Anda di halaman 1dari 3

Pemerintah 

adalah organisasi yang memiliki kekuasaan untuk membuat dan menerapkan


hukum bersama Undang-Undang serta kewenangan untuk mengatur komunitas di wilayah
tertentu, yang umumnya adalah negara[1]. Ada beberapa definisi mengenai sistem pemerintahan.
Sama halnya, terdapat bermacam-macam jenis pemerintahan di dunia.
Dalam definisi asosiatifnya yang luas, pemerintah umumnya terdiri atas lembaga
legislatif, eksekutif, dan yang berdiri sendiri ialah yudikatif. Pemerintah merupakan sarana untuk
menegakkan kebijakan organisasi, sekaligus sebagai mekanisme untuk menentukan kebijakan.
Setiap pemerintahan memiliki semacam konstitusi, yaitu pernyataan tentang prinsip dan filosofi
pemerintahannya.
Meskipun semua jenis organisasi memiliki tata kelola, istilah pemerintah sering kali digunakan
secara lebih spesifik untuk merujuk pada sekitar 200 pemerintah nasional independen dan
organisasi-organisasi di bawahnya.
Sepanjang sejarah, bentuk pemerintahan yang lazim ditemui
meliputi monarki, aristokrasi, timokrasi, oligarki, demokrasi, teokrasi, dan tirani. Aspek utama dari
filosofi setiap pemerintahan adalah bagaimana kekuasaan politik diperoleh — dua bentuk
utamanya adalah pemilihan umum dan suksesi turun-temurun.

Sejarah[sunting | sunting sumber]
Awal mula dan perkembangan fenomena pemerintahan manusia tidak diketahui dengan pasti;
namun, sejarah mencatat terbentuknya pemerintahan awal. Sekitar 5.000 tahun yang lalu,
beberapa negara-kota kecil muncul.[2] Pada milenium ketiga hingga kedua SM, beberapa negara-
kota ini berkembang menjadi wilayah pemerintahan yang lebih besar: Sumeria, Mesir
Kuno, Peradaban Lembah Sungai Indus, dan Peradaban Sungai Kuning.[3]
Pembangunan proyek pertanian dan pengendalian air merupakan katalisator bagi
perkembangan pemerintah.[4] Kadang kala, seorang kepala suku dipilih dengan berbagai ritual
atau uji kekuatan untuk mengatur sukunya, terkadang melibatkan sekelompok orang yang lebih
tua sebagai dewan. Kemampuan manusia untuk secara tepat mempelajari dan
mengomunikasikan informasi abstrak memungkinkan manusia bertindak lebih efektif dalam
bertani,[5] yang kemudian terus meningkatkan kepadatan populasi.[2] Sejarawan David
Christian menjelaskan bagaimana hal ini menghasilkan negara-negara bagian dengan hukum
dan pemerintahan.
Mulai akhir abad ke-17, bentuk pemerintahan republik bertumbuh. Revolusi Agung di
Inggris, Revolusi Amerika Serikat, dan Revolusi Prancis berkontribusi pada pertumbuhan
pemerintahan yang berbentuk perwakilan. Uni Soviet adalah negara besar pertama yang
memiliki pemerintahan komunis.[6] Sejak runtuhnya Tembok Berlin, semakin banyak negara yang
menggunakan demokrasi liberal sebagai bentuk pemerintahan mereka.[7]
Pada abad kesembilan belas dan kedua puluh, terjadi peningkatan yang signifikan dalam ukuran
dan skala pemerintahan di tingkat nasional,[8] termasuk pengaturan korporasi dan
pembangunan negara kesejahteraan.

Ilmu politik[sunting | sunting sumber]


Klasifikasi[sunting | sunting sumber]
Dalam ilmu politik, pembuatan tipologi atau taksonomi entitas politik telah lama dijadikan tujuan
karena tipologi sistem politik tidak jelas.[9] Hal ini sangat penting dalam politik komparatif (bidang
dalam ilmu politik) dan hubungan internasional. Seperti semua kategori bentuk pemerintahan,
batasan klasifikasi pemerintah bisa berubah-ubah atau tidak jelas.
Di permukaan, semua pemerintahan memiliki bentuk resmi atau ideal. Amerika Serikat
merupakan republik konstitusional, sedangkan bekas Uni Soviet merupakan republik sosialis.
Namun identifikasi diri tidak objektif dan seperti yang dikatakan pakar ilmu politik Kopstein dan
Lichbach, mendefinisikan rezim bisa jadi hal yang rumit.[10] Misalnya, filsuf
Prancis Voltaire berargumen bahwa "Kekaisaran Romawi Suci bukanlah Kekaisaran, bukan
Romawi, dan bukan pula Suci".[11]
Identifikasi suatu bentuk pemerintahan juga sulit dilakukan karena banyak sistem politik berasal
dari gerakan sosial-ekonomi yang kemudian dibawa ke dalam pemerintahan oleh partai-
partai yang menamakan diri mereka sendiri dari gerakan-gerakan tersebut; semuanya dengan
politik-ideologi yang saling bersaing. Pengalaman dengan gerakan-gerakan yang berkuasa dan
ikatan kuat yang mungkin mereka miliki dengan bentuk-bentuk pemerintahan tertentu, dapat
menyebabkan mereka dianggap sebagai bentuk pemerintahan itu sendiri.
Komplikasi lain termasuk ketidaksepakatan umum atau "distorsi atau bias" yang disengaja
terhadap definisi teknis dari ideologi politik dan bentuk pemerintahan terkait akibat sifat politik
pada era modern. Misalnya arti "konservatisme" di Amerika Serikat hanya memiliki sedikit
kesamaan dengan pendefinisian kata tersebut di tempat lain. Seperti yang dikatakan Ribuffo,
"Apa yang oleh orang Amerika sekarang disebut konservatisme, oleh sebagian besar dunia
disebut liberalisme atau neoliberalisme"; seorang "konservatif" di Finlandia akan diberi label
"sosialis" di Amerika Serikat.[12]

Ambiguitas sosial-politik[sunting | sunting sumber]


Ada beragam pendapat pada setiap individu mengenai jenis dan sifat pemerintah yang ada.
"Nuansa abu-abu" adalah hal yang lumrah pada pemerintahan di dunia dan pada klasifikasinya.
Bahkan, negara demokrasi yang paling liberal membatasi aktivitas politik saingannya sampai
batas tertentu; sementara itu, kediktatoran paling tirani harus mengatur basis dukungan yang
luas sehingga menciptakan kesulitan untuk "memisah-misahkan" pemerintah ke dalam kategori
yang sempit. Contohnya termasuk klaim Amerika Serikat sebagai negaraplutokrasi alih-alih
demokrasi karena beberapa pemilih AS percaya bahwa pemilu dimanipulasi oleh kelompok
politik superkaya.[13]

Bentuk dialektis[sunting | sunting sumber]


Filsuf Yunani Klasik Plato membahas lima jenis rezim: aristokrasi, timokrasi, oligarki, demokrasi,
dan tirani. Kelima rezim ini semakin merosot dimulai dengan aristokrasi di posisi paling atas dan
tirani di bawah.

Bentuk[sunting | sunting sumber]
Salah satu metode untuk mengelompokkan pemerintah adalah melalui cara orang memiliki
kewenangan untuk memerintah. Kewenangan ini bisa berupa satu orang (otokrasi, seperti
monarki), sekelompok orang terpilih (aristokrasi), atau orang-orang secara keseluruhan
(demokrasi, seperti republik).

Autokrasi[sunting | sunting sumber]
Autokrasi adalah sistem pemerintahan yang kekuasaan tertingginya terkonsentrasi di tangan
satu orang, yang keputusannya tidak tunduk pada batasan hukum eksternal atau mekanisme
kontrol kerakyatan yang diatur (kecuali mungkin terhadap ancaman implisit
dari kudeta atau pemberontakan massa).[14]

Aristokrasi[sunting | sunting sumber]
Aristokrasi (dari bahasa Yunani ἀριστοκρατία aristokratía, dari ἄριστος aristos "unggul atau
istimewa", dan κράτος kratos "kekuasaan") adalah suatu bentuk pemerintahan yang
menempatkan kekuasaan di tangan kelas penguasa yang sedikit dan memiliki privilese atau hak
istimewa.[15]
Banyak monarki merupakan aristokrasi, meskipun dalam monarki konstitusional modern, raja
hanya memiliki sedikit kekuasaan. Istilah aristokrasi juga bisa merujuk pada kelas non-tani, non-
pelayan, dan non-kota dalam sistem feodal.

Demokrasi[sunting | sunting sumber]
Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang warga negaranya menjalankan kekuasaan
dengan memberikan suara. Dalam demokrasi langsung, warga negara secara keseluruhan
membentuk badan pemerintahan dan memberikan suara langsung pada setiap masalah.
Dalam demokrasi perwakilan, warga memilih perwakilan dari antara mereka sendiri. Perwakilan-
perwakilan ini bertemu untuk membentuk badan pemerintahan, seperti badan legislatif.
Dalam demokrasi konstitusional, kekuasaan mayoritas dijalankan dalam kerangka demokrasi
perwakilan, tetapi konstitusi membatasi mayoritas dan melindungi minoritas, biasanya melalui
penjaminan hak tertentu bagi semua individu, misalnya kebebasan berbicara atau kebebasan
berserikat.[16][17]
Republik[sunting | sunting sumber]
Republik adalah suatu bentuk pemerintahan dengan negara dianggap sebagai "urusan publik"
(bahasa Latin: res publica), bukan urusan pribadi atau milik para penguasa, yang pemerintah
negaranya dipilih atau ditunjuk secara langsung atau tidak langsung alih-alih diwariskan. Rakyat,
atau sebagian besar dari mereka, memiliki kendali tertinggi atas pemerintah dan jabatan negara
dipilih atau ditunjuk oleh orang-orang terpilih.[18][19] Definisi umum yang disederhanakan dari
republik adalah pemerintahan yang kepala negaranya bukan seorang raja.[20]
[21]
 Montesquieu menyatakan bahwa baik demokrasi (semua orang memiliki bagian dalam
pemerintahan) maupun aristokrasi atau oligarki (hanya beberapa orang yang memerintah)
sebagai bentuk pemerintahan republik.[22]
Istilah lain yang digunakan untuk menggambarkan republik di antaranya republik
demokratis, republik parlementer, republik semipresidensial, republik presidensial, republik
federal, dan republik Islam.
Federal[sunting | sunting sumber]
Federalisme adalah konsep politik ketika sekelompok anggota diikat bersama
oleh kovenan dengan kepala perwakilan sebagai pengatur. Istilah "federalisme" juga digunakan
untuk menggambarkan sistem pemerintahan yang kedaulatannya secara konstitusional dibagi
antara otoritas pemerintahan pusat dan unit politik konstituen, yang bisa disebut negara bagian,
provinsi, atau lainnya. Federalisme adalah sistem yang didasarkan pada prinsip-prinsip dan
institusi demokrasi yang kekuasaannya untuk memerintah dibagi antara pemerintah nasional
dan pemerintah provinsi/negara bagian, sehingga menciptakan apa yang sering disebut federasi.
Para pendukungnya sering disebut federalis.

Anda mungkin juga menyukai