Sejarah[sunting | sunting sumber]
Awal mula dan perkembangan fenomena pemerintahan manusia tidak diketahui dengan pasti;
namun, sejarah mencatat terbentuknya pemerintahan awal. Sekitar 5.000 tahun yang lalu,
beberapa negara-kota kecil muncul.[2] Pada milenium ketiga hingga kedua SM, beberapa negara-
kota ini berkembang menjadi wilayah pemerintahan yang lebih besar: Sumeria, Mesir
Kuno, Peradaban Lembah Sungai Indus, dan Peradaban Sungai Kuning.[3]
Pembangunan proyek pertanian dan pengendalian air merupakan katalisator bagi
perkembangan pemerintah.[4] Kadang kala, seorang kepala suku dipilih dengan berbagai ritual
atau uji kekuatan untuk mengatur sukunya, terkadang melibatkan sekelompok orang yang lebih
tua sebagai dewan. Kemampuan manusia untuk secara tepat mempelajari dan
mengomunikasikan informasi abstrak memungkinkan manusia bertindak lebih efektif dalam
bertani,[5] yang kemudian terus meningkatkan kepadatan populasi.[2] Sejarawan David
Christian menjelaskan bagaimana hal ini menghasilkan negara-negara bagian dengan hukum
dan pemerintahan.
Mulai akhir abad ke-17, bentuk pemerintahan republik bertumbuh. Revolusi Agung di
Inggris, Revolusi Amerika Serikat, dan Revolusi Prancis berkontribusi pada pertumbuhan
pemerintahan yang berbentuk perwakilan. Uni Soviet adalah negara besar pertama yang
memiliki pemerintahan komunis.[6] Sejak runtuhnya Tembok Berlin, semakin banyak negara yang
menggunakan demokrasi liberal sebagai bentuk pemerintahan mereka.[7]
Pada abad kesembilan belas dan kedua puluh, terjadi peningkatan yang signifikan dalam ukuran
dan skala pemerintahan di tingkat nasional,[8] termasuk pengaturan korporasi dan
pembangunan negara kesejahteraan.
Bentuk[sunting | sunting sumber]
Salah satu metode untuk mengelompokkan pemerintah adalah melalui cara orang memiliki
kewenangan untuk memerintah. Kewenangan ini bisa berupa satu orang (otokrasi, seperti
monarki), sekelompok orang terpilih (aristokrasi), atau orang-orang secara keseluruhan
(demokrasi, seperti republik).
Autokrasi[sunting | sunting sumber]
Autokrasi adalah sistem pemerintahan yang kekuasaan tertingginya terkonsentrasi di tangan
satu orang, yang keputusannya tidak tunduk pada batasan hukum eksternal atau mekanisme
kontrol kerakyatan yang diatur (kecuali mungkin terhadap ancaman implisit
dari kudeta atau pemberontakan massa).[14]
Aristokrasi[sunting | sunting sumber]
Aristokrasi (dari bahasa Yunani ἀριστοκρατία aristokratía, dari ἄριστος aristos "unggul atau
istimewa", dan κράτος kratos "kekuasaan") adalah suatu bentuk pemerintahan yang
menempatkan kekuasaan di tangan kelas penguasa yang sedikit dan memiliki privilese atau hak
istimewa.[15]
Banyak monarki merupakan aristokrasi, meskipun dalam monarki konstitusional modern, raja
hanya memiliki sedikit kekuasaan. Istilah aristokrasi juga bisa merujuk pada kelas non-tani, non-
pelayan, dan non-kota dalam sistem feodal.
Demokrasi[sunting | sunting sumber]
Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang warga negaranya menjalankan kekuasaan
dengan memberikan suara. Dalam demokrasi langsung, warga negara secara keseluruhan
membentuk badan pemerintahan dan memberikan suara langsung pada setiap masalah.
Dalam demokrasi perwakilan, warga memilih perwakilan dari antara mereka sendiri. Perwakilan-
perwakilan ini bertemu untuk membentuk badan pemerintahan, seperti badan legislatif.
Dalam demokrasi konstitusional, kekuasaan mayoritas dijalankan dalam kerangka demokrasi
perwakilan, tetapi konstitusi membatasi mayoritas dan melindungi minoritas, biasanya melalui
penjaminan hak tertentu bagi semua individu, misalnya kebebasan berbicara atau kebebasan
berserikat.[16][17]
Republik[sunting | sunting sumber]
Republik adalah suatu bentuk pemerintahan dengan negara dianggap sebagai "urusan publik"
(bahasa Latin: res publica), bukan urusan pribadi atau milik para penguasa, yang pemerintah
negaranya dipilih atau ditunjuk secara langsung atau tidak langsung alih-alih diwariskan. Rakyat,
atau sebagian besar dari mereka, memiliki kendali tertinggi atas pemerintah dan jabatan negara
dipilih atau ditunjuk oleh orang-orang terpilih.[18][19] Definisi umum yang disederhanakan dari
republik adalah pemerintahan yang kepala negaranya bukan seorang raja.[20]
[21]
Montesquieu menyatakan bahwa baik demokrasi (semua orang memiliki bagian dalam
pemerintahan) maupun aristokrasi atau oligarki (hanya beberapa orang yang memerintah)
sebagai bentuk pemerintahan republik.[22]
Istilah lain yang digunakan untuk menggambarkan republik di antaranya republik
demokratis, republik parlementer, republik semipresidensial, republik presidensial, republik
federal, dan republik Islam.
Federal[sunting | sunting sumber]
Federalisme adalah konsep politik ketika sekelompok anggota diikat bersama
oleh kovenan dengan kepala perwakilan sebagai pengatur. Istilah "federalisme" juga digunakan
untuk menggambarkan sistem pemerintahan yang kedaulatannya secara konstitusional dibagi
antara otoritas pemerintahan pusat dan unit politik konstituen, yang bisa disebut negara bagian,
provinsi, atau lainnya. Federalisme adalah sistem yang didasarkan pada prinsip-prinsip dan
institusi demokrasi yang kekuasaannya untuk memerintah dibagi antara pemerintah nasional
dan pemerintah provinsi/negara bagian, sehingga menciptakan apa yang sering disebut federasi.
Para pendukungnya sering disebut federalis.