MUH. ABBAS
G111 12 268
OLEH
MUH. ABBAS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
ii
STUDI KARATERISTIK DAN KLASIFIKASI TANAH DARI
BATUGAMPING FORMASI TONASA KABUPATEN MAROS
ABSTRAK
Kabupaten Maros merupakan daerah yang dominasi oleh batugamping Formasi
Tonasa (Temt). Batugamping termasuk kedalam batuan sedimen yang sebagian
besar terdiri dari kalsium karbonat terutama dalam bentuk kalsit dan magnesium
karbonat, batugamping mengandung lebih dari 95 % kalsit dan kurang dari 5 %
dolomit. Formasi Tonasa memiliki ketebalan ±3000 meter dan luas
penyebarannya di wilayah Kabupaten Maros mencakup ±26.212,98 ha, sehingga
sangat mempengaruhi proses karateristik tanah yang terbentuk Penelitian ini
bertujuan untuk mempelajari karakteristik tanah yang berkembang dari
batugamping Formasi Tonasa di Kabupaten Maros pada kategori Sub-Grup
Penelitian dilakukan dengan survei lapangan dengan 12 titik pengamatan profil
dan sampling tanah. Analisis sifat fisik dan kimia tanah digunakan untuk
mengetahui karakteristik tanah dan Analisis Fourier Transform InfraRed untuk
mengetahui kandungan mineral dalam tanah. Penentuan klasifikasi tanah pada
kategori Sub-Grup menggunakan kunci taksonomi USDA edisi keduabelas 2014.
Kategori tanah pada tingkat Sub-Grup adalah Typic Hapludalfs ditemukan pada
kelerengan <2% dan 3-8 %, Litic Dystrudepts ditemukan pada kelerengan <2%
dan 16-25 %, Ruptic-Alfic-Dystrudepts ditemukan pada kelerengan >60%, Ruptic-
Ultic-Dystrudepts ditemukan pada kelerengan <2%, Typic Endoaquepts
ditemukan pada kelerengan <2%, Typic Dystrudepts ditemukan pada kelerengan
<2%, 3-8 %, 41-60 % dan > 60%. Mineral pada tanah yang berkembang lebih
lanjut, yaitu kategori subgrup Typic Hapludalfs mengandung mineral asosiasi illit-
vermikulit-montmorillonit-kaolinit, dengan dominasi utama mineral karbonat.
Kata Kunci: Tanah, Batugamping, Tonasa, Maros, Alfisol, Inceptisol
iii
KATA PENGANTAR
iv
3. Rekan Keluarga Organisasi di FOKUSHIMITI, BEM KEMA FAPERTA
UNHAS, FMA FAPERTA UNHAS, HIMTI FAPERTA UH, dan terkhusus
teman-teman SOIL 2012 ( Isra, Pratama, Sandi, Derry, Hasni, Maya,
Jumardianto, Muchlis Muhammad, Rara, Fitri, Firah, Yapet, Idriani, Aman,
Eta, Irma, Ella), sahabat seperjuangan (Almunatsir, Khairia D. Fatma Lilia
Sari, Irwan, Siti Mudrika, Arsandi, Asfar Amar Sukriadi, Isbahuddin, Ibrahim,
Aris, Nur Ilham, Ilham, Nasrul, Mustakim, Rifaldi, Akbar, Awal, Sabir,
Rahayu Putri Ahmad, Rusmin Rombe, Nurmala S., A. Umi M, Nilulangsari, St.
Meisarah S., Indra, Regina, Safaat, Faisal, Riska Mulyana, Nurafia Ruslan,
Devi, Mutmainna, Firly, Maman, Amri, Risma, Isra Miranti, Diana, Selpiani,
Amin Rais, Ikram, Rifat, Anjas, Riskayanti, Riko) dan teman-teman yang tidak
sempat disebut satu persatu yang selalu mengajarkan penulis tentang
kesabaran, keikhlasan, kehilangan, dan arti sebuah proses.
Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir skripsi ini jauh dari sempurna,
namun penulis berharap apa yang tertulis ini dapat memberikan sumbangsih pada
kemajuan ilmu pengetahuan terutama di bidang keilmuan penulis.
Muh. Abbas
v
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL...................................................................................... ix
2.1 Tanah.............................................................................................. 4
vi
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ............................................ 11
vii
5.2 Mineral Tanah ............................................................................... 30
LAMPIRAN .............................................................................................. 49
viii
DAFTAR TABEL
3.1 Alat yang digunakan dalam analisa contoh tanah di laboratorium ........ 12
4.1 Jenis tanah yang terdapat di Formasi Tonasa Kab. Maros ..................... 18
4.2 Kelas lereng yang terdapat di Formasi Tonasa Kab. Maros ................... 20
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
PENDAHULUAN
Tanah terbentuk melalui lima faktor, yaitu iklim, vegetasi, topografi, batuan dan
cepat atau lambatnya proses pelapukan. Objek dari pelapukan itu sendiri ialah batuan
dan bahan organik, dimana batuan sebagai bahan induk tanah mineral dan bahan
organik sebagai sumber organik tanah (Alam et al. 2012). Setelah tanah terbentuk,
atau erosi, (3) transformasi, seperti perubahan bentuk, sifat atau fungsi suatu senyawa
dalam tanah dan (4) translokasi, contohnya ialah proses pencucian horizon E
selebihnya air dan udara mengisi pori-pori tanah sebanyak 25% (Brady, 1990).
Mineral merupakan penyusun utama dari batuan. Mineral digolongkan menjadi dua,
yaitu: (1) mineral primer yang bersumber dari batuan induk, dan (2) mineral sekunder
merupakan hasil pelapukan mineral primer dari batuan induk. Mineral primer
umumnya ditemukan dalam tanah seperti kuarsa, felspar, piroksin, amfibol, dan mika
sedangkan pada mineral sekunder yang sering dijumpai dalam tanah ialah liat silikat
1
(kaolinit, monmorlionit, illit, vermikulit, dan khlorit) dan non silikat (kalsit, dolomit,
mineral dalam batuan akan mempengaruhi tingkat resistensi batuan terhadap proses
pelapukan dan bahan induk yang dihasilkan. Bahan induk yang berbeda akan
menghasilkan jenis tanah yang berbeda pada awal pembentukannya dan kurang
Proses pelapukan bahan induk yang berasal dari batuan sedimen akan berbeda
dengan pelapukan yang berasal dari batuan beku, metamorf dan vulkanik. Batuan
sedimen memiliki keunikan tersendiri karena berasal dari proses lithifikasi material
hasil pelapukan dari batuan sebelumnya. Sehingga karakteristik tanah yang dihasilkan
dari pelapukan batuan sedimen sangat penting untuk diteliti lebih lanjut. Salah satu
yang sebagian besar terdiri dari kalsium karbonat terutama dalam bentuk kalsit dan
magnesium karbonat, batugamping mengandung lebih dari 95% kalsit dan kurang
dari 5% dolomit (Jacson, 1997, dalam Cooley, 2009). Tanah yang tebentuk oleh
bahan induk karbonat biasanya bertekstur liat dan berwarna merah (Renton, 1994,
karakteristik yang berbeda dengan batugamping pada formasi lainnya di luar Pulau
1982) terdiri dari; batugamping koral pejal, sebagian terhablurkan, berwarna putih
2
dan kelabu muda; batugamping bioklastika dan kalkarenit, berwarna putih, coklat
muda sebagian berlapis baik dan berselingan dengan napal kalkarenik. Formasi ini
Data dari peta Rupa Bumi Indonesia, skala 1:50.000 (2011) menunjukkan
penggunaan lahan yang terdapat pada wilayah Formasi Tonasa berupa hutan lahan
kering primer dan sekunder, semak belukar, pertanian lahan kering yang bercampur
dengan semak, pertanian lahan kering, sawah, tambak dan hutan tanaman industri.
pemanfaatn lahan di lahan dengan bahan induk batugamping masih terkendala oleh
ancaman kekeringan yang masih sering terjadi di musim kemarau sehingga lahannya
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik tanah yang berkembang dari
pengelolaan tanah yang sesuai dengan karakteristik tanah-tanah yang terbentuk dari
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanah
Tanah adalah lapisan permukaan daratan bumi sebagai media tumbuh bagi tumbuhan
yang didalamnya terdapat empat komponen yaitu mineral, organik, air dan udara.
Pengertian ini masi sangat umum. Beberapa pendapat lain menyatakan bahwa tanah
masih terpusat pada pengertian sebagai sesuatu yang penting karena dapat
berbagai kebutuhan lain manusia. Selain itu tanah juga mampu menyaring air serta
Tanah dalam konsep pedologi adalah individu yang menempati ruang dan
mempunyai sistem dan susunan yang teratur. Dapat diartikan bahwa setiap tanah
memiliki sistem yang tetap dan susunan yang teratur, ataupun hubungan yang terjadi
didalamnya. Dari setiap individu tanah terdapat perbedaan baik yang asasi maupun
yang umum. Maksudnya di antara individu tanah yang berbeda terdapat keragaman
yang berbeda, sedangkan pada individu yang sama memiliki sifat dan karakteristik
Definisi Soil Survey Staff (1998) dalam Kunci Taksonomi Tanah Edisi
keduabelas (2014) Tanah merupakan benda alam yang tersusun atas padatan (bahan
mineral dan bahan organik), cairan dan gas, yang terdapat pada permukaan daratan,
menempati ruang dan memiliki ciri salah satu atau kedua dari horizon-horison atau
lapisan-lapisan, yang dapat dibedakan dari bahan asalnya sebagai suatu hasil dari
4
dalam tanah, atau memilki kemampuan untuk menopang tanaman berakar pada suatu
lingkungan alami.
Antartika yang memiliki suhu yang sangat dingin atau daerah gurun yang sangat
panas. Sebaliknya jika tanah sudah mampu menopang tumbuhan yang berakar di
lapang meskipun tanah tersebut masih memiliki kesamaan terhadap bahan asalnya,
maka ini dapat digolongkan menjadi sebuah tanah. Contoh dari tanah tersebut ialah
Prose pembentukan tanah merupakan suatu akibat dari adanya faktor energi-energi
dari luar tanah secara teratur. Faktor pembentukan tanah memiliki sifat yang dinamis
pada tanah dalam merubah sifat-sifat tanah dengan cara teratur. Setelah terbentuknya
tanah akan terjadi proses perkembangan. Sama halnya dengan mahluk hidup yang
lain (1) proses akumulasi bahan organik di permukaan daratan bumi yang kemudian
inilah yang disebut horizon O, antara lain proses yang terjadi ialah pembentukan
humus, gambut dan lain-lain; (2) proses eluviasi dengan membentuk horizon A,
proses yang terjadi berupa pencucian basa; (3) proses iluviasi dengan membentuk
horizon B, antara lain proses yang terjadi adalah akumulasi kapur, liat, besi dan lain-
lain; (4) proses diferensiasi horizon yang secara teratur sebagai akibat dari proses (1),
(2) dan (3). Dalam proses perkembangan tanah terdapat tiga reaksi yang terjadi yaitu
5
(a) reaksi fisik berupa perubahan permeabilitas, translokasi, tekstur dan struktur; (b)
reaksi kimia berupa pembentukan koloid, terjadi reduksi dan oksidasi serta pertukaran
ion; dan (c) reaksi bilologi ialah humifikasi, mineralisasi, nitrifikasi dan fiksasi N.
Fosil dari Formasi Tonasa (Temt) dikenali oleh D. Kadar (hubungan tertulis 1973,
1974, 1975), dan oleh Purnamaningsih (hubungan tertulis, 1974) dalam Sukamto,
beberapa fosil yang berumur antara Eosen sampai Miosen Tengah (Ta-Tf), dan
lingkungan pengendapan neritik dangkal sampai dalam dan sebagian laguna. Daerah
penyebaran Formasi Tonasa (Temt) cukup luas dan memiliki ketebalan hingga 3000
meter, penyebaran ini mulai dari utara yaitu daerah Barru ke selatan daerah
Formasi ini menindih tak selaras batuan Gunungapi Terpropilitkan (Tpv) dan
di tindih oleh Formasi Camba (Tmc). Selain itu dibeberapa tempat diterobos oleh
retas, sil, dan stok bersusunan basal dan diorite. Formasi berkembang baik di sekitar
2.3.1 Batugamping
karbonat. Sifat dari bahan induk karbonat umumnya membentuk tanah yang
cenderung berliat, berwarna merah dan tanah yang terbentuk di lapisan bawah
6
memiliki berhubungan langsung dengan bahan induk. Batugamping terbentuk dari
bahan induk kapur yang bersifat kalsit, dolomit atau kombinasi dari keduanya.
mineral dolomit yang dominan, tetapi pada kenyataanya kandungan mineral kalsit
2.4 Iklim
Iklim merupakan rata-rata cuaca pada jangka waktu yang panjang dalam satuan
wilayah yang luas, sedangkan cuaca adalah keadaan udara pada suatu waktu dan
berjanka pendek dalam luasan yang relatif sempit (Hanafiah, 2014). Iklim adalah
salah satu faktor pembentuk tanah. Pengaruh iklim dalam proses pembentukan tanah
dapat secara langsung ataupun tidak langsung. Pengaruh langsung berupa pelapukan,
pencucian, translokasi dan lain-lain sedangkan pengaruh tidak langsung dapat melalui
Faktor yang penting dalam iklim yaitu curah hujan dan suhu. Di dalam profil
tanah air hujan yang turun sebagian meresap kedalam tanah dan mempengaruhi
unsur kimia, dan bahan-bahan lain serta pertumbuhan perakaran tanaman, Sedangkan
di luar profil tanah air hujan sebagian hilang melalui aliran permukaan dan
kecepatan reaksi dalam proses pembentukan tanah, merupakan faktor penting dalam
7
menghitung evapotranspirasi potensial sehingga dapat menghitung jumlah curah
hujan efektif dan suhu dapat menentukan jenis dan jumlah vegetasi yang tumbuh
sehingga menentukan pula jumlah dan jenis bahan organik yang terbentuk
(1993) bahwa setiap kenaikan suhu 10º C maka kecepatan reaksi kimia akan
Lahan merupakan keadaan fisik suatu lingkungan berupa tanah iklim, relief,
1989) dalam Dinillah, Zulfa Annida (2015). Definisi penggunaan lahan penting
bumi. Penutupan lahan berkaitan dengan jenis kenampakan yang ada di permukaan
daratan bumi, sedangkan pengunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada
suatu lahan tertentu (Lillesand dan Kiefer, 1994 dalam Dinillah, Zulfa Annida, 2015).
8
2.6. Topografi
Topografi adalah bentuk wilayah suatu daerah yang didalamnya juga terdapat
mempengaruhi jumlah air hujan yang dapat meresap atau disimpan oleh masa tanah,
kedalaman air tanah, besarnya erosi yang dapat terjadi dan proses perpindahan bahan
bahan terlarut oleh air dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah. (hanfiah,
2005).
dikutip oleh Hanafia (2005) menyatakan bahwa sifat-sifat tanah yag terpengaruh
seperti (1) ketebalan solum dan bahan organik pada horizon O, (2) kadar bahan
organik pada horizon O dan air tanah, (3) warna, temperature dan taraf perkembangan
horizon, (4) reaksi tanah dan kadar garam mudah larut, (5) jenis dan taraf
Periode waktu pembentukan tanah mempengaruhi jenis dan sifat-sifat tanah yang
terbentuk di suatu kawasan. Waktu besifat pasif karena bentuk pengaruhnya tidak
perantara ke empat faktor pembentuk tanah lainnya. Semakin lama periode waktu
maka akan memberikan kesempatan ke empat faktor pembentuk tanah tersebut untuk
9
Kemudian Mohr dan Baren yang dikutip oleh Hanafiah (2014) membedakan
dalam lima fase pembentukan tanah, yaitu; (1) fase awal, dimana bahan induk belum
mengalami proses pelapukan, (2) fase juvenil, bahan induk yang telah mulai
mengalami proses pelapukan, namun sebagian besar masih asli, (3) fase viril, ditandai
dengan optimumnya laju proses pelapukan, telah banyak bebatuan mulai pecah dan
meningkatnya kadar liat karena mineral-mineral sekunder telah terbentuk, (4) fase
senil, proses pelapukan pada tingkat lanjut dan laju proses pelapukan telah menurun,
tetapi mineral-mineral tahan lapuk masih bertahan dan (5) fase akhir, ditandai dengan
10
III. METODOLOGI PENELITIAN
Pengamatan dan deskripsi profil tanah serta pengambilan contoh tanah dilaksanakan
dan fisika tanah Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin,
Makassar. Penelitian ini berlangsung dari bulan September 2016 hingga maret 2017.
1. Alat survey berupa GPS (Global, Position System), cangkul, linggis, sekop,
11
Tabel 3.1 Alat yang digunakan dalam analisa contoh tanah di laboratorium
No Parameter Peralatan
titrasi
labu semprot
pH meter
12
4. peta administrasi potensi desa Kabupaten Maros,
5. peta geologi lembar Pangkajene dan Watampone bagian bagian barat dan lembar
6. bahan kimia untuk analisis contoh tanah tercantum pada Tabel 3.2
No Parameter Bahan
Na4P207 4%
2 C-Organik Sampel tanah, kalium dikromat 1N, asam sulfat pekat dan
13
3.3 Metodologi dan Tahapan Penelitian
1. Perizinan lokasi,
Tonasa di Kabuapten Maros, meliputi; Ordo, Sub Ordo, Grup, dan Sub Grup
Tahapan penelitian ini meliputi perizinan lokasi tempat penelitian dari pemerintah
Peta yang dibuat adalah peta yang digunakan sebagai acuan dalam pengambilan atau
peletakan lokasi pengamatan profil tanah. Peta tersebut adalah hasil digitasi antara
peta administrasi potensi desa, peta geologi lembar Pangkajene dan Watampone
bagian barat, dan lembar Ujungpandang, Benteng, dan Sinjai dan sistem lahan
Kabupaten Maros.
Titik pengamatan ditentukan dengan metode penetapan peta unti lahan dari peta
kerja.
14
Gambar 3.1 Peta Titik Pengamatan Profil
15
3.3.4 Survey Lapangan
sampel tanah pada setiap titik pengamatan dengan cara pembuatan profil hingga
kedalaman 1,5 meter atau mencapai bahan induk yaitu kedalaman yang kurang dari
1,5 meter. Kemudian pada masing-masing lapisan/horizon dari setiap profil diambil ±
1 kg sampel tanah terganggu untuk dianalisis di laboratorium, dan juga sampel tanah
utuh untuk keperluan analisis sifat fisik tanah. Hasil pengamatan profil ditulis dalam
daftar isian tanah (DIP). Profil tanah dan bentuk umum lahan pada masing-masing
No Parameter Metode
1 Tekstur Hydrometer
4 Ph pH meter
16
3.3.6. Data Iklim
Data iklim yang digunakan merupakan data curah hujan dalam periode waktu 2007 -
2016.
17
V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
tidak dilakukan pengambilan sampel karena Formasi Tonasa ditindih oleh Formasi
Camba (Tmc).
memiliki lima jenis tanah yang digolongkan kedalam kategori Grup. Kelima jenis
Tabel 4.1 Jenis tanah yang terdapat di Formasi Tonasa Kab. Maros
18
Gambar 4.1 Peta Jenis Tanah Formasi Tonasa Kabupaten Maros
19
4.3 Lereng
data dari Landsystem Sulawesi (RePProt 1989), wilayah penelitian wilayah penelitian
dibagi menjadi enam kelas lereng. Keenam kelas lereng tersebut dapat dilihat pada
Tabel 4.2
Tabel 4.2 Kelas lereng yang terdapat di Formasi Tonasa Kab. Maros
20
Gambar 4.2 Peta Kemiringan Lereng Formasi Tonasa Ka bupaten Maros
21
4.4 Penggunaan Lahan
Bersarkan data dari peta Rupa Bumi Indonesia, skala 1:50.000 tahun 2011
menunjukkan penggunaan lahan yang terdapat pada wilayah Formasi Tonasa berupa
hutan lahan kering primer dan sekunder, semak belukar, pertanian lahan kering yang
hutan tanaman industri, savana, tanah terbuka dan tubuh air. Secara detail dapat
22
Gambar 4.3 Peta Penggunaan Lahan Formasi Tonasa Kabupaten Maros
23
4.5 Iklim
curah hujan yang diolah adalah periode waktu 2007-2016. Data didapatkan dari
data empat stasiun curah hujan yaitu stasiun curah hujan Bantimurung /
Minasabaji, Tompobulu, Kappang dan Cenrana. Pada tahun 2013 tidak ada
pencatatan data curah hujan dari ke empat stasiun curah huja oleh BMKG,
sehingga data yang terhitung hanya 9 tahun. Dari hasil pengolahan data tersebut,
24
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Unit lahan 1 berada pada kemiringan lereng <2% dan penggunaan lahann berupa
semak belukar, hutan lahan kering sekunder, pertanian lahan kering bercampur
dengan semak, sawah, tambak dan tubuh air. Karakteristik tanah pada unit lahan 1
diwakili oleh profil T1, profil T2, profil T3, profil T5, profil T7 dan profil T9.
sangat gelap (5YR 3/1), tekstur lempung berdebu, berat isi 1.42 g/cm3 serta
permeabilitasnya 2.45 cm/jam (kriteria sedang sampai lambat), pHH2O 6.26, KTK
Karakteristik tanah pada profil T2 menunjukkan berat isi 1.48 g/cm3 dan
dibagi empat, lapisan 1 dengan kedalaman 0-20 cm, memperlihatkan warna tanah
coklat kemerahan yang gelap (5YR 3/3), tekstur lempung liat berdebu, pH 6.6 ,
KTK 22.01 cmol/kg, kejenuhan basa 48,32 %, dan C-organik 2.52 %. Lapisan 2
dengan kedalaman 20-65 cm, berwarna cokelat gelap (7.5YR 3/4), tekstur liat,
pHH2O 6.62 , KTK 24,43 cmol/kg, kejenuhan basa 38.91 %, dan C-organik 1.95
%. Lapisan 3 dengan kedalaman 65-90 cm, berwarna cokelat gelap (7.5 YR 3/4),
tekstur liat, pHH2O 6.32 , KTK 26,48 cmol/kg, kejenuhan basa 36.39 %, dan C-
organik 1.54 %. Lapisan 4 dengan kedalaman 90-155 cm, berwarna cokelat tajam
(7.5 YR 4/6), tekstur liat, pHH2O 6.28 , KTK 25,42 cmol/kg, kejenuhan basa
25
Karakteristik tanah pada profil T3, nilai berat isi 1.39 gr/cm3 dan
lapisan 1 dengan kedalaman 0-10 cm, berwarna cokelat kekuningan yang gelap
(10YR 4/4), tekstur lempung, pHH2O 6.09 , KTK 20,10 cmol/kg, kejenuhan basa
berwarna cokelat kemerahan (5YR 4/4), tekstur liat, pHH2O 6.16 , KTK 28,33
Karakteristik tanah pada profil T5 yaitu nilai berat isi 1.52 g/cm3 dan
kedalaman 0-30 cm, berwarna olive brown (2.5Y 4/4), tekstur lempung berdebu,
pHH2O 6.21 , KTK 19.64 cmol/kg, kejenuhan basa 59.09%, dan C-organik 2.53%.
Lapisan 2 dengan kedalaman 30-90 cm, olive brown (2.5Y 4/4), tekstur lempung
liat berdebu, pHH2O 6.11, KTK 18.78 cmol/kg, kejenuhan basa 41.60%, dan C-
tekstur lempung liat berdebu, pHH2O 6.28, KTK 20.44 cmol/kg, kejenuhan basa
Karakteristik tanah pada profil T7 yaitu nilai berat isi 1.31 g/cm3 dan
kedalaman 0-45 cm, berwarna cokelat kemerahan (5YR 4/4), tekstur liat, pHH2O
6.25, KTK 28.47 cmol/kg, kejenuhan basa 48.96%, dan C-organik 1.47 %.
Lapisan 2 dengan kedalaman 45-145, berwarna cokelat, tekstur liat, pHH2O 6.94,
KTK 28.00 cmol/kg, kejenuhan basa 32.31%, dan C-organik 1.22%. Lapisan 3
dengan kedalaman 45-200 cm, berwarna cokelat kemerahan (5YR 4/4), tekstur
26
liat, pHH2O 6.02, KTK 24.43 cmol/kg, kejenuhan basa 33.74%, dan C-organik
0.97%.
Karakteristik tanah pada profil T9 yaitu nilai berat isi 0.89 g/cm3,
kedalaman 0-17 cm, berwana coklat kekuningan yang gelap (10YR 4/4) tekstur
lempung, pHH2O 6.42, KTK 19.64 cmol/kg, kejenuhan basa 58.99%, dan C-
organik 2.53%. Lapisan 2 dengan kedalaman 17-37 cm, berwarna coklat gelap
(7.5YR 3/4), tekstur liat, pHH2O 6.07, KTK 21.20 cmol/kg, kejenuhan basa
47.53%, dan C-organik 1.76%. Lapisan 3 dengan kedalaman 37-52 cm, berwarna
coklat kemerahan (5YR 4/4), tekstur lempung liat berdebu, pHH2O 6.7, KTK 17.73
kedalaman 52-70 cm, berwarna coklat kemrahan yang gelap (5YR 3/4), tektur
lempung liat berdebu, pHH2O 6.76, KTK 19.42 cmol/kg, kejenuhan basa 51.20%,
Unit lahan 2 berada pada kemiringa lereng 3-8 % dengan penggunaan lahan
berupa hutan lahan kering sekunder, semak belukar, pertanian lahan kering
bercampur dengan semak, sawah, pertanian lahan kering, hutan tanaman industri
dan tubuh air. Karakteristik tanah pada unit lahan 2 diwakili oleh profil T11 dan
T12. Karakteristik tanah pada profil T11 dengan kedalaman solum 10 cm,
memperlihatkan warna tanah coklat kekuningan yang gelap (5YR 3/4), nilai berat
isi 1.25 g/cm3, permeabilitas 0.54 cm/jam (lambat), tekstur lempung liat berpasir,
pHH2O 6.31, KTK 23.23 cmol/kg, kejenuhan basa 48.21%, dan C-organik 2.55%.
27
Karakteristik tanah pada profil T12 mendapatkan nilai berat isi 1.17 g/cm3
dan permeabilitas 2.51 cm/jam (sedang sampai lambat). Profil dibagi 4 lapisan,
3/4), tekstur lempung berdebu, pHH2O 6.4 , KTK 24.43 cmol/kg, kejenuhan basa
47.73%, dan C-organik 2.00%. Lapisan 2 dengan kedalaman 30-60 cm, berwarna
merah kekuningan (5YR 4/6), tekstur liat, pHH2O 6.5, KTK 27.62 cmol/kg,
kejenuhan basa 35.58%, dan C-organik 1.55%. Lapisan 3 dengan kedalaman 60-
90 cm, berwarna merah kekuningan (5YR 4/6), tekstur liat, pHH2O 6.5, KTK 26.42
kedalaman 90-160 cm, berwarna coklat kemerahan yang gelap (2.5YR 3/4),
tekstur liat, pHH2O 6.05, KTK 23.31 cmol/kg, kejenuhan basa 33.80%, dan C-
organik 0.81%.
Unit lahan 3 berada pada kemiringan lereng 16-25 % dengan penggunaan lahan
berupa semak belukar, pertanian lahan kering bercampur dengan semak dan
sawah. Karakteristik tanah pada unit lahan 3 diwakili oleh profil T8. Karakteristik
tanah profil T8 mendapatkan nilai berat isi 1.26 g/cm3 dan permeabilitas 0.27
cm/jam (sangat lambat). Profil terbagi 2 lapisan, lapisan 1 dengan kedalaman 0-15
cm, berwarna coklat kemerahan (5YR 4/4) tekstur lempung berliat, pHH2O 6.37,
KTK 19.64 cmol/kg, kejenuhan basa 50.49%, dan C-organik 1.22%. Lapisan 2
dengan kedalaman 15-35 cm, berwarna cokelat (7.5YR 4/4), tekstur liat, pHH2O
6.07, KTK 20.76 cmol/kg, kejenuhan basa 39.04%, dan C-organik 1.90%.
28
Unit lahan 4 berada pada kemiringan lereng 41-60 % dengan pengunaan lahan
hutan lahan kering sekunder, semak belukar, pertanian lahan kering bercampur
semak dan sawah. Karakteristik tanah unit lahan 4 diwakili oleh profil T10.
Karakteristik tanah pada profil T10 mendapatkan nilai berat isi 1.21 g/cm3 dan
permeabilitas 2.01 cm/jam (sedang sampai lambat), terdapat satu lapisan dengan
4/4), tekstur lempung berdebu, pHH2O 6, KTK 20.10 cmol/kg, kejenuhan basa
Unit lahan 5 berada pada kemiringan lereng > 60% dengan pengunaan lahan
hutan lahan kering sekunder. Karakteristik tanah unit lahan 5 diwakili oleh profil
T4 dan T6. Karakteristik tanah pada profil T4 menadapatkan nilai berat isi 1.22
g/cm3 dan permeabilitas 0.20 cm/jam (sangat lambat). Profil terbagi 3 lapisan,
lapisan 1 dengan kedalaman 0-20 cm, berwarna coklat keabu-abuan yang gelap
(2.5Y 4/2), tekstur liat berdebu, pHH2O 6.15, KTK 19.72 cmol/kg, kejenuhan basa
cokelat kekuningan yang gelap (10YR 3/4), tekstur liat, pHH2O 6.27, KTK 23.85
kedalaman 84-130 cm, berwarna coklat olive (2.5Y 4/4), tekstur liat, pHH2O 6.18,
29
pada profil T2 untuk lapisan 1 dapat dilihat pada Gambar 5.1 yang
366.48 cm-1.
pada gelombang ferkuensi 3695 cm-1 (O-H), 3620 cm-1 (O-H) 3620 cm-1 dan 470
ferkuensi 3620 cm-1 dan 470 cm-1 dengan intensitas 3.3. Illit berada pada
gelombang frekuensi 3620 cm-1 dan 470 cm-1 dengan intensitas 3,3. Klorit berada
pada gelombang frekuensi 3388 cm-1 dengan intensitas 2,239. Karbonat berada
intensitas 9,485. Nakrit berada pada gelombang frekuensi 914 cm -1 dan 470 cm-1
30
dengan intensitas 2,857. Karbonat merupakan golongan mineral yang
dilihat pada Gambar 5.2 Yang memperlihatkan peak grafik dari frekuensi
berada pada gelombang ferkuensi 3620 cm-1 (O-H), 3620 cm-1, 1033 cm-1 dan 470
3620 cm-1 dan 470 cm-1 (Si-O-Si) dengan intensitas 10,672. Illit dengan
gelombang frekuensi 3620 cm-1 dan 470 cm-1 dengan intensitas 10,627. Klorit
berada pada gelombang frekuensi 3620 cm-1 dengan intensitas 9,428. Karbonat
31
intensitas 25,886. Nakrit berada pada gelombang frekuensi 914 cm -1 dan 470 cm-1
dilihat pada Gambar 5.3 yang memperlihatkan peak grafik dari frekuensi
470 cm-1 (Si-O-Si) dengan intensitas 3,881. Nontronit berada pada gelombang
frekuensi 3564 cm-1 dengan intensitas 3,506. Karbonat berada pada felombang
gelombang frekuensi 1030 cm-1, 912 cm-1, 470 cm-1 (Si-O-Si) dengan intensitas
1,724. Illit berada pada gelombang frekuensi 470 cm -1 dengan intensitas 0,265.
32
Muskovit berada pada gelombang frekuensi 412 cm-1 dengan intensitas 0,554.
dilihat pada Gambar 5.4 yang diatas memperlihatkan peak grafik dari frekuensi
berada pada gelombang ferkuensi 3695 cm -1 (O-H), 3620 cm-1 (O-H), 111 cm-1,
1030 cm-1 dan 470 cm-1 (Si-O-Si) dengan intesitas 19,87. Montmorillonit berada
pada gelombang frekuensi 3620 cm-1 dan 470 cm-1 (Si-O-Si) dengan intensitas
6,876. Illit berada pada gelombang frekuensi 3620 cm-1 dan 470 cm-1 (Si-O-Si)
dengan intensitas 6,876. Klorit berada pada gelombang frekuensi 3620 cm-1
dengan intensitas 45,235. Nakrit berada pada gelombang frekuensi 914 dan 470
33
dengan intensitas 5,26. Karbonat merupakan mineral yang dominan dari mineral-
T12, untuk lapisan 1 dapat dilihat pada Gambar 5.5 yang memperlihatkan peak
berada pada gelombang frekuensi 3620 cm -1 dengan intensitas 24,871. Illit berada
pada gelombang frekuensi 3620 cm-1 dengan intensitas 24,871. Klorit berada pada
gelombang frekuensi 3620 cm-1 dan 692 cm-1 dengan intensitas 53,004. Kaolinit
berada pada gelombang frekuensi 3620 cm -1, 3620 cm-1 (O-H), 1033 cm-1, 750
frekuensi 3435 cm-1 dan 352 cm-1 dengan intensitas 30,117. Dickit berada pada
gelombang frekuensi 914 cm-1 dan 538 cm-1 dengan intensitas 32,806. Halloysit
34
berada pada gelombang frekuensi 750 cm -1 dengan intensitas 35,303. Kaolinit
dilihat pada Gambar 5.6 Yang memperlihatkan peak grafik dari frekuensi
Mineral-mineral yang diperlihatkan oleh Gambar 5.6 yaitu kaolinit berada pada
gelombang frekuensi 3695 cm-1 (O-H), 750 cm-1 dan 468 cm-1 dengan intensitas
23,326. Dickit berada pada gelombang frekuensi 3622 cm-1 dengan intensitas
dilihat pada Gambar 5.7 yang memperlihatkan peak grafik dari frekuensi
35
oleh grafik yaitu kaolinit berada pada gelombang frekuensi 3695 cm -1 (O-H),
1033 cm-1, 750 cm-1, 468 cm-1 dengan intensitas 24,06. Dickit berada pada
gelombang frekuensi 3622 cm-1 dengan intensitas 7,771. Karbonat berada pada
pada gelombang frekuensi 790 cm-1 dan 750 cm-1 dengan intensitas 32,081. Klorit
berada pada gelombang frekuensi 692 cm-1 dengan intensitas 0,423. Pada lapisan
dilihat pada Gambar 5.8 yang memperlihatkan peak grafik dari frekuensi
36
Gambar 5.8 Hasil analisis FTIR mineral profil T12 lapisan 4
pada gelombang frekuensi 3695 cm-1 (O-H), 3620 cm-1 (O-H), 3620 cm-1, 1033
cm-1, 750 cm-1, dan 468 cm-1 dengan intensitas 89,897. Montmorillonit berada
pada gelombang frekuensi 3620 cm-1 dengan intensitas 16,845. Illit berada pada
gelombang frekuensi 3620 cm-1 dengan intensitas 16,845. Klorit berada pada
gelombang frekuensi 3620 cm-1 dengan intensitas 16,845. Karbonat berada pada
gelombang frekuensi 2360 cm-1 dengan intensitas 62,648. Nakrit berada pada
gelombang frekuensi 914 cm-1 dan 538 cm-1 dengan intensitas 14.04. Halloysit
berada pada gelombang frekuensi 790 cm-1 dan 750 cm-1 dengan intensitas
73,272. Feldspar berada pada gelombang frekuensi 428 cm-1 dengan intensitas
7,207. Muskovit berada pada gelombang frekuensi 352 cm-1 dengan intensitas
37
5.3 Hubungan Mineral dengan Karakteristik Tanah yang Terbentuk
Mineral yang dominan pada profil T2 adalah mineral golongan karbonat. Hakim
et.al (1986) dalam bukunya menjelaskan bahwa karbonat tersusun atas mineral
kalsit (CaCO3) dan dolomit CaMg (CO3)2 sebagai penyusun batuan sedimen
batugamping. Kandungan utama dari mineral kalsit dan dolomit adalah kalsium.
Unsur kalsium bersifat basa sehingga sering dikaitkan dengan kemasaman tanah
melalui proses pelapukan mineral kalsit dan dolomit yang akan membebaskan
kalsium kedalam larutan tanah, dari bentuk ini memudahkan bagi tanaman untuk
diakibatkan oleh erosi dan pencucian, terutama pada daerah dengan curah hujan
yang tinggi.
Dominasi karbonat pada profil T2 tidak terlepas dari batuan dasar pada
erosi ataupun pencucian. Sehingga hal ini menyebabkan sifat tanah yang
karbonat. Namun, ditemukan asosiasi mineral liat kaolinit, illit, vermikulit dan
mineral liat 2:1. Tipe mineral liat dapat dijadikan sebagai indikator tingkat lapuk
38
suatu tanah. Tipe mineral liat 1:1 menunjukkan tanah yang lebih tua dari pada
tanah dengan tipe liat 2:1 karena telah mengalami pencucian. Proses pelapukan
dan pelapukan lanjut terbentuklah asosiasi mineral tipe 2:1 dan tipe 1:1.
Berdasarkan kunci taksonomi tanah USDA Edisi Keduabelas (2014), Edisi Ketiga
Bahasa Indonesia. Secara garis besar jenis tanah di Formasi Tonasa Kabupaten
39
5.3.1 Alfisol
Tanah ini dijumpai pada profil T2, profil T5, dan profil T12. Setiap profil
mengalami iluviasi liat pada sub-soil dan membentuk horizon argilik. Peningkatan
kandungan liat di sub-soil meningkat sebesar 1.2 lebih banyak dari top soil. Profil
T2 pada kedalaman 20 – 155 cm memiliki kandungan liat 1.7 lebih banyak dari
1.3 lebih banyak dari horizon diatasnya. Profil T12 pada kedalaman 30 – 150 cm
memiliki kandungan liat 2 kali lebih banyak dari lapisan di atasnya. Profil-profil
tersebut juga memenuhi kriteria kelas besar-butir berliat dengan ketebalan >7.5
cm. Dari penjelasan ini, ketiga profil dikategorikan Ordo Alfisol. Pada kategori
subordo setiap profil digolongkan kedalam Udalfs (Alfisol yang lain) karena tidak
(T2) (T5)
40
(T12)
Gambar 5.9 Penampang Typic Halpludalfs
5.3.2 Inceptisol
Jenis tanah ini ditemukan pada profil T7. Profil memiliki kelas tekstur yang lebih
halus dan tidak memiliki kondisi akuik pada keseluruhan lapisan sehingga
membentuk horizon kambik. Dari temuan ini dapat dikategorikan sebagai Ordo
lain) karena tidak memenuhi syarat subordo lainnya. Pada kategori grup
41
(T7)
Jenis tanah ini ditemukan pada profil T4. Profil mengandung kelas tekstur yang
lebih halus dan tidak memiliki kombinasi kondisi akuik atau telah didrainase pada
Digolongkan kedalam Udepts (Inceptisol yang lain) karena tidak memenuhi syarat
subordo lainnya. Pada kategori grup termasuk kedalam Dystrudepts (Udepts yang
42
(T4)
Jenis tanah ini ditemukan pada profil T3 dan T9. Profil memiliki kelas tekstur
pasir sangat halus berlempung sampai sampai yang lebih halus dan termasuk Ordo
Inseptisol karena memiliki drainase yang jelek atau air tergenang pada sekitar
lain). Pada kategori subgrop adalah Typic Endoaquepts (Endoaquepts yang lain).
43
(T1) (T9)
Gambar 5.12 Penampang Typic Endoaquepts
Jenis tanah ini ditemukan pada profil T3 dan T8. Dikategorikan sebagai Ordo
Inceptisol karena telah terjadi proses alterasi pada lapisan di bawah top soil.
Proses alterasi tersebut membentuk kelas tekstur yang lebih halus yang memenuhi
syarat horizon kambik. Kategori tingkat subordo adalah Udepts (Inceptisol yang
lain) karena tidak memenuhi syarat subordo lainnya. Selanjutnya kategori grup
44
(T3) (T8)
Gambar 5.13 Penampang Lithic Dystrudepts
Jenis tanah ini dijumpai pada profil T1, profil T6, profil T10 dan profil T11.
kedalam Udepts (Inceptisol yang lain) karena tidak memenuhi syarat subordo
lainnya. Pada kategori grup digolongkan kedalam Dystrudepts (Udepts yang lain)
lain).
45
(T6)
(T10) (T11)
Gambar 5.14 Penampang Typic Dystrudepts
46
VI. KESIMPULAN
iklim dengan curah hujan yang termasuk kedalam tipe B atau bulan basah
pewakil, dominasi tersebut tidak terlepas dari batuan dasar batugamping. Proses
pelapukan batugamping membentuk mineral sekunder berupa mineral tipe 2:1 dan
> 60%
47
VII. DAFTAR PUSTAKA
Alam, S., Bambang H. S., dan Syamsul A. S. 2011. Perkembangan Tanah Dari
Lapukan Batuan Ultrabasa Pada Dua Toposekuen Di Sulawesi Tenggara.
Agroteknos. 1 (3): 119-126.
Brady, J.E. 1990. General Chemistry. 5th.ed. New York : John Willey & Sons.
Hakim, N., M. Yusuf N., A.M. Lubis, Sutopo G. N., M. Rusdi S., M. Amin D.,
Go. B.H., H. H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas
Lampung: Lampung.
Farida, M., Fauzi A., Ratna H., Ilham A. 2008. Paleoseanografi Formasi Tonasa
Berdasarkan Kandungan Foraminifera Daerah Barru, Sulawesi Selatan.
Skripsi. Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin.
Soil Survey Staff. 2014. Kunci Taksonomi Tanah. Edisi ketiga, 2015. Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian, Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Sukamto, R. dan S. Supriatna 1982. Keterangan dan Peta Geologi Lembar Ujung
Pandang, Benteng dan Sinjai. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi. Direktorat Jenderal Pertambangan Umum dan Departemen
Pertambangan dan Energi.
48
Lampiran 1. Deskripsi Profil Tanah
Profil T1
Kedalaman solum : 10 cm
49
Profil T2
Vegetasi : sawah
50
Profil T3
Kedalaman solum : 50 cm
51
Profil T4
coklat kekuningan
B1 20-85 yang gelap (10YR 1.98 32.08 65.94 liat 23.85 50.26 2.1 6.27 1.22 0.20
3/4)
coklat olive (2.5Y
B2 85-100 1.98 4.78 93.24 liat 23.61 37.95 1.8 6.18
4/4)
52
Profil T5
lempung
coklat olive
Bw1 20-90 2 67 32 liat 18.78 41.60 1.76 6.11 1.52 0.17
(2.5Y 4/4)
berdebu
53
Titik koodinat : 119° 37' 36.833" E dan 5° 2' 39.064" S
Kedalaman solum : 40 cm
liat
A 0-20 coklat (10YR 4/3) 7 41 52 22.57 46.60 2.53 6.19
berdebu
1.27 2.35
54
Profil T7
coklat kemerahan
A 0-20 1 18 81 liat 28.47 48.96 1.47 6.25
( 5YR 4/4)
coklat kemerahan
B2 145-200 1 8 91 liat 24.43 33.74 1 6.02
(5YR 4/4)
55
Profil T8
Vegetasi : bambu
Kedalaman solum : 50 cm
56
Profil T9
Vegetasi : semak
Kedalaman solum : 70 cm
57
Titik koodinat : 119° 44' 54.043" E dan 5° 1' 40.343" S
Kedalaman solum : 10 cm
58
Profil T11
Kedalaman solum : 10 cm
59
Profil T12
merah
Bt1 30-60 kekuningan (5YR 7 27 66 liat 27.62 35.58 1.55 6.5
4/6)
1.17 2.51
merah
Bt2 60- 90 kekuningan (5YR 19 17 65 liat 26.42 40.79 1.1 6.5
4/6)
coklat kemerahan
B 90-150 yang gelap 7 17 76 liat 23.31 33.8 0.8 6.05
(2.5YR 3/4)
60
Lampiran 2. Data Perhitungan
61
Data perhitungan Kejenuhan Basa
Kedalaman ml penitar
Kode Contoh Ca N EDTA FP FK gram Spl Ca Mg K Na Jumlah Basa KB
Tanah (cm) Ca+Mg BasaBasa
00 1 A 0-10 14.9 15.6 0.0198 7.5 20 5 8.86 0.72 0.43 0.26 0.42 9.96 46.79
A 0-20 15.3 17.0 0.0198 7.5 20 5 9.09 1.68 1.00 0.33 0.22 10.64 48.32
Bw 20-65 13.5 14.9 0.0198 7.5 20 5 8.02 1.39 0.83 0.54 0.12 9.50 38.91
00 2
Bt 65-90 13.8 15.7 0.0198 7.5 20 5 8.20 1.85 1.10 0.22 0.12 9.64 36.39
B 90-115 14.8 16.5 0.0198 7.5 20 5 8.81 1.63 0.97 0.51 0.16 10.45 41.12
A 0-10 12.3 15.2 0.0198 7.5 20 5 7.31 2.92 1.73 0.35 0.36 9.75 48.51
00 3
B 10--30 13.4 15.0 0.0198 7.5 20 5 7.96 1.58 0.94 0.19 0.25 9.34 32.96
A 0-20 17.4 22.4 0.0198 7.5 20 5 10.34 5.01 2.98 0.35 0.27 13.93 70.64
00 4 B1 20-85 15.6 19.3 0.0198 7.5 20 5 9.27 3.72 2.21 0.25 0.26 11.99 50.26
B2 85-130 11.4 14.6 0.0198 7.5 20 5 6.77 3.16 1.88 0.19 0.12 8.96 37.95
A 0-30 14.9 18.6 0.0198 7.5 20 5 8.86 3.72 2.21 0.32 0.22 11.61 59.09
00 5 Bw1 30-90 10.8 12.7 0.0198 7.5 20 5 6.44 1.81 1.08 0.16 0.14 7.81 41.60
Bw2 90-155 12.7 15.3 0.0198 7.5 20 5 7.51 2.60 1.54 0.24 0.16 9.46 46.28
A 0-20 15.6 16.6 0.0198 7.5 20 5 9.27 0.98 0.58 0.32 0.35 10.52 46.60
00 6
B 20-40 13.2 15.2 0.0198 7.5 20 5 7.84 2.04 1.21 0.25 0.14 9.44 48.62
A 0-20 19.3 22.3 0.0198 7.5 20 5 11.48 2.99 1.78 0.41 0.28 13.94 48.96
00 7 B1 20-145 12.4 14.3 0.0198 7.5 20 5 7.37 1.85 1.10 0.25 0.33 9.04 32.31
B2 145-200 10.5 13.5 0.0198 7.5 20 5 6.25 3.00 1.78 0.11 0.10 8.24 33.74
A 2.-15 14.2 15.7 0.0198 7.5 20 5 8.44 1.44 0.86 0.36 0.26 9.92 50.49
00 8
B 15-50 11.3 12.9 0.0198 7.5 20 5 6.68 1.60 0.95 0.25 0.22 8.10 39.04
A 0-17 16.3 18.6 0.0198 7.5 20 5 9.68 2.33 1.38 0.25 0.27 11.59 58.99
B1 17-37 14.5 16.2 0.0198 7.5 20 5 8.61 1.72 1.02 0.21 0.23 10.07 47.53
00 9
37-52 13.3 14.6 0.0198 7.5 20 5 7.87 1.33 0.79 0.19 0.21 9.06 51.11
B2
52-70 10.5 16.3 0.0198 7.5 20 5 6.22 5.85 3.47 0.14 0.11 9.94 51.20
0 10 A 0-10 15.6 18.5 0.0198 7.5 20 5 9.28 2.91 1.73 0.28 0.32 11.61 57.78
0 11 A 0-10 16.5 18.0 0.0198 7.5 20 5 9.81 1.46 0.87 0.24 0.28 11.20 48.21
A 0-30 15.6 18.9 0.0198 7.5 20 5 9.28 3.24 1.92 0.19 0.26 11.66 47.73
Bt1 30-60 14.3 15.9 0.0198 7.5 20 5 8.46 1.60 0.95 0.22 0.19 9.82 35.58
0 12
Bt2 60- 90 14.9 17.4 0.0198 7.5 20 5 8.82 2.57 1.53 0.21 0.22 10.78 40.79
B 90-150 10.6 13.0 0.0198 7.5 20 5 6.28 2.38 1.41 0.10 0.08 7.88 33.80
62
Data perhitungan C-Organik
Kedalaman
Kode sampel ml Blanko mg spl C (%) pH
Tanah (cm)
00 1 A 0-10 34.6 2.9 1000 2.53 6.26
A 0-20 34.6 2.9 1000 2.53 5.96
Bw 20-65 34.6 10.2 1000 1.95 5.96
00 2 34.6 15.3 1000 1.54 6.32
Bt 65-90
B 90-115 34.6 8.5 1000 2.08 6.28
A 0-10 34.6 2.1 1000 2.59 6.09
00 3 34.6 9.2 1000 2.03 6.16
B 10--30
A 0-20 34.6 1.4 1000 2.65 6.15
00 4 B1 20-85 34.6 7.9 1000 2.13 6.27
B2 85-130 34.6 12.2 1000 1.79 6.18
A 0-30 34.6 2.9 1000 2.53 6.21
00 5 Bw1 30-90 34.6 12.5 1000 1.76 6.11
Bw2 90-155 34.6 10.5 1000 1.92 6.28
A 0-20 34.6 2.9 1000 2.53 6.19
00 6 34.6 12.3 1000 1.78 5.93
B 20-40
A 0-20 34.6 16.2 1000 1.47 6.25
00 7 B1 20-145 34.6 19.3 1000 1.22 5.97
B2 145-200 34.6 22.4 1000 0.97 6.02
A 2.-15 34.6 19.3 1000 1.22 6.37
00 8
B 15-50 34.6 10.8 1000 1.90 6.07
A 0-17 34.6 2.9 1000 2.53 6.42
B1 17-37 34.6 12.6 1000 1.76 6.07
00 9
37-52 34.6 21.6 1000 1.04 5.98
B2
52-70 34.6 21.9 1000 1.01 5.87
0 10 A 0-10 34.6 2.8 1000 2.54 6
0 11 A 0-10 34.6 2.7 1000 2.55 6.31
A 0-30 34.6 9.6 1000 2.00 6.4
Bt1 30-60 34.6 15.2 1000 1.55 6.5
0 12
Bt2 60- 90 34.6 20.7 1000 1.11 6.5
B 90-150 34.6 24.5 1000 0.81 6.05
63
Lampiran 3. Data Curah Hujan
Data curah hujan Kab. Maros stasiun Bantimurung / Minasabaji priode waktu
2007-2016
Bulan
Tahun
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nop Des Curah Hujan / Tahun
2007 818 902 304 44 65 x 1 - 1 48 181 586 2950
2008 377 423 312 63 105 113 30 25 37 117 307 681 2590
2009 1284 573 133 251 265 75 38 0 1 27 0 84 2731
2010 201 15 3 14 712 136 155 221 290 188 323 689 2947
2011 910 591 636 391 306 7 12 - 0 122 494 X 3469
2012 665 605 526 X 206 568 64 - 93 146 X X 2873
2014 163 258 259 281 210 47 34 10 - - 229 631 2122
2015 781 568 392 280 256 79 - - - - 219 X 2575
2016 X 646 352 292 146 196 90 - 93 207 289 487 2798
Rata-rata Curah Hujan
Rata-rata / 649.875 509 324.111 202 252.333 152.625 53 64 73.5714 122.143 255.25 526.333 / Tahun 2783
Bulan mm/tahun
Data curah hujan Kab. Maros stasiun Cenrana priode waktu 2007-2016
Bulan
Tahun
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nop Des Curah Hujan / Tahun
2007 267 555 x 180 313 62 0 0 19 130 178 252 1956
2008 255 399 99 154 42 11 32 0 0 105 406 418 1921
2009 x 601 65 96 x x 47 32 103 39 107 513 1603
2010 763 275 272 145 450 44 163 204 281 380 711 399 4087
2011 347 370 425 268 287 10 - - - 157 390 x 2254
2012 201 226 357 265 149 116 67 - 27 205 348 367 2328
2014 833 286 278 266 101 25 4 12 - - x x 1805
2015 606 284 724 433 223 95 0 2 - - 155 615 3137
2016 251 615 304 152 144 47 73 - 122 328 337 201 2574
Rata-rata Curah Hujan
Rata-rata / 440.375 401.222 315.5 217.667 213.625 51.25 48.25 41.6667 92 192 329 395 / Tahun 2407
Bulan mm/tahun
Data curah hujan Kab. Maros stasiun Kappang priode waktu 2007-2016
Bulan
Tahun
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nop Des Curah Hujan / Tahun
2007 x x x x 160 x x x x x x x 160
2008 x x x x x x x x x x x 529 529
2009 x x 174 206 239 54 x - 157 59 x x 889
2010 1208 432 319 307 421 229 226 148 301 438 184 617 4830
2011 612 448 847 523 287 8 1 - 14 93 351 596 3780
2012 425 468 606 272 240 91 56 2 31 125 298 356 2970
2014 989 400 455 329 220 72 51 39 - - 209 922 3686
2015 956 525 670 386 185 58 - - - - 235 895 3910
2016 388 700 451 469 176 81 46 18 126 255 314 385 3409
Rata-rata Curah Hujan
Rata-rata / 763 495.5 503.143 356 241 84.7143 76 51.75 125.8 194 265.167 614.286 / Tahun 2684
Bulan mm/tahun
64
Data curah hujan Kab. Maros stasiun Tompobulu priode waktu 2007-2016
Bulan
Tahun
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nop Des Curah Hujan / Tahun
2007 x x - - 173 221 367 x x x x x 761
2008 452 822 514 142 99 44 2 14 - 80 261 546 2976
2009 1471 719 127 325 249 45 25 0 - x 147 491 3599
2010 988 291 465 173 660 242 232 273 628 394 779 50 5175
2011 805 463 698 453 263 44 28 - 18 201 631 635 4239
2012 606 552 534 533 119 197 49 17 60 88 444 517 3716
2014 1078 398 410 310 332 68 82 36 - 11 355 752 3832
2015 869 468 424 365 220 135 - - - - 239 1082 3802
2016 621 608 336 449 258 176 216 21 220 525 337 551 4318
Rata-rata Curah Hujan
Rata-rata / 861.25 540.125 438.5 343.75 263.667 130.222 125.125 60.1667 231.5 216.5 399.125 578 / Tahun 3602
Bulan mm/tahun
Keterangan:
( X ) : Tidak Ada Data
(-) : Tidak Ada Hujan
65
Lampiran 4. Hasil Analisis Mineral dengan FTIR
66
Profil T2 Lapisan 2 (20-65 cm)
67
Profil T2 Lapisan 3 (65-90 cm)
68
Profil T2 Lapisan 4 (90-115 cm)
69
Profil T12 Lapisan 1 (0-30 cm)
70
Profil T12 Lapisan 2 (30-60 cm)
71
Profil T12 Lapisan 3 (60-90 cm)
72
Profil T12 Lapisan 4 (90-150 cm)
73