Cerita Illustrasi Mengikhlaskan
Cerita Illustrasi Mengikhlaskan
Bila gula dicampur teh dan dimasak dengan air namanya “Teh Manis”, bukan Teh Gula.
Disitu nama gula juga tidak disebut.
Tetapi jika rasa kopinya pahit, siapa yang disalahkan? Tentu gula-lah yang disalahkan,
karena terlalu sedikit hingga rasanya menjadi pahit.
Dan jika rasa kopi terlalu manis, siapa yang disalahkan? Tentu gula lagi yang disalahkan,
karena terlalu banyak hingga rasanya menjadi kemanisan.
Namun jika takaran kopi & gula imbang, siapa yang dipuji...? Tentu semua akan berkata...
“Kopinya mantaaap.” Gula tidak mendapat pujian.
Begitulah fenomena kehidupan. Kadang kebaikan tak pernah disebut orang, tapi
kesalahan akan dibesar-besarkan.
Kendati begitu tetaplah seperti gula, ia tetap memberi rasa manis meskipun namanya tak
pernah disebut dan tak pernah mendapat pujian. Meski namanya tak pernah disebut
dalam kopi manis atau teh manis namun semua orang tau bahwa peranan gula sangatlah
signifikan. Begitulah hakekat ikhlas, perbuatan yang tak butuh pujian.
Maka tetaplah semangat menebar kebaikan. Karena kebaikan tidak untuk disebut, tapi
untuk dirasakaan.
Dari Abu Hurairah, RA, Rasulullah SAW pernah bersabda,
"Sesungguhnya Allah tidak melihat (menilai) bentuk tubuhmu dan
tidak pula menilai kebagusan wajahmu, tetapi Allah melihat (menilai)
keikhlasan hatimu”.
(HR. Muslim)