Anda di halaman 1dari 4

Nama : Adinda Permata Hati

NPM : 173112350750029
Mata Kuliah : Transnational Crime
Dosen : Zulkarnain, S.I.P., M.Si

Review Buku: Transnational Crime and the Developing World


Global Financial Integrity

Human Trafficking

Human Trafficking atau perdagangan manusia merupakan salah satu kejatahan


transnasional yang terorganisir (TOC) yang tumbuh paling cepat. Perdagangan
manusia ini mengeksploitasi orang-orang yang rentan dalam kejahatan ini untuk
pekerjaan ataupun demi uang. Keuntungan yang besar serta kecilnya jumlah denda
telah menarik banyak pelaku untuk terjun ke dunia bisnis ini, baik yang beroperasi di
dalam maupun luar negeri. Perdagangan manusia mengacu pada perekrutan,
pengangkutan, penyimpanan atau penerimaan orang, dengan cara pemaksaan,
penculikan, penipuan, ataupun penyalahgunaan. Adapun para korban akan
dieksploitasi, yang akan digunakan untuk secara seksual, pekerja paksa, ataupun
praktek perbudakan.

1. Value
The International Labor Organization (ILO) mengestimasikan bahwa bisnis
perdagangan manusia mendapatkan keuntungan sekitar US$ 150.2 M setiap tahunnya.
Wilayah Asia Pasifik dan Uni Eropa dengan ekonomi maju mendapatkan keuntungan
sekitar US$ 51.8 M dan US$ 46.9 M dengan estimasi jumlah korban sebanyak 11.7 M
dan 1.5M. Pendapatan korban dulu sekitar US$ 5000 per tahun, dan sekarang sudah
berubah menjadi US$ 34.800 per tahun. Menurut ILO, pendapatan terbanyak didapat
dari eksploitasi seksual dengan jumlah US$ 99 M.

2. Profits and Victims


Eksploitasi Seksual Eksploitasi Pekerja Paksa
Keuntungan per korban US$ 21,800 a. Pekerja Domestik: US$ 2,300
b. Pekerja Non-domestik: US$
2,500 - 4,800
Laba tahunan US$ 99 M US$ 51.2 M
Total korban 4,500,000 14,200,000
Korban dari pekerja paksa memiliki korban dengan jumlah paling banyak, tetapi
menghasilkan keuntungan paling sedikit. Perusahaan-perusahaan yang terkait dengan
pekerja paksa ini merupakan perushaan-perushaan di bidang konstruksi,
pertambangan, dan agrikultur. Negara yang memberlakukan kerja paksa mewakili
sekitar 11%, termasuk pekerja untuk penjara, dan eksploitasi tenaga kerja militer dan
paramiliter.

3. Dynamics
Diperkirakan ada sekitar 21 juta korban perdagangan manusia di seluruh dunia,
yang dilakukan oleh perorangan, kelompok, dan bisnis untuk tujuan seksual atau
tenaga kerja. Eksploitasi seksual paling sering merujuk pada pelacuran, tetapi juga
dapat mencakup pornografi. Ekspolitasi tenaga kerja biasanya melibatkan pekerjaan
rendah atau yang tidak terampil dalam industri, seperti pertanian, kehutanan,
perikanan, konstruksi, pertambangan, dan manufaktur. Komunitas yang paling rentan
untuk di eksploitasi biasanya miskin, muda, tunawisma, tidak berpendidikan cukup,
migran ilegal, pengangguran, ataupun terpinggirkan (biasanya komunitas minoritas).
Ada perbedaan antara perdagangan manusia dan penyelundupan manusia.
Perdagangan manusia melibatkan eksploitasi secara paksa, dan tidak memerlukan
perjalanan perbatasan internasional. Penyelundupan manusia, yaitu menyelundupkan
seseorang yang sukarela dan melintasi perbatasan internasional. Metode yang
dilakukan untuk perekrutan biasanya melakukan peniupuan seperti berbohong tentang
sifat pekerjaan, atau menggunakan metode dengan jeratan utang kepada korban.
Negara-negara di mana korban dieksploitasu juga mengalami dampak ekonomi
yang serius karena kehilangan pendapatan pajak dan persaingan pasar. Bisnis yang
menggunakan kerja paksa kemungkinan melakukan penghindaran pajak dengan tidak
membayar pajak gaji, sehingga mengurangi pendapatan pemerintah. Krisis politik,
ekonomi, lingkungan, dan sosial serta konflik bersenjata memperburuk kondisi yang
sudah ada sebelumnya yag telah membuat individu dan populasi rentan terhadap
perdagangan manusia. Dampak ekonomi dapat memaksa individu untuk mencari
sumber pendapatan alternatif, mengabaikan kemungkinan resiko keselamatan dan
kebebasan mereka, sementara layanan pemerintah yang dialokasikan kembali
mengalami penurunan pelindungan sosial bagi warga negara.

4. Negara Berkembang
Perdagangan orang sering dikaitkan dengan Kelompok Kejahatan Terorganisir
(TOC), tetapi kelompok teroris dan pemberontak juga memainkan peran serius.
Kelompok-kelompok ini menggunakan tenaga kerja dan eksploitasi seksual sebagai
taktik untuk memperoleh pejuang dan pendanaan serta untuk menaklukkan lawan.
Menurut Louise Shelley, pendiri dan direktur Terrorism, Transnational Crime and
Corruption Center (TraCCC), kelompok-kelompok teroris terlibat dalam perdagangan
manusia untuk meningkatkan jumlah pejuang, untuk menekan dan melemahkan
musuh-musuh mereka, dan untuk keuntungan finansial.
Salah satu contohnya adalah dari The Islamic State of Iraq and the Levant (ISIL).
ISIL telah terlibat dalam perdagangan perempuan dan anak-anak, terutama dari
kelompok minoritas, untuk dijadikan budak seks bagi para pejuangnya. Korbannya
dihargai sebesar tiga belas sampai 25 dollar amerika. Selain ISIL, Boko Haram juga
terlibat dalam kejahatan ini. Perdagangan perempuan di Boko Haram akan dijakdikan
istri untuk para pejuangnya.
Seperti yang terlihat di pasar TOC lainnya, internet telah memungkinkan OCG
perdagangan manusia untuk memperluas bisnis mereka dan meningkatkan rekrutmen,
transportasi, kontrol, dan eksploitasi dalam operasi mereka. Pedagang manusia
menggunakan media sosial dan iklan daring yang menipu untuk merekrut individu
untuk perdagangan seks dan pekerja.

Kesimpulan
Perdagangan manusia adalah salah satu bisnis di pasar gelap paling
menguntungkan yang dipelajari dalam laporan ini, menghasilkan lebih dari US $ 150
miliar keuntungan setiap tahun. Sementara sebagian besar korban diperdagangkan
untuk eksploitasi tenaga kerja, perdagangan untuk eksploitasi seksual menghasilkan
keuntungan terbesar. Dengan 21 juta korban, perdagangan orang juga memiliki
dampak terbesar pada hak asasi manusia dan keamanan, terutama di negara-negara
berkembang.
Para pelaku perdagangan manusia mengeksploitasi populasi yang rentan melalui
penggunaan penipuan, pemaksaan, dan kekerasan. Eksploitasi tenaga kerja dan
seksual menyebabkan negara-negara berkembang kehilangan sumber daya manusia,
pengiriman uang, dan pendapatan pajak, menciptakan hambatan bagi pembangunan.
Perdagangan manusia juga mendorong rasa tidak aman karena hasilnya digunakan
untuk mendukung OCG dan kelompok teror dan pemberontak. Dalam beberapa tahun
terakhir, kelompok-kelompok teroris dan pemberontak telah terlibat dalam
perdagangan manusia untuk membiayai operasi, merekrut dan / atau menghargai
pejuang, dan melemahkan semangat lawan. Internet juga telah memberikan akses
yang lebih besar kepada para pedagang dan korban untuk para pedagang, yang
memungkinkan mereka untuk memperluas bisnis mereka.

Anda mungkin juga menyukai