Anda di halaman 1dari 3

Ilmu politik

Klasifikasi

Dalam ilmu politik, pembuatan tipologi atau taksonomi entitas politik telah lama dijadikan
tujuan karena tipologi sistem politik tidak jelas.[9] Hal ini sangat penting dalam politik komparatif
(bidang dalam ilmu politik) dan hubungan internasional. Seperti semua kategori bentuk
pemerintahan, batasan klasifikasi pemerintah bisa berubah-ubah atau tidak jelas.

Di permukaan, semua pemerintahan memiliki bentuk resmi atau ideal. Amerika Serikat
merupakan republik konstitusional, sedangkan bekas Uni Soviet merupakan republik sosialis.
Namun identifikasi diri tidak objektif dan seperti yang dikatakan pakar ilmu politik Kopstein dan
Lichbach, mendefinisikan rezim bisa jadi hal yang rumit.[10] Misalnya, filsuf Prancis Voltaire
berargumen bahwa "Kekaisaran Romawi Suci bukanlah Kekaisaran, bukan Romawi, dan bukan
pula Suci".[11]

Identifikasi suatu bentuk pemerintahan juga sulit dilakukan karena banyak sistem politik berasal
dari gerakan sosial-ekonomi yang kemudian dibawa ke dalam pemerintahan oleh partai-partai
yang menamakan diri mereka sendiri dari gerakan-gerakan tersebut; semuanya dengan politik-
ideologi yang saling bersaing. Pengalaman dengan gerakan-gerakan yang berkuasa dan ikatan
kuat yang mungkin mereka miliki dengan bentuk-bentuk pemerintahan tertentu, dapat
menyebabkan mereka dianggap sebagai bentuk pemerintahan itu sendiri.

Komplikasi lain termasuk ketidaksepakatan umum atau "distorsi atau bias" yang disengaja
terhadap definisi teknis dari ideologi politik dan bentuk pemerintahan terkait akibat sifat politik
pada era modern. Misalnya arti "konservatisme" di Amerika Serikat hanya memiliki sedikit
kesamaan dengan pendefinisian kata tersebut di tempat lain. Seperti yang dikatakan Ribuffo,
"Apa yang oleh orang Amerika sekarang disebut konservatisme, oleh sebagian besar dunia
disebut liberalisme atau neoliberalisme"; seorang "konservatif" di Finlandia akan diberi label
"sosialis" di Amerika Serikat.[12]

Ambiguitas sosial-politik

Ada beragam pendapat pada setiap individu mengenai jenis dan sifat pemerintah yang ada.
"Nuansa abu-abu" adalah hal yang lumrah pada pemerintahan di dunia dan pada klasifikasinya.
Bahkan, negara demokrasi yang paling liberal membatasi aktivitas politik saingannya sampai
batas tertentu; sementara itu, kediktatoran paling tirani harus mengatur basis dukungan yang luas
sehingga menciptakan kesulitan untuk "memisah-misahkan" pemerintah ke dalam kategori yang
sempit. Contohnya termasuk klaim Amerika Serikat sebagai negaraplutokrasi alih-alih demokrasi
karena beberapa pemilih AS percaya bahwa pemilu dimanipulasi oleh kelompok politik
superkaya.[13]

Bentuk dialektis
Filsuf Yunani Klasik Plato membahas lima jenis rezim: aristokrasi, timokrasi, oligarki,
demokrasi, dan tirani. Kelima rezim ini semakin merosot dimulai dengan aristokrasi di posisi
paling atas dan tirani di bawah.

Bentuk
Salah satu metode untuk mengelompokkan pemerintah adalah melalui cara orang memiliki
kewenangan untuk memerintah. Kewenangan ini bisa berupa satu orang (otokrasi, seperti
monarki), sekelompok orang terpilih (aristokrasi), atau orang-orang secara keseluruhan
(demokrasi, seperti republik).

Autokrasi

Autokrasi adalah sistem pemerintahan yang kekuasaan tertingginya terkonsentrasi di tangan satu
orang, yang keputusannya tidak tunduk pada batasan hukum eksternal atau mekanisme kontrol
kerakyatan yang diatur (kecuali mungkin terhadap ancaman implisit dari kudeta atau
pemberontakan massa).[14]

Aristokrasi

Aristokrasi (dari bahasa Yunani ἀριστοκρατία aristokratía, dari ἄριστος aristos "unggul atau
istimewa", dan κράτος kratos "kekuasaan") adalah suatu bentuk pemerintahan yang
menempatkan kekuasaan di tangan kelas penguasa yang sedikit dan memiliki privilese atau hak
istimewa.[15]

Banyak monarki merupakan aristokrasi, meskipun dalam monarki konstitusional modern, raja
hanya memiliki sedikit kekuasaan. Istilah aristokrasi juga bisa merujuk pada kelas non-tani, non-
pelayan, dan non-kota dalam sistem feodal.

Demokrasi

Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang warga negaranya menjalankan kekuasaan dengan
memberikan suara. Dalam demokrasi langsung, warga negara secara keseluruhan membentuk
badan pemerintahan dan memberikan suara langsung pada setiap masalah. Dalam demokrasi
perwakilan, warga memilih perwakilan dari antara mereka sendiri. Perwakilan-perwakilan ini
bertemu untuk membentuk badan pemerintahan, seperti badan legislatif. Dalam demokrasi
konstitusional, kekuasaan mayoritas dijalankan dalam kerangka demokrasi perwakilan, tetapi
konstitusi membatasi mayoritas dan melindungi minoritas, biasanya melalui penjaminan hak
tertentu bagi semua individu, misalnya kebebasan berbicara atau kebebasan berserikat.[16][17]

Republik

Republik adalah suatu bentuk pemerintahan dengan negara dianggap sebagai "urusan publik"
(bahasa Latin: res publica), bukan urusan pribadi atau milik para penguasa, yang pemerintah
negaranya dipilih atau ditunjuk secara langsung atau tidak langsung alih-alih diwariskan. Rakyat,
atau sebagian besar dari mereka, memiliki kendali tertinggi atas pemerintah dan jabatan negara
dipilih atau ditunjuk oleh orang-orang terpilih.[18][19] Definisi umum yang disederhanakan dari
republik adalah pemerintahan yang kepala negaranya bukan seorang raja.[20][21] Montesquieu
menyatakan bahwa baik demokrasi (semua orang memiliki bagian dalam pemerintahan) maupun
aristokrasi atau oligarki (hanya beberapa orang yang memerintah) sebagai bentuk pemerintahan
republik.[22]

Istilah lain yang digunakan untuk menggambarkan republik di antaranya republik demokratis,
republik parlementer, republik semipresidensial, republik presidensial, republik federal, dan
republik Islam.

Federal

Federalisme adalah konsep politik ketika sekelompok anggota diikat bersama oleh kovenan
dengan kepala perwakilan sebagai pengatur. Istilah "federalisme" juga digunakan untuk
menggambarkan sistem pemerintahan yang kedaulatannya secara konstitusional dibagi antara
otoritas pemerintahan pusat dan unit politik konstituen, yang bisa disebut negara bagian,
provinsi, atau lainnya. Federalisme adalah sistem yang didasarkan pada prinsip-prinsip dan
institusi demokrasi yang kekuasaannya untuk memerintah dibagi antara pemerintah nasional dan
pemerintah provinsi/negara bagian, sehingga menciptakan apa yang sering disebut federasi. Para
pendukungnya sering disebut federalis.

Anda mungkin juga menyukai