Anda di halaman 1dari 9

PERKEMBANGAN LABORATORIUM BANK MINI SYARIAH DI UIN SUNAN

AMPEL SURABAYA
Disusun Oleh:
Ahsin `Aqil Ahmad
Fakultas Syari’ah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
E-mail:

05020221034@student.uinsby.ac.id
Abstrak

Perkembangan lembaga keuangan syariah di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir


menunjukkan indikator yang positif. Hingga Oktober 2013, pertumbuhan sektor keuangan
syariah di Indonesia mencapai 23% per tahun. Pertumbuhan lembaga keuangan syariah tidak
terbatas pada sektor perbankan saja tetapi juga lembaga keuangan bukan bank (LKBB)
seperti asuransi Syariah, sekuritas Syariah, pegadaian Syariah, lembaga keuangan mikro
Syariah yang lebih dikenal dengan Baitul Maal wa Tamwil (BMT) dll. Fenomena ini
mendorong Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA) untuk menyediakan
infrastruktur pendidikan yang dibutuhkan oleh para peneliti, guru dan siswa. Dalam hal ini,
UIN Sunan Ampel Surabaya menyediakan Lab Perbankan Syariah untuk menunjang proses
belajar mengajar Fakultas Ekonomi khususnya Jurusan Perbankan Syariah. Namun peran
bank mini ini dapat dikembangkan badan usaha yang dapat menghasilkan keuntungan sendiri
dengan membuka jasa keuangan terutama kepada siswa, guru dan staf. Oleh karena itu
laboratorium mini bank FEBI UIN Sunan Ampel Surabaya harus mempertimbangkan
kegiatan yang dapat menghasilkan pendapatan bagi laboratorium mini bank FEBI UIN Sunan
Ampel Surabaya.1 Beberapa peneliti berpendapat bahwa kegiatan seperti itu tidak boleh
dilakukan di laboratorium, karena semua laboratorium didasarkan pada kegiatan nirlaba.
Namun, ada yang percaya bahwa Laboratorium Mini bank memiliki beberapa fitur yang bisa
"dijual" kepada pengguna Laboratorium Mini bank. Mereka beralasan bahwa laboratorium
mini bank dapat digolongkan sebagai organisasi nirlaba, yang berarti laboratorium minibank
adalah organisasi nirlaba, namun bukan berarti tidak dapat menghasilkan keuntungan.

Kata Kunci: lembaga keuangan syariah, sumberdaya manusia, income generating activities

1
Agus Martowardojo, Gubernur Bank Indonesia dalam Seminar Outlook Perbankan Syariah 2014 di Jakarta 16
Desember 2013. http://www.republika.co.id/berita/koran/news-update/13/12/17/mxwtz0-bank-syariah-
tumbuh-23-persen.
PEMBAHASAN

A. Sejarah Singkat Berdirinya Bank Mini Syariah UIN Sunan Ampel Surabaya

Awal mula berdirinya Laboratorium Bank Mini Syariah yaitu pada tahun 2002 yang
berada di bawah koordinasi Fakultas Syariah dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, akan
tetapi pada saat itu Bank Mini Syariah masih belum beroprasi. Selanjutnya pada tahun 2007
Laboratorium Bank Mini Syariah UIN Sunan Ampel mulai beroprasi dengan menggunakan
konsep mini banking Pemberdayaan yang dilakukan dapat dijelaskan sebagai berikut:2

1. Pengalihan Kekuasaan, Kekuatan, dan Kemampuan


UIN Sunan Ampel Surabaya memberikan kekuasaan pengelolaan laboratorium
kepada Kasi laboratorium yang sekaligus mengelola transaksi riil laboratorium.
Pembelajaran di laboratorium dilakukan dengan sistem on job training selama 1
bulan. Adapun pengenalan mini banking syariah diperkenalkan kepada mahasiswa
semester 3 dengan masa pembelajaran selama 1 minggu.
2. Menjadi Berdaya
Mulai tahun 2007 laboratorium bank mini syariah UIN Sunan Ampel telah melakukan
praktik transaksi secara riil proses mini banking dimana sampai saat ini, mereka
memiliki hampir 1/3 nasabah mahasiswa dari jumlah total keseluruhan mahasiswa
UIN Sunan Ampel. Ini berarti bahwa mini banking ini sangat didukung oleh civitas
akademika perguruan tinggi dimana nasabah bukan hanya dari mahasiswa Fakultas
Syariah dan FEBI saja namun sudah meluas target pasarnya kepada seluruh civitas
perguruan tinggi.
3. Dapat Membangun Aset Material Untuk Pembangunan Kemandirian
Laboratorium bank mini syariah UIN Sunan Ampel telah dapat membangun aset
material untuk pembangunan kemandirian yang dapat diindikasikan dari mendirikan
lembaga mini banking syariah yang memiliki produk simpanan berupa tabungan dan
deposito serta produk pembiayaan dengan akad murabahah, ijarah dan qardhul hasan.
Pembiayaan disalurkan kepada mahasiswa yang membutuhkan untuk membayar
perkuliahan dengan menggunakan akad qardhul hasan dengan proses analisa data
menghubungi orang tua nasabah melalui telepon. Jika mahasiswa mengajukan
pembiayaan lebih dari 1 juta rupiah maka diwajibkan menyertakan jaminan berupa
BPKB,

2
“Model_Pemberdayaan_Laboratorium_Bank_Mini_Syariah_.Pdf,” n.d., 113–14.
surat pernyataan penahanan ijazah dan memiliki simpanan deposito. Selain itu pula
ada rekomendasi dari dosen atau teman bahwa nasabah tersebut dapat mengembalikan
dana pembiayaannya. Selain mahasiswa, karyawan dan dosen juga dapat mengakses
pembiayaan dengan plafon di atas 150 juta rupiah.
4. Dapat Membentuk Organisasi
Laboratorium bank mini syariah UIN Sunan Ampel Surabaya sudah membentuk
organisasi lembaga keuangan mikro yang dikelola mahasiswa yaitu BMS (Bank Mini
Syariah).
5. Dapat Menentukan Pilihan Kelangsungan Hidup
Laboratorium bank mini syariah UIN Sunan Ampel Surabaya melakukan kerjasama
dengan berbagai pihak untuk melanjutan kelangsungan hidupnya seperti melayani
konsultasi bisnis syariah melalui Pusat Lembaga Konsultasi Bisnis Syariah, BMS
(Bank Mini Syariah) dan UPIJAWA (Unit Pengelola Zakat, Infak dan Shodaqoh).

B. Misi-Misi Laboratorium Bank Mini Syariah UIN Sunan Ampel Surabaya

Dalam menjalankannya, Laboratorium Bank Mini Syariah Sunan Ampel menerapkan


misi-misi antara lain:3

1) Misi pendidikan
Misi pendidikan menjadi nomor satu, karena misi ini yang melatarbelakangi
Bapak Salam dan segenap pimpinan FSH (selaku kepemimpinan BMS periode 2004-
2009) yang membangun ikhtiar dan memberi wadah untuk mahasiswa/i muamalah
yang akan melaksanakan praktikum pada saat itu (sebelum adanya ES).
Seiring berjalannya waktu, BMS menjadi tempat praktikum mahasiswa baik
internal UIN maupun eksternal UIN. Berbicara lebih lanjut tentang misi pendidikan
BMS, BMS memiliki unit untuk implementasi misi pendidikan. Unit tersebut bernama
Pusat Edukasi dan Konsultasi Bisnis Syariah (PusKeb Syariah). Unit ini yang akan
mengelola dana CER (corporate educations responsibility). Dana CER sendiri adalah
dana yang disisihkan BMS dari laba BMS yang diambil setahun sekali.
Dana CER ini diperuntukan bagi mahasiswa UIN Sunan Ampel untuk
membantu kegiatan ilmiah amaliyah kampus. Selain itu, mahasiswa yang mau
membuat acara bisa mengajukan proposal pengajuan dana ke BMS untuk sponsorsif.
Selain penyaluran dana CER, misi pendidikan juga diaktualisasikan oleh BMS dengan
3
Ramly Mansyur, Sinerji Perguruan Tinggi dan Perbankan Syariah dalam Mengembangkan Sumberdaya
Manusia Ekonomi Syariah. Makassar: Universitas Muslim Indonesia-IAEI, Forum Riset Perbankan Syariah ke 5.
memberikan pelayanan edukasi bersifat konsultasi seputar transaksi, akad dan hukum
perbankan syariah. Termasuk memberikan praktik magang bagi mahasiswa UIN dan
terbuka luas untuk mahasiswa di Luar UIN.
2) Misi Bisnis
Dalam Misi bisnis ini Bank Mini Syariah Sunan Ampel mempunyai 2 produk:
1. Pendanaan Syariah
2. Pembiayaan Syariah.
Dengan berbagai macam produk dengan akad yg sesuai syariah tentunya. Dari
misi bisnis BMS ini, yg bisa mensupport magang/pra magang mahasiswa UIN dengan
praktik yg riil (tidak semu). Dalam arti, langsung berhadapan dengan nasabah yaitu
mentraksasikan uang, dan lain sebagainya.
Jadi, misi bisnis ini yang membuat misi pendidikan akan berjalan nyata.
Sebab, laboratorium keuangan syariah tanpa transaksi riil, maka jelas kurang bisa
dimaksimalkan manfaat dan fungsinya.
3) Misi Sosial
Misi sosial BMS erat dengan tanggungjawab sosial BMS yg mempunyai
kegiatan bisnis dalam operasional sehari-hari. Logika mudahnya adalah dari misi
bisnis ini BMS sebagai lembaga keuangan syariah memiliki peluang atau kesempatan
menjalankan aktifitas opersional yg menghasilkan laba. Dari laba ini, sudah pasti
menuntut BMS untuk mengeluarkan zakat maal dari laba yg diperoleh dari produk
pembiayaan syariah yg dimiliki. Maka dari itu, BMS memiliki Unit Pengelola Infaq,
Zakat, Wakaf ( UPIZAWA). BMS menghimpun dana sosial infaq, zakat, wakaf
(wakaf tunai) dari warga UIN Sunan Ampel dan warga muslim lain di luar UIN.
Infaq dikumpulkan dari infaq yang disertakan nasabah saat buka rekening,
pembiayaan, maupun nasabah/warga yg secara mandiri menyisihkan harta untuk infaq
di BMS. Infaq di BMS disalurkan kepada mahasiswa UIN yang tidak mampu dari
segi keuangan, melalui talangan pembayaran UKT. Talangan ini disalurkan berupa
pembiayaan dengan akad Qardh (utang piutang murni) tanpa margin. Nasabah
pembiayaan qardh al-hasan, harus mengembalikan pokok talangan pembayaran UKT
selama 6 bulan. Selain UKT, penyaluran dana infaq juga diperuntukan bagi
masyarakat dhuafa lain di dalam maupun di luar UIN.
Selanjutnya membahas soal misi sosial BMS untuk pengelolaan dana zakat.
BMS menjalankan fungsi penghimpunan zakat di lingkungan UIN Sunan Ampel,
dengan menerima setoran rutin tiap bulan beberapa pegawai melalui potong gaji.
Zakat yang diterima BMS adalah selain zakat fitrah, mengingat zakat fitrah berbatas
waktu (bulan ramadhan sampai menjelang sholat idul fitri).
Oleh karena itu, sejauh ini BMS menghimpun zakat untuk zakat maal. Konsep
pembayaran zakat maal, profesi, perniagaan, dan lain-lain (selain zakat fitrah)
berdasarkan perhitungan nisab dalam setahun. Bagi wajib zakat, yang hendak
mengeluarkan zakat di lembaga amil zakat pemerintah maupun swasta bisa
menghitung sendiri harta kena zakat dengan menghitung nisab dalam setahun.
Langkah selanjutnya dalam mengedukasi wajib zakat, biasanya BAZNAS atau
LAZNAS memberikan simulasi cara menghitung nisab zakat dalam setahun untuk
donatur yg belum tau cara menghitung nisab zakat.
Setelah didapat perolehan nisab dalam setahun masing-masing donatur,
donatur bisa menyerahkan zakat mereka setahun sekali atau juga bisa rutin dibayarkan
sebulan sekali di lembaga terkait, dengan ketentuan jumlah keselurahan zakat yg
dibayarkan donatur tiap bulan sama persis dengan jumlah nisab dalam setahun. BMS
juga mengaplikasikan hal tersebut dalam penghimpunan zakat di lingkungan UIN.
Selain menghimpun zakat dari pegawai di lingkungan UIN, BMS juga
menyisihkan zakat dari hasil kegiatan bisnis yg dilakukan tiap bulan. Dari 2 sumber
pengumpulan zakat tersebut (dari pegawai UIN dan zakat BMS sendiri), tidak
menutup kemungkinan, BMS menerima zakat dari masyarakat muslim lain di luar
UIN (mengingat untuk UPIZAWA penghimpunan dan penyaluran tidak untuk warga
UIN saja. Tapi juga untuk masyarakat luar kampus). Zakat yang dikelola BMS,
disalurkan kepada petugas-petugas cleaning service UIN Sunan Ampel setiap tahun
pada bulan Ramadhan berupa uang tunai.
Misi sosial terakhir BMS adalah pengelolaan wakaf tunai. Penerapan wakaf
tunai di BMS Sunan Ampel, mengikuti aturan main konsep wakaf itu sendiri. Seri
wakaf tunai di BMS dengan nominal 20, 50, 100 itu adalah pokok dari wakaf tunai
tersebut. Ibarat benda atau bangunan, macam-macam seri itu adalah bangunan itu
sendiri. Dalam wakaf, bagunan (benda) yang di wakafkan tidak boleh habis,
berkurang, dijual atau diwariskan.
Jadi hanya bisa dimanfaatkan nilai gunanya, bentuk Fisiknya tetap utuh. Demikian
juga dengan wakaf tunai. Seri A-C akan dikumpulkan terlebih dahulu dalam satu
rekening di BMS dengan akad yang sama wadiah yad dhamanah. Dengan sistem ini
otomatis rekening wakaf juga akan dapat bonus tabungan. Bonus tabungan wadiah
dari rekening wakaf itulah yg kembali dikumpulkan sampai mencukupi nilai tertentu,
barulah bisa dimanfaatkan untuk kemaslahatan. Di BMS bonus tabungan yg sudah
terkumpul tadi, digunakan untuk beli LCD proyektor guna membantu kegiatan belajar
mengajar di lingkungan UIN Sunan Ampel, baju dan lemari peradilan FSH.4

C. Etika Dan Tata Tertib Dalam Menjalankan Tugas Di Bank Mini Syariah UIN
Sunan Ampel Surabaya

Pada saat menjalankan tugas sebagai pegawai Bank Mini Syariah UIN Sunan Ampel
terdapat hal-hal yang harus dipatuhi, salah satunya yaitu etika dan tata tertib. Dalam hal ini
Teller dan Marketing harus menjaga sikap, agar dilihat sebagai contoh yang baik dan
membuat orang-orang tertarik untuk mengenal BMS. Berikut adalah etika dan tata tertib yang
harus dijalankan Teller dan Marketing:

1. Etika dan tata tertib teller:


a. Sarapan pagi. Menjadi hal yang sangat penting, sebab akan menentukan
performa saat di meja teller. Baik ketenangan menghadapi nasabah maupun
saat memasukkan transaksi di software perbankan syariah di BMS. Kalo perut
kenyang, kerjapun menjadi tenang.
b. Tidak boleh memakai aksesori tg berlebihan. Baik putra maupun putri. Dari
bahan emas, kayu, karet, dll. Cukup pakai jam tangan saja dan satu buah
cincin (bagi yang memakai).
c. Mandi dan memakai deodoran dan wewangian secukupnya.
d. Tidak membahas saldo nasabah siapapun orang tersebut.
e. Berpakaian rapi, bersepatu fantofel baik laki-laki maupun perempuan.
f. Memotong kuku bagi yg berkuku panjang. Tidak memakai kutek cat (putri).
g. Memakai inner kerudung (ikat) supaya kerudung rapi, aurat rambut tidak
terlihat.
h. Kemeja dimasukkan ke dalam celana dan memakai sabuk (bagi putra).
i. Menjaga jarak dan menjaga sikap saat bertugas di teller. (untuk teller yang
bertugas dengan lawan jenis).
j. Jujur dan amanah.
k. Teller harus berbicara yang seimbang. tidak terlalu banyak omong juga tidak
boleh terlalu diem. harus pas komunikatif dan proporsional.
l. Tidak boleh terlalu suka bercanda, tapi juga tidak terlalu tegang.

4
Hamalik Umar, Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosda Karya. 2006, hlm. 92-95.
m. Tidak melakukan transaksi atas nama diri sendiri (baik penarikan maupun
penyetoran)
2. Etika dan tata tertib dalam marketing yg harus diperhatikan adalah:
 Tidak menjadikan bonus tabungan wadiah sebagai bahan promosi.
 Menjaga kerahasiaan nasabah.
Misal, dalam satu kesempatan saat marketing, seorang peserta
bersosialisasi di komunitasnya dan dia termasuk teman dari salah satu nasbah
BMS yang mempunyai tabungan/deposito dengan jumlah besar. karena
merasa sudah dekat (baik ke komunitas maupun dg temannya yg nasabah
bms), tanpa sadar dia menceritakan kepada rekan-rekan komunitasnya jika ada
temannya punya tabungan di BMS dan dapat bonus/bahas deposito cukup
besar. Nah itu tidak boleh dilakukan. Kalau sudah masuk di lingkungan
lembaga keuangan bank, kerahasiaan nasabah mutlak harus kita jaga. Kalo
mau kasih contoh, ya kasih contoh diri sendiri.
Misal, "mari mbak menjadi nasabah bms dg membuka rekening di
bms. Nabung di bms tidak ada potongan tiap bulannya lo mbak, jadi sampean
ga perlu khawtir uang mbak berkurang. Seperti sy misalnya, sudah lama
menjadi nasbah bms, dan bisa nabung optimal disana karna tidak ada potongan
apapun, ". Pakai contoh diri sendiri seperti itu ya. Itu lebih aman dan mengena.
 Profesional
Seorang marketing harus mampu menjelaskan dan memberi jawaban dengan
jelas kepada calon nasabah/nasabah. Tidak memberikan penjelasan atau
jawaban yg palsu, asal-asalan atau tidak berdasar dengan teori dan aplikasi di
perusahaan.
 Santun dan ulet.
Seorang marketing harus pantang menyerah dalam mencapai target.
Konsekuensi logisnya, marketing harus ulet saat ingin mendapatkan nasabah.
Tidak pasrah begitu saja saat menerima penolakan dari nasabah. Keuletan
seorang marketing, tentunya harus diimbagi dengan sikap santun saat
bersosialisasi ( prospek ) kepada sasaran/objek marketing.
 Sasaran marketing harus meyeluruh ke semua Fakultas UIN Sunan Ampel
Bukan hanya FSH, mahasiswa S1 saja, tapi juga ke pegawai dan mahasiswa
pasca sarjana UIN. Bukan hanya ke adik kelas HES semester 1 atau 3. Tapi
juga beda jurusan.
 Tidak menyampaikan jawaban yg asal-asalan atas semua pertanyaan nasabah.
Jawaban harus diberikan sesuai dg keilmuan dan pengetahuan materi aplikasi
di BMS saat briefing.
 Tidak memberikan jawaban, "kayaknya, mungkin, barangkali, bahkan saya
tidak tau," kepada sasaran marketing/calon nasabah.
Akan lebih baik jika ada pertanyaan nasabah yg tidak diketahui secara pasti
jawaban pertanyaan tsb, tim marketing bisa menjawab seperti ini, "maaf
bpk/ibu/mbak/ mas untuk pertanyaan itu perlu sy konfirmasi dulu ke tim bms.
Saya boleh minta contact person sampean mbak/mas/pak/buk, agar sy bisa
konfirmasi ke sampean (mas/mbak)/ njenengan (bpk/ibu) setelah saya (tim
marketing) dapat jawaban dari tim bms atas pertanyaan tersebut", begitu ya.
Itu lebih santun dan terarah.
 Melakukan sosialisasi terlebih dahulu sebelum ingin mendapatkan nasabah.
Bahasa ekstrimnya, tim marketing tidak sekedar nodong ke nasabah. Harus
dijelaskan lebih dulu semua hal terkait bms. Baik secara kelembagaan, letak
lokasi kantor, maupun produk dan instrumen keuangan lain di bms.
 Percaya diri dalam penyampaian
Kepercayaan pada diri sendiri menjadi hal penting menjaga emosional diri saat
marketing. Kalo suda percaya diri, alam bawah sadar manusia akan lebih
tenang, tidak grogi, otomatis lebih mantap dalam menjawab pertanyaan
nasabah.
 Tidak marketing di dalam masjid
Berdasarkan sebuah hadis Rosul, tidak boleh "membuka" pasar di dalam
masjid saat sholat jumat. Meskipun disebut hanya sholat jumat, tetapi berlaku
juga untuk semua hari, dengan maksud menghargai kegiatan ibadah di dalam
masjid. Etikanya kurang pas kalo jualan di dalam rumah Allah. Jualan apapun
itu, jualan barang atau jasa. Nah kita salah satu lembaga di sektor jasa. Jadi
harus menerapkan hadis ini untuk segala kegiatan marketing.
 Tidak bagi-bagi hasil marketing

KESIMPULAN

Laboratorium Bank Mini Syariah (BMS) UIN Sunan Ampel Surabaya adalah laboratorium
yang dimiliki Fakultas Syariah dan Hukum untuk tempat praktik mahasiswa HES-FSH dan
ES-FEBI, yang memiliki fungsi penguatan edukasi Ekonomi Syariah sekaligus memberikan
layanan keuangan secara riil di lingkungan UIN Sunan Ampel Surabaya. Laboratorium Bank
Mini Syariah ini menggunakan sistem mini banking yang memiliki produk simpanan berupa
tabungan dan deposito serta produk pembiayaan dengan akad murabahah, ijarah dan qardhul
hasan. Selain itu, BMS juga memiliki 3 misi yaitu: misi pendidikan, misi bisnis, dan misi
sosial. Ketiga misi tersebut sangat penting bagi perkembangan BMS untuk kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Martowardojo, A, Gubernur Bank Indonesia dalam Seminar Outlook Perbankan Syariah 2014
di Jakarta 16 Desember 2013. http://www.republika.co.id/berita/koran/news
update/13/12/17/mxwtz0-bank-syariah-tumbuh-23-persen.
Hamzah, M. 2008. Pengembangan Perbankan Syariah Secara Obyektif dan Rasional dengan
Pendekatan Mekanisme Pasar. Jurnal Ekonomi Islam: La Riba, Vol. 2., No. 1.
Siswanto dan Sucipto, A. 2008. Teori dan Perilaku Organisasi. Malang: UIN Press.
“Model_Pemberdayaan_Laboratorium_Bank_Mini_Syariah_.Pdf,” n.d.

Anda mungkin juga menyukai