SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S1)
Pada Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Tadulako
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S1)
Pada Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Tadulako
SKRIPSI
Tadulako University
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini benar tulisan saya dan bukan plagiasi,
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini memenuhi unsur
plagiasi, baik sebagian maupun seluruhnya maka saya bersedia menerima sanksi atas
ii
iii
iv
ABSTRAK
Leonardo Ricky Putra Ta’uke, 2022. Tradisi Padungku Masyarakat Desa Bo’e Kecamatan
Pamona Selatan Kabupaten Poso dilihat dari Perspektif Nilai-nilai Pancasila. Skripsi,
Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako.
Pembimbing Dr. Sunarto Amus, M.Si.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mendeskripsikan Proses Perubahan Tradisi Padungku
masyarakat Desa Bo’e (2) Mendeskripsikan nilai-nilai pancasila sebagai pandangan
hidup dalam tradisi padungku. Jenis Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Unit analisis
dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Bo’e, dengan informan terdiri dari sepuluh
orang, satu di antaranya adalah kepala Desa Bo’e, tiga orang pemuka Agama, dua orang
tokoh adat, empat di antaranya adalah anggota masyarakat yang bekerja sebagai petani dan
guru PNS. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Sedangkan
data dan informasi dikumpulkan melalui Observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil
penelitian menunjukan bahwa proses pelaksanaan Tradisi padungku yaitu: 1) Pemerintah
Desa dan majelis Jemaat menyepakati tanggal pelaksanaan padungku diforum musyawarah
desa. 2) Masyarakat mempersiapakn bahan-bahan yang dibutuhkan seperti: bambu (voyo),
kayu api (kaju apu), daun pisang (ira loka), beras kentan (pae puyu), dan hewan ternak. 3)
Ibadah syukur digedung Gereja dengan membawah hasil panen untuk di Doakan. 4) acara
puncak padungku yang dihadiri dari semua kalangan masyarakat tanpa terkecuali. Perubahan
yang terjadi dalam tradisi padungku yaitu: 1) Perubahan nama Mangore (mengangkat sukma
padi/maore ntanoana pae) menjadi Padungku (ucapan syukur karena proses pertanian (padi)
sudah usai atau tuntas). 2) Dulu pelaksanaanya di kebun, sawah dan balai Desa sekarang di
Desa Bo’e. 3) Dulu Masyarakat mempersembahkan hasil panen kepada pohon (pohon
Beringin) atau sesuatu yang dianggap mistis, tapi sekarang hasil panen dibawah di gedung
Gereja untuk di Doakan. 4) Dulu dalam acara tradisi padungku diisi dengan kegiatan-
kegiatan tradisional seperti Mowinti (permainan yang mengadu kekuatan dengan kaki),
motela (permain yang terbuat dari tempurung kelapa), moraego (suatu permaian yang khusus
dimainkan oleh orang-orang Tua pada saat pesta termasuk pada saat padungku), mobulingoni
(cerita yang disampaikan melalui syair lagu), dan moganci (permainan gasing, yang terbuat
dari kayu) tapi sekarang ini kegiatan tersebut tidak lagi dilaksanakan. Dan nilai-nilai
Pancasila yang terkandung dalam tradisi padungku yaitu: 1) Ketuhanan. 2) Persatuan. 3)
musyawarah dan, 4) Sosial.
v
ABSTRACT
Leonardo Ricky Putra Ta’uke. 2022. The Padungku Tradition in the Bo'e Village
Community, South Pamona Sub-district, Poso Regency from the Perspective of
Pancasila Values. Skripsi, Bachelor Degree. Pancasila and Civic Education Study
Program, Social Science Education Department, Teacher Training and Education
Faculty, Tadulako University Under the supervision of Sunarto Amus.
This research aims to describe (1)the process of change in Padungku tradition among
the Bo'e village community. (2) the values of Pancasila as a way of life in the
padungku tradition. It was qualitative research that employed the unit of analysis was
the community of Bo'e Village. The purposive sampling technique was used to select
ten informants, one of whom is the village head of Bo'e, three religious leaders, two
traditional leaders, four of whom are community members who work as farmers, and
a civil servant teacher. Data and information were gathered through observation,
interviews, and documentation. According to the findings, the process of
implementing the Padungku Tradition, specifically: 1) The Village Government and
the congregational assembly agreed on a date for the implementation of Padungku
during the village deliberation forum. 2) The community gathers the required
materials, such as bamboo (voyo), firewood (kaju apu), banana leaves (ira loka),
glutinous rice (pae puyu), and livestock. 3) A Thanksgiving service with harvest
prayers in the church building. 4) The Padungku peak event, drew people from all
walks of life. The changes to the padungku tradition are: 1) Name change from
Mangore (elevating the sukma padi/maore ntanoana pae) to Padungku (thanksgiving
because of the agricultural process (rice) is finished). 2) Previously, implementation
was carried out in the gardens, rice fields, and village hall; now, it is carried out in
Bo'e Village. 3) Previously, the harvest was offered to a tree (banyan tree) or
something mystical, but now it is brought down to the church building to be prayed
for. 4) In the past, traditional activities such as Mowinti (tug of war game), motela (a
game made of coconut shells), moraego (a game especially played by the elderly at
parties including Padungku), mobulingoni (a story told through song lyrics), and
moganci (a top game made of wood) were part of the Padungku tradition, but these
activities are no longer practiced. The following are the Pancasila values embodied in
the Padungku tradition: 1) A divine being. 2) Unity. 3) thoughtfulness; and 4) social.
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Tradisi
dilihat dari Perspektif Nilai-nilai Pancasila”. Skripsi ini merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S1) pada Program Studi
duka, merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan ini. Begitu pula
dengan penelitian dan penyusunan skripsi ini, yang dari semua hal tersebut penulis
dapat mengatasinya berkat bantuan dan dukungan berbagai pihak. Sehingga dalam
menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua Orang Tua saya.
Kepada Ayah Raiman Afredi Ta’uke dan Ibu Marcin Labiro tercinta atas segala
menjalani Pendidikan sarjana strata satu (S1). Terima kasih keluargaku adiku tercinta
Lidia Evalinda Ta’uke atas doa dan motivasinya sehingga penulis dapat meraih
vii
Dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini banyak mendaptkan bantuan dari
berbagai pihak yang sangat berharga baik berupa moril ataupun materil. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda Bapak Dr. Sunarto Amus, M.Si selaku
dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya dalam segala hal yakni
penelitian hingga skripsi nanti. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa
Penyelesaian skripsi ini juga tak luput dari bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak yang sangat berharga, sehingga pada kesempatan ini dengan segala
kepada:
2. Dr. Amiruddin Kade. M, Si, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Tadulako.
4. Abdul Kamaruddin, S.Pd., M.Ed., Ph.D, Wakil Dekan Bidang Umum dan
viii
6. Dr. Nuraedah, S.Pd., M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan IPS, Fakultas
8. Dr. Dwi Septiwiharti, SS., M. Phil selaku dosen ketua penguji yang banyak
9. Windy Makmur, S.Pd., M.Pd selaku dosen sekretaris penguji yang banyak
10. Dr. Sunarto Amus., M.Si selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai dosen
penguji I yang telah memberikan masukan dan saran hingga selesainya skripsi
ini.
11. Drs. Imran, M.Si selaku dosen penguji II yang telah memberikan saran hingga
12. Dr. H. Kaharuddin Nawing, M.Si sebagai dosen penguji III yang telah banyak
13. Seluruh dosen Program Studi PPKn, Jurusan P.IPS Fakultas Keguruan dan
14. Seluruh staf akademik pengajaran Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Tadulako.
15. Seluruh masyarakat yang ada di Desa Bo’e yang telah memberi kesempatan
ix
16. Seluruh keluargaku di Desa Bo’e, kamba dan Mayoa Nenek saya Mantiasa
Membilo, nenek saya Alfin Torile, Om saya Yanto labiro, Jemi Labiro, Ten
Labiro, Mama Ade saya Sarmin Membilo, Rita Membilo, Nita Labiro dan
Papa Ade saya Alfin Ta’uke, Jalindu Tambidjonga yang selama kuliah sangat
membantu penulis baik dari segi materi maupun moral serta dukungan dan
doa.
18. Seluruh teman-teman prodi PPKn angkatan 2018 kelas A, B dan C yang
20. Sahabat saya Aldo Uwu, Miliams Mandalele dan juga Kak Naldi yang selama
ini selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis sehingga boleh
21. Teman saya Harol Mandjarara, Gustaf Kombuno dan Yuli yang sudah
ini.
x
22. Teman-teman PLP saya Asmarita, iwan, Jessica, Meylan, Lulu, Rifki, Wulan,
Afdal, Amin, Tato dan teman-teman lainnya yang sudah membersamai selama
23. Teman-teman KKN Angkatan 96 Lala, Halija, Ijal, Enjel, Nova, Riska, Yung,
Rei, dan teman-teman lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu
Penulis berharap dan berdoa semoga kebaikan dari semua pihak yang telah
berhkat dan kesehatan dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari bahwa skripsi
ini masi jauh dari kata sempurna. Untuk itu, segalah masukan, kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat diharapkan penulis. Namun semoga jerih paya penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini dapat menyumbangkan ilmu dan bermanfaat bagi
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………………iv
ABSTRAK……………………………………………………………………………v
ABSTRACT…………………………………………………………………………vi
DAFTARISI………………………………………………………………………...xii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………xvi
BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………………1
2.2.1 Tradisi………………………………………………………………....7
2.2.2 Padungku……………………………………………………………...9
xii
2.2.5 Pancasila sebagai Pandangan Hidup…………………………………12
4.3 Pembahasan………………………………………………………….43
xiii
4.3.1 Proses Perubahan Tradisi Padungku…………………………………43
BAB V PENUTUP………………………………………………………………….50
5.1 Kesimpulan…………………………………………………………..50
5.2 Saran…………………………………………………………………52
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………53
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
xv
DAFTAR GAMBAR
xvi
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan sebuah Negara yang cukup besar dilihat dari segi
dilatarbelakangi karena jumlah suku bangsa yang mendiami wilayah Indonesia sangat
banyak. Setiap suku bangsa mempunyai ciri atau karakter tersendiri, baik dalam
aspek sosial maupun budaya. Keberagaman bangsa Indonesia yang terdiri dari tradisi
Di daerah Sulawesi tengah ada banyak tradisi dan budaya yang diturunkan
oleh nenek moyang dari zaman dahulu yang masih diteruskan sampai saat ini, salah
satunya yaitu tradisi Padungku. Padungku merupakan jenis tradisi dimana masyarakat
melakukan sebuah syukuran panen sekali sehari dalam setahun kurang lebih
dengan menghantarkan hasil panen ke rumah ibadah atau gereja sebagai syukur
kepada Tuhan atas hasil panen masyarakat. Tidak hanya itu, padungku juga
berkunjung dari rumah ke rumah dan juga saling menjamu. Sebelumnya tradisi
padungku di Desa Bo’e pada masa lampau setelah selesai panen padi di sebut
Mangore (mengangkat sukma padi/maore ntanoana pae) dan ini dilakukan di Langa
(suatu tempat dimana petani itu berkebun dengan beberapa anggota keluarga).
1
2
Dan Pomatua Ada (ketua adat) mendoakan hasil panen kepada mpue pala
buru anu malaburumo yangi pai lino ( Tuhan Yang Maha Kuasa yang Menciptakan
Langit dan Bumi) dan orang tua mempersembahkan makanan pada suatu tempat atau
Setalah injil masuk tanah Poso pada tahun 1892, yang dibawakan oleh A.C.
Kruyt dari Belanda yang mengajarkan ajaran Nasrani sehingga sebagian masyarkat
poso pamona menerima dan menganut agama Kristen. Mulai saat itu orang tua dulu
tidak lagi sepenunya mempercayai hal-hal mistis sesuai dengan ajaran nenek moyang
Pada saat itu mangore (mengangkat sukma padi/ maore ntanoana pae) sudah
berganti dengan kata padungku yang artinya ucapan syukur karena proses pertanian
(padi) sudah usai atau tuntas dan tradisi padungku dilakukan sampai saat ini.
yang dulunya diramaikan dengan tarian dero menggunakan gendang dan gong
di kebun sekarang padungku di laksankan bersama-sama satu desa dan desa lain bisa
panen padi. Setelah itu parah aparat pemerintahan Desa dan ketua adat akan
sesuatunya. Mulai dari bahan-bahan makanan, nasi bambu, burasa dan masi banyak
lagi. Masyarakat Desa Bo’e mulanya akan mengitu ibadah di gereja sebelum
Tradisi padungku memiliki dampak yang positif bagi masyarakat dalam hal
membangun interaksi sosial antar masyarakat, profesi, jabatan, strata sosial, agama
dan suku. Tradisi padungku dapat mempererat tali persaudaraan antar keluarga dan
masyarakat dimana budaya ini mengajak orang untuk membuka diri dalam hal saling
mengunjungi.
Tuhan atas berkat dari hasil panen yang melimpah dengan menghantarkan ke gereja
panen yang melimpah. Dalam tradisi padungku juga diajarkan untuk saling
padungku dilaksanakan.
masyarakat dan bangsa Indonesia. Pancasila dirumuskan dari nilai budaya bangsa
Indonesia yang terdiri dari nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, kerakyatan dan
keadilan sosial. Sila pertama Ketuhanan Yang Mahasa Esa, diwujudkan setiap orang
4
Sila kedua Kemanusiaan yang adil dan beradab, diwujudkan dalam bentuk
rela berkorban.
kelima Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, diwujudkan dalam bentuk
perilaku menghargai hak orang lain, karya cipta orang lain, dan mengedepankan
dapat di peroleh yaitu, nilai Religius dimana tradisi ini dilakukan dengan
menghantarkan hasil panen ke rumah ibadah atau gereja sebagai syukur kepada
Tuhan atas hasil panen masyarakat. Nilai sosial dimana tradisi ini mengajak dan
dari masyarakat lain yang berbeda suku dan keyakinan terlibat langsung dalam acara
tradisi padungku.
5
Dan yang terakhir adalah nilai Demokrasi dimana sebelum kegiatan tradisi
padungku ada kerja sama pemerintah Desa dengan masyarakat untuk membicarakan
Kabupaten poso dilihat dari Sperpektif nilai-nilai Pancasila”. Karena itu penulis
1. 2 Rumusan Masalah
Berdasarkan urain di atas maka rumusan masalah yang dapat diambil yaitu :
Bo’e
tradisi padungku
1. Manfaat Teoritis
6
Sebagai bahan referensi dan informasi bagi peneliti lain yang berminat
2. Manfaat Praktis
Padungku.
KAJIAN PUSTAKA
2.2.1 Tradisi
Tradisi adalah bagian dari kebudayaan. Menurut Siburian, A. L. M., & Malau,
sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam
sebagai: pikiran, adat, istiadat, sesatu yang sudah berkembang, sesuatu yang menjadi
mensinonimkan pengertian budaya dengan tradisi (tradition). Dalam hal ini tradisi
diartikan sebagai ide-ide umum, sikap dan kebiasaan kelompok dalam masyarakat
tertentu. Menurut Rhoni Rodin (2013:78) Tradisi berasal dari kata traditium, yang
berarti segala sesuatu yang ditransmisikan, diwariskan oleh masa lalu ke masa
sekarang. Dari pengertian tersebut jelaslah bahwa tradisi adalah warisan kebudayaan
atau kebiasaan masa lalu yang dilestarikan secara terus-menerus hingga sekarang.
atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah
dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat,
biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama.
7
8
Satu hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang
diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena
adalah sesuatu yang diwariskan tidak berarti harus di terima, dihargai, diasmilasi atau
disimpan sampai mati. Tradisi merupakan suatu gambaran sikap dan perilaku
manusia yang telah berproses dalam waktu lama dan dilakukan secara turun-temurun
diteruskan”) adalah suatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian
dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan,
ditengah-tengah masyarakat muncul melalui dua cara: pertama, muncul dari bawah
melalui mekanisme kemunculan secara spontan dan tak diharapkan serta melibatkan
rakyat banyak.
2.2.2 Padungku
Menurut Zaitun (2014:11) padungku berasal dari bahasa pamona yang berarti
semua sudah rapi, sudah tertip, sudah tuntas. Hal ini disimbolkan dengan dua hal:
padi sudah tersimpan di lumbung. Kedua, alat pembajak sudah dibersikan dan
ditempatkan di bawah rumah (kolong rumah). Ketika dua hal tersebut sudah
dilakukan oleh seluruh petani di Desa maka diadakan pesta bersama yang di sebut mo
padungku.
Pada hari padungku semua rakyat dapat saling berkunjung satu sama lain
tanpa merasa keberatan. Tidak ada pembatasan untuk siapapun. Berbicara masalah
Menurut Muh. Ali Jennah, Kaharuddin Nawing, dan Roy Kulyawan (2021:69)
Padungku adalah suatu tradisi komunitas petani pada masyarakat Mori dan
sekali (sehari) dalam setahun, perayaan tersebut dilaksanakan kurang lebih 2 bulan
berlangsung dari tahun ketahun, hingga menjadi hari raya kultural melebihi hari
raya keagamaan.
tersebut dengan sistem kepercayaan yang dianut pada masa lalu. Pesta rakyat
masa lalu, yang mengantungkan diri dengan alam dan memperoleh perlindungan
dengan manusia.
diteruskan dari generasi berikutnya yang secara turun temurun dilakukan sebagai
11
tradisi. Warisan budaya hanya dapat dimiliki oleh masyarakat pendukungnya yaitu
dalam beberapa golongan, salah satunya adalah golongan yang menekankan pada
tradisi”.
diteruskan atau diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya sebagai sebuah warisan
sosial juga sebagai sesuatu yang tercipta atau dilakukan oleh sekumpulan individu di
suatu tempat tertentu di masa lalu dan kemudian melalui waktu hingga sampai di
masa selanjutnya. Pemberian itu kemudian diulang sebagi sebuah tradisi yang
tersebut tidak menerimanya lagi. Sebagai warisan sosial, peran kebudayaan tidak
hanya berlaku pada generasi tertentu, melainkan berlaku pada tiap-tiap generasi
nilai-nilai tradisional sebagai warisan sosial sangat penting untuk menumbuhkan jati
sejumlah manusia yang merupakan satu kesatuan golongan yang berhubungan tetap
dan mempunyai kepentingan yang sama saling berinteraksi menurut suatu sistem adat
12
istiadat tetentu yang bersifat kontiniu, dan yang terkait oleh suatu rasa identitas
bersama.
(cummunity) adalah kelompok orang yang terikat oleh pola-pola interaksi karena
Pengertian Desa mestilah dibedakan antara rural dan village. Rural lebih
sedangkan makna village lebih pada Desa sebagai suatu unit territorial.
Dengan demikian suatu perdesaan (rural) dapat mencakup satu Desa (village)
kepentingan pokok yang hampir sama. Mereka selalu bekerjasama untuk mencapai
perkawinan, memperbaiki jalan Desa, membuat saluran air, bakti sosial dan
dasar sistem kekeluargaan. Penduduk masyarakat pedesaan pada umunya hidup dari
pertanian.
Menurut Zaqiah, Q. Y., & Rusdiana, A. (2014:15) Nilai adalah segala hal
yang berhubungan dengan tingkah laku manusia mengenai baik atau buruk yang
diukur oleh agama, tradisi, etika, moral, dan kebudayaan yang berlaku dalam
masyarakat.
13
(1987)) menyatakan bahwa nilai yang ada pada seseorang dipengaruhi oleh adanya
adat istiadat, etika, kepercayaan, dan agama yang dianutnya. Semua itu memengaruhi
sikap, pendapat, dan pandangan individu yang selanjutnya tercermin dalam cara
semacam etika perilaku para penyelenggara negara dan masyarakat Indonesia agar
kebudayaan, kepribadian bangsa, sistem keyakina hidup mengenai yang benar, yang
baik, yang indah dan religius. Asal mula materiil Pancasila adalah adat, tradisi, dan
kebudayaan Indonesia.
pandangan hidup bangsa Indonesia di dalamnya terdapat dua hal pokok yakni
dasar pikiran terdalam dan gagasan kehidupan yang baik. Nilai-nilai yang terkandung
dalam ke lima sila memiliki daya ikat yang sangat luar biasa, serangkaian nilai yang
dan keadilan. Pada hakikatnya nilai-nilai pancasila diangkat dari seni-adat, nilai
kebudayaan serta nilai religius yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat
Indonesia.
14
ketuhanan. Dimana sila pertama ini terkait dengan karakter transedensi yang
merupakan kekuatan yang menempa hubungan individu dengan semesta yang lebih
keindahan dan keunggulan, rasa syukur (gratitude), harapan, humor, dan religiusitas;
“Kemanusiaan yang adil dan beradab” menggambarkan ungkapan atau ide yang
memuat pengertian yang lebih dari cukup yang merujuk pada ungkapan terhadap
sifat-sifat manusia yang luhur dan mulia. Rumusan sila ini juga memuat pengertian
Tuhan yang hidup bersama dengn sesamanya dalam dunia yang satu (Pasha,
2009:132)”.
bangsa Indonesia selaku diri pribadi yang berhakikat makhluk sosial. Lebih jauh
hidup bangsa Indonesia yang meyakini akan hakikat dirinya sebagai makhluk
individual.
merupakan cerminan nilai demokrasi Indonesia yang khas. Penegasan sila keempat
akibat yang ditimbulkan oleh pandangan hidup yang diyakini bangsa Indonesia di
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan tujuan dan cita-cita dari
bangsa dan negara Indonesia. Keadilan sosial berkonotasi pada pencapaian aspek-
aspek hidup yang berkualitas dari seluruh warga bangsa Indonesia. Ide keadilan sosial
dalam sila kelima Pancasila ini adalah keadilan yang berdimensi luas.
Pancasila sudah ada di dalam masyarakat kita seperti adat-istiadat yang kaya
akan nilai budaya dan tradisi, hidup bersama dalam gotong royong, rasa persaudaraan
dan kekeluargaan yang erat sejak dulu, sehingga kebanyakan masyarakat indonesia
baik pada masa lalu dan masa sekarang sudah tidak lagi memandang apa yang
Sila-sila Pancasila adalah yang paling tepat dan bersifat mutlak bagi hakekat
kemanusiaan Indonesia yang kekal dan tidak akan berubah yang digali dari bangsa
Indonesia yang berupa nilai-nilai adat istiadat kebudayaan serta nilai-nilai religius
Padungku yaitu:
a. Religius
b. persatuan
c. Sosial
16
e. Musyawarah
berbagai hasil penelitian sebelumnya merupakan hal yang sangat perlu dan dapat
dijadikan sebagai alat pendukung. Tujuan penelitian relevan yaitu untuk mengetahui
kajian yang di peroleh peneliti sesudah atau sebelum di teliti oleh peneliti
sebelumnya. Maka dari itu perlu adanya perbandingan dengan peneliti sebelumnya
Dan juga sebagai salah satu pendukung yang menurut peneliti perlu dijadikan
bagian tersendiri adalah penliti yang terdahulu yang relevan dengan permasalahan
yang sedang dibahas dalam penelitian ini. Dalam hal ini, fokus penelitian terdahulu
yang dijadikan acuan adalah terkait dengan masalah tradisi padungku yang hingga
kini masi bertahan dan tetap dilestarikan. Oleh karena itu, peneliti melakukan langkah
kajian terhadap beberapa hasil penelitian berupa jurnal-jurnal yang ada di Internet.
Selanjutnya peneliti membuat tabel yang disusun berdasarkan tahun peneliti dari
yang terdahulu hingga yang terkini serta persamaan dan perbedaannya. Untuk
waktu.
pengantin makna.
wanita.
Indonesia merupakan sebuah Negara yang cukup besar di lihat dari segi
belakangi karena jumlah suku bangsa yang mendiami wilayah Indonesia sangat
banyak. Setiap suku bangsa mempunyai ciri atau karakter tersendiri, baik dalam
aspek sosial maupun budaya. Padungku merupakan perayaan yang patut dilaksanakan
syukuran panen sekali sehari dalam setahun kurang lebih dilakukan dua bulan setalah
para petani melaksanakan panen. Tradisi padungku memiliki dampak yang positif
bagi masyarakat dalam hal membangun interaksi sosial antar masyarakat, profesi,
dapat di peroleh yaitu, nilai religius, nilai sosial, nilai persatuan dan nilai
19
musyawarah. Oleh karena itu tradisis padungku hingga sekarang kenapa masi tetap
Masyarakat Desa Bo’e, Kecamatan Pamona Selatan, Kabupaten Poso dilihat dari
sebagai berikut:
METODE PENELITIAN
pemahaman yang berdasarkan pada metode yang menyelidiki suatu fenomena sosial
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tulisan. Untuk itu
penelitian ini hanya menggambarkan dan menjelaskan secara jelas masalah yang
Selatan Kabupaten Poso. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 Minggu terhitung dari
tanggal 8 Maret – Minggu 29 Maret 2022 sesuai dengan waktu yang sudah
20
21
artinya orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan
Kabupaten Poso, dengan subjek penelitian adalah Kepalah Desa Bo’e, 3 (tiga) orang
Tokoh agama, 2 (dua) orang Tokoh adat, dan masyarakat yang ada di Desa Bo’e.
bahwa informasi yang telah ditetapkan bisa mewakili masyarakat untuk memberikan
merupakan teknik dimana peneliti memilih calon subjek berdasarkan siapa yang
dapat memberikan informasi yang diinginkan dan bersedia untuk berbagi informasi
tersebut. Teknik purposive sampling ini berguna apabila peneliti ingin membuat suatu
Beberapa macam teknik tentunya akan mendukung agar data dapat terkumpul
dengan lengkap, tepat dan valid. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan
objek yang diteliti untuk memperoleh informasi dan data yang diperlukan dalam
penelitian. Adapun teknik observasi yang hendak digunakan dalam penelitian ini
Menurut Sugiono (2018) Teknik ini digunakan dengan maksud, agar peneliti
Padungku, dan mengamati pengaruh tradisi padungku terhadap nilai-nilai yang ada
a) Teknik Wawancara
pendekatan ini bersifat “domestik” , atau dengan kata lain walapun unit analisis
dalam penelitian ini adalah individu, tetapi individu tersebut berada dalam satuan-
melalui aksi-aksi dan reaksi para anggotanya. Dalam penelitian ini objek yang
Masyarakat yang ada di Desa Bo’e Kecamatan Pamona Selatan. Yang nantinya
b) Teknik Dokumentasi
memperoleh data dan informasi yang terkait dengan masalah peneltian, dokumen
resmi bisa dalam bentuk tertulis dan foto (film). Proses analisis data dalam penelitian
akan dianalisis model analisis data dari Miles dan Hubermen (2014). Model
tersebut terdiri dari tiga alur kegiatan yang dilakukan secara bersamaan. Adapun
alur tersebut dimulai dari reduksi data, penyajian (display) data dan penarikan
kesimpualan (verifikasi).
Sebagai langkah awal, data dan informasi yang relatif banyak diperoleh dari
lapangan akan direduksi dalam bentuk mengategorisasi, memilah data dan informasi
Setelah proses reduksi data dan informasi, peneliti selajutnya akan melakukan
penyajian data, menyusun sejumlah informasi dan data wujud teks naratif, disertai
selajutnya adalah verifikasi. Pada tahapan ini peneliti akan membuat kesimpulan
24
pihak informan.
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data hasil
memilih mana yang penting serta mana yang perlu dipelajari serta membuat
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
Hubberman (Sugiyono, 2007: 204) yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian
sebagi berikut:
a) Reduksi Data
pemfokusan dan keabsahan data mentah menjadi informasi yang bermakna, sehingga
b) Penyajian Data
Penyajian data yang sering digunakan pada data kualitatif adalah bentuk
c) Penarikan Kesimpulan
dilakukan melihat hasil reduksi data tetap mengaju pada rumusan masalah secara
tujuan yang hendak dicapai. Data yang telah disusun dibandingkan antara satu dengan
yang lain untuk ditarik kesimpulan sebagai jawaban dari permasalahan yang ada.
BAB IV
wilayah Kecamatan Pamona Selatan dan sangat digemari oleh penduduk setempat,
karena bunganya yang berwarna ungu dan sedap di pandang oleh mata dan dapat
Desa Bo’e pada Tahun 1908 mengalir sebuah sungai dan disepanjang tepi sungai
maka oleh toko masyarakat pada saat itu sepakat untuk memberi nama tempat itu
sebagai Kampung Bo’e yaitu pada zaman penjajahan Koloni Belanda pada tahun
1908 dengan pimpinan (Tadulako) Sawiri alias Taendera. Karena tadulako ini sudah
lanjut usia, maka diangkat seorang pimpinan baru yaitu menjadi Kepala Kampung
yaitu Madusu alias Tamosanga. Setahun dalam jabatan, akibat beliau membunuh
orang, maka pemerintah Belanda beliau dimasukan dalam penjara dan meninggal
dalam penjara.
26
27
Secara Administratif, wilayah Desa Bo’e terdiri dari 5 (Lima) Dusun, dilihat
1. Dusun Satu
2. Dusun Dua
3. Dusun Tiga
4. Dusun Empat
5. Dusun Lima
Bo’e mencapai 1.388 jiwa. Laki-laki berjumlah 731 jiwa. Sedangkan perempuan
maupun dusun. Desa Bo’e merupakan Desa yang masyarakatnya heterogen dari segi
etnis. Dari segi agama, penduduk Desa Bo’e adalah mayoritas masyarakatnya
beragama Kristen. Dari segi etnis, penduduk Desa Bo’e ini terdiri dari beberapa suku
pamona, Suku Toraja, Suku Bugis, Suku Batak, Suku Jawa, dan Suku Flores.
Berdasarkan data terbaru tahun 2022 yang diperoleh di Kantor Desa Bo’e
masyarakat Desa Bo’e berjumlah 1.388 jiwa. Jumlah masyarakat di Desa Bo’e
sedangkan masyarakat yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 657 jiwa. Jumlah
Dusun Satu, Dusun Dua, Dusun Tiga, Dususn Empat, dan Dusun Lima. Untuk
mengetahui jumlah jiwa berdasarkan jenis kelamin maka dapat pada tabel berikut:
30
Di Desa Bo’e terdapat beberapa sarana dan prasarana yang digunakan oleh
1 Kantor Desa 1
2 Balai Desa 1
31
3 Gedung POLMAS 1
4 Gereja 3
5 Gedung PKK 1
6 PAUD 1
7 SD 1
8 Pustu 1
4.2.1 Proses Perubahan Yang Terjadi Dalam Tradisi Padungku Masyarakat Desa
Bo’e
warga jemaat. Karena namanya pengucapan syukur tahunan berarti itu semua
warga masyarakat yang ada di desa itu melaksanakan tidak terkecuali. Dalam
kegiatan itu terbuka ruang untuk hal layak umum dari luar desa. Karena
kegiatan padungku itu atau pengucapan syukur tahunan di desa itu sesungunya
juga adalah salah satu momentum pertemuan keluarga, sahabat dll. Andai
taulan tanmpa di undang silakan datang, dikenal atau tidak di kenal masuk
saja saat padungku itu, dirumah siapa saja pasti dilayani baik-baik disana, itu
sebanarnya kelebihanya padungku. Sebenarnya idealnya pelaksanaan
padungku itu biasa diperhitungkan dengan musim panen raya yang saya
maksudkan itu tidak hanya musim panen padi sawa tetapi juga
memperhitungkan musim panen buah pokonya hasil pertanian, peternakan,
perikanan masyarakat. Karena disitu pengucapan syukur tidak hanya
syukuran, kalau dulu itu karena orang tua dulu mata pencaharianya hanya
identic dengan petani sawah maka menunggu panen padi tapi kalau hari ini
sudah ada orang konsentrasinya di kebun, danau nelayan dalam hal ini, dan
juga ada usah-usaha lain yang dilakukan masyarakat. Penentuanya biasa itu
kalau hari ini disepakati dalam forum itu dengan menyesuaikan panen tadi.
Kalau kita hari ini di Desa Bo’e, sekarang ini di Desa Bo’e itu masi saya dulu
menjabat sebagai kepala desa 2008 itu sudah ada di tetapkan bulan Juli
sampai hari ini tetap kita laksanakan itu. Tinggal waktu, tanggal berapa, hari
apa kita tentukan pelaksanaanya dan untuk bulanya sudah di tetapkan bulan
Juli. Seperti di wilaya lain Pamona Utara itukan bulan Oktober mereka
demikian pun di tempat-tempat lain di tetapkan. Sehingga itu juga kenapa ada
penetapan waktu bulan itu supaya tidak tumpang tindi dengan wilaya lain.
tidak dilakukan bersamaan. (Wawncara tanggal 14 Maret 2022)
antusias, terutama kalangan muda mudi dalam mensukseskan acara ini. Bentuk
Partisipasi yang di tuangkan dalam tradisi padungku sangat luar biasa. Setelah hari
Mulai dari mencari dedaunan (ira loka), bambu (voyo), kayu api (kaju apu),
beras kentan merah atau hitam (pae puyu), dan hewan ternak yang akan dipotong
perubahan dapat menyentu nilai, norma sosial, pola perilaku, organisasi susunan
dan lain sebagainya. Perubahan-perubahan pada suatu masyarakat dapat terjadi hanya
pada suatu bagian atau beberapa bagian (komponen) saja dan tidak menyentuh pada
setiap panen dan sekarang sudah setahun satu kali. Dulu jika gagal panen
pelaksanaanya sederhana saja. (Wawancara tanggal 09 2022)
Menurut Bapak Jems Molebu (54) selaku Tokoh Adat (sekretaris adat)
tradisi padungku pada zaman dulu dilaksanakan di sawah atau ladang oleh
anggota keluarga saja. Pada zaman dulu dalam acara tradisi padungku ada
kegiatan-kegiatan tadisional yang dilakukan seperti, moende (modero),
moraengo, dan mobulingoni. Karena perkembangan zaman tidak lagi
dilaksanakan seperti moraengo dan mobulingoni dan moendo (modero) tetap
dilaksanakan hingga saat ini. (Wawncara tanggal 20 Maret 2022)
Menurut Bapak Kristolsa Bodjo (43) selaku Kepala Desa Bo’e. Pada
zaman dulu kegiatan padungku itu diisi dengan kegiatan-kegiatan tradisional.
Kalau orang Tua dulu itu diisi dengan kegiatan mowinti, motela, moganci tapi
sekarang dengan perkembangan zaman yang sering dilakukan sekarang ini
dalam tradisi padungku paling tidak ada kegiatan dero yang motela, mowinti,
moganci tidak lagi dilakukan. (Wawancara tanggal 14 Maret 2022)
luar biasa kita anggap padungku itu tidak memberi makna yang luar biasa.
(Wawancara tanggal 10 Maret 2022)
Dimana tradisi padungku memberikan banyak hal yang positif dari segi nilai-nilai
Tradisi padungku memiliki dampak yang positif bagi masyarakat dalam hal
membangun interaksi sosial antar masyarakat, profesi, jabatan, strata sosial, agama
dan suku. Tradisi padungku dapat mempererat tali persaudaraan antar keluarga dan
masyarakat dimana budaya ini mengajak orang dari daerah manapun untuk ikut
Menurt Bapak Jems Molebu (54) selaku Tokog Adat (sekretaris adat)
yang terlibat dalam tradisi padungku yaitu seluruh masyarakat, kepala desa,
tokoh adat dan masyarakat desa Bo’e serta para tamu yang akan datang dari
berbagai desa tanpa melihat dari agama dan suka mana. (Wawancara
tanggal 20 Maret 2022)
Tradisi padungku masyarakat desa Bo’e merupakan warisan sosial dari nenek
moyang yang turun-temurun hingga saat ini masi tetap dipertahan sampai kapanpun.
Menurut Bapak Jems Molebu (54) selaku Tokoh Adat (sekretaris adat)
tradisi padungku ini sudah merupakan warisan sosial yang turun-temurun
karena sudah menjadi budaya bagi masyarakat pamona khususnya di desa
Bo’e. (Wawancara tanggal 20 Maret 2022)
leluhur secara khusus orang pamona. Jadi sejak zaman dahulu padungku ini
sudah ada tapi pelaksanaanya sudah agak berbeda dengan dulu sesuai dengan
perkembangan zaman yang ada, jadi sekarang ini sudah agak lebih maju lagi
ketimbang dengan zaman dulu. Jadi mengikuti perkembangan zaman.
(Wawancara Tanggal 09 Maret 2022)
sebagai hari raya petani sebagai manifestari tanda syukur kepada Tuhan penguasa
alam raya yang telah memberikan rezeki dan keberhasilan Petani dalam bidang
`Tradisi padungku bagi suku Pamona dimaknai sebagai ucapan syukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan hasil panen yang melimpah bagi
gereja untuk didoakan sebagai ucupan syukur atas hasil panen yang diperoleh.
Menurut Ibu Pdt. D. Balongka, S.Th (50) selaku Ketua Jemaat. Tradisi
Padungku dimaknai sebagai pengucapan syukur karena kita telah menerimah
berkat dari usaha pekerjaan yang ada sehingga dinyatakan dengan ucapan
Syukur.(Wawancara tanggal 08 Maret 2022)
Menurut Ibu Pdt. Eyrene Menongko, S.Th (39) selaku Pendeta Jemaat
.Tradisi padungku dimaknai dengan pengucapan syukur karena segalah
sesuatu yang kita miliki ini adalah ciptaan Tuhan. Jadi apa yang Tuhan
40
berikan tidak mungkin bisa kita balas dengan apa yang kita miliki, yang bisa
kita balas dengan mengucap syukur. Mengucap syukur itu berterimaksi
kepada Tuhan. Dan sebagai orang Kristen jelas kita akan beribadah dan dalam
ibadah itu dibawah persembahan jemaat berupa hasil bumi misalnya: padi,
kakao, dll. Itu sebagai persembahan ungkapan tanda syukur, tanda sukacita
jemaat untuk semua yang Tuhan telah berikan lewat tanaman-tanaman yang
kita punya. (Wawncara tanggal 08 Maret 2022)
Menurut Ibu Pdt. Etra Pa’esa S.Th (40) selaku Pendeta Jemaat, tradisi
padungku dimaknai sebagai pengucapan syukur karena berkaitan dengan
ketika kita melakukan suatu pekerjaan. Khsusnya dibidang pertanian atau
persawahan tentunya kita diberkati Tuhan lewat pekerjaan itu. Sehingga hasil
yang kita terima pasti kita akan mensyukurinya karena apa yang kita
usahakan kalau Tuhan tidak berkati pastinya kita tidak akan terima. Sehingga
yang kita terima melalui hasil usaha itu kita syukuri berkaitan dengan tradisi
yang ada khusunya kita orang Pamona dari nenek moyang kita sudah
melakukan itu. (Wawancara 08 Maret 2022)
masyarakat Indonesia agar sejalan dengan nilai normative pancasila itu sendiri.
Pancasila sudah ada di dalam masyarakat kita seperti adat-istiadat yang kaya akan
nilai budaya dan tradisi, hidup bersama dalam gotong royong, rasa persaudaraan dan
suda saya jelaskan di awal bahwa padungku ini memberi dan mengeratkan
persatuan antar keluarga yang satu dengan keluarga yang lain. Keadilan sosial
saling memberi ketika ada keluarga yang berkekurangan. Tradisi padungku ini
sangat berkaitan sekali dengan nilai-nilai pancasila dan jangan hanya diliat
dari sisi budaya karena padungku sala satu warisan budaya. Karena peletakan
dasar tradisi padungku ini, orang Tua dulu sudah berfikir karena dasar Negara
kita adalah pancasila sehingga meletakan dasar padungku itu tidak kebetulan
dikatakan ini padungku. Mungkin ada kaitanya dengan nilai-nilai moral
pancasila. Sehingga dampaknya sekarang sudah dirasakan yang pertama
Katuhanan Yang Maha Esa. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, sisi
berdabnya kita menghargai budaya itu sendiri. Persatuan, sisi persatuannya
suku satu bisa bersatu dengan suku satu dengan hadir saling mengunjungi
tanpa memandang suku dari mana diterima. Keadilan Sosial Bagi Seluruh
Rakyat Indonesia, sisi keadilanya dapat dinilai bahwa kehidupan suku pamona
didasarkan atas dasar Pancasila. (Wawancara tanggal 10 Maret 2022)
dampak yang luar biasa dalam kehidupan khususnya kita suku orang pamona.
Dengan masi mempertahnkan tradisi itu, mendasarkan kelima sila sehingga
dianggap padungku ini adalah hal yang sakral dan sangat di hormati
dikalangan suku pamona secara umumnya. (Wawancara tanggal 10 Maret
2022)
4.3 Pembahasan
Tradisi adalah kebiasaan yang turun temurun dalam suatu masyarakat. Tradisi
sosial antar masyarakat, profesi, jabatan, strata sosial, agama dan suku. Tradisi
merupakan sebuah gambaran sikap dan perilaku manusia yang sudah berproses dalam
waktu lama dan dilakukan secara turun temurun dimulai dari nenek moyang.
tardisi padungku pada masyarakat Desa Bo’e ada dua versi, yaitu : ada kesepakatan
seluruh masyarakat Desa Bo’e, dengan partisipasi masyarakat yang sangat luar biasa
seluruh warga masyarakat Desa Bo’e telah mempersiapkan diri. Mulai dari mencari
bambu (voyo), dedaunan (ira loka), kayu api (kaju apu), beras ketan putih atau hitam
(pae puyu), hewan yang akan di potong, dan bahan-bahan lainnya yang akan di
gedung gereja yang berlangsung selama 1 jam. Pdt. Jemaat yang ditugaskan pada saat
itu, mendoakan semua hasil penen yang di bawah oleh warga masyarakat. Yang
dimana seluruh warga masyarakat Desa Bo’e bersyukur kepada Tuhan atas berkat
Dan rasa syukur itu dituangkan dalam bentuk ibadah pengucapan syukur di
(Toraja, jawah, bugis dll), dari agama yang berbedah, serta warga masyarakat dari
Tradidi padungku ini tidak membatasi profesi, jabatan, strata sosial, agama,
dan suku. Semuanya dapat terlibat dalam padungku karena tradisi padungku
padungku. Semuanya itu membutuhkan biaya yang sangat banyak tergantung dari
keluarga masing-masing dan tamu yang akan datang dalam acara padungku. Karena
masyarakatnya ada yang Guru PNS, TNI/Polri dan lain sebagainya. Mereka semua
Dalam tradisi padungku ini biaya yang dikeluarkan sangat banyak dari
akan datang, jika dia berprofesi sebagai PNS tentu persiapanya banyak dan
dalam masyarakat tersebut wajar, mengigat manusia memiliki kebutuhan yang tidak
terbatas. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang
selalu ingin mengadakan perubahan. Begitu pula dengan perubahan tradisi padungku
yang dapat timbul akibat adanya perubahan zaman, dan teknologi. Perubahan-
perubahan pada suatu masyarakat dapat terjadi hanya pada suatu bagian atau
beberapa bagian (komponen) saja dan tidak menyentuh pada bagian-bagian tertentu
Tradisi padungku pada zaman dulu disebut dengan kata magore (Mengangkat
sukma padi/Maore ntanoana pae) dan Padungku pada zaman dulu dilaksanakan satu
atau dua kali dalam setahun, setelah selesai panen padi. Tradisi padungku zaman dulu
ada yang di laksanakan di suatu tempat seperti persawahan, kebun dan di balai Desa
(baruga), kalau padungku yang di laksanakan disawah dan kebun hanya oleh anggota
keluarga saja, sedangkan di balai Desa (baruga) itu pelaksanaanya makan bersama
pengucapan syukur di gedung gereja, karena kepercayaan orang Tua dulu masi
kepada pohon-pohon (Pohon Beringin) atau sesuatu yang di anggap keramat. Pada
46
tanah poso khususnya Desa Bo’e pada tahun 1892, yang di bawahkan oleh A.C.
Kruyt dari Belanda yang mengajarkan ajaran Nasrani sehingga masyarakat Desa Bo’e
menerima dan menganut agama Kristen. Sehingga yang dulu proses pengucapanya
dengan mempersembahkan hasil panen kepada pohon (pohon beringin yang dianggap
mistis) tapi sekarang sudah di persembahkan di gedung gereja dengan ibadah syukur
kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberkati dari awal pengolahan dan
itu. Dan kata mangore (mengangkat sukma padi) sudah berganti dengan kata
padungku yang artinya ucapan syukur karena proses pertanian (padi) sudah usai atau
tuntas.
seperti Mowinti (permainan yang mengadu kekuatan dengan kaki), motela (permain
yang terbuat dari tempurung kelapa), moraego (suatu permaian yang khusus
dimainkan oleh orang-orang Tua pada saat pesta termasuk pada saat padungku),
mobulingoni (cerita yang disampaikan melalui syair lagu), dan moganci (permainan
gasing, yang terbuat dari kayu) tapi sekarang ini kegiatan tersbut tidak lagi
dilaksankan. Kegiatan tradisional yang masi bertahan adalah kegiatan dero miskipun
sudah mengalami sedikit perubahan yang dulunya alat musiknya mengunukan gong
47
elekton. Tradisi padungku yang dulunya hanya dilaksankan oleh keluarga dan
masyarakat setempat saja tapi sekarang ini tradisi padungku sudah menerima siapa
saja tanmpa memandang suku dan agama semuanya bisa terlibat langsung dalam
padungku.
menurut bahasa. Padungku merupakan kata yang populer di tanah Poso, terutama di
Desa Bo’e sebagai pendukung dan pelaku utama tradisi ini. realitas menunjukan
bawah padungku sebagai bahasa dan identitas kultural merupakan hari raya petani
Namun demikian realitas lain menunjukan bahwa hari raya ini bukan hanya
dilaksanakan oleh para petani tetapi seluruh masyarakat Desa Bo’e tersebut terlibat
padungku. tradisi padungku ini masi dipertahankan hingga saat ini bahkan tradisi
padungku ini dipandang masyarakat sebagai tradisi nenek moyang yang harus terus
dilestarikan dan dianggap memberikan hal yang positif bagi masyarakat Desa Bo’e.
Nilai adalah segalah hal yang berhubungan dengan tingka laku manusia
mengenai baik atau buruk yang diukur oleh agama, tradisi, etika moral, dan
kebudayaan yang berlaku dalam masyarakat. Pada dasarnya nilai-nilai dasar pancasila
adalah nilai-nilai moral, dengan demikian pancasila menjadi semacam etika perilaku
48
para penyelenggara Negara dan masyarakat Indonesia agar sejalan dengan nilai
normative pancasila itu sendiri. Hal ini dapat ditunjukan dengan adanya
memiliki rasa persaudaraan yang tinggi, dan konsep gotong royong yang tidak perna
Pancasila sudah ada di dalam masyarakat kita seperti adat-istiadat yang kaya
akan nilai budaya dan tradisi, hidup bersama dalam gotong royong, rasa persaudaraan
dan kekeluargaan yang erat sejak dulu. Pancasila dirumuskan dari nilai budaya
sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukan kualitas, dan berguna bagi manusia.
religius yang dimana dalam tradisi padungku masyarakat Desa Bo’e kegiatanya
dilakukan dengan menghantarkan hasil panen ke rumah ibadah atau gereja sebagai
syukur kepada Tuhan atas hasil panen masyarakat. 2) Nilai Kemanusiaan Yang Adil
dan Beradab, masyarakat Desa Bo’e menghargai budaya tradisi padungku itu sendiri
sebagai warisan sosial yang turun temurun. 3) Nilai persatuan dalam tradisi padungku
tidak memandang dari suku pamona saja yang terlibat dalam padungku tapi semua
lapisan masyarakat entah dia dari suku toraja, suku bugis mereka juga saling
mengunjungi pada saat padungku. 4). Nilai sosial dalam tradisi padung ini
masyarakat saling menjamu serta mengunjingi tanpa membedakan suku, dan agama
bertentangan sama sekali bahkan nilai-nilai yang terdapat dalam tradisi padungku
perlu dilestarikan. Seperti nilai riligius, persatuan dan sosial. Sehingga nilai-nilai
tersebut tidak betentangan dan harus dilestarikan secara turun-temurun sampai kapan-
pun dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai pancasila. Jadi tidak ada satu sila yang
terlewatkan semua sangat berkaitan karena sisi padungku ini membawah dampak
yang luar biasa dalam kehidupan khususnya bagi suku orang pamona.
sehingga dianggap padungku ini adalah hal yang sakral dan sangat di hormati
Karena pada dasarnya tradisi padungku ini adalah pengucapan syukur Kepada
Tuhan Yang Maha Esa, yang telah menyertai proses pertanian masyarakat dari awal
padungku dengan artian pengucapan syukur karena proses pertanian masyarakat telah
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
bawah:
syukuran panen padi sekali sehari dalam setahun kurang lebih dilakukan dua
bulan setelah para petani melaksanakan panen padi. Proses Tradisi padungku
bambu (voyo), kayu api (kaju apu), beras kentan (pae puyu), dedaunan (ira
loka), dan hewan ternak yang akan dipotong pada saat tradisi padungku. 3)
(mengangkat sukma padi) dan tradisi padungku ini dilakukan di kebun, sawah
dan baruga (balai Desa). Dulu padungku hanya dilakukan oleh parah petani
yang diam disuatu pedesaan saja dan masyarakat pada saat itu
keramat. Setelah injil masuk ketanah poso khususnya di Desa Bo’e pada tahun
1892, yang dibawahkan oleh A.C. Kruyt dari Belanda yang mengajarkan
50
51
orang-orang Tua pada saat pesta termasuk pada saat padungku), mobulingoni
(cerita yang disampaikan melalui syair lagu), dan moganci (permainan gasing,
yang terbuat dari kayu) tapi sekarang dengan perkembangan zaman yang
sering dilakukan sekarang ini dalam tradisi padungku paling tidak ada
hasil panen dalam bentuk ibadah syukur ke gereja dengan membawah hasil
5.2 Saran
1. Bagi masyarkat Desa Bo’e agar dalam biaya pelaksanaan tardisi padungku
untuk bisa di sesuaikan dengan kebutuhan dan hasil dari panen masyarakat
DAFTAR PUSTAKA
Alfariz, F. (2020). Tradisi Panai dalam Perspektif Filsafat Nilai. Jurnal Filsafat
Indonesia, 3(2), 35-39.
Anastasia, I. (2020). Analisis Bentuk dan Fungsi Tradisi Penti Pada Masyarakat
Manggarai (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Mataram).
Budianto, A. (2018). Tradisi Padungku Masyarakat Desa Maleku Kecamatan
Mangkutana Kabupaten Luwu Timur Sebagai Sumber Bahan Ajar Materi
Geografi di SMA Negeri 4 Luwu Timur. LaGeografia, 17(1), 45-54.
Damanik, S. E. (2019). Pemberdayaan Masyarakat Desa Sekitar Kawasan Hutan.
Uwais Inspirasi Indonesia.
Daud, W., Arifin, S., & Dahlan, D. (2018). Analisis Tuturan Tradisi Upacara Ladung
Bio’Suku Dayak Kenyah Lepo’Tau Di Desa Nawang Baru Kecamatan Kayan
Hulu Kabupaten Malinau: Kajian Folklor. Ilmu Budaya: Jurnal Bahasa,
Sastra, Seni dan Budaya, 2(2), 167-174.
Fathurrohman, M. (2016). Pengembangan Budaya Religius Dalam Meningkatkan
Mutu Pendidikan. Ta'allum: Jurnal Pendidikan Islam, 4(1), 19-42.
Hidayatun, M. I. (2004). Pendopo Dalam Era Modernisasi: Bentuk Fungsi dan Makna
Pendopo pada Arsitektur Tradisional Jawa dalam Perubahan
Kebudayaan. Dimensi (Journal of Architecture and Built Environment), 27(1).
Huda, N. (2016). Makna tradisi sedekah bumi dan laut (studi kasus di Desa
Betahwalang Kecamatan Bonang Kabupaten Demak) (Doctoral dissertation,
UIN Walisongo).
Idrus, M. (2009). Metode penelitian Ilmu Sosial.Yogyakarta, Indonesia: PT.
Gelora Akasara
Iskandar.( 2009). “Metodologi Penelitian Kualitatif.” : 54–68.
Jennah, M. A., Nawing, K., & Kulyawan, R. (2021). Makna Padungku pada
Komunitas Pamona di Kecamatan Pamona Pasulemba. Jurnal Kreatif
Online, 9(1), 61-74.
54
Lampiran 1
PEDOMAN WAWANCARA
A. Identitas Informan
Nama :
Pendidikan :
Usia :
Pekerjaan :
Alamat :
Rumusan Masalah 1
padungku?
tradisi padungku?
57
Alasanya!
pengucapan syukur?
11. Menurut Bapak/Ibu dengan adanya wabah Virus Corona apakah tradisi
Rumusan Masalah 2
Desa Bo’e?
dilaksanakan dimana?
zaman dulu?
tradisi padungku?
Rumusan Masalah 3
tradisi padungku?
nilai-nilai pancasila?
59
Lampiran 2
PEDOMAN OBSERVASI
masyarakat Desa Bo’e Kecamatan Pamona Selatan Kabupaten Poso dilihat dari
Lampiran 3
PEDOMAN DOKUMENTASI
Lampiran 4
DAFTAR INFORMAN
Pendidikan : S1
Usia : 39 Tahun
Pekerjaan : Pendeta
Pendidikan : S1
Usia : 40
Pekerjaan : Pendeta
Pendidikan : S1
Usia : 50 Tahun
Pekerjaan : Pendeta
Pendidikan : SMA
Usia : 67 Tahun
Pekerjaan : Tani
5. Nama : R. G. Ngkedo
Pendidikan : SD
Usia : 85
Pekerjaan : Tani
Pendidikan : S1
Usia : 33 Tahun
Pendidikan : S1
Usia : 52 Tahun
Pendidikan : SMP
Usia : 56 Tahun
Pekerjaan : Tani
Pendidikan : SMA
Usia : 49 Tahun
Pendidikan : SMP
Usia : 54 Tahun
Lampiran 5
DOKUMENTASI PENELITIAN
Foto penyerahan surat izin penelitian kepada Bapak Kristolsa Bodjo selaku Kepala
Desa Bo’e
Foto wawancara dengan Bapak Kristolsa Bodjo selaku Kepala desa Bo’e
69
Foto acara tradisi padungku dengan di hadiri oleh tamu dari luar Desa
72
Foto dero bersama pada malam hari dalam rangka merayakan tradisi padungku
73
74
75
76
77
BIODATA PENULIS
1. UMUM
2. PENDIDIKAN
1. SD : SDN 1 Bo’e