PROPOSAL
NADIYAH AZ ZUHRIYYAH
NIM. 0705211044
Nadiyah Az Zuhriyyah
NIM.0705211044
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 28
BAB I
PENDAHULUAN
Sumur bor menjadi alternatif unggul masyarakat di Kota Medan sebagai sumber
penyediaan air rumah tangga. Studi kasus memperhatikan bahwa masyarakat yang
tinggal di daerah yang jauh dari pusat perkotaan rata-rata menggunakan sumur bor
sebagai sumber air rumah tanggga karena tempat penyediaan air daerah seperti
PDAM yang berjarak kurang strategis dari rumah penduduk. Akibat dari banyaknya
masyarakat yang tidak berketergantungan dengan sumber air daerah, persen
pengguna sumur bor semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini dikhawatirkan
akan memicu terjadinya land subsidence (penurunan tanah) di Kota Medan
kedepannya seperti yang telah terjadi pada beberapa daerah lain di Indonesia.
Kota Medan merupakan Ibukota Provinsi Sumatera Utara yang terletak pada 3,6
LU dan 98,6 BT dengan luas daratan 265,10 𝑘𝑚2. Menurut data statistik mengenai
masyarakat pengguna sumur bor di Sumatera Utara bahwa daerah ini mengalami
persen peningkatan yang signifikan sejak tahun 2010-2019 yakni sebesar 3,8%.
Dan menurut penelitian yang dilakukan oleh Tim Geodesi Institut Teknologi
Bandung, Kota Medan termasuk salah satu kota di Indonesia yang bepotensi
mengalami penurunan muka tanah. Salah satu faktor penyebab terjadinya
penurunan tanah di Kota Medan ialah banyaknya jumlah masyarakat yang
menggunakan sumur bor. Semakin banyak penduduk yang tinggal, maka jumlah
pemakaian sumur bor pun semakin meningkat, dan jumlah air tanah yang akan
diambil tentu akan semakin banyak. Untuk itu diperlukan sebuah metode khusus
yang berguna untuk mengamati dann membahas dinamika struktur tanah di
Sumatera Utara, khususnya Kota Medan. Selanjutnya masalah ini akan diselesaikan
dengan menggunakan Metode DinSAR.
Metode DinSAR (Differential interferometric Synthetic Aperture Radar) adalah
salah satu metode yang membahas penurunan muka tanah dengan akurasi tinggi cm
(sentimeter) yang banyak digunakan oleh para peneliti selama beberapa dekade
terakhir. Metode ini membahas faktor-faktor penyebab deformasi tanah seperti
aktivitas pertambangan, eksploitasi panas bumi, dan gempa bumi. Metode ini
memanfaatkan sistem penginderaan jauh dari sumber cintra satelit sentinel-1.
Keunggulan metode ini yaitu yang pertama memiliki cakupan spasial yang luas
sehingga mampu mengamati struktur tanah di area yang luas dalam waktu singkat,
kedua, akurasi yang tinggi menyebabkan struktur tanah dapat terdeteksi pada
tingkat mm (milimeter), ketiga non-invasif atau tidak memerlukan kontak langsung
dengan tanah, dan keempat hemat biaya. Namun, ada beberapa hal-hal yang tidak
menjadi cakupan DinSAR seperti dekolerasi temporal, interferensi atmosfer, dan
kebisingan yang dapat mengurangi keakuratannya. Adapun Metode Asaoka adalah
metode observasi lapangan yang digunakan untuk mempredisksi penurunan muka
tanah akibat konsolidasi tanah. Metode ini dapat memprediksi besar penurunan
serta lama waktu konsolidasi dengan menggunakan data observasi. Metode ini
memiliki keunggulan seperti mudah diaplikasikan, akurasi yang baik, dapat
memprediksi penurunan akhir, dan waktu konsolidasi tanah lunak.
Penelitian sebelumnya menurut Cyntia dan I Putu Pudja (2020) membahas
penurunan tanah dengan daerah penelitian DKI Jakarta dengan metode DinSAR.
Penelitian ini menyajikan data penurunan muka tanah menggunakan metode
DinSAR yang dipadu dengan Global Positioning System (GPS) dan metode gradien
vertical antar waktu. Hasilnya menunjukkan bahwa rata-rata penurunan muka tanah
di DKI Jakarta mengalami penurunan signifikan pada tahun 2016 sampai 2017.
Penelitian lain untuk memperkuat penelitian ini adalah menurut Hasanuddin Z.
Abidin, dkk (2011) yang membahas tentang penurunan permukaan tanah di Jakarta,
Indonesia, dan hubungannya dengan pembangunan perkotaan. Metode yang
digunakan yaitu survei leveling, survei GPS, dan pengukuran InSAR untuk
mempelajari penurunan tanah di Jakarta dari tahun 1982 sampai 2010. Penelitian
ini menemukan bahwa penurunan tanah menunjukkan variasi spasial dan temporal,
dengan laju berkisar antara 1 hingga 15 cm/tahun dan hingga 20 cm-28 cm/tahun
pada lokasi tertentu. Penelitian selanjutnya oleh Anto Kadyanto, dkk (2020) tentang
Metode Asaoka yang membahas penentuan laju konsolidasi tanah lunak. Metode
ini dipilih karena penerapannya yang sederhana dan tingkat akurasi yang dapat
diandalkan. Pengamatan penurunan tanah diambil dari Area 1B Blok J yang terletak
di JIIPE, Manyar, Gresik, Jawa Timur.. Hasilnya menunjukkan bahwa derajat
konsolidasi yang dihitung dari data observasi Metode Asaoka adalah 96,93%,
terbukti lebih besar dibandingkan dengan desain teknis teknik 95%.
Berdaasarkan uraian diatas, peneliti ingin menguji pengukuran penurunan tanah
dengan metode DinSAR dibantu dengan pengamatan lapangan nmenggunakan
metode Asaoka, sehingga keakuratan data spasial dari satelit dapat didukung oleh
data pengamatan yang dilakukan secara langsung. Dari penelitian ini diharapkan
munculnya informasi baru terkait data struktur muka tanah khusunya di Kota
Medan, Sumaeta Utara yang nantinya dapat menjadi acuan informasi bagi
pemerintah dan masyarakat terkait kondisi tanah di masing-masing daerah yang
telah diamati.
1.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang ada, maka batasan
masalah yang diambil pada penelitian ini sebagai berikut :
1. Software-Programming yang dipakai yakni dengan menggunakan aplikasi
SNAP dengan data yang diambil dari ESA (European Space Agency) dari citra
satelit sentinel-1
2. Daerah yang dibahas hanya akan memfokuskan Kota Medan sebagai daerah yang
akan diteliti.
3. Meneliti keakuratan data spasial dari Metode DinSAR akan dilanjutkan dengan
Metode Asaoka dengan pilihan lokasi yang bepotensi mengalami penurunan
muka tanah dari metode sebeumnya.
1.4 Tujuan Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Penurunan muka tanah adalah suatu kejadian dimana tanah relatif menurun
terhadap suatu bidang referensu tertentu yang dianggap stabil. Penurunan muka
tanah dapat terjadi secara perlahan maupun mendadak. Dalam banyak kejadian,
anka penurunan muka tanah dihitung dalam satuan cm/tahun. Perubahan muka
tanah yang bersifat mendadak diikuti dengan perubahan fisik real-time dan dapat
diketahui besar kecepatan penurunannya. Namun, untuk penurunan tanah yang
bersifat perlahan perlu dianalisis dalam kejadian dengan rentang waktu yang
lama, besae penurunannya ditentukan dengan mekanisme secara periodik
(Hardiyanto, 2011). Berbagai penyebab penurunan tanag dapat diklasifikasikan
menjadi (Rusmen, 2012) ;
Kondisi geologi juga menjadi salah satu penyebab deformasi tanah yang
terjadi di daerah pasir (sand), pasir-tanah liat (sand clay), tanah liat (loamy sand),
dan lempung (clay loam. Daerah alluvial yang belum terkonsolidasi juga rentan
mengalami penurunan tanah akibat pembebanan yang menekan formasi sedimen
(Dang, dkk, 2014). Bahan endapan aluvial merupakan bahan pembentuk yang
berpotensi mengalami deformasi tanah karena struktur tanah hasil pengendapan
yang terletek pada umumnya di daerah datar dekat dengan sumber ait tanah dan
merupakan bahan yang relatif mudah jenuh air. Bahan endapan juga berkorelasi
dengan akumulasi bahan hasil erosi, sehingga apabila daerah tererosi merupaan
daerah yang kaya akan unsur hara maka endapan aluvial di daerah hilirnya pun
akan kaya unsur hara. Begitu juga kebalikannya (Prasetyo, dkk, 2012).
Untuk itu menganalisis struktur batuan geologi di wilayah Kota Medan dan
sekitarnya menjadi hal dasar untuk memahami potensi penurunan permukaan
tanah. Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara yang memiliki
luas wilayah sebesar 72.981,23 𝑘𝑚2 . Kondisi geologi di daerah ini dicirikan oleh
patahan, lipatan, dan kekar. Sebagaimana diketahui bahwa struktur geologi Kota
Medan dipengaruhi oleh zona sesar Sumatera dimana terdapat kekar dan rekahan
yang mempengaruhi pola aliran sungai. Terdapat beberapa aliran sungai yang
mengalir di Kota Medan seperti Sungai Belawan, Sungai Deli, Sungai Patahan,
dan Sungai Percut yang kemudian akan bermuara di Selat Malaka. Pola aliran
sungai yang berkembang di daerah Kota Medan dan sekitarnya terutama di bagian
selatan merupakan pola aliran paralel dengan elevasi antara 35-350 mdpl dengan
kemiringan >5%.
Stratigrafi secara umum Kota Medan dibentuk oleh batuan sedimen tersier,
yang tersusun oleh Formasi Seurula, kemudian diatasnya terendapkan Formasi
Julok Rayeu secara seralas. Pada zaman kuarter, terbentuk Formasi Tuf Toba yang
tidak selaras, Formasi Medan yang menutupi Formasi Tuf Toba secara tidak
selaras. Kemudian adanya endapan aluvium yang menutupi Formasi Tuf Toba.
Pada cekungan Sumatera Utara kala moisen akhir, setelah transgresi smencapai
maksimum, terjadilah proses regresu yang mengendapkan formasi Keutapang,
Seurula dan Juleu Rayeu.
a. Formasi Seurela dicirikan oleh selang-seling batu pasir, batu lempung, dan
serpih. Lingkungan pengendapan menjadi dangkal.
b. Formasi Juleu Rayeu dicirikan oleh batu pasir dengan perselingan batu
lempung atau serpih. Di beberapa tempat ditemukan konglomerat dan
batubara tipis.
c. Formasi Tuf Toba tersusun atas batuan beu dasit dan batuan piroklastik
berupa Tuf yang dihasilkan dari erupsi gunung api Toba.
d. Formasi medan dan endapan aluvium merupakan endapan yang terdiri dari
bongkah-bongkah, kerikil, pasir, lanau, dan lempung (Siregar,2016)
Gambar 2.1 Peta Geologi Sumatera Utara
Keterangan ;
Dalam hal ini, citra SAR yang digunakan berjumlah tiga buah, dengan dua data
SAR yang memiliki jeda waktu pengamatan yang realtif pendek dan pengamatan
kedua waktunya terpisah lebih panjang.
Teknik ini dapat dilakukan ketika baseline kedua pasang data tidak
memungkinkan atau tidak tersedia DEM pada area penelitian. Dengan
menggunakan metode topographic pair dan deformation pair yang bersifat
independen (Hanssen, 2001).
2.3 Citra Sentinel 1
Citra sentinel 1 terdiri dari konstelasi dua satelit yang mengorbit. Beroperasi
pada siang dan malam dengan menggunakan citra SAR kanal C, yang
memungkinkan diperolehnya citra tanpa pengaruh cuaca. Sentinel 1 akan bekerja
dalam mode operasi yang telah diprogram untuk menghindari konflik dan
menghasilkan arsip data jangka panjang yang konsisten yang dibuat untuk
pengaplikasian berdasarkan deret lama. Sentinel 1 adalah citra satelit pertama dari
misi yang dikembangkan oleh European Satelite Agency (ESA) sebagai inisiatif
Copernicus. Sentinel 1A direncanakan akan diluncurkan oleh roket SOYUZ dari
Spaceport Eropa di Guyana, Prancis, pada awal tahun 2014 diikuti oleh satelit kedua
yaitu Sentinel 1B pada tahun 2016. Panduan misi satelit senitinel 1ini bertujuan
untuk menyediakan solusi high deskripsi tingkat tujuan misi, deskripsi satelit dan
segmen tanah. Satelit ini juga mengenalkan misi warisan terkait area tematik,
karakteristik orbit dan cakupan, muatan, dan produk data (ESA, 2013).
Adapun persamaan yang dipakai dalam metode ini sebagai berikut (Asaoka, 1978).
𝑡 2
𝑆𝑓 = 𝑎.
𝑡90
Dimana ;
Sf : Penurunan akhir (mm)
A : Koefisien yang tergantung pada jenis tanah
t : Waktu (hari)
t90 : Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai derajat konsolidasi 90% (hari)
2.6 Ayat-Ayat Naqliyah
Terdapat beberapa ayat al-Qur’n yang dapat dikaitkan secara tematis dengan isu
penurunan tanah akibat sumur bor, meskipun tidak secara eksplisit disebutkan
larangan penggalian sumur bor berlebihan yang berpotensi menyebabkan
penurunan tanah. Ayat-ayat ini sebagai refleksi nilai-nilai Islam terhadap
pengelolaan sumber daya air dan lingkungan. Berikut beberapa ayat yang relevan.
ج مِ ۡنهُ َحبًّا ُّمت ََرا ِكبًا ُ س َما ٰٓءِ َما ٰٓ ًء فَأ َ ۡخ َر ۡجنَا بِ ِهۦ نَبَاتَ ك ُِل ش َۡىءٍ فَأ َ ۡخ َر ۡجنَا مِ ۡنهُ َخ ِض ًرا نُّ ۡخ ِر
َّ ِى أَنزَ َل مِ نَ ٱل
ٰٓ َوه َُو ٱلَّذ
َ َٰ َغ ۡي َر ُمت
ش ِب ٍه ٱنظُ ُر ٰٓواْ إِلَ َٰى َ ٱلر َّمانَ ُم ۡشتَ ِبهًا َو
ُّ ب َوٱلزَّ ۡيت ُونَ َو ٍ ت ِم ۡن أَ ۡعنَا ٍ َّط ۡل ِعهَا ق ِۡن َوا ٌن دَانِيَةٌ َو َج َٰن
َ َومِ نَ ٱلنَّ ۡخ ِل مِ ن
ٍ َثَ َم ِر ِٰٓهۦ ِإذَآٰ أَ ۡث َم َر َوي َۡن ِع ۚ ِ ٰٓهۦ ِإنَّ فِى َٰذَ ِلكُمۡ َ ٰٓۡل َٰي
َت ِلقَ ۡو ٍم يُ ۡؤمِ نُون
Artinya : “Dan Dialah yang menurunkan air dari langit, lalu Kami tumbuhkan
dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari
tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau, Kami keluarkan dari tanaman yang
menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang kurma, mengurai tangkai-
tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun
dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya pada waktu
berbuah, dan menjadi masak. Sungguh, pada yang demikian itu ada tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman”. (QS. al-An’am/6:99)
Ketiga ayat tersebut, meski tidak secara spesifik terkait sumur bor, mengandung
nilai-nilai Islam yang relevan dengan pengelolaan sumber daya air secara
bertanggung jawab, seperti: mengingatkan untuk tidak merusak lingkungan,
menekankan pentingnya pengelolaan rezeki (air tanah) dengan bijaksana,
menyadarkan akan pentingnya air sebagai sumber kehidupan, mendorong rasa
syukur dan kepedulian terhadap keberlangsungan ekosistem, dan mengambil
hikmah dari ayat-ayat tersebut dan menerapkannya dalam praktik penggalian sumur
bor dapat membantu kita mewujudkan pengelolaan air yang lestari dan selaras
dengan ajaran Islam.
2.8 Hipotesis
Penurunan tanah yang terjadi di Kota Medan dapat diidentifikasi dan
dianalisis secara akurat menggunakan metode DinSAR-Asaoka dengan fokus
dampak dari aktivitas sumur bor.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Peneltian ini akan dilaksanakan pada Bulan Januari-April 2024. Data akan
diolah di Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Deli Serdang Jl.
Geofisika No.1 Tuntungan I, Kec. Pancur Batu, Kab. Deli Serdang, Provinsi
Sumatera Utara 20353.
Dasar penelitian ini memberikan landasan teoretis dan praktis yang kuat untuk
melakukan analisis terhadap penurunan tanah akibat sumur bor di Kota Medan
menggunakan metode DinSAR-Asaoka.
Data citra yang digunakan pada studi ini ialah citra Sentinel 1A dengan
format Interferometric Wide Swath (IW) informasi tingkat 1 SLC yang diakuisisi
pada bertepatan pada tahun 2014-2023. SLC adalah data yang sudah terfokuskan,
ditemukan geo referensi memakai data orbit serta ketinggian dari satelit, serta ada
pada slant range geometry. Format IW ialah akuisisi utama di atas tanah. Mode ini
mengakuisisi 3 sub petak dengan memakai Terrain Observation with Progressive
Scan SAR( TOPSAR). Mode TOPSAR berperan untuk mengambil alih mode scan
SAR konvensional dengan cakupan serta resolusiyang sama namun rasio noise jadi
kecil. Teknologi ini mempunyai kelebihan yangbisa menciptakan kualitas gambar
yang homogen dengan kendala yang bisa diminimalisir Signal to Noise Ratio (SNR)
nyaris seragam. SNR adalah ukuran kekuatan sinyal yang berhubungan dengan
ukuran panas. Ukuran panas terjalin karena proses amplification (penguatan) sinyal
radar yang diterima oleh antena (Emiyati,dkk.2016).
Data yang digunakan pada studi ini berbentuk data radar Sentinel 1A pada
tahun 2023 yang diunduh di https://asf.alaska.edu/. Kedua data citra yang hendak
diunduh tadinya diasosiasikan terhadap waktu baseline temporal supaya
memperoleh nilai koherensi yang besar. Tahapan tersebut dicoba pada laman
penyedia informasi alaska.edu. Data yang digunakan untuk menginterpretasikan
penurunan permukaan tanah adalah data citra Sentinel 1A dengan format IW
dengan data tingkat 1 SLC sebanyak 2 pasang citra. Pendamping citra Sentinel 1A
ialah master dan slave.
menghilangkan phase gangguan yang ada pada citra dengan menggunakan setelan
tetap (default) dari fitur SNAP. Setelah melakukan filtering, langkah berikutnya
pada citra SAR dan diubah menjadi bentuk phase piksel. Setelah itu,
merupakan suatu proses konversi phase ambiguitas menjadi phase absolut. Phase
yang dihasilkan dari tahapan multilooking masih berupa phase ambiguitas sehingga
2001).
𝑑𝐿𝑂𝑆 = 𝜆 𝑥 𝑑𝜑
4𝜋 𝑥 𝜃
Dimana :
Pada tahapan ini menggunakan tools tambahan berupa SNAPHU yang dapat
di operation sistem Windows. Pada proses ini bentuk data yang di konversi berupa
disc data menjadi bentuk high dynamic range *hdr. Setelah proses ini dilakukan
Tahapan import unwrap merupakan tahapan konversi tingkat dua dari bentuk high
dynamic range *hdr menjadi temporary instruction file format *tif. Konversi data
unwrap dari bentuk phase ke nilai elevasi dilakukan untuk mengetahui perbedaan
tinggi dari proses DInSAR atau mengkonversi from slant to height dengan
Analisis spasial dilakukan untuk memahami pola distribusi penurunan tanah dan
identifikasi area yang paling terpengaruh.
DAFTAR PUSTAKA
Dang, V. K. dkk., 2014. New Orleans Subsidence Cause by The Rapid Urban
Development in The Hanoi Region (Vietnam) using ALOS InSAR Data.
Natural Hazard and Earth System Science, Volume 14, pp. 657 – 674.
Hanssen, R.F. 2001. Radar Interferometry. Data Interpretation and Error Analysis.
Kluwer Academic Publishers. The Netherlands: Delft University of
Technology.
Zhou, L. dkk., 2017. Wuhan Surface Subsidence Analysis in 2015 – 2016 Based on
Sentinel-1A Data by SBAS-InSAR. Remote Sens, Volume 8, p.