Anda di halaman 1dari 7

KATA PENGANTAR ................................................................................

i
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ iii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Analisis Situasi
1.2 Metode Penelitian
1.3 Manfaat dan Tujuan
BAB II GAMBARAN UMUM DESA (Discovery)
2.1 Peta Desa
2.2 Monografi Desa
2.3 Sejarah Desa
2.4 Kondisi Geografi
2.5 Kondisi Sosial dan Budaya
2.6 Kondisi Ekonomi
2.7 Infrastruktur Fisik dan Non Fisik (aji, 4 hal)
2.8 Perumusan Aset Unggulan/Low Hanging Fruit (Batik) (rika, 3 hal sambal mengulas
dream)
BAB III Strategi dan Perencanaan (Design)
3.1 Perumusan Strategi Program (Wawancara, Observasi, FGD) (Farhan and
faiz, 6 hal)
3.2 Analisis SWOT (rika, 7 hal)
S= Strength (kekuatan) => kisah sukses

W= Weakness (kelemahan) => letaknya kurang strategis, komunitas redup

O= Opportunity (peluang) => terdapat sentra batik, harga jual bersaing, adanya pelatihan

T= Threat (ancaman) => persaingan batik diluar wilayah, teknologi/pemasaran digital, suplai bahan
baku dari luar

BAB IV PELAKSANAAN AKSI (Define)


4.1 Program Kerja Primer.............................................................................. (bardan, 6 hal)
4.2 Program Kerja Sekunder............................................................... (adit, 8 hal) =>
yasinan, tahlil, membersihkan sampah, rewang acara, ngecor, membantu mbatik.
Untuk foto/dokumentasi cari di teman-teman.
BAB V PENUTUP (Destiny)
5.1 Refleksi……………………………………………………………………………
5.2 Kesimpulan……………………………………………………………………….
5.3 Saran…………………………………………………………………………….
Lampiran-lampiran .................................................................................... 54
Link Vidio YouTube ................................................................................. 8

KONDISI SOSIAL DAN BUDAYA MASYARAKAT DESA KLAMPAR


Desa Klampar memiliki image yang sudah dikenal masyarakat seluruh pamekasan
maupun secara umum se pulau madura, bahwa desa Klampar adalah desa Batik masyhur di
Madura karena batik yang dihasilkan oleh masyarakat pengrajin setempat memiliki ciri khas
dan memiliki karakter tersendiri sebagai daya tariknya. Batik yang berasal dari desa Klampar
ini memiliki sejarah yang cukup panjang sehingga yang ditimbulkan tidak lain adalah
melekatnya dampak yang ditimbulkan dari batik, baik dari segi sosial maupun dampak pada
aspek budaya masyarakat.
Desa Klampar yang menjadi sentra produksi batik yang terkenal sangat berdampak
yang signifikan terhadap pengaruh sosial dan budaya. Aset sosial dari desa Klampar bersifat
sumberdaya yang mencakup berbagai elemen kelompok masyarakat yang berinteraksi dalam
menunjang aset, aset sosial ini berfokus pada aspek non materiil yang mempengaruhi
kehidupan kelompok atau masyarakat. Hal itu dilihat dari pekerjaan sebagian besar penduduk
desa Kampar terlebih pada dusun Banyumas, Batubaja, Timorsungai dan Tengghinah yang
merupakan dusun yang memiliki sebagian penduduk bekerja sebagai pengerajin batik.
Dengan banyaknya masyarakat yang bekerja sebagai pengrajin batik, tentu terbagi dari
beberapa pekerjaan, mulai buruh batik, pengerajin batik, reseller, pengepul, sampai dengan
juragan batik. Itulah yang terdapat dari masing masing dusun, kondisi sosial yang terbentuk
dari siklus kerajinan dan ekonomi warga berupa terbentuknya gotong royong antar warga,
membatik dapat menjadikan keluarga dapat bekerja bersama dalam membangun ekonomi
dengan menggarap kerajinan batik.
Potensi batik dari Desa Kampar ini selain menjadi generator pertumbuhan ekonomi
wilayah lampar batik itu sendiri dapat menjadi salah satu pemersatu rasa cinta pada setiap
masyarakat sehingga, warga semua memiliki rasa menghargai dan mencintai batik. Semua
warga tertolong karena batik, padahal masyarakat awalnya terjun pada dunia batik ini hanya
sebagai pekerjaan sampingan saja namun seiring dengan berjalannya waktu kegiatan mereka
membatu itu justru sebagai mata pencaharian utama dari masyarakat desa Kampar selain
bertani sehingga jumlah pengrajin batik dari waktu ke waktu selalu bertambah.1
Potensi masyarakat dalam membatik dapat lestari, batik di Desa Klampar ini selalu
bertahan karena pewaris batik dari setiap keturunan selalu dijaga, bentuk saling
memperhatikan keberlangsungan kehidupan batik inilah yang selalu masyarakat rawat guna
menjaga eksistensi potensi kerajinan batik. Sesuai dengan pengambilan data dari masyarakat
melalui observasi dan wawancara kepada setiap warga selaku usaha batik, seperti buruh
batik, pengrajin, pengepul, reseller maupun juragan batik, selalu menimbulkan dampak sosial
yang bermanfaat antar masyarakat, yaitu beruapa terwujudnya iklim mutualisme dari segi
ekonomi serta mempererat hubungan antar warga.
Perubahan sosial merupakan awal mula timbulnya dari berubahnya struktur sosial
dan berpengaruh juga pada pola budaya dalam suatu masyarakat, perubahan sosial itu dapat
selalu terjadi di setiap kehidupa bermasyarakat, karena masyarakat pastinya selalu berharap
agar selalu mengalami perubahan lebih baik, dampak sosial yang terjadi tidak selalu
mempengaruhi organisasi sosial masyarakatnya.
Kekayaannya batik klampar Pamekasan berlangsung lama. Sudah tidak dapat di
pungkiri, sejak zaman nenek moyang telah membuat kerajianan batik sampai saat ini masih
eksis, tentu peranan aset dari kualitas para pengrajin juga dijaga dari keturunan ke keturunan
selanjutnya. Potensi masyarakat desa Kampar sebagai pembatik sampai saat ini masih dapat
dikatakan banyak, walaupun tidak sebanyak di tahun 2009 sampai tahun 2014. Ditandai
dengan menyebarnya pengrajin dari setiap dusun, misalnya pada dusun Banyumas terdapat
32 warga yang bekerja sebagai pelaku usaha batik, sedangkan pada Desa BatuBaja terdapat
96 warga yang bekerja di usaha batik sedangkan dusun Tengghinah terdapat 25 pengrajin
yang sampai saat ini masih aktif dalam usaha batik, serta dusun Timur Sungai terdapat 50
warga yang aktif dalam usaha batik.
Tercatat banyaknya pengrajin yang masih bertahan dalam usaha batik ini
menunjukkan bahwa potensi yang dimiliki Desa Kampar masih dijaga oleh setiap warganya,
pelestarian batik mayoritas dilakukan oleh masyarakat melalui keturunannya atau anak-
anaknya, dengan itu maka kehidupan masyarakat melalui batik masih terjaga.
Pembahasan mengenai terjaganya batik khususnya di desa Kampar, terlebih
umumnya masih terjaganya budaya kerajinan batik ini di seluruh penjuru Nusantara ialah
karena berkaitan dengan siklus kehidupan manusia, setiap zamannya batik selalu eksis dan

1
meridiana Eka Prasetyaningrum, “Perkembangan Batik Tulis Di Desa Klampar Kabupaten Pamekasan Tahun
2009-2017,” AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 8, (2020). Hlm 3-8
selalu menjadi pilihan fashion kebanyakan masyarakat, dengan menjaga budaya batik, maka
akan selalu ada masyarakat yang mengenakannya, dengan faktor sosial inilah, maka akan
timbul rasa bangga ketika banyak orang yang masih menjaga eksistensi batik itu sendiri,
maka dengan ini, sebagai desa produksi kerajinan Batik, selalu menjaga budaya batiknya
sehingga eksistensi batik tetap terjaga.
Banyak masyarakat yang menjadi pengrajin batik, itu mulai dari lingkup terkecil,
yaitu keluarga, banyak usaha batik dari masyarakat desa Klampar yang terdiri dari saudara
kandung, sepupu, paman, bibi dan sebagainya, hingga membentuk kelompok kecil untuk
menjalankan usaha kerajinan batik, begitulah aspek sosial yang terbangun dari masyarakat
pengrajin batik desa Klampar.

kelompok Pengrajin batik

Aset sosial desa Klampar dalam masyarakat pelaku usaha kerajinan batik
Perkembangan sosial masyarakat pengrajin batik Desa klampar pasca pandemi covid 19
cukup besar, tidak hanya dampak ekonomi para pengrajin terguncang, bahkan banyak
pengrajin batik yang menuturkan bahwa adanya pandemi, membuat banyaknya pengrajin
batik yang berhenti daeu pekerjaan membatik, berganti menjadi petani/buruh tani, hal
demikianlah kondisi soaial yang berbah pasca pandemi Covid 19.
Sebagian warga yang tetap bertahan dengan pekerjaan membatik untuk memiliki
tugas yang sangat besar untuk membangkitkan kembali pasar batik, usaha dalam
membangkitkan pasar batik masyarakat mulai beradaptasi kembali dengan pasar yang
berbeda dari sebelumnya, yang dulunya masyarakat memasarkan batik dengan cara
mempromosikan secara manual atau offline, maka dengan adanya perubahan zaman,
masyarakat kembali berusaha mempelajari bagaimana cara mempromosikan kerajinan
batiknya melalui platform online, dengan itu maka aset (warga) harusnya meningkatkan
kualitas serta memulai pergeseran cara promosi batik.
Masyarakat yang menyadari akan perbedaan iklim pasar dan perubahan zaman maka
hal yang dilakukan masyarakat ialah dengan membentuk komunitas-komunitas kecil yang
berawal di rumah para pengrajin itu sendiri, melalui para pengrajin, timbulah auasana sosial
yang dapat dijadikan sebagai penggerak utama untuk membuat strategi pengangkatan potensi
batik. Mulai dari perbaikan mindset pengrajin, supaya lebih dapat beradaptasi dan upgrade
dengan inovasi inovasi yang relevan untuk perkembangan zaman.
Aspek sosial dan budaya sangatlah penting dalam proses pengembang aset yang
dimiliki. Misalnya dengan aspek sosial berupa adanya komunitas pengrajin batik yang
bersatu untuk meningkatkan eksistensi batik desa Kampar kepada masyarakat lebih luas,
perbaikan kualitas secara masif untuk menarik para pelanggan dan menonjolkan budaya yang
terbentuk di desa Klampar melalui kegiatan kegiatan rakyat dan sebagainya.
Aset sosial berupa masyarakat di desa klampar selalu membutuhkan peningkatan
kualitas, berdasarkan observasi dan wawancara kepada masyarakat desa Klampar, banyak
pengrajin yang membutuhkan inovasi untuk memperluas jaringan pemasaran batiknya,
dengan itu maka untuk menunjang aspek sosial/SDM ialah dengan pelatihan, pendidikan
marketing untuk meningkatkan kualitas pemasaran. Dengan pelatihan, dapat
mengembangkan SDM dan membuat inovasi untuk mendukung perkembangan batik lokal
yang hanya terkenal dari sektor regional menuju Nasional.
Penanda bahwa kerajinan batik dapat mempengaruhi budaya adalah karena adanya
pengaruh adat masyarakat dari batik, masyarakat terbiasa mengenakan pakaian batik baik
berada di Upacara adat, acara keagamaan, dan perayaan budaya dijadikan momen penting
untuk memperkuat identitas dan persatuan masyarakat dengan batik.
Konsep dasar aset budaya batik masyarakat desa Klampar merujuk pada pendekatan
berupa mengidentifikasi, mengakui dan pengakuan dengan menghargai kekayaan budaya
yang terkait batik, melihat secara historis, batik merupakan warisan budaya Indonesia yang
khas, terdapat nilai-nilai budaya yang mendalam dan menjadi bagian penting dari identitas
budaya masyarakat Indonesia, sehingga budaya batik itu dilestarikan oleh mayoritas
masyarakat Indonesia. Proses pelestarian budaya batik tidak terlepas oleh peran kebijakan
pemerintah berupa kebijakan-kebijakannya, menurut hasil wawancara, masyarakat dapat
menjaga budaya batik dengan selalu mengenakannya di acara resmi maupun penggunaan
batik sebagai seragam seragam resmi itu juga tergantung pada peranan pemerintah. Menurut
pak Hafifi, yang merupakan salah satu pengrajin batik desa klampar, yang menuturkan bahwa
adat batik ini akan selalu terjaga, batik ini akan selalu ada dan para pengrajin akan tetap
bertahan jika pelestarian batik ini meliputi semua elemen masyarakat dan termasuk peran
pemerintah didalamnya, bentuk Upaya pemerintah dalam menjaga budaya batik ialah dengan
membuat kebijakan adanya seragam resmi dari batik, dan mewajibkan batik yang dikenakan
brasal dari daerah lokal.
Budaya batik selalu lestari jika kebijakan pemerintah diiringi dengan upaya dari
masyarakat untuk mendukung produk batik lokal, misalnya serusn kepada seluruh instansi
pemerintahan maupun instansi pendidikan agar menggunakan batik, menurut pak Hafifi,
dengan kebijakan pemerintah, tradisi penggunaan batik dan ekonomi masyarakat akan terus
terjaga. Selain penggunaan batik disebut sebagai budaya, dengan menggunakan batik, itu juga
dapat dikatakan sebagai penanda status sosial atau wibawa dari seseorang, batik memiliki
ragam makna yang filosofis sesuai dari ragam motif yang dikenakannya.2
Masyarakat desa Klampar, dikenal secara luas, dari masyarakat sekitar desa,
yangmana desa klampar, terkhusus pada dusun yang terdapat banyak pengrajin batiknya
terkenal sebagai daerahnya para kiyai, masyarakat yang bekerja sebagai pembatik, tepatnya
di dusun Banyumas, Batubaja, Tengghinah, Timursungai adalah dusun yang terkenal Islami,
terkenal sisi religiusitasnya yang tinggi. Sisi religiusitasnya yang tinggi tentu saja dipengaruhi
oleh sisi historisnya, namun sampai sekarang tetap menjadi religious tentunya tidak terlepas
oleh peranan budaya yang menyebar dan bertahan di masing masing dusun tersebut. Menurut
Pak Ghufron, “masyarakat dusun Banyumas ialah dusun yang banyak kiyainya”, dari
ungkapan tersebut, membawa pengertian bahwa masyaraka ini tetap menjaga religiusitasnya
dan menjaga keberlanjutan budaya yang religius ini sampai sekarang.
Kondisi masyarakat tetap menjaga adat Islami ini tidak terlepas adanya batik di desa
Klampar. Peranan batik dalam menjaga budaya keislaman ini cukup besar peranannya,
misalnya, dalam acara acara keislaman, masyarakat desa Klampar masih melakukan tradisi
turun temurun dari nenek moyang, seperti kirim doa Bersama di pemakaman umum yang
terletak di desa tersebut, masyarakat juga masih menjaga adat islam dengan adanya acara
tahlilan Ketika ada saudara atau tetangga yang meniggal dunia, mengadakan ngaji rutinan
setiap hari jum’at malam sabtu, dan berbagai budaya lainnya yang masih bertahan di des aini,
hal tersebutlah yang berkaitan dengan eksistensinya batik di desa Klampar ini, karena ada ada
budaya seperti itu yang membuat masyarakat selalu memilki waktu dan wadah untuk
berkumpul dan bersosialisasi, termasuk wadah untuh bersosialisasi tentang batik.

2
“Wawancara Dengan Pak Hafifi Selaku Warga Pengrajin Batik Desa Klampar, Pada Tanggal 4 Agustus 2023
Pukul 16.15,” n.d.
Kirim doa Bersama di makam desa

Anda mungkin juga menyukai