Anda di halaman 1dari 2

Setengah Abad Dompet Dhuafa Menuju World Of Philantropi

Oleh : Rizal

Pada laporan The World Giving Index (WGI) yang diterbitkan oleh Charities Aid Foundation
(CAF) pada tahun 2022, Indonesia menduduki peringkat pertama sebagai negara paling
dermawan di dunia dengan skor WGI tertinggi selama lima tahun berturut-turut. Didukung oleh
banyak nya Lembaga philantropi yang lahir di negara Indonesia ini. Hal ini mengindikasikan
jiwa filantropis sudah tertanam kuat di dalam individu masyarakat Indonesia, seperti nilai
gotong-royong yang tercermin di kehidupan sehari-hari masyarakat Indomesia. Hal itu juga
sejalan dengan nilai keislaman berdasarkan firman Allah dalam surat Al-Maidah ayat 2 yang
artinya:

“Saling menolonglah kamu dalam melakukan kebajikan dan takwa. Dan jangan saling
menolong pada perbuatan yang dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah SWT.
Sebenarnya siksaan Allh SWT sangatlah pedih.”

Sejalan dengan semangat kedermawanan umat Islam, filantropi Islam di Indonesia tengah
mengalami perkembangan signifikan. Filantropi Islam dalam bentuk zakat, infak, sedekah dan
wakaf telah ikut berjasa dalam pembangunan bangsa dan pengembangan ekonomi umat.
Sejatinya kegiatan filantropis dapat dilakuakn siapapun, baik individu maupun lembaga.
Namun untuk mencapai tujuan mulia yang telah disebutkan di atas, maka diperlukan kehadiran
lembaga filantropi yang fokus untuk meningkatkan literasi dan menciptakan program
pemberdayaan. Kedua hal itu menjadi landasan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dompet Dhuafa sebagai lembaga filantropi Islam dan kemanusiaa telah berdedikasi selama 30
tahun. Dengan berbagai program pemberdayaan yang telah menyalurkan dan mengelola donasi
kebaikan para donatur kepada 24 juta penerima manfaat. Hal itu perlu diapresiasi. Namun
bukan berarti berhenti berinovasi. Sebab, ke depan tantangan akan datang silih berganti.
Berbagai kemanjuan teknologi juga perlu diimbangi oleh Dompet Dhuafa seberti Teknologi
Cyber, AI dan mengembangkan inovasi digital lebih dalam lagi.

“Yang mampu bertahan bukan yang paling besar, bukan juga yang paling pintar, namun yang
mampu beradaptasi”. Kutipan dari salah seorang ilmuan tersebut mendapat perhatian penulis,
terutama pada kata “adaptasi”. Kemampuan tersebut juga harus dimiliki Dompet Dhuafa untuk
mengahadapi segala perubahan dengan tetap berpegang teguh pada prinsip syariah. Sebagai
salah satu lembaga filantropi terbesar di Indonesia, Dompet Dhuafa dapat terjun langsung
bersentuhan dengan seluruh lapisan masyarakat. Tidak hanya penduduk kota, tapi juga desa
dan mancanegara. Genap berusia 30 tahun tentu menjadi perjalanan Panjang yang dilewati oleh
Dompet Dhuafa. Berbagai macam ujian menghampiri baik dari internal maupun eksternal. Itu
merupakan sebuah keniscayaan, tanpa ujian, rasanya Dompet Dhuafa tidak dapat berdiri
sekokoh ini dalam melayanai masyarakat. Harapanya menghadapi tantangan 20 tahun ke depan
untuk menjadi Lembaga No.1 di dunia (world of philantropi), Dompet Dhuafa dan seluruh
cabang manca negara perlu meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Selain loyalitas,
integritas dan kapabilitas para amil mesti sesuai dengan pekerjaan yang diamanatkan pada
mereka. Hal ini tak lain dan tak bukan hanya untuk mengoptimalkan potensi para amil dan
mendekatkan kepada visi Dompet Dhuafa. Selain itu, bekerja dengan sesuai passion (istilah
kekinian) merupakan win-win solution bagi kedua belah pihak.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mencapai hal itu, salah satunya adalah Bisnis
Proses, Bisnis proses dari sebuah lembaga filantropi adalah input, proses, dan output. Input berupa
donasi dari para donatur. Prosesnya adalah implementasi program-program. Sedangkan outputnya
adalah program yang telah dilaksanakan. Dibantu oleh seluruh cabang mancanegara Dana berasal
dari penghimpunan yang dilakukan dengan berbagai teknik, seperti galang dana yang dilakukan di
jalan atau di titik lampu lalu lintas, kotak donasi yang terdapat di masjid-masjid, dan transfer
melalui rekening yang sudah dicantumkan, lembaga juga bekerjasama dengan perusahaan
(partnership). Penghimpunan dana ini bisa juga disebut fundraising. Ruang lingkup fundraising
sangat luas. Pengaruhnya juga sangat berarti bagi eksistensi dan tumbuh kembang lembaga
filantropi. Hanya saja, lembaga filantropi perlu usaha lebih untuk melakukan sosialisasi kepada
masyarakat agar fungsi dan keberadaannya diketahui sehingga akan lebih banyak lagi yang menjadi
donatur..

Sumber:

Laporan The World Giving Index (WGI) https://www.cafonline.org/docs/default-


source/about-us-research/caf_world_giving_index_2022_210922-final.pdf

Anda mungkin juga menyukai