DISUSUN OLEH :
Kelas : S1 Farmasi 3A
Kelompok/Golongan : A7/A2
2021
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah Mahasiswa menyelesaikkan Modul Praktikum 4 di harapkkan dapat
menyelesaikkan kasus - kasus yang berhubungan dengan peraturan menteri
kesehatan republik Indonesia nomor 73 tahun 2016 tentang standar pelayanan
kefarmasian di apotek dan peraturan menteri kesehatan republik Indonesia nomor
20 tahun 2019 tentang penyelenggaraan pelayanan telemedicine antar fasilitas
pelayanan kesehatan serta dapat menguasai prinsip perundang-undangan dan etika
kefarmasian dalam melaksanakan peran sebagai farmasis yang diharapkkan dapat
bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang keahliannya sesuai dengan kode etik
yang mengatur
II. KASUS PRAKTIKUM
1. Seorang pasien datang ke Apotek untuk membeli obat alergi kemudian
apoteker memberikan Cetirizine. Pasien tersebut setelah minum obat yang
diberikan apoteker pasien tiba-tiba saat bekerja mengalami ngantuk. Setelah
ditelusuri ternyata Apoteker lupa tidak memberitahu efek samping dari obat
cetirizine.
2. Apotek Sehat Sentosa milik apoteker Ima tidak mengirimkan laporan
pelayanan kefarmasian selama 1,5 tahun secara berjenjang kepada dinas
kesehatan kota , provinsi maupun kepada dinas kesehatan yang sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan pada undang-undang Melanggar pasal
berapakah kasus tersebut
3. Seorang Apoteker dengan nama Tn. F mempunyai sebuah apotek, apoteker
tersebut melakukan suatu pelayanan kefarmasian di apoteknya. Dalam
melakukan pelayanan kefarmasiannya apoteker tersebut diduga melakukan
suatu pelanggaran berupa tidak dilakukannya pelaporan mengenai pelayanan
kefarmasiannya. Kemudian dilakukan suatu pembinaan dan pengawasan
terhadap apoteker tersebut di apoteknya. Namun dalam pembinaan dan
pengawasannya Kepala Dinas Keshatan Provinsi tidak ikut serta dalam
pembinaan dan pengawasan tersebut.
4. Suatu apotek X membuat suatu produk berupa krim, yaitu krim siang dan krim
malam. Apotek tersebut meracik sendiri dan tidak ada label formula krim
tersebut yang tidak diketahui oleh konsumen. Dan apotek tersebut menjual
jamu tradisional dari seorang sales tanpa mengetahui kandungan dalam jamu
tersebut secara rinci.
5. Sebuah fasilitas pelayanan kesehatan dalam menyelenggarakan pelayanan
telemidicine tidak memenuhi persyaratan sumber daya manusia yaitu pemberi
konsultasi bukan merupakan seorang yang meliki kompetensi di bidang
kesehatan.
6. Sebuah fasilitas pelayanan kesehatan dalam menyelenggarakan pelayanan
telemidicine meminta data pasien yang ingin berkonsultasi namun pihak
pemberi konsultasi tidak dapat menjamin kerahasiaan data pasien tersebut.
7. Sebuah fasilitas pelayanan kesehatan dalam menyelenggarakan pelayanan
telemidicine tidak bersedia menerima konsultasi selama 24 (dua puluh empat)
jam dalam sehari, 7 (tujuh) hari dalam seminggu.
III. UNDANG-UNDANG / PASAL TERKAIT KASUS
Kasus 1
Pasal Bunyi pasal
Pasal 2C Pengaturan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
bertujuan untuk:
c. melindungi pasien dan masyarakat dari
penggunaan Obat yang tidak rasional dalam rangka
keselamatan pasien (patient safety).
Pasal 3 point c :
Point C Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Point G point g :
Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Kasus 2
Pasal Bunyi pasal
Pasal 8 Apotek wajib mengirimkan laporan Pelayanan
Kefarmasian secara berjenjang kepada dinas kesehatan
kabupaten/kota, dinas kesehatan provinsi, dan
kementerian kesehatan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 11 (2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Ayat 2 disampaikan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu)
tahun.
Pasal 12 (1) Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Peraturan
Ayat 1 Menteri ini dapat dikenai sanksi administratif.
Pasal 12 (2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat
Ayat 2 (1) terdiri atas:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan; dan/atau
c. pencabutan izin
Kasus 3
Pasal Bunyi pasal
Pasal 3 (2) Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Ayat 2 Bahan Medis Habis Pakai sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. perencanaan;
b. pengadaan;
c. penerimaan;
d. penyimpanan;
e. pemusnahan;
f. pengendalian; dan
g. pencatatan dan pelaporan.
Pasal 7 Penyelenggarakan Pelayanan Kefarmasian di Apotek
wajib mengikuti Standar Pelayanan Kefarmasian
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini.
Pasal 8 Apotek wajib mengirimkan laporan Pelayanan
Kefarmasian secara berjenjang kepada dinas kesehatan
kabupaten/kota, dinas kesehatan provinsi, dan
kementerian kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 9 Pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan
Ayat 1 Peraturan Menteri ini dilakukan oleh Menteri, kepala
dinas kesehatan provinsi, dan kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota sesuai dengan tugas dan fungsi masing-
masing.
Pasal 10 (1) Pengawasan selain dilaksanakan oleh Menteri, kepala
ayat 1 dinas kesehatan provinsi dan kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
Ayat (1), khusus terkait dengan pengawasan sediaan
farmasi dalam pengelolaan sediaan farmasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a
dilakukan juga oleh Kepala BPOM sesuai dengan tugas
dan fungsi masing-masing.
Pasal 11 (1) Pengawasan yang dilakukan oleh dinas kesehatan
ayat 1 provinsi dan dinas kesehatan kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dan
pengawasan yang dilakukan oleh Kepala BPOM
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1)
dilaporkan secara berkala kepada Menteri.
Pasal 12 1. Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Peraturan
Menteri ini dapat dikenai sanksi administrative
2. Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada
ayat
(1) terdiri atas:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan; dan/atau
c. pencabutan izin.
Kasus 4
Pasal Bunyi pasal
Pasal 1 Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat
ayat 1 dilakukan praktik kefarmasian oleh Apoteker.
Pasal 2 Pengaturan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
Point c bertujuan untuk:
c. melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan
Obat yang tidak rasional dalam rangka keselamatan
pasien (patient safety).
Pasal 3 (1) Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek meliputi
Ayat 1 standar:
a. pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai; dan
b. pelayanan farmasi klinik.
Pasal 6 Penyelenggaraan Pelayanan Kefarmasian di Apotek harus
menjamin ketersediaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang aman,
bermutu, bermanfaat, dan terjangkau
Pasal 12 (1) Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Peraturan
Menteri ini dapat dikenai sanksi administratif.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) terdiri atas:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan; dan/atau
c. pencabutan izin.
Kasus 5
Pasal Bunyi pasal
Pasal 7 (1) Fasyankes Pemberi Konsultasi sebagaimana
Point A,B dimaksud dalam Pasal 5 memiliki tugas:
a. menetapkan sumber daya manusia dalam
melaksanakan Pelayanan Telemedicine;
b. menetapkan standar prosedur operasional
Pelayanan Telemedicine melalui keputusan
kepala/direktur rumah sakit;
Pasal 8 Fasyankes Pemberi Konsultasi dan Fasyankes Peminta
Point A Konsultasi yang menyelenggarakan Pelayanan
Telemedicine harus memenuhi persyaratan yang meliputi:
a. sumber daya manusia;
Pasal 9 (1) Sumber daya manusia sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 huruf a pada Fasyankes Pemberi Konsultasi
terdiri atas:
a. dokter;
b. dokter spesialis/dokter subspesialis;
c. tenaga kesehatan lain; dan
d. tenaga lainnya yang kompeten di bidang teknologi
informatika.
(2) Selain sumber daya manusia sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Fasyankes Pemberi Konsultasi dapat
memiliki ahli lain di bidang kesehatan.
(3) Dokter spesialis/dokter subspesialis dan ahli lain
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan ayat (2)
merupakan sumber daya kesehatan yang memberikan
Expertise dan memiliki kompetensi sesuai dengan jenis
Pelayanan Telemedicine.
Pasal 10 (3) Dalam hal Fasyankes Peminta Konsultasi tidak
Ayat 3 memiliki
dokter/dokter spesialis sebagaimana dimaksud pada ayat
ayat (2), konsultasi dapat dilakukan oleh bidan atau
perawat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan.
Pasal 14 (2) Jawaban konsultasi sebagaimana dimaksud pada ayat
Ayat 2 (1) berupa pertimbangan medis dari dokter
spesialis/dokter subspesialis dan/atau ahli lainnya yang
terkait terhadap tindakan atau penatalaksanaan pasien
pada pelayanan telekonsultasi klinis
Kasus 6
Pasal Bunyi pasal
Pasal 17 Fasyankes Pemberi Konsultasi dalam melaksanakan
Ayat 2b Pelayanan Telemedicine memiliki kewajiban:
b; menjaga kerahasiaan data pasien
Kasus 7
Pasal Bunyi pasal
Pasal 17 Penyelenggaraan pelayanan telemedicine antar fasilitas
Ayat 2d pelayanan kesehatan Fasyankes Pemberi Konsultasi
Permenkes dalam melaksanakan Pelayanan Telemedicine memiliki
no. 20 tahun kewajiban menyediakan waktu konsultasi 24 (dua puluh
2019 empat) jam dalam sehari, 7 (tujuh) hari dalam seminggu.
b. Pembahasan
Pada kasus ini sebuah pelayanan kesehatan menyelenggarakan
pelayanan telemedicine tetapi tidak menerima atau tidak bersedia selama 24
jam dalam sehari,7 hari dalam seminggu. Padahal pada Permenkes no 20
tahun 2019 pasal 17 ayat 2 poin d dijelaskan bahwa Fasyankes Pemberi
Konsultasi dalam melaksanakan Pelayanan Telemedicine memiliki
kewajiban:
a.)menyampaikan jawaban konsultasi dan/atau memberikan
Expertise sesuai standar;
b.)menjaga kerahasiaan data pasien;
c.)memberikan informasi yang benar, jelas, dapat
dipertanggungjawabkan, dan jujur mengenai hasil konsultasi dan/atau
Expertise; dan
d.menyediakan waktu konsultasi 24(dua puluh empat)jam dalam
sehari, 7(tujuh) hari dalam seminggu.
Pada kasus 7 ini fasyankes telah melanggar Permenkes No 20 tahun
2019 pasal 17 ayat 2 poin D. Fasyankes telah mengabaikan kewajibannya
untuk menyediakan waktu konsultasi 24 jam dalam sehari dan 7 hari dalam
seminggu. Fasyankes baik pemerintah maupun swasta dilarang menolak
peminta konsultasi karena sudah memiliki kewajiban seperti yang tercantum
pada Permenkes no 20 tahun 2019 pasal 17 ayat 2 poin d.
Fasyankes sebaiknya bisa memberikan pelayanan dengan tanggap dan
bisa berkomunikasi yang baik dan dapat dipahami oleh peminta konsultasi.
Hubungan dengan farmasis yaitu dalam fasilitas pelayanan kesehatan
Fasyankes Pemberi Konsultasi dalam melaksanakan Pelayanan Telemedicine
memiliki kewajiban pelayanan telemedicine harus bersedia menyediakan
waktu konsultasi 24 jam dalam seminggu (7 hari)
V. KESIMPULAN
Menurut Permenkes no. 20 tahun 2019 Pasal 17 ayat 2 poin D Penyelenggaraan
pelayanan telemedicine antar fasilitas pelayanan kesehatan Fasyankes Pemberi
Konsultasi dalam melaksanakan Pelayanan Telemedicine memiliki kewajiban
menyediakan waktu konsultasi 24 (dua puluh empat) jam dalam sehari, 7 (tujuh)
hari dalam seminggu.
VI. DAFTAR PUSTAKA