Anda di halaman 1dari 2

Dialog mini drama proses pembentukan Pancasila

Soekarno: Baik, dari hasil rapat-rapat dan perundingan sebelum-sebelumnya, kita telah memiliki
preambule sebagaimana berbunyi berikutt ini (preambul uud)

Soekarno : dari preambule yang telah saya samapikan, apakah saudara-saudara setuju denga nisi
preambule ini?

Moh. Hatta: mohon maaf bung, sepertinya saya kurang setuju dengan beberapa hal dalam
preambul itu. Isi preambule yang berbunyi menjalankan syariat-syariat islam bagi pemeluk”nya
terdengar seperti menitik beratkan pada suatu golongan tertentu yaitu islam. Saya tau bahwa mayoritas
orang Indonesia adalah orang islam, tapi bukankah seharusnya urusan agama tidak dicampur adukkan
dengan urusan negara?

Moh Yamin: benar bung, karena agama itu urusan pribadi dengan tuhannya masing-masing.
Sedangkan urusan negara ini, urusan yang menyangkut persoalan dunia dan Masyarakat-masyarakat
diseluruh Indonesia. Saya pikir, tidak sebaiknya negara ikut-ikut untuk menggurus urusan internal agama
warganya masing-masing. Apalagi kalau sampai memaksakan kehendak. Saya tidak etuju dengan hal itu.

M. Natsir: saya paham maksud saudara. Tapi, saya berpikir hukum Islam harus menjadi dasar
dari terbentuknya negara inin. Karena islam itu, tak hanya sekedar berurusan dengan nilai-nilai moril
saja, tapi juga menjakup hubungan social dan politik. Dalam alquran itu, tidak hanya disebutkan cara-
cara beribadah saja. Tapi juga bagaimana mengatur Masyarakat. Di hadis-hadis zaman nabi dulu, di
jelaskan. Lagi pula orang Indonesia kan kebanyakan orang islam semua. islam itu hablum minallah
hablum minannas. Tidak hanya mengatur urusan antara manusia dengan tuhannya, tapi juga mengatur
urusan antara manusia dengan sesame manusia lainnya. Menurut saya, nilai-nilai islam diterapkan buat
dasar negara itu sudah sangat sesuai. Tapi.. kalau kalau memang islam tidak jadi dasar negara ya tidak
papa. Yang penting hukum hukum islam masih dapat diterapkan.

Seokarno: Jika dilihat dari mayoritas orang islam di Indonesia, coba lihat turki. Di turki itu meski
hampir semua warganya islam , tapi tetap urusan pemerintahan negara itu di pisah. Karena jika
menggunakan islam sebagai dasar hukum , itu sama saja dengan menggunakan islam sebagai ideologi.
Kalau begitu bagaimana dengan rakyat Indonesia yang lain? Kita juga perlu wadah untuk menampung
rakyat-rakyat yang tidak memeluk agama islam.

Soepomo: apa yang dikatakan saudar-saudara ini ada benarnya. Dengan menggunakan hukum
islam sebagai dasar hukum negara mungkin memang terlihat sangat menitik beratkan satu golongan
tertentu. Namun tidak dapat dibantah bahwa mayoritas rakyat Indonesia ini memang beragama islam.
Maka dari itu saya usulkan bahwa negara tidak menggunakan hukum islam sebagai dasar negara, tetapi
menggunakan cita cita luhur dari agama islam sebagai tujuan dan cita cita bangsa. Hal ini tentu berbeda
dengan yang dikhawatirkan oleh bung karno tentang islam menjadi ideologi negara karena syariat islam
tiidak menjadi ketentuan hukum yang berlaku. Hal ini tidak akan membuat negara kita menjadi negara
yang a religious tapi menjadi negara yyang memeiharakan budi pekerti. Dengan menjadikan budi pekerti
sebagai cita-cita bangsa. Menjaga budi beperti itu kan juga dianjurkan oleh islam.

Soekarno: Benar apa yang kau katakan soep, yang lain bagaimana? Bukankan apa yang dikatakan
seopomo masuk akal? Apakah saudara-saudara sekalian setuju dengan usulan soepomo?

Anggota Rapat: Setuju!!


Soekarno: Baiklah kalau begitu. Kita akhiri sidang ini sampai di sini. Terimakasih atas ppartisipasi
dari saudara-saudara sekalian.

Anda mungkin juga menyukai