuk memasarkannya ke
pelanggan, mereka menggunakan pendekatan yang unik untuk masing-masing
segmen pelanggan. Misalnya, perusahaan menawarkan minuman dengan berbagai
kemasan: kaleng, botol 1,5 liter, botol 750 mililiter.
3. Contoh kustomisasi massal
Kustomisasi massal telah berkembang di beberapa industri. Berikut adalah
beberapa contoh perusahaan yang mengadopsi kustomisasi massal:
 Dell di industri komputer
 Brooks brothers di produk pakaian
 Nike di industri sepatu
 Longchamp untuk produksi tas tangan
 Toyota di industri mobil
 Paris Miki, peritel kacamata Jepang
 ChemStation untuk produk sabun industri
 Ritz-Carlton di industri hotel
4. Manfaat kustomisasi massal
Kustomisasi massal adalah model bisnis yang sangat menarik untuk
mempertahankan kepuasan pelanggan dan membangun keunggulan kompetitif. Itu
menawarkan sejumlah keuntungan bagi perusahaan.
a. Kustomisasi massal adalah sarana untuk menciptakan keunggulan kompetitif dan
meningkatkan profitabilitas. Perusahaan memanfaatkan kemajuan teknologi untuk
mengkompromikan antara kuantitas dan diferensiasi. Dengan begitu, perusahaan
dapat menetapkan harga premium. Dan, pada saat yang sama, mereka memproduksi
secara lebih efisien, memanfaatkan skala ekonomi yang lebih tinggi.
b. Perusahaan dapat menawarkan produk dengan cara yang lebih memuaskan. Mereka
memperoleh informasi mengenai variasi preferensi pelanggan dan menangkap selera
masing-masing untuk menyesuaikan penawaran. Dengan demikian, mereka memiliki
peluang untuk menawarkan pengalaman yang sangat personal. Sehingga, pada
akhirnya, itu meningkatkan loyalitas pelanggan.
c. Perusahaan dapat meminimalkan persediaan berlebih. Mereka dapat mengadopsi just-
in-time untuk menyesuaikan antara permintaan, produksi dan persediaan. Itu
memberitahu mereka secara tepat kapan dan berapa bahan baku baru harus mereka
pesan. Selain itu, mereka memiliki lebih sedikit barang yang belum selesai untuk
disimpan, mengurangi biaya overhead.
d. Pelanggan dapat menemukan dengan tepat apa yang mereka butuhkan dengan harga
yang wajar. Mereka lebih terlibat dalam keputusan pembuatan produk.
e. Perusahaan dapat membangun hubungan jangka panjang dan mempertahankan
konsumen. Bersama dengan konsumen, mereka bersama-sama menciptakan produk
baru. Konsumen mendapatkan kesempatan untuk membeli produk yang lebih disukai.
Selain itu, kesediaan mereka untuk membayar biaya tambahan meningkat.
5. Tantangan kustomisasi massal
Mengaplikasikan kustomisasi massal tidak selalu menghasilkan kesuksesan.
Berikut ini adalah sejumlah tantangan untuk mengadopsi teknik ini.
a. Perusahaan memerlukan koordinasi yang lebih kompleks dan lebih baik. Mereka
harus memiliki pemasok dan distributor yang dapat diandalkan untuk mendukung
sinergi dengan produksi fleksibel. Misalnya, mereka harus memastikan pemasok
dapat memenuhi kebutuhan bahan baku ketika permintaan tiba-tiba melonjak. Tentu
saja, koordinasi semacam itu sulit, terutama ketika perusahaan mengandalkan
pemasok dan distributor eksternal. Salah satu solusi adalah melalui integrasi vertikal,
dimana pemasok input dan distributor beroperasi di bawah kendali perusahaan. Selain
itu, perusahaan juga membutuhkan perubahan mendasar dan terkoordinasi di fungsi
bisnis mereka agar sukses. Kustomisasi massal tidak hanya tentang pemasaran dan
produksi tetapi juga riset dan pengembangan produk, rantai pasokan, dan
infrastruktur teknologi.
b. Teknologi terus berkembang. Perusahaan tidak bisa mengandalkan teknologi lama
untuk mendukung teknik ini. Pesaing baru dapat muncul dengan teknologi baru,
membuat perusahaan menjadi tidak lagi kompetitif. Demikian juga, investasi ke
teknologi baru juga mengandung risiko dan belum tentu menghasilkan kesuksesan
yang diharapkan.
c. Biaya bertambah. Kompleksitas semakin meningkat seiring dengan peningkatan
jumlah pelanggan. Perusahaan harus menangani berbagai kebutuhan dan keinginan
pelanggan yang berbeda-beda.
d. Pelanggan tidak lagi bersedia membayar premium adalah alasan lain kegagalan
kustomisasi massal. Semakin banyak perusahaan yang mengadopsi kustomisasi
massal, semakin banyak alternative bagi pelanggan. Mereka secara rasional akan
memilih perusahaan yang menawarkan harga yang lebih murah. Mereka dapat segera
beralih ke perusahaan lain ketika tidak puas dengan salah satu perusahaan.

########### SELAMAT BELAJAR ###########

Anda mungkin juga menyukai