Anda di halaman 1dari 34

ANALISIS PENURUNAN MUKA TANAH AKIBAT

SUMUR BOR DENGAN METODE DINSAR -ASAOKA


DI WILAYAH KOTA MEDAN

PROPOSAL

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah


Metodologi Penelitian

NADIYAH AZ ZUHRIYYAH
NIM. 0705211044

PROGRAM STUDI FISIKA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat, karunia serta hidayah-Nya. Sholawat serta salam senantiasa dipanjatkan
kepada junjungan kita Rasulullah, Nabi besar Muhammad SAW yang syafaatnya
sangat diharapkan di Yaumul Akhir nanti. Atas ridho dan kehendak Allah pula,
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Penurunan Muka
Tanah Akibat Sumur Bor dengan Metode DinSAR-Asaoka di Wilayah Kota
Medan“, sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains (S.Si) pada program
studi Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Sumatera
Utara.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini banyak
mendapatkan bantuan dan Pendidikan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Prof. Dr. H. Nurhayati, M.Ag., selaku Rektor UIN Sumatera Utara Medan.
2. Bapak Dr. Zulhan, S.H.I., M.Hum selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Sumatera Utara Medan.
3. Bapak Nazaruddin Nasution M.Pd selaku Ketua Program Studi Fisika Fakultas
Sains dan Teknologi UIN Sumatera Utara Medan. Dan Bapak Suendri, M.Kom
selaku Sekretaris Program Studi Fisika di Fakultas Sains dan Tekonologi UIN
Sumatera Utara Medan. Serta segenap Dosen Program Studi Fisika Fakultas
Sains dan Teknologi UIN Sumatera Utara Medan yang telah memberikan ilmu
yang bermanfaat, membimbing, dan memberikan arahan serta membantu
selama proses perkuliahan.
4. Ibu Ety Jumiati S.Pd., M.Si., selaku dosen pengampu mata kuliah Metodologi
Penelitian yang selaku membimbing serta mendorong setiap langkah
mahasiswanya.
5. Ibu Ratni Sirait S.Pd., M.Pd., selaku dosen pembimbing satu yang telah
memberikan arahan dan bimbingan serta meluangkan waktu untuk memberikan
ide, motivasi dan masukan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
6. Ibu Lailatul Husna Br Lubis, S.Pd., M.Sc., selaku dosen pembimbing dua yang
telah memberikan bimbingan dan arahan serta meluangkan waktu untuk
memberikan ide, motivasi, dan masukan kepada penulis selama penyusunan
skripsi ini.
7. Orang tua penulis, Bapak Muliadi Dasopang M.Pd.I dan Ibu Widia Kartika Sari
yang telah memberikan cinta yang tidak terhitung, dukungan semangat, doa dan
materil.
8. Seluruh teman yang telah membantu, memberi semangat dan juga teman-teman
yang telah mendukung penulis mendapatkan semangat dan motivasi.
9. Last but not least, i wanna thank me. I wanna thank me for believing in me, i
wanna thank me for doing all this hardwork, i wanna thank me for having no
day off, i wanna thank me for never quitting, i wanna thank me always being a
giver and tryna give more than i achieve
Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan
dan kesalahan kata, oleh karena itu penulis mengharapkan pembaca untuk
memberikan kritik dan saran yang membangun dalam pengembangan skripsi ini.
Semoga hasil tulisan ini dapat memberikan dampak yang baik bagi pembaca dan
perkembangan ilmu pengetahuan di kemudian hari kelak. Demikianlah tutur kata
yang penulis sampaikan, saya ucapkan terima kasih.

Medan, 5 Januari 2024


Penulis,

Nadiyah Az Zuhriyyah
NIM.0705211044
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 3
1.3 Batasan Masalah .......................................................................... 3
1.4 Tujuan Penelitian ......................................................................... 3
1.5 Manfaat Penelitian ....................................................................... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penurunan Muka Tanah ............................................................... 5
2.2 Metode DinSAR .......................................................................... 8
2.3 Citra Sentinel 1 .......................................................................... 10
2.4 Software SNAP dan ArcGIS ..................................................... 11
2.5 Metode Asaoka .......................................................................... 12
2.6 Ayat-Ayat Naqliyah ………………………………………….. 14
2.7 Penelitian Relevan..................................................................... 15
2.8 Hipotesis……………………………………………………… 17
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... 18
3.2 Alat dan Bahan Penelitian ......................................................... 18
3.3 Dasar Penelitian ......................................................................... 18
3.4 Diagram Alir Penelitian ............................................................. 19
3.5 Prosedur Penelitian.................................................................... 21
3.5.1 Pengumpulan Data…………………………………….. 21
3.5.2 Pre-Processing Data…………………………………… 22
3.5.3 Pengolahan DinSAR…………………………………... 22
3.6 Pengujian Penelitian………………………………………….. 27
3.6.1 Validasi Metode DinSAR-Asaoka……………………... 27
3.6.2 Analisis Resolusi dan Presisi…………………………... 27
3.6.3 Korelasi Hasil dengan Data Sumur Bor……………….. 27
3.6.7 Perbandingan dengan Metode Tradisional……………. 27
3.6.8 Sensitivitas Model Terhadap Parameter………………. 27
3.6.9 Analisis Spasial Distribusi Penurunan Tanah…………. 27

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 28
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sumur bor menjadi alternatif unggul masyarakat di Kota Medan sebagai sumber
penyediaan air rumah tangga. Studi kasus memperhatikan bahwa masyarakat yang
tinggal di daerah yang jauh dari pusat perkotaan rata-rata menggunakan sumur bor
sebagai sumber air rumah tanggga karena tempat penyediaan air daerah seperti
PDAM yang berjarak kurang strategis dari rumah penduduk. Akibat dari banyaknya
masyarakat yang tidak berketergantungan dengan sumber air daerah, persen
pengguna sumur bor semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini dikhawatirkan
akan memicu terjadinya land subsidence (penurunan tanah) di Kota Medan
kedepannya seperti yang telah terjadi pada beberapa daerah lain di Indonesia.
Kota Medan merupakan Ibukota Provinsi Sumatera Utara yang terletak pada 3,6
LU dan 98,6 BT dengan luas daratan 265,10 𝑘𝑚2. Menurut data statistik mengenai
masyarakat pengguna sumur bor di Sumatera Utara bahwa daerah ini mengalami
persen peningkatan yang signifikan sejak tahun 2010-2019 yakni sebesar 3,8%.
Dan menurut penelitian yang dilakukan oleh Tim Geodesi Institut Teknologi
Bandung, Kota Medan termasuk salah satu kota di Indonesia yang bepotensi
mengalami penurunan muka tanah. Salah satu faktor penyebab terjadinya
penurunan tanah di Kota Medan ialah banyaknya jumlah masyarakat yang
menggunakan sumur bor. Semakin banyak penduduk yang tinggal, maka jumlah
pemakaian sumur bor pun semakin meningkat, dan jumlah air tanah yang akan
diambil tentu akan semakin banyak. Untuk itu diperlukan sebuah metode khusus
yang berguna untuk mengamati dann membahas dinamika struktur tanah di
Sumatera Utara, khususnya Kota Medan. Selanjutnya masalah ini akan diselesaikan
dengan menggunakan Metode DinSAR.
Metode DinSAR (Differential interferometric Synthetic Aperture Radar) adalah
salah satu metode yang membahas penurunan muka tanah dengan akurasi tinggi cm
(sentimeter) yang banyak digunakan oleh para peneliti selama beberapa dekade
terakhir. Metode ini membahas faktor-faktor penyebab deformasi tanah seperti
aktivitas pertambangan, eksploitasi panas bumi, dan gempa bumi. Metode ini
memanfaatkan sistem penginderaan jauh dari sumber cintra satelit sentinel-1.
Keunggulan metode ini yaitu yang pertama memiliki cakupan spasial yang luas
sehingga mampu mengamati struktur tanah di area yang luas dalam waktu singkat,
kedua, akurasi yang tinggi menyebabkan struktur tanah dapat terdeteksi pada
tingkat mm (milimeter), ketiga non-invasif atau tidak memerlukan kontak langsung
dengan tanah, dan keempat hemat biaya. Namun, ada beberapa hal-hal yang tidak
menjadi cakupan DinSAR seperti dekolerasi temporal, interferensi atmosfer, dan
kebisingan yang dapat mengurangi keakuratannya. Adapun Metode Asaoka adalah
metode observasi lapangan yang digunakan untuk mempredisksi penurunan muka
tanah akibat konsolidasi tanah. Metode ini dapat memprediksi besar penurunan
serta lama waktu konsolidasi dengan menggunakan data observasi. Metode ini
memiliki keunggulan seperti mudah diaplikasikan, akurasi yang baik, dapat
memprediksi penurunan akhir, dan waktu konsolidasi tanah lunak.
Penelitian sebelumnya menurut Cyntia dan I Putu Pudja (2020) membahas
penurunan tanah dengan daerah penelitian DKI Jakarta dengan metode DinSAR.
Penelitian ini menyajikan data penurunan muka tanah menggunakan metode
DinSAR yang dipadu dengan Global Positioning System (GPS) dan metode gradien
vertical antar waktu. Hasilnya menunjukkan bahwa rata-rata penurunan muka tanah
di DKI Jakarta mengalami penurunan signifikan pada tahun 2016 sampai 2017.
Penelitian lain untuk memperkuat penelitian ini adalah menurut Hasanuddin Z.
Abidin, dkk (2011) yang membahas tentang penurunan permukaan tanah di Jakarta,
Indonesia, dan hubungannya dengan pembangunan perkotaan. Metode yang
digunakan yaitu survei leveling, survei GPS, dan pengukuran InSAR untuk
mempelajari penurunan tanah di Jakarta dari tahun 1982 sampai 2010. Penelitian
ini menemukan bahwa penurunan tanah menunjukkan variasi spasial dan temporal,
dengan laju berkisar antara 1 hingga 15 cm/tahun dan hingga 20 cm-28 cm/tahun
pada lokasi tertentu. Penelitian selanjutnya oleh Anto Kadyanto, dkk (2020) tentang
Metode Asaoka yang membahas penentuan laju konsolidasi tanah lunak. Metode
ini dipilih karena penerapannya yang sederhana dan tingkat akurasi yang dapat
diandalkan. Pengamatan penurunan tanah diambil dari Area 1B Blok J yang terletak
di JIIPE, Manyar, Gresik, Jawa Timur.. Hasilnya menunjukkan bahwa derajat
konsolidasi yang dihitung dari data observasi Metode Asaoka adalah 96,93%,
terbukti lebih besar dibandingkan dengan desain teknis teknik 95%.
Berdaasarkan uraian diatas, peneliti ingin menguji pengukuran penurunan tanah
dengan metode DinSAR dibantu dengan pengamatan lapangan nmenggunakan
metode Asaoka, sehingga keakuratan data spasial dari satelit dapat didukung oleh
data pengamatan yang dilakukan secara langsung. Dari penelitian ini diharapkan
munculnya informasi baru terkait data struktur muka tanah khusunya di Kota
Medan, Sumaeta Utara yang nantinya dapat menjadi acuan informasi bagi
pemerintah dan masyarakat terkait kondisi tanah di masing-masing daerah yang
telah diamati.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, Adapun rumusan masalah


dalam penelitian ini antara lain:
1. Bagaimana menggunakan software-programming metode DinSAR dengan
aplikasi SNAP?
2. Berapa besar persen penurunan tanah yang terjadi dalam rentang tahun 2013-
2023 di Kota Medan, Sumatera Utara?
3. Informasi apa sajakah yang didapat dari outputpemetaan yang dilakukan oleh
aplikasii SNAP dengan metode DinSAR?
1.3 Batasan Masalah

Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang ada, maka batasan
masalah yang diambil pada penelitian ini sebagai berikut :
1. Software-Programming yang dipakai yakni dengan menggunakan aplikasi
SNAP dengan data yang diambil dari ESA (European Space Agency) dari citra
satelit sentinel-1
2. Daerah yang dibahas hanya akan memfokuskan Kota Medan sebagai daerah yang
akan diteliti.
3. Meneliti keakuratan data spasial dari Metode DinSAR akan dilanjutkan dengan
Metode Asaoka dengan pilihan lokasi yang bepotensi mengalami penurunan
muka tanah dari metode sebeumnya.
1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut.


1. Untuk dapat menggunakan software-programming metode DinSAR dengan
aplikasi SNAP
2. Untuk mengetahui seberapa besar persen penurunan tanah yang terjadi
dalam rentang tahun 2013-2023 di Kota Medan, Sumatera Utara.
3. Untuk mengetahui informasi apa sajakah yang didapat dari output pemetaan
yang dilakukan oleh apliaksi SNAP dengan metode DinSAR
1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Sebagai informasi awal mitigasi bencana kepada masyarakat untuk


pemetaan daerah yang memiliki kerentana penurunan permukaan tanah
akibat sumur bor di masa yang akan datang.
2. Sebagai data yang dapat diberikan kepada pemerintah untuk meninjau
perkembangan sumur bor.
3. Terjalinnya hubungan baik anatara instansi tempat melakukan penelitian
dengan Program Studi Fisika.
4. Sebagai tambahan referensi untuk penelitian berikutnya, khususnya bagi
Mahasiswa/I Program Studi Fisika UINSU.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penurunan Muka Tanah

Penurunan muka tanah adalah suatu kejadian dimana tanah relatif menurun
terhadap suatu bidang referensu tertentu yang dianggap stabil. Penurunan muka
tanah dapat terjadi secara perlahan maupun mendadak. Dalam banyak kejadian,
anka penurunan muka tanah dihitung dalam satuan cm/tahun. Perubahan muka
tanah yang bersifat mendadak diikuti dengan perubahan fisik real-time dan dapat
diketahui besar kecepatan penurunannya. Namun, untuk penurunan tanah yang
bersifat perlahan perlu dianalisis dalam kejadian dengan rentang waktu yang
lama, besae penurunannya ditentukan dengan mekanisme secara periodik
(Hardiyanto, 2011). Berbagai penyebab penurunan tanag dapat diklasifikasikan
menjadi (Rusmen, 2012) ;

1. Penurunan muka tanah alami


2. Pengambilan bahan cair di perut bumi (Groundwater Extraction)
3. Beban bear (Settlement)
4. Aktivitas penambangan
5. Sedimentasi daerah cekungan
6. Terdapat rongga bawah tanah yang menyebabkan terjadinya Sink Hole

Fenomena penurunan muka tanah dapat mengakibatkan beberapa wilayah


mengalami dampak yang signifikan. Kerugian materi dan penurunan kualitas
hidup yang berdampak pada wilayah kasus yaitu.

1. Amblesan tanah dan genangan air


2. Rusaknya infrastruktur
3. Instrusi air laut ke permukaan tanah
4. Mengakibatkan banjir rob
Penurunan muka tanah yang terjadi di kota-kota besar diakibatkan karena
mengingkatnya kebutuhan air akibat urbanisasi dan aktivitas pemompaan air di
lapisan tanah akuifer (Dang, dkk, 2014). Penggunaan air tanah secara berlebihan
seringkali dilakukan pada zona-zona akuifer yang dapat mengakibatkan
kerentanan penurunan tanah (Mochammad dan Saepuloh, 2018). Menurut J.X
Zhou (2017) dalam penelitiannya ia menyebutkan bahwa setelah musim kemarau,
land subsidence meningkat diikuti dengan meningkatnya suhu dan aktivitas
pengambilan air tanah. Lain halnya pada musim penghuan dimana land subsidence
terlihat mengecil. Hal ini dapat memberikan gambaran bahwa land subsidence
non-linear terhadap variasi musim. Suharosno (2021) menjelaskan bahwa
penurunan muka tanah di Ssemrang disebabkan oleh tiga faktor yakni pengambilan
air tanah berlebih (eksploitasi air), kosolidasi tanah alluvial yang masih muda dan
akibat beban banguan yang berlebih.

Kondisi geologi juga menjadi salah satu penyebab deformasi tanah yang
terjadi di daerah pasir (sand), pasir-tanah liat (sand clay), tanah liat (loamy sand),
dan lempung (clay loam. Daerah alluvial yang belum terkonsolidasi juga rentan
mengalami penurunan tanah akibat pembebanan yang menekan formasi sedimen
(Dang, dkk, 2014). Bahan endapan aluvial merupakan bahan pembentuk yang
berpotensi mengalami deformasi tanah karena struktur tanah hasil pengendapan
yang terletek pada umumnya di daerah datar dekat dengan sumber ait tanah dan
merupakan bahan yang relatif mudah jenuh air. Bahan endapan juga berkorelasi
dengan akumulasi bahan hasil erosi, sehingga apabila daerah tererosi merupaan
daerah yang kaya akan unsur hara maka endapan aluvial di daerah hilirnya pun
akan kaya unsur hara. Begitu juga kebalikannya (Prasetyo, dkk, 2012).

Untuk itu menganalisis struktur batuan geologi di wilayah Kota Medan dan
sekitarnya menjadi hal dasar untuk memahami potensi penurunan permukaan
tanah. Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara yang memiliki
luas wilayah sebesar 72.981,23 𝑘𝑚2 . Kondisi geologi di daerah ini dicirikan oleh
patahan, lipatan, dan kekar. Sebagaimana diketahui bahwa struktur geologi Kota
Medan dipengaruhi oleh zona sesar Sumatera dimana terdapat kekar dan rekahan
yang mempengaruhi pola aliran sungai. Terdapat beberapa aliran sungai yang
mengalir di Kota Medan seperti Sungai Belawan, Sungai Deli, Sungai Patahan,
dan Sungai Percut yang kemudian akan bermuara di Selat Malaka. Pola aliran
sungai yang berkembang di daerah Kota Medan dan sekitarnya terutama di bagian
selatan merupakan pola aliran paralel dengan elevasi antara 35-350 mdpl dengan
kemiringan >5%.

Stratigrafi secara umum Kota Medan dibentuk oleh batuan sedimen tersier,
yang tersusun oleh Formasi Seurula, kemudian diatasnya terendapkan Formasi
Julok Rayeu secara seralas. Pada zaman kuarter, terbentuk Formasi Tuf Toba yang
tidak selaras, Formasi Medan yang menutupi Formasi Tuf Toba secara tidak
selaras. Kemudian adanya endapan aluvium yang menutupi Formasi Tuf Toba.
Pada cekungan Sumatera Utara kala moisen akhir, setelah transgresi smencapai
maksimum, terjadilah proses regresu yang mengendapkan formasi Keutapang,
Seurula dan Juleu Rayeu.

a. Formasi Seurela dicirikan oleh selang-seling batu pasir, batu lempung, dan
serpih. Lingkungan pengendapan menjadi dangkal.
b. Formasi Juleu Rayeu dicirikan oleh batu pasir dengan perselingan batu
lempung atau serpih. Di beberapa tempat ditemukan konglomerat dan
batubara tipis.
c. Formasi Tuf Toba tersusun atas batuan beu dasit dan batuan piroklastik
berupa Tuf yang dihasilkan dari erupsi gunung api Toba.
d. Formasi medan dan endapan aluvium merupakan endapan yang terdiri dari
bongkah-bongkah, kerikil, pasir, lanau, dan lempung (Siregar,2016)
Gambar 2.1 Peta Geologi Sumatera Utara

2.2 Metode DINSAR

Metode DINSAR (DifferentiaL Interferomtry Synthetic Radar) adalah sebuah


metode penginderaan jauh yang digunakan untuk mengukur dan memantau
deformasi permukaan bumi. Teknik ini melibatkan pembandingan antara dua citra
radar satelit yang diambil dari posisi yang sedikit berbeda untuk mengukur
perubahan jarak antara permukaan bumi dan satelit dengan akurasi hingga level
milimeter. Perbedaan fasa antara dua citra ini sangat sensitif terhadap perubahan
deformasi permukaan, sehingga memungkinkan deteksi deformasi dengan tingkat
akurasi yang tinggi. Teknik ini banyak digunakan dalam pemetaan topografi,
pemantauan deformasi, pemodelan bencana alam, dan aplikasi lain yang
memerlukan pemahaman mengenai perubahan permukaan bumi dengan akurasi
tinggi. Diferensial interferometri bertujuan untuk mengamati pergerakan tanah atau
deformasi tanah dengan menggunakan teknik repeat pass interferometry
(Purna,2009). Beda phase interferometrik mengandung informasi dari profil
topografi (φtopo), perbedaan lintasan orbit (φorb), deformasi (φdefo), atmosfer
(φatm), dan noise fase (φnoise) dan dapat dituliskan sebagai berikut.
𝛥𝜑 = 𝜑𝑡𝑜𝑝𝑜𝑔𝑟𝑎𝑓𝑖 + 𝜑𝑑𝑒𝑓𝑜𝑟𝑚𝑎𝑠𝑖 + 𝜑𝑎𝑡𝑚𝑜𝑠𝑓𝑒𝑟 + 𝜑𝑛𝑜𝑖𝑠𝑒 (2.1)

Keterangan ;

𝛥𝜑 : Beda Phase antara dua citra SAR

𝜑𝑡𝑜𝑝𝑜𝑔𝑟𝑎𝑓𝑖 : Phase topograsi (sebagai referensi)

𝜑𝑑𝑒𝑓𝑜𝑟𝑚𝑎𝑠𝑖 : Phase deformasi

𝜑𝑎𝑡𝑚𝑜𝑠𝑓𝑒𝑟 : Phase pengaruh atmosfer

𝜑𝑛𝑜𝑖𝑠𝑒 : Phase pengaruh noise

Sehingga untuk mendapatkan efek deformasi harus dilkukan dnengan


metode DINSAR atau dengan mendeferensialkan dua interferogram dan
menghilangkan pengaruh topograsi, noise, dan atmosfer. Beberapa metode yang
digunakan dalam metode DINSAR adalah sebagai berikut (Hanssen, 2001).

a. Metode two-pass interferomtery

Metode ini menggunakan model elevasi DEM eksternal yang dikonversikan


dalam koordineat radar. Kemudian diskalakan menggunakan baseline (Massonet,
1998). Kesalahan yang terdapat pada data DEM akan merambat hasil perhitungan
diferensial InSAR. Dengan kata lain, semakin baik kualitas DEM yang digunakan,
maka akan semakin baik pula citra diferensial InSAR yang dihasilkan.

b. Metode three-pass interferometry

Dalam hal ini, citra SAR yang digunakan berjumlah tiga buah, dengan dua data
SAR yang memiliki jeda waktu pengamatan yang realtif pendek dan pengamatan
kedua waktunya terpisah lebih panjang.

c. Metode four-pass interferometry

Teknik ini dapat dilakukan ketika baseline kedua pasang data tidak
memungkinkan atau tidak tersedia DEM pada area penelitian. Dengan
menggunakan metode topographic pair dan deformation pair yang bersifat
independen (Hanssen, 2001).
2.3 Citra Sentinel 1
Citra sentinel 1 terdiri dari konstelasi dua satelit yang mengorbit. Beroperasi
pada siang dan malam dengan menggunakan citra SAR kanal C, yang
memungkinkan diperolehnya citra tanpa pengaruh cuaca. Sentinel 1 akan bekerja
dalam mode operasi yang telah diprogram untuk menghindari konflik dan
menghasilkan arsip data jangka panjang yang konsisten yang dibuat untuk
pengaplikasian berdasarkan deret lama. Sentinel 1 adalah citra satelit pertama dari
misi yang dikembangkan oleh European Satelite Agency (ESA) sebagai inisiatif
Copernicus. Sentinel 1A direncanakan akan diluncurkan oleh roket SOYUZ dari
Spaceport Eropa di Guyana, Prancis, pada awal tahun 2014 diikuti oleh satelit kedua
yaitu Sentinel 1B pada tahun 2016. Panduan misi satelit senitinel 1ini bertujuan
untuk menyediakan solusi high deskripsi tingkat tujuan misi, deskripsi satelit dan
segmen tanah. Satelit ini juga mengenalkan misi warisan terkait area tematik,
karakteristik orbit dan cakupan, muatan, dan produk data (ESA, 2013).

Gambar 2.2 Sentinel 1A

Sentinel 1A akan berada di orbit polar dekat matahari dengan siklus


pengulangan 12 hari dan 175 orbit per siklus untuk satu satelit. Kedua sentinel 1A
dan 1B di berbagai bidang orbit yang sama dengan perbedaan penanganan orbital
180 derajat. Dengan kedua satelit yang terus beroperasi selama 6 hari. Sentinel 1A
milik eropa yang diluncurkan pada 3 april 2014 membawa sensor SAR untuk
merekan permukaan bumi dengan menggunakan C-Band beroperasi pada frekuensi
5,405 Hz yang dapat menembus awan dan hujan sehingga hasil perekamannya
bebas dari gangguan cuaca dan dapat beroperasi siang dan malam sehingga baik
digunakan untuk berbagai aplikasi di Indonesia dimana data citra optik yang rentan
tertutupi oleh awan (Indra, 2011).
Beroperasi dengan dual polarisasi (HH+HV, VV+VH) sehingga baik
digunakan untuk mengidentifikasi dan membedakan klasifikasi penutup lahan dan
pengenalan karakteristik objek termasuk penutup lahan hutan rakyat. Dual
polarisasi tersebut diperoleh melalui salah satu mode perekaman Interferometric
Wide (IW), dan dengan ketersedian data level 1 GRDH (Ground Range Detected
High) yang mampu mengkombinasikan lebar perekaman yang luas (250 km)
dengan resolusi spasial menengah (resolusi Azimuth x Range: 22 x 20 m) tetapi
dapat diolah hingga menghasilkan piksel dengan ukuran 10 x 10 m, kemampuan ini
menjadi kelebihan untuk menurunkan informasi terkait cadangan karbon hutan
pada wilayah yang luas tetapi dengan informasi yang cukup detail. Kemampuan
penetrasi band-C pada kanopi pohon merupakan keunggulan dari data SAR
Sentinel 1A dibanding data optis sehingga parameter fisik biomassa (dbh/diameter
at breast height dan tinggi pohon) untuk menurunkan informasi cadangan karbon
dapat terdeteksi lebih banyak (Indra, 2011). Data SAR (Synthetic Aperture Radar)
dari deri sensor Sentinel 1 merupakan data SAR yang akan digunakan dalam
penelitian ini.

2.4 Software SNAP dan ArcGIS

SNAP (Sentinel Application Platform) merupakan software yang diciptakan


untuk mengolah data citra satelit Sentinel (Sentinel-1 Toolbox, Sentinel-2 Toolbox
dan Sentinel-3 Toolbox). Namun, software ini juga dapat dimanfaatkan untuk
pengolahan data citra satelit lainnya. SNAP merupakan inovasi platform yang
dibiayai oleh ESA SEOM.
Kelebihan SNAP Sebagai software yang tersedia gratis, SNAP memiliki
beberapa kelebihan dalam pengolahan citra satelit, contohnya:
1. SNAP tersedia secara gratis untuk Windows, MAC OS C dan Linux dan
dapat diunduh melalui laman http://step.esa.int/main/download/.
2. Dikembangkan untuk mendukung Sentinel Toolboxes.
Sentinel merupakan citra satelit yang tersedia secara gratis dan memiliki
resolusi spasial dan temporal lebih tinggi dibandingkan citra satelit gratis lainnya
seperti LANDSAT dan MODIS yang berfungsi sebagai berikut.
1. Dapat menampilkan citra satelit dengan sangat cepat, bahkan untuk citra dengan
ukuran penyimpanan besar seperti giga-pixel.
2. Dapat menampilkan kerangka proses pengolahan data dengan Graph Processing
Framework (GPF).
3. Layer management yang handal dengan memungkinkan penambahan dan
manipulasi overlay berbagai data.
4. Proses reprojection dan ortho-rectification yang akurat.
5. Dapat digunakan untuk proses geo-coding dan rectification menggunakan
ground control points (GCP).
6. Dapat mengunduh SRTM DEM dengan gratis sesuai daerah yang diinginkan.
Setelah data citra satelit Sentinel tersebut diolah dengan menggunakan perangkat
lunak SNAP, maka proses pengelolahan data dilanjutkan untuk memetakan wilayah
Kaligawe dan sekitarnya dengan menggunakan perangkat lunak ArcGIS. Secara
spedifik, ArcGIS adaalah sebuah platform pemetaan geografis yang dikembangkan
oleh perusahaan teknologi informasi bernama Esri. ArcGIS ialah salah satu proyek
dari OSGeo sebuah organisasi nirlaba dan non pemerintah yang memiliki tujuan
untuk menyatukan berbagai komunitas geospasial dari berbagai belahan penjuru
dunia. Walaupun ArcGIS merupakan sebuah sistem informasi geografis yang
bersifat gratis bukan berarti bahwa ArcGIS bisa dipandang sebelah mata. Seiring
berjalannya waktu hingga sekarang, ArcGIS telah menjadi andalan dari berbagai
kalangan, baik profesional, praktisi, maupun akademisi. Dapat dikatakan bahwa
kemampuan ArcGIS bisa bersaing dengan perangkat lunak sistem informasi
geografis lainnya yang bersifat berbayar. Sifatnya yang open source membuat
perkembangan dari perangkat lunak ini menjadi cepat sehingga ArcGIS dapat cross-
platform yang artinya kompatibel dengan berbagai macam sistem operasi, seperti
Windows, MacOs X, dan juga Linux (Budiyanto, 2016).

2.5 Metode Asaoka


Metode Asaoka adalah sebuah metode observasi yang digunakan untuk
memprediksi besarnya nilai penurunan akhir (final settlement) dan koefisien
konsolidasi (cv) suatu tanah akibat konsolidasi satu arah. Metode ini diperkenalkan
oleh Asaoka pada tahun 1978 berdasarkan penelitiannya terhadap penurunan tanah
di Jepang dan banyak digunakan dalam analisis konsolidasi tanah. Prinsip dasar
metode Asaoka mengasumsikan bahwa tanah adalah homogen dan isotropik. Selain
itu, metode ini mengasumsikan bahwa tekanan air pori di dalam tanah adalah
konstan pada setiap titik. Oleh karena itu, penulis menilai metode ini dapat
dikorelasikan degan keadaan sumur bor.
Metode ini memanfaatkan data observasi penurunan akibat timbunan dan
menggunakan metode curve fitting untuk memprediksi penurunan akhir tanah.
Teknik ini dianggap cukup handal karena mampu memberikan prediksi yang akurat
tanpa memerlukan data-data tanah yang rumit. Metode Asaoka umumnya
digunakan dalam kajian geoteknik untuk memahami perilaku tanah dan
memprediksi penurunan akhir yang mungkin terjadi.

Gambar 2.3 Grafik Metode Asaoka

Adapun persamaan yang dipakai dalam metode ini sebagai berikut (Asaoka, 1978).
𝑡 2
𝑆𝑓 = 𝑎.
𝑡90
Dimana ;
Sf : Penurunan akhir (mm)
A : Koefisien yang tergantung pada jenis tanah
t : Waktu (hari)
t90 : Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai derajat konsolidasi 90% (hari)
2.6 Ayat-Ayat Naqliyah

Terdapat beberapa ayat al-Qur’n yang dapat dikaitkan secara tematis dengan isu
penurunan tanah akibat sumur bor, meskipun tidak secara eksplisit disebutkan
larangan penggalian sumur bor berlebihan yang berpotensi menyebabkan
penurunan tanah. Ayat-ayat ini sebagai refleksi nilai-nilai Islam terhadap
pengelolaan sumber daya air dan lingkungan. Berikut beberapa ayat yang relevan.

1. QS al-A’raf ayat 56-57


َ‫سنِين‬ِ ‫يب ِمنَ ۡٱل ُم ۡح‬ ٌ ‫ٱّلل قَ ِر‬ َ ‫ص َٰلَحِ هَا َو ۡٱدعُوهُ َخ ۡوفًا َو‬
ِ َّ َ‫ط َمعً ۚا إِنَّ َر ۡح َمت‬ ۡ ِ‫ض ب َۡع َد إ‬ ِ ‫سدُواْ فِى ۡٱۡلَ ۡر‬ ِ ‫ َو ََل ت ُۡف‬.٥٦
‫نزَلنَا بِ ِه‬ ٍ ِ‫سحَابًا ثِقَ ًاَل سُ ۡق َٰنَهُ ِلبَلَ ٍد َّمي‬
ۡ َ ‫ت فَأ‬ َ ‫س ُل ٱ ِلر َٰيَ َح بُ ۡش ًۢ ًرا ب َۡينَ يَد َۡى َر ۡح َمتِ ِهۦ َحت َٰ َّٰٓى إِذَآٰ أَقَلَّ ۡت‬
ِ ‫ َوه َُو ٱلَّذِى يُ ۡر‬.٥٧
ُ ‫ت َك َٰذَ ِلكَ نُ ۡخ ِر‬
َ‫ج ٱ ۡل َم ۡوت ََٰى لَعَلَّكُمۡ تَذَك َُّرون‬ ِ ۚ ‫ٱ ۡل َما ٰٓ َء فَأ َ ۡخ َر ۡجنَا ِب ِهۦ مِ ن ك ُِل ٱلثَّ َم َٰ َر‬
Artinya : “56. Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah
(diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh
harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat
kebaikan. 57. Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa kabar gembira,
mendahului kedatangan rahmat-Nya (hujan), sehingga apabila angin itu membawa
awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan
di daerah itu. Kemudian Kami tumbuhkan dengan hujan itu berbagai macam buah-
buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang yang telah mati, mudah-
mudahan kamu mengambil pelajaran” (QS. al-A’raf/7:56-57)
Ayat ini mengingatkan bahwa rezeki, termasuk air tanah, merupakan amanah
dari Allah SWT yang harus dimanfaatkan dengan bijaksana dan tidak berlebihan.
Menguras air tanah dengan tidak terkendali melalui sumur bor yang banyak dapat
berpotensi menyempitkan rezeki air bagi generasi mendatang.
2. QS. al-An’am ayat 99

‫ج مِ ۡنهُ َحبًّا ُّمت ََرا ِكبًا‬ ُ ‫س َما ٰٓءِ َما ٰٓ ًء فَأ َ ۡخ َر ۡجنَا بِ ِهۦ نَبَاتَ ك ُِل ش َۡىءٍ فَأ َ ۡخ َر ۡجنَا مِ ۡنهُ َخ ِض ًرا نُّ ۡخ ِر‬
َّ ‫ِى أَنزَ َل مِ نَ ٱل‬
ٰٓ ‫َوه َُو ٱلَّذ‬
َ َٰ َ‫غ ۡي َر ُمت‬
‫ش ِب ٍه ٱنظُ ُر ٰٓواْ إِلَ َٰى‬ َ ‫ٱلر َّمانَ ُم ۡشتَ ِبهًا َو‬
ُّ ‫ب َوٱلزَّ ۡيت ُونَ َو‬ ٍ ‫ت ِم ۡن أَ ۡعنَا‬ ٍ َّ‫ط ۡل ِعهَا ق ِۡن َوا ٌن دَانِيَةٌ َو َج َٰن‬
َ ‫َومِ نَ ٱلنَّ ۡخ ِل مِ ن‬
ٍ َ‫ثَ َم ِر ِٰٓهۦ ِإذَآٰ أَ ۡث َم َر َوي َۡن ِع ۚ ِ ٰٓهۦ ِإنَّ فِى َٰذَ ِلكُمۡ َ ٰٓۡل َٰي‬
َ‫ت ِلقَ ۡو ٍم يُ ۡؤمِ نُون‬
Artinya : “Dan Dialah yang menurunkan air dari langit, lalu Kami tumbuhkan
dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari
tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau, Kami keluarkan dari tanaman yang
menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang kurma, mengurai tangkai-
tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun
dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya pada waktu
berbuah, dan menjadi masak. Sungguh, pada yang demikian itu ada tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman”. (QS. al-An’am/6:99)

Ayat ini menggambarkan pentingnya air sebagai sumber kehidupan bagi


makhluk hidup. Eksploitasi air tanah yang berlebihan melalui sumur bor yang tidak
terkendali dapat berdampak pada kekeringan dan hilangnya sumber air, sehingga
mengancam kehidupan makhluk hidup di sekitarnya.

Ketiga ayat tersebut, meski tidak secara spesifik terkait sumur bor, mengandung
nilai-nilai Islam yang relevan dengan pengelolaan sumber daya air secara
bertanggung jawab, seperti: mengingatkan untuk tidak merusak lingkungan,
menekankan pentingnya pengelolaan rezeki (air tanah) dengan bijaksana,
menyadarkan akan pentingnya air sebagai sumber kehidupan, mendorong rasa
syukur dan kepedulian terhadap keberlangsungan ekosistem, dan mengambil
hikmah dari ayat-ayat tersebut dan menerapkannya dalam praktik penggalian sumur
bor dapat membantu kita mewujudkan pengelolaan air yang lestari dan selaras
dengan ajaran Islam.

Selain ayat-ayat Al-Quran, para ulama juga membahas tentang pengelolaan


sumber daya air dalam berbagai fatwa dan kitab, terutama terkait dengan isu
lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa kepedulian
Islam terhadap lingkungan hidup tidak hanya dituangkan dalam teks Al-Quran,
tetapi juga diimplementasikan dalam ajaran dan praktik keseharian umat Islam

2.7 Penelitian-Penelitian Relevan

Penelitian sebelumnya yang relevan terkait topik ini bertujuan untuk


mendapatkan uji perbandngan dan tolak ukur. Selain itu, untuk menghindari
anggapan kesamaan penelitian ini dengan penelitian lainnya. Maka dalam kajian
pustaka ini peneliti mencantumkan hasil-hasil penelitian terdahulu sebagai berikut.

1. Penelitian sebelumnya menurut Cyntia dan I Putu Pudja (2020) membahas


penurunan tanah dengan daerah penelitian DKI Jakarta dengan metode
DinSAR. Penelitian ini menyajikan data penurunan muka tanah menggunakan
metode DinSAR yang dipadu dengan Global Positioning System (GPS) dan
metode gradien vertical antar waktu. Hasilnya menunjukkan bahwa rata-rata
penurunan muka tanah di DKI Jakarta mengalami penurunan signifikan pada
tahun 2016 sampai 2017. Penelitian ini memberikan informasi penting tentang
perubahan penurunan muka tanaah di DKI Jakarta dan dapat menjadi acuan
informasi bagi pemerintah setempat untuk Langkah tindak lanjut yang
diperlukan.
2. Penelitian lain untuk memperkuat penelitian ini adalah menurut Hasanuddin Z.
Abidin, dkk (2011) yang membahas tentang penurunan permukaan tanah di
Jakarta, Indonesia, dan hubungannya dengan pembangunan perkotaan. Metode
yang digunakan yaitu survei leveling, survei GPS, dan pengukuran InSAR
untuk mempelajari penurunan tanah di Jakarta dari tahun 1982 sampai 2010.
Penelitian ini menemukan bahwa penurunan tanah menunjukkan variasi spasial
dan temporal, dengan laju berkisar antara 1 hingga 15 cm/tahun, dan hingga 20
cm-28 cm/tahun pada lokasi tertentu. Penelitian tersebut juga mengidentifikasi
empat jenis penurunan permukaan tanah yang diperkirakan akan terjadi di
Cekungan Jakarta, termasuk penurunan permukaan tanah akibat pengambilan
air tanah, penurunan tanah akibat beban konstruksi, penurunan tanah akibat
konsolidasi alami tanah aluvial, dan penurunan tanah tektonik. Para peneliti
menyimpulkan bahwa variasi penurunan muka tanah secara spasial dan
temporal bergantung pada variasi pengambilan air tanah, ditambah dengan
karakteristik lapisan sedimen dan beban bangunan di atasnya. Mereka juga
menemukan hubungan yang kuat antara penurunan permukaan tanah dan
aktivitas pembangunan perkotaan di Jakarta.
3. Penelitian selanjutnya oleh Anto Kadyanto, dkk (2020) tentang Metode Asaoka
yang membahas penentuan laju konsolidasi tanah lunak.. Metode ini dipilih
karena penerapannya yang sederhana dan tingkat akurasi yang dapat
diandalkan. Pengamatan penurunan tanah diambil dari Area 1B Blok J yang
terletak di JIIPE, Manyar, Gresik, Jawa Timur. Metode Asaoka merupakan
teknik estimasi penurunan tanah dengan menggunakan grafik curve-fitting,
yaitu suatu proses penghalusan data yang mendekati tren data dalam bentuk
persamaan matematis, biasanya digunakan untuk keperluan interpolasi. Dengan
teknik ini tidak diperlukan lagi kebutuhan data lapangan dan data pendukung
seperti data laboratorium berupa tekanan pori, panjang aliran air, koefisien
konsolidasi, dan regangan maksimum tanah. Validasi data dilakukan dengan
membandingkan derajat hasil konsolidasi berdasarkan pengamatan Metode
Asaoka dengan rancangan teknis rekayasa. Hasilnya menunjukkan bahwa
derajat konsolidasi yang dihitung dari data observasi Metode Asaoka adalah
96,93%, terbukti lebih besar dibandingkan dengan desain teknis teknik 95%.

2.8 Hipotesis
Penurunan tanah yang terjadi di Kota Medan dapat diidentifikasi dan
dianalisis secara akurat menggunakan metode DinSAR-Asaoka dengan fokus
dampak dari aktivitas sumur bor.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Peneltian ini akan dilaksanakan pada Bulan Januari-April 2024. Data akan
diolah di Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Deli Serdang Jl.
Geofisika No.1 Tuntungan I, Kec. Pancur Batu, Kab. Deli Serdang, Provinsi
Sumatera Utara 20353.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut.

a. Laptop ASUS dengan Prosesor Intel Dual-Core N3060, Ram 2 GB, OS


Windows 10.
b. Perangkat lunak yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah ; Microsoft Excel
2010, SNAP, dan ArcGIS.
c. Citra Sentinel 1A IW Level 1 Wilayah Kota Medan.
d. DEM SRTM 1sec dengan resolusi spasial 30 m.
e. Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data citra sentinel metode
DinSAR dalam rentang satu tahun 2023 yang diunduh di website Alaska
Satellite Facility (ASF) atau laman https://search.asf.alaska.edu/#/.

3.3 Dasar Penelitian

Dasar penelitian dari makalah ini mencakup beberapa aspek yang


memberikan landasan untuk dilakukannya penelitian tersebut sebagai berikut.

1. Kota Medan menghadapi penurunan tanah yang perlu ditangani terutama


dengan pertumbuhan populasi akibat urbanisasi, pembanguan infrastruktur, dan
eksploitasi sumber daya air tanah.
2. Penurunan tanag dapat berdampak serius terhadap infrastruktur lingkungan dan
penduduk setempat. Oleh karena itu, penting untuk mengidentifikasi
penyebabnya termasuk dari kontribusi sumur bor.
3. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa metode DinSAR dan metode
Asaoka dapat memberikan analisis mendalam tentang deformasi tanah dengan
resousi tinggi. Oleh karena itu, metode ini menjadi pilihan yang relevan untuk
analisis penurunan tanah.
4. Studi-studi sebelumnya menunjukkan bahwa sumur bor dapat menjadi faktor
penyebab penurunan tanah. Oleh karena itu, penting untuk menganalisis
dampak sumur bor menggunakan metode DinSAR-Asaoka di lingkungan kota.

Dasar penelitian ini memberikan landasan teoretis dan praktis yang kuat untuk
melakukan analisis terhadap penurunan tanah akibat sumur bor di Kota Medan
menggunakan metode DinSAR-Asaoka.

3.4 Diagram Alir Penelitian


Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian
3.5 Prosedur Percobaan

Berikut adalah penjelasan tahapan pengolahan data SAR yang dilakukan


dengan metode DinSAR:

3.5.1 Pengumpulan Data

Data citra yang digunakan pada studi ini ialah citra Sentinel 1A dengan
format Interferometric Wide Swath (IW) informasi tingkat 1 SLC yang diakuisisi
pada bertepatan pada tahun 2014-2023. SLC adalah data yang sudah terfokuskan,
ditemukan geo referensi memakai data orbit serta ketinggian dari satelit, serta ada
pada slant range geometry. Format IW ialah akuisisi utama di atas tanah. Mode ini
mengakuisisi 3 sub petak dengan memakai Terrain Observation with Progressive
Scan SAR( TOPSAR). Mode TOPSAR berperan untuk mengambil alih mode scan
SAR konvensional dengan cakupan serta resolusiyang sama namun rasio noise jadi
kecil. Teknologi ini mempunyai kelebihan yangbisa menciptakan kualitas gambar
yang homogen dengan kendala yang bisa diminimalisir Signal to Noise Ratio (SNR)
nyaris seragam. SNR adalah ukuran kekuatan sinyal yang berhubungan dengan
ukuran panas. Ukuran panas terjalin karena proses amplification (penguatan) sinyal
radar yang diterima oleh antena (Emiyati,dkk.2016).

Gambar 3.2 Peta Alaska Satellite Facillity


3.5.2 Pre - Processing Data

Data yang digunakan pada studi ini berbentuk data radar Sentinel 1A pada
tahun 2023 yang diunduh di https://asf.alaska.edu/. Kedua data citra yang hendak
diunduh tadinya diasosiasikan terhadap waktu baseline temporal supaya
memperoleh nilai koherensi yang besar. Tahapan tersebut dicoba pada laman
penyedia informasi alaska.edu. Data yang digunakan untuk menginterpretasikan
penurunan permukaan tanah adalah data citra Sentinel 1A dengan format IW
dengan data tingkat 1 SLC sebanyak 2 pasang citra. Pendamping citra Sentinel 1A
ialah master dan slave.

Gambar 3.3 Tahapan Pre-Processing Data

3.5.3 Pengolahan DinSAR


Berikut adalah penjelasan tahapan-tahapan pengolahan data SAR yang
dilakukan dengan metode DInSAR :
1. Pengolahan penurunan permukaan tanah secara spasial dan temporal
dilakukan menggunakan metode DInSAR pada perangkat lunak SNAP.
SNAP merupakan perangkat lunak yang tersedia dan bekerja dalam
European Space Agency (ESA), suatu perangkat lunak Sistem Informasi
Geografis (SIG) yang dikembangkan oleh Badan Antariksa Eropa. Data-
data yang disediakan berupa data citra radar satellite Sentinel-1A. Proses
pengolahan data terdiri dari akuisisi data citra sampai penghapusan
pengaruh topografi dan atmosfer yang selanjutnya akan di konversi
menjadi bentuk phase ketinggian yang diproses menggunakan tools
SNAPHU.
2. Data yang diperoleh berupa dua citra radar yang dipasangkan dan
mempunyai sifat data master dan slave. Citra master merupakan citra SAR
yang diambil lebih awal dibandingkan dengan citra slave. Align
interferogram adalah proses penggabungan untuk mendapatkan informasi
phase dan amplitudo dari dua citra jenis SLC yang bertumpukan dan
berkorelasi jelas.
3. Hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan pasangan citra yang sesuai
adalah memastikan estimasi jarak utama (baseline perpendicular) antara
master danslave yang tidak begitu tinggi. Data baseline perpendicular yang
digunakan pada pasangan citra dapat mempengaruhi nilai koherensi.
Koherensi adalah koefisien korelasi dari citra SAR pada bagian terkecil.
Semakin panjang baseline perpendicular, maka nilai koherensi akan
semakin buruk. Data baseline perpendicular terdapat pada tampilan menu
InSAR stack overview pada perangkat lunak SNAP.
4. Tahapan selanjutnya adalah koregistrasi citra yang bertujuan untuk
menggabungkan antar piksel dari data citra master dan slave. Setelah tahap
ini dilanjutkan dengan proses koreksi orbit dengan sentinel dan tahapan
back- geocoding dengan DEM SRTM dengan metode resampling bilinear
interpolation dengan resolusi 30 m yang diunduh secara otomatis. Metode
resampling bilinear interpolation bertujuan untuk meningkatkan atau
mengurangi jumlah piksel pada gambar digital sehingga menghasilkan
gambar yang baik.

Pembentukan phase interferogram dan koherensi dilakukan agar


memperoleh kecocokan antar citra. Menurut Hartl (1996), semakin kecil nilai
koherensi maka semakin rendah tingkat kecocokan antar citra tersebut. Apabila
nilai koherensi lebih besar dari 0.2 maka dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya,
sedangkan jika lebih kecil sebaiknya mengganti pasangan citra. Proses berikutnya
yaitu TOPSAR Deburst, merupakan penggabungan ketiga burst yang terpisah
dengan garis hitam di setiap burst. Pemotongan citra pada tools subset perlu
dilakukan agar pengolahan yang dilakukan terfokus ke daerah penelitian yang
diinginkan. Kelebihan melakukan pemotongan citra agar mempercepat proses
pengolahan citra karena scene pada citra berukuran lebihkecil dari sebelumnya.
Kemudian dilakukan penghilangan phase topografi yang bertujuan agar simulasi
interferogram sesuai dengan referensi DEM dan mensubstraksikan phase topografi
dari interferogram yang didapatkan, sehingga dapat mengubah bentuk bidang
proyeksi menjadi bidang datar. Referensi DEM yang diaplikasikan pada tahapan
ini menggunakan DEM SRTM yang tersedia otomatis dalam perangkat lunak
SNAP.

Gambar 3.4 Tahapan Pengolahan DinSAR

5. Tahapan interferogram, goldstein filtering diperlukan untuk mengurangi atau

menghilangkan phase gangguan yang ada pada citra dengan menggunakan setelan

tetap (default) dari fitur SNAP. Setelah melakukan filtering, langkah berikutnya

multilooking yang berfungsi untuk mengurangi phase gangguan yang terdapat

pada citra SAR dan diubah menjadi bentuk phase piksel. Setelah itu,

mengeluarkan hasil multilooking dengan tools export unwrap agar dapat

dimasukkan ke dalam tahapan selanjutnya. Proses selanjutnya phase unwrapping,

merupakan suatu proses konversi phase ambiguitas menjadi phase absolut. Phase

yang dihasilkan dari tahapan multilooking masih berupa phase ambiguitas sehingga

perlu diubah menjadi phase absolut. Menggunakan persamaan berikut (Hanssen,

2001).
𝑑𝐿𝑂𝑆 = 𝜆 𝑥 𝑑𝜑
4𝜋 𝑥 𝜃

Dimana :

Dφ : perbedaan phase di diferensial (πrad)

ϴ : sudut datang di setiap pixel (π)

Λ : panjang gelombang di pita C (5,6 cm )

Pada tahapan ini menggunakan tools tambahan berupa SNAPHU yang dapat

diunduh pada halaman penyedia data https://step.esa.int/main/third-party-plugins-

2/SNAPhu/. Proses SNAPhu unwrapping dilakukan pada menu command prompt

di operation sistem Windows. Pada proses ini bentuk data yang di konversi berupa

disc data menjadi bentuk high dynamic range *hdr. Setelah proses ini dilakukan

kembali ke perangkat lunak SNAP untuk melakukan tahapan import unwrap.

Tahapan import unwrap merupakan tahapan konversi tingkat dua dari bentuk high

dynamic range *hdr menjadi temporary instruction file format *tif. Konversi data

unwrap dari bentuk phase ke nilai elevasi dilakukan untuk mengetahui perbedaan

tinggi dari proses DInSAR atau mengkonversi from slant to height dengan

menggunakan tools phase to displacement di perangkat lunak SNAP.


3.4 Pengujian Penelitian

Pengujian penelitian dapat mencakup serangkaian langkah yang dirancang


untuk menguji hipotesis dan memvalidasi hasil analisis. Berikut adalah beberapa
contoh pengujian yang dapat dilakukan.

1. Validasi Metode DinSAR-Asaoka

Pengujian akurasi dan validitas metode DinSAR-Asaoka dapat dilakukan dengan


membandingkan hasil analitis data lapangan dan sumber data lainnya.

2. Anilisis Resolusi dan Presisi

Pengujian resolusi spasial dan temporal metode DInSAR-Asaoka dilakukan untuk


memastikan kemampuannya dalam mendeteksi perubahan deformasi tanah dengan
tingkat ketelitian yang memadai.

3. Korelasi Hasil dengan Data Sumur Bor

Pengujian korelasi antara hasil analisis DInSAR-Asaoka dengan data yang


dikumpulkan dari sumur bor, termasuk kedalaman sumur dan karakteristik geologis
di sekitarnya.

4. Analisis Pengaruh Variabel Lain

Identifikasi dan analisis variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi


penurunan tanah, seperti kondisi geologi, aktivitas konstruksi, atau faktor lain yang
relevan.

5. Perbandingan dengan Metode Tradisional

Uji perbandingan hasil analisis DInSAR-Asaoka dengan metode pemantauan tanah


tradisional, seperti survei geodetik atau pengukuran GPS, untuk memvalidasi
keefektifan metode yang digunakan.

6. Sensitivitas Model Terhadap Parameter

Pengujian sensitivitas hasil analisis terhadap parameter-parameter yang digunakan


dalam model, seperti parameter DInSAR atau parameter-parameter terkait sumur
bor.

7. Analisis Spasial Distribusi Penurunan Tanah

Analisis spasial dilakukan untuk memahami pola distribusi penurunan tanah dan
identifikasi area yang paling terpengaruh.
DAFTAR PUSTAKA

Alaska Satellite Facility. (https://vertex.daac.asf.alaska.edu Diakses 20 April 2021.

Al Quran dan Terjemahan. 2008. Bandung: Departemen Agama RI Diponegoro

Dang, V. K. dkk., 2014. New Orleans Subsidence Cause by The Rapid Urban
Development in The Hanoi Region (Vietnam) using ALOS InSAR Data.
Natural Hazard and Earth System Science, Volume 14, pp. 657 – 674.

ESA. 2013. Sentinel1 User Handbook, diunduh 3 Mei 2017 dari


https://sentinel.esa.int/document/247904/685163/Sentinel1_User_Handbook

Hadiyanto, E.H. 2011. Studi Deformasi Gunung Merapi Menggunakan Teknologi


Interferometry Synthetic Aperture Radar (InSAR). Surabaya: Teknik
Geomatika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Hanssen, R.F. 2001. Radar Interferometry. Data Interpretation and Error Analysis.
Kluwer Academic Publishers. The Netherlands: Delft University of
Technology.

Hartl, P., 1996. Synthetic Aperture Radar,Theory and Applications. Faculty of


Geodesy Delft University of Technology. Lecture Note.

Indra. 2011. Penggunaan Dual Pass Differential Insar Untuk Pemantauan


Deformasi (Studi Kasus : Sesar Palu Koro). Bandung : Teknik Geodesi dan
Geomatika, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi
Bandung.

Mochammad, M. dan Saepuloh, A., 2017. Analysis of Surface Deformation with


SBAS InSAR Method and Its Relationship with Aquifer Occurrence in
Surabaya City, East Java, Indonesia. S.l., IOP.

Rusmen , M. , dkk. 2012. “Analisis Deformasi Gempa Mentawai Tahun 2010


Berdasarkan Data Pengamatan GPS Kontinu Tahun 20102011”. Bandung:
Program Studi Teknik Geodesi dan Geomatika Jurnal Geofisika 13, 2.

Suharsono. 2021 [Online] Penurunan Muka Tanah di Semarang Parah, Dewan:


Ada 24 Kelurahan di Lima Kecamatan Masuk di Zona Merah. Tersedia di:
https://halosemarang.id/penurunan-muka-tanah-di-semarang-parah-dewan-
ada-24-kelurahan-di-lima-kecamatan-masuk-di-zona-merah. [Diakses 08-
03-2022].

Zhou, L. dkk., 2017. Wuhan Surface Subsidence Analysis in 2015 – 2016 Based on
Sentinel-1A Data by SBAS-InSAR. Remote Sens, Volume 8, p.

Anda mungkin juga menyukai