Anda di halaman 1dari 19

UTS &UAS TAUHID DAN AKHLAK TASAWUF

Disusun guna memenuhi tugas Akhir Tauhid dan Akhak Tasawuf


Dosen Pembimbing: Dr. H. Darmu’in, M.Ag.

Disusun oleh :
Nama : Tri Rahayu Retnowati
NIM : 2207026025
Kelas : Gizi 2A

PROGRAM STUDI GIZI


FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN
UIN WALISONGO SEMARANG
2023
1. RESUME ALIRAN TEOLOGI JABARIYAH DAN QODARIYAH

 Pengertian Jabariyah dan Qadariyah


Jabariyah berasal dari kata Jabara yang berarti “memaksa”. Bahwa manusia itu tidak mempunyai
kebebasan untuk menentukan perbuatannya sendiri.Semua kehendak dan perbuatan manusia sudah
ditentukan oleh Tuhan, karenaTuhanlah yang mempunyai kekuasaan dan kehendak yang mutlak.
Qadariyah berasal dari bahasa Arab qadara, yang berarti kemampuan dan kekuatan atau
kekuasaan. Menurut pengertian terminologi, Qadariyah adalah aliran yang percaya bahwa segala
tindakan manusia tidak diintervensi dengan tangan Tuhan. Kaum Qadariyah berpendapat, bahwa manusia
mempunyai kemerdekaan dan kebebasan dalam menentukan perjalanan hidupnya. Menurut paham
Qadariyah manusia mempunyai kebebasan dan kekuatan sendiri untuk mewujudkan perbuatan-
perbuatannya. Dalam teologi modern, paham Qadariyah ini dikenal dengan nama free will,freedom of
willingness atau freedom of action, yaitu kebebasan untuk berkehendak atau kebebasan untuk berbuat.
Jadi, Qadariyah adalah paham yang menisbatkan kekuasaan kepada manusia.
 Latar belakang munculnya Jabariyah dan Qadariyah
Dalam sejarah teologi Islam, paham Jabariyah pertama kali ditonjolkan oleh Ja‟d Ibn Dirham.
Tetapi yang menyiarkannya adalah Jahm Ibn Safwan dari Khurasan. Jahm yang terdapat dalam aliran
jabariah ini samadengan Jahm yang mendirikan golongan al-Jahmiah dalam kalangan Murji‟ah sebagai
Sekretaris dari Syuraih Ibn al-Harris, ia turut dalam gerakkan melawan kekuasaan Bani Umayyah, dalam
peperangan itu ia tertangkap dan dihukum mati pada tahun 131 H. Paham yang dibawa oleh Jahm adalah
lawan ekstrim dari paham yang dianjurkan oleh Ma‟bad dan Ghailan. Manusia, menurut Jahm, tidak
mempunyai kekuasaan untuk berbuat apa-apa; manusia tidak mempunyai daya, tidak mempunyai
kehendak sendiri dan tidak mempunyai pilihan; manusia dalam perbuatan-perbuatannya adalah dipaksa
dengan tidak ada kekuasaan, kemauan dan pilihan baginya. ada teori yang mengatakan bahwa
kemunculannya diakibatkan oleh pengaruh pemikiran asing, yaitu pengaruh agama Yahudi bermadzhab
Qurra dan agama Kristen bermadzhab Yacobit.
Paham Qadariyah pertama kali ditimbulkan oleh Ma‟bad al-Juhani dan Ghailan al-Dimasyqi.
Keduanya mengambil paham ini dari seorang kristen yang telah masuk Islam di Irak. Pada waktu Ma‟bad
mati terbunuh dalam pertempuran melawan al-Hallaj, maka Ghailan terus menyebarkan paham Qadariyah
tersebut di Damaskus. Tetapi mendapat tantangan dari khalifah Umar Ibn al-Aziz. Akhirnya di zaman
Hisyam „Abd al-Malik, ia harus mengalami hukuman mati.
 Doktrin paham qadariyah
Sebagian orang orang qodariyah mengatakan bahwa semua perbuatan manusia yang baik itu berasal dari
Allah swt, sedangkan perbuatan manusia yang jelek itu manusia sendiri yang menciptakannya, tidak ada
sangkut pautnya dengan Allah swt.
 Pemikiran Jabariyah
orang orang jabariyah berpendapat bahwa manusia itu tidak mempunyai daya ikhtiar, yang mana semua
gerak manusia di paksa adanya kehendak Allah swt. Jabariyah berpendapat bahwa hanya Allah swt sajalah
yang menentukan dan memutuskan segala amal perbuatan manusiaSemua perbuatan itu sejak semula telah
diketahui Allah swt. Dan semua amal perbuatan itu adalah berlaku dengan kodrat dan irodatnya. Manusia
tidak mencampurinya sama sekali. faham jabariyah ini melampaui batas sehingga mengiktikadkan bahwa
tidak berdosa kalau berbuat kejahatan karena yang berbuat itu pada hakikatnya Allah swt.
2. RESUME ALIRAN TEOLOGI : SYI’AH, KHAWARIJ, MURJIAH

A. Aliran Syiah
Syiah adalah salah satu aliran dalam Islam yang meyakini Ali bin Abi Talib dan keturunannya
sebagai pemimpin Islam setelah Nabi saw. wafat. Para penulis sejarah Islam berbeda pendapat mengenai
awal mula golongan syiah. Sebagian menganggap Syiah lahir setelah Nabi Muhammad saw. wafat, yaitu
pada suatu perebutan kekuasaan antara kaum Muhajirin dan Anshar.
Pendapat yang palingpopular tentang lahirnya golongan Syiah adalh setelah gagalnya perundingan
antara Ali bin Abi Talib a Mu’awiyah bin Abi Sufyan di Siffin. Perundingan ini diakhiri
dengan tahkim atau arbitrasi. Akibat kegagalan itu, sejumlah pasukan Ali memberontak terhadap
kepemimpinannya dan keluar dari pasukan Ali. Mereka itu disebut golongan Khawarij atau orang-orang
yang keluar, sedangkan sebagian besar pasukan yang tetap setia kepada Ali disebut Syiah atau pengikut Ali.
Beberapa sekte aliran Syiah, di antaranya adalah sebagai berikut :
1. Sekte Kaisaniyah
Kaisiniyah adalah sekte Syiah yang mempercayai Muhammad bin Hanafiah sebagai pemimpin setelah
Husein bin Ali wafat. nama Kaisaniyah diambil dari nama seorang budak Ali yang bernama Kaisan.
2. Sekte Zaidiah
Sekte ini mempercayai kepemimpinan Zaid bin Ali bin Husein Zainal Abidin sebagai pemimpin setelah
Husein Bin Ali wafat. dalam Syiah Zaidiyah, seseorang dapat diangkat sebagai imam apabila
memenuhi lima kriteria. Kelima kriteria itu adalah keturunan Fatimah binti Muhammad saw. berpengatuhan
luas tentang agama, hidupnya hanya untuk beribadah, berjihad di jalan Allah dengan mengangkat senjata,
dan berani. Selain itu sekte ini mengakui kekhalifahan Abu Bakar dan Umar bin Khattab.
3. Sekte Imamiyah
Sekte ini adalah golongan yang meyakini bahwa Nabi Muhammad saw. telah menunjuk Ali bin Abi Thalib
menjadinpemimpin atau imam sebagai pengganti beliau dengan petunjuk yang jelas dan tegas. Oleh karena
itu, sekte ini tidak mengakui kepemimpinan Abu Bakar, Umar, dan Usman. Sekte Imamiyah pecah menjadi
beberapa golongan. Golongan terbesar adalah golongan Isna Asy’ariyah ata Syiah Duabelas. Golongan
kedua terbesar adalah golongan Ismailiyah.

B. Aliran Khawarij
Khawarij berarti orang-orang yang keluar barisan Ali bin Abi Thalib. Golongan ini
menganggap diri mereka sebagai orang-orang yang keluar dari rumah dan semata-mata untuk
berjuang di jalan Allah. Meskipun pada awalnya khawarij muncul karena persoalan politik, tetapi
dalam teapi dalam perkembangannya golongan ini banyak berbicara masalah teologis. Alasan
mendaar yang membuat golongan ini keluar dari barisan Ali adalh ketidak setujuan mereka
terhadap arbitrasi atau tahkim yang dijalankan Ali dalam menyelesaikan masalah dengan
Mu’awiyah.
Menurut  keyakinan Khawarij, semua masalah antara Ali dan Mu’awiyah harus diselesaikan
dengan merujuk kepada hokum-hukum Allah yang tertuang dalam Surah al-Maidah Ayat 44 yang
artinya,” Barangsiapa tidak memutuskan dengan apa yang diturunkan Allah, maka mereka itulah
orang-orang kafir”. Berdasarkan ayat ini, Ali, Mu’awiyah dan orang-orang yang
menyetujui tahkim telah menjadi kafir karena mereka dalam memutuskan perkara tidak merujuk Al-
Qur’an. Dalam aliran Khawarij terdapat enam sekte penting, yaitu al-Muhakkimah, al-Azariqah, an-
Najdat, al-Ajaridah, asy-Syufriyah dan al-Ibadiyah.

C. Aliran Murji’ah
Aliran ini disebut juga Murji’ah karena dalam prinsipnya mereka menunda persoalan konflik
antara Ali bin Abi Thalib, Mu’awiyah bin Abi Sufyan, dan kaum Khawarij pada hari perhitungan
kelak. Oleh karena itu,  mereka tidak ingin smengeluarkan pendapat entang siapa syang benar dan
dan siapa yang kafir di antara ketiga kelompok yang bertikai itu. Dalam perkembangannya, aliran
initernyata tidak dapat melepaskan diri dari persoalan teologis yang muncul pada waktu itu.ketika itu
terjadi perdebatan mengenainhukum orang yang berdosa besar. Kaum Murji’ah berpendapat bahwa
orang yang berdosa besar tidak dapat dikatakan kafir selama ia tetap mengakui Allah sebagai
Tuhannya dan Nabi Muhammad saw. sebagai rasul. Pendapat ini merupakan lawan dari pendapat
kaum Khawarij yang menyatakan bahwa orang Islam yang berdosa besar hukumnya kafir.
Dalam perjalanan sejarahnya, aliran ini aliran ini terpecah menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok moderat dan kelompok ekstrem. Tokoh-tokoh kelompok moderat adalah Hasan bin
Muhammad bin Ali bin Abi Thalib, Abu Hanifah dan Abu Yusuf. Kelompok ekstrem terbagu dalam
beberapa kelompok, diantaranya adalah al-Jahamiyah, as-Salihiyah, al-Yunusiyah, al-Ubaidiyah, al-
Gailaniyah, as-Saubariyah, al-Marisiyah dan al-Karamiyah.
 ajaran pokok Murji’ah, yaitu:Harun Nasution menyebutkan empat ajaran pokok Murjia’ah:
a) Menunda hukuman atas Ali, Muawiyah, Amr bin Ash dan Abu Musa Al- Asy’ari yang terlibat
tahkim dan menyerahkannya kepada Allah di hari kiamat kelak.
b) Menyerahkan keputusan kepada Allah atas orang muslim berdosa besar.
c) Meletakkan (pentingnya) iman daripada amal.
d) Memberikan penghargaan kepada muslim yang berdosa
 Sementara itu, Abu ‘A’la Al-Mandudi menyebutkan dua doktrin Murji’ah:
a) Iman adalah percaya kepada Allah dan Rasul-Nya saja. Amal atau perbuatan itu merupakan suatu
keharusan bagi adanya iman. Seseorang dianggap mukmin walau meninggalkan perbuatan dosa besar.
b) Dasar keselamatan adalah iman semata. Selama masih ada iman di hati, maksiat tidak akan
mendatangkan madharat atas seseorang untuk mendapatkan ampunan maka cukup menjauhkan diri dari
syirik dan mati dalam keadaan akidah tauhid.
3. RESUME AHLU SUNNAH WAL JAMA’AH

Adapun ungkapan Ahlussunah (sering juga disebut sunni) dapat dibedakan menjadi dua pengertian,


yaitu umum dan khusus. Sunni dalam pengertian umum adalah lawan kelompok syiah. Dalam pengertian
ini, Mu’tazilah-sebagaimana juga Asy’ariayah-masul dalam barisan sunni. Sunni dalam pengertian khusus
adalah mahzhab yang berada dalam barisan Asy’ariyah dan merupakan lawan Mu’tazilah. Selanjutnya, term
Ahlussunah banyak dipakai setalah munculnya aliran Asy’ariyah dan Maturidiyah, dua aliran yang menentang
ajaran-ajaran Mu’tazilah[4].
1.      Aliran Asy’ariyah
Aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap paham Muktazillah yang dianggap menyeleweng dan menyesatkan
umat Islam. Dinamakan aliran Asy’ariyah karena dinisbahkan kepada pendirinya, yaitu Abu Hasan al-
Asy’ari[5]. Dan nama aslinya adalah Abu al-hasan ‘Ali bin Ismail al-Asy’ari, dilahirkan dikota Basrah (Irak)
pada tahun 260 H/873 M dan wafat pada tahun 324 H/ 935 M, keturunan Abu Musa al-Asy’ari seorang sahabat
dan perantara dalam sengketa antara Ali r.a. dan Mu’awiyah r.a.[6]
Setelah keluar dari kelompok Muktazillah, al-Asy’ari merumuskan pokok-pokok ajarannya yang berjumlah
tujuh pokok. Berikut ini adalah tujuh pokok ajaran aliran As’ariyah.
a.      Tentang Sifat Allah
Menurutnya, Allah mempunyai sifat, seperti al-Ilm (mengetahui), al-Qudrah (kuasa), al-Hayah (hidup), as-
Sama’ (mendengar), dan al-Basar (melihat).
b.      Tentang Kedudukan Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah firman Allah dan bukan makhluk dalam arti baru dan diciptakan. Dengan demikian, Al-
Qur’an bersifat qadim (tidak baru).
c.       Tentang melihat Allah Di Akhirat
Allah dapat dilihat di akhirat dengan mata kepala karena Allah mempunyai wujud.
d.      Tentang Perbuatan Manusia
Perbuatan-perbuatan manusia itu ciptaan Allah.
e.       Tentang Antropomorfisme
Menurut alAsy’ari, Allah mempunyai mata, muka, dan tangan, sebagaimana disebutkan dalam surah al-Qamar
ayat 14 dan ar-Rahman ayat 27. akan tetapi bagaimana bentuk Allah tidak dapat diketahui.
f.        Tentang dosa Besar
Orang mukmin yang berdosa besar tetap dianggap mukmin selam ia masih beriman kepada Allah dan Rasul-
Nya.
g.      Tentang Keadilan Allah
Allah adalah pencipta seluruh alam. Dia milik kehendak mutlak atas ciptaan-Nya. Ketujuh pemikiran al-
Asy’ari tersebut dapat diterima oleh kebanyakan umat Islam karena sederhana dan tidak filosofis.
2.        Aliran Maturidiyah
Aliran Maturidiyah didirikan oleh Muhammad bin Abu Mansur. Ia dilahirkan di Maturid, sebuah kota kecil di
daerah Samarqand (termasuk daerah Uzbekistan).
Al-Maturidy mendasarkan pikiran-pikiran dalam soal-soal kepercayaan kepada pikiran-pikiran Imam Abu
Hanifah yang tercantum dalam kitabnya Al-fiqh Al-Akbar dan Al-fiqh Al-Absath dan memberikan ulasan-
ulasannya terhadap kedua kitab-kitab tersebut. Al-Maturidy meninggalkan karangan-karangan yang banyak
dan sebagian besar dalam lapangan ilmu tauhid.
Maturidiyah lebih mendekati golongan Muktazillah. Dalam membahas kalam, Maturidiyah mengemukakan
tiga dalil, yaitu sebagai berikut:
a.       Dalil perlawanan arad: dalil ini menyatakan bahwa ala mini tidak akan mungkin qasim karena didalamnya
terdapat keadaan yang berlawanan, seperti diam dan derak, baik dan buruk. Keadaan tersebut adalah baru dan
sesuatu yang tidak terlepas dari yang baru maka baru pula.
b.      Dalil terbatas dan tidak terbatas: alam ini terbatas, pihak yang terbatas adalah baru. Jadi alam ini adalah
baru dan ada batasnya dari segi bendanya. Benda, gerak, dan waktu selalu bertalian erat. Sesuatu yang ada
batasnya adalah baru.
c.       Dalil kausalitas: alam ini tidak bisa mengadakan dirinya sendiri atau memperbaiki dirinya kalau rusak.
Kalau alam ini ada dengan sendirinya, tentulah keadaannya tetap msatu. Akan tetapi, ala mini selalu berubah,
yang berarti ada sebab perubahan itu
4. ALIRAN TEOLOGI MU’TAZILAH
Aliran ini muncul sebagai reaksi atas pertentangan antar aliran Khawarij dan aliran Murji’ah mengenai
persoalan orang mukmin yang berdosa besar. Menghadapi dua pendapat ini, Wasil bin Ata yang ketika itu
menjadi murid Hasan al-Basri, seorang ulama terkenal di Basra, mendahuli gurunya dalam mengeluarkan
pendapat. Wasil mengatakan bahwa orang mukmin yang berdosa besar menempati posisi antara mukmin dan
kafir. Tegasnya, orang itu bukan mukmin dan bukan kafir. Aliran Mu’tazilah merupakan golongan yang
membawa persoalan-persoalan teologi yang lebih mandalam dan bersifat filosofis. Dalam pembahasannya
mereka banyak memakai akal sehingga mendapat nama “kaum rasionalis Islam”.
Setelah menyatakan pendapat itu, Wasil bi Ata meninggalkan perguruan Hasan al-Basri, lalu
membentuk kelompok sendiri. Kelompok ini dikenal dengan Muktazillah. Pada awal perkembangannya aliran
ini tidak mendapat simpati umat Islam karena ajaran Muktazillah sulit dipahami oleh beberapa kelompok
masyarakat. Hal itu disebabkan ajarannya bersifat rasional dan filosofis. Alas an lain adalah aliran Muktaszillah
dinilai tidak berpegang teguh pada sunnah Rasulullah SAW dan para sahabat. Aliran baru ini memperoleh
dukungan pada masa pemerintahan Khalifah al-Makmun, penguasa Bani Abbasiyah.
Aliran Muktazillah mempunyai lima dokterin yang dikenal dengan al-usul al- khamsah. Berikut ini kelima
doktrin aliran Muktazillah.
a.      At-Taauhid (Tauhid)
Ajaran pertama aliran ini berarti meyakini sepenuhnya bahwa hanya Allah SWT. Konsep tauhid menurut mereka adalah
paling murni sehingga mereka senang disebut pembela tauhid (ahl al-Tauhid).
b.      Ad-Adl
Menurut aliaran Muktazillah pemahaman keadilan Tuhan mempunyai pengertian bahwa Tuhan wajib berlaku adil dan
mustahil Dia berbuat zalim kepada hamba-Nya. Mereka berpendapat bahwa tuhan wajib berbuat yang terbaik bagi
manusia. Misalnya, tidak memberi beban terlalu berat, mengirimkan nabi dan rasul, serta memberi daya manusia agar
dapat mewujudkan keinginannya.
c.       Al-Wa’d wa al-Wa’id (Janji dan Ancaman).
Menurut Muktazillah, Tuhan wajib menepati janji-Nya memasukkan orang mukmin ke dalam sorga. Begitu juga
menempati ancaman-Nya mencampakkan orang kafir serta orang yang berdosa besar ke dalam neraka.
d.      Al-Manzilah bain al-Manzilatain (posisi di Antara Dua Posisi).
Pemahaman ini merupakan ajaran dasar pertama yang lahir di kalangan Muktazillah. Pemahaman ini yang menyatakan
posisi orang Islam  yang berbuat dosa besar. Orang jika melakukan dosa besar, ia tidak lagi sebagai orang mukmin, tetapi
ia juga tidak kafir. Kedudukannya sebagai orang fasik. Jika meninggal sebelum bertobat, ia dimasukkan ke neraka selama-
lamanya. Akan tetapi, sikasanya lebih ringan daripada orang kafir.
e.       Amar Ma’ruf Nahi Munkar (Perintah Mengerjakan Kebajikan dan Melarang Kemungkaran).
Dalam prinsip Muktazillah, setiap muslim wajib menegakkan yang ma’ruf dan menjauhi yang mungkar. Bahkan dalam
sejarah, mereka pernah memaksakan ajarannya kepada kelompok lain. Orang yang menentang akan dihukum.
5. TEOLOGI PLURALISME
 Pengertian
Secara etimologis, pluralisme berarti ta’addudiyah, dalam bahasa Inggris disebut pluralism, terdiri dari
dua kata yakni; plural yang berarti beragam dan isme yang berarti paham. Jadi dapat berarti beragam
pemahaman, atau bermacam-macam paham.

 Sejarah Munculnya Pluralisme


Versi pertama pluralisme agama berawal dari agama kristen yang dimulai setelah Konsili Vatikan II pada
permulaan tahun 60-an yanng mendeklarasikan “keselamatan umum” bahkan untuk agama-agama diluar
kristen. Gagasan pluralisme agama ini sebenarnya merupakan upaya-upaya peletakan landasan teologis
kristen untuk berinteraksi dan bertoleransi dengan agama-agama lain. Versi kedua menyebutkan bahwa
pluralisme agama berasal dari India. Misalnya Rammohan Ray (1773-1833) pencetus gerakan Brahma
Samaj, ia mencetuskan pemikiran Tuhan satu dan persamaan antar agama (ajaran ini penggabungan
antara Hindu-Islam).
 Islam dan pluralisme keagamaan
Islam disamping memiliki doktrin-doktrin eksklusif sebagaimana agama yahudi dan kristen, juga
memiliki doktrin- doktrin inklusif- pluralis, yang menghargai dan mengakui kebenaran agama lain,
sebagimana dalam al-qur’an 2: 120. Tidak seperti pada kedua agama sebelumnya yang memiliki babakan
sejarah pergeseran sikap keagamaan eksklusif, inklusif, dan pluralis, dalam islam teologi inklusif- plural
telah diteladankan pada tingkat praksis oleh rasulullah ketika menjadi pemimpin politik dan agama di
Madinah. Al-qur’an memberikan apresiasi bahwa masyarakat dunia terdiri dari beragam komunitas yang
memiliki orientasi kehidupan masing-masing. Komunitas- komunitas terseebut harus menerima kenyataan
akan keraggaman sehinggga mampu memberkan toleransi. Tuhan memberiikan umatnya beragam karena
keraggaman merupakan bagian dari sunntullah. Hal iini terbukti dengan diberikannya pilihan-pilihan yang
bisa diambil oleh manusia apakah akan mengimani atau mengingkari kebenaran tuhan ( al-qu’an, 18: 29)
serta watak karahmatan tuhan yang terbatas ( al-qur’an, 5: 118). Islam pluralis, dipandang sebagai
pengembang secara liberal dari islam inklusif, dimana bagi penganut paham ini semisal Fritjhof Schuon,
berpandangan bahwa setiap agama pada dasarnya terbentuk oleh perumusn iman dan pengalaman iman.
Ketika islam misalnya mengharuskan seseorang memiliki iman terlebih dahulu ( tawhid) baru disusul
pengalaman iman ( amal salih) maka dalam perspektif kristiani seseorang harus lebih dahulu memiliki
pengalaman iman baru disusul perumusan iman.
 Doktrin Pluralisme Agama
1. Semua kelompok memiliki kesepakatan minimal terhadap nilai-nilai bersama yang dianggap
berharga untuk diraih dan dihidupkan
2. Dasar hubungan adalah toleransi dan mutual-respect
3. Ruang publik yang sehat, komunikasi yang terbuka
4. Tiadanya legalisasi kekerasan, pemaksaan, dan hegemoni di level apapun.
 Dampak pluralisme dalam kehidupan bermasyarakat
1. Damapak positif : Adanya toleransi beragama, terjadinya kerukunan antar umat bergama di
Indonesia
2. Dampak negatif : Munculnya berbagai sekte agama yang mengatas namakan HAM.
a. Bisa menjadi asal pertikaian antar umat beragama jika pluralisme ditanggapi secara berlebih
6. TEOLOGI PEMBEBASAN
 Sejarah
Teologi pembebasan awalnya muncul di Eropa pada abad ke-20 dan menjadi studi penting bagi
agama-agama untuk melihat peran agama dalam membebaskan manusia dari ancaman globalisasi dan
menghindarkan manusia dari berbagai macam dosa sosial, serta menawarkan paradigma untuk memperbaiki
sistem sosial bagi manusia yang telah dirusak oleh berbagai sistem dan ideologi dari perbuatan manusia sendiri.
Perkembangan teologi di Eropa lebih pada pemikiran,sedangkan di Amerika Latin dan Asia pada pemikiran
kegerakan untuk melawan hegemoni kekuasaan yang otoriter. Teologi pembebasan di Amerika Latin merupakan
bagian dari gerakan para agamawan melawan hegemoni kekuasaan Negara yang otoriter.
 Ali Asghar Engginer adalah pemikir Islam dari India yang giat menyuarakan Islam sebagai teologi
pembebasan. Sebuah teologi yang menitikberatkan pada kebebasan, persamaan dan keadilan distribusi
serta menolak keras penindasan, penganiayaan dan eksploitasi manusia oleh manusia. Teologi
Pembebasan Islam bertujuan menjadi respon atas sosial politis di masa sekarang sebagaimana awal mula
munculnya teologi sebagai respon sosial politis. Teologi ini tidak hanya fokus tentang ketuhanannya saja,
melainkan harusjuga memasukkan unsur manusia di dalamnya. Beberapa konsep kunci yang dirumuskan
ulang oleh Asghar adalah tauhid dan syirik, iman dan kufur, adil, dan jihad.

 Karakteristik teologi pembebasan

1.) Akrab dengan wacana pemikiran manusia dan tidak hanya dipahami secara ukhrawi belaka seperti teologi
klasik. 2.) Teologi ini tiak akan mendukung status quo, bahkan akan selalu menjadi antitesis kemapanan, baik
yang bersifat politik maupun keagamaan. Kemapanan harus senantiasa dikontrol, jika tidak maka akan
cenderung menjadi otoriter. 3.) Ia akan menjadi ispirator ideologis bagi masa tertindas (mustadh’afun) untuk
menghadapi penindas (mustakbirun). membakar semangat revolusioner dalam berjuang menghadapi tirani,
eksploitasi dan penganiayaan. 4.) Teologi ini menekankan adanya pengakuan terhadap perlunya
memperjuangkan secara serius problem bipolaritas spiritual-material kehidupan manusia dengan penyusunan
kembali tatanan sosial sekarang ini menjadi tatanan yang tidak eksploitatif, adil dan egaliter. Teologi
Pembebasan Islam mendorong kritis terhadap teologi yang sudah baku.

 Konsep-konsep Kunci Teologi Pembebasan Islam

1. Tauhid dan Syirik

Menurut teologi yang ada selama ini Tauhid selalu mengarah kepada keesaan Allah. Memang benar
bahwa tauhid adalah monoteisme ketat sebab demikian akan mengimplikasikan absolusitas dan keunikan Tuhan,
namun Asghar mencoba merumuskan tauhid dalam kerangka pengertian sosiologis. Tauhid merupakan
pandangan hidup tentang kesatuan universal, suatu kesatuan antara tiga unsur; Tuhan, manusia, dan alam.
Dengan demikian Teologi Pembebasan Islam tidak hanya berhenti pada konsep berusaha utnuk memperluas
ruang lingkup tauhid tersebut pada kesatuan universal manusia. Kesatuan tuhan mengharuskan kesatuan
masyarakat dengan sempurna tanpa adanya diskriminasi dalam bentuk apapun, baik ras, agama, kasta maupun
kelas sehingga bisa mewujudkan masyarakat tanpa kelas (classless society).
2. Iman dan Kufur

Iman adalah hal yang pasti dibicarakan ketika menyinggung teologi. Dalam khazanah pemikiran teologis iman
adalah sebatas sikap percaya kepada Allah. Iman berakar dari kata yang sama dengan aman yang berarti
kesejahteraan dan amanat yang bisa dipercaya.

3. Adil

Teologi Pembebasan Islam menekankan keadilan dalam aplikasinya di dunia nyata. Kata adil berarti keadaan
yang terdapat dalam jiwa seseorang yang membuatnya lurus. Jika dikaitkan dengan usaha untuk
mengopreasionalkannya dalam masyarakat, maka keadilan berarti “dibayarkannya atau diberikannya hak
seseorang”.

4. Jihad

Konsep kunci lain yang digunakan Asghar untuk mengeksplanasi Teologi Pembebasan Islam adalah jihad.
Hampir bisa dipastikan bahwa istilah ini merupakan salah satu konsep Islam yang paling disalahpahami. Jihad
sering diasosiasikan dengan laskar Muslim yang dengan garang menaklukkan wilayah lain. Untuk
membersihkan kesan itu harus didefinisikan ulang secara simpatik.

Nuansa baru dari Teologi Pembebasan Islam dengan melakukan reformasi orientasi bagi teologi Islam
dapat terumuskan sebagai berikut1 : 1.) Dari Tuhan ke manusia, 2.) Dari akhirat ke dunia, 3.) Dari keabadian ke
waktu, 4.) Dari eskatologi ke Futurologi, 5.) Dari takdir ke kehendak bebas, 6.) Dari teori ke tindakan.

1
7. RESUME JALAN MENUJU ALLAH : MAQAMAT DAN AHWAL

 Pengertian Maqamat dan Macam-macamnya
Secara bahasa, maqamat adalah bentuk jamak dari kata maqam yang berarti pangkat atau derajat.
Dalam bahasa inggris, maqamat disebut dengan stages (tangga) atau stations (terminal).
Menurut istilah tasawuf, maqamat adalah kedudukan seorang hamba dihadapan Allah, yang
diperoleh dengan melalui peribadatan, mujahadah, latihan spiritual serta (berhubungan) yang tidak putus-
putusnya dengan Allah. Jadi, maqamat adalah hasil kesungguhan dan perjuangan terus-menerus, dengan
melakukan kebiasaan-kebiasaan yang lebih baik. Macam-macam maqamat dalam ilmu tasawuf:
1.    Taubat
Taubat adalah memohon ampun kepada Allah atas segala kesalahan yang telah dilakukan pada saat yang
lampau dan berjanji dengan sungguh-sungguh untuk tidak mengulangi perbuatan dosa-dosa tersebut dan
dibarengi dengan melakukan kebajikan yang dianjurkan oleh Allah. Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi
ketika melakukan taubat, sebagai berikut: Meninggalkan kemaksiatan yang dilakukan.  Menyesali perbuatan
maksiat yang dilakukan,  Bertekad untuk tidak mengulangi pebuatan maksiat yang telah dilakukan.
2.    Zuhud
Zuhud adalah sebagai suatu sikap melepaskan diri dari rasa ketergantungan terhadap kehidupan duniawi dengan
mengutamakan kehidupan ukhrawi. 
3.    Sabar
Secara bahasa, sabar berarti tabah hati. Secara istilah, sabar adalah suatu keadaan jiwa yang kokoh, stabil, dan
konsekuen dalam pendirian. Dalam ajaran tasawuf sifat sabar dibagi menjadi 3 macam, yaitu: Sabar dalam
beribadah kepada  Allah,  Sabar dalam menjauhi larangan Allah, Sabar dalam menerima cobaan dari Allah.
4.    Wara’
Secara harfiah, wara’ berarti shaleh, menjauhkan diri dari perbuatan dosa atau maksiat. Menurut pandangan
sufi, wara’ adalah meninggalkan segala sesuatu yang tidak jelas hukumnya, baik yang menyangkut pakaian,
makanan, maupun persoalan lainnya. 
5.    Faqr
Faqr adalah tidak menuntut banyak dan merasa cukup dengan apa yang telah diterima dan dianugrahi oleh
Allah, sehingga tidak mengharapkan atau meminta suatu yang bukan haknya.
6.    Tawakal
Secara harfiah, tawakal berarti menyerahkan diri. Secara umum, tawakal adalah keteguhan hati dalam
menggantungkan diri hanya kepada Allah. Serta berhenti memikirkan diri sendiri dan merasa memiliki daya dan
kekuatan.
7.    Ridha (Rela)
Secara harfiah, ridha berarti rela, senang dan suka. Secara umum, ridha adalah menerima dengan rasa puas
terhadap apa yang dianugerahkan Allah. Orang yang rela mampu menerima dan melihat hikmah dan kebaikan
dibalik cobaan yang diberikan Allah dan tidak berburuk sangka terhadap ketentuannya.
8.    Mahabah
Mahabah berasal dari kata ahabah-yuhibu-mahabatan yang berarti mencintai secara
mendalam. Mahabah adalah cinta abadi kepada Allah yang melebihi cinta kepada siapa pun dan apapun.
9.    Ma’rifat
Secara bahasa, ma’rifat berasal dari kata arafah, ya’rifu, irfan, ma’rifat yang artinya pengetahuan dan
pengalaman. Menurut ulama, ma’rifat adalah kemampuan seorang sufi  untuk mengenal Allah, sifat-sifat-Nya,
yang membenarkan Allah dengan keyakinan dan iman yang sejati dan dengan suka rela melaksanakan ajaran-
Nya dalam segala perbuatan.
10.    Istiqamah
Menurut Kyai Achmad, Istiqamah berarti tekun, telaten, terus menerus, dan tidak pernah bosan untuk
mengamalkan apapun yang  dapat diamalkan. Contohnya: setiap selesai sholat maghrib Ayu selalu mengaji.
 Pengertian Ahwal dan Macam-macamnya
Dari segi  bahasa,  ahwal adalah bentuk jamak dari hal yang berarti sifat dan keadaan
sesuatu. Menurut al-Gazali, hal adalah kedudukan atau situasi kejiwaan yang dianugerahkan Allah kepada
seseorang hamba pada suatu waktu, baik sebagai buah dari amal shaleh yang mensucikan jiwa. Adapun macam-
macam ahwal dalam ilmu tasawuf, sebagai berikut:
1.    Muhasabah (mawas diri) dan Muraqabah (waspada)
Muhasabah (mawas diri) adalah sebagai upaya untuk meneliti diri sendiri dengan cermat apakah segala
perbuatannya dalam sehari-hari telah sesuai atau bertentangan dengan ketentuan
Allah. Sedangkan Muraqabah (waspada) adalah meyakini bahwa Allah mengetahui segala pikiran, perbuatan,
dan rahasia dalam hati yang membuat seseorang menjadi hormat, takut, dan tunduk kepada Allah.[24]
2.    Raja’ (berharap) dan Khauf (takut)
Raja’ adalah berharap atau perasaan hati yang senang karena menanti sesuatu yang diinginkan atau disenangi.
3.    Hubb (cinta)
Hubb adalah kacenderungan hati untuk memerhatikan keindahan dan kecantikan.
4.    Syauq (rindu) dan Uns (intim)
Syauq adalah kerinduan yang ingin segera bertemu dengan Allah. Uns adalah sifat merasa selalu berteman, tak
pernah merasa sepi.
5.    Thuma’ninah
Thuma’ninah adalah rasa tenang, tidak ada rasa waswas atau khawatir, tidak ada yang dapat mengganggu
perasaan dan pikiran, karena ia telah mencapai tingkat kebersihan jiwa yang paling tinggi
6.    Musyahadah
Secara harfiah, musyahadah adalah menyaksikan dengan mata kepala. Secara terminologi
tasawuf, musyahadah adalah menyaksikan secara jelas dan sadar apa yang dicari (Allah) atau penyaksian
terhadap kekuasaan dan keagungan Allah

8. RESUME TASAWUF MAHABAH DAN MA’RIFAT


 Pengertian dan Tujuan Ma’rifat dan Mahabbah dalam Tasawuf
1. Pengertian Mahabbah
Mahabbah secara bahasa berarti cinta. Hal ini mengandung maksud cinta kepada Allah. Sedangkan
menurut pendapat dari sebagian sufi, cinta adalah kecenderungan hati kepada sesuatu yang diinginkan serta
disenanginya. Menurut Al-Ghazali, cinta adalah suatu kecenderungan terhadap sesuatu yang memberikan
manfaat.
Ajaran mahabbah ini berusaha mengosongkan hati dan otak dari segala sesuatu agar mudah dan
langsung menuju Allah. Meninggalkan kenikmatan dunia demi menuju kenikmatan akhirat. Tujuan
mahabbah adalah untuk memperoleh kesenangan batiniah yang sulit dilukiskan dengan kata-kata, tetapi
hanya dirasakan oleh jiwa.

2. Pengertian Ma’rifat
Ma`rifat berasal dari kata "arafah" yang berarti mengetahui atau mengenal sesuatu. Dan apabila
dihubungkan dengan pengalaman tasawuf, maka istilah ma`rifat berarti mengenal Allah ketika shufi
mencapai maqam dalam tasawuf. Dalam arti sufistik, ma`rifat diartikan sebagai pengetahuan mengenai
Tuhan melalui hati sanubari.2
Perbedaan ma`rifat dengan jenis ilmu pengetahuan lain adalah cara memperolehnya. Ilmu
pengetahuan biasa diperoleh dengan cara usaha keras, seperti belajar, merenung dan berpikir keras melalui
cara-cara berpikir yang logis. Jadi, manusia benar-benar berusaha dengan segenap kemampuannya untuk
memperoleh ilmu pengetahuan tersebut. Tetapi ma`rifat tidak bisa sepenuhnya diusahakan oleh manusia.
Pada tahap akhir semua tergantung pada Tuhan. Manusia hanya bisa melakukan persiapan dengan cara
membersihkan diri dari perbuatan dosa dan penyakit jiwa lainnya atau akhlak yang tercela.3
Tujuan seorang hamba berma’rifat ialah untuk mendekatkan diri kepada Allah, mampu mengenal Allah
dengan baik melalui sifat-sifat Allah serta beriman sepenuhnya dengan sifat-sifat yang mulia itu. Dalam
ibadahnya seorang hamba yang bermakrifat kepada Allah, berarti ia benar-benar sanggup mengenal Allah.
Dengan mata hatinya yang bersinar ia mendekati Allah untuk mendapatkan rahmat dan kasih sayangnya.
Makrifat bagi seorang hamba diperlukan dalam beribadah dan beramal, sebab dengan demikian ia akan
sampai kepada tingkat hamba yang haqqul yaqin

 Kedudukan Ma’rifat dan Mahabbah dalam Tasawuf


Al-mahabbah dapat berarti kecenderungan pada sesuatu yang sedang berjalan, dengan tujuan untuk

2
Ibid, 159
3
memperoleh kebutuhan yang bersifat material maupun spiritual, seperti cintanya seseorang yang kasmaran
pada sesuatu yang dicintainya. Mahabbah pada tingkat selanjutnya berarti suatu usaha sungguh-sungguh
dari seseorang untuk mencapai tingkat rohaniah tertinggi dengan tercapainya gambaran Yang Mutlak, yaitu
cinta kepada Tuhan. Kata mahabbah selanjutnya digunakan untuk menunjukkan suatu paham atau aliran
dalam tasawuf. Mahabbah obyeknya lebih ditujukan pada Tuhan. Jadi, Mahabbah artinya kecintaan yang
mendalam secara ruhiah pada Tuhan.
mahabbah mempunyai tiga tingkat:
a.Cinta biasa, yaitu selalu mengingat Tuhan dengan dzikir, memperoleh kesenangan dalam berdialog
dengan Tuhan serta senantiasa memuji Tuhan.
b. Cinta orang yang siddiq (‫ديق‬SS‫)الص‬, yaitu orang yang kenal kepada Tuhan, kebesaran-Nya,
kekuasaan-Nya, ilmu-Nya, dan lain-lain yang mana hatinya penuh dengan perasaan cinta pada Tuhan dan
selalu rindu pada-Nya.
Cinta orang yang ‘arif (‫)العارف‬, yaitu orang yang tahu betul pada Tuhan. Yang dilihat dan dirasa bukan lagi
cinta, tetapi diri yang damai.

 Alat untuk Mencapai Ma’rifat dan Mahabbah


Para ahli tasawuf mengungkapkan bahwa alat untuk mencapai mahabbah yaitu, menggunakan
pendekatan psikologi untuk melihat adanya potensi rohaniah yang ada dalam diri manusia. ada 3 macam alat
yang digunakan untuk berhubungan dengan Tuhan, yaitu:
a.Al-Qalb, yaitu hati sanubari, sebagai alat untuk mengetahui sifat-sifat Tuhan.
b. Roh, yaitu alat untuk mencintai Tuhan.
c.Sir, yaitu alat untuk melihat Tuhan
Alat untuk mencapai ma’rifat adalah qalb (hati). Menurut al-Ghazali qalb mempunyai dua pengertian. Arti
pertama adalah hati jasmani (al-Qalb al-jasmani) atau daging sanubari (al-lahm al-sanubari), yaitu daging
khusus yang berbentuk jantung pisang yang terletak di dalam rongga dada sebelah kiri dan berisi darah
hitam kental4.

9. RESUME FANA;, BAQA’, DAN ITTIHAD

4
 Pengertian Fana’
Fana’ berasal dari kata faniya-yafna-fana’an yang berarti musnah, lenyap, hilang atau hancur.
Atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata disappear, perish annihilate. Dalam istilah tasawuf,
fana’adakalanya diartikan sebagai keadaan moral yang luhur. Sehingga dapat dipahami bahwa fana’
merupakan proses menghancurkan diri bagi seorang sufi agar dapat bersatu dengan Tuhan.
 Pengertian Baqa’
Baqa’ berasal dari kata baqiya-yabqa-baqa’an yang berarti tetap. Dalam bahasa Inggris dikenal
dengan kata to remain, persevere. Sedangkan berdasarkan pada istilah tasawuf , baqa’ adalah kekalnya sifat
terpuji dan sifat-sifat Tuhan dalam diri manusia, kekalnya sifat-sifat ketuhanan, akhlak yang terpuji, ilmu
pengetahuan dan kebersihan diri dari dosa dan maksiat. Untuk mencapai baqa ini perlu dilakukan usaha-usaha
seperti bertaubat, berzikir, beribadah, dan menghiasi diri dengan akhlak yang terpuji.
 Hubungan Antara Fana’ dengan Baqa’
Berkenaan dengan keterkaitan antara fana’ dan baqa’, rupanya tidak dapat dipisahkan. Fana’
merupakan permulaannya, sedangkan baqa’ akhir perjalanannya. Dan selalu sambung-menyambung.
Maksudnya adalah apabila telah terjadi proses penghilangan sifat manusia dari hasil pengahancuran tersebut,
maka yang muncul kemudian adalah sifat-sifat seperti halnya yang dimiliki oleh Allah. Oleh karena itu, Sufi
mengibaratkan fana’ dengan baqa’ seperti dua sisi mata uang logam, yaitu di sisi satu adalah fana’ dan di sisi
lainnya adalah baqa’. al-Qusyairi menyatakan dalam kitabnya sebagai berikut: “ Barangsiapa meninggalkan
perbuatan-perbuatan tercela, maka ia sedang fana’ dari syahwatnya. Tatkala fana’ dari syahwatnya, ia baqa’
dalam niat dan keikhlasan ibadahnya. Barangsiapa yang zuhud dari keduniaan, maka ia sedang fana’ dari
keinginannya yang berarti pula sedang baqa’ dalam ketulusan inabah (kembali) kepada Allah. Barangsiapa
yang menumbuhkan akhlak mulia, kemudian dia menghilangkan hasad, dendam, bakhil, pelit, marah,
sombong dan lain-lain dari kekotoran jiwa, dia dapat dikatakan fana’ (menghilangkan) budi pekerti yang
buruk. Dan apabila dia telah menghilangkan (fana’) budi pekerti yang buruk maka tetap (baqa’)-lah dalam
kebaikan dan kebenaran.
 Pengertian Ittihad
Ittihad adalah salah satu tingkatan dimana seorang sufi telah merasa dirinya bersatu dengan
Tuhan, dimana yang mencintai dan yang dicintai telah menjadi satu. A.R. Al-Badawi berpendapat bahwa di
dalam ittihad yang dilihat hanya satu wujud. Walaupun sebenarnya ada dua wujud yang berpisah satu dari
yang lain. Hal ini terjadi karena yang dilihat dan dirasakan hanya satu wujud. Dalam ittihad, “identitas telah
hilang, identitas telah menjadi satu”. Hal ini bisa terjadi karena sufi telah memasuki fana’ yang tidak
mempunyai kesadaran lagi dan berbicara dengan nama Tuhan. Fana’, baqa’ dan ittihad merupakan jalan
menuju perjumpaan dengan Allah.

10. RESUME HULUL : AL-HALLAJ


 Pengertian Hulul
Kata Al-Hulul, berdasarkan pengertian bahasa berasal dari kata halla-yahlu-hululan
yang berarti menempati. Al-Hulul  dapat berarti menempati suatu tempat. Jadi hulul secara bahasa berarti
Tuhan mengambil tempat dalam tubuh manusia tertentu, yaitu manusia yang telah dapatmelenyapkan sifat-
sifat kemanusiaannya melalui fana. Adapun menurut istilah ilmu tasawuf,  Al- Hulul menurut keterangan Abu
Nasr al-Tusi dalam al- Luma’ sebagai dikutip Harun Nasution,adalah paham yang mengatakan bahwa Tuhan
telah memilih tubuh-tubuh manusia tertentu untukmengambil tempat didalamnya setelah sifat-sifat kemanusian
yang ada dalam tubuh itudilenyapkan.
 Al-Hulul mempunyai dua bentuk, yaitu :
a. Al-Hulul Al-Jawari yakni keadaan dua esensi yang satu mengambil tempat pada yang lain(tanpa
persatuan), seperti air mengambil tempat dalam bejana.
b. Al-Hulul As-Sarayani yakni persatuan dua esensi (yang satu mengalir didalam yang lain)sehingga yang
terlihat hanya satu esensi, seperti zat air yang mengalir didalam bunga.Al-hulul dapat dikatakan sebagai suatu
tahap dimana manusia dan Tuhan bersatu secararohaniah.
 Tokoh Yang Mengembangkan Paham  Al-Hulul
bahwa tokoh yang mengembangkan paham al-Hululadalah al-Hallaj. Nama lengkapnya adalah
Husein bin Mansur al-Hallaj. Ia lahir tahun 224 H.(858 M.) di negeri Baidha, salah satu kota kecil
yang terletak di Persia. Dia tinggal sampaidewasa di Wasith dekat dengan Baghdad, dan dalam usia 16 tahun
dia telah pergi belajar padaseorang sufi yang terbesar dan terkenal, bernama Amr al-Makki, dan pada tahun
264 H. ia masukkota Baghdad dan belajar pada al-Junaid yang juga seorang sufi. Selain itu ia pernah juga
menunaikan ibadah haji di Makkah selama tiga kali. Dengan riwayat hidup yang singkat ini jelas bahwa ia
memiliki dasar pengetahua tentang tasawuf yang cukup kuat dan mendalam. Dalam perjalanan hidup
selanjutnya ia pernah keluar masuk penjara akibat konflik denganulama fikih. Pandangan-pandangan tasawuf
yang ganjil sebagaimana telah dikemukakanmenyebabkan seorang ulama fikih bernama ibn Daud al-Isfahani
mengeluarkan fatwa untukmembantah dan memberantas paham tasawuf al-Hallaj. 
 Dasar hukum hulul
 Ajaran hulul memiliki dasar dan landasan, Dalil-dalil dalam al-Qur’an, misalnya sebagai
 berikut:

 Konsep pemikiran Al-Hallaj


Al-hallaj berpendapat bahwa manusia itu memiliki sifat dasar yang ganda yaitu sifat keTuhanan (Lahut) dan
sifat Kemanusian (nasut). Hululnya Tuhan kepada manusia berkaitan dengan maqam Fana dan menurut Hallai
terdapat tiga tingkatan yakni:
a) Pertama memfanakan seluruh keinginan dan kemauan jiwa
b) Kedua semua unsur-unsur pikiran dan perasaan sehingga menyatu sematamata hanya kepada Allah SWT.
c) Terakhir menghilangkan segala kekuatan pikiran dan perasaan serta kesadaran

11. RESUME IBNU ARABI : WAHDATUL WUJUD


 Pengertian Wahdatul Wujud
Wahdatul wujud adalah ungkapan yang terdiri dari dua kata, yaitu Wahdat artinya sendiri, tunggal, atau
kesatuan, sedangkan al-wujud artinya ada. Dengan demikian, Wahdatul wujud memiliki arti kesatuan wujud.
Pengertian wahdatul wujud yang terakhir itulah yang selanjutnya digunakan para sufi, yaitu paham bahwa
antara manusia dan Tuhan pada hakikatya adalah satu kesatuan wujud. Harun Nasution lebih lanjut
menjelaskan paham ini dengan mengatakan, bahwa dalam paham wahdat al-wujud, nasut yang ada dalam hulul
diubah menjadi khalq (makhluk) dan Lahut menjadi haqq (Tuhan). Khalq dan haqq adalah dua aspek bagian
sesuatu. Aspek yang sebelah luar disebut khalq dan aspek yang sebelah dalam disebut haqq.

 Tokoh Yang Mengembangkan Paham Wahdatul Wujud


a. Muhy Al-Din Ibnu Arabi
Syaikh Muhyi al Din Muhammad Ibnu Ali, umumnya dikenal sebagai Ibnu Arabi, dilahirkan di Murcia
(sebuah kota di Spanyol Tenggara) pada tahun 560 H (1165 M). Dia dikenal di Barat sebagai Ibnu al
Arabi, dan di Spanyol sebagai Ibnu Suraqa. Akan tetapi di Timur dia dikenal sebagai Ibnu Arabi tanpa
“al” untuk membedakannya dengan Abu Bakar, seorang Qadi di Seville yang juga terkenal dengan
sebutan Ibnu al Arabi (Husaini, 1977: 2). Ia keturunan dari suku Arab Tayy dan berasal dari keluarga
yang saleh. Ayah dan kedua pamannya adalah sufi. Pada umur 8 tahun, Ibnu Arabi meninggalkan kota
kelahirannya dan berangkat ke Lisbon. Di sana ia menerima pendidikan Agama Islam. Ia mengkaji al
Quran dan Fiqih dari Syeikh Abu Bakar Ibnu Khalaf. Kemudian ia pindah ke Seville yang pada saat itu
merupakan pusat Sufi di Spanyol, dan menetap di sana selama 30 tahun untuk mempelajari Haditst dan
Ilmu Kalam serta Fiqih. Kemudian ia mengunjungi Kordova, di sana ia bersahabat erat dengan Ibnu
Rusyd (Affifi, 1989: 92). Kemudian mengunjungi Tunisia pada tahun 1194 M, ia masuk aliran Sufi
(Nasution, 1973: 92). Di Tunisia, Ibnu Arabi mempelajari karya Ibnu Qoyi Khal’an- Na’layn, sebuah
buku yang menurut Ibnu Khaldun seharusnya dibakar atau dicuci bersih gagasannya yang bid’ah
(Schimmel, 1986: 272). Ibnu Arabi mempelajari karya-karya Ibnu Masarra dari Kordova yang
membahas tentang cahaya yang menyucikan.
 Konsep manusia yang sehat dan sakit menurut paham wahdatul wujud.
a. Konsep manusia yang sehat
Manusia adalah hamba Tuhan karena Tuhan telah berilusinasi secara dzatiyah pada manusiasehingga manusia
adalah dzat Tuhan, karena kejadiannya yang demikian itu ia disebut insankamil atau nuskhat ilahi. Sedangkan
manusia lain hanya menerima pancaran tajali saja, sehinggahanya beberapa aspek yang sama dengan Tuhan.
Hingga ia sampai pada suatu keadaan yang memungkinkannya untuk dapat melihat, mendengar dan berbicara
melalui Tuhan serta bersama Tuhan, artinya ia telah diberi suatu kemampuan yang sama dengan Tuhan,
sehingga seluruh perilakunya ialah atas nama Tuhan. Dari konsep diatas, jika dijalankan oleh manusia, maka
dapatdikatakan bahwa manusia itu telah sehat.
b. Konsep manusia yang sakit
Manusia yang sakit dalam pandangan ajaran tasawuf wahdatul wujud ini adalah manusiayang tidak tahu tujuan
Tuhan menciptakan alam dan dirinya sendiri. Kata Ibnu Arabi adalah agar Ia bisa melihat diri-Nya sendiri
dalam bentuk yang dengan nampak jelas asma dan sifat-Nya.Kesadaran manusia bahwa ada wujud Tuhan
esensial di alam ini tidak menyentuh hatinya bahkan mengingkari akal sehatnya.

12. RESUME THARIQAH ALMU’TABARAH DI INDONESIA


 Definisi
Tarekat berasal dari bahasa Arab adalah /tharaiq, yang berarti: Jalan. Sedangkan menurut istilah
Secara Terminologi (istilah)Tarikat adalahJalan yang mengacu kepada suatu sistem latihan meditasi
maupun amalan-amalan (mu’tabarah, zikir, wirid, dan sebagainya). Menurut Ensiklopedi Islam tarekat
berarti ; “perjalanan seorang saleh (pengikut tarekat) menuju Tuhan dengan cara menyucikan diri atau
perjalanan yang harus ditempuh oleh seseorang untuk dapat mendekatkan diri sedekat mungkin kepada
Tuhan”.
 Sejarah
Tarekat itu awalnya dari Nabi yang menerima wahyu dari Allah, melalui malaikat Jibril. Jadi
semua Tarekat Mu’tabarah itu, sanad (silsilah)nya, muttasil (bersambung) sampai kepada Nabi. Jadi
apabila suatu tarekat silsilahnya tidak sampai kepada Nabi maka tarekat tersebut adalah Gairu Mu’tabarah.
Ukuran lain yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi suatu tarekat adalah pelaksanaan syari’at. Dalam
semua Tarekat Mu’tabarah syari’at dilaksanakan dengan benar.
Tarekat Mu’tabarah masuk di Indonesia awalnya pada abad ke-16 yang dibawa oleh Syekh Abd.
Karim dari Banten yang mengajarkan tarekat Qadiriyah. Meskipun demikian tarekat itu banyak sekali, ada
tarekat-tarekat yang merupakan induk, diciptakan oleh tokoh- tokoh tasawuf aqidah, dan ada tarekat-tarekat
yang merupakan perpecahan daripada tarekat induk tersebut, yang sudah dipengaruhi oleh syeikh-syeikh
tarekat yang mengamalkannya. Dan diantara perpecahan tarekat-tarekat itu disusun dalam atau diberi
istilah-istilah yang sesuai dengan tempat perkembangannya. Dan dalam perkembangannya di Indonesia
sekarang, sudah tercatat ada 45 tarekat mu’tabarah, yaitu: Rumiyah, Rifa’iyah, Sa’diyah, Bakriyah,
Justiyah, Umariyah, Alawiyah, Abasiyah, Zainiyah, Dasuqiyah, Akbariyah, Bayumiyah, Malamiyah,
Ghoibiyah, Tijaniyah, Uwaisiyah, Idrisiyah, Samaniyah, Buhuriyah, Usyaqiyah, Kubrowiyah, Maulawiyah,
Jalwatiyah, Baerumiyah, Ghozaliyah, Hamzawiyah, Hadadiyah, Mabuliyah, Sumbuliyah, Idrusiyah,
Usmaniyah, Syadziliyah, Sya’baniyah, Khalsyaniyah, Qodiriyah, Syatoriyah, Khalwatiyah, Bakdasiyah,
Syuhriyah, Ahmadiyah, ‘Isawiyah, Thuruqil Akabiril Auliya, Qadariyah wa Naqsabandiyah, Khalidiyah
wa Naqsabandiyah, Ahli Mulazamatil Qur’an wa Sunnah wa Dalailil Khoiroti Wata’limi Fathil Qoribi, au
Kifayatil Awam.

 Macam-macam Tariqah Mu’tabarah.

1. Tarekat Qadiriyah.
Tarikat Qadirish ini diambil dari nama pendirinya yaitu ‘Abd al- Qadir al Jilani. Tarekat ini merupakan pelopor
aliran-aliran di Dunia islam. Tarekat ini mulai tersebar di Iraq dan Syuriah pada Abad ke-13 pada abad ke
15 berkembang di benu india dan abad selanjutnya berkembang di Afrika utara, Turki, Asia Kecil seperti
Indonesia,dan Eropa Timur .
2. Tarekat SyÂdziliyah
Nama Tarekat ini juga tidak lepas dari nama pendirinya yaitu Abû al- Hasan al- Syâdzilî, Tarekat ini mulai
berkembang di Negara Tunisia, Mesir, Aljazair, Sudan, Suriah, Semenanjung Arabia, dan Sampai di
Indonesia Khususnya diwilayah Jawa Tengah dan Jawa timur.
3. Tarekat Naqsyabandiyah
Pendiri Tarekat ini adalah Muhammad bin Muhammad Baha’ al-Din alUwaisi al Bukhari Naqsyabandi.
Tarekat ini pertama kali berdiri di Asia Tengah kemudian meluas ke-Turki, Syuriah,Afganistan, India dan
kemudian berpengaruh ke Indonesia Sekitar Abad 10-16 M.
4. Tarekat Khalwatiyah
Nama Khalwatiyah diambil dari nama seorang sufi ulama dan pejuang di Makassar abad ke 17, yaitu syaikh
Yusuf al- Makassari al-Khalwati,(tabarruk terhadap Muhammad (nur) Al- Khalwati al- Khawa Rizmi (w.
751/1350)). Dan perkambanganya di Indonesia.
5. Tarekat Syattariyah
Tarekat ini la dinisbatbatkan kepada Syaikh’Abd Allah al-Syaththari, dan penyebaran pertama kali yaitu di
India sekitar abad ke-12-16an, kemudian di MelayuIndonesia dipopulerkan oleh Abdurrauf al-Sinkili
(Aceh).
6. Tarekat Sammâniyah
Tarekat ini didirikan oleh Muhammad bin ‘Abd al-Kârim al-Madani al-Syâfî’î al- Sammân. Menurut
sejarahnya Tarekat ini memiliki pengikut massal di Nusantara pada akhir abad ke-16 di Aceh, namun untuk
sekarang tarekat ini sudah mulai menghilang dinusantara.
7. Tarekat Tijâniyah
Tarekat ini didirikan oleh Syaikh Ahmad bin Muhammad al-Tijani, Tarekat ini pertama berkembang di Negara
Aljazair sekitar Abad ke 17an, kemudian berkembang di Tunis, Mesir, Makkah, Madinah, Maroko, Fez,
dan Abi Samgum.sedangkan di Indonesia sendiri tarekat ini berkembang sejak kehadiran Syaikh ‘Ali bin
‘Abd Allah al- Tayyib.
8. Tarekat Qadiriyyah dan Naqsyabandiyyah
Tarekat ini adalah sebuah gabungan dari terekat Qadiriyyah yang didirikan oleh Syekh Abd Qadir Al jilani dan
tarekat Naqsabandiyah yang didirikan oleh Syaikh Ahmad Khatib Sambas. Sambas ini diambil dari nama
sebuah kota di Pontianak. Sedangkan penyebaranya di Indonesia dan diperkembangkan lagi sampai Asia
tenggara.

Anda mungkin juga menyukai