SKRIPSI
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2019
ANALISIS SUSEPTIBILITAS MAGNETIK TANAH LAPISAN
ATAS SEBAGAI PARAMETER KESUBURAN TANAH PADA
LAHAN PERTANIAN
SKRIPSI
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2019
ii
iii
iv
ANALISIS SUSEPTIBILITAS MAGNETIK TANAH LAPISAN
ATAS SEBAGAI PARAMETER KESUBURAN TANAH PADA
LAHAN PERTANIAN
ABSTRAK
Telah dilakukan analisis suseptibilitas magnetik tanah lapisan atas sebagai
parameter kesuburan tanah pada lahan pertanian. Pengambilan sampel dilakukan di
Alahan Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok dengan 4 lahan
pertanian yaitu bawang merah, cabai merah, kentang, dan tomat serta satu lahan
yang belum dijadikan lahan pertanian (lahan kosong). Pengambilan sampel diambil
pada kedalaman 20 cm dengan jarak 2 meter pada setiap titik pengambilan sampel.
Sampel diambil sebanyak 10 sampel pada setiap lahan sehingga diperoleh 50
sampel. Pengukuran suseptibilitas magnetik menggunakan MS2B Bartington
Susceptibility Meter dengan dua frekuensi, yaitu 0,47 kHz low frequency (LF) dan
4,7 kHz high frequency (HF). Pada lokasi lahan bawang merah memiliki nilai
suseptibilitas magnetik (χLF) dengan rata-rata 281,6×10-8 m3/kg, lahan cabai merah
dengan rata-rata 376,3×10-8 m3/kg, lahan kentang dengan rata-rata 240,4×10-8
m3/kg, lahan tomat dengan rata-rata 244,9×10-8 m3/kg, lahan kosong dengan rata-
rata 789,8×10-8 m3/kg. Hasil uji XRF menunjukkan bahwa mineral magnetik yang
terdapat pada semua lokasi lahan pengambilan sampel adalah hematit. Lahan
kosong dengan nilai χFD(%) kurang dari 2% masih memiliki kesuburan tanah yang
baik untuk bercocok tanam sedangkan lahan pertanian dengan nilai χFD(%) 2-10%
telah mengalami penurunan kesuburan tanah untuk bercocok tanam.
i
ANALYSIS OF MAGNETIC SOIL LAYER SUSEPTIBILITY
AS A SOIL FERTILITY PARAMETER ON AGRICULTURAL
LAND
ABSTRACT
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SarjanaSains pada Jurusan Fisika
penulisan skripsi ini tidak terlepas oleh bantuan berbagai pihak, oleh karena itu pada
1. Orang tua yang telah membesarkan ananda dengan tulus dan kasih sayang
2. Bapak Arif Budiman, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktunya dan sabar untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis,
3. Bapak Dr. Techn. Marzuki, Bapak Dr. Dahyunir Dahlan, dan Ibu Mutya
arahan serta saran untuk kebaikan karya ini. Sehingga penulis mendapatkan
tambahan ilmu yang sangat berharga, karena tanpa masukan dari Bapak dan Ibu
iii
5. Bapak Dr. Techn. Marzuki selaku ketua Jurusan fisika, serta seluruh dosen dan
Alam).
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini
menjadi lebih baik. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat baik bagi
NIP
iv
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ......................................................................................................... i
ABSTRACT ....................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ..................................... 4
1.3 Batasan Masalah ............................................................................ 4
BAB II LANDASAN TEORI........................................................................... 6
2.1 Suseptibilitas Magnetik.................................................................. 6
2.2 Klasifikasi Bahan Magnet .............................................................. 7
2.3 Domain Magnetik .......................................................................... 9
2.4 Anisotropy of Magnetic Susceptibility (AMS) ............................... 10
2.5 Hubungan Suseptibilitas Magnetik dan Bulir Magnetik................ 13
2.6 Tanah ............................................................................................. 16
2.6.1 Mineral Tanah....................................................................... 17
2.6.2 Unsur Hara Tanah ................................................................. 18
2.6.3 Lapisan Tanah....................................................................... 18
2.6.4 Kesuburan Tanah .................................................................. 19
2.7 X-Ray Fluorescence (XRF) ........................................................... 19
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 23
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 23
3.2 Alat dan Bahan Penelitian.............................................................. 23
3.2.1 Alat Penelitian ...................................................................... 23
3.2.2 Bahan Penelitian ................................................................... 25
v
3.3 Teknik Penelitian ........................................................................... 25
3.3.1 Teknik Pengambilan Sampel ................................................ 26
3.3.2 Preparasi Sampel .................................................................. 26
3.3.3 Pengukuran dan Pengolahan Data Nilai Suseptibilitas......... 27
3.3.4 Penentuan Jenis dan Konsentrasi Sampel ............................. 27
3.3.5 Analisis Data ......................................................................... 27
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................. 27
4.1 Hubungan Nilai Suseptibilitas dengan Mineral Magnetik pada
Sampel ........................................................................................... 29
4.2 Analisis Jenis dan Konsentrasi Mineral pada Sampel ................... 32
4.3 Hubungan Nilai Suseptibilitas dengan Kandungan Fe .................. 34
4.4 Analisis hubungan χFD(%) dengan Kesuburan Tanah.................... 36
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 39
5.1 Kesimpulan ................................................................................... 39
5.2 Saran ............................................................................................. 40
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 41
LAMPIRAN ....................................................................................................... 44
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
ix
BAB I PENDAHULUAN
sebagai hasil pelapukan batuan dan bahan-bahan organik yaitu sisa-sisa tumbuhan
dan hewan (Yuliprianto, 2010). Tanah berperan sebagai media tempat tumbuhnya
perakaran dan penyedia unsur hara bagi tanaman (Rachman dkk, 2017). Oleh
karena itu, diperlukan tanah dengan kesuburan yang baik untuk tumbuhnya
tanaman. Tanah dikatakan subur jika memiliki pH netral, ketersediaan unsur hara
yang baik untuk tumbuhnya tanaman, porositas yang baik dan teksturnya yang
Di dalam tanah terdapat unsur hara makro seperti Nitrogen (N), fosfor (P),
Sulfur (S), Kalium (K), Kalsium (Ca), dan Magnesium (Mg) serta unsur hara mikro
seperti (Fe) Besi, Mangan (Mn), Tembaga (Cu), Seng (Zn), Boron (B),
Molibdenum (Mo) dan Khlor (Cl). Unsur hara makro dibutuhkan dalam jumlah
yang banyak untuk pertumbuhan tanaman sedangkan unsur hara mikro dibutuhkan
dalam jumlah yang sedikit unsur hara mikro memiliki peranan penting dalam
Salah satu unsur mikro yang penting untuk pertumbuhan tanaman adalah
1
yaitu sebagai sintesis klorofil, penyusun penting dari enzim, sebagai akseptor
oksigen dalam perubahan Fe2+ menjadi Fe3+, dan berperan dalam sistem redoks
sifat magnetik yang jauh lebih besar karena sifatnya yang feromagnetik.
dalam suatu sampel. Keunggulan XRF yaitu memiliki tingkat akurasi yang tinggi,
mudah digunakan, tidak membutuhkan waktu yang lama, dan bersifat tidak
suseptibilitas magnetik telah digunakan dalam kajian studi lingkungan (Long dkk,
(Torrent dkk, 2010; Wang dkk, 2016) serta digunakan juga untuk pemetaan tanah
(Silva dkk, 2016), kesuburan tanah (Marques dkk, 2014; Siqueira dkk, 2016), erosi
tanah (Rowntree dkk, 2017) bahkan penelitian polusi atmosfer (Grimley dkk,
2017). Kelebihan dari metode pengukuran ini yaitu pengukuran dapat dilakukan
pada semua material, aman, cepat, dan tidak merusak lingkungan (Dearing, 1999).
2
Penelitian di bidang pertanian dengan meggunakan metode suseptibilitas
perubahan sifat fisika tanah akibat pemakaian pupuk kimia dengan hasil dimana
nilai suseptibilitas magnetik pada lahan yang sudah dijadikan lahan pertanian lebih
rendah dari pada lahan yang belum dijadikan lahan pertanian. Pemakaian pupuk
kimia pada lahan yang telah dijadikan lahan pertanian menyebabkan mineral
magnetik dalam tanah berkurang. Nilai χFD (%) pada tanah yang belum dijadikan
lahan pertanian memiliki nilai sebesar ≤ 2 % sedangkan pada lahan yang telah
dijadikan lahan pertanian memiliki nilai sebesar 4,86 % untuk lahan jagung dan
3,33% untuk lahan cabai. Hikma, dkk (2015) juga telah melakukan penelitian
analisis sifat fisika tanah di dua perkebunan apel melalui pengukuran suseptibilitas
diameter apel yang lebih besar. Siqueira, dkk (2016) telah melakukan penelitian
potensi produksi tebu yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan lahan yang
memiliki suseptibilitas magnetik tanah yang tinggi memproduksi tebu yang lebih
banyak.
Nagari Alahan Panjang adalah salah satu sentra produksi hortikultura bagi
perbukitan dan merupakan daerah musim hujan dengan rata-rata curah hujan 2600
3
mm/tahun yang terletak pada ketinggian yaitu 1.400 –1.600 meter dari permukaan
laut. Hampir semua jenis hortikultura bisa dibudidayakan di tempat tersebut. Oleh
pada lima lahan yang terdiri dari empat lahan pertanian yaitu lahan bawang merah,
cabai merah, kentang, tomat dan satu lahan yang belum dijadikan lahan pertanian
(lahan kosong). Nilai suseptibilitas magnetik tanah pada setiap lahan tersebut akan
lapisan atas tanah sebagai parameter kesuburan tanah pada lahan pertanian di
untuk bercocok tanam dan juga nantinya bermanfaat bagi pemerintah guna
4
3. Sampel tanah yang diambil yaitu pada tanah lapisan atas dengan kedalaman
20 cm dari permukaan.
5
BAB II LANDASAN TEORI
sebuah material terhadap medan magnetik luar (H). Saat medan magnetik luar
luar yang disebut magnetisasi (M). Besar magnetisasi yang terjadi pada material
merupakan total momen magnetik (m) persatuan volum (V), ditunjukan oleh
Persamaan 2.1.
𝐦
𝐌= (2.1)
𝑉
Persamaan 2.2.
𝚳 = 𝜅𝚮 (2.2)
= (2.3)
6
dengan ρ adalah densitas material dengan satuan kgm-3 sehingga χ mempunyai
satuan m3kg-1. Nilai suseptibilitas beberapa mineral magnetik dapat dilihat pada
Tabel 2.1.
Bahan diamagnetik ketika diberi medan magnetik luar, maka arah momen-
momen magnetik atomnya berlawanan arah dengan medan magnetik. Saat medan
diantaranya bismut, emas, air, karbon dioksida, hidrogen,timbal, tembaga, zink, dan
kadmium (Dunlop dan Odzemir, 1997). Bahan paramagnetik ketika diberi medan
magnetik dari luar, arah momen magnetik atom bahan ini akan sejajar dengan arah
medan magnetik luar (Gambar 2.1b) dan ketika medan magnetik luar dihilangkan
7
dalam kelompok paramagnetik diantaranya oksigen, sodium, aluminium, mangan,
(a) (b)
(c) (d)
(e)
Gambar 2.1 Bentuk-bentuk magnetisasi bahan.
(Sumber: Tauxe, 1998)
saat diberikan medan magnetik luar H (panah biru), sedangkan diagram sebelah
Antiferomagnetik.
magnetik yang sangat besar. Bahan ini memiliki momen magnetik dimana antara
atom yang berdekatan berinteraksi dengan kuat. Akibat interaksi antar atom, ketika
akan sejajar dengan arah medan magnetik luar yang diberikan sehingga
menghasilkan magnetisasi yang jauh lebih besar dibandingkan yang terjadi pada
8
terdapat magnetisasi yang cukup besar pada bahan tersebut (Gambar 2.1c). Material
yang termasuk dalam kelompok feromagnetik diantaranya besi, baja, nikel, dan besi
momen magnetik atomnya sebagian besar akan sejajar dengan arah medan
2.1d). Bahan yang termasuk dalam kelompok ferimagnetik yaitu ferit (Dunlop dan
Ozdemir, 1997).
konfigurasi yang antiparalel. Momen magnetik pada tiap atom adalah nol dan
magnetik luar. Bahan antiferomagnetik jika diberikan medan magnetik luar akan
memiliki momen magnetik yang searah dan berlawanan terhadap medan magnetik
dengan jumlah yang sama (Gambar 2.1e). Ketika medan magnetik luar dihilangkan,
ukuran bulirnya. Ukuran bulir menjadi penting dengan apa yang disebut domain
9
magnetik. Bulir magnetik yang berukuran kecil biasanya terdiri dari bulir-bulir
tunggal atau Single-Domain (SD), sedangkan bulir magnetik yang berukuran besar
terdiri dari bulir jamak atau Multi-Domain (MD). SD adalah domain yang
magnetik yang memiliki banyak ruang dan pola arah momen magnetiknya berbeda
dalam tiap ruang (Gambar 2.2b). Oleh karena itu magnetisasi yang terjadi pada bulir
SD lebih besar dibandingkan bulir MD. Di samping bulir SD dan MD, terdapat juga
bulir yang disebut dengan bulir berdomain tunggal semu atau pseudo-single-
domain (PSD). Secara fisik bulir PSD ini termasuk dalam MD tetapi sifatnya mirip
dengan SD. Untuk magnetite (Fe3O4) ukuran bulir SD yaitu 0,1 – 1,0 μm, dan bulir
PSD yaitu 1,0 – 10,0 μm, sedangkan bulir MD besar dari 10,0 μm.
Selain bulir dengan ketiga domain magnetik di atas, terdapat bulir yang
disebut dengan bulir superparamagnetik. Bulir ini mempunyai ukuran kecil dari
bulir SD. Momen magnetik yang terdapat dalam bulir tersebut sangat mudah
dipengaruhi oleh medan magnetik luar. Magnetisasi yang terjadi dalam bulir ini
sangat mudah terjadi dan bernilai tinggi saat diberikan medan magnetik luar, tetapi
akan kembali menjadi nol sesaat setelah medan magnetik luar tersebut dihilangkan.
Oleh karena itu, bulir superparamagnetik sangat sensitif terhadap perubahan medan
magnetik luar.
10
magnetik untuk besaran suseptibilitas disebut dengan Anisotropy of Magnetic
Susceptibility (AMS). Dalam hal ini suseptibilitas tidak lagi besaran skalar,
melainkan besaran yang memiliki sembilan komponen yang disebut tensor rank-2.
enam komponen tensor suseptibilitas tersebut diperoleh dari posisi sampel yang
11
Metode kuadrat terkecil digunakan untuk melakukan perhitungan tensor
pengukuran (An) dengan komponen tensor suseptibilitas 𝜒𝑖𝑗 dapat ditulis dalam
𝐴𝑛 = ∑ 𝑙𝑖 𝑙𝑗 𝑘𝑖𝑗 ; 𝑖, 𝑗 = 1, 2, 3 (2.6)
𝐴𝑛 = 𝑙12 𝑘11 + 𝑙22 𝑘22 + 𝑙32 𝑘33 + 2𝑙1 𝑙2 𝑘12 + 2𝑙2 𝑙3 𝑘23 + 2𝑙1 𝑙3 𝑘13 (2.7)
dengan𝑙𝑖 dan 𝑙𝑗 adalah cosinus arah terhadap sumbu ke-i dan sumbu ke-j.
Persamaan 2.8.
𝐀 = 𝛉𝛋 (2.8)
1 1 0 −2 0 0
1 1 0 2 0 0
|2 0 0 0 0 0|
1 1 0 −2 0 0
1 1 0 2 0 0
|0 1 1 0 −2 0 |
1 0 1 1 0 2 0
𝜃= 0 2 0 0 0 0 (2.9)
2 0 1 0 0 −2 0
|0 1 1 0 2 0|
1 0 1 0 0 −2
1 0 1 0 0 2
|0 0 2 0 0 0|
1 0 1 0 0 −2
1 0 1 0 0 2
12
matriks tensor suseptibilitas diperoleh dengan menggunakan sifat matriks, dapat
𝛋 . Karena matriks 𝛋 berorde 33, maka terdapat tiga swanilai matriks, misalnya
𝛋𝟏 + 𝛋𝟐 + 𝛋𝟑
𝛋𝐦 = (2.11)
𝟑
current (AC), dimana daya diberikan kepada rangkaian osilator yang terdapat
intensitas rendah pada ruang sampel (Gambar 2.3). Selanjutnya pada ruang ini
osilator sebelum dan sesudah sampel diletakkan. Informasi perubahan frekuensi ini
Frekuensi-frekuensi yang biasa digunakan oleh alat ini adalah low frequency
(LF) yaitu 0,465 kHz dan high frequency (HF) yaitu 4,65 kHz. Pada LF dan HF
medan magnetik yang dihasilkan berturut-turut adalah 80 Am-1 dan 800 Am-1.
13
Bahan yang memiliki bulir magnetik yang halus (bulir superparamagnetik) nilai
dengan ukuran relatif sama, sehingga menimbulkan nilai suseptibilitas yang hampir
koefisien depedensi frekuensi (frequency dependent susceptibility), χFD (%). χFD (%)
| LF − HF |
FD % = 100 (2.12)
LF
dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi
nilai χFD (%), maka semakin tinggi pula kandungan bulir superparamagnetiknya,
namun nilai yang lebih besar dari 14% adalah sangat jarang dan sering dianggap
kesalahan pengukuran (Dearing, 1999), sedangkan hubungan antara nilai χFD (%)
14
terhadap bulir magnetik dapat dilihat pada Gambar 2.4.
2.6 Tanah
sehingga tanaman dapat hidup dan tumbuh. Berdasarkan fakta tersebut, maka tanah
didefenisikan sebagai bahan atau massa yang terdiri dari mineral dan bahan organik
partikel-partikel batuan, bahan organik, mahluk hidup, udara dan air. Tanah
15
merupakan sistem 3 fase yaitu padat, cair, dan gas yang selalu mengalami
keperluan pertanian partikel mineral tanah dibedakan menjadi tiga yakni pasir
(sand), debu (silt) dan liat (clay). Partikel pasir dan debu tidak banyak peranannya
dalam penyediaan unsur hara tanaman. Partikel pasir umumnya didominasi oleh
mineral kuarsa (SiO2) yang sangat tahan terhadap pelapukan, partikel debu
biasanya berasal dari mineral feldspar (Al2O3) yang cepat lapuk, dan liat terdiri atas
mineral lempung silikat, bahan aktif penyusun tanah, dan cadangan unsur hara.
Tanah berpasir yaitu tanah dengan kandungan pasir > 70%, memiliki porositas
tinggi, sebagian besar ruang pori berukuran besar sehingga aerasinya baik, daya
hantar air cepat, tetapi kemampuan menyimpan air dan unsur hara rendah sehingga
kurang baik untuk bercocok tanam (Cahyono, 2014). Oleh karena itu bisa dikatakan
semakin tinggi persentase pasir untuk penyusun suatu tanah maka semakin
menurun kesuburan tanah tersebut. Tanah disebut berliat jika kandungan liat > 35%,
memiliki kemampuan menyimpan air dan hara tanaman tinggi tetapi memiliki
aerasi yang buruk karena pori-porinnya yang kecil. Tanah berlempung merupakan
tanah dengan proporsi pasir, debu, dan liat sedemikian rupa sehingga sifatnya
berada diantara tanah berpasir dan berliat. Tanah ini memiliki aerasi cukup baik,
kemampuan menyimpan dan menyediakan air untuk tanaman tinggi sehingga baik
16
2.6.1 Mineral Tanah
merupakan salah satu bahan utama penyusun tanah. Mineral dalam tanah berasal
dari pelapukan fisik dan kimia dari batuan yang merupakan bahan induk tanah,
(alterasi) dari mineral primer dan sekunder yang ada. Mineral mempunyai peran
yang sangat penting dalam suatu tanah, antara lain sebagai indikator cadangan
sumber hara dalam tanah dan indikator muatan tanah beserta lingkungan
pembentukannya. Jenis mineral tanah secara garis besar dapat dibedakan atas
mineral primer dan mineral sekunder. Jenis mineral primer yang umum dijumpai
dalam tanah dapat dilihat pada Tabel 2.3. Mineral sekunder pada tanah dapat
berupa karbonat, yaitu kalsit (CaCO3 ) dan dolomit (CaMg)CO3 , mineral lempung,
17
2.6.2 Unsur Hara Tanah
Disebut juga sebagai unsur hara esensial, karena tanaman tidak akan dapat
hidup tanpa unsur-unsur tersebut, dan bila kekurangan tanaman akan tumbuh tidak
normal. Unsur hara tersebut adalah: karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen
(N), Fosfor (P), sulfur (S), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), besi (Fe),
mangan (Mn), seng (Zn), tembaga (Cu), molibdenum (Mo), boron (B), dan khlor
(Cl). Unsur hara N, P, S, K, Ca, dan Mg dikenal sebagai unsur hara esensial makro,
karena dibutuhkan dalam jumlah relatif banyak; sedang unsur hara mikro esensial
dibutuhkan relatif sedikit adalah Fe, Mn, Cu, Zn, B, Mo, dan Cl.
Lapisan tanah atas merupakan lapisan yang terletak hingga kedalaman 30 cm,
sering disebut dengan istilah top soil. Lapisan ini kaya dengan bahan organik,
Lapisan tanah tengah terletak tepat di bagian bawah dari top soil dengan
ketebalan antara 50 cm dan 100 cm. Tanah pada lapisan ini terbentuk dari
campuran pelapukan yang terletak di lapisan bawah dengan sisa material top
soil yang terbawa air yang mengendap sehingga bersifat lebih padat dan sering
18
3. Lapisan Tanah Bawah
Lapisan tanah bawah merupakan lapisan yang mengandung batuan yang mulai
melapuk dan sudah tercampur dengan tanah endapan pada lapisan di atasnya
atau tanah liat. Berada cukup dalam dan jarang dapat ditembus oleh pohon atau
tanaman.
Lapisan batuan induk merupakan lapisan terdalam yang terdiri atas batuan
padat. Jenis batuan pada lapisan ini berbeda antara satu daerah dengan daerah
Batuan pada lapisan ini mudah pecah namun sangat sulit ditembus oleh akar
tanaman dan air, berwarna terang putih kelabu hingga kemerahan. Lapisan
batuan induk ini dapat dengan mudah terlihat pada dinding tebing terjal daerah
pengunungan.
untuk menyediakan hara bagi pertumbuhan suatu jenis tanaman dalam jumlah
suatu material dengan dasar interaksi sinar-X dengan material tersebut secara
kualitatif dan kuantitatif. Hasil analisis kualitatif ditunjukan oleh puncak spektrum
19
yang mewakili jenis unsur sesuai dengan energi sinar-X karakteristiknya,
(Kriswarini dkk., 2010). Teknik ini juga dapat digunakan untuk menentukan
konsentrasi unsur berdasarkan pada panjang gelombang dan jumlah sinar-X yang
digunakan untuk menganalisa unsur dalam mineral atau batuan. Alat XRF terdiri
dari tabung pembangkit sinar-X yang mampu mengeluarkan elektron dari semua
jenis unsur yang diteliti. Prinsip kerja alat XRF dimulai dari sinar-X fluoresensi
yang dipancarkan oleh sampel dihasilkan dari penyinaran sampel dengan sinar-X
primer dari tabung sinar-X (X-Ray Tube), yang dibangkitkan dengan energi listrik
dari sumber tegangan sebesar 1200 V. Bila radiasi dari tabung sinar-X mengenai
suatu bahan maka elektron dalam bahan tersebut akan tereksitasi ke tingkat energi
karakteristik ini ditangkap oleh detektor diubah ke dalam sinyal tegangan (voltage),
Energi maksimum sinar-X primer (keV) tergantung pada tegangan listrik (kV) dan
20
kuat arus (μA). Fluoresensi sinar-X tersebut dideteksi oleh detektor Silikon Litium
terdapat pada bubuk sampel yang memiliki sifat aktif terhadap XRF akan
tertentu untuk unsur tertentu dan membandingkannya dengan luas seluruh peak
yang muncul maka dapat ditentukan komposisi dari unsur-unsur yang menyusun
Pada teknik XRF sinar-X dari tabung pembangkit sinar-X digunakan untuk
mengeluarkan elektron dari kulit bagian dalam untuk menghasilkan sinar-X baru
dari sampel yang dianalisis. Untuk setiap atom di dalam sampel, intensitas dari
tingkat akurasi yang tinggi, mudah digunakan, tidak membutuhkan waktu yang
lama, dan bersifat non destruktif atau tidak merusak sampel. X-Ray Fluorescence
21
Spectrometer juga dapat digunakan untuk sampel berupa padat dan cairan
(Umardani, 2016).
22
BAB III METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Agustus 2018 sampai dengan Maret
Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, yaitu daerah dengan lahan pertanian seperti
lahan bawang merah, cabai merah, kentang, tomat, dan lahan kosong. Pengukuran
Andalas dan uji XRF akan dilakukan di Laboratorium Unit Pelaksana Pendidikan
23
1. Bartington MS2 dan sensor MS2B
Magnetic Susceptibility Meter MS2 dengan sensor MS2B dapat dilihat pada
Gambar 3.2.
Satu set komput er digunakan sebagai display hasil yang didapatkan oleh
2015a.
Pipa PVC digunakan untuk pengambil tanah lapisan atas atau pengambilan
sampel.
5. Timbangan digital
24
3.2.2 Bahan Penelitian
Bahan penelitian ini adalah tanah yang diambil di daerah Alahan Panjang,
Penelitian ini terdiri dari beberapa tahap yaitu preparasi pengambilan sampel,
analisis data. Diagram alir dari penelitian ini tersedia pada Gambar 3.2.
Mulai
Pengambilan sampel
Preparasi sampel
Analisis data
Selesai
25
3.3.1 Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada lima lahan yang terdiri dari empat
lahan pertanian yaitu lahan bawang merah (kode sampel B), cabai merah (kode
sampel C), kentang (kode sampel K), tomat (kode sampel T), dan satu lahan kosong
(kode sampel P). Pada setiap lahan, sampel diambil pada 10 titik dengan jarak antar
Kemudian tanah yang berada di ujung pipa diambil secukupnya, lalu dimasukkan
Sampel dikeringkan terlebih dahulu selama 5 hari. Hal ini dilakukan agar
uap air yang terkandung pada sampel berkurang. Setelah dikeringkan, sampel
digerus lalu diayak menggunakan saringan 100 mesh. Selanjutnya, sampel tersebut
menyamakan ukuran sampel dalam sampel holder digunakan acuan sebanyak 7,37
g. Pengambilan sampel dilakukan pada lima lahan yang terdiri dari empat lahan
pertanian yaitu lahan bawang merah (kode sampel B), cabai merah (kode sampel
C), kentang (kode sampel K), tomat (kode sampel T), dan satu lahan kosong (kode
sampel P). Pada setiap lahan, sampel diambil pada 10 titik dengan jarak antar titik
tanah yang berada di ujung pipa diambil secukupnya, lalu dimasukkan ke dalam
26
3.3.3 Penentuan Nilai Suseptibilitas Magnetik Sampel
MS2B Bartington Susceptibility Meter dengan dua frekuensi, yaitu 0,47 kHz low
frequency (LF) dan 4,7 kHz high frequency (HF). Pengukuran nilai suseptibilitas
2.2. Data dari hasil pengukuran dicatat, kemudian diolah menggunakan program
dilakukan uji XRF untuk mengetahui jenis dan kandungan sampel. Uji XRF
Kemudian, dilakukan analisis jenis dan konsentrasi mineral sampel dan hubungan
nilai suseptibiltas magnetik dengan kandungan Fe. Selain itu dilakukan analisis
27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
28
28 K8 310,8 303,0 2,53
29 K9 230,8 223,7 3,08
30 K10 165,0 161,2 2,31
31 T1 213,4 206,0 3,44
32 T2 243,2 237,4 2,39
33 T3 285,2 276,4 3,07
34 T4 298,3 286,0 4,12
35 T5 276,3 267,3 3,25
36 T6 133,1 129,3 2,86
37 T7 235,2 227,2 3,39
38 T8 288,3 280,5 2,69
39 T9 237,7 232,7 2,08
40 T10 238,7 230,0 3,64
41 P1 638,1 633,0 0,81
42 P2 344,3 339,0 1,55
43 P3 674,7 670,1 0,68
44 P4 1356,7 1341,5 1,12
45 P5 1118,5 1105,8 1,14
46 P6 737,9 725,4 1,68
47 P7 363,1 359,2 1,08
48 P8 370,1 363,6 1,77
49 P9 494,1 490,3 0,78
50 P10 1800,5 1772,7 1,54
Pada Tabel 4.1 dapat dilihat perbedaan nilai suseptibilitas magnetik pada
pengukuran frekuensi rendah χLF dan frekuensi tinggi χHF, dimana pada semua
sampel nilai χLF selalu besar dari nilai χHF. Hal ini disebabkan oleh bulir
magnetik luar. Hal ini dikarenakan pada pengukuran χHF, perubahan medan
magnetik luar lebih cepat dari pada waktu relaksasi yang diperlukan untuk bulir
yang lebih tinggi memiliki nilai yang lebih rendah dari pada pengukuran frekuensi
yang lebih rendah (Thomson dan Oldfield, 1986 dalam Solomon, dkk, 2017). Pada
29
pembahasan selanjutnya akan selalu digunakan nilai suseptibilitas pengukuran
frekuensi rendah χLF karena pada pengukuran ini lebih mewakili nilai suseptibilitas
lebih besar dibandingkan dengan lahan pertanian, sedangkan lahan bawang merah
dan cabai merah cenderung memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan
lahan kentang dan tomat. Sampel yang mengandung mineral magnetik dan non
magnetik sebagian besar nilai suseptibilitasnya dikontrol oleh jenis dan konsentrasi
mineral magnetik yang terkandung didalamnya (Tarling dan Hrouda, 1993). Jenis
nilai suseptibilitas magnetik dari hematit. Dari tabel tersebut nilai suseptibilitas
magnetik hematit memiliki nilai 10×10-8 m3/kg sampai dengan 760×10-8 m3/kg,
(T6) sampai dengan 1800,5×10-8 m3/kg (P10). Jadi, diperkirakan nilai suseptibilitas
tersebut dikontrol oleh mineral magnetik yang terkandung dalam sampel yaitu
hematit.
terkandung dalam suatu batuan mengontrol nilai suseptibilitas magnetik dari batuan
30
suseptibilitas magnetik batuan yang nilainya kecil dari 5×10-4 (SI). Ferimagnetik
nilainya antara 5×10-4 sampai dengan 5×10-3 (Tarling and Hrouda, 1993). Pada
sampel 450 kgm-3. Hasil konversi tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Paramagnetik dan
2 0,5 < 𝜅 < 5 110 < 𝜒 < 1100
ferimagnetik
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa hampir semua sampel nilai
dilakukan menggunakan uji XRF. Sampel yang diuji merupakan sampel dengan
nilai suseptibilitas magnetik tertinggi pada setiap lahan yaitu B5, C9, K8, T4, dan
P10. Jenis dan konsentrasi mineral yang dominan hasil uji sampel XRF bisa dilihat
pada Tabel 4.3 dan hasil lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.
31
Tabel 4.3 Jenis dan konsentrasi mineral sampel.
Konsentrasi (%)
No Mineral
B5 C9 K8 T4 P10
1 Al2O3 17,67 17,62 15,48 15,96 24,25
2 SiO2 51,64 44,07 57,44 59,49 35,89
3 P2O5 2,82 10,46 3,58 2,24 1,47
4 CaO 5,43 8,54 3,71 2,22 1,48
5 K2O 2,33 4,20 2,99 3,32 1,05
6 Fe2O3 11,07 7,60 8,02 8,78 28,21
7 TiO2 6,47 4,52 6,35 5,79 4,99
Dari Tabel 4.3 dapat dilihat mineral magnetik yang terkandung dalam
sampel hanya Fe2O3 (hematit), hal ini sesuai dengan perkiraan berdasarkan nilai
tertinggi sampai terendah secara berturut-turut yaitu P10, B5, T4, K8, C9. Semakin
tinggi konsentrasi hematit pada sampel semakin tinggi nilai suseptibilitas magnetik.
Oleh karena itu, bisa dikatakan hematit merupakan mineral magnetik yang
dalam suatu batuan dikontrol oleh sifat mineralnya yaitu ferimagnetik dan
paramagnetik. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji XRF bahwa dalam sampel di
bersifat paramagnetik seperti Al2O3, CaO, TiO2, K2O dan diamagnetik seperti SiO2
Berdasarkan tabel 4.3 hasil uji XRF, tanah tempat pengambilan sampel
merupakan tanah dengan tekstur berlempung karena tersusun atas senyawa SiO2
dan Al2O3 serta cadangan unsur hara seperti Fe2O3, K2O, CaO dll. Persentase
32
kandungan pasir (SiO2) pada lahan pertanian lebih besar dibandingkan dengan
lahan kosong. Pada dasarnya jumlah kandungan pasir pada setiap lokasi
tanah seperti debu dan besi yang menyebabkan persentase kandungan pasir
bertambah. Debu berkurang akibat terbawa air dari penyiraman yang dilakukan
secara rutin sedangkan besi berkurang akibat diserap oleh tanaman. Selain itu,
senyawa-senyawa penyusun tanah seperti K2O, CaO dan P2O5 pada lahan pertanian
persentase kandungannya lebih banyak dari pada lahan kosong. Bertambahnya K2O
dan P2O5 disebabkan oleh pemberian pupuk npk pada lahan pertanian sedangkan
sampai 100.000 ppm (Mengel dan Kirby, 1987). Berdasarkan Tabel 4.4 dapat
dilihat bahwa nilai konsentrasi Fe (ppm) yang diperoleh melebihi kadar normal
pada semua sampel. Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa unsur hara pada tanah
tidak dalam keadaan seimbang atau berlebih Fe. Tempat pengambilan sampel
merupakan daerah yang cukup sering terjadinya hujan. Hal inilah yang diduga
33
sering menyebabkan tanah sering tergenang air sehingga Fe mengalami reduksi dari
Fe3+ menjadi Fe2+ dari aspek ketersediaan hara perubahan ini menguntungkan bagi
tanaman, karena Fe lebih tersedia dan dapat diserap oleh tanaman dalam bentuk
Fe2+ namun apabila reduksi berlebih maka Fe2+ tersebut dapat larut melebihi
Pada Tabel 4.4 bisa dilihat bahwa, nilai suseptibilitas magnetik pada sampel
T4 memiliki nilai yang terendah dan yang tertinggi pada sampel P10. Pada sampel
tinggi dibandingkan dengan sampel K8 dan T4. Hal ini diduga karena selisih
perbedaan konsentrasi Fe pada ketiga sampel tersebut yang tidak begitu signifikan,
sedangkan selisih perbedaan kosentrasi Fe pada sampel P10 dengan yang lainnya
sangat signifikan. Oleh karena itu masih bisa di katakan Semakin tinggi nilai
lahan secara berulang dengan tanaman yang sama menyebabkan penyerapan hara
oleh tanaman selalu sama (Rosmarkam dan Yuwono, 2002). Begitu juga dengan
penyerapan Fe oleh tanaman pada tanah yang ditanami dengan tanaman yang selalu
sama. Hal ini jugalah yang membuat kandungan Fe pada setiap lahan berbeda-beda
dibandingkan lahan kosong hal ini disebabkan oleh penyerapan Fe oleh tanaman
pada lahan pertanian lebih tinggi dibandingkan lahan kosong. Fe dalam tanah
diserap secara difusi oleh akar tanaman dimana dalam hal ini tanah yang
34
menuju permukaan akar tanaman dengan dibantu oleh larutan tanah (Friyandito,
menyebabkan terhambatnya penyerapan unsur hara yang lainnya. Oleh karena itu
agar tanaman menyerap unsur hara yang seimbang. Dengan demikian tempat
pengambilan sampel masih memiliki kesuburan tanah yang baik untuk bercocok
tanam.
7.00
6.00
5.00
ᵡFD%
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
0.0 200.0 400.0 600.0 800.0 1000.0 1200.0 1400.0 1600.0 1800.0 2000.0
ᵡLF% x 10 -8 m3kg-1
35
Berdasarkan Gambar 4.1 terlihat bahwa semua sampel memiliki nilai
χFD(%) kecil dari 10%. Pada lahan pertanian semua sampel memiliki nilai χFD(%)
kecil dari 2-10% sedangkan pada lahan kosong semua sampel memiliki nilai χFD(%)
kecil dari 2%. Hal ini menunjukkan bahwa pada lahan pertanian domain magnetik
pada sampel tersebut terdiri dari Single Domain (SD) dan Multi Domain (MD) dan
tidak ada atau kurang dari 10% bulir superparamagnetik sedangkan pada lahan
kosong sedangkan pada lahan kosong domain magnetik pada sampel mengandung
10-75% bulir superparamagnetik dengan campuran antara bulir kasar dan halus.
yang dimiliki oleh tanah tersebut (Pratiwi dkk, 2016). Butiran halus pada lahan
pertanian lebih banyak dibandingkan dengan lahan kosong. Hal ini disebabkan
karena penyiraman yang rutin dilakukan pada lahan pertanian menyebabkan tingkat
kelekatan tanah oleh air berkurang. Keberadaan butiran halus pada tanah
mengindikasikan kandungan pasir dalam tanah. Oleh karena itu bisa dikatakan
semakin tinggi nilai χFD(%) maka semakin banyak kandungan pasir dalam tanah.
Jika kandungan pasir dalam tanah terlalu banyak maka tanah tersebut kurang baik
untuk bercocok tanam. Oleh karena itu bisa dikatakan tanah dengan nilai χFD(%)
kurang dari 2% masih memiliki kesuburan tanah yang baik untuk bercocok tanam
dan tanah dengan nilai χFD(%) 2-10% telah mengalami penurunan kesuburan tanah
36
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
dikontrol oleh ferimagnetik yaitu pada sampel yang berasal dari lahan kosong.
3. Hasil uji XRF terbukti bahwa mineral magnetik yang terkandung pada sampel
adalah hematit.
makro. Oleh karena itu diperlukan pemberian pupuk NPK guna menyediakan
unsur makro seperti N, P, K agar tanaman menyerap unsur hara yang seimbang.
5. Butiran halus pada lahan pertanian lebih banyak dibandingkan dengan lahan
37
6. Tanah pada lahan kosong masih memiliki kesuburan tanah yang baik untuk
bercocok tanam dan tanah pada lahan pertanian telah mengalami penurunan
5.2 Saran
sama pada penelitian ini dengan daerah pengambilan sampel diperbanyak sekitar 3
pengambilan sampel dapat dibandingkan. Hal ini dilakukan agar diketahui nilai
suseptibilitas magnetik tanah yang baik untuk bercocok tanam. Selain itu,
diperlukan juga informasi laju serap kadar Fe oleh masing-masing tanaman agar
didapat ambang batas jumlah konsentrasi Fe pada tanah yang baik untuk bercocok
tanam.
38
DAFTAR P USTAKA
Almiati, R., dan Agustin E., 2017, Analisis Kesuburan Tanah dan Residu
Pemupukan pada Tanah dengan Menggunakan Metode Kemagnetan
Batuan, Jurnal Ilmu dan Inovasi Fisika, Vol. 1 No. 2, Jurusan Fisika
Universitas Padjajaran.
Dearing, J., 1999, Environmental Magnetic Suseptibility Using the Bartington MS2
System, Chi Publishing, England.
Dunlop, D. J. dan Ozdemir, O., 1997, Rock Magnetism Fundamental and Frontiers,
Cambridge University, United Kindom.
Girdler, R.W., 1961, Some Preliminary Measurements of Anisotropy of Magnetic
Susceptibility of Rocks, Geophysical Journal of the Royal Astronomical
Society, Vol. 6, hal. 143-155.
Grimley, D.A., Anders, A.M., Bettis, E.A., Bates, B.L., Wang, J.J., Butler, S.K.,
Huot, S., 2017, Using Magnetic Fly Ash to Identify Post-Settlement
Alluvium and its Record of Atmospheric Pollution, Central USA.
Anthropocene, Vol. 17, Elsevier, hal. 84–98.
Haris, V., 2013, Studi Awal Perubahan Sifat Magnetik Tanah Akibat Pemakaian
Pupuk Kimia, Jurnal Sainstek, Vol. 5, No. 2, Jurusan Tadris Fisika STAIN
Batusangkar.
Hikma, R., Zulaikah, S., Budi, E., 2015, Analisis Sifat Tanah Perkebunan Apel
Melalui Pengukuran Suseptibilitas Magnetik, XRF, dan GPR dan
Implikasinya Pada Produksi Apel, Universitas Negeri Malang, Malang.
Hunt, C.P., Moskowitz, B. M., dan Barnerje, S.K., 1995, Magnetic Properties of
Rocks and Mineral, London.
Karyasa, I.W., 2013, Studi X-Ray Fluorescence dan X-Ray Diffraction terhadap
Bidang Belah Batu Pipih Asal Tejakula, Jurnal Sains dan Teknologi, Vol.
2, No. 2, Universitas Pendidikan Ganesha, hal. 204-212.
39
Kriswarini, R., Anggraini, D., dan Djamaludin, A., 2010, Validasi Metode XRF (X-
Ray Fluorescence) secara Tunggal dan Simultan untuk Analisis Unsur Mg,
Mn, dan Fe dalam Paduan Aluminum, Seminar Nasional VI SDM Teknologi
Nuklir, BATAN, Banten
Long, X., Ji, J., Balsam, W., Barron, V., Torrent., 2015, Grain Growth and
Transformation of Pedogenic Magnetic Particles in Red Ferralsols,
Geophys, Elsevier, hal. 5762-4770.
Marques Jr., J., Siqueira, D.S., Camargo, L.A., Teixeira, D.D.B., Barrón, V.,
Torrent, J., 2014, Magnetic Susceptibility and Diffuse Reflectance
Spectroscopy to Characterize the Spatial Variability of Soil Properties in a
Brazilian Haplustalf, Geoderma, Vol. 219-220, Elsevier, hal. 63-71.
Mengel, K., dan Kirby E.A., 1987, Principle of Plant Nutrition 4th Edition,
International Potash Institute, Zug, Switzerland.
Pratiwi, R. A., Prakoso, A. G., Darmasetiawan, R., Agustine, E., Kirana, K. H.,
Fitriani, D., 2016, Identifikasi Sifat Magnetik Tanah di Daerah Tanah
Longsor, Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-journal) SNF2016, Vol.5,
No.1, hal 182-187.
Rachman, A., Sutono, Irawan, Suastika, W.I., 2017, Indikator Kualitas Tanah
pada Lahan Bekas Penambangan, Jurnal Sumber Daya Lahan, Vol. 11, No.
1, Balai Penelitian Tanah.
Rowntree, K.M., Van der Waal, B.W., Pulley, S., 2017, Magnetic Susceptibility as
a Simple Tracer for Fluvial Sediment Source Ascription During Storm
Events, J. Environ. Manag, Vol. 194, Elsevier, hal. 54-62.
Rosmarkam, A., dan Yuwono, N.W., 2002, Ilmu Kesuburan Tanah, Kanisius,
Yogyakarta.
Silva, S.H.G., Poggere, G.C., Menezes, M.D.D., Carvalho, G.S., Guilherme,
L.R.G., Curi, N., 2016, Proximal Sensing and Digital Terrain Models
Applied to Digital Soil Mapping and Modeling of Brazilian Latosols
(Oxisols). Remote Sens, Vol. 8, Elsevier 614–636.
Cahyono, O, 2014, Ilmu Tanah, Universitas Tunas Pembangunan Surakarta,
Yogyakarta.
Siqueira, D.S., Marques Jr., J., Teixeira, D.D.B., Matias, S.S.R., Camargo, L.A.,
Pereira, G.T., 2016, Magnetic Susceptibility for Characterizing Areas with
Different Potentials for Sugarcane Production. Pesq Agropec Bras, Vol. 51,
Elsevier, hal. 1349–1358.
Subekti, 2010, Analisis Suseptibilitas Magnetik Pasir Besi, Skripsi, Jurusan Fisika,
Universitas Surakarta, Surakarta.
40
Sudarmi, 2013, Pentingnya Unsur Hara Mikro Bagi Pertumbuhan Tanaman, Jurnal
Widyatama, Vol. 22, No.2, Fakultas Pertanian Universitas Veteran, hal 178-
183.
Tarling, D.H. dan Hrouda, F., 1993, The Magnetic Anisotropy of Rock, Chapman
& Hall, London, United Kingdom.
Thompson, R., Oldfield, F., 1986, Enviromental Magnetism, George Allen and
Unwin, London.
Torrent, J., Liu, Q.S., Barrón, V., 2010, Magnetic Minerals in Calcic Luvisols
(chromic) Developed in a Warm Mediterranean Region of Spain: Origin and
Paleoenvironmental Significance, Geoderma, Vol. 154, Elsevier, hal. 465–
472.
Yulipriyanto, H., 2010, Biologi Tanah dan Strategi Pengelolaannya, Graha Ilmu.,
Yogyakarta.
Wang, X., Lu, H., Zhang, W., Hu, P., Zhang, H., Han, Z., Wang, Z., Li, B., 2016,
Rock Magnetic Investigation of Loess Deposits in the Eastern Qingling
Mountains (Central China) and its Implications for the Environment of
Early Humans. Geophys, Vol. 207, Elsevier, hal. 889 – 900.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2015, Pengambilan Contoh Tanah
untuk Penelitian Kesuburan Tanah,
balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/en/berita-terbaru-
topmenu-58/1057-kesubu,diakses Oktober 2018
41
LAMPIRAN
42
Lampiran 1. Perhitungan Nilai Suseptibilitas Magnetik Sampel
43
B6 B7 B8 B9 B10
No
LF HF LF HF LF HF LF HF LF HF
A1 313.1 291.8 332.4 316.2 239.8 238.9 316.7 312.6 274.7 271.6
A2 314.8 297.9 328.9 312.6 239.9 234.3 317.8 314.9 275.4 274.1
A3 309 278.5 328.8 314.6 241.4 232 313.5 309.7 272.7 269.2
A4 309.8 206.6 331.8 315.1 237.6 233.4 309.9 305.1 273.6 269.6
A5 311.2 298.7 330 310.3 238.1 228.6 315.3 315.1 273.5 269.3
A6 318.5 304.2 337.7 321 241.1 232.9 320.2 298.6 277.4 274
Suseptibilitas A7 312.8 304.7 332.3 316.1 241.6 235.9 322.9 301.8 279.2 274.1
Magnetik A8 299.5 297.6 330.1 310.7 242.2 231.5 313 293.7 268.7 260.5
-8 3 -1
(×10 m kg ) A9 311.5 296.3 332.8 319.1 241.8 235.2 316.7 303.1 278.2 274.1
A10 308.3 300.5 332.2 319.4 237.4 232.9 319.2 299.8 278.1 272.7
A11 311.6 305 335.4 319.7 244 231.6 316.4 298.3 280.9 274.7
A12 311.6 299.4 333.2 315.8 238.8 231.6 318.1 297.2 278.4 273
A13 276.7 261.2 302.4 291.6 218.9 212.6 290.1 274.6 253.7 244
A14 305.8 306.9 336 321.5 239.6 232 316.7 297.5 280.2 270.6
A15 310.6 301.2 330.4 313.4 241.1 234 316.6 300.4 277.8 272
χ11 314.1 281.1 333.5 316.7 242.1 234.4 316.3 312.9 277.7 274.0
Komponen χ22 312.3 288.9 334.1 316.1 242.1 236.0 318.9 307.4 274.6 270.8
Tensor χ33 298.5 300.1 323.3 310.6 232.5 225.1 309.4 284.2 272.2 264.0
Suseptibilitas
Magnetik χ12 0.8 24.6 -1.3 -2.1 0.1 -2.4 1.6 3.1 0.1 0.5
(×10 m kg ) χ23
-8 3 -1 -2.2 1.2 -1.5 -1.2 -1.0 0.2 1.3 0.0 0.4 -0.3
χ13 1.2 -2.8 -2.0 -3.0 -0.9 0.5 0.4 0.4 -1.2 -0.1
Swanilai X1 314.4 310.0 335.2 318.9 242.4 237.7 319.8 314.3 278.0 274.1
Suseptibilitas X2 312.4 300.2 333.1 315.7 241.9 232.7 315.5 306.0 274.7 270.7
Magnetik X3 298.1 259.9 322.6 308.9 232.3 225.0 309.3 284.2 271.8 251.7
(×10-8m3kg-1) Xm 308.3 290.0333 330.3 314.5 238.9 231.8 314.9 301.5 274.8 265.5
44
1.2 Lahan Cabai Merah
C1 C2 C3 C4 C5
No
LF HF LF HF LF HF LF HF LF HF
A1 399 387.3 361.9 354.9 361.6 346.9 318.4 323.8 384 368.8
A2 401.4 389.8 364.7 349.1 359.6 346.3 316.5 302.9 376.9 361.8
A3 401.3 393 364.5 351 357.4 342.1 318.9 306.3 380.3 365.3
A4 400.6 386 370.4 351.9 356.3 346.3 319.1 302.2 377.2 365.2
A5 399.8 383.7 362.1 346.2 358.2 342.3 322.4 308.9 378.8 363.1
A6 409.8 400.4 369.2 358.4 267.5 356.6 328.9 322.9 381.7 371.4
Suseptibilitas A7 407.8 399.6 370.4 359.7 365.7 353.2 329.2 326.6 388.7 369.6
Magnetik A8 404 388.1 352.8 347.4 349.1 339.2 388.4 306.8 361.8 350
(×10-8m3kg-1) A9 411.8 399.5 368.4 356.9 367.2 353.5 327 319.7 385.4 374.2
A10 408.1 396.2 369.5 351.3 365.5 353.4 328.3 321.8 389.9 374.1
A11 412.2 397.7 371.2 361.4 366.4 357.7 329.3 323.5 384.1 367.6
A12 411.1 397.8 340.8 359.6 367.1 355.7 333.8 323.5 382.6 369.6
A13 374 362.9 368.4 317.7 335.6 326.5 302.1 292.5 355.5 345
A14 411.4 397.7 367.6 353.8 367.6 353.7 326.6 318.9 379.9 369.8
A15 411.6 394.8 367.8 359.2 367.7 355.9 330.2 317.7 382.1 376.1
χ11 406.0 392.8 361.9 356.7 373.6 349.3 316.6 311.7 382.7 369.0
Komponen χ22 405.2 392.2 363.6 353.0 343.7 346.3 349.7 313.8 377.7 362.9
Tensor
χ33 401.6 389.9 368.5 346.1 345.2 350.2 317.5 318.1 377.5 366.4
Suseptibilitas
χ12 0.4 0.0 -1.4 -2.9 0.0 -1.1 0.3 -3.6 -1.4 -2.3
Magnetik
(×10-8m3kg-1) χ23 -1.4 -1.0 0.6 -1.1 24.1 -0.9 0.4 1.5 2.9 -0.5
χ13 -0.2 -0.7 -7.6 0.9 0.2 0.0 2.0 -0.3 0.2 2.1
Swanilai X1 406.3 393.1 373.6 358.4 373.6 350.5 349.7 318.9 383.1 370.8
Suseptibilitas X2 405.4 392.4 363.5 351.4 368.6 349.6 319.1 315.7 380.2 365.4
Magnetik X3 401.1 389.4 356.8 345.9 320.3 327.4 315.0 309.0 374.5 362.1
(×10-8m3kg-1) Xm 404.3 391.6333 364.6 351.9 354.2 342.5 327.9 314.5 379.3 366.1
45
C6 C7 C8 C9 C10
No
LF HF LF HF LF HF LF HF LF HF
A1 362.6 352.2 388.7 373 400 390.2 433.7 424.9 351.2 345.2
A2 357.7 343 386.3 368.6 394.4 373.7 435.5 432.8 355 344.2
A3 360.4 351.7 388.9 377.3 395.9 392.9 430.8 419.6 350.6 341.9
A4 363.1 350.8 387.6 374.9 395.1 386.3 435.2 426.7 350.4 312
A5 354.1 354.1 387.1 374 393.4 383.1 435.6 428.7 354.5 349
A6 363.3 355.4 400.9 393.3 398.1 389.2 450.2 439.5 362.8 361.8
Suseptibilitas A7 365.4 360.6 393.4 384.6 395.5 380.6 443.7 434 364.2 338.8
Magnetik A8 350.2 336.2 383.3 366.4 394.4 375.8 427.6 422.1 349.6 343.8
(×10-8m3kg-1) A9 362.1 357.4 396.7 384.7 401.8 389 451.8 444 364 348.5
A10 360.8 352.1 390.7 380.2 397.1 389.4 450.7 443.1 366 354.6
A11 367.1 356.9 394.2 387.8 393 389.9 443.9 436.7 366.8 357.5
A12 363.8 358.1 390.3 386.7 395.4 383.7 446.8 439.7 361.8 350
A13 333.4 322.8 358.3 355.4 364.5 350.7 410.9 400.1 338.2 329.7
A14 364.7 360.1 395.5 380.7 401.6 390.4 450.8 438.8 263.2 360
A15 364.7 352.5 390.1 374.8 397.4 382 446.5 438.8 363.1 353.3
χ11 365.3 356.4 391.2 377.5 398.8 391.6 438.0 429.6 340.7 344.7
Komponen χ22 358.0 348.1 391.3 375.3 399.3 383.6 438.5 432.5 365.7 341.4
Tensor χ33 355.3 348.3 383.9 379.7 385.5 374.2 442.2 431.8 345.9 351.9
Suseptibilitas
Magnetik χ12 -3.5 -1.5 -0.7 -1.3 -1.8 -4.9 0.6 2.5 2.0 9.0
(×10 m kg ) χ23
-8 3 -1 0.2 0.0 -3.4 -3.3 -1.8 -2.1 -1.9 -1.6 0.8 -4.2
χ13 -0.8 -1.6 -2.3 -1.8 -0.5 -3.6 -0.3 0.8 23.7 -3.6
Swanilai X1 366.8 356.9 392.6 381.7 401.0 394.2 443.0 434.4 368.5 357.5
Suseptibilitas X2 356.7 348.2 391.8 378.1 397.4 382.6 438.2 431.8 364.4 346.7
Magnetik X3 355.3 347.6 382.0 372.7 385.2 372.6 437.5 418.4 319.4 318.5
(×10-8m3kg-1) X 359.6 350.9267 388.8 377.5 394.5 383.1 439.6 428.2 350.8 340.9
m
46
1.3 Lahan Kentang
K1 K2 K3 K4 K5
No
LF HF LF HF LF HF LF HF LF HF
A1 246.6 241.1 257.4 247.4 291.7 284.4 211.1 201.3 274.8 269.6
A2 244.8 236.1 256.4 245.2 287.2 282.2 208.2 200.8 264.6 269.8
A3 264.9 239.7 252.8 243.3 283.8 277.3 205.8 197.7 267 273.5
A4 245.1 241.5 255.7 243.2 287.4 277.6 202.5 202 271.3 265.9
A5 247.5 241.5 256.2 248.3 284.8 278.5 205.1 198.9 270 269
A6 250.6 242.6 261.4 253.7 295.8 284.9 210.2 204 278.2 273.6
Suseptibilitas A7 277.9 246.7 260 250.7 295.8 390.7 210.3 204.9 276.6 270.9
Magnetik A8 237.4 232.9 252.6 244.5 282.2 276.3 200.3 193.6 261.9 258.8
-8 3 -1
(×10 m kg ) A9 253.5 248.7 261.5 253.1 293.5 287.8 212.7 207.5 280.4 271.7
A10 254.6 248.3 261.4 251 293.1 287.4 210.3 202.2 277.6 269
A11 249.9 246.4 261.4 251 296.7 287.3 211.9 203.5 277.7 270
A12 250.7 245.4 259.7 251.6 297.5 290.1 210.3 204.9 277.6 268.7
A13 230.7 220.3 235.4 228 270.6 268.7 192.6 180.7 256.4 250
A14 247.9 243.8 262.8 253.3 291.7 286.3 212.4 200.8 276.8 269.5
A15 253.4 246.9 258.6 252 295.3 288.5 202.6 202.7 276.8 268.7
χ11 253.4 243.3 258.1 248.0 290.3 272.6 208.3 202.0 272.1 272.7
Komponen χ22 248.3 240.9 258.5 248.8 288.7 296.7 207.1 201.7 270.6 267.4
Tensor χ33 249.4 240.2 254.1 246.5 290.4 300.3 205.8 197.4 274.9 263.7
Suseptibilitas
Magnetik χ12 0.2 -1.3 -0.1 0.7 -1.8 -0.3 -0.1 -0.9 -2.9 0.8
(×10-8m3kg-1) χ23 7.1 0.9 -0.4 -1.3 -0.1 26.4 -0.6 -1.1 -1.1 -1.4
χ13 1.6 0.5 -1.5 -0.2 1.1 1.3 -2.9 0.8 0.0 -0.5
Swanilai X1 256.5 243.9 258.6 249.7 292.0 324.9 210.2 203.1 275.4 272.9
Suseptibilitas X2 252.9 241.3 258.5 247.7 289.9 273.4 207.2 200.9 273.9 267.7
Magnetik X3 241.7 239.2 253.6 245.9 287.5 248.5 203.9 197.1 268.2 254.8
(×10-8m3kg-1)
Xm 250.4 241.46 256.9 247.8 289.8 282.3 207.1 200.4 272.5 265.1
47
K6 K7 K8 K9 K10
No
LF HF LF HF LF HF LF HF LF HF
A1 255.1 266.4 200 196.1 306.7 299.8 228.6 232.4 162 158.3
A2 224.9 263.2 204.2 199.9 312 300.8 227.3 225.5 166 163.5
A3 222.4 264.5 197 198 309 301.8 227.8 219.8 163.3 160.6
A4 220.8 265.9 195.2 194.9 306.3 297.9 230.1 223.4 159.1 156.9
A5 219.2 261.9 199 192.7 319.1 300.7 228.8 217.9 166.4 163.7
A6 222.5 268 199.3 194.5 315 307.1 234.2 228.2 169.8 161.1
Suseptibilitas A7 228.7 268.1 199.3 195.7 315.8 306.1 234.7 226.6 163.6 165.7
Magnetik A8 216.7 256.4 198.8 190.4 306.8 299.5 227.7 221.2 159.7 157.4
(×10-8m3kg-1) A9 219.4 271 199 198.1 316.1 308 234.3 226.6 171.8 162.4
A10 229.8 268.7 199 195 311.6 304.8 235 227.2 165.1 162.2
A11 219.6 20.8 200.3 194.3 313.4 305 234.7 227.4 169.8 164.2
A12 224.5 268.7 198.9 196.2 314 307.8 234.1 229.3 166.9 162.3
A13 204 246.4 177.7 177.3 293.1 287.8 214.9 210.3 152.8 153.3
A14 218.7 268.1 198.1 193.4 310.6 309.6 234.7 230.2 171.5 164.5
A15 225.6 268.5 198.5 192.1 313.1 308 234.7 209 166.9 161.5
χ11 228.1 230.5 200.6 198.0 312.0 303.8 231.0 223.2 166.3 162.3
Komponen χ22 228.3 288.8 201.7 196.1 312.8 301.6 230.9 227.1 163.3 160.4
Tensor χ33 214.0 226.0 190.5 187.6 307.7 303.5 230.4 220.8 165.3 160.9
Suseptibilitas
Magnetik χ12 -8.0 -1.8 2.0 0.4 4.5 1.0 -0.6 -3.1 2.8 3.0
(×10 m kg ) χ23
-8 3 -1 4.2 -0.5 0.0 -0.5 -0.9 -1.1 0.3 -0.3 -3.2 1.1
χ13 3.0 62.1 -0.3 0.1 0.8 0.3 -0.1 -4.8 -1.9 -1.2
Swanilai X1 236.2 201.6 203.2 198.1 317.0 304.2 231.7 229.5 170.3 164.5
Suseptibilitas X2 223.0 287.8 199.1 196.0 309.0 303.9 230.4 225.0 164.0 161.6
Magnetik X3 211.2 166.1 190.5 180.4 306.6 300.8 230.2 216.6 160.6 157.4
(×10-8m3kg-1) Xm 223.5 218.5 197.6 191.5 310.8 303.0 230.8 223.7 165.0 161.2
48
1.4 Lahan Tomat
T1 T2 T3 T4 T5
No
LF HF LF HF LF HF LF HF LF HF
A1 207.7 207.6 245.9 230.9 286.3 281.4 297.3 282 275 272.7
A2 217.7 205.2 241.7 236.1 286.3 279.2 298.4 289.9 274.3 261.4
A3 209.3 197.3 244.7 238.4 284.8 271.2 299.3 280.3 272.7 267.9
A4 213.2 204.5 245.6 238.1 282 263.7 296.5 298.5 271.2 271
A5 213.2 208.4 240.7 234 283 269 290.9 262.3 268.3 265.7
A6 217.3 211.9 243.8 241.6 287.1 282.1 306.5 288.9 274.5 268.7
Suseptibilitas A7 216.6 209.6 248.4 242.4 288.4 280.7 303.3 297.5 280.8 275.1
Magnetik A8 207.9 205.2 234.5 233.5 274.3 258.5 289.2 277.7 274.9 260.6
(×10-8m3kg-1) A9 217.4 209.2 242.4 238.7 292.4 277.9 306.6 279.5 277.6 264.8
A10 219.5 208.4 250.6 244.7 289 287.9 302.2 278.5 287.1 261.4
A11 217.9 210.5 242 239.3 288.8 279.1 300.7 288.1 277.6 269.1
A12 215.7 209.5 247.5 242.9 289.8 287 301.3 290.5 285.4 275.7
A13 195.6 188.1 226.4 218.5 265.4 258.4 280.7 292.3 263.2 251.5
A14 214.8 209 243.7 236.9 292.2 267.9 303.3 286.9 279 266.2
A15 216.9 206.3 249.7 244.6 288 302.3 298 297 283.1 278.2
χ11 213.9 204.8 246.8 238.8 288.7 278.4 298.8 285.0 275.4 273.0
Komponen χ22 214.5 209.7 242.3 237.3 283.0 270.1 297.6 279.1 275.2 264.5
Tensor χ33 211.8 203.6 240.5 236.0 283.8 280.8 298.4 293.9 278.4 264.6
Suseptibilitas
Magnetik χ12 2.5 0.4 -2.3 0.3 0.3 0.8 -1.1 -7.1 -0.9 -4.2
(×10-8m3kg-1) χ23 0.3 -0.8 3.2 1.7 -0.5 2.1 -1.9 1.9 4.0 0.8
χ13 0.0 -0.9 2.9 2.8 -0.8 10.6 -1.2 3.1 3.0 4.6
Swanilai X1 216.7 209.9 248.1 240.9 288.9 290.4 300.0 294.9 281.7 276.1
Suseptibilitas X2 212.0 205.2 244.7 237.4 284.0 270.4 299.5 289.3 276.2 265.3
Magnetik X3 211.5 203.0 236.7 233.7 282.7 268.4 295.3 273.8 271.0 260.6
(×10-8m3kg-1) Xm 213.4 206.0467 243.2 237.4 285.2 276.4 298.3 286.0 276.3 267.3
49
T6 T7 T8 T9 T10
No
LF HF LF HF LF HF LF HF LF HF
A1 129.3 137.3 231.6 231.2 289 286.7 238.4 230.3 235.3 265.5
A2 130.8 130.7 231.9 225.3 283.6 283.8 239.6 230.3 242 262.7
A3 129.6 121.4 237.8 229.7 287.2 296.5 244.5 234 238.5 268.2
A4 129.8 133.8 230.7 227.5 287.9 286.9 233.9 238.8 236.1 268.7
A5 133.3 127.1 230.3 230.1 283.5 275.5 239.7 238.6 240.6 257.5
A6 133 131.6 238.3 229.9 294.5 286.1 241.3 228.5 244.8 268.2
Suseptibilitas A7 134.3 124.9 242 237.8 290.8 288.4 240.6 243.5 241 267.6
Magnetik A8 146.8 129.6 229.7 217.3 282.2 274.6 234 243.7 233.4 258.9
(×10-8m3kg-1) A9 136.1 145.2 240.1 224.2 293.5 288.8 242.5 233.9 241.5 267.3
A10 136.4 130.7 241.1 234.5 291.7 279.2 240.2 242.9 240.4 268.1
A11 131.7 127.7 239.2 233.4 294.1 276.6 243.4 233.8 242.9 270
A12 136.4 130.5 237.9 232.7 293.9 281 234.6 237.9 240.9 268.2
A13 122.3 125.4 220.7 207.9 272.3 273.6 217.9 215 219.5 238.8
A14 132.8 124.8 238.8 223.4 291.7 262.7 240.3 248.4 243.4 268.1
A15 133.8 118.6 237.8 223.4 288 267.4 234.3 238.8 240.2 263.6
χ11 129.6 124.4 235.7 230.8 289.1 282.6 241.8 237.4 241.6 269.0
Komponen χ22 139.5 136.2 233.6 227.9 287.3 285.4 239.5 239.7 239.1 264.7
Tensor χ33 130.1 127.3 236.4 222.9 288.3 273.6 231.7 230.6 235.5 258.5
Suseptibilitas
Magnetik χ12 1.3 -3.3 0.0 -0.8 -2.4 -3.6 1.7 -0.1 2.8 -3.5
(×10-8m3kg-1) χ23 0.4 -5.3 1.2 4.6 -1.4 -1.8 -0.8 6.0 -1.2 0.1
χ13 1.4 -0.9 -0.6 -0.2 -1.0 2.3 -3.7 -1.4 -1.3 -1.6
X1 139.7 139.2 237.0 231.5 290.8 288.4 243.8 242.8 243.7 168.9
Swanilai
Suseptibilitas X2 131.2 126.5 235.4 229.9 289.1 280.3 238.7 237.5 237.3 262.9
Magnetik X3 128.4 122.2 233.1 220.2 284.8 272.9 230.5 217.9 235.1 258.3
(×10-8m3kg-1)
Xm 133.1 129.2867 235.2 227.2 288.3 280.5 237.7 232.7 238.7 230.0
50
1.5 Lahan Kosong
P1 P2 P3 P4 P5
No
LF HF LF HF LF HF LF HF LF HF
A1 629.4 620.9 343 332.1 665.9 661.1 1312 1325.2 1101.8 1091.3
A2 619.2 621.4 338.3 338.3 651 655.4 1318.5 1306.6 1097.7 1084.8
A3 632.6 625.5 338.2 338.8 649.2 654.7 1322.7 1302.9 1095 1103.1
A4 626.8 622.3 336.5 333.6 650.3 658.8 1339.8 1298.9 1090.6 1090.5
A5 636.2 624.6 336.8 333.6 650.8 663.5 1321.4 1312.6 1100.1 1073.5
A6 605.3 638.2 348.2 338.5 688.3 674.4 1374.9 1360.9 1124.3 1115.7
Suseptibilitas A7 649.6 637.2 350.1 342.6 688.9 675.7 1342.3 1353.5 1141.1 1127
Magnetik A8 631 608.5 332.1 332.2 661 659 1337.9 1315.4 1086.8 1071.1
(×10-8m3kg-1) A9 665.9 651.8 354.7 350.3 702.7 692.9 1424.6 1401.9 1148.5 1140.6
A10 652.9 648.1 356.3 345.6 700 682.2 1409.2 1393.5 1160.6 1138.4
A11 660.9 655.4 355.4 348.9 698.8 689.3 1424.2 1397.1 1148.4 1135.8
A12 648.4 642.6 349.3 340.3 684.8 677.4 1373.4 1348.4 1133.9 1118.8
A13 599.7 597.6 319 315.4 630.6 632.2 1250.2 1243.2 1053.7 1035.3
A14 648.8 644.5 347 341.4 686.3 681.8 1377.7 1357.7 1133 1120.3
A15 664.9 655.8 359.8 353 712.3 693.4 1421.7 1404.3 1162.3 1140.8
χ11 642.8 635.2 344.2 341.2 662.6 667.3 1348.5 1326.9 1111.7 1106.8
Komponen χ22 629.7 620.9 340.6 336.3 667.9 665.3 1344.6 1333.8 1106.8 1092.3
Tensor χ33 641.9 642.8 348.2 339.4 693.7 677.7 1377.1 1363.7 1137.1 1118.3
Suseptibilitas
Magnetik χ12 -0.2 0.7 -1.1 1.6 -3.6 -0.3 -3.0 -1.2 1.4 -5.9
(×10-8m3kg-1) χ23 7.8 -1.2 0.9 -0.1 -0.5 -2.3 -12.0 -4.0 7.2 2.3
χ13 0.9 -0.4 1.7 0.8 3.0 -0.1 -1.7 -0.5 3.7 0.9
Swanilai X1 645.9 642.8 348.9 341.9 694.1 678.1 1381.0 1364.2 1139.3 1118.5
Suseptibilitas X2 642.6 635.2 344.1 339.2 669.6 667.4 1349.7 1333.5 1111.2 1108.9
Magnetik X3 625.8 620.8 340.0 335.8 660.6 664.9 1339.4 1326.7 1105.1 1090.0
(×10-8m3kg-1) X 638.1 632.96 344.3 339.0 674.7 670.1 1356.7 1341.5 1118.5 1105.8
m
51
P6 P7 P8 P9 P10
No
LF HF LF HF LF HF LF HF LF HF
A1 710.6 701.5 350 356.8 378.8 357.7 475.7 477.8 1747.2 1718.7
A2 721.8 713.7 359.6 354.7 364 356.9 483.6 473.5 1777.7 1726.6
A3 734.4 717.7 360.1 363.4 367 356.9 486.5 477.1 1746.8 1726.8
A4 725.9 712.5 355.5 358.6 366.4 356.9 481.7 478.4 1747.1 1723.2
A5 729.7 712.8 359.9 358.8 362.3 361.4 485.2 485.3 1773.2 1727.8
A6 749.8 736.8 366.4 360.9 377.2 369.1 512.2 492.2 1835.3 1812.5
Suseptibilitas A7 745.8 735.9 365 361.5 385.5 369.8 494.6 289.7 1836.2 1815.5
Magnetik A8 709.6 702.8 364.2 356.2 358.6 351.9 486.6 474.5 1753.5 1731.5
-8 3 -1
(×10 m kg ) A9 765.5 753.1 378 371.8 383.3 373.3 512 498.9 1848.2 1832.3
A10 760.6 745.1 374.3 363.6 379.9 373.1 490.6 494.7 1850.1 1823.6
A11 763.3 751.7 378.6 371.2 380.9 374.2 520.1 499.6 1854.6 1837.8
A12 744.4 728.6 364.4 358.4 377.2 369.4 513.7 487.2 1853.9 1807.3
A13 694.7 682.5 327.7 322.5 316.4 335.6 455.4 447.5 1697.7 1677.7
A14 748.4 737.1 370.9 359.2 376.5 374.8 503.4 496.2 1837.2 1816.8
A15 763.3 749.6 371.3 369.7 378 372.7 510.5 500.7 1849.1 1812.6
χ11 737.3 722.6 363.0 364.8 374.3 364.1 495.5 505.9 1782.6 1747.0
Komponen χ22 725.4 716.1 364.7 361.0 373.5 360.1 486.0 452.5 1779.7 1751.7
Tensor χ33 750.8 737.6 361.5 351.6 362.6 366.5 500.8 456.2 1839.2 1819.4
Suseptibilitas
Magnetik χ12 3.8 3.1 3.5 -0.5 -4.7 0.9 2.9 0.7 14.2 3.1
(×10-8m3kg-1) χ23 -2.2 -2.2 -1.3 -1.9 1.2 0.1 -9.8 -51.7 0.7 -1.4
χ13 -1.0 -2.7 -3.5 -0.6 -0.5 -1.7 0.2 -2.0 2.8 -8.7
Swanilai X1 751.2 738.4 368.9 364.9 378.7 367.4 505.8 507.9 1839.4 1820.5
Suseptibilitas X2 738.2 723.1 361.9 361.4 369.2 363.4 495.9 504.1 1795.2 1752.9
Magnetik X3 724.2 714.8 358.4 351.2 362.5 359.9 480.7 458.9 1766.9 1744.8
(×10-8m3kg-1) X 737.9 725.4267 363.1 359.2 370.1 363.6 494.1 490.3 1800.5 1772.7
m
52
Lampiran 2. Hasil Uji XRF
53
54
55
56
57
58
59
60
61
Lampiran 3. Pseudo-code AMS di MATLAB 2013A
%original program oleh Arry HMDKSP on MATLAB 6.0
%Modifikasi oleh Arif Budiman
%Metode perhitungan parameter Anisotropi (baik suseptibilitas
maupun remanen magnetik)
%Data diperoleh 15 arah
%B = Matrik yang berhubungan antara hasil pengukuran komponen
tensor
%anisotropi
B = [0.5 0.5 0 -1 0 0; 0.5 0.5 0 1 0 0; 1 0 0 0 0 0; 0.5 0.5 0 -1
0 0; 0.5 0.5 0 1 0 0; 0 0.5 0.5 0 -1 0;
0 0.5 0.5 0 1 0; 0 1 0 0 0 0; 0 0.5 0.5 0 -1 0; 0 0.5 0.5 0 1 0;
0.5 0 0.5 0 0 -1; 0.5 0 0.5 0 0 1; 0 0 1 0 0 0; 0.5 0 0.5 0 0 -1;
0.5 0 0.5 0 0 1];
%C = Matriks tranpose dari [B]
C = B';
%E = Matriks [C] dikali matriks [B]
E = C * B;
for i = 1 :15,
for j = 1:1,
disp(['Suseptibilitas Sampel Arah A
(',num2str(i),',',num2str(j),')']);
A(i,j)=input('=');
end
end
62
Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian
63
64
65