Anda di halaman 1dari 7

MATERI AKIDAH AKHLAK

KEGIATAN RAMADHAN TAHUN 2023 M/1444 H


Petunjuk Pembelajaran :

1. Satu cerita satu kali pertemuan


2. Siswa diminta membaca (ditunjuk 1 orang membaca), siswa lain mendengarkan dan menyimak
3. Siswa diminta untuk membentuk kelompok
4. Setiap kelompok menuliskan Pokok-pokok yang terdapat di dalam isi materi tersebut.
5. Guru mempersilahkan setiap kelompok untuk membacakan isi pokok yang terdapat didalam
materi
6. Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan isi materi
7. Guru memberikan penguatan terhadap isi materi

1. Ikhlas Tak Harus Beralasan


Oleh : Farah Adibah

Terik siang itu ditambah beberapa masalah yang hadir tanpa diundang, baik urusan kantor maupun
pribadi membuatku tidak semangat, termasuk pekerjaan yang biasanya kusuka, mengitari jalan-jalan
kota. Aku bagian dari sebuah keluarga, mengantarkan anak-anak ke sekolah atau sekedar main
termasuk tugasku. Walau diawali dengan bismillah, hati ini belum bisa tenang.

Aku berangkat dengan setengah hati. Tak boleh memang, merenung sambil nyetir, tapi itulah yang
sedang kulakukan. Tiba-tiba lamunanku dipaksa berhenti, lampu merah itu telah mengundang
seorang waria mendekati mobil yang kukendarai. Setengah dongkol ku kibaskan tangan dan
tampangku mungkin kusut sekali. Waria itu pergi bersungut-sungut, mungkin sambil memaki karena
kulihat bibirnya bergerak tak bersahabat. Begitu juga aku "Uh, pemalas banget sih.. ga punya rasa
syukur sama sekali, ngemis pula lagi!" Kata-kata itu mengalir dalam hati tanpa bisa ku rem sama
sekali.

Di persimpangan berikutnya, kembali aku terhalang oleh lampu merah. Hatiku masih belum bisa
kompromi walau telah banyak doa yang kulantunkan. Hingga akhirnya, ada seorang yang membawa
kemoceng menyapukan kemocengnya ke kaca depan mobil. Kembali aku gerah.

Dengan gerakan yang sama seperti kepada waria tadi, kuisyaratkan untuk tidak meneruskan, tapi dia
tak peduli. "Ah, biar saja... toh aku ga nyuruh kok!" Hatiku membatin. Ketika dia minta aku untuk
membayar atas jasanya, aku pura-pura tidak mendengar. "Toh, aku ga minta kok". Dia pergi tanpa
ekpresi.

Lagi, di persimpangan berikutnya .. lampu merah lagi ! Kali ini, dari kejauhan aku melihat dua anak
berusia sekitar dua belas tahun menggendong seorang bayi sedang mengemis.

Entah kenapa, hatiku sangat yakin anak dalam gendongan itu bukan bayi mereka atau adik-adik
mereka. Betapa teganya orang memperdagangkan anak di bawah umur. Kaca mobil ku turunkan
perlahan, ingin mengamati dengan seksama kedua anak tadi. Ada rasa kesian bercampur kesal. Ah,
apakah memang sulit sekali untuk hidup? Tiba-tiba sebuah alunan harmonika membuatku tersentak
dari lamunan, renungan .. dan semua bisikan hati.

Seorang laik-laki kurus, berbaju kumal sedang melantunkan suara harmonikanya. Tak sadar aku
terhanyut.. masalahku seakan melayang bersama alunan harmonikanya. Walaupun gitu, sepeser uang
Pengawas Madrasah (Aab Syihabuddin) 1
yang diharapkannya tak kunjung ku beri .. karena dari tadi, aku masih mempersoalkan cara mereka
mencari nafkah.

Penolakanku dijawabnya dengan senyum sembari berkata "Semoga Allah memudahkan semua
urusan Ibu". Suara itu terdengar begitu tulus.. Ketika tanganku berusaha merogoh uang di kantong
dia telah berlalu seiring lampu hijau yang menyala. Tetes air mata tiba-tiba meleleh .. Aku menyesal.
"Haruskah keikhlasan dibatasi oleh banyak alasan ?" Uang itu masih ku genggam di tangan.

Andai aku bisa kembali dan memberikannya, tapi saat itu tidak mungkin karena jalan yang kulalui
satu jalur. Senyum dan doa itu begitu tulus.. Hatiku perih, betapa egoisnya aku, hanya memikirkan
masalah yang kuhadadapi. Bagaimana dia ? Mungkin bibirnya sudah penat dari tadi meniup
harmonika ditambah rasa haus di terik siang, tapi bibir itu masih lentur digerakkan untuk tersenyum.

Mungkin putera-puterinya sedang menunggu uang yang dikumpulkannya untuk membayar SPP atau
mungkin bayinya sedang haus kehabisan susu. Ah..... Sementara aku, masih bisa berleha-leha di
sebuah mobil ber-ac. Betapa tidak bersyukurnya aku.

Doanya mungkin diijabah, masalahku seakan terselesaikan begitu saja. "Ya Rabb, ampuni hamba-
Mu. Beri aku kesempatan untuk jadi seorang pecinta, seperti cinta yang Kau tebarkan pada seluruh
makhluk-Mu."

"Ikhlas itu mencakup dua hal, yaitu menyertakan niat dan membebaskannya dari berbagai noda" (Dr.
Yusuf Qhardawy)' ..Demi keuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali
hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka." (Q.S Shad [38] : 82-83). Ikhlas tidak dibatasi
oleh alasan, karena ikhlas hanya bertujuan untuk mencari keridhaan Allah semata. Semoga aku bisa...
***

2. Belajar Bersyukur
Seorang Ibu terlihat gusar, setelah melihat tumpukan piring kotor di dapurnya. Semua itu bekas
makan siang beberapa orang tamu yang baru saja berkunjung. Bukan karena banyaknya cucian
piring, tetapi masih terlihatnya potongan-potongan daging bersisa, belum lagi sisa nasi yang masih
menumpuk di piringnya. Ah… padahal untuk menyediakan lauk pauk itu tentu si ibu mesti
mengeluarkan uang yang tidak sedikit. Semua itu demi menjamu tamunya.
Kalau saja para tamu itu hanya memakan daging dan mengambil nasi secukupnya saja, tentu tidak
akan ada makanan bersisa di piring kotor. Dan anak-anaknya bisa ikut menikmati sebagian daging
utuh lainnya. Melihat sisa potongan daging itu, si Ibu bingung, mau di buang ... sayang... mau di olah
lagi… sudah kotor bercampur sisa makanan lain…. tapi Alhamdulillah tetangga sebelah punya
kucing… mungkin ini rezeki si kucing.

***

“Jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan dapat menentukan jumlahnya.
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nahl:18).

Begitu banyak nikmat yang diberikan oleh Allah kepada kita. Nikmat iman, nikmat sehat, nikmat
penghidupan (harta, ilmu, anak, waktu luang, ketentraman, dan lain-lain) serta nikmat-nikmat lain
yang tak terkira. Namun dengan sekian banyak nikmat yang Allah berikan seringkali kita lupa dan
menjadikan kita makhluk yang sedikit sekali bersyukur, bahkan tidak bersyukur, Na'udzubillahi min
dzalik…

Pengawas Madrasah (Aab Syihabuddin) 2


Seringkali kita baru menyadari suatu nikmat bila nikmat itu di ambil atau hilang dari siklus hidup
kita. Ketika sakit, baru kita ingat semasa sehat, bila kita kekurangan baru kita ingat masa-masa hidup
cukup.

Syukur diartikan dengan memberikan pujian kepada yang memberi kenikmatan dengan sesuatu yang
telah diberikan kepada kita, berupa perbuatan ma’ruf dalam pengertian tunduk dan berserah diri
pada-Nya.
Cobalah kita memikirkan setiap langkah yang kita lakukan. Bila makan tak berlebihan dan bersisa.
Bayangkan, di tempat lain begitu banyak orang yang kesulitan dan bekerja keras demi untuk mencari
sesuap nasi. Bahkan banyak saudara-saudara kita yang kurang beruntung, mencari makan dari tong-
tong sampah. Lantas sedemikian teganyakah kita menyia-nyiakan rezeki makanan yang didapat
dengan berbuat mubazir.
Ketika punya waktu luang malah dipergunakan untuk beraktivitas yang tidak bermanfaat bahkan
cenderung merugikan orang lain. Kala tubuh sehat, malah lebih banyak dipakai dengan
melangkahkan kaki ke tempat tak berguna. Tidak terbayangkah bila nikmat itu hilang dengan
datangnya penyakit atau musibah lainnya. Ah... alangkah ruginya… karena semuanya menjadi
percuma disebabkan tidak bersyukurnya kita atas nikmat. Bahkan karena sikap-sikap tadi yang
didapat hanyalah dosa dan murka-Nya. Na'udzubillah….

Kita harus berusaha mengaktualisasikan rasa syukur kita dari hal-hal yang sederhana. Setiap aktifitas
sekecil apapun usahakan untuk selalu sesuai aturan-Nya, selaku pencipta kita. Kerusakan yang
sekarang timbul di sekeliling kita tidak lain karena sikap kufur nikmat sebagian dari kita. Bayangkan,
negara yang kaya akan sumber daya alam, tetapi sebagian besar rakyatnya miskin.

Untuk itu, tidak ada salahya bila kita mulai dari diri dan keluarga, belajar bersyukur atas nikmat yang
Allah berikan. Agar nikmat itu jangan sampai menjadi naqmah (balasan siksa), karena kufur akan
nikmat-Nya. Mulailah untuk sering melihat kondisi orang-orang yang berada di bawah kita. Jika
sudah, tentulah kita akan lebih banyak mengatakan “Alhamdulillah”. Seperti dalam hadits Rasulullah
Saw, ”Perhatikanlah orang yang berada di bawah tingkatanmu (dalam urusan duniawi), dan jangalah
kamu memandang kepada orang yang berada di atasmu. Itu lebih layak bagimu supaya kamu tidak
menghina pemberian Allah kepadamu.” (HR.Muslim).

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kehilangan nikmat (yang telah Engkau berikan), dari
siksa-Mu yang mendadak, dari menurunkannya kesehatan (yang engkau anugrahkan) dan dari setiap
kemurkaan-Mu.” (HR. Muslim dari Ibnu Umar).
3. Dendam Kesumat
Rasulullah saw bersabda: "Sesungguhnya lelaki yang sangat dimurkai Allah adalah seseorang yang
sangat pendendam (dalam rasa permusuhannya)". (HR.Imam Muslim)

Dalam kebidupan ini rasanya tidak ada seorang manusiapun yang tidak bersalah, terkadang kesalahan
tersebut terjadi berulang kali, kemudian timbul kesadaran dan peenyesalan atas semua kesalahan
yang telah terjadi itu, namun kerena kealpaan dan kelemahan diri, kesalahan tersebut kemudian
terulang lagi.

Sungguh tepat apa yang dikatakan oleh A1-Quran : "Sesungguhnya manusia itu sangat zhalim dan
bodoh"(QS.al-Ahdzab:72).
Sekalipun demikian kelakuan manusia, Allah SWT masih membukakan pintu maaf, ampunan dan
hidayahNya bagi manusia yang telah melakukan kesalahan itu dengan syarat manusia itu bersedia
untuk minta ampun dan minta maaf. Allah sendiri telah mensifati diriNya dengan sifat pengampun
dan sangat pemaaf (Ghafur al-Rahim). Dalam surah al-A'raf 7 Allah berfirman : "RahmatKu
Pengawas Madrasah (Aab Syihabuddin) 3
mencakup segala sesuatu". Bahkan dalam sebuah hadits qudsi Allah berfirman : "Sesungguhnya
rahmatKu mengalahkan kemarahanKu". (HR. Bukhari dan Muslim).

Bagi kita dalam menata hidup dalam kebersamaan di bumi Indonesia ini sudah sepatutnya
mengambil hikmah dibalik sifat rahman dan rahimNya Allah. yaitu dengan mensosialisasikan sifat
suka memaafkan dan penyayang diantara sesama manusia Bukankah kita sendiri juga banyak
melakukan kesalahan dan kekhilafan.
Dalam hadits tersebut diatas secara eksplisit dipahami bahwa Allah murka kepada seseorang yang
memendam rasa permusuhan yang dalam kepada sesama manusia, dan apabila dipahami secara
implisit ialah bahwa Allah menyukai orang-orang yang pemaaf. Dengan sifat suka memaafkan
kesalahan orang lain tentu akan melahirkan rasa malu dan menyesal di hati orang yang tadinya
bersalah itu, hal ini akan lebih memotivasinya untuk melakukan perbaikan diri di masa mendatang,
tetapi apabila disikapi dengan sikap yang konfrontatif dan memojokkan orang yang bersalah tersebut
justru akan melahirkan sikap pembelaan diri yang disertai dengan hilangnya rasa persaudaraan di hati
sanubari, dan hal ini akan memudahkan seseorang melakukan sikap dan tindakan yang irasional dan
brutal.

Salah satu sebab sukses dan berhasilnya dakwah Rasulullah SAW adalah karena sifat pemaaf Beliau,
begitu buruk perlakuan kafir Quraisy pada Beliau namun disikapi dengan sifat pemaaf sehingga
banyak orang yang tadinya musuh berbalik menjadi sahabat setianva.

Dalam menata kehidupan berbangsa di bumi Indonesia ini yang multi suku, sifat dan karakter pemaaf
harus dikemukakan agar supaya kehidupan berlangsung dengan tenang, bebas dan ketakutan serta
kecemasan. Di Akhirat nanti Allah akan membalasinya dengan rahmah dan maghfirahNya.
Rasulullah pernah menyebutkan tentang tiga perkara yang akan meringankan hisab (Hari Hisab)
nanti di hari Kiamat serta mendapat tempat di Syurga yaitu : Pertama, orang yang suka memberi
kepada seseorang yang tidak mau memberi. Kedua. memaafkan kesalahan orang yang telah berlaku
zhalim padamu. Ketiga, menyambung hubungan silaturrahim terhadap orang yang telah
memutuskannya. (HR alHakim).

Sungguh mulia sekali seseorang yang mampu mewujudkan dan mengaplikasikan ketiga sifat mulia
ini dalam kehidupannya, kalau hal ini sudah melekat dalam diri seseorang maka akan tampillah
manusia yang berbudi luhur, dan hal ini akan berdampak baik dalam kehidupan bermasyarakat yaitu
terciptanya keharmonisan dan kedamaian. Sungguh tidak pantas sikap yang ditampilkan oleh
segelintir manusia yang berusaha untuk menyebarkan isu-isu dan berita-berita yang mengarah kepada
kebrutalan yang loss control. serta mengandung potensi terjadinya perpecahan yang merugikan
semua, dan hal ini sangat bertentangan dengan ajaran yang dibawa oleh Nabi manapun.

Untuk memelihara kesatuan dan kesejahteraan dalam kehidupan ini marilah kita menjauhi sifat
dendam dan rasa permusuhan karena hal itu akan menghilangkan rasa damai dan rasa aman sehingga
merugikan diri kita semua dan akan mendatangkan adzab dan Allah Swt.

4. Bosan Hidup
Seorang pria mendatangi Sang Master, dia berkata "Guru, saya sudah bosan hidup. Sudah jenuh betul. Rumah
tangga saya berantakan. Usaha saya kacau. Apapun yang saya lakukan selalu berantakan. Saya ingin mati."
Sang Master tersenyum, "Oh, kamu sakit."
"Tidak Master, saya tidak sakit. Saya sehat. Hanya jenuh dengan kehidupan. Itu sebabnya saya ingin mati."
Seolah-olah tidak mendengar pembelaannya, sang Master meneruskan, "Kamu sakit. Dan penyakitmu itu
sebutannya, 'Alergi Hidup'. Ya, kamu alergi terhadap kehidupan."
Banyak sekali di antara kita yang alergi terhadap kehidupan. Kemudian, tanpa disadari kita melakukan hal-hal
yang bertentangan dengan norma kehidupan. Hidup ini berjalan terus. Sungai kehidupan mengalir terus, tetapi
kita menginginkan status-quo. Kita berhenti di tempat, kita tidak ikut mengalir. Itu sebabnya kita jatuh sakit.
Pengawas Madrasah (Aab Syihabuddin) 4
Kita mengundang penyakit. Resistensi kita, penolakan kita untuk ikut mengalir bersama kehidupan membuat
kita sakit.
Yang namanya usaha, pasti ada pasang-surutnya. Dalam hal berumah-tangga, bentrokan-bentrokan kecil itu
memang wajar, lumrah. Persahabatan pun tidak selalu langgeng, tidak abadi. Apa sih yang langgeng, yang
abadi dalam hidup ini? Kita tidak menyadari sifat kehidupan. Kita ingin mempertahankan suatu keadaan.
Kemudian kita gagal, kecewa dan menderita.
"Penyakitmu itu bisa disembuhkan, asal kamu ingin sembuh dan bersedia mengikuti petunjukku." demikian
sang Master.
"Tidak Guru, tidak. Saya sudah betul-betul jenuh. Tidak, saya tidak ingin hidup." pria itu menolak tawaran
sang guru.
"Jadi kamu tidak ingin sembuh. Kamu betul-betul ingin mati?"
"Ya, memang saya sudah bosan hidup."
"Baik, besok sore kamu akan mati. Ambillah botol obat ini. Setengah botol diminum malam ini, setengah botol
lagi besok sore jam enam, dan jam delapan malam kau akan mati dengan tenang."
Giliran dia menjadi bingung. Setiap Master yang ia datangi selama ini selalu berupaya untuk memberikannya
semangat untuk hidup. Yang satu ini aneh. Ia bahkan menawarkan racun. Tetapi, karena ia memang sudah
betul-betul jenuh, ia menerimanya dengan senang hati.
Pulang kerumah, ia langsung menghabiskan setengah botol racun yang disebut "obat" oleh Master edan itu.
Dan, ia merasakan ketenangan sebagaimana tidak pernah ia rasakan sebelumnya.
Begitu rileks, begitu santai!
Tinggal 1 malam, 1 hari, dan ia akan mati. Ia akan terbebaskan dari segala macam masalah. Malam itu, ia
memutuskan untuk makan malam bersama keluarga di restoran Jepang. Sesuatu yang sudah tidak pernah ia
lakukan selama beberapa tahun terakhir. Pikir-pikir malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis.
Sambil makan, ia bersenda gurau.
Suasananya santai banget!
Sebelum tidur, ia mencium bibir istrinya dan membisiki di kupingnya, "Sayang, aku mencintaimu."
Karena malam itu adalah malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis!
Esoknya bangun tidur, ia membuka jendela kamar dan melihat ke luar. Tiupan angin pagi menyegarkan
tubuhnya. Dan ia tergoda untuk melakukan jalan pagi.
Pulang kerumah setengah jam kemudian, ia menemukan istrinya masih tertidur. Tanpa membangunkannya, ia
masuk dapur dan membuat 2 cangkir kopi. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk istrinya. Karena pagi itu adalah
pagi terakhir,ia ingin meninggalkan kenangan manis!
Sang istripun merasa aneh sekali Selama ini, mungkin aku salah. "Maafkan aku, sayang."
Di kantor, ia menyapa setiap orang, bersalaman dengan setiap orang. Stafnya pun bingung, "Hari ini, Boss kita
kok aneh ya?" Dan sikap mereka pun langsung berubah. Mereka pun menjadi lembut. Karena siang itu adalah
siang terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis!
Tiba-tiba, segala sesuatu di sekitarnya berubah. Ia menjadi ramah dan lebih toleran, bahkan apresiatif terhadap
pendapat-pendapat yang berbeda.
iba-tiba hidup menjadi indah. Ia mulai menikmatinya. Pulang kerumah jam 5 sore, ia menemukan istri tercinta
menungguinya di beranda depan.
Kali ini justru sang istri yang memberikan ciuman kepadanya, "Sayang, sekali lagi aku minta maaf, kalau
selama ini aku selalu merepotkan kamu."
Anak-anak pun tidak ingin ketinggalan, "Pi, maafkan kami semua. Selama ini, Papi selalu stres karena perilaku
kami."
Tiba-tiba, sungai kehidupannya mengalir kembali. Tiba-tiba, hidup menjadi sangat indah. Ia mengurungkan
niatnya untuk bunuh diri. Tetapi bagaimana dengan setengah botol yang sudah ia minum, sore sebelumnya?
Ia mendatangi sang Guru lagi.
Melihat wajah pria itu, rupanya sang Guru langsung mengetahui apa yang telah terjadi, "Buang saja botol itu.
Isinya air biasa. Kau sudah sembuh, Apa bila kau hidup dalam kekinian, apabila kau hidup dengan kesadaran
bahwa maut dapat menjemputmu kapan saja, maka kau akan menikmati setiap detik kehidupan.
Leburkan egomu, keangkuhanmu, kesombonganmu. Jadilah lembut, selembut air. Dan mengalirlah bersama
sungai kehidupan. Kau tidak akan jenuh, tidak akan bosan. Kau akan merasa hidup. Itulah rahasia kehidupan.
Itulah kunci kebahagiaan. Itulah jalan menuju ketenangan."
Pria itu mengucapkan terima kasih dan menyalami Sang Guru, lalu pulang ke rumah, untuk mengulangi
pengalaman malam sebelumnya. Konon, ia masih mengalir terus. Ia tidak pernah lupa hidup dalam kekinian.
Itulah sebabnya, ia selalu bahagia, selalu tenang, selalu HIDUP!!!
Pengawas Madrasah (Aab Syihabuddin) 5
Hidup?
Bukanlah merupakan suatu beban yang harus dipikul?. Tapi merupakan suatu anugrah untuk dinikmati

5. Goresan di mobil
Tersebutlah seorang pengusaha muda dan kaya. Ia baru saja membeli mobil mewah, sebuah
Jaguar yang mengkilap. Kini, sang pengusaha, sedang menikmati perjalanannya dengan mobil baru itu.
Dengan kecepatan penuh, dipacunya kendaraan itu mengelilingi jalanan tetangga sekitar dengan penuh
rasa bangga dan prestise.
Di pinggir jalan, tampak beberapa anak yang sedang bermain sambil melempar sesuatu.
Namun, karena berjalan terlalu kencang, tak terlalu diperhatikannya anak-anak itu.
Tiba-tiba, dia melihat seseorang anak kecil yang melintas dari arah mobil-mobil yang di parkir
di jalan. Tapi, bukan anak-anak yang tampak melintas sebelumnya.
"Buk....!" Aah..., ternyata, ada sebuah batu seukuran kepalan tangan yang menimpa Jaguar itu
yang dilemparkan si anak itu. Sisi pintu mobil itupun koyak, tergores batu yang dilontarkan seseorang.
"Cittt...." ditekannya rem mobil kuat-kuat. Dengan geram, dimundurkannya mobil itu menuju
tempat arah batu itu di lemparkan. Jaguar yang tergores, bukanlah perkara sepele. Apalagi, kecelakaan
itu dilakukan oleh orang lain, begitu pikir sang pengusaha dalam hati. Amarahnya memuncak. Dia pun
keluar mobil dengan tergesa-gesa. Di tariknya anak yang dia tahu telah melempar batu ke mobilnya,
dan di pojokkannya anak itu pada sebuah mobil yang diparkir.
"Apa yang telah kau lakukan? Lihat perbuatanmu pada mobil kesayanganku! Lihat goresan
itu", teriaknya sambil menunjuk goresan di sisi pintu. "Kamu tentu paham, mobil baru jaguarku ini
akan butuh banyak ongkos di bengkel untuk memperbaikinya."Ujarnya lagi dengan kesal dan geram,
tampak ingin memukul anak itu.
Si anak tampak menggigil ketakutan dan pucat, dan berusaha meminta maaf. "Maaf Pak, Maaf.
Saya benar-benar minta maaf. Sebab, saya tidak tahu lagi harus melakukan apa." Air mukanya tampak
ngeri, dan tangannya bermohon ampun. "Maaf Pak, aku melemparkan batu itu, karena tak ada seorang
pun yang mau berhenti...."
Dengan air mata yang mulai berjatuhan di pipi dan leher, anak tadi menunjuk ke suatu arah, di
dekat mobil-mobil parkir tadi.
"Itu disana ada kakakku yang lumpuh. Dia tergelincir, dan terjatuh dari kursi roda. Saya tak
kuat mengangkatnya, dia terlalu berat, tapi tak seorang pun yang mau menolongku. Badannya tak
mampu kupapah, dan sekarang dia sedang kesakitan.." Kini, ia mulai terisak.
Dipandanginya pengusaha tadi. Matanya berharap pada wajah yang mulai tercenung itu.
"Maukah Bapak membantuku mengangkatnya ke kursi roda? Tolonglah, kakakku terluka, tapi saya tak
sanggup mengangkatnya."
Tak mampu berkata-kata lagi, pengusaha muda itu terdiam. Amarahnya mulai sedikit reda
setelah dia melihat seorang lelaki yang tergeletak yang sedang mengerang kesakitan.
Kerongkongannya tercekat. Ia hanya mampu menelan ludah. Segera dia berjalan menuju lelaki
tersebut, di angkatnya si cacat itu menuju kursi rodanya.

Pengawas Madrasah (Aab Syihabuddin) 6


Kemudian, diambilnya sapu tangan mahal miliknya, untuk mengusap luka di lutut yang memar
dan tergores, seperti sisi pintu Jaguar kesayangannya. Setelah beberapa saat, kedua anak itu pun
berterima kasih, dan mengatakan bahwa mereka akan baik-baik saja. "Terima kasih, dan semoga
Tuhan akan membalas perbuatan Bapak."
Keduanya berjalan beriringan, meninggalkan pengusaha yang menatap kepergian mereka.
Matanya terus mengikuti langkah sang anak yang mendorong kursi roda itu, melintasi sisi jalan
menuju rumah mereka.
Berbalik arah, pengusaha tadi berjalan sangat perlahan menuju Jaguar miliknya. Dtelusurinya
pintu Jaguar barunya yang telah tergores itu oleh lemparan batu tersebut, sambil merenungkan
kejadian yang baru saja di lewatinya.
Kerusakan yang dialaminya bisa jadi bukanlah hal sepele, tapi pengalaman tadi menghentakkan
perasaannya. Akhirnya ia memilih untuk tak menghapus goresan itu. Ia memilih untuk membiarkan
goresan itu, agar tetap mengingatkannya pada hikmah ini. Ia menginginkan agar pesan itu tetap nyata
terlihat: "Janganlah melaju terlalu cepat dalam hidupmu, karena, seseorang akan melemparkan batu
untuk menarik perhatianmu."
--oo0oo—
Teman, sama halnya dengan kendaraan, hidup kita akan selalu berputar, dan dipacu untuk tetap
berjalan. Di setiap sisinya, hidup itu juga akan melintasi berbagai macam hal dan kenyataan. Namun,
adakah kita memacu hidup kita dengan cepat, sehingga tak pernah ada waktu buat kita untuk
menyelaraskannya untuk melihat sekitar?
Tuhan, akan selalu berbisik dalam jiwa, dan berkata lewat kalbu kita. Kadang, kita memang tak
punya waktu untuk mendengar, menyimak, dan menyadari setiap ujaran-Nya. Kita kadang memang
terlalu sibuk dengan bermacam urusan, memacu hidup dengan penuh nafsu, hingga terlupa pada
banyak hal yang melintas.
Teman, kadang memang, ada yang akan "melemparkan batu" buat kita agar kita mau dan bisa
berhenti sejenak.
Semuanya terserah pada kita. Mendengar bisikan-bisikan dan kata-kata-Nya, atau menunggu
ada yang melemparkan batu-batu itu buat kita, agar kita tersadar dan berhenti sejenak?

Pengawas Madrasah (Aab Syihabuddin) 7

Anda mungkin juga menyukai