Anda di halaman 1dari 23

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/342782432

METODE PENDIDIKAN PROFETIK DALAM AL-QUR’AN: KAJIAN AYAT-AYAT


KISAH NABI IBRAHIM AS

Article · July 2020

CITATIONS READS

0 3,523

1 author:

Fadlil Munawwar Manshur


Universitas Gadjah Mada
37 PUBLICATIONS   27 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Promoting Religious Moderation through Literary-based Learning: A Quasi-Experimental Study View project

All content following this page was uploaded by Fadlil Munawwar Manshur on 08 July 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Penelitian Pendidikan Islam | Vol. 5, No. 1, 2017
ISSN 2339-1413

METODE PENDIDIKAN PROFETIK DALAM AL-QUR’AN:


KAJIAN AYAT-AYAT KISAH NABI IBRAHIM AS
SARTO AL SYARIF H.
FADLIL MUNAWWAR MANSHUR

Abstrak
Artikel tentang metode pendidikan profetik dalam al-Qur’an ini menunjukkan bahwa
metode-metode pendidikan profetik pada ayat-ayat kisah nabi Ibrahim adalah metode
intuitif, metode rasional, metode keteladanan, metode pentahapan (tahapan tilawah,
tahapan ta’lim, tahapan tazkiyyah, dan tahapan hikmah), metode dialogis, metode
ibrah, mau’izah, nasihat, metode demonstrasi, metode hukuman dan penghargaan,
metode doa, metode resitasi, dan metode wasiat. Semua metode pendidikan yang
ditemukan pada ayat-ayat kisah Nabi Ibrahim relevan dengan pendidikan Islam saat
ini.

Abstract
This article on the method of prophetic education in the Qur'an shows that the methods
of prophetic education in the verses of Ibrahim's story are intuitive methods, rational
methods, exemplary methods, phasing methods (stages of recitations, ta'lim stages,
tazkiyyah stages, and wisdom stage), dialogical method, method of ibrah, mau'izah,
advice, method of demonstration, method of punishment and reward, method of
prayer, assignment method, and wasiat method. All of the educational methods found
in the verses of Prophet Ibrahim's story are relevant to current Islamic education.

Key words: Metode profetik, pendidikan Islam, al-Qur’an, Hadis.

Pendahuluan
Ketertarikan kami untuk membahas kisah Nabi Ibrahim as adalah disebabkan
adanya ayat yang memerintahkan Nabi Muhammad dan umatnya untuk mengikuti
Millah Ibrahim as yang Hanif. Yang pastinya ada keunggulan dan teladan yang baik
pada Nabi Ibrahim as yang dianggap perlu dikaji kisahnya.
Nabi Ibrahim adalah Nabi yang berhasil dalam mendidik anak, keluarga, dan
umatnya, Ibrahim sebagai bapaknya para Nabi, Imam para rasul, Khalilullah (kekasih
Allah) dan Ulu al – azmi, dan millah Ibrahim as jadi panutan. Dalam al-Qur’an namanya
disebutkan sebanyak 68 kali dalam 25 surah. (Sakha, 2005:49). Sebagaimana firman
Allah:

               

 

Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan
dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama

1
2 Sarto Al Syarif H dan Fadlil Munawwar Manshur

Ibrahim yang lurus? dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya. (Q,S,
An-Nisa ; 125)

                

    

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah
dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya aku
akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya
mohon juga) dari keturunanku". Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai
orang yang zalim". (Q.S, Al-Baqarah : 124).

            

Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): "Ikutilah agama Ibrahim


seorang yang hanif" dan bukanlah Dia Termasuk orang-orang yang
mempersekutukan tuhan. (Q.S, An-Nahl : 123).

Kisah Nabi Ibrahim AS


Nabi Ibrahim as dilahirkan di Irak selatan. Ia menetap di kota Ur al-Kadaniyah.
Ayahnya bernama Azar bin Nahur. Satu riwayat mengatakan bahwa Azar adalah paman
Nabi Ibrahim as, mengingat dalam budaya Arab paman dianggap sebagai ayah. Azar
termasuk penduduk kusa, sebuah desa di bagian kota Kufah. Tempat kelahirannya
adalah Kusa, atau Babylon, atau Al-Warka. Di kota itu pulalah Nabi Ibrahim as pernah
dibakar. Setelah selamat dari upaya pembakaran terhadap dirinya, Nabi Ibrahim as
kemudian bertolak menuju Haran sebuah tempat di utara Semenanjung Arabia.
Kemudian Ia melanjutkan perjalanan ke Palestina bersama Istri (Sarah), keponakan
dan istri keponakan (Lut dan Istri). Karena daerah Palestina tertimpa kekeringan dan
kelaparan, akhirnya Ia pindah ke Mesir pada masa kekuasaan raja-raja pengembara
(Hexus). Sakha (2005:57)
Nabi Ibrahim as kembali ke daerah selatan Palestina bersama Nabi Lut as. Demi
menjaga keutuhan hubungan kekerabatan dan supaya bisa menggembalakan ternak
masing-masing, akhirnya keduanya berpisah. Nabi Ibrahim as tinggal di Bir Siba,
sementara Nabi Lut as tinggal di bagian selatan laut Mati yang kemudian dikenal
dengan nama “Buhairah Lut”. Lalu Nabi Ibrahim as pergi ke Mekah bersama istri
keduanya, Hajar, dan putranya, Nabi Ismail as. setelah Ia meninggalkan keduanya
(Hajar dan Ismail) di lembah yang gersang dan setelah air zamzam ditemukan dengan
airnya yang deras, datanglah suku Jurhum dari arah lembah Kada. Ketika Nabi Ibrahim
as meningal dunia, ia dimakamkan di kota Al-Khalil (Hebron), Palestina. (Sakha,
2005:57).
1. Metode-Metode Pendidikan Nabi Ibrahim as
Adapun metode yang digunakan Nabi Ibrahim as sebagaimana dijelaskan dalam
beberapa ayat kisah Nabi Ibrahim as diantaranya:
1) Metode intuitif
Jurnal Penelitian Pendidikan Islam | Vol. 5, No. 1, 2017 3

Metode Nabi Ibrahim as ini, Qamar (2005:296) menyebutnya dengan metode


intuitif atau (‫ )ﻣﻨﻬﺞ ﺍﻟﺬﻭﻕ‬pengalaman kalbu, ialah pengetahuan yang diperoleh secara
tiba-tiba teranugrahkan dari Allah SWT. Allah SWT berfirman:

            

Wahai bapakku, Sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu


pengetahuan yang tidak datang kepadamu, Maka ikutilah Aku, niscaya aku akan
menunjukkan kepadamu jalan yang lurus. (Q.S, Maryam:43).
Dari ayat tersebut bisa difahami bahwa Nabi Ibrahim as mendapatkan ilmu
langsung dari Allah SWT yang tidak diberikan kepada yang lain. Ilmu-ilmu itu
diantaranya adalah ilmu tauhid. Ibrahim as mengajak ayahnya untuk bertauhid,
meningalkan kemusyrikan.
2) Metode Rasional
Adalah metode yang dipakai untuk memeperoleh pengetahuan dengan
menggunakan pertimbangan-pertimbangan atau kriteria-kriteria kebenaran yang bisa
diterima rasio. Qamar (2005:271) menyebutnya dengan metode rasional (‫)ﻣﻨﻬﺞ ﺍﻟﻌﻘﻞ‬.
firman Allah SWT:

   .               

         

Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya; "Wahai bapakku, mengapa kamu


menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat
menolong kamu sedikitpun? Wahai bapakku, Sesungguhnya telah datang kepadaku
sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, Maka ikutilah Aku,
niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus (Q.S, Maryam:42-43).
Dari ayat ini bisa difahami bahwa da’wah Nabi Ibrahim as dengan menggunakan
pendekatan - pendekatan atau metode rasional, Nabi Ibrahim mengajak berfikir
rasional kepada ayahnya bahwa berhala yang disembah itu tidak bisa mendengar,
tidak bisa melihat, tidak bisa menolong, mengapa kalian sembah. Kemudian Nabi
Ibrahim mengajak kepada ayahnya untuk mengikuti apa yang Nabi Ibrahim ketahui,
yaitu agama yang lurus, menyenbah yang menciptakan bumu, langit dan seisinya, Allah
SWT Yang Maha Pencipta, Maha Kuasa.
3) Metode Keteladanan
Berikut ayat yang menjelaskan bahwa Nabi Ibrahim as adalah teladan bagi
umat:

               

             
4 Sarto Al Syarif H dan Fadlil Munawwar Manshur

                

        (٤)      

          (٥)      

         

Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-
orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka:
"Sesungguhnya Kami berlepas diri daripada kamu daripada apa yang kamu sembah
selain Allah, Kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara Kami dan kamu
permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada
Allah saja. kecuali Perkataan Ibrahim kepada bapaknya "Sesungguhnya aku akan
memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatupun dari
kamu (siksaan) Allah". (Ibrahim berkata): "Ya Tuhan Kami hanya kepada
Engkaulah Kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah Kami bertaubat dan
hanya kepada Engkaulah Kami kembali."
"Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau jadikan Kami (sasaran) fitnah bagi orang-orang
kafir. dan ampunilah Kami Ya Tuhan kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana".
Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik
bagimu; (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (pahala) Allah dan
(keselamatan pada) hari kemudian. dan Barangsiapa yang berpaling, Maka
Sesungguhnya Allah Dia-lah yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji. (Q.S, Al-
Mumtahanah:4-6).
Terdapat beberapa perilaku keteladanan yang terkandung pada ayat di atas
antara lain:
a) Keteladanan Nabi Ibrahim as pada ayat ini, bahwa Nabi Ibrahim as sangat kuat
memegang teguh prinsip tauhid.
b) Keuletan Nabi Ibrahim as dalam dakwah memerangi kemusyrikan tak pernah
mengenal lelah, walau banyak halangan dan rintangan.
c) Yang pertama kali Ibrahim sampaikan kebenaran tauhid dan kebatilan musyrik
kepada orang-orang terdekartnya.
d) Ibrahim dalam dakwahnya mengutamakan proses melaksanakan tugas risalah,
masalah hasil diserahkan kepada Allah (tawakkal).
e) Berdoa terus dilakukan memohon ampunan untuk dirinya dan orang-orang
yang beriman.
f) Nabi Ibrahim tidak membenci orangnya tapi membenci kemusyrikannya.
g) Nabi Ibrahim as berjanji mau memintakan ampunan bagi bapaknya yang
musyrik kepada Allah apabila suatu saat nanti beriman, ternyata dia tetap tidak
beriman dia ternyata musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri darinya. Bukan
Jurnal Penelitian Pendidikan Islam | Vol. 5, No. 1, 2017 5

berarti Nabi Ibrahim as memohon ampun untuk orang musyrik, karena Allah
tidak membenarkan orang mukmin memintakan ampunan untuk orang-orang
kafir sebagaimana firman-Nya dalam al-Qur’an:

                  

 

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni
segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.
Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa
yang besar. (Q.S, An-Nisa:48).
Ar-Razi (2004) tidak sependapat dengan Ibnu kastir (2002) yang menyatakan
bahwa tidak patut dicontoh dalam hal ini, maksudnya berdoa untuk orang musyrik
yaitu ayahnya.

‫ﻟﻴﺲ ﻟﻜﻢ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ ﺃﺳﻮﺓ ﺃﻯ ﻓﻰ ﺍﻻ ﺳﺘﻐﻔﺎﺭ ﻟﻠﻤﺸﺮﻛﻴﻦ‬


Nabi Ibrahim as adalah pemimpin yang taat patuh kepada Allah, hanif, tidak
mengikuti kebiasaan lingkungan sekitarnya yang musyrik, tidak melakukan yang
dilarang oleh Allah, yaitu berdoa untuk oarang musyrik, doa untuk ayahnya itu hanya
janji apabila suatu saat nanti beriman, ternyata tidak beriman, musuh Allah, maka Nabi
Ibrahim as berlepas diri darinya.

   (١٢٠)           

         (١٢١)     

             (١٢٢) 

(١٢٣)
Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi
patuh kepada Allah dan hanif. dan sekali-kali bukanlah Dia Termasuk orang-orang
yang mempersekutukan (Tuhan). (lagi) yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah.
Allah telah memilihnya dan menunjukinya kepada jalan yang lurus. Dan Kami
berikan kepadanya kebaikan di dunia. dan Sesungguhnya Dia di akhirat benar-
benar Termasuk orang-orang yang saleh. Kemudian Kami wahyukan kepadamu
(Muhammad): "Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif" dan bukanlah Dia
Termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan (Q.S, An-Nahl:120-124).

Menurut Hatta (2009) kata hanif bermakna seseorang yang selalu berpegang
kepada kebenaran dan tak pernah meninggalkannya.
6 Sarto Al Syarif H dan Fadlil Munawwar Manshur

                 



Mereka Itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, Maka ikutilah
petunjuk mereka. Katakanlah: "Aku tidak meminta upah kepadamu dalam
menyampaikan (Al-Qur’an)." Al-Quran itu tidak lain hanyalah peringatan untuk
seluruh ummat (Q.S, Al-An’am : 90)
.
Ayat di atas menjelaskan bahwa Nabi Ibrahim as adalah:
a) Pemimpin yang patuh, taat berintegritas dan tidak musyrik.
b) Pandai bersyukur atas segala nikmat karunia dari Allah.
c) Nabi pilihan yang selalu diberi petunjuk dan memberikan petunjuk kepada umat
kejalan yang lurus.
d) Di dunia mendapatkan kebaikan dengan keturunan yang shalih penerus risalah
dan kenabian.
e) dan di akhirat termasuk orang-orang yang shalih.
f) Millah Ibrahim jadi ittiba’ (panutan) bagi agama sesudahnya, terutama Islam.
g) Ikhlash tulus tidak mengharap balasan dalam dakwahnya. Menghidupkan
dakwah bukan hidup dari dan dengan dakwah.
h) Tidak memaksakan kehendak dalam dakwahnya, tapi hamya sebagai
peringatan, menyampaikan tugas risalah.
Hal ini menandakan bahwa dalam dunia pendidikan seorang figur yang baik
harus ada. Dalam hal ini tentunya seorang guru harus menjadi figur yang baik yang
mana bisa di contoh oleh murid atau anak didiknya (Sani dan Kadri, 2016:23).
4) Metode Pentahapan
Pendidikan Islam menurut al-Kailani (1985: 38-66) adalah seperti yang
diungkapkan dalam doa’ Nabi Ibrahim as dalam surat al-Baqarah: 129 sebagai berikut:

            

   

Ya Tuhan Kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang
akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada
mereka Al kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka.
Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S, Al-Baqarah
(129).
Jurnal Penelitian Pendidikan Islam | Vol. 5, No. 1, 2017 7

Menurut Darmawan (2006:94) dari ayat tersebut bisa difahami bahwa metode
pendidikan melalui beberapa tahapan:
a) Tahapan tilawat atau membaca.Tahapan ini diarahkan untuk membaca al-Qur’an.
Dengan begitu akan terciptanya pembudayaan membaca al Qur’an.
b) Tahapan ta’lim. Tahapan ini berartikan proses pengajaran sampai ke pemahaman.
c) Tahapan hikmah. Konsep hikmah, ditujukan untuk menunjukan pengetahuan
filosofis sehingga orang yang berfilsafat disebut ahli hikmah, menjadi pribadi yang
bijak, cinta kebaikan,disiplin, amanah , berintegritas, mengikuti ahklak Allah al-
Hakim. Apa yang diamalkan berdasarkan ilmu, dan mampu menghayati hikmah dan
rahasia dibalik amalan itu.
d) Tahapan tazkiyah. Kata tazkiyyah berasal dari kata “zaka” yang berarti tumbuh
kembang atau penyucian. Konsep tersebut dimaknai sebagai satu kemampuan
memisahkan atau membersihkan. Implikasinya adalah memberikan pelatihan dan
pendidikan, dengan tujuan untuk melakukan eliminasi perilaku-perilaku buruk,
serta mampu mengamalkan pemahamannya (Rosyadi, 2009:216).
5) Metode Munadzarah
Munazharah diambil dari kata nazharun yang berarti pandamgan dapat
dikatakan sebagai metode diskusi. Metode munazharah melibatkan dua pihak yang
mengajak berpikir untuk mengeluarkan pendapat atau pandangan atau munazharah
dengan mengikuti alam pikiran lawan kemudian dibantahnya (Machendrawaty,
2003:214). Seperti yang dilakukan Nabi Ibrahim as memimpin kaumnya kepada tauhid
dengan mengikuti alam pikiran mereka untuk kemudian dibantah pemikiran itu oleh
Nabi Ibrahim. Sebagaimana firman Allah SWT sebagai berikut:

               

           

                 

               

               

           

     

dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya, Aazar "Pantaskah kamu
menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu
dan kaummu dalam kesesatan yang nyata”. Dan demikianlah Kami perlihatkan
kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (kami yang terdapat) di langit dan bumi dan
(kami memperlihatkannya) agar dia termasuk orang yang yakin. Ketika malam telah
8 Sarto Al Syarif H dan Fadlil Munawwar Manshur

gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala
bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang tenggelam."
Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata:"Inilah Tuhanku". tetapi
setelah bulan itu terbenam, dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi
petunjuk kepadaKu, pastilah aku termasuk orang yang sesat." kemudian tatkala ia
melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar". Maka
tatkala matahari itu terbenam, Dia berkata: "Hai kaumku, Sesungguhnya aku
berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan
diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada
agama yang benar, dan aku bukanlah Termasuk orang-orang yang
mempersekutukan Tuhan. (Q.S, Al-An’am : 74 -79).
6) Metode Nashihat, Ibrah, atau Mau’idzah
Maudzah hasanah terdiri dari dua kata “al-Maudzah dan Hasanah”. Al-mauidzah
dalam tinjauan etimologi berarti “pitutur, wejangan, pengajaran, pendidikan,
sedangkan hasanah berarti baik. Bila dua kata ini digabungkan bermakna pengajaran
yang baik. Ibnu Katsir (2002:125) menafsirkan al-mauidzah hasanah sebagai
pemberian peringatan kepada manusia, mencegah dan menjauhi larangan sehingga
dengan proses ini mereka akan mengingat kepada Allah. Sebagaimana ayat-ayat
berikut:

                 

                

٤٣-٤١ ‫ ﻣﺮﻳﻢ‬    

Ceritakanlah (hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al kitab (Al Quran) ini.
Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang Nabi.
Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya; "Wahai bapakku, mengapa kamu
menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong
kamu sedikitpun? Wahai bapakku, Sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian
ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, Maka ikutilah Aku, niscaya aku akan
menunjukkan kepadamu jalan yang lurus. (Q.S, Maryam : 41-43).
7) Metode Demonstrasi
Metode Demonstrasi adalah pertunjukan dengan melakukan aksi yang
memancing reaksi yang pada akhirnya mereka diajak berdiskusi, Ibrahim memberikan
solusi, memecahkan masalah, berpikir rasional, agar kaumnya mengaku
kekeliruannya, dan kembali kejalan yang benar. Metode demonstrasi adalah teorinya
Ibnu sina yang dianggap relevan dengan kisah Nabi Ibrahim as.

        

dan Sesungguhnya telah Kami anugerahkan kepada Ibrahim hidayah kebenaran


sebelum (Musa dan Harun) dan adalah Kami mengetahui (keadaan)nya (Q.S, Al-
Anbiya:51).
Jurnal Penelitian Pendidikan Islam | Vol. 5, No. 1, 2017 9

Ash-Shabuni (2001:243) mengatakan dalam tafsirnya shafwat at-tafasir bahwa


Allah telah memberikan petunjuk kepada Nabi Ibrahim sejak kecil sehingga Allah
memberikan taufik untuk bisa berfikir rasional dan berargumen untuk menunjukan
keesaan Allah dan keagungan Allah kepada Ayah dan kaumnya.sebagai berikut
pernyataannya:

‫ﻭ ﺍﷲ ﻟﻘﺪ ﺃﻋﻄﻴﻨﺎ ﺇﺑىﺮﺍﻫﻴﻢ ﻫﺪﺍﻩ ﻭ ﺻﻼﺣﻪ ﺇﻟﻲ ﻭﺟﻮﻩ ﺍﻟﺨﻴﺮ ﻓﻲ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﻭ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎﺀ ﻣﻦ ﺻﻐﺎﺭﻩ ﺣﺒﺚ‬
‫ﻭﻓﻘﻨﺎﻩ ﻟﻠﻨﻈﺮ ﻭ ﺍﻹﺳﺘﺪﻻﻝ ﺇﻟﻲ ﻭﺣﺪﺍﻧﻴﺔ ﺫﻱ ﺍﻟﺠﻼﻝ‬
Di saat Nabi Ibrahim as telah berusaha menyadarkan kaumnya, bahwa kayu dan
batu bukanlah Tuhan dan dakwah-dakwahnya semakin tersebar ke berbagai negeri,
Namruz yang mendakwakan diri sebagai raja di muka bumi, memerintahkan seluruh
rakyatnya datang membawa batu dan patung untuk mendirikan sebuah tugu
menjulang tinggi di Babilonia sebagai tempat berhala khusus dengan maksud agar
Ibrahim merasa dikucilkan dan agar dia berpikir bahwa seluruh kaum di negerinya
adalah penyembah berhala sementara hanya dia seorang yang menyimpang dari
kaumnya. Berikut kisahnya dalam Surat al-Anbiya ayat 52-67.

٥٢ ‫ ﺍﻷﻧﺒﻴﺎﺀ‬           

(ingatlah), ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: "Patung-patung


Apakah ini yang kamu tekun beribadat kepadanya?" (Q.S, Al-Anbiya : 52).

             

( ٥٥-٥٣ ‫ )ﺍﻷﻧﺒﻴﺎﺀ‬       

mereka menjawab: "Kami mendapati bapak-bapak Kami menyembahnya".Ibrahim


berkata: "Sesungguhnya kamu dan bapak-bapakmu berada dalam kesesatan yang
nyata".mereka menjawab: "Apakah kamu datang kepada Kami dengan sungguh-
sungguh ataukah kamu Termasuk orang-orang yang bermain-main?" (Q.S, al-
Anbiya : 53-55).

            

٥٦ ‫ ﺍﻷﻧﺒﻴﺎﺀ‬

Ibrahim berkata: "Sebenarnya Tuhan kamu ialah Tuhan langit dan bumi yang telah
menciptakannya: dan aku Termasuk orang-orang yang dapat memberikan bukti atas
yang demikian itu". (Q.S, Al-Anbiya : 56).
Ketika di Babilonia telah dipenuhi berbagai patung sebagai simbol
penyembahan berhala, justru Ibrahim semakin bersemangat dan ingin membuktikan
bahwa patung-patung batu hanyalah benda mati yang tidak dapat bertindak apapun
terhadap para penyembahnya.
Ibrahim berbicara dalam hatinya, bahwa Dia akan hancurkan patung-patung itu
karena kaumnya tidak mengikuti nashihatnya. Ibrahim pun datang dan meruntuhkan
10 Sarto Al Syarif H dan Fadlil Munawwar Manshur

segala patung batu yang ada di Babilonia selain sebuah patung terbesar yang dianggap
sebagai dewa paling hebat oleh kaumnya.

            

٥٨-٥٧ ‫ ﺍﻷﻧﺒﻴﺎﺀ‬   

demi Allah, Sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-
berhalamu sesudah kamu pergi meninggalkannya. Maka Ibrahim membuat berhala-
berhala itu hancur berpotong-potong, kecuali yang terbesar (induk) dari patung-
patung yang lain; agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya. (Q.S, Al-
Anbiya : 57-58).
Mendapati sebuah kekacauan dan puing reruntuhan di tempat ibadah mereka,
para penyembah berhala merasa sangat murka dan hendak menghukum orang
melakukan tindakan ini. Ibrahim yang dikenal berani menentang penyembahan
berhala dipanggil untuk dihakimi dan terjadilah debat terbuka. Mereka bertanya,
"Apakah kamu yang melakukan perbuatan ini terhadap sembahan-sembahan kami,
wahai Ibrahim?" dia menjawab, "Sebenarnya yang terbesar ini yang melakukannya,
cobalah tanyakan kepada berhala itu, jika memang dapat berbicara." mereka pun mulai
tersadar lalu dia mengatakan, "Sesungguhnya kalian itu memang orang-orang yang
sewenang-wenang", kemudian dengan kepala tertunduk mereka berkata,
"Sesungguhnya kamu telah menyadari bahwa berhala-berhala itu memang tidak dapat
berbicara." dia berkata, "lalu mengapakah kalian menyembah kepada selain Allah,
sesuatu yang tidak dapat memberikan manfaat sedikit pun dan tidak menimpakan
nasib buruk kepada kalian?

             

             

            

            

             

              

٦٧-٥٩ ‫ﺍﻷﻧﺒﻴﺎﺀ‬ 

Mereka berkata: "Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan


Kami, Sesungguhnya Dia Termasuk orang-orang yang zalim." Mereka berkata: "Kami
dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama
Ibrahim ". Mereka berkata: "(Kalau demikian) bawalah Dia dengan cara yang dapat
Jurnal Penelitian Pendidikan Islam | Vol. 5, No. 1, 2017 11

dilihat orang banyak, agar mereka menyaksikan". Mereka bertanya: "Apakah kamu,
yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan Kami, Hai Ibrahim?" Ibrahim
menjawab: "Sebenarnya patung yang besar Itulah yang melakukannya, Maka
Tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara". Maka mereka telah
kembali kepada kesadaran dan lalu berkata: "Sesungguhnya kamu sekalian adalah
orang-orang yang Menganiaya (diri sendiri)", kemudian kepala mereka Jadi
tertunduk (lalu berkata): "Sesungguhnya kamu (hai Ibrahim) telah mengetahui
bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara." Ibrahim berkata: Maka
Mengapakah kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi
manfaat sedikitpun dan tidak (pula) memberi mudharat kepada kamu?" Ah
(celakalah) kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah. Maka Apakah kamu tidak
memahami? (Q.S, Al-Anbiya : 59-67).
Nabi Ibrahim as berkata, “Jika kalian tidak menghentikan tindakan semacam ini
tentulah Tuhanku kelak membakar kalian di neraka”.

٤٤ ‫ ﻣﺮﻳﻢ‬           

Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu


durhaka kepada Tuhan yang Maha Pemurah. (Q.S, Maryam : 44)

٤٥ ‫ ﻣﺮﻳﻢ‬           

Wahai bapakku, Sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari
Tuhan yang Maha pemurah, Maka kamu menjadi kawan bagi syaitan". (Q.S, Maryam :
45).
Mendengar pernyataan Ibrahim ini; mereka tidak serta merta menyerah dan
mengakui dosa, justru mereka beranggapan bahwa Ibrahim bermaksud membakar
seluruh orang yang menyembah berhala. Untuk membalas ini, mereka mengatakan :
"jika orang itu mengatakan bahwa kita akan dibakar, maka bunuh saja orang yang
mengancam nyawa banyak orang atau bakar saja orang yang melecehkan dan
mencemarkan sembahan-sembahan kita.

٦٨- ‫ ﺍﻷﻧﺒﻴﺎﺀ‬       

mereka berkata: "Bakarlah Dia dan bantulah tuhan-tuhan kamu, jika kamu benar-
benar hendak bertindak". (Q.S, Al-Anbiya : 68).
Secara bergegas kaumnya beramai-ramai mengumpulkan kayu bakar untuk
perapian yang besar. Namrudz sebagai orang yang mengajak seluruh penduduk negeri
untuk menyembah berhala menyatakan "Hal ini akan menjadi bukti siapakah raja dan
dewa di muka bumi ini dan siapakah yang manusia biasa, kalian akan menyaksikan
pada hari ini bahwa orang yang berlaku sewenang-wenang itu dilenyapkan di perapian
karena dia berani menyatakan bahwa kita akan dibakar oleh Tuhannya lalu biarlah
Tuhannya sendiri yang menyelamatkan dia sementara akulah yang menyelamatkan
kalian bukan orang itu (an-Najar, 1930:80).
Banyak orang dari berbagai negeri hadir untuk menyaksikan peristiwa ini dan
mereka semua percaya kepada Namruz bahwa Ibrahim akan lenyap di perapian. Di
12 Sarto Al Syarif H dan Fadlil Munawwar Manshur

antara kerumunan orang itu terdapat kakak Ibrahim, Haran, yang turut dihadirkan
karena selama ini menyembunyikan Ibrahim dan tidak menyerahkan kepada raja
Namruz. Ketika Haran ditanya mengapa dia tidak menuruti perintah raja, ia menjawab
"bukankah aku pernah mengatakan bahwa apapun yang kalian lakukan, kalian takkan
bisa merubah segala yang tertulis di langit, sebab kalian sendiri tidak sanggup merubah
langit dan bukanlah kalian yang berkuasa di langit maupun di bumi" kemudian mereka
menjawab "memang ucapan itu terbukti sampai saat ini, namun lihatlah setelah
Ibrahim jatuh ke perapian itu, apakah ucapanmu itu masih tetap berlaku!". mereka pun
bertanya "apakah kamu percaya pada Tuhannya Ibrahim?" Haran merasakan keraguan
dalam benaknya, sebab di malam sebelumnya ia mendapati pertanda di langit bahwa
akan ada orang yang terbakar hebat oleh api, sehingga Haran menganggap bahwa
adiknya takkan selamat dari perapian. Haran menjawab " jika ibrahim tidak selamat
dari perapian tentulah aku akan pergi dan meninggalkan kalian sejauh mungkin
bersama aib ini, akan tetapi jika melalui keajaiban dahsyat Ibrahim berhasil selamat
maka aku akan datang dan memeluknya.
Ketika Ibrahim hendak dilempar ke perapian, sesosok malaikat hadir untuk
menawarkan pembebasan Ibrahim supaya ia dapat melarikan diri dari hukuman
kaumnya, namun Ibrahim berkata "Cukuplah Yang Maha Melindungi yang memberi
keselamatan padaku, sebab selama ini Dialah yang melindungi nyawaku dari maut dan
segala penyelamatan hanya berasal daripadaNya. Sekiranya aku harus mati, maka aku
bersedia jika itu yang Dia kehendaki." Lalu malaikat itu pergi meninggalkan Ibrahim.
Allah yang juga turut bersaksi dengan para malaikat ketika mendapati bahwa hampir
seluruh manusia di bumi memiliki satu pemikiran dari satu sudut pandang terhadap
peristiwa perapian ini, maka Allah hendak mengacaukan pemikiran mereka dengan
menampakkan hal berbeda di mata mereka, supaya satu umat dan satu bangsa di bumi
menjadi berbagai umat dan bangsa-bangsa yang memiliki pendirian dan pemikiran
yang berbeda. ketika Ibrahim melompat ke perapian yang membara, seketika Allah
berfirman kepada perapian supaya menjadi keselamatan terhadap Ibrahim, maka api
dari Allah hadir dan Ibrahim berjalan secara tenang dari perapian (An-Najar, 1930:80).

            

٧٠-٦٩ ‫ ﺍﻷﻧﺒﻴﺎﺀ‬

Kami berfirman: "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi
Ibrahim".mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, Maka Kami menjadikan
mereka itu orang-orang yang paling merugi. (Q.S, Al-Anbiya : 69-70).
Haran yang mendapati Ibrahim selamat dari perapian bergegas mendekat untuk
memeluknya, ia yang mendekat tanpa memiliki keimanan kepada Allah seketika mati
disambar oleh kobaran api dari Allah. Di saat semacam ini, Allah menimbulkan
pandangan yang bermacam-macam dalam pengamatan orang-orang menyaksikan,
sebagian mengatakan, "dewa itu adalah api sebab api yang menyelamatkan Ibrahim"
sebagian lain mengatakan. "dewa itu adalah kayu sebab akibat kayu itu, Ibrahim
selamat" sebagian lain mengatakan, "dewa itu adalah angin sebab angin yang
menghindarkan Ibrahim" dan muncul berbagai pendapat berbeda-beda dari kejadian
ini. Orang-orang yang saling bersepakat bersatu dan membantah pihak yang berbeda
akibat mereka saling berkeras pada pendapat masing-masing, sejak saat itulah umat
Jurnal Penelitian Pendidikan Islam | Vol. 5, No. 1, 2017 13

manusia saling menjauh berpencar dari tempat perapian bersejarah ini. Maka Ibrahim
mengatakan, "Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu sembah selain Allah adalah
untuk menciptakan kasih sayang di antara kalian dalam kehidupan dunia ini kemudian
di hari kiamat sebagian kalian mengingkari sebagian lain dan sebagian kalian
mengutuki sebagian lain, dan tempat kembali kalian memang neraka, dan takkan ada -
seorang pun yang membela kalian ( an-Najar, 1930).
Walaupun kurang berhasil dakwahnya kepada ayahnya dan kaumnya, Allah
gantikan keberhasilan dakwahnya dengan generasi keturunan Ibrahim yang shalih, dan
Allah jadikan para Nabi, sebagai imam dari keturunannya, yang memberikan petunjuk
dengan perintah Allah. Allah berfirman sebagai berikut:

            

            

٧٣-٧١ ‫ ﺍﻷﻧﺒﻴﺎﺀ‬         

Dan Kami seIamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri yang Kami telah
memberkahinya untuk sekalian manusia. Dan Kami telah memberikan kepada-Nya
(Ibrahim) lshak dan Ya'qub, sebagai suatu anugerah (daripada Kami). dan masing-
masingnya Kami jadikan orang-orang yang saleh. Kami telah menjadikan mereka itu
sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan
telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan
sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada kamilah mereka selalu
menyembah (Q.S, Al-Anbiya : 71-73).
8) Metode tarhib wa targhib
Targhib ialah janji seperti hadiah, pahala atau disebut reward, yang disertai
dengan bujukan dan membuat orang senang terhadap suatu maslahat, kenikmatan atau
kesenangan akhirat yang pasti dan baik, serta bersih dari segala kotoran yang
kemudian diteruskan dengan melakukan amal saleh dan menjauhi kenikmatan sepintas
yang mengandung bahaya atau perbuatan buruk.
Sedangkan, tarhib atau punishment ialah ancaman dengan siksaan sebagai
akibat melakukan dosa atau kesalahan yang dilarang oleh Allah SWT atau akibat lengah
dalam menjalankan kewajiban yang diperintahkan oleh Allah SWT (Dababas, 2008:
66). Ibrahim memberikan tarhib kepada ayahnya,” jika kalian tidak menghentikan
tindakan semacam ini tentulah Tuhanku kelak membakar kalian di neraka”.

٤٤ ‫ ﻣﺮﻳﻢ‬           

Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu


durhaka kepada Tuhan yang Maha Pemurah. (Q.S, Maryam : 44)

٤٥ ‫ ﻣﺮﻳﻢ‬           
14 Sarto Al Syarif H dan Fadlil Munawwar Manshur

Wahai bapakku, Sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari
Tuhan yang Maha pemurah, Maka kamu menjadi kawan bagi syaitan". (Q.S, Maryam :
45).
Nabi Ibrahim as menasihati ayahnya agar tidak menyembah syaitan, dan
menghawatirkan ayahnya mendapat siksa dari Allah ar-Rahman, agar ayahnya merasa
takut dan termotifasi untuk berbuat baik dan mengikuti nasihat Nabi Ibrahim as.
9) Metode Mujadalah
Metode mujadalah yang dimaksud adalah, upaya menggali pengetahuan
pendidikan Islam, yang disajikan dalam bentuk percakapan (Tanya jawab) antara dua
orang atau lebih berdasarkan argumen-argumen yang bisa dipertanggungjawabkan
secara ilmiah (Sani dan Kadri, 2016:23).
Menurut Machendrawaty (2003:214 -220), jadal atau mujadalah padanan katanya
adalah diskusi, maknanya berarti perbincangan yaitu cara penyampaian bahan
pelajaran dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk membicarakan,
menganalisa guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun
berbagai alternative pemecan masalah.Sebagaimana Allah berfirman:

                

              

            

Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang


Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan
(kekuasaan). ketika Ibrahim mengatakan: "Tuhanku ialah yang menghidupkan dan
mematikan," orang itu berkata: "Saya dapat menghidupkan dan mematikan"Ibrahim
berkata: "Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, Maka terbitkanlah
Dia dari barat," lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang zalim. (Q.S, Al-Baqarah : 258).
Metode mujadalah yang dilakukan Nabi Ibrahim terhadap penguasa Babilonia
dengan argumen-argumen yang rasional bisa juga dan relevan untuk di contoh pada
pendidikan saat ini, sehingga peserta didik tidak takut dan mempunyai kebebasan
berpendapat, bersuara, berdemokrasi dan menyatakan sikap, walaupun tetap menjaga
adab sopan dan santun sebagaimana halnya murid dengan guru.
10)Metode Doa
Nabi Ibrahim berpisah dengan ayahnya, dengan kelembutannya tetap Ibrahim
mengharapkan suatu saat nanti ayahnya mengikuti ajakannya, dan berjannji akan
memohonkan ampunan kepada Rabbnya. Sebagaimana firman Allah:

              

              
Jurnal Penelitian Pendidikan Islam | Vol. 5, No. 1, 2017 15

dan aku akan menjauhkan diri darimu dan dari apa yang kamu seru selain Allah, dan
aku akan berdoa kepada Tuhanku, Mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan
berdoa kepada Tuhanku".
Maka ketika Ibrahim sudah menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yang
mereka sembah selain Allah, Kami anugerahkan kepadanya Ishak, dan Ya'qub. dan
masing-masingnya Kami angkat menjadi Nabi. (Q.S, Maryam : 48-49). Tapi ternyata
ayahnya tetap mengikuti agama kaumnya. Maka Nabi Ibrahim as berlepasdiri dari
ayahnya (an-Najar, 1930:83).
Sebagaimana firman Allah swt sebagai berikut:

            

              

‫ ﺍﻟﺘﻮﺑﺔ‬                

١١٤-١١٣
Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun
(kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah
kaum Kerabat (Nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik
itu adalah penghuni neraka jahanam. Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada
Allah) untuk bapaknya tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah
diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka, tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa
bapaknya itu adalah musuh Allah, Maka Ibrahim berlepas diri dari padanya.
Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi Penyantun.
(Q.S, At-Taubah : 113-114).

11)Metode Ujian
Ujian terhadap Nabi Ibrahim a.s. diantaranya: membangun Ka'bah,
membersihkan ka'bah dari kemusyrikan, mengorbankan anaknya Ismail, menghadapi
raja Namruz dan lain-lain (ash-Shabuni, 2001: 83). Sebagaimana Allah berfirman:

                

١٢٤ ‫ ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ‬     

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah
dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya aku
akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya
mohon juga) dari keturunanku". Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai
orang yang zalim". (Q.S, Al-Baqarah : 124).
12)Metode kontruktivisme
16 Sarto Al Syarif H dan Fadlil Munawwar Manshur

Metode kontruktivisme yang dicontohkan Nabi Ibrahim kepada Ismail as agar


menemukan sendiri ilmu, amal, dan iman dengan ditempaatkannya Ismail as di lembah
yang tak tumbuh tumbuh-timbuhan dan membangun Ka’bah, walaupun tetap melalui
bimbingan Nabi Ibrahim as, Ismail as mendapatkan pertolongan Allah, Makkah jadi
pusat peradaban dunia. Allah berfirman:

              

‫ ﺍﺑﺮﻫﻴﻢ‬           

٣٧
Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di
lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah)
yang dihormati, Ya Tuhan Kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat,
Maka Jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah
mereka dari buah-buahan, Mudah-mudahan mereka bersyukur. (Q.S, Ibrahim : 37).
13)Metode Washiyat
Pendidikan dengan metode washiyat lebih menyentuh kalbu, efektif, tidak
mudah dilupakan, apalagi bersamaan dengan suatu peristiwa. Ibrahim semasa masih
hidup mendidik anak-anak dan cucunya, mewariskan agama kepada putra-putranya
beserta Ya’qub. Salah satu metode pendidikan Nabi Ibrahim as terhadap anak cucunya
dengan metode washiyat. Berikut washiayat-washiyat Nabi Ibrahim:

(١٣١ ‫ )ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ‬         

Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: "Tunduk patuhlah!" Ibrahim menjawab:


"Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam".(Q.S, al-Baqarah : 131)

              

             (١٣٢) 

            



Dan Ibrahim telah Mewasiatkan Ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula
Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih
agama ini bagimu, Maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam".
Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata
kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" mereka
menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu,
Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan Kami hanya tunduk
patuh kepada-Nya (Q.S, al-Baqarah : 132-133).
Jurnal Penelitian Pendidikan Islam | Vol. 5, No. 1, 2017 17

Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan konsep metode pendidikan
profetik ayat-ayat kisah Nabi Ibrahim as adalah:
1. Dalam penelitian ini ditemukan metode da’wah atau metode pendidikan nabi
Ibrahim sebagai berikut: Metode intuitif , Metode rasional , Metode keteladanan,
Metode pentahapan yaitu: Tahapan Tilawah, Tahapan Talim,.Tahapan Tazkiyyah,
Tahapan hikmah. Metode dialogis (Manhaj jadal ,munadzarah, muhawarah, Metode
munazharah), Metode ibrah (mengambil pelajaran), mau’izah, nasihat atau washiyat,
Metode Demonstrasi, Metode targhib (membuat senang) dan tarhib (membuat
takut).Metode da’wah dengan doa, Metode tadribat, pelatihan, dan ujian, Metode
konstruksivisme, Metode Washiyat.
2. Semua metode yang digunakan Nabi Ibrahim as yang ditemukan dari ayat-ayat kisah
Ibrahim adalah relevan untuk digunakan sebagai metode pendidikan saat ini.
Karena pendidikan Islam semuanya bersumber dari al-Qur’an dan as-Sunnah.

DAFTAR PUSTAKA

Ash- Shabuni, A.M. (2001). Shafwat at-Tafasir. Beirut: Dar al-Fikr.


Al-Bukhari. (tt) Shahih Al-Bukhari. Bandung: Ma’arif.
Al-Wahab, M.A. ( 2004). Tauhid.Yogyakarta: Mitra Pustaka.
As-Shauwy, A. (1995). Mukjizat Al-Quran dan Sunnah Tentang IPTEK. Jakarta: Gema
Insani Preass.
Ash-Shiddieqy, (1975). Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir. Semarang:
PT. PUSTAKA RIZKI PUTRA.
Ali, A. M. (1992). Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia. Bandung: Mizan.
Arif, M. (2008). Pendidikan Islam Transformatif . Yogyakarta: LKIS.
An-Najar, A. (1930). Qishashu al-Anbiya. Beirut: Dar al-fikr.
Bahraisy, S. (2004), Terj, Tafsir Ibnu Kasir, Surabaya: Bina Ilmu.
Baidan, N. (2000). Rekonstruksi Ilmu Tafsir, Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa.
Baharudin. (2015). Dasar-Dasar Manajemen, Bandung: Alfabeta
Budiningsih, A. (2005). Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Budiyanto, M. (2010). Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta: Griya Santri.
Bogdan, Robert and Steven J. (1975). Taylor, Introduction to Qualitative Research
Method – A Phenomenological Approach to the Social Sciences. New York:
John Wiley & Sons.
18 Sarto Al Syarif H dan Fadlil Munawwar Manshur

Darajat, Zakiyah. (2011) Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1989) Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.
Departemen Agama.(2001). Al-Quran dan Terjemahannya, Jakarta,
Elga Sarapung. (2005). Sejarah, Teologi dan Etika Agama-Agama. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Fauzan , A.E. (2011).“Nilai-nilai profetik dalam Pembelajaran Fikih, Analisis terhadap
Metode Rasulullah SAW, dalam Mengajarkan Ibadah kepada para Sahabat”.
Tesis IAIN Sunan Ampel Surabaya.
Fachrurrazi,A. (2010). & Mahyudin,E. Pembelajaran Bahasa asing.Jakarta: Bania
Publising.
Hamdani, I. & Fuad,I. (2007). Filsafat Pendidikan Islam, cetakan III Bandung: CV.
Pustaka Setia.
Hatta, A . (2009). Tafsir Qur’an Perkata. Jakarta: Magfirah,
Hardiman, F.B. (2003). Melampaui Positivisme dan Modernitas: Diskursus Filosofis
tentang Metode Ilmiah dan Problem Modernitas. Yogyakarta: Kanisius.
Hidayat, Sh.(2013). Pengembangan Kurikulum Baru, Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Gusmian, Islah. (2003). Khazanah Tafsir Indonesia (dari Hermeneutika hingga
Ideologi). Jakarta: Teraju.
Hudhari, B. (1980).Sejarah pembinaan hukum Islam (Penerjemah Mohammad Zuhri).
Indonesia: Penerbit. Darul Ikhya
Iskandarwasid & Hadang, S. (2011). Strategi Pembelajaran Bahasa.Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Iqbal, M.(1966). Membangun Kembali Alam Pikiran Islam, terj. Osman Raliby.
Jakarta: Bulan Bintang.
Irawan, P.(2OOO). Logika dan procedure Penelitian: Pengantar Teori dan Panduan
praktis Penelitian Sosial bagi Mahasiswa dan Peneliti. Jakarta : STIA-LAN.
Ikmal,M.(2013).“Integrasi Pendidikan Profetik (Mengurai Tradisi dan Implemintasi
dalam Sistem Pendidikan Indonesia)” Jurnal Pelopor Pendidikan,Volume 4,
Nomor 1, Januari 2013.
Kuntowijoyo,(2004). Islam sebagai Ilmu; epistimologi, Metodologi dan Etika, cet ke-
1. Bandung : Teraju Mizan.
Kuntowijoyo. (1991). Paradigma Islam; Interpretasi untuk Aksi. Bandung:: Mizan.
Jurnal Penelitian Pendidikan Islam | Vol. 5, No. 1, 2017 19

Kuntowijoyo.( 200O). Islam Sebagai Ilmu. Yogyakarta: Tiara Wacana.


Kartanegara, M. (2002). Menembus Batas Waktu: Panorama Filsafat Islam. Bandung:
Mizan.
Kartanegara, M. (2003). Menyibak Tirai Kejahilan: Pengantar Epistemologi Islam.
Bandung: Mizan.
Khoiron Rosyadi. (2004;303). Pendidikan Profetik. pustaka pelajar: Yogyakarta
Ki Hajar Dewantara, Bagian Pertama Pendidikan, (Yogyakarta: Majelis Luhur
Persatuan Taman Siswa), hlm.375.
Lutfiah, (2013). “Pengembangan Pendidikan Islam Berbasis Ilmu Sosial Profetik
Kuntowijoyo” Disertasi UIN Sunan Kalijaga.
Machendrawaty N, & Kurniawan A,( 2003), Teknik Debat Dalam Islam. Bandung:
Pustaka Setia,
Maragustam. (2010). Mencetak Pembelajar Menjadi Insan Paripurna. Falsafah
Pendidikan Islam. Yogyakarta: Nuha Litera.
Melvin, L.S. (1996). Active Learning, tarjim, Muttaqin R, (2006). Bandung: Nusamedia.
Muslim. (tt) Shahih Muslim. Babdung: Dahlan.
Muzayyin, A. (2003). Filsafat Pendidikan Islam.Jakarta: Bumi Aksara.
Madjid, N. (1995). Islam, Doktrin dan Peradaban. Jakarta: Paramadina.
Muhammad,A..R,. (2003). Rekonstruksi atas Moralitas Pendidikan. Yogyakarta:
Prismasophie.
Efendi, A. (2011). “Dimensi Profetik dalam Fiksi Kuntowijoyo. Malang:
Tesis Universitas Negeri Malang.
Muhajir.N.(2013). Pergeseran Kurikulum Madrasah dalam Undang-Undang System
Pendidikan Nasional. Jakarta : Hartomo Media Pustaka.
Muhaimin. (2004). Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Majid, A. (2014). Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Muhadjir, N. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta : Rake Sarasin.
Mushtafa, A. (2006). Tafsir Al-Maragi. Berut: Dar al-Fikri.
Munawar, R.B. (1995).“Dari Tahap Moral ke Periode Sejarah: Pemikiran Neo-
Modernisme Islam di Indonesia” dalam Ulumul Qur’an, No. 3 Vol. VI.
Muzayyin,A.(2003). Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.
Muzayyin,A.(2008). Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.
Nata,A. (2005). Filsafat Pendidikan Islam (Edisi Baru).Jakarta: Gaya Media Pratama.
20 Sarto Al Syarif H dan Fadlil Munawwar Manshur

Ngalim, P.M. (2006). Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis.Bandung: Remaja


Rosdakarya.
Ngalim, P.M. (1986). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nata, A. (1998), Metodologi Studi Islam. Jakarta: Raja Grapindo Persada.
Nizar,S. (2002). Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan, Historis, Teoritis, dan
Praktis. Jakarta: Ciputat Pers.
Nurrohim, A. (2011). “Prinsip-prinsip Tahapan Pendidikan Profetik dalam al
Qur’an”, Tesis UIN Sunan Kalijaga.
Qamar, M. (2005). Epistemologi Pendidikan Islam. Jakarta: Erlangga,
Qasim, M.M. Cet 2. (2005) Sejarah Teologi dan Etika Agama-agama Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Ramayulis. (2006). Ilmu Pendidikan Islam, cet. Ke-5. Jakarta: Kalam Mulia,
Rahardjo, D.(2005). Paradigma Al-Quran Metodologi Tafsir dan Kritik Sosial, Jakarta:
Pusat Studi Agama Dan Peradaban (PSAP) Muhammadiyah.
Raharjo, D. (2002). Islam dan Transformasi Budaya. Cet ke-1. Yogyakarta: Dana
Bhakti Prima Yasa,
Rahman, F. (1985). Islam and Modernity, Transformation of an Intellectual
Tradition. Chicago: The University of Chicago.
Rakhmat, J. (1992). Islam Aktual: Refleksi Sosial Seorang Cendekiawan Muslim.
Bandung: Mizan.
Rakhmat, J.Psikologi Perkembangan. Jakarta: Grafindo Persada, 1998.
Rachman, B, M.(2006). Ensiklopedi Nurcholis Madjid: Pemikiran Islam di Kanvas
Peradaban. Jakarta: Mizan:
Rachman, B, M.(2001). Islam Pluralis: Wacana Kesetaraan Kaum Beriman. Jakarta:
Paramadina.
Rokib, M. (2011). Prophetic Education (kontektualisai Filsafat dan Budaya profetik
dalam Penndidikan): Yogyakarta: buku litera dan STAIN Press, Purwokerto
Sani, Ridwan,A & Kadri, M. (2016). Pendidikan Karakter, Membangun Karakter yang
Islami. Jakarta: Bumi Aksara.
Sukmadinata. N, S. (2015). Cet 18, Pengembangan Kurikulum, Bandung: Remaja
Rosdakarya,
Shihab,.M,Q,( 2008) Cet 10, Tafsir al-Mishbah. Tangerang: Lentera Hati
Shihab,.M,Q.(1994). Membumikan Al-Qur’an (Fungsi dan peran wahyu dalam
kehidupan masyarakat. Bandung: Mizan.
Jurnal Penelitian Pendidikan Islam | Vol. 5, No. 1, 2017 21

Shihab.M,Q. (1999) Sejarah dan Ulum al-Qur’an, Jakarta: Pustaka Firdaus.


Shihab, M,Q.(2005). Kontekstualitas Al-Quran Kajian Tematik atas Ayat-ayat Hukum
Dalam Al-Quran. Jakarta: Permadani.
Sukarjo,M. (2012). Landasan Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada..
Shofan,M.(2004). Pendidikan Berparadigma Profetik : Upaya Konstruktif Membongkar
Dikotomi Sistem Pendidikan Islam.Yogyakarta: IrcIsod.
Soanes, Catherine & Angus Stevenson (2003). (ed.), Concise Oxford English
Dictionary, edisi 11. London: Oxford university Press.
Surakmad, W.(1982). Pengantar Ilmiah Dasar, Metode dan Teknik. Bandung : Tarsito,
Suryabrata, S. (1998). Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali.
Syauki, A.K. (2005). Atlas al-Qur’an. Berut: Dar al-Fikr.
Ahsin, S.M. (2005). Jejak para Nabi. Jalarta: PT KHARISMA ILMU.
Tafsir, A. (2014), Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Tafsir, A,( 2013), Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya
Taqi, M.M. (1996). Monoteisme. Jakarta: Lentera.
22 Sarto Al Syarif H dan Fadlil Munawwar Manshur

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai