Anda di halaman 1dari 15

DAFTAR ISI

BAB I...............................................................................................................................................2

PENDAHULUAN...........................................................................................................................2

1.1. Latar Belakang.....................................................................................................................2

1.2. Rumusan Masalah................................................................................................................2

1.3. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian............................................................................2

BAB II.............................................................................................................................................3

TELAAH PUSTAKA......................................................................................................................3

Pengertian Buruh..........................................................................................................................3

BAB III............................................................................................................................................4

METODE PENELITIAN................................................................................................................4

A. Jenis Penelitian.....................................................................................................................4

B. Tempat dan Waktu Penelitian...............................................................................................4

C. Fokus Penelitian....................................................................................................................4

D. Sumber Data.........................................................................................................................4

E. Teknik Pengumpulan Data....................................................................................................4

F. Instrumen Penelitian..............................................................................................................4

BAB IV............................................................................................................................................5

HASIL PENELITIAN.....................................................................................................................5

1. Kondisi Sosial Buruh Panggul di Pasar Tanjung..................................................................5

2. Kondisi Sosial Tukang Becak di Pasar Tanjung...................................................................8

BAB V...........................................................................................................................................11

PENUTUP.....................................................................................................................................11

Kesimpulan................................................................................................................................11
LAMPIRAN..................................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Salah satu hal yang menarik dari Kabupaten Jember adalah keberadaan pasar tradisional
yang berada di tenggah kota dan pasar tradisional yang paling besar di Jember adalah Pasar
Tanjung. Pasar Tradisional ini merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli dengan
semua perandan status yang menciptakan relasi antar individu yang kompleks.

Di Pasar Tanjung, tidak hanya terdapat penjual dan pembeli , juga terdapat buruh panggul
orang dan tukang becak. Keduanya merupakan aspek penting dalam kegiatan ekonomi dan sosial
di Pasar Tanjung. Makadari itu, kami melakukan observasi untuk melihat relasi antara kehidupan
buruh panggul dan tukang becak di Pasar Tanjung.

1.2. Rumusan Masalah


Merujuk pada latar belakang yang telah diuraikan di atas, perumusan masalah yang akan
ditelaah lebih lanjut dalam penelitian ini adalah mengenai buruh dalam sudut pandang
sosiologi, maka rumusan masalah yang akan kami angkat adalah

“bagaimana kondisi sosial buruh apabila dikaitkan dengan konsep-konsep sosiologi?”

1.3. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian


1.3.1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui relasi antara kondisi sosial buruh,
utamanya buruh panggul dan tukang becak dan konsep-konsep sosiologi.

1.3.2. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi  penelitian
selanjutnya tentang sosiologi buruh. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan
sumbangan yang baik untuk pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang ilmu
sosial.
BAB II

TELAAH PUSTAKA

Pengertian Buruh
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, buruh adalah orang yang bekerja untuk orang lain
dengan mendapat upah.1 Buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau
imbalan dalam bentuk lain. Dengan dipadankannya istilah pekerja dengan buruh merupakan
kompromi setelah dalam kurun waktu yang amat panjang dua istilah tersebut bertarung untuk
dapat diterima oleh masyarakat.2

Menurut undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 1 pekerja/buruh adalah setiap orang yang
bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Tenaga kerja adalah setiap orang
yang mampu melakukan pekerjaan guna mengahsilkan barang dan jasa baik untuk memenuhi
kebutuhan sendiri atau masyarakat. Sedangkan pemberi kerja adalah perorangan, pengusaha
badan hukum atau badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja dengan membayar upah atu
imbalan dalam bentuk lain.3

1
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), Cet-7, h. 158
2
Abdul Rahmad Budiono, Hukum Perburuhan, (Jakarta: PT.Indeks, 2009), Cet-1, h.5
3
Lihat Undang-Undang No 13 Tahun 2003, BAB 1 Pasal 1
BAB III

METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian deskriptif, penelitian sosial yang bertujuan memberikan gambaran mengenai
fenomena tertentu dalam kehidupan bermasyarakat.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Pasar Tanjung, Kecamatan Kaliwates, Jember.
5 juni 2018
C. Fokus Penelitian
Buruh Panggul dan Tukang Becak
D. Sumber Data
1) Data Primer
Hasil dari observasi lapangan
2) Data Sekunder
Mengutip dan mengambil referensi dari beberapa buku
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik Observasi
F. Instrumen Penelitian
Observasi dan Dokumentasi.
BAB IV

HASIL PENELITIAN

1. Kondisi Sosial Buruh Panggul di Pasar Tanjung

Pasar Tradisional ini merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli dengan semua
peran, status yang disandangnya serta kepentingan menciptakan relasi antar individu yang
kompleks.karena pasar tradisional terkenal dengan harganya yang jauh lebih rendaj di banding
dengan supermarket atau pusat perbelanjaan modern lainnya. Pasar Tanjung adalah salah satu
pasar tradisional yang ada di kabupaten Jember dan merupakan pasar terbesar di kabupaten ini.

Selain adanya penjual dan pembeli, di pasar Tanjung juga terdapat buruh panggul. Buruh
panggul adalah seorang buruh kasar yang memanggul barang di punggungnya dan
mengangkutnya dari satu tempat ke tempat lain demi untuk mendapatkan uang. Dikatakan buruh
kasar karena pekerjaannya yang memang berat dan banyak menguras tenaga demi untuk
mendapatkan upah atas jasanya. Buruh panggul mayoritas di lakukan oleh kaum laki-laki, namun
tidak menutup kemungkinan dilakukan juga oleh kaum perempuan tetapi untuk kaum perempuan
biasanya disebut dengan buruh gendong.

Kondisi buruh panggul di pasar Tanjung dapat dikaitkan dengan konsep-konsep


sosiologi. Dalam keseharian dunia pekerjaannya, buruh panggul di pasar Tanjung melakukan
interaksi sosial. Interaksi sosial ini terjadi antara buruh panggul satu dengan buruh panggul
lainnya, dan antara buruh panggul dengan orang-orang yang membutuhkan jasanya, yaitu
pembeli dan pemilik toko yang memerlukan jasanya untuk mengangkut barang-barang mereka.

Buruh panggul di pasar Tanjung ada dua jenis, yaitu buruh panggul tetap dan buruh
panggul liar atau bebas. Buruh panggul yang bekerja pada sebuah toko dan memiliki pekerjaan
tetap di toko tersebut. Mereka seringkali dikategorikan sebagai 'karyawan' toko, karena mereka
biasanya hanya bekerja pada toko tersebut. Yang kedua adalah buruh panggul liar atau bebas.
Buruh panggul jenis ini tidak memiliki tempat kerja yang tetap. Mereka menawarkan jasa
mereka kepada pembeli yang membutuhkan jasa mereka untuk mengangkut barang bawaan
mereka dan terkadang juga mengangkut barang-barang bawaan dari toko-toko yang tidak
memiliki buruh panggul. Dengan adanya perbedaan jenis ini, dapat terlihat konsep sosiologi
yaitu adanya kelompok sosial. Konsep kelompok sosial dapat terlihat dari interaksi para buruh
panggul yang biasanya hanya terjadi antara buruh sejenis, sehingga terjadilah pengelompokan.
Kelompok-kelompok sosial buruh merupakan kelompok patembayan (Gesellschaft) karena
berdasarkan atas ikatan untuk jangka waktu yang pendek, dan strukturnya bersifat mekanis.
Bentuk gesellschaft terutama terdapat di dalam hubungan perjanjian yang berdasarkan ikatan
timbal-balik, misalnya ikatan antara pedagang, organisasi dalam suatu pabrik atau industri, dan
lain sebagainya.4 Dalam hal ini, para buruh memiliki suatu ikatan yaitu terikat dalam pekerjaan.

Kondisi perekonomian dan latar belakang pendidikan yang kurang sehingga kurangnya
pengetahuan dan keterampilan khusus (skill) yang mereka miliki yang mendorong mereka
bekerja sebagai buruh panggul. Mereka tidak mempunyai skill sehingga bekerja sebagai buruh
panggul menjadi pilihan karena mereka hanya perlu bermodalkan tenaga yang mereka miliki
demi untuk bertahan hidup dan menghidupi keluarganya. Namun upah atas jerih payahnya
sangat tidak sesuai dengan banyaknya tenaga yang telah mereka keluarkan. Upah yang diterima
sangatlah tidak menentu sesuai dengan berat barang bawaannya. Barang bawaannya pun
beragam mulai dari sayur-mayur, buah-buahan atau barang-barang perabotan.

Kurang atau bahkan tidak adanya keterampilan yang dimiliki menyebabkan buruh
panggul termasuk dalam kategori buruh tanpa keterampilan. Buruh tanpa keterampilan seringkali
dikaitkan dengan suatu masalah sosial yaitu kemiskinan. Kemiskinan diartikan sebagai suatu
keadaan di mana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf
kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental, maupun fisiknya
dalam kelompok tersebut.5 Rendahnya upah yang diterima oleh buruh panggul merupakan salah
satu penyebab kemiskinan di kalangan mereka.

Disisi lain, keberadaan buruh panggul ini sangat dibutuhkan kerena tanpa mereka para
pedagang di pasar akan sangat kesulitan mengambil barang-barang dagangan mereka dari para
4
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar-Ed-Revisi,Cet. 47, Jakarta: Rajawali Pers, 2015, hlm. 14.

5
Ibid, hlm.319.
pemasok saat barang-barang tersebut baru datang. Para pedagang tentunya lebih rela menyewa
buruh panggul untuk mengangkat barang dagangannya daripada mereka harus repot dan capek
melakukannya. Mereka cukup terima beres barang dagangannya sampai di tempat tujuan dan
cukup mengeluarkan rupiah yang tidak seberapa baginya untuk mengupahi buruh panggul
tersebut. Berdasarkan pengalaman peneliti upah untuk buruh panggul biasanya mulai dari Rp
3.000 dan apabila mereka sedang beruntung upah Rp 5.000 sudah menjadi nominal yang cukup
besar baginya. Hal tersebut menunjukkan bahwa penghargaan terhadap buruh panggul sangat
kurang padahal pekerjaan yang dilakukannya terbilang cukup berat. Jika hanya dihargai dengan
uang Rp 3.000 ini sangat berbanding terbalik dengan seberapa besar tenaga yang dikeluarkan.
Kurangnya penghargaan terhadap buruh panggul menunjukkan bahwa pekerjaan sebagai buruh
panggul direndahkan. Dalam sosiologi, hal tersebut dapat dipandang sebagai stratifikasi sosial
dimana terjadi pelapisan masyrakat antara buruh panggul dan pemlik modal. Buruh panggul
berada di lapisan terbawah karena sebagai pekerja kasar dan pemilik modal seperti para
pedagang berada di lapisan atasanya. Sedangkan stratifikasi sosial menurut Paitrim A Sorokin
adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkan.
Stratifikasi berasal dari kata stratification yang berasal dari kata stratum (jamaknya: strata yang
berarti lapisan).6

Berdasarkan pengamatan peneliti, buruh panggul di Pasar Tanjung telah mengalami


perkembangan. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya alat yang digunakan oleh sebagian
buruh panggul untuk memudahkan pekerjaannya agar tidak lagi dengan memanggul barang
bawaannya namun dengan cara mendorongnya karena alat tersebut mempunyai roda di bagian
bawahnya seperti gerobak. Hal tersebut dikarenakan semakin ketatnya persaingan antar sesama
buruh panggul sehingga mereka harus semakin kreatif dan inovatif. Dengan adanya alat ini,
pekerjaan buruh panggul menjadi lebih ringan dan waktu yang dibutuhkan untuk mengantar
barang ke tempat tujuan menjadi lebih singkat serta kapasitas barang yang diangkutnya dapat
lebih banyak daripada dipanggul. Dengan demikian, secara otomatis penghasilan yang
didapatkannya pun menjadi bertambah. Walaupun belum semua buruh panggul melakukan hal
6
Ibid, hlm. 196.
yang sama. Dalam sosiologi, hal tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan sosial
buruh panggul.

2. Kondisi Sosial Tukang Becak di Pasar Tanjung

Tukang becak merupakan salah satu pekerjaan yang dapat dijadikan solusi untuk memenuhi
kebutuhan ekonomi, walaupun tukang becak tidak dapat bersaing dengan pekerjaan yang
lainnya. Selain itu juga untuk menghindari kata pengangguran yang mana sebagian besar orang
tidak senang jika disebut sebagai pengangguran di dalam masyarakat setempat. Untuk itu banyak
masyarakat yang belum memiliki pekerjaan menetap memilih menjadi seorang tukang becak.

Tukang becak di Pasar Tanjung dapat dikategorikan sebagai buruh karena sesuai dengan
pengertian buruh menurut KBBI, yaitu “orang yang bekerja untuk orang lain dengan mendapat
upah”, tukang becak di Pasar Tanjung sebagian besar bekerja kepada pemilik modal usaha, atau
orang-orang yang menyediakan keperluan mereka untuk melakukan pekerjaannya, dan mereka
mendapatkan upah dari orang-orang tersebut. Ada juga tukang becak mandiri yang tidak bekerja
kepada pemilik modal usaha, karena modal yang diperlukan untuk memulai pekerjaan sebagai
tukang becak juga tergolong kecil atau minim modal dan tentunya tidak mengeluarkan ongkos
untuk bensin, hanya memerlukan tenaga untuk mendayung becak. Jadi tidak heran jika di
Indonesia banyak ditemui profesi ini.

Eksistensi tukang becak di zaman yang modern dan serba canggih sebenarnya peluang untuk
bersaing terhadap ekonomi sangatlah kecil, hal ini karena banyak masyarakat yang sebagian
besar memiliki kendaraan pribadi dan juga banyak bermunculan kendaraan umum yang lebih
efisien seperti gojek, gocar, taxi, dan sebagainya. Di mana sistem kerjanya menggunakan
aplikasi sehingga memberikan kemudahan bagi masyarakat jika sesuatu saat membutuhkan
kendaraan maka bisa memesannya melalui aplikasi yang telah disediakan. Sementara tukang
becak dayung pada umumnya hanya menunggu pelanggan yang ingin naik becak. Tukang becak
biasanya memilih tempat-tempat yang ramai sebagai tempat untuk mencari pelanggan seperti
pasar, mal, sekolah dan sebagainya. Hal ini tentunya tidak sebanding dengan pelayanan yang
disediakan oleh aplikasi kendaraan online.
Berdasarkan observasi dan survei yang kami lakukan di Pasar Tanjung Kabupaten Jember,
ada beberapa alasan mengapa masyarakat tidak lagi atau terbilang jarang menggunakan becak
diantaranya karena laju kendaraan yang lambat sehingga masyarakat yang sedang terburu-buru
tidak efektif jika menggunakan becak dan menggunakan becak biasanya hanya untuk jarak
tempuh yang dekat sehingga tidak sesuai jika lokasi yang ingin dituju jauh. Karena kemampuan
tukang becak yang tidak mungkin mencapai jarak yang jauh. Namun becak masih bisa menjadi
pilihan kendaraan masyarakat yang ingin keliling kota seperti alun-alun dan sebagainya. Hal ini
karena becak lebih santai dengan begitu memberikan kesempatan untuk bisa menikmati
keindahan dan keramaian kota.

Tukang becak di daerah Pasar Tanjung Kabupaten Jember kami pilih sebagai bahan untuk
meneliti kehidupan sosial tukang becak. Alasan kami memilih lokasi Pasar Tanjung karena
banyak tukang becak yang berdiam di Pasar Tanjung tentunya karena situasi yang mendukung
dan lokasi yang dekat dan mampu kami tempuh. Tukang becak di Pasar Tanjung berdasarkan
observasi kami, ada banyak yang dapat kami sampaikan mengenai aspek sosialnya. Yang
pertama tukang becak di Pasar Tanjung pada umumnya membentuk kelompok biasanya mereka
berada di pinggir –pinggir pasar dan dekat dengan parkir pasar. Mungkin hal itu dilakukan agar
masyarakat tidak kesulitan untuk mencari becak karena sudah mengetahui lokasi tertentu
mangkalnya para becak, walaupun sedikit menganggu transportasi jalan raya.

Kedua yang bisa kami temukan adalah dalam kelompok becak tersebut daya saing mereka
dalam mencari penumpang sangatlah kecil, hal ini bisa saja terjadi karena mereka memiliki jiwa
kekeluargaan, jadi jika penumpang itu memilih becak yang satu maka tidak ada masalah bagi
tukang becak yang lainnya dan cenderung santai.

Ketiga intereaksi sosial antara tukang becak sangatlah baik, mereka lebih banyak
menghabiskan waktunya untuk mengobraol bibandingkan dengan mencari penumpang,
walaupun ada usaha-usaha untuk mengajak masyarakat yang ada di pasar untuk naik becak.
Biasanya mereka menawarkannya pada ibu-ibu yang sedang berbelanja, di mana ibu-ibu tersebut
sedang membawa banyak belanjaan. Dan memang benar sebagian besar penumpang becak
adalah ibi-ibu yang selesai berbelanja di pasar. Ketiga karena pekerjaan yang santai tersebut
kami melihat bahwa tukang becak cenderung malas dalam mencari penumpang bisa dibilang
mereka memiliki budaya malas. Mungkin karena mereka menyadari banyak kendaraan umum
yang ada di sekitar pasar seperti angkot, jadi tukang becak seperti ada rasa pasrah karena hal
tersebut.

Keempat di dalam kelompok becak tersebut tidak ada kekuasaan, kepemimpinan dan
sebagainya. Dalam artian mereka seperti bersaudara saja. Kelima ada sedikit perubahan antara
tukang becak yang dulu dengan zaman sekarang, yaitu beberapa becak memiliki ijin layak pakai
dari pemerintah daerah untuk menggunkan becaknya, tujuannya agar tidak membahyakan
penumpang. Ijin tersebut berbentuk stiker dan ditempel di bagian belakang becak pada
umumnya.
BAB V

PENUTUP

Kesimpulan
Konsep-konsep sosiologi dapat diterapkan dan ditemukan korelasinya dalam kehidupan sosial
buruh di Pasar Tanjung. Hal ini berarti, apabila ingin meningkatkan taraf hidup sosial mereka,
sosiologi dapat memberi masukan-masukan dan menjadi sumber yang melandasi wacana
tersebut agar dapat terlaksana dengan baik.
LAMPIRAN

(Gambar 1) (Gambar 2) (Gambar 3)

(Gambar 4) (Gambar 5) (Gambar 6)

(Gambar 7)

Gambar 1-7 : Buruh Panggul di Pasar


Tanjung.
(Gambar 8) (Gambar 9)

(Gambar 10) (Gambar 11)

Gambar 8-11 : Tukang Becak di Pasar Tanjung.


DAFTAR PUSTAKA
Budiono, Abdul Rahmad. 2009. Hukum Perburuhan. Jakarta: PT.Indeks.

Soekanto, Soerjono. 2015. Sosiologi Suatu Pengantar-Ed-Revisi,Cet. 47. Jakarta: Rajawali Pers.

Tim Penyusun KBBI . 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai