Anda di halaman 1dari 33

PEDOMAN PENYELENGGARAAN

UPAYA KESEHATAN PERORANGAN

DINAS KESEHATAN KABUPATEN


PADANG PARIAMAN
TAHUN 2022
KATA PENGATAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Maha Esa yang telah melimpahkan
Berkat dan Rahmat Nya sehingga kami berhasil menyelesaikan “Pedoman
Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Perorangan Puskesmas Sungai Sariak”.
Terima kasih banyak kami haturkan kepada semua pihak yang telah membantu
dan berkontribusi sampai Pedoman ini selesai dibuat.
Mohon kritik dan saran dari semua pihak, agar kami bisa menyempurnakan
Pedoman ini.
Harapan kami mudah-mudahan “Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Perorangan Puskesmas Sungai Sariak” ini dapat memberi manfaat dan bagi
Puskesmas, sehingga mutu pelayanan bisa ditingkatkan secara berkesinambungan.
Aamiin...

Sungai Sariak, Januari 2022


Kepala Puskesmas Sungai Sariak Penyusun

dr. Hj. Fatmawati Sridewi dr. Wiwik Oktavia

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................. 1
BAB II STANDAR TENAGA DAN JADWAL PELAYANAN............... 5
BAB III STANDAR FASILITAS............................................................... 8
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN................................................ 10
BAB V LOGISTIK................................................................................. 17
BAB VI MANAJEMEN RISIKO DAN KESELAMATAN PASIEN............ 19
BAB VII KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA........................... 23
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU............................................................ 25
BAB IX PENUTUP............................................................................. 29

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG.
Pada saat pasien berkunjung ke sebuah pelayanan kesehatan, harapan pasien
adalah mendapatkan pelayanan kesehatan yang sebaik - baiknya dan dengan waktu
sesingkat-singkatnya. Pelayanan kesehatan di Puskesmas sesungguhnya tidak hanya
memberikan pelayanan medis professional, tetapi juga memberikan pelayanan umum
kepada masyarakat. Selain mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas,
pasien dan keluarga juga mengharapkan kenyamanan dan keamanan, baik dari
petugas yang profesional, kenyamanan ruang tunggu, antrian yang tidak terlalu lama,
kebersihan toilet dan lain-lain.
Pelayanan klinis di Puskesmas merupakan salah satu tempat pelayanan
pertama, dimana pasien dan keluarga pasien mendapat informasi yang jelas sebelum
pasien mendapatkan tindakan pelayanan berikutnya.
Agar bisa memberikan pelayanan yang bermutu sesuai harapan pasien dan
keluarganya, tenaga klinis di Puskesmas Sungai Sariak berupaya terus menerus
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan berusaha memenuhi segala indikator
mutu layanan.
Untuk itu perlu disusun Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Perorangan yang berlaku di lingkungan Puskesmas. Pedoman ini diharapkan bisa
menjadi dasar bagi tenaga klinis di setiap ruang pelayanan untuk membuat Panduan
Pelayaan di ruang masing – masing, sesuai spesifikasi pelayanan di ruang pelayanan
tersebut.

B. TUJUAN
a. Tujuan umum
Terwujudnya penyelenggaraan pelayanan kesehatan perorangan di Puskesmas
yang profesional dan bermutu dengan mengutamakan keselamatan pasien.

b. Tujuan khusus
1. Terciptanya pemberian pelayanan kesehatan perorangan yang berjalan dengan
baik berdasarkan SOP sehingga mutu layanan dan keselamatan pasien dapat
dimaksimalkan,

1
2. Terciptanya pemberian pelayanan kesehatan perorangan yang nyaman dengan
lingkungan yang aman,
3. Mendorong tenaga klinis bekerja secara professional dengan penuh disiplin,
bertanggung jawab, dan terpadu,
4. Meningkatnya kepuasan dan harapan pasien terhadap pelayanan kesehatan
perorangan di Puskesmas.

C. SASARAN
Sasaran dari pedoman ini adalah :
1. Semua penyelenggara pelayanan klinis; mulai dari petugas pendaftaran, rekam
medis, tenaga medis (dokter/dokter gigi), paramedis (perawat, bidan), ahli gizi,
tenaga kesehatan lingkungan, analis laboratorium, tenaga farmasi.
2. Pasien dan keluarga yang terkait untuk bekerjasama dalam pelaksanaan
pelayanan klinis di Puskesmas.

D. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pedoman pelayanan kesehatan perorangan ini adalah pelayanan
kesehatan tingkat pertama yang meliputi pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap,
pelayanan tindakan medis, pelayanan gawat darurat, dan pelayanan penunjang yang
diselenggarakan di ruang – ruang pelayanan, antara lain :
1. Pelayanan Pendaftaran,
2. Pelayanan Pemeriksaan Umum,
3. Pelayanan Pemeriksaan Lansia
4. Pelayanan Ibu dan calon pengantin,
5. Pelayanan Anak
6. Pelayanan Imunisasi,
7. Pelayanan KB dan IVA
8. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut,
9. Pelayanan Pemeriksaan TB
10. Pelayanan Konsultasi (Gizi dan Sanitasi),
11. Pelayanan Tindakan Medis dan Gawat Darurat,
12. Pelayanan Rawat Inap,
13. Pelayanan PONED,
14. Pelayanan USG

2
15. Pelayanan Laboratorium,
16. Pelayanan Farmasi,
17. Pelayanan Yankestrad
18. Pengelolaan Gudang Obat,
19. Pengelolaan Rekam Medis,
20. Pengelolaan Lingkungan Fisik Puskesmas.

E. BATASAN OPERASIONAL
1. Pelayanan pendaftaran adalah unit pelayanan yang melayani pendaftaran
pasien baru, pasien lama, dan pemberian berbagai informasi terkait dengan
pelayanan Puskesmas.
2. Pelayanan pemeriksaan umum adalah unit pelayanan yang melayani
pemeriksaan kesehatan dan pengobatan umum dewasa dan anak usia diatas
17 tahun,
3. Pelayanan Ibu adalah unit yang melayani pemeriksaan kesehatan ibu hamil, ibu
nifas , ibu menyusui,
4. Pelayanan Anak adalah unit yang melayani pemeriksaan kesehatan anak
dibawah 18 tahun dengan menggunakan algoritma MTBS dan MTBM, deteksi
dini tumbuh kembang anak dan pemberian imunisasi,
5. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah unit yang melayani pemeriksaan
dan pengobatan gigi dan mulut,
6. Pelayanan konsultasi unit yang memberikan pelayanan berupa konsultasi gizi
dan sanitasi,
7. Pelayanan tindakan medis dan gawat darurat adalah unit pelayanan yang
menangani pasien yang memerlukan tindakan medis dan pasien yang
memerlukan pertolongan segera dan melakukkan rujukan emergensi ke Rumah
sakit bila diperlukan,
8. Pelayanan rawat inap adalah unit yang melayani pasien yang memerlukan
rawat inap dan tidak memerlukan rujukan spesialis,
9. Pelayanan laboratorium adalah unit yang melayani pemeriksaan darah rutin,
urin rutin, feses rutin, pemeriksaan sputum, dan pemeriksaan lainnya yang
diperlukan untuk menunjang diagnosis,

3
10. Pelayanan obat adalah unit yang melayani pemberian obat berdasarkan resep
dari dokter dan bidan atau perawat yang mendapat pendelegasian wewenang
dari dokter, serta melakukan pelayanan informasi obat,
11. Pengelolaan gudang obat adalah unit yang menerima, menyimpan, dan
mendistribusikan obat ke ruang pelayanan obat dan ke unit pelayanan yang
merupakan jaringan Puskesmas,
12. Pengelolaan rekam medis adalah proses mempersiapkan formulir rekam medis
dan melakukan penomoran rekam medis yang diperlukan untuk pelayanan
kepada pasien baru atau pasien lama,
13. Pengelolaan Lingkungan fisik Puskesmas adalah proses penataan lingkungan
di dalam pagar Puskesmas agar tercipta suasana yang bersih, aman, dan
nyaman, sehingga tenaga kesehatan yang bekerja di Puskesmas dan para
pengunjung Puskesmas berada dalam keadaan terbebas dari kemungkinan
tertular penyakit dan akibat negative lainnya.

4
BAB II
STANDAR KETENAGAAN DAN JADWAL PELAYANAN

A . KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Semua karyawan Puskesmas wajib berpartisipasi dalam pelayanan klinis ;
mulai dokter, perawat, bidan, D3 gizi, analis kesehatan, apoteker, asisten apoteker, D3
kesling dan petugas administrasi.
Kualifikasi sumber daya manusia yang ada di pelayanan klinis Puskesmas
adalah sebagai berikut :
No Jenis Pelayanan Kualifikasi Sumber Daya
Tenaga D3 Kesehatan
Pelayanan
1 Pekarya kesehatan / lulusan
Pendaftaran
SMA
Pelayanan Dokter
2
Pemeriksaan Umum Perawat lulusan D3
Pelayanan ibu dan
3 Bidan minimal lulusan D3
Calon pengantin
Pelayanan anak dan Bidan minimal lulusan D3
4
imunisasi Perawat minimal lulusan D3
Dokter gigi
Pelayanan kesehatan
5 Perawat gigi minimal lulusan
gigi dan mulut
D3
Ahli gizi minimal lulusan D3
6 Pelayanan konsultasi gizi dan sanitarian lulusan
D3 Kesehatan lingkungan
Pelayanan tindakan
Dokter, perawat lulusan D3,
7 medis dan gawat
bidan lulusan D3
darurat
Dokter,
8 Pelayanan rawat inap Perawat S1 Ners atau
minimal lulusan D3
Pelayanan Analis kesehatan minimal
9
Laboratorium lulusan D3

10 Pelayanan Obat Apoteker atau D3 Farmasi

Pengelolaan Gudang
11 Lulusan D3 Farmasi
Obat
Penata rekam medis
Pengelolaan Rekam
12 minimal lulusan D3 rekam
Medis
medis

5
Pengelolaan
Sanitarian lulusan D3
13 Lingkungan Fisik
Kesehatan Lingkungan
yang Aman

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Distribusi dan jumlah tenaga kesehatan yang bertugas di ruang – ruang
pelayanan klinis dikoordinir oleh Kepala Puskesmas bersama Penanggung Jawab
Upaya Kesehataan Perorangan (PJ UKP) sesuai dengan analisis Beban Kerja, dan
atau sesuai dengan kesepakatan.
Jaringan
No Jenis ketenagaan Puskesmas Jumlah
(Pustu,Polindes,Poskesdes)
1 Dokter umum 2 2
2 Dokter gigi 1 1
3 Perawat 7 7
4 Bidan 27 27
5 Perawat gigi 1 1
6 Sanitarian 1 1
7 Nutrisionist 2 2
8 Asisten apoteker 1 1
9 Apoteker 1 1
10 Analis Labor 2 2
11 Promsi kesehatan 1 1
12 Cleaning Service 2 2
13 Driver 2 2

C. JADWAL PELAYANAN
a. Puskesmas Sungai Sariak melakukan pelayanan rawat jalan setiap hari Senin
sampai dengan Sabtu. Jam buka pendaftaran dan pelayanan rawat jalan
Puskesmas yaitu :
 Senin - Kamis : 08.00 - 11.30 WIB
 Jumat : 08.00 - 10.30 WIB
 Sabtu : 08.00 - 11.00 WIB

6
b. Puskesmas Sungai Sariak juga melakukan pelayanan 24 Jam, yaitu:
 Ambulance
 Pelayanan UGD
 Pelayanan Persalinan Normal
 Rawat Inap Persalinan
 Rawat Inap Umum

7
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANG:
Pelayanan klinis dilakukan oleh penyelenggara pelayanaan klinis pada tiap-tiap
ruang atau unit layanan. Setiap ruang pelayanan harus membuat denah ruang
pelayanan yang lapang, aman, nyaman, dan menyenangkan. Ruang pelayanan bisa
dihiasi dengan bermacam – macam aksesoris sesuai dengan ciri khas pelayanan di
ruangan tersebut.

B. STANDAR FASILITAS
Fasilitas yang dimaksud di sini adalah peralatan non medis dan fasilitas pendukung
layanan. Puskesmas Sungai Sariak adalah Puskesmas rawat inap. Sesuai kategori
Puskesmas, fasilitas pelayanan minimal adalah sebagai berikut :

No Nama Ruangan Fasilitas Jumlah


1 Ruang pendaftaran Meja pendaftaran, kursi, computer Menyesuaikan
2 Ruang tunggu Kursi tunggu, alat peraga, Menyesuaikan
bermacam – macam informasi
dalam bentuk poster, banner, dan
lain – lain
3 Ruang pemeriksaan Meja petugas, bed dewasa, meja Menyesuaikan
umum alat, wastafel, peralatan medis
4 Ruang pelayanan Ibu Meja petugas, bed dewasa, bed Menyesuaikan
ginekologi, lemari dan alat medis
5 Ruang pelayanan anak Meja petugas, bed anak, Menyesuaikan
6 Ruang pelayanan Meja petugas, kursi gigi (dental Menyesuaikan
kesehatan gigi dan mulut chair), sterilisator alat, peralatan
medis gigi
7 Ruang pelayanan Meja petugas, media konsultasi, Menyesuaikan
konsultasi food model, alat peraga
8 Ruang tindakan dan Bed pasien, troli alat, lemari dan alat Menyesuaikan
gawat darurat medis, sterilisator alat, wastafel
9 Ruang Pelayanan Rawat Bed pasien, meja, lemari dan alat Menyesuaikan
Inap medis, kursi, lemari kecil untuk
pasien, skiram
10 Ruang laboratorium Meja petugas, alat-alat Menyesuaikan
labor,wastafel

8
11 Ruang Pelayanan Obat Meja petugas, lemari obat, meja Menyesuaikan
untuk PIO
12 Gudang Obat Lemari obat, lemari es, tempat obat Menyesuaikan
psikotropik dan narkotika
13 Ruang rekam medic Formulir rekam medis, Rak arsip Menyesuaikan
rekam medis

9
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. LINGKUP KEGIATAN PELAYANAN


Kegiatan pelayanan klinis di Puskesmas mencakup pelayanan terhadap pasien
umum dan pasien peserta JKN KIS (PBI, BPJS kes ASN/TNI/Polri, JKN Mandiri), yang
meliputi layanan rawat jalan, layanan rawat inap non spesialis, dan layanan gawat
darurat.
Kegiatan layanan klinis terhadap pasien ini terdiri dari :
1. Pelayanan Pendaftaran Pasien,
2. Pengkajian awal untuk pasien baru dan anamnesis untuk pasien ulangan,
3. Pemesiksaan fisik dan penunjang,
4. Keputusan Klinis,
5. Rencana layanan klinis.

B. TATA LAKSANA
a. Pendaftaran Pasien
1. Metode yang dilakukan pada pendaftaran pasien menggunakan metode antrian,
2. Pasien lanjut usia atau berumur di atas 60 tahun diberikan nomor antrian khusus
karena pasien lansia diberikan prioritas untuk dilayani terlebih dahulu,
3. Untuk pasien yang baru pertama kali datang ke puskesmas, petugas pendaftaran
meminta KTP dan KK untuk identifikasi serta menanyakan apakah pasien
memakai Kartu JKN atau tidak,
4. Untuk pasien lama, petugas meminta kartu kunjungan atau kartu berobat,
5. Petugas meregistrasi pasien ke buku register berdasarkan wilayah tempat tinggal
dan memberikan nomor rekam medis,
6. Untuk pengkodean rekam medis menggunakan system family folder dengan
format 00 - 00 - 00. (kode Desa - kode Dusun/RT - kode KK).
7. Selain mendaftarkan pasien, petugas pendaftaran juga memberikan informasi
kepada pasien berupa hak dan kewajiban pasien, jenis-jenis pelayanan di
Puskesmas, jadwal pelayanan, tarif pelayanan, rumah sakit rujukan, dan lain-
lain.

10
Hak dan kewajiban pasien harus diinformasikan pada keseluruhan proses
pelayanan yang dimulai dari pendaftaran.
1. Hak-hak pasien meliputi :
a. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku
b. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien
c. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi
d. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga terhindar dari kerugian
fisik dan materi
e. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan
f. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang
mempunyai Surat Izin Praktek (SIP)
g. Mendapatkan privasi dan kerahasian penyakit yang diderita termasuk data-data
medisnya
h. Mendapatkan informasi yang meliputi diagnose dan tata cara tindakan medis,
alternative tindakkan, resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi dan prognosis
terhadap tindakan yang dilakuan serta perkiraan biaya pengobatanak/tindakan
medis yang akan dilakukan terhadap dirinya
i. Memberikan persetujuan atau menolak sebagian atau seluruh tindakan yang
akan diberikan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya
setelah menerima dan memahami informasi mengenai tindakkan tersebut secara

11
lengkap dengan pengecualian yang diatur dalam ketentuan perundang-
undangan
j. Didampingi keluarganya atau penasehatnya dalam keadaan kritis
k. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama berobat di puskesmas.
l. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan puskesmas terhadap dirinya

2. Kewajiban pasien meliputi :


a. Mentaati segala peraturan dan tata tertib di puskesmas.
b. Mematuhi segala instruksi Dokter dan tenaga paramedis (perawat, bidan, gizi
dan kesling) dalam pengobatannya
c. Memberikan informasi dengan jujur dan selengkapnya tentang penyakit yang
diderita kepada dokter yang merawat
d. Membayar restribusi sesuai perda atas jasa pelayanan puskesmas
e. Mematuhi hal-hal yang telah disepakati/diperjanjikan.

b. Pengkajian awal, rencana layanan klinis dan pelaksanaan layanan serta


rencana rujukan pada pasien meliputi :
1) Pengkajian awal
Kajian awal dilakukan oleh tenaga yang kompeten. Dalam hal ini dilakukan oleh
perawat, bidan dan dokter. Kajian awal yang paripurna meliputi kajian
keperawatan,kajian kebidanan dan kajian medis atau kajian lain oleh tenaga profesi
kesehatan sesuai dengan kebutuhan.
Informasi yang harus didapatkan pada kajian awal adalah keluhan utama
pasien, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga dan riwayat alergi.
Pengkajian awal juga mengakses kondisi biologis, sosial ekonomi, nilai - nilai budaya,
kondisi spiritual, makanan kegemaran, hobby, dan lain – lain. Kemudian dilanjutkan
dengan pemeriksaan fisik secara menyeluruh berupa ; antropometri (tinggi badan dan
berat badan) dan tanda-tanda vital seperti frekuensi nadi, frekuensi nafas, suhu,
tekanan darah. Khusus pasien anak dibawah lima tahun dilakukan pengkajian dengan
memakai algoritma MTBS dan MTBM.
Proses pengkajian awal selanjutnya adalah pengkajian medis. Dokter
melakukan anamnesis secara terstruktur dan melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh
atau pemeriksaan fisik khusus meliputi pemeriksaan mata, leher, THT, thoraks,
abdomen, ekstremitas, dan genitalia. Jika diperlukan, dilakukan pemeriksaan

12
penunjang seperti pemeriksaan laboratorium darah, urin atau feses. Semua informasi
yang didapat dicatat dalam rekam medis khusus untuk kajian awal.
2) Rencana layanan
Rencana layanan diputuskan oleh dokter atau petugas yang kompeten yang
diberi pendelegasian wewenang oleh dokter. Rencana layanan bisa berupa
pengobatan, tindakan medis, rawat inap, atau rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat
lanjut. Jika dibutuhkan, dilakukan pelayanan secara tim atau terpadu untuk kasus –
kasus tertentu seperti Hipertensi, Diabetes, Diare, Gizi buruk, dan lain - lain. Untuk itu
perlu dibentuk tim kesehatan interprofesi.
Rencana layanan dipandu oleh prosedur yang sudah dibakukan dan melibatkan
pasien dan keluarga pasien. Rencana layanan harus memperhatikan kebutuhan
biologis, fisik, psikososial dan memperhatikan tata nilai budaya. Rencana layanan
disusun dengan hasil dan waktu yang jelas serta mempertimbangkan efisiensi sumber
daya yang ada. Efek samping dan risiko pelayanan harus diinformasikan kepada
pasien. Semua rencana layanan harus dicatat dalam rekam medis, ditandatangani oleh
pemberi layanan dan oleh pasien atau keluarga pasien sebagai tanda mereka dilibatkan
dalam rencana layanan.
Pada pasien dengan kondisi gawat atau darurat harus diprioritaskan dalam
pelayanan berdasarkan triase/panduan triase. Adanya pembentukan tim kesehataan
antar profesi diperlukan bila dilakukan pelayanan klinis secara tim.
Pada situasi dan kondisi tertentu, pelimpahan wewenang pada layanan klinis
diperlukan agar terjaga kesinambungan pelayanan, sehingga penanganan pasien dapat
dilakukan dengan baik. Dalam pelaksanannya, dokter atau dokter gigi membuat surat
pelimpahan wewenang kepada perawat yang sudah dilatih dan mempunyai kompetensi
dalam menangai pasien tertentu.

3) Pelaksanaan layanan
Pelaksanaan layanan dilakukan di ruang – ruang pelayanan. Agar proses
pelayanan berlangsung secara sistimais, maka masing – masing ruang pelayanan
membuat “Panduan Pelayanan” sesuai dengan spesifikasi layanan yang diberikan di
ruangan itu. Panduan yang perlu dibuat antara lain adalah :
1. Panduan Pelayanan Pendaftaran,
2. Panduan Pelayanan Pemeriksaan Umum,
3. Panduan Pelayanan Ibu dan Calon Pengantin,

13
4. Panduan Pelayanan Anak dan Imunisasi,
5. Panduan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut,
6. Panduan Pelayanan Konsultasi (Gizi dan Sanitasi),
7. Panduan Pelayanan Tindakan Medis dan Gawat Darurat,
8. Panduan Pelayanan Rawat Inap,
9. Panduan Pelayanan Laboratorium,
10. Panduan Pelayanan Obat,
11. Panduan Pengelolaan Gudang Obat,
12. Panduan Pengelolaan Rekam Medis,
13. Panduan Pengelolaan Lingkungan Fisik Puskesmas,
14. dan Panduan lain sesuai perkembangan atau pertumbuhan pelayanan
Puskesmas.

Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian dalam Pelaksanaan Layanan


adalah :
1. Bila terjadi perubahan rencana layanan harus tercatat dalam rekam medis oleh
tenaga medis/paramedis dan profesi kesehatan lainya,
2. Pelaksanaan layanan ini dilaksanakan secara tepat dan terencana untuk
menghindari pengulangan yang tidak perlu,
3. Dalam pelaksanaan layanan klinis ini, pasien dimonitor, dievaluasi, dan ditindak
lanjut .
4. Bila dalam pelaksanaan layanan dilakukan tindakan medis/pengobatan yang
beresiko (anestesi, pembedahan dan tindakan lainya) maka dilakukan
pemberian informasi kepada pasien dan adanya persetujuan pasien (pasien
mengisi form informed consent) serta didokumentasikan pada rekam medis,
5. Pasien berhak untuk menolak pengobatan, berhak untuk menolak jika dirujuk ke
sarana kesehatan lain,
6. Jika pasien menolak untuk pengobatan atau rujukan, maka pasien tersebut
diberikan informasi tentang hak pasien untuk membuat keputusan, akibat dari
keputusan, dan tanggung jawab mereka berkenaan dengan keputusan
tersebut,
7. Kasus-kasus gawat darurat harus diprioritaskan dan dilaksanakan sesuai
prosedur pelayanan pasien gawat darurat dan kasus-kasus berisiko tinggi harus
ditangani sesuai dengan prosedur pelayanan kasus berisiko tinggi,

14
8. Kasus-kasus yang perlu kewaspadaan universal terhadap terjadinya infeksi
harus ditangani dengan memperhatikan prosedur pencegahan (kewaspadaan
universal),
9. Pemberian obat/cairan intravena harus dilaksanakan dengan prosedur
pemberian obat/cairan intravena yang baku dan mengikuti prosedur aseptic,
10. Untuk pelayanan anestesi lokal dan pembedahan harus dipandu dengan SOP
Anestesi local dan pembedahan serta dilaksanakan oleh petugas yang
kompeten,
11. Status pasien wajib dimonitor setelah pemberian anestesi dan pembedahan,
12. Dalam pelaksanan pelayanan ini tenaga medis/paramedis/tenaga kesehatan
lainya harus memperhatikan hak dan kewajiban pasien serta mengidentifikasi
keluhan pasien dan tindak lanjutnya.

4) Rencana Rujukan dan Pemulangan


Beberapa ketentuan dasar untuk Rujukan dan Pemulangan pasien adalah
sebagai berikut :
1. Dokter yang menangani bertanggung jawab untuk melaksanakan proses
pemulangan pasien dari rawat jalan, dari rawat inap di Puskesmas, atau pun
proses rujukan,
2. Dokter wajib menindak lanjuti umpan balik atau rujukan balik sesuai
rekomendasi dari fasilitas rujukan,
3. Pada rujukan pasien ditulis resume klinis,
4. Resume klinis meliputi : nama pasien, kondisi klinis, prosedur/tindakan yang
telah dilakukan, dan kebutuhan akan tindak lanjut,
5. dan diberi informasi pilihan tempat rujukan untuk pasien umum atau BPJS
(berdasarkan ketentuan yang berlaku untuk tempat rujukan BPJS).

Kriteria merujuk pasien meliputi :


1. Dari hasil pemeriksaan, sudah terindikasi bahwa keadaan pasien tidak dapat
diatasi di Puskesmas,
2. Dari hasil pemeriksaan fisik dengan hasil pemeriksaan penunjang medis di
Puskesmas ternyata tidak mampu diatasi,
3. Pasien memerlukaan pelayanaan medis spesialis /subspesialis di Rumah Sakit
berdasarkan keadaan penyakit yang diderita pasien,

15
4. Pasien memerlukan pelayanan penunjang medis yang lebih lengkap yang tidak
tersedia di fasilitas pelayanan Puskesmas,
5. Apabila telah diobati berulang kali di Puskesmas ternyata pasien memerlukan
pemeriksaan dan pengobatan di sarana kesehatan yang lebih mampu. Pada
saat pemulangan( rawat jalan), pasien/keluarga pasien diberi informasi tentang
tindak lanjut layanan.

16
BAB V
LOGISTIK

Kebutuhan logistik untuk pelaksanaan pelayanan klinis dilaksanakan


berdasarkan permintaan tiap unit di ruang – ruang pelayanan dan dimasukkan ke dalam
Perencanaan Tahunan Puskesmas. Secara umum kebutuhan logistic ini dibagi dua ;
Kebutuhan logistik untuk asministrasi, dan kebutuhan logistic untuk bahan habis pakai.
Kebutuhan logistik untuk administrasi disediakan oleh Penanggung Jawab
Administrsi dan Manajemen. Kebutuhan itu berupa ;
1. Form Rekam Medis Untuk Kajian Awal,
2. Form Rekam Media Untuk Pasien Ulangan,
3. Form Informed,
4. Form Rujukan BPJS,
5. Form Rujukan Umum,
6. Kertas Resep,
7. Form Permintaan Laboratorium,
8. Form Permintaan Konsultasi,
9. Ballpoint,
10. Kertas A4,
11. Catridge Print,
12. Tinta Stempel,
13. Bantalan Stampel,
14. Buku Register,
15. Buku Untuk Rujukan Dan Buku Tindakan,
16. Map,
17. Type X.
18. Peralatan Untuk Kebersihan,
19. Serta Sabun Handwash (Handscrub),
20. Bayclin,
21. Plastik,
22. Dll .

17
Untuk kebutuhan logistik bahan habis pakai medis, setiap penanggung jawab
ruang pelayanan meminta kebutuhan tersebut sesuai dengan keperluan kepada
penanggung jawab Gudang Farmasi. Logistik bahan habis pakai medis di ruang
layanan klinis berupa :
1. Kasa Kotak Steril,
2. Kasa Gulung,
3. Kapas,
4. Jarum jahit (nald hecting),
5. Spuit 3 cc, 5 cc, 10cc,
6. Benang berbagai jenis dan ukuran,
7. Povidene Iodine (Betadine),
8. Alkohol,
9. Plester,
10. Cairan Infus (Nacl 0,9%, Rl, Dextrose 5%)
11. Infuse Set,
12. Obat-Obat Emergency,
13. Oksigen,
14. Dll.

18
BAB VI
MANAJEMEN RISIKO DAN KESELAMATAN PASIEN

A. DAFTAR ISTILAH
1. Keselamatan pasien adalah upaya untuk menurunkan risiko cedera yang
sebenarnya tidak perlu terjadi dalam pelayanan kesehatan sampai pada batas
minimum yang dapat diterima (WHO - ICPS, 2009)
2. Keselamatan pasien di sarana pelayanan kesehatan adalah upaya yang
dirancang untuk mencegah trjadinya outcome yang tidak diharapkan sebagai
akibat tindakan yang tidak aman atau kondisi laten di sarana pelayanan
kesehatan
3. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) : Cedera yang diakibatkan oleh tatkelola klinis
bukan karena latar belakang kondisi pasien
4. Kejadian Tidak Cedera (KTC) : Terjadi penanganan klinis yang tidak sesuai pada
pasien, tetapi tidak terjadi cedera.
5. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) : Kejadian atau situasi yang sebenarnya dapat
menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi karena secara kebetulan diketahun
atau upaya pencegahan segera dilakukan
6. Kondisi berpotensi Cedera (KPC) : suatu keadaan yang mempunyai potensi
menimbulkan cederan
7. Kejadian Sentinel adalah kejadian tidak diharapkan yang berakibat kematian
atau cedera fisik atau psikologis yang serius.
8. Root Cause Analysis (RCA) : suatu proses untuk mengekplorasi semua factor
yang mungkin berhubungan dengan suatu kejadian dengan menanyakan apa
kejadian yang terjadi, mengapa kejadian tersebut terjadi, dan apa yang dapat
dilakukan untuk mencegah kejadiatan tersebut terjadi lagi di masa mendatang.
9. Failure Modes and Effects Analysis (FMEA) : suatu pendekatan untuk mengenali
dan menemukan kemungkina terjadinya kegagalan pada system dan strategi
untuk mencegah terjadinya kegagalan tersebut
10. Kesalahan (error) : deviasi antara apa yang dikerjakan dengan apa yang
seharusnya dikerjakan, kegagalan dari tindakan yang direncanakan dalam
mencapai hasil yang diharapkan (James Reason)
11. Risiko: probabilitas terjadinya insiden

19
12. Hazard : suatu keadaan, agen atau tindakan yang berpotensi menyebabkan
cedera

B. RUANG LINGKUP MANAJEMEN RISIKO


Manajemen risiko adalah suatu proses mengenal, mengevaluasi,
mengendalikan, dan meminimalkan risiko dalam suatu organisasi secara menyeluruh.
Lingkup manajemen risiko dalam pelayanan kesehatan :
1. Risiko yang terkait dengan pelayanan pasien atau kegiatan pelayanan
kesehatan: adalah risiko yang mungkin dialami oleh pasien atau sasaran
kegiatan UKM, atau masyarakat akibat pelayanan yang disediakan oleh
Puskesmas, misalnya: risiko yang dialami pasien ketika terjadi kesalahan
pemberian obat.
2. Risiko yang terkait dengan petugas klinis yang memberikan pelayanan: adalah
risiko yang mungkin dialami oleh petugas klinis ketika memberikan pelayanan,
misalnya perawat tertusuk jarum suntik sehabis melakukan penyuntikan.
3. Risiko yang terkait dengan petugas non klinis yang memberikan pelayanan:
adalah risiko yang mungkin dialami petugas non klinis, seperti petugas laundry,
petugas kebersihan, petugas sanitasi, petugas lapangan ketika melaksanakan
kegiatan pelayanan.
4. Risiko yang terkait dengan sarana tempat pelayanan: adalah risiko yang mungkin
dialami oleh petugas, pasien, sasaran kegiatan pelayanan, masyarakat, maupun
lingkungan akibat fasilitas pelayanan.
5. Risiko finansial: adalah risiko kerugian finansial yang mungkin dialami oleh FKTP
akibat pelayanan yang disediakan.
6. Risiko lain diluar lima risiko di atas: adalah risiko-risiko lain yang tidak termasuk
pada lingkup risiko 1 sampai dengan 5, misalnya kecelakaan ambulans,
kecelakaan kendaraan dinas yang digunakan.

C. LANGKAH – LANGKAH MANAJEMEN RISIKO


1. Membentuk tim mutu klinis dan keselamatan pasien dengan program kerja yang
jelas,
2. Menetapkan area prioritas dalam pelayanan klinis yang menjadi fokus untuk
upaya peningkatan mutu dan keselamatan pasien,
3. Mengembangkan tata nilai dan budaya keselamatan pasien,

20
4. Melakukan perbaikan berkesinambungan terhadap mutu pelayanan klinis dan
perilaku dalam pemberian pelayanan klinis,
5. Melaksanakan pelayanan klinis sesuai dengan prosedur dan panduan praktik
klinis,
6. Menerapkan manajemen risiko dalam pelayanan klinis,
7. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan mutu klinis dan keselamatan pasien.
Pembelajaran melalui penerapan manajemen risiko klinis pada area prioritas,
8. Mengupayakan tercapainya enam sasaran keselamatan pasien,
9. Pelaporan insiden keselamatan pasien.

D. UPAYA KESELAMATAN PASIEN


Sesuai dengan standar akreditasi FKTP, maka upaya-upaya keselamatan
pasien yang perlu dilakukan di Puskesmas antara lain adalah :
1. Mengupayakan tercapainya sasaran keselamatan pasien,
2. Penanganan dan tindak lanjut jika terjadi insiden keselamatan pasien,
3. Penerapan manajemen risiko klinis dalam pelayanan pasien,
4. Meningkatkan mutu dan keselamatan pasien dalam pelayanan obat,
5. Pelayanan laboratorium dan pelayanan penunjang yang lain,
6. Serta pengendalian infeksi dalam pelayanan klinis.

E. SASARAN KESELAMATAN PASIEN


Upaya pencegahan risiko terhadap pasien harus dilakukan untuk tiap-tiap unit
layanan klinis. Keselamatan pasien puskesmas adalah suatu sistem dimana
puskesmas membuat asuhan pasien lebih aman. Didalam pelayanan klinis ada
beberapa sasaran keselamatan pasien yang harus dilaksanakan, yaitu :
a. Ketepatan identitas, dalam hal ini target yang harus terpenuhi adalah 100%.
Label identitas tidak tepat apabila salah penulisan nama, salah jenis kelamin dan
salah alamat.
b. Ketepatan penyampaian informasi, baik informasi sesama petugas maupun
antara petugas dengan pasien atau keluarga pasien. Misalnya ketepatan
penyampaian hasil pemeriksaan penunjang harus 100 %. Yang dimaksud tidak
tepat apabila salah ketik, salah memasukkan diberkas pasien / list pasien lain.

21
c. Ketepatan pemberian obat yang meliputi tepat identitas/pasien, tepat obat, tepat
dosis, tepat cara/rute (oral, parental, topikal, rektal, inhalasi), tepat waktu dan
tepat dokumentasi.
d. Ketepatan dan keamanan tindakan yang meliputi ketepatan lokasi, tepat
prosedur, tepat operasi, dan pemakaian inform concent.
e. Pencegahan dan penanggulangan infeksi. Menerapkan CTPS sebelum
memberikan pelayanan atau di lima momen, Membiasakan memakai APD,
proses sterilisasi alat, ruang tindakan, linen, tempat tidur, dan lain – lain, tempat
pasien mengambil sputum, pemisahan ruang pelayanan anak dengan pasien
umum, dan seterusnya.
f. Pengurangan risiko pasien jatuh. Misalnya kursi roda dilengkapi dengan sabuk
pengaman, pasien dilarang mengendarai motor setelah minum obat dengan efek
samping ngantuk, dan lain – lain.
Agar ke-enam sasaran keselamatan pasien tersebut dapat dicapai maka perlu
dilakukan kegiatan - kegiatan yang nyata untuk mencapai sasaran - sasaran tersebut,
untuk selanjutnya dimonitor secara periodik dengan menggunakan indikator - indikator
yang jelas dan terukur. Indikator - indikator tersebut perlu disusun oleh tiap-tiap
puskesmas dan disesuaikan dengan kondisi sarana dan prasarana yang ada. Untuk
selanjutnya, Puskesmas perlu membuat “Panduan Manajemen Ririsko dan
Keselamatan Pasien”.

22
BAB VII
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Keselamatan kerja di Puskesmas mengacu kepada Peraturan Menteri


Kesehatan Nomor 52 tahun 2018 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Puskesmas
adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi sumber daya manusia
Puskesmas, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun masyarakat di sekitar
lingkungan Puskesmas agar sehat, selamat, dan bebas dari gangguan kesehatan dan
pengaruh buruk yang diakibatkan dari pekerjaan, lingkungan, dan aktivitas kerja. Untuk
itu perlu dikembangkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
di Puskesmas. SMK3 di Puskesmas adalah bagian dari sistem manajemen Puskesmas
secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan aktivitas
proses kerja di Puskesmas guna terciptanya lingkungan kerja yang sehat, selamat,
aman dan nyaman.

A. PENYELENGGARAAN K3 DI PUSKESMAS
Penyelenggaraan K3 di Puskesmas meliputi :

a. Membentuk dan/atau mengembangkan SMK3 di Puskesmas,

b. dan menerapkan standar K3 di Fasyankes.

Sedangkan Sistim Manajemen K3 di Puskesmas meliputi :

a. Penetapan kebijakan K3 di Puskesmas,

b. Perencanaan K3 di Puskesmas,

c. Pelaksanaan rencana K3 di Puskesmas,

d. Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 di Puskesmas,

e. dan peninjauan dan peningkatan kinerja K3 di Puskesmas.

B. STANDAR K3 DI PUSKESMAS

Standar K3 di Puskesmas meliputi :

a. Pengenalan potensi bahaya dan pengendalian risiko K3 di Puskesmas,

b. Penerapan kewaspadaan standar;

23
c. Penerapan prinsip ergonomi;

d. Pemeriksaan kesehatan berkala;

e. Pemberian imunisasi;

f. Pembudayaan perilaku hidup bersih dan sehat di Fasyankes;

g. Pengelolaan sarana dan prasarana Fasyankes dari aspek keselamatan dan


kesehatan kerja;

h. Pengelolaan peralatan medis dari aspek keselamatan dan kesehatan kerja;

i. Kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat atau bencana, termasuk kebakaran;

j. Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun dan limbah bahan berbahaya dan
beracun; dan

k. Pengelolaan limbah domestik.

C. PENCATATAN DAN PELAPORAN DAN MEKANISME KONTROL


Pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan K3 di Puskesmas dilaksanakan
secara semester dan tahunan. Sistim Pencatatan dan Pelaporan adalah sebagai berikut
:
a. Pencatatan dan pelaporan secara semester meliputi kasus yang berhubungan
dengan kejadian keselamatan dan kesehatan kerja,

b. Pencatatan dan pelaporan secara tahunan meliputi seluruh pelaksanaan


kegiatan K3 di Fasyankes selama 1 (satu) tahun,

c. Mekanisme pelaporan penyelenggaraan K3 di Puskesmas dilakukan secara


berjenjang dari Puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten, Dinas Kesehatan
Provinsi, dan Kementerian Kesehatan,

d. Pencatatan dan pelaporan dapat dilakukan secara terintegrasi dengan sistem


informasi yang ada di Puskesmas,

e. Mekanisme kontrol pelaksanaan K3 di Puskesmas dilakukan secara internal


melalui mekanisme audit internal Puskesmas dan secara eksternal oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten.

Untuk selanjutnya, Puskesmas perlu membuat “Panduan Keselamatan dan


Kesehatan Kerja di Puskesmas” dengan mekanisme kerja yang lebih terperinci.

24
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu UKP tidak bisa berdiri sendiri. Pengendalian Mutu harus
terintegrasi dengan bidang lain seperti Bidang Administrsi dan Manajemen dan bidang
Upaya Kesehatan Masyarakat. Secara umum masalah mutu dan kinerja Puskesmas
antara lain :
1. Proses tidak diukur dg baik,
2. Proses tidak dimonitor dg baik,
3. Proses tidak dikendalikan dg baik,
4. Proses tidak dipelihara dg baik,
5. Proses tidak disempurnakan,
6. Proses tidak didokumentasi dg baik.
Untuk mengatasi Penyebab Masalah Mutu dan Kinerja yang rendah, perlu
dibuat Indikator Mutu yang ingin dicapai. Ciri – ciri indikator mutu adalah sebagai berikut
:
1. Bisa diukur dg baik,
2. Bisa dimonitor dg baik,
3. Bisa dikendalikan dg baik,
4. Bisa dipelihara dg baik,
5. Bisa disempurnakan,
6. Bisa didokumentasi dg baik.
Untuk mengoptimalkan kinerja pengendalian mutu, perlu dibentuk Tim
Manajemen Mutu di Puskesmas. Tim Manajemen Mutu terdiri dari Tim Mutu
Administrasi dan Manajemen, Tim Mutu Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM), dan Tim
Mutu Upaya Kesehatan Perorangan (UKP. Secara umum pekerjaan Tim Mutu ini
adalah menjawab dua pertanyaan berikut :
1. Kapan Pelayanan Sebuah Puskesmas dikatakan Bermutu ?
2. Bagaimana Cara Meningkatkan Mutu Pelayanan..?

A. KAPAN PELAYANAN SEBUAH PUSKESMAS DIKATAKAN BERMUTU ?


1. Bila petugasnya bekerja dengan bermutu, sesuai dengan Standar Operasional
Prosedur (SOP),
2. Bila semua peralatan yang diperlukan untuk melayani tersedia sesuai standar,

25
3. Bila setiap ruang pelayanan ditata nyaman dan enak bagi klien dan bagi
petugas,
4. Bila tingkat kepuasan kliennya tinggi terhadap layanan yang diberikan.
5. Bila keselamatan pasien dan semua orang yang ada di lingkungan Puskesmas
terjamin,
6. Bila semua area Puskesmas bebas dari kemungkinan terjadinya penularan
infeksi.

B. UPAYA PENINGKATAN MUTU


Upaya Peningkatan mutu pelayanan Puskesmas bisa dilihat dari dua sisi ; dari
sisi institusi pemberi layanan dan dari sisi penerima layanan.
1. Dari sisi institusi pemberi layanan, dilakukan ;
a) Audit internal
b) dan kaji banding,
2. Dari sisi penerima layanan, dilakukan ;
a) Penanganan keluhan pelanggan,
b) Survei kepuasan pelanggan
c) dan survei Indeks Kepuasan Masyarakat.
3. Khusus untuk UKP, dilakukan kajian Keselamatan pasien dengan dua
pendekatan yaitu ;
a) Pendekatan FMEA untuk SOP yang berisiko, agar kemungkinan risiko bisa
diminimalkan,
b) dan pendekatan Penanganan insiden melalui Investigasi Sederhana dan
RCA.
4. Untuk keseluruhan area pelayanan, dilakukan upaya – upaya pencegahan dan
pemberantasan Infeksi.

C. PEKERJAAN SPESIFIK TIM MANAJEMEN MUTU


Pekerjaan Spesifik Tim Manajemen Mutu adalah :
1. Mengidentifikasi semua Indikator Mutu di setiap ruang pelayanan (admen dan
UKP),
2. Mengidentifikasi semua indikator mutu dari setiap kegiatan (admen dan UKM),
3. Merancang Sistem Kaji Banding,
4. Merancang Sistim Penanganan Keluhan Pelanggan,

26
5. Merancang Sistim Survei Kepuasan Pelanggan (admen dan UKP),
6. Merancang Survei Indeks Kepuasan Masyarakat (UKM),

D. DARI MANA DIKUMPULKAN INDIKATOR MUTU ?


1. Dari semua Panduan yang dibuat oleh Bidang Admen dan Bidang UKP,
2. Dari semua Kerangka Acuan Kegiatan (KAK) yang dibuat oleh Bidang Admen
dan Bidang UKM,

E. RANCANGAN SISTIMATIKA PENANGANAN KELUHAN PELANGGAN


1. Menentukan penanggungjawab penanganan keluhan pelanggan,
2. Membuat sistim pengaduan pelanggan ; kotak saran, SMS, WA, dan lain - lain,
3. Menentukan jadwal membuka kotak saran, merekap SMS, WA, dan lain - lain,
4. Identifikasi keluhan pelanggan, kelompokkan keluhan yang sama atau relatif
sama,
5. Lakukan analisis keluhan pelanggan untuk menentukan prioritas penanganan,
6. Rapat Tinjauan Manajemen (bila diperlukan) untuk perbaikan kinerja.

F. RANCANGAN SISTIMATIKA KAJI BANDING


1. Pembentukan tim kaji banding,
2. Menentukan penanggung jawab,
3. Membuat instrumen kaji banding ,
4. Menentukan jadwal,
5. Pelaksanaan kaji banding,
6. Laporan kaji banding,
7. Analisis hasil kaji banding,
8. Mengadakan Rapat Tinjauan Manajemen untuk perbaikan kinerja.

G. RANCANGAN SURVEI KEPUASAN PELANGGAN DAN SURVEI INDEKS


KEPUASAN MASYARAKAT
1. Penentuan pelaksana survei (mahasiswa, anak SMA, komponen masyarakat,
dan lain - lain)
2. Menentukan penanggung jawab,
3. Membuat instrumen survei,
4. Menentukan jadwal,

27
5. Pelaksanaan survei,
6. Laporan hasil survei,
7. Analisis hasil survei,
8. Melaksanakan Rapat Tinjauan Manajemen untuk perbaikan kinerja.

28
BAB IX
PENUTUP

Pada prinsipnya pelayanan klinis adalah bagian pelayanan kesehatan


Puskesmas yang mengedepankan akan Tanggung Jawab, Disiplin, Kebersamaan dan
mengutamakan keselamatan pasien. Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Perorangan merupakan dasar bagi ruang – ruang pelayanan untuk membuat Panduan
pelayanan sesuai dengan spesifikasi dan pola pelayanan di ruangan masing – masing.
Semoga dengan adanya Pedoman Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Perorangan ini, pelayanan klinis di Puskesmas dapat berjalan dengan baik dan
bermutu, dan semakin mendapat kepercayaan dari masyarakat. Diharapkan, untuk
jangka panjang terjadi penghematan yang signifikasn dalam pembiayaan kesehatan,
karena akan semakin sedikit pasien yang dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan.

29
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2019, tentang


Puskesmas;
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang
Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan;
Peraturan mentreri kesehatan Nomor 30 tahun 2022 tentang indikator nasional
mutu pelayanan kesehatan tempat praktik mandiri dokter dan dokter gigi, klinik,
pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit, laboratorium kesehatan dan unit
transfusi darah;
Keputusan menteri kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/1186/2022 tentang
panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
pertama;
Keputusan menteri kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/165/2023 tentang
standar akreditasi pusat kesehatan msyarakat.

Anda mungkin juga menyukai