Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengeringan
Pengeringan adalah proses perpindahan panas dan uap air secara simultan
yang memerlukan energi panas untuk menguapkan kandungan air yang terdapat
pada bahan yang dikeringkan oleh media pengering yang biasanya berupa panas.
Adapun manfaat dari Pengeringan dengan menggunakan alat pengering yaitu,
suhu, kelembapan udara, kecepatan udara dan waktu dapat diatur dan diawasi
(HTTM., dkk, 2017).
Kelebihan pengeringan buatan dengan menggunakan alat pengering
dimana, kelembaban udara, suhu, kecepatan udara dan waktu dapat diatur dan
diawasi.

2.2 Metode Metode Pengeringan


Proses pengeringan memiliki berbagai macam metode, diantaranya adalah
pengeringan menggunakan sinar matahari, pengeringan menggunakan gas LPG,
pengeringan menggunakan gaya sentrifugal dan heater, serta pengeringan
menggunakan sistem dehumidifier.
2.2.1 Pengeringan Menggunakan Matahari
Metode pengeringan pakaian dengan cara menjemur pakaian di bawah
sinar matahari sudah dilakukan secara umum. Pada proses ini panas yang
dihasilkan oleh matahari dapat menguapkan kandungan air yang berada pada
pakaian basah sehingga kondisi pakaian menjadi kering dan terbebas dari air.
Metode jenis ini masih sering digunakan karena lebih mudah dan murah, namun
penggunaan metode ini sangat tergantung dengan kondisi cuaca. Keuntungannya
adalah memiliki kemampuan mengeringkan pakaian dalam jumlah yang banyak
dengan kecepatan yang sama (Nugroho, 2018).

6
Gambar 2.1 Menjemur Dibawah Matahari
Sumber : Kurnia, 2020
2.2.2 Pengeringan Menggunakan Gas LPG
Metode pengeringan pakaian menggunakan gas LPG ini sudah banyak
ditemui di pasaran. Prinsip kerja dari metode pengeringan pakaian jenis ini adalah
dengan cara memanfaatkan panas dihasilkan dari gas LPG, panas yang dihasilkan
akan disirkulasikan dengan menggunakan blower atau kipas untuk menguapkan
air yang berada pada pakaian di dalam ruang pengering. Kekurangan metode ini
adalah tidak ramah lingkungan, suhu gas yang dipergunakan cukup tinggi,
sehingga memiliki kemampuan untuk merusak pakaian. Pakaian yang dikeringkan
juga tercemar dengan gas hasil pembakaran. Penggunaannya harus hati-hati
mengingat adanya bahan bakar dan api serta oksigen (Nugroho, 2018).

Gambar 2.2 Mesin Pengering Gas LPG


Sumber : Imaury, 2018
2.2.3 Pengeringan Menggunakan Gaya Sentrifugal dan Heater
Metode pengeringan ini memanfaatkan gaya sentrifugal yang dihasilkan
oleh mesin untuk memisahkan air dari pakaian dan sekaligus dialiri udara panas
dari heater. Pakaian akan diputar dalam ruang pengering dengan kecepatan
putaran tertentu oleh motor listrik dan bersamaan heater akan menciptakan kalor
yang disirkulasikan di dalam ruang pengering yang akan membuat air yang
terkandung dalam pakaian menguap, kalor dari heater dapat digantikan oleh kalor

7
hasil pembakaran gas LPG. Putaran tinggi tersebut menimbulkan gaya sentrifugal
yang mengakibatkan air dan uap air terhempas keluar dari dalam mesin pengering,
kemudian air yang terkumpul dikeluarkan melalui pipa pembuangan.
Metode ini banyak jumpai pada penyedia jasa laundry, karena metode ini
dapat digunakan kapan saja tanpa bergantung pada cuaca, namun pakaian hasil
pengeringan metode ini tidak dapat langsung disetrika, perlu diangin-anginkan
terlebih dahulu, terlebih bila menggunakan gas LPG, gas sisa hasil pembakaran
dapat menimbulkan bau tidak sedap yang dapat mencemari pakaian, dan suhu
kerja yang tinggi dapat merusak struktur kain pada pakaian, serta tidak ramah
lingkungan (Nugroho, 2018).

Gambar 2.3 Mesin Pengering dengan Gaya Sentrifugal dan Heater


Sumber : Nugroho, 2018
2.2.4 Pengeringan Menggunakan Dehumidifier
Menurut Renaldi (2015), Dehumidifier merupakan suatu alat pengering
udara yang berfungsi mengurangi tingkat kelembaban pada udara melalui proses
dehumidifikasi. Proses dehumidifikasi merupakan proses penurunan kadar air
dalam udara menjadi udara kering. Dengan mengkondisikan udara didalam
ruangan, dapat diperoleh kelembaban sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Dehumidifikasi udara dapat dicapai dengan 2 metode. Pertama, menggunakan
metode pendinginan suhu udara dibawah titik embun dan menghapus kelembaban
dengan cara kondensasi atau yang disebut refrigerant dehumidifier. Kedua,
menggunakan metode bahan pengering sebagai penyerap kelembaban atau yang
disebut desiccant dehumidifier.

8
Berikut penjelasan selengkapnya mengenai jenis dehumidifier berdasarkan
penjelasan Renaldi (2015).
1. Desiccant Dehumidifier
Prinsip kerja desiccant dehumidifier berbeda dengan dengan metode
refrigerant dehumidifier. Dehumidifier ini menggunakan bahan penyerap
kelembapan berupa liquid atau solid, seperti silica gel atau batu zeloit.
Prinsip kerja desiccant dehumidifier yaitu melewatkan udara lembap
kebagian proses pada disc. Disc dibuat seperti sarang lebah dan berisi bahan
pengering (silica gel atau batu zeloit). Disc pada umumnya dibagi menjadi dua
saluran udara yang dipisahkan oleh pembatas seperti ditunjukkan di Gambar 2.4.
Pada desiccant dehumidifier, disc diputar perlahan-lahan menggunakan motor
kecil selanjutnya uap air pada udara akan diserap oleh disc, kemudian udara
meninggalkan rotor dengan suhu yang tinggi dan kering. Bersama dengan
berputarnya disc pada bagian reaktivasi, disirkulasikan udara panas dari heater.
Pemanasan pada bagian reaktivasi bertujuan untuk meregenerasi bahan pengering
pada disc, kemudian air yang terserap oleh disc bagian reaktivasi terlepas karena
proses pemanasan dan uap air yang terserap oleh pada bagian reaktivasi akan
dikeluarkan ke lingkungan

Gambar 2.4 Desiccant Dehumidifier


Sumber : Renaldi, 2015
2. Refrigerant Dehumidifier
Refrigerant dehumidifier merupakan dehumidifier yang paling umum
ditemui di pasaran. Dehumidifier ini paling banyak dipilih karena biaya
produksinya yang murah, mudah dalam pengoperasiannya dan efektif jika di
aplikasikan dalam domestik maupun komersial. Dehumidifier ini akan berkerja

9
sangat baik jika ditempatkan pada ruangan bersuhu hangat dan berkelembaban
tinggi.
Prinsip kerjanya yaitu menggunakan sistem kompresi uap. Evaporator
akan menyerap uap air di dalam udara, kemudian udara dilewatkan kondensor
agar menjadi kering dengan suhu udara yang tinggi. Evaporator memiliki tugas
menurunkan suhu udara ke titik di mana kondensasi terjadi. Kondensasi terbentuk
pada evaporator, kemudian menetes kebawah dan tertampung pada wadah.
Sedangkan kondensor memiliki peran untuk menaikkan suhu udara agar udara
menjadi semakin kering.

Gambar 2.5 Refrigerant Dehumidifier


Sumber : Renaldi, 2015
Pada penelitian ini, pengeringan pakaian dilakukan menggunakan
komponen mesin AC. Metode pengeringan ini termasuk ke dalam metode
dehumidifikasi (refrigerant dehumidifier). Secara singkat, prinsip pengeringan
pakaian menggunakan komponen mesin AC ini adalah dengan mengalirkan udara
kering dan bersuhu tinggi pada pakaian yang basah. Udara lembap pada ruang
pengering dialirkan ke evaporator untuk diembunkan atau diturunkan
kelembapannya sehingga menghasilkan udara kering, lalu udara kering tersebut
dialirkan pada kondensor dan kompresor untuk dipanaskan. Udara kering dan
bersuhu tinggi tersebut lalu disirkulasikan ke ruang pengering dan dibantu oleh
kipas, panas dari udara akan menguapkan kandungan air pada pakaian yang basah,
kemudian uap air tersebut akan diserap atau ditangkap oleh udara yang kering
untuk diembunkan lagi di evaporator, hal tersebutlah yang membuat pakaian dapat
kering.

10
2.3 Air Conditioner
Menurut Hartoyo (2009) tata udara (air conditioning) dapat didefinisikan
sebagai pengontrolan secara simultan semua faktor yang dapat berpengaruh
terhadap kondisi fisik dan kimiawi udara dalam struktur tertentu. Faktor-faktor
tersebut meliputi suhu udara, tingkat kelembapan udara, pergerakan udara,
distribusi udara dan polutan udara. Di mana sebagian besar dari faktor tersebut di
atas dapat berpengaruh terhadap kesehatan tubuh dan kenyamanan.
Air Conditioning (AC) atau alat pengkondisi udara merupakan modifikasi
pengembangan dari teknologi mesin pendingin. Alat ini dipakai bertujuan untuk
memberikan udara yang sejuk dan menyediakan uap air yang dibutuhkan bagi
tubuh. Penggunaan AC ini sering ditemui di daerah tropis yang terkenal dengan
musim panas. Suhu udara pada saat musim panas yang sedemikian tinggi dapat
mengakibatkan dehidrasi cairan tubuh yang dapat mengakibatkan kematian.
Selain itu, AC dimanfaatkan sebagai pemberi kenyamanan. Di lingkungan
tempat kerja AC juga dimanfaatkan sebagai salah satu cara dalam upaya
peningkatan produktivitas kerja. Karena dalam beberapa hal manusia
membutuhkan lingkungan udara yang nyaman untuk dapat bekerja secara optimal.
Tingkat kenyamanan suatu ruang juga ditentukan oleh temperatur, kelembapan,
sirkulasi dan tingkat kebersihan udara.
Adapun jenis jenis Air Conditioning (AC) yang umumnya ada dipasaran,
adalah sebagai berikut.
2.3.1 Split Air Conditioner
AC Split adalah AC yang evaporator dan kondensor berada di 2 mesin
yang berbeda. Evaporatornya terletak di dalam ruangan. Sedangkan kondensornya
terletak di luar ruangan.
AC split memisahkan sisi panas dan sisi dingin sistem. Sisi yang dingin
terdiri atas katup ekspansi dan kumparan evaporator yang pada umumnya
ditempatkan dalam suatu Air Handler Unit (AHU). AHU menghembuskan udara
melalui kumparan evaporator dan udara, setelah melalui kumparan evaporator
menjadi dingin. Udara dingin ini kemudian disalurkan ke ruangan dalam gedung
yang didinginkan. Sedangkan sisi panas yang biasa disebut dengan unitkondensasi

11
atau kondenser biasanya diletakkan di luar bangunan. Unit kondensor ini seperti
terlihat pada Gambar 2.6 berikut.

Gambar 2.6 Prinsip Kerja Unit AC Split


Sumber : Haryanto, 2009
Unit ini terdiri dari kumparan spiral yang panjang yang berbentuk silinder.
Di dalam kumparan ini ada sebuah kipas angin yang menyemburkan udara,
dilewatkan melalui kumparan untuk melepaskan kalor dalam kisi-kisi pipa
kumparan tersebut. Akibatnya suhu udara keluar dari unit ini lebih panas dari
suhu lingkungan sekitar.
Kondensor jenis ini banyak dipakai karena di samping murah, juga tidak
menimbulkan kebisingan di dalam ruangan. Namun, negatifnya adalah
kebisingannya di luar bangungan menjadi meningkat. Jadi, pada prinsipnya tidak
ada perbedaan antara AC jendela dan AC split, kecuali ukuran AC split lebih
besar, seperti kumparan kondenser, evaporator dan kompresor karena AC split
untuk keperluan yang lebih besar dibandingkan AC jendela.
Pada bangunan-bangunan seperti mal, supermarket, dan lain-lain, unit
kondensasi ini biasanya diletakkan di atas atap bangunan dan bisa menjadikan
pemandangan yang tidak menarik. Ada lagi yang berukuran kecil dipasang pada
atap berdekatan dengan AHU kecil untuk keperluan ruangan khusus.
Memang benar AC split pemakaiannya untuk beban yang lebih besar
dibandingkan AC jendela, namun untuk semakin besar bangunan, dimana daerah
yang harus didinginkan cukup jauh dari AHU, unit ini mengalami kesulitan.
Kesulitannya terletak pada pipa saluran udara dingin antara kondenser dan AHU
yang melampaui batas maksimumnya (permasalahan lubrikasi kompresor), atau
permsalahan pada ductingnya (kapasitas dan panjang). Jika, hal ini terjadi, maka
sistem yang cocok adalah yang menggunakan sistem air yang didinginkan (chilled
water sistem).

12
Gambar 2.7 Contoh AC Split
Sumber : Hartoyo, 2009

2.3.2 Window Air Conditioner


AC Window adalah AC yang evaporator dan kondensornya terletak pada 1
buah mesin (kotak). AC window merupakan unit ac yang mengimplementasikan
suatu pengkondisi udara pada ruangan yang kecil. Unit AC ini dibuat dengan
ukuran kecil sesuai dengan ukuran jendela sehingga mudah dipasang. Setelah
dipasang, AC disambungkan ke stop kontak dan di On kan, maka ruangan akan
segera dingin/sejuk. Karena demikian mudahnya, baik dalam hal pemasangan
maupun operasinya membuat unit AC ini sangat banyak digunakan.

(a). AC Window Tampak Luar (b). AC Window Tampak Dalam


Gambar 2.8 Tampak Luar dan Tampak Dalam Air Conditioner tipe Windows
Sumber : Hartoyo, 2009
Bila penutup unit AC ini dibuka, akan terlihat komponen-komponen
sebagai berikut:
1. Sebuah kompresor.
2. Katup ekspansi.
3. Kumparan pipa panas atau kondensor pada bagian luar ruangan.
4. Kumparan pipa dingin atau evaporator pada bagian dalam ruangan.
5. Dua buah kipas angin (fan).
6. Unit kontrol.

13
Kipas-kipas angin ini menghembuskan udara ke kondensor (kumparan
pipa panas) untuk melepaskan panas gas refrigerant dan menghembus udara ke
evaporator (kumparan pipa dingin) untuk mendinginkan ruangan.

2.3.3 Portable Air Conditioner


Tipe AC Portable adalah mesin kompresor dan indoor jadi satu. Sehingga
penggunaannya membutuhkan semacam pipa peralon untuk membuang udara
panas kompresor. AC ini sering digunakan untuk kamar kost. Karena mudah
dibawa kemana-mana dan harganya cukup bersahabat, jadi sangat cocok untuk
mahasiswa yang belum mempunyai banyak penghasilan.

Gambar 2.9 Portable Air Conditioner


Sumber : Aditya, 2019
2.4 Siklus Kompresi Udara
Siklus Kompresi Uap merupakan suatu sistem yang menggunakan
kompresor sebagai alat kompresi refrigeran, yang dalam keadaan bertekanan
rendah akan menyerap kalor dari tempat yang didinginkan, kemudian masuk pada
sisi penghisap (suction) dimana uap refrigeran tersebut ditekan didalam
kompresor sehingga berubah menjadi uap bertekanan tinggi yang dikeluarkan
pada sisi keluar (Caesar, 2012).
Adapun penjelasan tentang siklus kompresi uap dapat disederhanakan
menggunakan diagram P-h pada siklus refrigerasi ideal yang ditunjukkan pada
Gambar 2.10 dibawah.

14
Gambar 2.10 Diagram P-h untuk siklus refrigerasi ideal
Sumber : Cengel., Boles, 2005
2.4.1 Proses Kompresi
Proses (1-2) merupakan proses kompresi dimana refrigeran ditekan
sehingga tekanannya menjadi lebih tinggi sehingga temperatur jenuhnya menjadi
lebih tinggi pada saat masuk kondenser. Hal ini dimaksudkan agar temperatur
refrigerant di kondenser menjadi lebih tinggi dari temperatur lingkungan sehingga
mampu memindahkan panas ke lingkungan dengan proses kondensasi (Caesar,
2012). Pada siklus ideal proses kompresi ini berlangsung secara isentropik.
Kondisi awal refrigeran pada saat masuk kompresor adalah uap jenuh bertekanan
rendah setelah dikompresi refrigeran menjadi uap bertekanan tinggi. Besarnya
daya atau kinerja kompresi yang dilakukan kompresor adalah.

Dimana,

= Daya atau kerja kompresor yang dilakukan (kW)

= Entalpi refrigeran saat masuk kompresor (kJ/kg)

= Entalpi refrigeran saat keluar kompresor (kJ/kg)

= Laju aliran massa refrigeran (kg/s)

15
2.4.2 Proses Kondensasi
Proses selanjutnya (proses 2-3) merupakan proses kondensasi. Pada proses
ini uap refrigeran turun temperaturnya kemudian berubah fasanya pada tekanan
dan temperatur yang konstan dari fasa gas ke fasa cair dengan cara membuang
kalor ke lingkungan. Kalor refrigeran dapat pindah ke lingkungan karena
memiliki temperatur dan tekanan jenuh yang lebih tinggi dari lingkungan. Kalor
yang berpindah dari refrigeran ke udara pendingin bergantung pada berbagai
faktor, antara lain luas permukaan kondenser, jenis material yang digunakan,
selisih temperatur kondensasi dengan temperatur lingkungan. Semakin banyak
panas yang dibuang di kondenser, semakin banyak pula refrigeran yang mencair,
dan diharapkan saat keluar kondenser seluruhnya menjadi cair (Caesar, 2012).
Besarnya kalor yang dibuang di kondenser dapat dinyatakan melalui
persamaan berikut.

Dimana,

= Besarnya kalor yang dibuang di kondenser (kW)

= Entalpi refrigeran saat masuk kondenser (kJ/kg)

= Entalpi refrigeran saat keluar kondenser (kJ/kg)

= Laju aliran massa refrigeran (kg/s)

2.4.3 Proses Ekspansi


Proses (3-4) ini terjadi di pipa kapiler. Setelah refrigeran melepas kalor di
kondenser, refrigeran berfasa cair akan mengalir menuju pipa kapiler untuk
diturunkan tekanan dan temperaturnya. Diharapkan temperatur yang terjadi lebih
rendah daripada temperatur lingkungan, sehingga dapat menyerap kalor pada saat

16
berada di evaporator. Dalam proses ekspansi ini tidak terjadi proses penerimaan
atau pelepasan energi (enthalpy konstan) (Caesar, 2012).

Dimana,

= Entalpi refrigeran saat masuk kondenser (kJ/kg)

= Entalpi refrigeran saat keluar kondenser (kJ/kg)

2.4.4 Proses Evaporasi


Setelah keluar dari alat ekspansi kemudian refrigeran yang berfasa
campuran dialirkan ke evaporator. Pada kondisi ini refrigeran memiliki tekanan
yang rendah, sehingga temperatur jenuhnya berada di bawah temperatur ruangan,
lingkungan atau produk yang didinginkan. Kalor kemudian terserap oleh
refrigeran kemudian refrigeran berubah fasanya menjadi gas sementara temperatur
ruangan, kabin, atau produk yang didinginkan menjadi lebih dingin (Caesar,
2012).
Proses evaporasi pada siklus ideal terjadi secara isothermal dan isobar.
Besarnya kalor yang diserap oleh refrigeran di evaporator dapat ditentukan
berdasarkan persamaan berikut.

Dimana,

= Kalor yang diserap di evaporator (kW)

= Entalpi refrigeran saat masuk katup expansi (kJ/kg)

= Entalpi refrigeran saat keluar evaporator (kJ/kg)

17
= Laju aliran massa refrigeran (kg/s)

2.5 Parameter Performa.


Proses pengeringan pakaian tersebut memiliki parameter yang nantinya
akan diukur berdasarkan data yang didapat dari hasil pengujian alat. Parameter
parameter ini akan digunakan untuk menganalisa performa dari alat pengering
pakaian ini.
2.5.1 Laju Pengeringan (Drying Rate)
Laju pengeringan adala banyaknya air yang diuapkan tiap satuan waktu
atau penurunan kadar air suatu bahan dalam satuan waktu. Penurunan kadar air
produk selama proses pengeringan dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut (Ambarita., dkk, 2016).

Dimana,

= Laju pengeringan (kg/jam)

= Massa handuk sebelum pengeringan (kg)

= Massa handuk sesudah pengeringan (kg)

= Waktu pengeringan (jam)

2.5.2 Laju Aliran Massa Udara


Merupakan laju aliran massa udara pada sistem pengeringan yang
dipengaruhi oleh kecepatan udara kipas kondenser dan kecepatan udara kipas
evaporator yang dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut (Mahlia.,
dkk, 2010).

18
Dimana,

= Laju aliran massa udara (kg/s)

= Luas area lemari pengering (m2)

= Densitas udara (kg/m3)

= Kecepatan aliran udara (m/s)

2.5.3 Konsumsi Listrik


Merupakan konsumsi listrik yang digunakan pada sistem refrigrasi selama
mengeringkan pakaian yang ada didalam lemari pengering dapat dihitung
menggunakan persamaan berikut (Mahlia., dkk, 2010).

Dimana,

= Daya konsumsi (kWh)

= Volt (kgm2/s3)

= Ampere

= Faktor kekuatan (0.8 – 1)

19
= Daya listrik (Watt)

= Waktu pengeringan (jam)

2.5.4 Nilai Laju Ekstrasi Uap Spesifik (Specific Moisture Extraction Rate)
Merupakan nilai perbandingan jumlah air yang dapat diuapkan dari bahan
dengan energi listrik yang digunakan tiap jamnya, atau energi yang dibutuhkan
untuk menghilangkan 1 kg air pada bahan. Parameter ini dapat dihitung
menggunakan persamaan berikut (Mahlia., dkk, 2010).

Dimana,

= Specific Moisture Extraction Rate (kg/kWh)

= Air yang diserap (kg)

= Laju aliran massa udara (kg/s)

= Panas jenis udara (kJ/kg.K)

= Temperatur udara masuk evaporator (K)

= Temperatur udara keluar evaporator (K)

= Daya konsumsi (kWh)

20
2.5.5 Konsumsi Energi Spesifik (Specific Energy Consumption)
Merupakan perbandingan energi yang dikonsumsi terhadap kandungan air
yang hilang. Parameter ini dapat dihitung menggunakan persamaan berikut
(Mahlia., dkk, 2010).

Dimana,

= Specific Moisture Extraction Rate (kWh/kg)

= Air yang diserap (kg)

= Laju aliran massa udara (kg/s)

= Panas jenis udara (kJ/kg.K)

= Temperatur udara masuk evaporator (K)

= Temperatur udara keluar evaporator (K)

= Daya konsumsi (kWh)

21

Anda mungkin juga menyukai