Anda di halaman 1dari 26

International Conference on Engineering, Technology, and Social Science

October 2020
__________________________________________________________________________________

Ketokohan Syekh Hasan Besari Ponorogo:


Teladan Keberagamaan, Kebudayaan, Kebangsaan
(Literature Review)

Muhammad Hasyim1
1
Bahasa dan Sastra Arab-Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
*Corresponding Author: muhammadhasyim@bsa.uin-malang.ac.id

Abstrak
Sejarah umat manusia di manapun selalu melahirkan sosok sentral di kalangan masyarakat yang
dikenal karena ketokohannya. Syekh Hasan Besari adalah salah satu sosok sentral masyarakat
Ponorogo. Dari beliau muncul banyak tokoh. Suatu ketika Gus Dur pernah bertutur bahwa pada
Syekh Hasan Besari terdapat kombinasi atau titik temu antara Islam dan Jawa. Penelitian ini
bermaksud mendalami harmonisasi antara agama, budya dan nasionalisme pada Syekh Hasan Besari
Ponorogo dan signifikansinya sebagai salah satu alternatif untuk membangun narasi dan toleransi
keragaman dalam rangka menangkal radikalisme yang sampai saat ini masih menjadi masalah dan
isu nasional.

KataKunci: Syekh Ketokohan Hasan Besari Ponorogo, Kegamaan, Kebudayaan,


Kebangsaan

1. PENDAHULUAN Hasan Besari terdapat ketokohan dengan karakter


yang sangat kuat dalam tiga hal sekaligus; yaitu
Sejarah umat manusia di manapun berada keagamaan, kebudayaan dan kebangsaan. Dari tiga
selalu melahirkan individu sebagai tokoh dengan poin tersebut ada dua hal yang perlu di dalami
tingkat penerimaan di masyarakat dalam skala lebih lanjut yaitu: a. Dialektika/pola hubungan
tertentu serta melampaui batas-batas atau ikatan antara keagamaan-kebudayaan, dan b.
sosial tertentu. Dalam konteks lokal wilayah Dialektika/pola hubungan antara keagamaan-
Ponorogo salah satu tokoh yang pernah ada adalah kebangsaan.
Kiyai Ageng Mohammad Hasan Besari (Syekh Dari sisi kebudayaan Syekh Hasan Besari
Hasan Besari). dikenal apresiatif dan akomodatif, sebagaimana
Ketokohan bisa teridentifikasi berdasarkan Wali Songo pada umumnya yang akomodatif dan
karakter dominan atau peran yang pernah tidak konfrontatif.
direpresentasikannya aktual dalam kehidupan di Dinamika hubungan antara agama dan
mana ia berada. Pada suatu konsorsium Gus Dur budaya sudah sejak lama menjadi diskusi panjang
pernah bertutur bahwa Syekh Hasan Besari adalah dengan identifikasi pola dinamikanya. Surjo 2
monumen berpadunya Islam dan Jawa.1 Lebih dari mengidentifikasi tiga pola hubungan agama dan
sekedar paduan antara Islam dan Jawa, tidak budaya; yaitu pribumisasi, negosiasi dan konflik.
berlebihan jika disebut bahwa pada sosok Syekh

1 2
Samantho, Ahmad Yanuana. Agustus 2018. Kiai Surjo, dkk. 1993. Agama dan Perubahan Sosial;
Ageng Muhammad Besari Sosok Mahaguru Para Studi Tentang Hubungan Antara Islam,
Maharaja. ahmadsamantho. wordpress. com. Masyarakat dan Struktur Sosial-Politik di
Diakses tanggal 20 Mei 2019. Indonesia. (Yogyakarta: PAU UGM).

18
Dengan perspektif berbeda Koentjaraningrat3 Geertz bahwa Islam Jawa adalah Islam sinkretis
menyederhanakan dalam dua model Islam di Jawa; antara Islam-Hindu-Budha, animisme dan
yaitu Islam sinkretis dan Islam puritan. dinamisme. Beberapa ilmuan sepakat dengan
Dengan meminjam istilah yang penolakan Woodward terhadap kesimpulan Geertz.
dikemukakan Surjo bisa dikata bahwa Syekh Di antaranya adalah Mulder,9 yang sampai pada
Hasan Besari menerapkan pola pribumisasi dan kesimpulan bahwa hubungan antara agama dan
negosiatif dalam merepresentasikan dinamika budaya bercorak menerima yang relevan dan
hubungan antara agama dan budaya. Hal itu menolak yang tidak relevan. Dengan cara berbeda
dibuktikan dengan sikapnya yang apresiatif dan Muhaimin10 juga mendukung pencapaian simpulan
akomodatif terhadap budaya tanpa menciderai Woodward bahwa Islam bersentuhan dengan
prinsip keagamaan. Karena secara prinsipil Islam konteks lokalitasnya selalu mengakomodasi tradisi
tidak menghilangkan tradisi atau budaya lokal lokal, Islam tidak menghilangkan tradisi selama
selama tidak bertentangan dengan Islam murni, tidak bertentangan juga tidak membabat habis
juga tidak membabat habis tradisi atau budaya tradisi yang masih relevan.
lokal yang masih memiliki relevansi dengan tradisi Dari sisi kebangsaan bisa dikata beliau
besar Islam. memiliki tangggung jawab nasionalisme yang
Abdullah 4 mengartikan pribumisasi sebagai cukup tinggi. Hal itu dibuktikan dengan kiprah
penyesuaian Islam terhadap tradisi lokal di mana ia perjuangan yang kadang kala tidak segan
disebarkan. Hampir senada dengan hal tersebut, berkonfrontasi melawan gerakan yang
Wahid5 berpendapat bahwa antara agama dan mengacaukan tatanan yang sah. Poernomo 11
budaya ada independensi masing-masing, meski meriwayatkan bahwa Pakubuwana II pernah
keduanya memiliki wilayah yang tumpang tindih. meminta bantuan Syekh Hasan Besari untuk
Jauh sebelum itu, Geertz6 mengamati pola mengambil alih keraton Kartosuron dari
dialektika antara agama-budaya di kalangan Islam pemberontak. Selain itu Syekh Hasan Besari
Jawa. Ia menyimpulkan tiga pola keberagamaan pernah diminta oleh Sasradilaga, atas nama
yang ia sebut dengan santri, priyayi dan abangan. Pangeran Diponegoro, untuk ikut bertempur di
Kesimpulan Geertz memicu diskusi panjang antara Perang Jawa. Permintaan tersebut tidak ditolak,
pro dan kontra. Di antara yang mendukung Geertz tapi juga tidak diterima secara penuh. Artinya
adalah Beatty7 yang berpendapat bahwa Islam sikap yang ditunjukan oleh Kiyai Hasan Besari
Jawa pada dasarnya adalah sinkretisantara Islam- adalah sikap ideologis non praktis dan tidak
Hindu-Budha-animisme. frontal. Beliau tetap mendukung perlawanan
Salah satu sanggahan terhadap kesimpulan terhadap dominasi pemerintah kolonial Belanda
Geertz adalah oleh Woodward.8 Pada intinya tapi tidak secara fisik atau militer, tapi lebih secara
Woodward tidak sepakat dengan kesimpulan moral. Strategi ini membuat beliau terbebas dari
tuduhan Belanda atas keterlibatannya di Perang
3
Jawa. 12 Lebih dari itu sebenarnya sikap Syekh
Koentjaraningrat, Darojatun. 1994. Kebudayaan Hasan Besari yang demikian dimaksudkan untuk
Jawa. (Jakarta: Balai Pustaka). menjaga eksistensi dan kelangsungan pesantren
4
Budiyanto, Mangun, dkk. 2008. Pergulatan Antara yang dipimpinnya dan menjaga ekonomi
Agama dan Budaya; Pola Hubungan Islam dan masyarakat desa dari kesewenangan Belanda saat
Budaya Lokal di Masyarakat Tutup Ngisor itu.
Lereng Merapi Magelang Jawa Tengah. . Dengan ketokohan beliau dalam tiga hal
JurnalPenelitian Agama. Vol XVII. No. 3. tersebut tidak aneh jika dari beliau muncul
September-Desember 2008. Halaman 653. beberapa tokoh besar di bidang masing-masing
5
Wahid, Abdurrahman. 2001. Pergulatan Negara,
Agama dan Kebudayaan. (Jakarta: Desantara). 9
Halaman 78. Mulder, Neils. 1999. Agama; Hidup Sehari-hari
6
Geertz, Clifford. 1976. The Religion of Java. dan Perubahan Budaya. (Jakarta: Gramedia
(Chicago: The University of Chicago Press). Pustaka Utama). Halaman 69.
10
7
Beatty, Andrew. 1996. Adam and Eve and Wishnu; Muhaimin, AG. 2001. Islam dalam Bingkai
Syncretismin the Javanese Slametan. Dalam The Budaya Lokal; Potret dari Cirebon. (Jakarta:
Journal of Royal Antrhopology Institute. June Logos).
11
1996. Halaman 48. Poernomo, Mohammad. 1985. Sejarah Kyai Ageng
8
Woorward, Mark R. 1985. Islamin Java; Normative Mohammad Besari. (Jakarta: Balai Pustaka).
Piety and Mystisism in Sultanate Jogjakarta. Halaman 27-34.
Diterjamah dalam bahasa Indonesia oleh Hairus
12
Guillot, Claude. 1985. Le Rôle Historique Des
Salim Islam Jawa; Kesalehan Normatif dan Perdikan Ou Villages Francs: Le Cas
Mistisisme. Diterbitkan oleh LkiS tahun 1999. deTegalsari. Archipel 30. Halaman 142.

19
dengan karakter keislaman yang sangat kuat; di publik dari seberapa jauh peran, fungsi dan jasanya
antaranya adalah Raden Ngabehi Ronggowarsito dalam masyarakat. Dan yang tidak kalah penting
(Raden Mas Burham), HOS Tjokroaminoto. dalam hal itu adalah bagaimana peran, fungsi dan
Ronggowarsito dikenal sebagai pujangga jasa tersebut diakui, dan siapa yang mengakuinya.
(sastrawan) Jawa dengan karakter keislaman yang Adalah tidak mungkin bahwa seseorang bisa
kuat bisa dikata bahwa pada Raden Ngabehi berperan, berfungsi dan berjasa dalam segala level
Ronggowarsito juga ada kombinasi Islam-Jawa. dan atau ruang kehidupan. Seseorang hanya bisa
HOS Tjokroaminoto dikenal sebagai tokoh berperan, berfungsi dan atau berjasa dalam beberapa
pergerakan nasional juga dengan karakter bidang, skala, skup tertentu, terbatas, sesuai
keislaman yang kuat. Bisa dikata bahwa pada HOS kapasitasnya.
Tjokroaminoto ada kombinasi keagamaan- Dengan demikian ketokohan dalam bidang
kebangsaan (nasionalis-religius). keagamaan dapat dipahami sebagai seberapa
Jika melihat dua sosok utama menonjol seseorang dalam hal jasa, peran, fungsinya
(Ronggowarsito dan HOS Tjokroaminoto) kita dalam hal keagamaan, dan seberapa itu semua
patut berasumsi bahwa pada sosok Syekh Hasan berpengaruh pada sesamanya.
Besari ada ketokohan atau karakter kuat dalam hal Begitu pula, ketokohan hal kebudayaan dan
harmoni antara keislaman-kebudayaan, dan kebangsaan. Ketokohan dalam hal kebangsaan adalah
keislaman-kebangsaan. seberapa seseorang memiliki peran, fungsi, jasa
Sehubungan dengan ketokohan Syekh dalam kebudayaan dan seberapa pula itu semua
Hasan Besari yang fenomenal pada zaman itu, berpengaruh terhadap sesamanya. Ketokohan dalam
mengkaji lebih mendalam peran, ketokohan dan bidang kebangsaan berarti seberapa seseorang
kepeloporan beliau dalam hal agama, budaya dan memiliki peran, fungsi, jasa dalam hal kebangsaan
kebangsaan memiliki signifikansi tersendiri terutama dan seberapa pula itu semua berpengaruh terhadap
dalam upaya kontribusi menjawab konteks kini sesamanya.
Indonesia yang masih harus menghadapi kelompok
yang dengan mengusung sentimen keagamaannya HUBUNGAN ANTARA AGAMA, DAN
bersikap intoleran terhadap budaya lokal, dan gagap BUDAYA
terhadap masalah kebangsaan. Karenanya dibutuhkan Diskusi tentang dialektika hubungan antara
penelitian untuk mendalami narasi keagamaan, agama dan budaya sudah berlangsung sejak lama
kebudayaan dan kebangsaan pada sosok Syekh Hasan dengan berbagai perdebatan yang ada. Salah satu
Besari. yang memicu perdebatan panjang dalam hal ini
adalah kesimpulan Geertz14 yang berdasarkan
KAJIAN PUSTAKA pengamatanya terhadap pola interaksi antara agama
Ketokohan berasal dari “tokoh” (rupa, bentuk dan budaya yang dipraktekkan muslim Jawa ia
badan, perawakan, orang terkemuka dan dan mendeskripsikan tiga pola keberagamaan (Islam) di
kenamaan, misal dalam bidang politik, kebudayaan Jawa yang ia sebut santri, priyayi dan abangan. Santri
dan sebagainya), “ketokohan” (perihal tokoh).13 adalah mereka yang menjalani komitmen keagamaan
Dari makna etimologis dapat disimpulkan yang taat. Priyayi adalah mereka yang secara sosial
bahwa ketokohan adalah sifat menonjol seseorang maupun ekonomi dianggap memiliki derajat dan
dibanding dengan sesamanya dalam suatu bidang stratifikasi lebih tinggi dibanding dengan kebanyakan
tertentu, yang membawa dampak atau pengaruh masyarakat desa. Dan abangan adalah mereka yang
terhadap yang lainnya; misal ketokohan politik cenderung sinkretik.
berarti sifat menonjol kiprah seseorang dalam hal Surjo15 mengidentifikasi hubungan antara
atau bidang politik dibandingkan dengan sesamanya agama dan budaya dan meringkasnya dalam tiga
dan berdampak atau memberi pengaruh terhadap
yang lain. Misal ketokohan budaya, berarti sifat 14
Geertz, Clifford. 1976. The Religion of Java.
menonjol atau kepeloporan dalam hal budaya
(Chicago: The University of Chicago Press).
dibandaing dengan sesamanya dan memberi dampak
Deskripsi tentang abangan disimpulkan dari
atau pengaruh kepada yang lain. Atau dengan
halaman 11-120, deskripsi tentang santri
perspektif lain ketokohan dapat diartikan sebagai
disimpulkan dari halaman 121-226, dan deskripsi
seseorang yang dapat diakui memiliki sifat teladan
tentang priyayi disimpulkan dari halaman 227-
dan dapat dijadikan contoh.
354.
Ketokohan seseorang ditentukan dan dinilai 15
Surjo, dkk. 1993. Agama dan Perubahan Sosial;
Studi Tentang Hubungan Antara Islam,
13
Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Umum Bahasa Masyarakat dan Struktur Sosial-Politik di
Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 1991), cet. XII. Indonesia. (Yogyakarta: PAU UGM). Halaman
Halaman 659. 83.
pola; yaitu pribumisasi, negosiasi dan konflik. Kebangsaan (Nasionalisme)20 adalah keadaan
Istilah pribumisasi pertama kali dipopulerkan Gus jiwa di mana individu merasa bahwa setiap orang
Dur tahun 1980-an.16 Abdullah memaknai memiliki kesetiaan tertinggi kepada negara
pribumisasi sebagai penyesuaian agama dengan kebangsaan, adalah suatu ikatan politik yang
budaya di mana ia menyebar.17 Sedangkan Wahid mengikat kesaruan masyarakat modern dan memberi
berpendapat bahwa agama dan budaya memiliki pengabsahan terhadap klaim (tuntutan) kekuasaan.21
independensi dan wilayah masing-masing meski Dalam perkembangan selanjutnya kebangsaan dapat
kadang saling tumpang tindih.18 dilihat dari perspektif antropologis sosiologis.
Adapun pola negosiasi adalah ketika agama Nasionalisme diartikan sebagai suatu masyarakat
(Islam) dengan segala perangkat doktrinnya yang padu dalam persekutuan hidup yang berdiri
berdialektika dengan berbagai budaya yang ada sendiri dan masing-masing anggota merasa satu
dalam masyarakat dan saling mempengaruhi kesatuan ras, bahasa, sejarah, adat, budaya. Dalam
perubahan format tradisi yang dimiliki. Adapun perspektif politik kumpulan masyarakat dalam suatu
konflik adalah ketika dialektika antara agama dan daerah dan mereka tunduk pada sauatu kekuasaan
budaya mengandaikan sikap yang saling bertahan. yang disepakati berupa kedaulatan negara sebagai
Praktis sejatinya pribumisasi jauh lebih tua, kekuasaan tertinggi.
ditandai dengan dakwah Wali Songo di Jawa yang Stoddard22 memaknai kebangsaan, secara
sejak awal menggunakan kearifan-kearifan lokal. sederhana sebagai rasa bersama segolongan sebagai
Wali Songo tidak serta merta menghapus tradisi lokal satu bangsa. Dalam perspektif yang lebih detail
dan menggantinya dengan Islam. Salah satu contoh kebangsaan adalah sifat atau keadaan tertentu yang
dalam hal itu adalah bahwa banyak arsitektur masjid menyatukan sejumlah manusia; seperti suku, adat,
kuno yang masih mempertahankan model Hindu- bahasa, budaya, pengalaman sejarah dan cita-cita
Buda. Karenanya pribumisasi Islam memiliki kaitan bersama dalam suatu wilayah tertentu untuk
langsung dengan sejarah perkembangan Islam di mencapai tujuan bersama agar tercipta kehidupan
Jawa dan Indonesia pada umumnya bersama yang rukun damai tentram sejahtera
Dalam kaitannya dengan sosok Syekh Hasan bersama. Dengan demikian faham kebangsaan
Besari Ponorogo, patut diasumsikan bahwa beliau meliputi makna sosiologis antropologis, historis
melakukan harominasi antara agama dan budaya politis untuk cita hidup bersama.
sebagaimana ditempuh para Wali Songo. Maka Sebagai salah satu unsur penting pranata
penelitian ini adalah untuk membuktikan asumsi sosial, masyarakat agama (Islam) selalu dituntut
tersebut. mampu mengartikulasikan nilai dan prinsip etika
Kebangsaan berasal dari “bangsa” yang universal yang terkandung dalam ajaran agamanya.
mendapat awalan ke dan akhiran an. Poerwadarminto Disadari atau tidak agama memiliki peran sangat
mengartikan ‘bangsa’ sebagai kesatuan orang banyak strategis mengembang-kan etika sosial. Dalam
yang sama atau bersamaan asal keturuan, bahasa, konteks ini agama tidak hanya dikembangkan pada
adat dan sejarahnya yang dibawah pemerintahan area pemikiran murni dan spekulatif, tapi
sendiri. Maka kebangsaan mengandung sifat-sifat ditempatkan sebagai dasar etika sosial. Sebagai suatu
bangsa.19 tata nilai, agama selayaknya senantiasa dieksplorasi
maknanya, termasuk dalam hal berbangsa.
16
Dalam konteks keberbangsaan, setidaknya
Abdullah, Mudhofir. 2013. Pribumisasi Islam sejak Indonesia berdiri sebagai bangsa-negara
dalam Konteks Budaya Jawa dan Integrasi kesadaran semacam itu sejak awal ada. Masalahnya
Bangsa. Makalah disampaikan pada Srawung adalah apakah proses artikulasi nilai-nilai keagamaan
Seni dan Ketuhanan dalam Rangka (Islam) harus melibatkan kelembagaan agama yang
Mangayubagyo Dies Natalis XXI IAIN Surakarta. bersifat formalistik ataukah bagaimana? Pertentangan
9 September 2013. Halaman 26. dalam hal ini telah menyita diskusi cukup serius dan
17
Budiyanto, Mangun, dkk. 2008. Pergulatan Antara lama. Setidaknya sedari awal perumusan ideologi
Agama dan Budaya; Pola Hubungan Islam dan
Budaya Lokal di Masyarakat Tutup Ngisor
20
Lereng Merapi Magelang Jawa Tengah. . 1989. Encyclopedia Britanica. (USA: The
JurnalPenelitian Agama. Vol XVII. No. 3. University of Chicago). Halaman 851.
21
September-Desember 2008. Halaman 653. Sill, L. David. (ed). 1972. International
18
Wahid, Abdurahman. 2001. Pergulatan Negara, Encyclopedia of Social Sciences. (New York:
Agama dan Kebudayaan. (Jakarta; Desantara). MacMillan Company &The Free Press). Halaman
Halaman 46. 63.
19 22
Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Umum Bahasa Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Umum Bahasa
Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 1991), cet. XII. Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 1991). cet. XII.
Halaman 86-87. Halaman 86-86.

21
negara, haruskah Islam menjadi ideologi negara, sering kali melakukan generalisasi bahwa agama
haruskah Indonesia menjadi negara agama dan selalu punya kaitan atau hubungan tak terpisahkan
seterusnya. Pasang surut pertentangan itu juga dengan masalah kemasyarakatan.
diwarnai pergolakan kebangsaan yang ditandai Secara global aliran ketiga ini berendapat
dengan kemunculan kelompok yang menuntut bahwa agama dan berbagai persoalan kemasyarakatn
Indonesia menjadi bangsa dan negara agama dengan merupakan wilayah yang beda, tapi imbas nilai
cara inkonstitusional. Salah satu yang tercatat dalam agama dalam masyarakat dapat terwujud dalam
sejarah adalah peristiwa pemberontakan Darul bentuk yang tidak mekanik-holistik dan institusional.
Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII).23 Hubungan antar dua hal berbeda itu akan selalu ada
Pada perjalanan seterusnya perdebatan dalam dalam kadar dan intensitas yang tidak sama, serta
hal itu mengalami pasang surut. Ada kala muncul dalam pola dan bentuk yang tidak selalu mekanistik,
lagi, ada kala lenyap lagi. Juga ada kala muncul formalistik atau legalistik. Sering kali pola hubungan
sekelompok yang dengan gigih mengungkit lagi. itu bersifat inspiratif dan substantif. Tipologi
Setidaknya pada dua dasa warsa terakhir. Bahkan dialektika agama dan kemasyarakatan ini juga
beberapa keadaan mengindikasikan ketidaksabaran berlaku pada dialektika antara agama kebangsaan.
mereka yang mengusung formalisasi agama dalam
segala aspek kehidupan berbangsa membuat BIOGRAFI SYEKH HASAN BESARI
lompatan dengan kesimpulan dan prilaku yang berani
melanggar atau menciderai sendi-sendi kehidupan Syekh Hasan Besari adalah ulama besar
kebangsaan dengan dalih dan dalil jihad, bahkan nusantara yang hidup di masa abad 18 M. Lahir di
dengan melakukan tindak kekerasan dengan berbagai Tegalsari pada tahun 1729 M, Syekh Hasan Besari
teror bom atau tindakan inkonstitusional lainnya. merupakan putra kedua Kiyai Muhammad Ilyas dari
Setidaknya selama 20 tahun terakhir tercatat sekian istri pertama. Dengan begitu, ia juga termasuk cucu
peristiwa peledakan bom yang mereka narasikan Kiyai Ageng Muhammad Besari, pendiri Pondok
sebagai jihad dalam rangka perjuangan Pesantren Gebang Tinatar. Di kemudian hari Pondok
memformulasikan agama formal dalam kebangsaan Pesantren tersebut lebih dikenal dengan sebutan
atau gerakan yang serupa. Pondok Tegalsari karena secara goegrafis-
Dalam pengamatan Bachtiar Efendy24 ada tiga administratif terletak di Desa Tegalsari, Kecamatan
aliran dalam konstruksi dialektika agama dan Jetis, Kabupaten Ponorogo.25 Poernomo mencatat
persoalan kemasyarakatan, pertama; mekanik- Pondok Pesantren Tegalsari berdiri pada tahun 1700
holistik, kedua; antagonis dan ketiga; moderat. M. 26
Pandangan pertama (mekanis-holistik) Kyai Ageng Muhammad Besari bersama Nyai
memposisikan hubungan antara agama dan Ageng Mantup (Kakek dan Nenek Syekh Hasan
kemasyarakatan sebagai sesuatu yang tak Besari) mempunyai sembilan orang putra yaitu Ny.
terpisahkan. Pemikiran kedua (antagonis) selalu Ag. Abdurrahman Tegalsari, Kyai Ag. Jakub, Kyai
mengajukan preposisi bahwa bahwa keduanya Ismangil, Ny. Buchori, Kyai Ageng Haji Iskhaq,
merupakan wilayah (domain) yang berbeda dan Kyai Muhammad Iskhaq, Kyai Kholifah, Kyai
karenanya harus dipisahkan. Pemikiran ketiga Muhammad Ilyas (yang nanti akan berputrakan Kyai
(moderat) mengintegrasikan antara pandangan yang Khasan Besari), Ny. Banjarsari, dan Kh. Zaenal
antagonis, di pihak lain pandangan ketiga ini juga Abidin yang menjadi Sutan/ Raja di Slangor
ingin melunakkan perspektif mekanis-holistik yang Malaysia. 27
Lahir dan hidup di lingkungan pondok
pesantren membuat Syekh Hasan Besari tumbuh
23
DI/TII didirikan tahun 1949, dipimpin oleh dalam pendidikan dan pola asuh khas pesantren. Hal
Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo, mengusung itu pula yang di kemudian hari membuatnya tumbuh
Kekhalifahan Islam, Darul Islam, Islamisne, menjadi pribadi yang berilmu tinggi dan luas.
dideklarasikan 7 Agustus 1949 melakukan Belum ditemukan catatan pasti mengenai
pemberontakan di Kalimantan Selatan bulan jenjang pendidikan, kitab, dan bahkan orang-orang
Oktober 1950 dipimpin ileh Ibnu Hadjar, di Aceh
1953-1962 dipimpin oleh Daud Beureueh, di Jawa
25
Tengah 1950-1959 dipimpin oleh Amir Fatah, di Informasi dari Focus Group Discussion (FGD)
Sulawesi Selatan 1950-1965 dipimpin oleh Karah dengan narasumber Dawam Multazam
Muzakar, dibubarkan 2 September 1962. Rohmatulloh dan Fuad Fitriawan pada 05
24
Efendy, Bachtiar. 2001. Masayarakat Agama dan September 2019.
26
Pluralisme Keagamaan; Perbincangan Mengenai Poernomo. 1985. Babad Kyai Ageng Muhammad
Islam, Masyarakat Madani dan Etos Besari. Halaman 21.
27
Kewirausahaan. (Yogyakarta: Galang Pres). Poernomo. 1985. Sejarah Kyai Ageng Muhammad
Halaman 8. Besari. Halaman 27
yang menjadi guru Syekh Hasan Besari. Hanya saja, karena pengajian model ini dilakukan pada waktu-
beberapa dokumen penelitian menyebutkan Syekh waktu tertentu yang biasanya dilaksanakan setelah
Hasan Besari menuntut ilmu di Pondok Pesantren mengerjakan shalat fardhu.31
Gebang Tinatar yang didirikan oleh kakeknya. Ia Bahkan Pondok Tegalsari juga merupakan
sendiri lebih banyak belajar pada kakenya tersebut. pondok yang mempelopori sistematisasi institusi
Sam’ani menyebut Pondok Tegalsari mengajarkan pesantren. Pondok Tegalsari sudah menerapkan
islam berhaluan Sunni Syafii dengan kitab-kitab sistem belajar sepanjang hari dengan pengajaran kitab
Fiqih dan Hadist.28 yang beragam. Hal ini berbeda dengan sistem yang
Satu versi lain menyebutkan bahwa Syekh sebelumnya yang dilakukan pada waktu-waktu
Hasan Besari juga pernah belajar di Pondok tertentu saja, biasanya usai Shalat Ashar dan
Pesantren Ndresmo yang didirikan oleh Mas Sayyid Maghrib. Selain itu Pondok Tegalsari juga
Ali Akbar. Pesantren tersebut kini terbagi menjadi menerapkan klasifikasi terhadap santrinya, antara
dua wilayah Sidoresmo-Wonokromo dan Sidosermo- santri yang baru dengan santri yang sudah memiliki
Wonocolo Surabaya. Nama Ndresmo sendiri mulanya pengetahuan lanjut. Santri yang masih baru akan
adalah sebuah singkatan dari “Nderes Santri Limo”. diberikan pelajaran membaca dan metulis dalam
Maksudnya santri yang belajar berjumlah lima orang. bahasa arab. Sedang santri yang sudah
Satu dari lima orang santri tersebut adalah Syekh berpengetahuan lanjut akan diberikan pelajaran
Hasan Besari.29 membaca dan menjelaskan kitab-kitab kuning
Namun, perbandingan kedua tahunnya (keagamaan) bahasa arab. Proses pembelajaran
menunjukkan hal yang berbeda. syekh hasan besari dilakukan secara wetonan dari pukul 07.00-16.00 dan
lahir pada 1729 M sedangkan pesantren Ndresmo sorogan ketika malam hari, biasanya setelah sholat
didirikan pada akhir abad ke-16 M atau awal abad ke- isya sekitar pukul 19.30-21.00.32
17 M. Rohmah30 menyebut bahwa salah satu dari Metode belajar di Pondok Tegalsari
kelima santri tersebut adalah Kiai Ageng Hasan menerapkan metode Wetonan dan Sorogan. Wetonan
Besari, pendiri pondok Tegalsari. Bila yang dimaksud dan sorogan memiliki definisi yang sama, yaitu
oleh Rohmah adalah pendiri pondok pesantren metode belajar yang berpusat pada individu, seorang
Tegalsari, dalam konteks penelitian ini yang lebih atau beberapa orang santri duduk di depan kiai dan
tepat, adalah Ki Ageng Muhammad Besari, kakek membaca kitab-kitab keagamaan. Bedannya, sorogan
dari Syekh Hasan Besari. dilakukan berdasarkan permintaan dari santri kepada
Lingkungan keluarga dan pondok itulah yang kiai, sementara wetonan dilakukan berdasarkan
membentuk pribadi Syekh Hasan Besari menjadi inisiatif dari kiai.33
seorang ulama besar. Pondok Tegalsari yang Pemikiran Syekh Hasan Besari lebih banyak
didirikan kakeknya merupakan pondok pesantren dipengaruhi oleh madhab Syafi’iyah, karena dalam
salaf yang mengajarkan tradisi keilmuan uama-ulama lingkungan Pondok Tegalsari lebih dominan
syafii layaknya pesantren salaf yang kini dikenal luas. mempelajari kitab-kitab dari madzhab Syafi’iyah.
Pesantren salaf menurut Zamakhsyari Dhofier, Selain pembelajaran kitab-kitab kuning, pendidikan
adalah lembaga pesantren yang mempertahankan di pondok Tegalsari juga membiasakan pada
pengajaran kitab-kitab Islam klasik (salaf) sebagai santrinya laku riyadhoh, wirid, puasa, dan
inti pendidikan. Sedangkan sistem madrasah mujahadah.
ditetapkan hanya untuk memudahkan sistem sorogan, Syekh Hasan Besari menjadi pengasuh
yang dipakai dalam lembaga-lembaga pengajian Pondok Tegalsari pada periode keempat
bentuk lama, tanpa mengenalkan pengajaran kepengasuhan Pondok Tegalsari (1797-1867 M).
pengetahuan umum. Sistem pengajaran pesantren Selama 70 tahun kepengasuhannya (1797-1867 M),
salaf memang lebih sering menerapkan model Syekh Hasan Besari berhasil membawa Pondok
sorogan dan wetonan. Istilah weton berasal dari Tegalsari mencapai masa keemasannya. Beberapa
bahasa Jawa yang berarti waktu. Disebut demikian
31
Wahyuddin, Wawan. 2016. Kontribusi Pondok
28
Sam’ani, Muhammad. 2017. Kyai Khasan Besari; Pesantren Terhadap NKRI. Saintifika Islamica:
Biografi dan Perannya Bagi Pondok Pesantren Jurnal Kajian Keislaman. Volume 3 No. 1 Januari
Gebang Tinatar Tegalsari Ponorogo (1797- – Juni 2016. Hml. 25.
32
1867). Skripsi tidak diterbitkan. Halaman 35. Nurdianto, Saifuddin Alif, dkk. 2018. Kajian
29
Rohmah, Linda Ainur. 2018. Perjuangan Kiai Mas Poskolonial Gerakan Pemikiran Dan Sikap
Cholil Untuk Memperoleh Status Tanah Perdikan Ulama Pesantren Tegalsari Dalam Pusaran
Dari Pemerintah Kolonial Belanda Di Sidoresmo Konflik Multidimensional Di Jawa (1742-1862).
Surabaya. Skripsi tidak diterbitkan. Halaman 45- Jurnal THEOLOGIA, Vol 29 No 1. Halaman 197.
33
48 Madjid, Nurcholis. 1997. Bilik-bilik Pesantren:
30
Ibid. Halaman 48. Sebuah Potret Perjalanan. Halaman 28.

23
catatan menyebutkan santri di pondok tersebut makam menjelaskan38 bahwa di kompleks makam
telah mencapai jumlah ribuan. Daryono34 keluarga Tegalsari terdapat tiga bangunan utama
menyebut jumlah santri mencapai 16.000 orang. makam, di sebelah timur makam adalah bangunan
Syekh Hasan Besari menjadi pengasuh makam Ki Ageng Besari (ayahanda Kiyai Ilyas), di
Pondok Tegalsari menggantikan saudaranya, Kyai bagian tengah adalah bangunan makam Kiyai
Khasan Yahya yang telah memimpin selama 40 Ilyas, dan di sebelah barat adalah bangunan
Tahun (1758-1797 M). Sayangnya tidak ada makam Ki Ageng Hasan Besari (putra Kiyai Ilyas).
perkembangan signifikan dalam 40 tahun
kepengasuhan Kiyai Khasan Yahya. Justru Kiyai A. Ketokohan Syekh Hasan Besari Dalam Bidang
Khasan Yahya mendapat surat pencopotan jabatan35 Keagamaan
dari Pakubuwono IV yang menilai ia hanya sibuk
memperkaya diri dengan aktifitas pertanian santrinya Ketokohan Syekh Hasan Besari dalam
untuk memotong padi dan menanam kedelai. bidang keagamaan dapat diidentifikasi dari
Pencopotan jabatan itu dilakukan oleh Pakubuwono beberapa hal, antara lain: 1. Konstruksi ke-
IV karena Pengasuh Pondok Tegalsari juga Islam-an Syekh Hasan Besari, 2, Perannya
merangkap sebagai Lurah di tanah perdikan Tegalsari dalam Pondok Tegalsari Ponorogo; 3. Perannya
yang secara administratif termasuk ke dalam wilayah dalam jaringan ulama nusantara; 4.
kekuasaan Keraton Surakarta. Santri/alumni dan keturunan Pondok Tegalsari
Kiyai Khasan Yahya menggantikan Ayahnya, Ponorogo yang menjadi ulama penerusnya.
Kiyai Khasan Ilyas, yang mengasuh pesantren selama
11 tahun (1747-1758 M). Fokkens mencatat 11 tahun 1. Konstruski Ke-Islam-an
kepemimpinan Kyai Khasan Ilyas lebih banyak Agama Islam mengandung tiga
digunakan untuk pembangunan masjid pondok. ajaran pokok; yaitu ubudiyah ritual (fikih),
Bahkan ia lupa menyiapkan generasi penerusnya akidah, pemikiran kalam atau keyakinan
untuk melanjutkan estafet kepengasuhan Pondok (teologi) dan akhlak (tasauf). Ciri utama
Teglasari.36 Islam sunni adalah kebermadzhaban dalam
Berbeda dengan Fokkens, dalam temuannya hal fikih, kalam dan tasauf. Dalam hal fikih
Saifudin menarasikan pada masa kepengasuhan Kiyai ada empat madzhab yang diikuti yaitu
Ilyas itulah masa dimulainya tradisi pengiriman calon Maliki, Hanafi, Hambali dan Syafii. Dalam
pujangga keraton untuk belajar di Pondok Tegalsari. hal kalam hanya dua madzhab yang diikuti
Sebagai calon pujangga yang pertama kali menjalani yaitu madzhab Imam Asy’ari dan Imam
tradisi tersebut adalah Sastranegara yang di kemudian Maturidi. Sedangkan dalam hal tasauf Imam
hari setelah diangkat menjadi pujangga keraton Junaid Al-Baghdadi dan Imam Ghazali.
berganti nama menjadi Yasadipura II.37 Syekh Hasan Selain itu juga ada kelompok tarekat yang
Besari wafat pada usia 138 tahun (1729-1867 M). diikuti.
Syekh Hasan Besari dimakamkan di Dan Syekh Hasan Besari adalah muslim
komplek makam keluarga Tegalsari. Juru kunci sunni yang bermarzhab fikih Syafii. Hal itu
ditunjukkan dengan adanya beberapa kitab
fikih dan hadits bermadzhab Syafii.39 Dalam
hal akhlak atau tarekat tasauf Kumar 40
34 menyatakan in 1890 It was observed he had
Daryono, Haris. 2006. Menggali Pemerintahan
become the student of a teacher of
Negeri Doho: Dari Majapahit Menuju Pondok
Shattariya tarekat named Kasan Besari….
Pesantren. Halaman 235.
34 (diketahui bahwa pada tahun 1890 beliau -
Ihsan, Nur Hadi. 2001. Pola Penyelenggaraan Pangeran Pakubuana- adalah santri dari
Pondok Pesantren Ashriyah/Khalafiyah. Halaman
11.
35
Sam’ani, Muhammad. 2017. Kyai Khasan Besari:
38
Biografi dan Perannya Bagi Pondok Pesantren Penjelasan lisan Mbah Sujak (juru kunci komplek
Gebang Tinatar Tegalsari Ponorogo (1797- makam keluarga Tegalsari). Wawancara tanggal 8
1867). Skripsi tidak diterbitkan. Halaman 49. Agustus 2019, 14.30 di kediaman Mbah Sujak.
36 39
F. Fokkens. 1877. De Priesterschool te Tegalsari, Penjelasan lisan Mbah Sujak (juru kunci komplek
Batavia’s Hage. Burning. Halaman 334. makam keluarga Tegalsari). Wawancara tanggal 8
37
Nurdianto, Saifuddin Alif Nurdianto, dkk. 2018. Agustus 2019, 14.30 di kediaman Mbah Sujak.
40
Kajian Poskolonial Gerakan Pemikiran Dan Kumar, A. 1982. The Suryengalagan Affair of 1883
Sikap Ulama Pesantren Tegalsari Dalam Pusaran and Its Successors; Bom Leaders in Changed
Konflik Multidimensional Di Jawa (1742-1862). Time. Journal Bijdragen tot de Taal -Land- end
Jurnal THEOLOGIA, Vol 29 No 1. Halaman 192. Volkenkunde 138. No. 2/3. Halaman 251-284.
seorang mursyid tarekat Syathariyah yang salaf yang mengajarkan santri-santri untuk
bernama Kasan Besari). melakukan praktik-praktik ibadah seperti
2. Perannya terhadap Pondok Tegalsari sholat-sholat sunah, dzikir, wirid dan rotib.44
Ponorogo Santri-santri juga dibiasakan untuk
melakukan mujahadah dan riyadlah, seperti
Syekh Hasan Besari mengasuh
puasa, menyepi, dan laku-laku spiritual lain.
Pondok Tegalsari pada usia 68 tahun, yaitu
Kumar menyebutkan Syekh Hasan
pada tahun 1797-1867 M.41 Dalam Besari sebagai guru Tarekat Syattariyah.45
kepengasuhannya Pondok Tegalsari Maka tidak mengherankan bila dalam
mencapai puncak keemasannya. Beberapa pendidikan yang beliau terapkan di pondok
catatan menyebutkan santri di pesantren tegalsari juga mendidik dan mengajarkan
tersebut telah mencapai jumlah ribuan. laku spiritual pada santri-santrinya.
Daryono menyebut jumlah santri mencapai Pendidikan laku spiritual atau pendidikan
16.000 orang.42 tasawuf, menurut Basuki, adalah pendidikan
Santri-santri yang menuntut ilmu di yang paling membekas dalam diri
Pondok Tegalsari selain dari penduduk Ronggowarsito ketika menuntut ilmu di
sekitar, seperti penduduk karanggebang Tegalsari. Sehingga pengaruh ajaran
yang menjadi santri Syekh Hasan Besari
spiritual atau tafawuf itu tercermin dalam
pada 1830 M, juga banyak santri yang sikap hidup dan karya-karyanya.46
berasal dari penjuru nusantara. Besarnya
jumlah santri yang menuntut ilmu di Pondok 3. Peran Syekh Hasan Besari Dalam Jaringan
Tegalsari pada gilirannya membuat asrama Ulama Nusantara
atau tempat bermukim para santri dibangun Syekh Hasan Besari dalam
hingga di desa-desa sekitar, antara lain desa perjuangannya menyebarkan agama islam
Jabung, (Nglawu), desa Josari dan desa-desa telah melahirkan generasi tokoh-tokoh
sekitarnya.43 penting ulama dalam penyebaran agama
Besarnya jumlah santri yang islam selanjutnya. Tokoh-tokoh tersebut
menuntut ilmu di Pondok Tegalsari, turut dikemudian hari juga melahirkan tokoh-
memperluas dakwah islam yang dilakukan tokoh kunci dalam penyebran agama islam.
oleh Syekh Hasan Besari hingga tersiar ke Sehingga terjalin sebuah jaringan ulama
berbagai penjuru. Belum lagi keturunan yang mewarnai penyebaran agama islam di
Syekh Hasan Besari dan alumni Pondok nusantara.
Tegalsari yang di kemudian hari Tokoh-tokoh yang secara langsung
melanjutkan perjuangan dakwah beliau menjadi santri Syekh Hasan Besari di
dengan mendirikan pesantren-pesantren. Pondok Tegalsari antara lain KH. Abdul
Syekh Hasan Besari menerapkan Manan, pendiri Pondok Tremas Pacitan;
tradisi pendidikan salaf di Pondok Tegalsari. RMH. Sulaiman Jamaluddin, pendiri
Mengacu pada kitab-kitab klasik karya Pondok Gontor awal. Selain dua tokoh
ulama-ulama syafi’i, Syekh Hasan Besari penting tersebut, ada Ronggowarsito, santri
mendidik santri-santrinya dalam berbagai Syekh Hasan Besari yang masyhur menjadi
disiplin ilmu, seperti membaca Al-Qur’an, pujangga keraton Surakarta. Karya-karya
tafsir, tauhid, tasawuf, hadits, ulumul hadis, Ronggowarsito kental dengan ajaran
fiqih dan lain sebagainya. tasawuf yang disebut-sebut adalah
Selain pendidikan keilmuan, Syekh pendidikan yang begitu berkesan baginya
Hasan Besari juga menerapkan pendidikan selama menjadi santri di Tegalsari.
laku spiritual atau sufistik terhadap santri- KH. Abdul Manan mendirikan
santrinya. Seperti dalam tradisi pesantren Pondok Tremas Pacitan setelah pulang dari
41
menuntut ilmu di Pondok Tegalsari. Ia
Samani, Muhammad. 2017. Kyai Khasan Besari;
Biografi dan Perannya Bagi Pondok Pesantren
44
Gebang Tinatar Tegalsari Ponorogo (1797- Bruineseesn, Martin Van. 1995. Kitab
1867). Skripsi. Halaman 53. Kuning,Pesantren dan Tarekat. Halaman 20.
42 45
Daryono, Haris. 2006. Menggali Pemerintahan A. Kumar. 1982. The Suryengalangan affair of
Negeri Doho; Dari Majapahit Menuju Pondok 1883 and its successors: Born leader in changed
Pesantren. Halaman 235. times. Land- en Volkenkunde 138 (1982), no: 2/3,
43
Ihsan, Nur Hadi. 2001. Pola Penyelenggaraan Leiden, 251-284. Halaman 269.
46
Pondok Pesantren Ashriyah/Khalafiyah. Halaman Basuki, Untung Joko. 2014. Konsepsi Pendidikan
11. Raden Ngabehi Ranggawarsita. Halaman 27.

25
menikah dengan putri Demang Tremas, dari bakal jaringan ulama nusantara adalah
pernikahan tersebut ia dikaruniai putra RMH. Sulaiman Jamaluddin. Ia adalah
bernama Abdullah yang kelak pendiri Pondok Gontor awal. Periode
melanjutkannya mengasuh Pondok Tremas. kepengasuhan pondok Gontor awal hanya
KH. Abdul Manan juga tercatat berjalan sampai tiga periode. Kiai Suaiman
sebagai ulama nusantara yang pertama kali digantikan oleh putranya, Kiai Archam
menuntut ilmu di timur tengah, yaitu Al- Anom Besari. Pada masa kepengasuhan
Azar, Cairo, Mesir. 47 Ia berguru pada putranya inilah pondok gontor mengalami
Grand Syaikh Ibrahim Al-Bajuri. Bahkan kemajuan yang pesat. Santri yang menuntut
menurut KH. Maimun Zubair, KH. Abdul ilmu di pondok gontor mulai dar penduduk
Manan adalah ulama Ahlussunah pertama di sekitar, lingkup Jawa Timur hingga tatar
nusantara yang membawa dan Pasundan di Jawa Barat.
memperkenalkan kitab Iṭṭiḥaf Sa’dat al- Periode selanjutnya, di bawah
Muttaqin Syarah Iḥya’ ‘Ulum Al-Đin karya kepengsuhan Kiai Santoso Anom Besari
Sayyid Murtaḍa Al-Zabidi.48 yang menggantikan ayahnya, Kiai Archam
KH. Abdul Manan kemudian Anom Besari, Pondok Gontor mulai
memiliki cucu yang masyhur sebagai ulama mengalami penurunan hingga akhirnya pada
nusantara, yaitu Syaikh Mahfudz At- akhir hayat beliau Gontor benar-benar
Tarmasi. Ia adalah putra KH. Abdullah, vakum.
pengasuh Pondok Tremas periode kedua. Pada periode vakum tersebut Nyai
Syaikh Mahfudz At-Tarmasi menjadi Santoso, istri Kiai Santoso Anom Besari,
pengajar di Masjidil Haram dan menjadi menggembleng putra-putranya dengan
ulama terkemuka di kota Makkah. 49 memberikan pendidikan yang ketat. Bahkan
Kemasyhurannya diakui oleh ulama-ulama ia mengirim putra-putranya untuk belajar
dunia bahkan ia menjadi rujukan dan guru dan memperdalam ilmu agama di Makkah.
bagi para ulama islam dunia. Sepulang dari pendidikannya memerdalam
Syech Mahfudz remaja belajar pada ilmu agama, KH. Akhmad Sahal bersama
ayahnya tentang ilmu tauhid, ilmu Al- kedua saudaranya, KH. Imam Zarkasyi dan
Qur’an, dan fiqih. Ayahnya mengajari KH. Zainuddin Fanani membangun kembali
Syarah Al-Ghayah li Ibni Qasim Al Ghuzza, pondok peninggalan keluarganya tersebut.
Al-Manhaj Al-Qawim, Fath Al-Mu’in, Fath Keberhasilan mereka menerapkan
Al-Wahab, Syarh Syarqawi ‘ala Al-Hikam konsep intergasi keilmuan keagamaan
dan Al-Hikam dan sebagian Tafsir Al- dengan keilmuan umum menjadikan pondok
Jalalain.50 mereka berkembang pesat dan disebut
Selain KH. Abdul Manan, santri sebagai Pondok Modern. Perkembangan
Syekh Hasan Besari yang menjadi cikal tersebut ditandai dengan makin banyaknya
jumlah santri yang menuntt ilmu di pondok
47
mereka. Bahkan kemudian mealui Badan
Nadiani, Hannah Fithrotien Salsabila. 2015. Wakaf Pondok Modern Gontor melakukan
Hubungan Persepsi Santri Nuhun Terhadap Figur perluasan dengan membangun pondok-
Kiai Dengan Kelekatan Aman Di Perguruan pondok cabang diberbagai tempat. Tercatat
Islam Pondok Tremas Pacitan. Halaman 79. ada 18 unit cabang pondok Gontor yang
48
Bizawi, Zainul Milal. 2017. The Legacy Of dibangun di berbagai tempat.
‘Tasawuf Akhlaqi’ Syaikh Sholeh Darat And
Syaikh Ihsan Jampes. Heritage Of Nusantara. Vol. 4. Santri/Alumni Dan Keturunan Pondok
6 no. 2 december 2017. Jurnal. Halaman 272-273. Tegalsari Ponorogo Menjadi Ulama
49
Abdul Chalik. 2011. Nahdlatul Ulama Dan Sebagai seorang ulama, Syekh Hasan Besari
Geopolitik Perubahan Dan Kesinambungan. telah banyak melahirkan ulama-ulama besar
Halaman 114, bawazie, Zainul Milal2017. The di nusantara baik dari kalangan santri atau
Legacy Of ‘Tasawuf Akhlaqi’ Syaikh Sholeh alumni yang telah berhasil ia didik maupun
Darat And Syaikh Ihsan Jampes. Heritage Of dari kalangan keluarga dan keturunan.
Nusantara. Vol. 6 no. 2 December 2017. Jurnal. KH. Abdul Manan adalah salah satu
Halaman 276, Tim penulis Jaringan Nahdliyin santri Syekh Hasan Besari yang di
Mataram. 2015. Gerakan Kultural Islam kemudian hari mendirikan Pondok
Nusantara. Halaman 54-68.
50
Mukodi. 2015. Menjaga Umat Pilar-Pilar Budaya
Pondok Tremas Pacitan Di Era Global. Halaman
253.
Pesantren Tremas Pacitan.51 Sepulang dari para penyamun, pembegal, warok (jagoan)
Pondok Tegalsari KH. Abdul Manan yang dan orang-orang yang berperangai kotor
mempunyai nama kecil Bagus Darso, putra sehingga dikenal dengan sebutan “gontor”
Demang Semanten, kemudian membuka kependekan dari enggon kotor yang artinya
pengajian sederhana di kampung tempat kotor.54
halamannya, Desa Semanten. Dalam Pondok Gontor mencapai
pengajian sederhana tersebut banyak kejayaannya pada masa kepengasuhan Kiai
penduduk sekitar yang ikut mengaji. Archam Anom Besari putra Kiai Sulaiman
Kemudian didirikanlah bangunan pondok Jamaludin yang menjadi pengasuh periode
untuk santri-santri yang datang dari jauh. kedua. Pada masa ini Gontor berkembang
Beberapa waktu kemudian, setelah pesat dengan jumlah santri mencapai ribuan.
KH. Abdul Manan menikah dengan putri Santri yang menuntut ilmu berasal dari
Demang Tremas, Raden Ngabehi sekitar Ponorogo, Jawa Timur, hingga tanah
Honggowijoyo (kakak kandung Radeng Pasundan.55
Ngabehi Dipomenggolo, Ayah KH. Abdul Sepeninggal Kiai Archam Anom
Manan), ia memindahkan pesantrennya ke Besari kemudian dilanjutkan putranya, Kiai
Desa Tremas. Menurutnya, ayah mertuanya Santoso Anom Besari. Pada periode ketiga
memberikan tempat yang lebih bagus. kepengasuhan Pondok Gontor tersebut
Tremas yang jauh dari hiruk pikuk jumlah santri kian menyusut dan pamor
keramaian kota dan pusat pemerintahan Pondok Gontor mulai memudar. Bahkan
menjadi tempat yang kondusif bagi santri- sepeninggal Kiai Santoso Anom Besari,
santrinya untuk menuntut ilmu. Maka kondisi Pondok Gontor benar-benar surut.
berdirilah Pondok Tremas pada 1830 M. 52 Tidak ada pihak keluarga yang melanjutkan
Selain santri atau alumni Pondok periode kepengasuhan hingga Pondok
Tegalsari, Syekh Hasan Besari juga Gontor mengalami masa vakum.56
menurunkan keturunan yang melanjutkan Belum ada catatan resmi mengenai
perjuangnnya menjadi ulama penyebar kapan tahun berdirinya Pondok Gontor di
agama islam. Salah satunya adalah RMH. tangan Kiai Sulaiman Jamaluddin. Hanya
Sulaiman Jamaluddin, putra penghulu saja banyak dokumen mencatat sepeninggal
Jamaluddin, cucu Pangeran Hadiraja Sultan Kiai Santoso Anom Besari, Pondok Gontor
Kasepuhan Cirebon. Nama lengkapnya kelak dibangun kembali oleh ketiga
adalah Raden Muhammad Hadikusumo putranya, K. H. Ahmad Sahal (1901-1977),
Sulaiman Jamaluddin.53 Ia adalah santri K. H. Zainuddin Fannani (1905-1967), dan
Pondok Tegalsari yang diambil menantu K. H. Imam Zarkasyi (1910-1985).57
oleh Kiai Kholifah, pengasuh Pondok Pada tahun 1926 KH. Ahmad Sahal
Tegalsari. membangun kembali Pondok Gontor
Usai menikah Kiai Sulaiman dengan konsep yang berbeda dengan konsep
Jamaluddin diberi amanah untuk mendirikan sebelumnya. Bersama kedua saudaranya,
pesantren di sebuah desa yang kini dikenal KH. Ahmad Sahal menerapkan sistem
dengan nama Gontor. Ia berangkat bersama integeratif dalam penyelenggaraan
istri dan 40 oran g santrinya untuk pendidikan Pondok Gontor. Hal tersebut
mendirikan pesantren dan bermukim di mereka lakukan karena mereka melihat
Gontor. Sebuah riwayat menyebutkan
bahwa dulunya Gontor merupakan hutan 54
belantara yang dijadikan persembunyian Kementrian Agama RI. 2010. Hukum Perwakafan
dan Implementasinya Terhadap Kesejahteraan
Masyarakat (Implementasi Wakaf di Pondok
51
Abdul Chalik. 2011. Nahdlatul Ulama Dan Modern Darussalam Gontor). Cet-1. Halaman
Geopolitik Perubahan Dan Kesinambungan. 214.
55
Halaman 113. Diana, Zummi Asma. 2013. Studi Analisis Wakaf
52
Wijayanti, Intan. 2016. Gaya Kepemimpinan Diri Ustadz Sunan Autad Sarjana Bin Hartono Di
Dalam Pengambilan Kebijakan Di Perguruan Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo
Islam Pondok Tremas Pacitan. Halaman 90. Jawa Timur. Skripsi tidak diterbitkan. Halaman
53
Diana, Zummi Asma. 2013. Studi Analisis Wakaf 54.
56
Diri Ustadz Sunan Autad Sarjana Bin Hartono Di Ibid.
57
Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo M. Saifurrohman, S. 2018. Perkembangan Pondok
Jawa Timur. Skripsi tidak diterbitkan. Halaman Modern Darussalam Gontor Pada Tahun 1926-
53. 1985. Skripsi. Halaman 28.

27
bahwa selama ini masyarakat memandang KMI tiga tahun pertama dengan SMP dan
ilmu dengan cara yang dikotomis, antara tiga tahun terakhir dengan SMA. Pada
ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum. gilirannya Pondok Modern Gontor mampu
Pesantren yang ada saat itu umumnya hanya membangun 13 unit pondok cabang
mengajarkan ilmu-ilmu agama. Sedang ilmu sehingga jumlahnya menjadi 18 unit.60
agama hampir tidak mendapat tempat di Lembaga-lembaga yang berada
bangku sekolah formal. Hasil dibawah naungan Pondok Modern
penyelenggaraan pendidikan yang Darussalam Gontor antara lain:
dikotomis tersebut terlihat jelas dalam  KMI (Kulliyatul Mu’allimin/Mu’allimat
Kongres Umat Islam di Surabaya, ketika al-Islamiyah): Lembaga perguruan
mereka kesulitan mencari delegasi yang menengah dengan masa belajar 6 atau 4
sekurang-kurangnya menguasai bahasa tahun, setingkat Tsanawiyah dan Aliyah.
Arab dan Inggris.  UNIDA (Universitas Darussalam):
Berangkat dari kenyataan itulah Lembaga perguruan tinggi pesantren yang
kemudian KH. Ahmad Sahal dengan kedua mempunyai 7 Fakultas dalam berbagai
saudaranya menerapkan konsep pendidikan jenjang S1, S2 dan S3.
yang mengintegerasikan ilmu Agama  Pengasuhan Santri membawahi:
(Revealed Knowledge) dan ilmu Kawniyah Organisasi Pelajar Pondok Modern
(Acquired Knowledge).58 (OPPM), Koordinator Gugusdepan
Pada perkembangannya sepuluh (Pramuka) dan Dewan Mahasiswa
tahun kemudian, pada tahun 1936, Pondok (DEMA) UNIDA.
tersebut dideklarasikan sebagai Pondok  YPPWPM (Yayasan Pemeliharaan &
Modern oleh KH. Imam Zarkasyi, adik KH. Perluasan Wakaf Pondok Modern):
Ahmad Sahal. Selanjutnya pondok tersebut Lembaga penggalian dana, pemeliharaan,
memakai nama Pondok Modern Darussalam perluasan dan pengembangan aset.
Gontor.59  IKPM (Ikatan Keluarga Pondok Modern):
Pondok modern Darussalam Gontor Organisasi resmi alumni Gontor.
mengalami perkembangan pesat setelah Di samping kelima lembaga di atas, ada
trimurti pendirinya memutuskan untuk bagian-bagian tertentu yang dibentuk untuk
menyerahkan kepemilikan pondok tersebut memperlancar proses pendidikan dan
kepada badan wakaf. Penyerahan tersebut pengajaran di Pondok, antara lain:
dilakukan pada tahun 1958. Dengan  PLMPM (Pusat Latihan Manajemen dan
penyerahan tersebut, mereka mengubah Pengembangan Masyarakat): pembinaan
manajemen pengelolaan pondok dari tradisi masyarakat.
pengelolaan yang sentralistik dan
 BPPMDG (Bagian Pembangunan Pondok
paternalistik menjadi demokratik dan
Modern Darussalam Gontor):
aspiratif. Hingga tahun 2000 pondok
penangangan pergedungan.
modern gontor memiliki 5 buah pondok
 Kopontren (Koperasi Pondok Pesantren)
cabang.
"La Tansa": unit-unit usaha milik Pondok.
Perkembangan yang lebih signifikan
terjadi setelah KMI mendapatkan  BKSM (Balai Kesehatan Santri dan
Masyarakat): unit pelayanan kesehatan
pengakuan dari Departemen Agama dan
santri dan masyarakat.61
Departemen Pendidikan Nasional sebagai
Pada 2019, jumlah penerimaan
pendidikan formal. Keputusan Menteri
Agama tahun 1999 program KMI tiga tahun santri dan santriwati baru di Kulliyyatu-l-
Mu’ allimin Al-Islamiyyah (KMI) tahun
pertama disamakan statusnya dengan MTS
ajaran 1440-1441 H/2019-2020 M ini
dan tiga tahun berikutnya disamakan dengan
mencapai angka lebih dari 5 ribu, yaitu
MA (mu’adalah). Berturut-turut kemudian
keputusan Menteri Pendidikan Nasional berjumlah 5488 pelajar dengan rincian
tahun 2000 yang menyamakan program 60
Diana, Zummi Asma. 2013. Studi Analisis Wakaf
Diri Ustadz Sunan Autad Sarjana Bin Hartono Di
58
Zuliana, Erni. 2018. Manajemen Pondok Pesantren Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo
Modern Perspektif Sustainability Theory (Studi Jawa Timur. Skripsi tidak diterbitkan. Halaman
Pada Pondok Pesantren Modern Alumni Gontor 58.
61
Di Provinsi Lampung. Disertasi. Halaman 161- https://www. gontor. ac. id/berita/inilah-jumlah-
162. santri-dan-santriwati-baru-pmdg. Diakses pada
59
ibid tanggal 31 juli 2019. Pukul 23. 23 WIB.
pelajar putra sebanyak 2824 siswa dan banyaknya keluarga keraton Surakarta yang
pelajar putri sebanyak 2664 siswi.62 menuntut ilmu di Pondok Tegalsari juga turut
membawa tradisi batik keraton Surakarta ke
B. Ketokohan Syekh Hasan Besari Dalam Bidang tengah lingkungan Tegalsari.
Kebudayaan Hingga saat ini beberapa wilayah yang
Sebagaimana ulama terdahulu dalam dulu pernah menjadi tempat perkembanngan
lingkaran Wali Songo yang menyebarkan batik Ponorogo antara lain Kauman -sekarang
ajaran Islam dengan cara yang ramah, begitu menjadi Kepatihan Wetan- dan dari Kauman
pula yang dilakukan oleh Syehk Hasan Besari. tersebut meluas ke Ronowijoyo,
Dalam upaya penyebaran ajaran Islam tersebut Mangunsuman, Kertosari, Setono,
hampir tidak ditemukan catatan atau laporan Cokromenggalan, Kadipaten, Nologaten,
yang menunjukkan adanya konfrontasi kegiatan Bangunsari, Cekok, Banyudono dan Ngunut.
dakwah Syekh Hasan Besari terhadap budaya Tradisi batik yang berkembang saat
lokal dengan sentimen agama. Bahkan dalam itu menggunakan kain hasil tenunan sendiri
perjalanannya justru dakwah yang dilakukan dan pewarna kain yang terbuat dari bahan
Syekh Hasan Besari turut mewarnai alami seperti pohon Tom, Mengkudu dan
perkembangan budaya lokal. kayu Tinggi.
Setidaknya ada tiga hal besar yang bisa Proses pembutan batik menggunakan
deisebut sebagai indikasi ketokohan Syekh bahan pewarna, baik zat warna nabati
Hasan Besari dalam hal budaya; yaitu 1. Batik maupun zat warna buatan. Zat warna nabati
Ponorogo, 2. Tradisi Unta-untanan dan 3. berasal dari daun, kulit kayu, pokok kayu,
Pengaruhnya terhadap kemunculan budayawan akar pohon, atau umbi. Contoh pewarna
atau punjangga Jawa Raden Ngabehi nabati misalnya daun nila untuk warna biru
Ronggowarsito. atau biru-hitam, akar pohon mengkudu
1. Batik Ponorogo untuk warna merah, kayu tengeran atau
Syekh Hasan Besari disebut-sebut kunyit untuk warna kuning, kulit kayu tingi
sebagai pembawa tradisi batik ke Ponorogo. untuk merah-cokelat, dan kayu soga untuk
Hal itu terjadi ketika Syekh Hasan Besari warna cokelat. 66
menikah dengan seorang putri keraton Hadirnya RA. Murthosiyah dan
Surakarta, RA. Murthosiyah, kemudian rombngan pengiringnya sebagai istri Syekh
membawanya ke Tegalsari dan menetap di Hasan Besari ke tengah Pondok Tegalsari
sana. Kehadiran RA. Murthosiyah bersama yang membawa tradisi batik ke luar keraton
dayang dan pengiringnya dari lingkungan maka tersebarlah tradisi batik itu ke tengah
keraton Surakarta juga membawa tradisi lingkungan masyarakat Ponorogo. Pada
batik yang sebelumnya hanya ada di gilirannya, dalam perjalanan dakwahnya
lingkungan keraton ke tengah masyarakat Syekh Hasan Besari tidak hanya menjadi
Tegalsari, Ponorogo. 63 ulama yang menyebarkan ajaran agama Islam
Pada mulanya tradisi batik yang saja namun ia juga menjadi pelopor, penyebar
dibawa oleh RA. Murthosiyah beserta dan pengembang budaya baru yang mampu
rombongannya berkembang di lingkungan diterima bahkan menjadi tradisi baru dan
santri dan pesantren Tegalsari tempatnya memberikan dampak sosial yang besar bagi
tinggal. Lambat laun, perkembangan batik masyarakat.
tersebut meluas ke masyarakat sekitar. 64 2. Tradisi Unta-untanan
Selain itu, Kusumaningtyas65 menyebut Selain membawa tradisi batik keraton
Surakarta Syekh Hasan Besari, lewat
62
muridnya yang bernama Ki Ageng Morang,67
Ibid.
63
Wulandari, A. 2011. Batik Nusantara. Halaman
16. Amrullah, Rifqi Nashrul Fuad. 2018. Batik
Lukis Karya Guntur Sasono Di Desa Carat Seni Batik Tradisional Kraton Surakarta). Tesis.
Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo Halaman 39.
66
Periode 2008-2016. Jurnal Seni Rupa, Volume Kusumaningtyas, Rindia Fanny. 2009.
06 Nomor 01 Tahun 2018. Halaman 654. Perlindungan Hak Cipta Atas Motif Batik Sebagai
64
FP Sri Wuryani. 2013. Pembinaan Batik Warisan Budaya Bangsa (Studi Terhadap Karya
Ponorogo. Halaman 3. Seni Batik Tradisional Kraton Surakarta). Tesis.
65
Kusumaningtyas, Rindia Fanny. 2009. Halaman 51.
67
Perlindungan Hak Cipta Atas Motif Batik Sebagai Triana, Dian. 2017. Perspektif Pendidikan Islam
Warisan Budaya Bangsa (Studi Terhadap Karya Tentang Pagelaran Seni Budaya Tradisional

29
juga turut menghadirkan kesenian tradisi ketegangan yang besumber dari penyebaran
Unta-untanan ke tengah masyarakat ajaran agama. Pemilihan metode dakwah
Ponorogo. Tradisi Unta-untanan lahir dari yang negosiatif dengan kondisi sosiologis-
Ki Ageng Morang yang diberi mandat Syekh antropologis masyarakat sekitar tersebut
Hasan Besari untuk melakukan babat alas nyatanya lebih muda di terima oleh
(proses pembukaan lahan) di sebuah masyarakat dengan terbuka.
kawasan utara sungai Keyang. Ki Ageng Hingga saat ini denyut tradisi unta-
Morang adalah utusan keraton Surakarta untanan masih terus begrairah di Ponorogo.
untuk memperdalam ilmu agama Islam di Hal tersebut dapat dilihat dalam pertunjukan
pondok Tegalsari. Atas restu keraton yang rutin digelar oleh masyarakat
Surakarta ia kemudian melaksanakan tugas Ponorogo baik dalam acara tasyakuran,
yang diamanatkan oleh gurunya tersebut bersih desa, peringatan 17 Agustus dan
untuk babat alas dan melakukan dakwah menyambut bulan suci ramadan. Bahkan,
agama Islam. Kawasan tersebut kemudian kesenian tradisi ini rutin dipentaskan di desa
diberi bernama Desa Jabung. Kini kawasan Jabung setiap bulan purnama.70
tersebut termasuk kedalam wilayah 3. Kemunculan Budayawan/Pujangga Raden
administratif kecamatan Mlarak, kabupaten Ngabehi Ronggowarsito
Ponorogo.68 Raden Ngabehi Ronggowarsito (R.
Kondisi masyarakat sekitar yang Ng. Ronggowarsito III) memiliki nama kecil
masih kental memeluk ajaran Hindu-Budha Bagus Burhan. Lahir pada 14 Maret 1802 M
membuat Ki Ageng Morang mengemas bertepatan dengan meninggalnya sang
dakwahnya dengan pertunjukan kesenian kakek buyutnya, Yosodipuro I. Ia adalah
Unta-untanan. Ki ageng morang memberi putra dari RM. Ng. Pajangsworo dan Nyai
nama kesenian tersebut dengan nama Ajeng Ronggowarsito. Ayahnya adalah
kesenian Al-Kausar.69 seorang juru tulis keraton.
Kesenian unta-untanan merupakan Ronggowarsito berasal dari keluarga
bentuk seni pertunjukan tradisi yang bangsawan keraton Surakarta. Dari garis
dimainkan dengan cara mengararak unta- ayahnya, ia adalah keturunan ke-10 dari
untanan (patung unta) yang ditunggangi Sultan Hadiwijoyo, pendiri kerajaan Pajang.
oleh pemainnya. Arak-arakan unta-untanan Sedangkan dari garis keturunan ibu adalah
tersebut diiringi oleh permainan musik, tari keturunan ke-13 dari Sultan Trenggono, raja
dan lantunan syair lagu-lagu terpilih. Demak ketiga.71
Pemain unta-untanan dari satu kelompok Ronggowarsito yang masyhur
dibagi kedalam tiga formasi tugas yaitu sebagai pujangga jawa terakhir adalah
sebagai pemusik, penyanyi dan penari, serta seorang santri yang dikirim untuk belajar
pemikul dan penunggang patung unta. Syair dan memperdalam ilmu agama islam ke
lagu dalam tradisi unta-untanan berisi Pondok Tegalsari. Ia dikikrim oleh
tentang nasehat dan petuah-petuah yang kakeknya, Yasadipura II, pada tahun 1814.
disarikan dari ajaran agama Islam. Tradisi pengiriman pujangga keraton
Penyampaian ajaran-ajaran Islam tersebut dimulai sejak Pondok Tegalsari
yang dikemas dalam pertunjukan kesenian dalam kepengasuhan Kiai Ilyas. Yasadipura
unta-untanan dirasa lebih cocok sebagai I adalah pujangga pertama yang
media dakwah kepada masyarakat seitar mengirimkan anaknya, Sastranegara, untuk
yang saat itu masih kuat menganut ajaran belajar di Pesantren Tegalsari.72
Hindu-Buda. Ronggowarsito dikirim ke Pondok
Metode dakwah seperti yang dikemas Tegalsari pada usia 12 tahun. Ia ditemani
dalam pertunjukan kesenian unta-untanan pengasuhnya yang bernama Tanujoyo.
merupakan sebuah proses negosiasi yang
dilakukan oleh Ki Ageng Morang dalam 70
dakwahnya. Ia menyelaraskan nilai-nilai Ibid. hlm 5.
71
Islam dan melesapkannya dalam tradisi Rangga Ramadansyah. 2009. Filsafat Ketuhanan
masyarakat tanpa menimbulkan konflik atau Raden Ngabehi Ronggowarsito (Study Analisis
Serat Wirid Hidayat Jati). Skripsi. Halaman 20.
72
Nurdianto, Saifuddin Alif, dkk. 2018. Kajian
Unta-Untanan Di Desa Jabung Kecamatan Poskolonial Gerakan Pemikiran Dan Sikap
Mlarak Kabupaten Ponorogo. Halaman 4 Ulama Pesantren Tegalsari Dalam Pusaran
68
Ibid. hlm 40-41. Konflik Multidimensional Di Jawa (1742-1862).
69
Ibid. hlm 49. Jurnal THEOLOGIA, Vol 29 No 1. Halaman 206.
Dalam proses belajarnya di Pondok lantang dan penjelasannya mudah
Tegalsari, Ronggowarsito dikenal sebagai diterima.74
santri yang nakal, enggan mengaji dan tidak Pendidikan laku spiritual atau
mau belajar, bahkan suka berjudi, hidup pendidikan tasawuf, menurut Basuki, adalah
semau hatinya.73 pendidikan yang paling membekas dalam
Kenakalan Ronggowarsito tersebut diri Ronggowarsito ketika menuntut ilmu di
mendapat teguran dan hukuman dari Syekh Tegalsari. Sehingga pengaruh ajaran
Hasan Besari secara terbuka. Hal itu spiritual atau tasawuf itu tercermin dalam
membuatnya merasa tersinggung dan malu sikap hidup dan karya-karyanya.75
di hadapan teman-temannya. Namun sejak Usai menyelesaikan proses
itu ia menyadari kesalahan dan belajarnya, ia kemudian kembali ke
ketertinggalannya. Berangkat dari kesadaran Surakarta dan mengabdi di sana. Pada tahun
itu kemudian ia berusaha melecut diri 1819, menjadi Carik (juru tulis) Kadipaten
mengejar ketertinggalannya. Anom dengan gelar Mas Rangga Pajang
Bahkan, dikisahkan Ronggowarsito Anom. 2) Pada tahun, 1822, dinaikkan
kemudian menjalani tirakat di Kedung menjadi Mantri Carik dengan gelar Mas
Watu, sumber mata air yang tak jauh dari Ngabehi Sarataka. 3) Pada tahun 1830,
Pondok Tegalsari. Ia berjaga di atas sebuah menggantikan jabatan ayahnya
pohon bambu yang ia letakkan di atas air. Ranggawarsita) sebagai Kliwon Carik
Sehingga ketika mengantuk, ia akan terjatuh dengan gelar Raden Ngabehi
kedalam air. Ronggowarsito menjalani Ranggawarsita. 4) Sesudah kakeknya
tirakatnya selama 40 hari dan selama itu (Yasadipura II) wafat, R. Ng.
pula ia hanya makan satu buah pisan untuk Ranggawarsita dinobatkan sebagai pujangga
satu hari. istana (1845). Namun jenjang
Pada hari terakhir ketika kepangkangkatannya tetap sebagai Kliwon
pengasuhnya, Ki Tanujoyo, menanak nasi Carik, suatu jabatan istana yang selapis
untuk berbuka tiba-tiba ia melihat sinar dibawah pangkat Tumenggung.76
yang masuk ke dalam periuk nasi mereka. Sepanjang hidup kepujanggaannya,
Saat nasi telah masak, dan periuk dibuka, Ronggowarsito telah menghasilkan banyak
terdapat seekor ikan wader di dalamnya. karya. Ia menjadi pujangga yang paling
Ronggowarsito memakan ikan tersebut dan produktif dibanding beberapa pujangga
menyisakan kepala dan ekor untuk sebelumnya.
Tanujoyo. Sastra Jawa zaman pujangga
Peristiwa tersebut dipercaya sebagai Ranggawarsita pada abad XIX merupakan
isyarat yang menandakan ronggowarsito puncak perkembanganm sastra Jawa
(saat itu bernama Bagus Burhan) akan modern. Hal itu dapat dikatakan bahwa
menjadi orang besar. Sejak saat itu terlihat yang berhasil membawa sastra Jawa ke
perubahan signifikan dalam perilaku puncak ini adalah Ranggawarsita, baik
kesehariannya. Ia menjadi lebih giat dalam berdasarkan jumlah karya maupun
belajar dan menunjukkan kecerdasan dan berdasarkan mutu karyanya. Jika dilihat dari
kemampuannya dalam memahami pelajaran isinya, karya Ranggawarsita menjelajah ke
yang disampaikan Syekh Hasan Besari. berbagai aspek kehidupan masyarakat Jawa,
Kecerdasan dan kemampuan terutama mengenai pandangan hidup orang
Ronggowarsito memahami dan mendalami Jawa tentang kesempumaan hidup di
pelajaran ditunjang dengan berbagai laku akhirat.77
tirakat dalam pendidikan spiritual atau
tasawuf yang disampaikan oleh gurunya, 74
Syekh Hasan Besari. Rangga Ramadansyah. 2009. Filsafat Ketuhanan
Ia kemudian dipercaya oleh gurunya Raden Ngabehi Ronggowarsito (Study Analisis
tersebut menjadi Badal (wakil/pengganti) Serat Wirid Hidayat Jati). Skripsi. Halaman 31.
75
untuk berdakwah dan menyiarkan agama Basuki, Untung Joko. 2014. Konsepsi Pendidikan
islam. Ronggowarsito kemudian menjadi Raden Ngabehi Ranggawarsita. Halaman 27.
76
santri yang sangat dikenal oleh masyarakat. Ibid. Halaman 20.
77
Kalau khotbah atau ceramah suaranya Harlina Indijati. 2003. Etika Islam dalam Serat
Kalathida, Serat Wedharaga, Serat Jaka
Lodhang, dan Serat Kridhamaya Karya R.Ng.
Ranggawarsita. (Dalam : Adab dan Adat:
73
Rangga Ramadansyah. Op.Cit. Halaman 29. Refleksi Sastra Nusantara Edwar Djamaris, Abdul

31
Selanjutnya, Raden Ngabehi Menurut Hiroko Horikoshi (1987:
Ranggawarsita adalah pujangga istana xvii) kiai berperan kreatif dalam perubahan
kerajaan Surakarta yang sangat tersohor sosial. Bukan karena sang Kiai mencoba
karena banyak ramalan dan kritiknya meredam akibat perubahan yang terjadi,
terhadap zamannya. Karya Raden Ngabei melainkan justru karena mempelopori
Ranggawarsita, antara lain, berbentuk perubahan sosial. Ia bukan melakukan
tembang. Karya Ranggawarsita yang penyaringan informasi, melainkan
berjudul Jayabaya berisi tentang ramalan menawarkan agenda perubahan yang
nasib Pulau Jawa. Selain menulis Jayabaya, dianggapnya sesuai dengan kebutuhan nyata
Ranggawarsita juga menulis Kalatidha, masyarakat yang dipimpinnya.79
Cemporet, Hidayatjati, Sabdatama, Ketokohan Syekh Hasan Besari
Sabdajati, dan Jaka Lodhang. Kalatidha memberikan dampak besar terutama bagi
berisi kritik terhadap zamannya dan masyarakat Tegalsari dengan berbagai
penyelesaiannya diserahkan kepada Tuhan pencapaian yang berhasil diupayakan. Sebut
(Sastrasadarga: 29). Cemporet berisi cerita saja dua kegiatan Pondok Tegalsari yang
perkawinan Jakapramana dengan Dewi memberikan manfaat besar bagi masyarakat
Suretna. Hidayadjati berisi ilmu sekitarnya, tradisi batik dan produksi
kesempumaan hidup dalam mengabdi dluwang atau kertas. Pada titik tertentu
kepada Tuhan. Selain karya tembang, tradisi batik Ponorogo yang berawal dari
Ranggawarsita juga menulis karya yang lingkungan Pondok Tegalsari mampu
berbentuk prosa, antara lain, Paramayoga, berkembang hingga menjadikan kawasan
Pustaka Raja Purwa, Pustaka Raja Media, ponorogo sebagai penghasil batik. Senada
Sidin, dan Saridin. Paramayoga berisi dengan itu, pesatnya aktivitas pendidikan di
tentang kisah riwayat Nabi Adam dan para Pondok Tegalsari pada gilirannya menuntut
dewa. Pustaka Raja Purwa berisi tentang ketersediaan kertas sebagai salah satu media
sejarah Pulau Jawa sejak dihuni mannsi dalam penyelenggaraan pendidikan di
pertama kali. Pusta Raja Madia berisi pesantren. Masyarakat Tegalsari terinspirasi
tentang cerita wayang yang disusun secara untuk memproduksi dluwang dalam rangka
babat dan dianggap sebagai kejadian memenuhi kebutuhan di Pondok Tegalsari
sejarah. Sidin berisi uraian tentang sastra hingga mengantarkan Ponorogo sebagai
dan moral. Kemudian, Saridin berisi uraian kawasan penghasil dluwang atau kertas
tentang sastra dan keutamaan hidup.78 yang mampu mendistribusikan prooduknya
C. Ketokohan Syekh Hasan Besari Dalam Bidang ke luar negeri. Kedua aktivitas produksi
Kebangsaan tersebut secara tidak langsung mampu
1. Melerai pemberontakan yang menyerang mengangkat taraf hidup masyarakat
keraton Ponorogo menjadi masyarakat yang
Sebagai seorang ulama, pemuka berdikari dan berdaulat.
agama Islam, Syekh Hasan Besari Pada sekup yang lebih luas, peran
mempunyai peran dan tanggung jawab yang Syekh Hasan Besari bahkan mencakup
besar tidak hanya dalam hal ritual wilayah ketatanegaraan dengan andilnya
peribadatan keagamaan semata. Lebih dari dalam peristiwa Perang Jawa. Pada masa
itu seoarang ulama mempunyai peran Pondok Tegalsari dalam kepengasuhan
penting dalam dinamika masyarakat. Hal Syekh Hasan Besari, terjadi Perang Jawa
tersebut terjadi karena ulama, kiai, adalah yang digerakkan oleh Pangeran Diponegoro.
figur panutan yang mempunyai pengaruh Perang Jawa (1825-1830) didengungkan
besar terhadap cara pandang bahkan oleh Pangeran Diponegoro sebagai perang
perilaku para pengikutnya. Apalagi dalam sabil (perang suci), karena tujuan dari
kepengasuhan Syekh Hasan Besari Pondok perang adalah untuk untuk melawan orang-
Tegalsari mencapai masa kejayaannya. Hal orang kafir dan memperjuangkan restorasi
ini memberikan dampak besar pada keluhuran kedudukan agama Islam di
ketokohan beliau sebagai ulama yang Jawa. 80 Perang ini dimaksudkan untuk
masyhur.
79
Hiroko Horikoshi. 1987. Kyai dan Perubahan
Sosial. Halaman xvii.
80
Hadi W.M., dan S. Amran Tasai (Ed.)). Halaman Nurdianto, Saifuddin Alif, dkk. 2018. Kajian
395. Poskolonial Gerakan Pemikiran Dan Sikap
78
Ibid. Halaman 397-398. Ulama Pesantren Tegalsari Dalam Pusaran
memulihkan kembali tata nilai masyarakat menegaskan keteguhan Syekh Hasan Besari
jawa yang kian merosot. Kesenjangan sosial melaksanakan garis politik pesantren untuk
maupun ekonomi yang terjadi antara rakyat sepenuhnya mendidik dan mengayomi
dengan penguasa baik dari kalangan keraton masyarakat tanpa harus terjun dalam politik
maupun kolonial Belanda, juga perilaku praktis.
korup oknum aristokrat menjadi salah satu Keputusan yang diambil Syekh
faktor yang memicu digerakkannya perang Hasan Besari tersebut riskan mendapan
tersebut. tanggapan negatif karena jauh dari sikap
Perang Jawa menempatkan pesantren mainstream pesantren lainnya yang turut
sebagai elemen terpenting dalam fondasi andil secara terbuka dengan terjun ke medan
perjuangannya dengan asumsi bahwa perang. Namun begitu sampai hari ini tidak
perjuangan tersebut untuk memerangi ada catatan yang menyatakan tanggapan
kedzaliman yang dilakukan oleh kolonial negatif tersebut baik dari pesantren-
Belanda yang notabene adalah orang-orang pesantren lain maupun Sastradilaga yang
kafir Belanda dengan segenap dukungan secara langsung menemui Syekh Hasan
dan pasukan dari beberapa elit keraton yang Besari guna mencari dukungan.
telah mengabaikan amanah Sebaliknya, sikap politik kerakyatan
kepemimpinannya atas rakyat saat itu. atau kebangsaan yang diambil Syekh Hasan
Kesamaan ideologi dan motif perjuangan Besari dengan tetap berpegang teguh untuk
itulah yang dibidik oleh pangeran mengutamakan proses pendidikan pada dan
Diponegoro sebagai modal utama pengayoman kepada santri dan masyarakat
perjuangan mereka. Peter Carey dapat membebaskan pesantren dan wilayah
sebagaimana dikutip Rijal Mumazziq Tegalsari dari tuduhan melakukan
menyatakan bahwa perang ini lebih kurang pemberontakan terhadap pihak kolonial
melibatkan 108 kiai, 31 haji, 15 syekh, 12 Belanda dan keraton serta menjaga
penghulu keraton dan 4 kyai-guru (mursyid keberlangusan dan stabilitas sosial-ekonomi
tarekat).81 masyarakat.
Pencapaian Syekh Hasan Besari Disamping itu, Perang Jawa yang
dalam berbagai aspek yang mampu bergolak terjadi di wilayah teritorial-
mengantar Pondok Tegalsari meraih masa administratif kesultanan Yogyakarta.
kejayaannya menjadi salah satu motif dan Tokoh-tokoh yang terlibat dalam perang
daya tawarnya untuk dilibatkan dalam tersebut juga berasal dari loyalis dan
perang besar yang membuat pihak Belanda keluarga Pangeran Diponegoro dari
menelan kerugian besar dalam peristiwa Yogyakarta. Sedang Tegalsari merupakan
tersebut. Lewat Sastradilaga pada tahun wilayah perdikan dalam administrasi
1828 Pangeran Diponegoro mengajak Syekh kasunanan Surakarta. Dengan begitu Syekh
Hasan Besari untuk terlibat dalam Hasan Besari mengajarkan sikap-sikap dan
perjuangan Perang Jawa. diplomasi yang bisa dilakukan dalam rangka
Tawaran tersebut tidak disambut oleh hubungan antar wilayah kenegaraan. Bahwa
Syekh Hasan Besari secara terbuka dengan Syekh Hasan Besari pun tidak memberi
turun ke medan perang tetapi juga tidak dukungan secara terbuka terhadap
ditolak mentah-mentah. Sikap Syekh Hasan perbuatan-perbuatan yang inkonstitusional
Besari adalah memberikan dukungan moral untuk penegakan kebenaran, dalam hal ini
dan ideologis sepenuhnya terhadap adalah perlawanan pangeran Diponegoro
perjuangan yang dilakukan oleh Pangeran yang akan menggulingkan kekuasaan yang
Diponegoro dalam Perang Jawa. Keputusan sah.
tersebut diambil oleh Syekh Hasan Besari Sikap yang ditempuh Syekh Hasan
dengan mempertimbangkan dua alasan, Besari tersebut pada akhirnya mendapat
menjaga eksistensi pondok Tegalsari dan apresiasi positif dari masyarakat dan turut
menjaga stabilitas sosial-ekonomi menaikkan pamor Syekh Hasan Besari baik
masyarakat Tegalsari. Keputusan tersebut sebagai pengasuh pondok dan pengayom
masyarakat.
2. Mengajarkan Tata Negara
Konflik Multidimensional Di Jawa (1742-1862). Pola pendidikan pesantren yang
Jurnal THEOLOGIA, Vol 29 No 1. Halaman 208. terdapat di Pondok Tegalsari hingga hari ini
81
Rijal Mumazziq Z. “Menelusuri Jejak Laskar ditandai sebagai cikal bakal kurikulum atau
Diponegoro di Pesantren.”, Falsafia, Vol. 7, metode pembelajaran yang ada di pesantren
No. 1, (Maret 2016), 139.

33
salaf. Pola-pola pembelajaran yang integral bangsawan.7 Relasi inilah yang
antara pendidikan keilmuan agama dengan menyebabkan pesantren selalu terlibat, atau
praktik-praktik kehidupan keseharian lekat paling tidak berusaha dilibatkan oleh kaum
menjadi satu paket pembelajaran yang tak aristokrat, dalam kontestasi politik sebuah
terpisahkan. Keteladanan seorang Kiai kekuasaan.82
sebagai tokoh sentral dalam pesantren Sikap dan pilihan yang diambil oleh
menjadi kunci pendidikan dalam dunia Syekh Hasan Besari dalam konflik perang
pesantren. Jawa yang dipimpin oleh Pangeran
Ketokohan Syekh Hasan Besari yang Diponegoro juga menjadi teladan bagi
masyhur sebagai ulama berpengaruh pada santri-santrinya dalam menyikapi konflik-
zamannya jelas menjadi teladan yang sangat konflik kenegaraan atau kebangsaan yang
kuat bagi santri-santrinya. Peran Syekh terjadi. Meskipunn ia tidak secara langsung
Hasan Besari dalam banyak aspek memberikan dukungan dengan turun ke
kehidupan baik yang sifatnya lokal di medan perang, namun Syaekh Hasan Besar
lingkup pesantren dan kawasan tegalsari memberikan dukungan secara moral dan
hingga pada tataran hubungan antar spiritual terhadap perjungan yang dilakukan
kerajaan secara tidak langsung memberikan oleh Pangeran Diponegoro dalam perang
teladan dan pembelajaran pada santri- jawa. Sikapnya tersebut dilandasi atas dasar
santrinya tentang sikap-sikap kebangsaan menjaga kemaslahatan masyarakat di
dan kenegarawanan. wilayah yang menjadi tanggung jawabnya
Masuknya Syekh Hasan Besari serta santri dan pesantren yang ia asuh.
sebagai bagian dari keluarga keraton Lebih dari itu, proses pendidikan
surakarta dengan sendirinya juga yang dilakukan dalam pesantren selalu
memberikan berpengaruh terhadap menekankan penghargaan oleh kaum santri
kebijakan-kebijakan, sikap dan pilihan- terhadap tanah kelahiran, sejarah dan
pilihan syekh hasan besari baik dalam warisan peradaban bangsanya dengan
pengasuhan pesantren maupun dalam melanjutkan, melestarikan dan
uapaya membina hubungan dengan pihak- mempertahankan tradisi-tradisi yang
pihak di luar pesantren. diwariskan oleh para leluhurnya. 83
Tradisi jawa mengenal konsep Jejer Carey mencatat Diponegoro juga
Pandita. Konsep tersebut berasal dari kisah diajari warisan peradaban dari Sriwijaya
pewayangan yang menceritakan pertemuan hingga Majapahit, dari Pararaton,
seorang kesatria dengan seorang guru Tajussalatin, Serat Ambiya hingga Kitab
spiritual yang menuntun sang kesatria dalam Tohfah. Pelajaran-pelajaran itu ia adapat
menegakkan kebenaran. Dalam praktinya di ketika dikader di pesantren Mlangi yang
kalangan masyarakat jawa, Jejer Pandita diasuh oleh Kiai Taftajani. 84
seringkali dilakukan oleh kaum kesatria atau Kiai adalah figur utama proses
bangsawan yang menghadap seorang nyantri. Ia pimpinan yang mengarahkan
agamawan baik untuk menuntut suatu ilmu proses beragama dan berkebudayaan.
tertentu atau untuk maksud memperoleh Melaluinya, karakter ideal sebuah
pencerahan atau solusi atas persoalan yang pendidikan akan tercapai, tradisi
tengah dihadapi. Selain itu, posisi digerakkan, diamalkan, dimulai, dan
agamawan yang mempunyai pengaruh besar
terhadapa masyarakat juga seringkali 82
digunakan oleh para bangsawan ketika Nurdianto, Saifuddin Alif, dkk. 2018. Kajian
melakukan Jejer Pandita untuk memperoleh Poskolonial Gerakan Pemikiran Dan Sikap
legitimasi atas pilihan, keputusan dan Ulama Pesantren Tegalsari Dalam Pusaran
kekuasaan yang diembannya. Konflik Multidimensional Di Jawa (1742-1862).
Jejer pandhita yang dilakukan oleh Jurnal THEOLOGIA, Vol 29 No 1. Halaman 190-
kaum bangsawan terhadap seorang kiai 191.
83
tidak semata-mata karena posisi kiai sebagai Ahmad Baso. 2012. Akar Pendidikan
tokoh spiritual. Relasi antara kaum Kewarganegaraan Di Pesantren. Jurnal Vol.
bangsawan dan kiai terjadi karena pada XVII No. 2 2012. Halaman 163.
84
dasarnya kiai termasuk golongan Carey, Peter. 1986. “Waiting for the “Just King‟:
bangsawan. Artinya kiai-kiai besar, The Agrarian World of South Central Java from
setidaknya sampai abad ke-18, secara Giyanti (1755) to the Java War (1825-30)”.
genealogis merupakan keturunan Modern Asian Studies, vol. 20, no. 1.Halaman
59-137
diakhiri. Melaluinya santri jadi mengenal organisasi sebelumnya, Syarikat Dagang
seluk-beluk kehidupan, kondisi masyarakat, Islam (SDI) atas inisiasi H. Samanhoedi.
serta arah dan tantangan perjalanan Cokroaminoto juga mendirikan sekaligus
peradaban. Selain berargumentasi, menjadi pimpinan redaksi Oetoesan
melakukan diskusi, munaqasyah, ber- Hinda.86
bahtsul masâil, juga melakukan “meditasi Belum ada catatan resmi yang
dan bicara tanpa kata-kata”. Mereka tidak menyatakan Cokroaminoto belajar secara
semata-mata membuat tradisi tetap hidup, formal di pesantren tertentu. Ia secara
berkebudayaan dan mengamalkan agama, formal belajar di sekolah-sekolah yang
tapi juga bagaimana membuat hidup ini didirikan oleh pihak kolonial untuk para
secara kosmologis, penuh keseimbangan.85 keturunan bangsa Belanda dan priyayi
Keberhasilan Syekh Hasan Besari pribumi. Berbeda sekali dengan istrinya
dalam mengasuh Pondok Tegalsari dan yang tak sempat mengenyam pendidikan
hubungannya yang baik dengan kalangan formal di sekolah-sekolah. Raden
pesantren lain maupun kerajaan-kerajaan Mangoensoemo, mertua Cokroaminoto,
lain dalam kaitan dengan keraton surakarta hanya mengizinkan anak-anak
menjadi teladan yang nyata bagi santri- perempuannya untuk belajar agama.87
santrinya dalam pembelajaran sikap-sikap Namun begitu, citra keislaman begitu
kebangsaan, kenegarawanan dan ketata- kuat melekat dalam diri Cokroaminoto
negaraan. hingga ia dikenal sebagai tokoh awal
3. Kemunculan HOS Tjokroaminoto pergerakan dengan landasan islam yang
Sebagaimana dijelaskan pada Bab kuat baik dalam sikap pribadi maupun
sebelumnya, dari Tegalsari lahir tokoh- organisasi-organisasi yang ia pimpin.
tokoh yang mempunyai peran vital dalam Banyaknya literatur yang ada hanya
perkembangan kebangsaan bahkan jauh menyebutkan Cokroaminoto adalah seorang
sebelum terbentuknya Negara Kesatuan keturunan ulama dengan kenyataan bahwa
Republik Indonesia. Baik yang mempunyai Eyang atau buyutnya merupakan seorang
ikatan darah atau keturunan secara langsung ulama pendiri dan pengasuh pondok
maupun murid atau santri Pondok Tegalsari. pesantren pada era abad ke-16. Ada pula
Menyebut salah satunya adalah HOS. yang menyebutkan bahwa R.
Cokroaminoto. Dalam ruang lingkup Cokroamiseno, ayah Cokroaminoto, adalah
kebangsaan nama tersebut tak asing lagi. seorang muslim yang taat. Hal itu terlihat
HOS. Cokroaminoto merupakan salah satu dari caranya memberi nama pada anak-
pelopor dalam pergerakan nasional. anaknya yang kental dengan nuansa islami.
Haji Oemar Said Cokroaminoto atau Tetapi bagaimana nilai-nilai islam
yang lebih dikenal dengan HOS. dapat ditanamkan dengan kuat dalam diri
Cokroaminoto lahir pada 16 Agustus 1882 Cokroaminoto hampir luput dari
di Desa Bakur, Madiun. Ia adalah putra pembahasan. Bagaimana pola pendidikan
kedua dari R. Cokroamiseno, Pejabat islam yang diterima atau dijalani
Pengareh Wedana Kleco, Madiun. R. Cokroaminoto hingga mampu
Amiseno sendiri adalah putra dari RT. membentuknya menjadi pribadi yang begitu
Cokronegoro, bupati pertama Ponorogo kuat dan teguh merefleksikan nilai-nilai
yang merupakan putra Ki Ageng islam dalam pergerakan perjuangan yang ia
Muhammad Besari, pendiri dan pengasuh lakukan seakan luput dari perhatian.
Pondok Tegalsari. Cokroaminoto dilahirkan
dari keluarga terhormat. Dalam dirinya
mengalir darah bangsawan dan ulama 86
sekaligus. Bakri, Syamsul dan Hbib, Ahmad. 2016. Dinamika
Cokroaminoto dikenal sebagai sosok Dan Pergerakan Di Surakarta Era Kolonial
pelopor pergerakan nasional. Pada 1912 Ia (Pendekatan Sejarah). Laporan Penelitian
memimpin Syarikat Islam (SI) sebagai Individual Dosen. Halaman 57.
87
Wakil Ketua dan H. Samanhoedi sebagai Tim Museum Kebangkitan Nasional, Djoko
Ketua. Syarikat Islam (SI) lahir dari Marihandono Dkk. 2015. HOS Cokroaminoto
Penyemai Pergerakan Kebangsaan Dan
Kemerdekaan. Buku. Museum Kebangkitan
85
Baso, Ahmad. 2012. Akar Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Kebudayaan
Kewarganegaraan Di Pesantren. Jurnal Vol. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
XVII No. 2 2012. Halaman 167. Halaman 84.

35
Pada 1897 Cokroaminoto berhasil pengunduran dirinya sebagai pejabat
menyelesaikan pendidikannya pada Sekolah pemerintah. Keputusan itu menimbulkan
Belanda tingkat dasar, sehingga ia dinilai kegaduhan di kalangan pegawai pemerintah
mahir dalam bidang baca, tulis, berhitung dan masyarakat umum yang menilai
dan bahasa Belanda. Raden Mas Cokroaminoto menentang arus besar dan
Tirtoamiseno kemudian memasukkan kebiasaan masyarakat saat itu. Umumnya
Cokroaminoto ke sekolah calon pegawai masyarakat justru berlomba untuk bisa
pemerintah bumi putera atau Opleidings memperoleh posisi sebagai pejabat atau
School VoorInlandsche Ambtenaren pegawai pemerintah.
(OSVIA) yang berada di kota Magelang, Cokroaminoto tidak hanya sekali
Jawa Tengah.88 Kemudian pada 1902 ia melakukan pengunduran diri dari pekerjaan
berhasil menyelesaikan studinya di OSVIA yang ia jalani. Selain mengundurkan diri
kemudian ditugaskan menjadi juru tulis dari posisi sebagai juru tulis patih di Ngawi,
patih di Ngawi, JawaTimur. pada akhir 1911 Cokroaminoto juga
Bangunan pendidikan formal yang mengundurkan dirinya dari posisi sebagai
diterima Cokroaminoto dari sekolah-sekolah ahli kimia di sebuah perusahaan pabrik gula.
Belanda tidak lantas membuatnya mengekor Alasannya, ia tidak sepakat dengan
dan memihak pada setiap hal dan kebijakan diskriminasi yang dilakukan oleh orang-
yang diterapkan oleh pihak kolonial orang Belanda terhadap Pribumi dan Eropa.
Belanda. Bahkan tak jarang sikapnya Setelah mengundurkan diri sebagai
bertentangan dengan nilai-nilai dan aturan- juru tulis patih di ngawi, Cokroaminoto
aturan yang menurutnya tidak adil terhadap kemudian bekerja di sebuah pelabuhan
orang-orang pribumi. sebagai kuli panggul. Ia menjalani pekerjaan
Pekerjaan sebagai pegawai tersebut selama sepekan. Dalam pekerjaan
pemerintah bukanlah pekerjaan yang cocok itu pula ia berusaha menghayati kehudupan
bagi Cokroaminoto, karena dalam kaum buruh dan masyarakat bawah yang
pandangan hidupnya menentang sikap bekerja keras demi memenuhi kebutuhan
feodal yang membenarkan adanya hidupnya. Pengalaman dan kesan yang ia
penghambaan di antara sesama manusia. dapat itu kemudian memepengaruhi
Menurut Cokroaminoto semua manusia Cokroaminoto dalam perjuangan
diciptakan dalam derajat yang sama, bangsa pergerakannya untuk membela kaum
kulit putih tidaklah lebih tinggi dan hebat bawah.
dari bangsa berkulit coklat. Semua manusia Setelah berhenti dari pekerjaannya di
dari etnis apapun harus diperlakukan sama pelabuhan, Cokroaminoto kemudian pindah
dalam pergaulan hidup. 89 ke surabaya dan tinggal di Jalan Paneleh
Puncaknya pada 1905 ketika Gang VII. Cokroaminoto bekerja di sebuah
Cokroaminoto mengambil keputusan untuk perusahaan dagang firma Kooy & Co pada
mengundurkan diri dari tempatnya bekerja bagian administrasi. Ia memboyong istri dan
sebagai juru tulis patih Ngawi. Keputusan bayinya ke surabaya.
itu ia ambil dengan pertimbangan masak Semangat belajar Cokroaminoto
dan diskkusi panjang bersama istrinya, selalu hidup dalam dirinya. Oleh karena itu,
Raden Ajeng Soeharsikin.90 meski sudah berkeluarga dan mempunyai
Cokroaminoto memandang bahwa seorang bayi, Cokroaminoto tetap
sembah jongkok yang dilakukan terhadap memenuhi semangat belajarnya. Pada 1907
para pegawai Belanda sebagai alasan utama ia mengikuti pendidikan Burgerlijke Avond
School, semacam kursus teknisi yang
88
ditempuhnya selama tiga tahun.91 Pada 1910
Tim Museum Kebangkitan Nasional, Djoko ia keluar dari firma Kooy & Co karena ia
Marihandono Dkk. 2015. HOS Cokroaminoto menganggap sudah menguasai seluk beluk
Penyemai Pergerakan Kebangsaan Dan pekerjan itu.
Kemerdekaan. Buku. Museum Kebangkitan Berbekal kemampuan yang ia peroleh
Nasional Direktorat Jenderal Kebudayaan dari Burgerlijke Avond School, ia kemudian
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. melamar sebagai seorang teknisi di sebuah
Halaman 79.
89
ibid. halaman 85.
91
90
Amelz. 1952. HOS Tjokroaminoto Hidup dan Setyarso, Budi. 2011. Seri Buku Tempo
Perjuangannya. Jilid I. Jakarta: Bulan Bintang. Tjokroaminoto. Jakarta: Kepustakaan Populer
Halaman 50. Gramedia. halaman 59
perusahaan pabrik gula. Bahkan dalam anak kos yang tinggal di rumah
pekerjaan itu Cokroaminoto telah menjabat Cokroaminoto.
sebagai ahli kimia. Tetapi pekerjaan ersebu Visi Cokroaminoto yang tidak kalah
ia tinggalkan karena ia merasa tidak nyaman pentingnya adalah mempersiapkan kader
dengan kondisi dan lingkungan kerja di sana perjuangan melalui pendidikan politik.
yang sangat diskriminatif terhadap kaum Bukannya tanpa maksud apabila
Pribumi dan Eropa. kediamannya yang dijadikan tempat
Usai keuar dari perusahaan pabrik pemondokan sekaligus berfungsi sebagai
gula tersebut, Cokroamnoto dan istrinya wadah penggodokan untuk mereka yang
menjadikan rumah tempat tinggalnya menjadi anak semangnya. Penghuni
sebagai rumah kos. Penghuninya adalah pemondokannya juga bukan dari kalangan
anak-anak pelajar di surabaya. Tercatat yang biasa, karena pada umumnya adalah
lebih dari 20 anak yang tinggal dan makan mahasiswa atau anggota organisasi
di rumah kos jalan peneleh gang vii. Mereka pergerakan. Di antara mereka itu antara lain
ini adalah siswa dari Meer Uitgebreid Lager adalah Soekarno, Semaun, Muso, Alimin
Onderwijs (M.U.L.O) setingkat Sekolah dan Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo.
Menengah Pertama dan Hollands Suatu kenyataan yang menarik bahwa kelak
Binnenlands School (H.B.S). Di antara para murid intelektual Cokroaminoto itu
pelajar-pelajar tersebut terdapat nama yang berpisah jalan saat terjun ke arena politik
di kemudian hari menjadi orang penting pergerakan nasional dan perjuangan
yang mewarnai lembaran sejarah bangsa kemerdekaan. Soekarno menjadi pemimpin
Indonesia. Kartosoewirjo, Soekarno, terkemuka aliran perjuangan nasionalis
Abikoesno Tjokrosujoso, Musodo, Alimin, pluralis; Semaun, Muso dan Alimin memilih
Hermen Kartowisastro dan Sampoerno pergerakan komunisme dan Kartosoewirjo
adalah nama-nama yang pernah tinggal mengibarkan panji perjuangan di bawah
bersama di rumah Tjokroaminoto.92 bendera Islam. Dalam sejarah politik
Di rumah Peneleh iulah Indonesia, pergolakan dan perubahan politik
Cokroaminoto memberikan pembelajaran yang terjadi terkait erat dengan ketiga
kepada anak-anak kosnya. Rumah kos itu ideologi yang dirintis oleh mereka. Mungkin
menjadi tempat Cokroaminoto untuk masih ada murid Cokroaminoto lainnya
mendidik anak-anak kosnya tentang nilai- yang bergerak dan berjuang di jalur ideologi
nilai luhur, keislaman dan kemanusiaan. Di lainnya, namun belum diketahui secara
rumah itu diterapkan beberapa aturan untuk pasti.94
penghuni kosnya, antara lain : Pengurus SI Solo, setelah mengetahui
1. Makan malam jam sembilan dan barang adanya seorang pemuda yang sangat aktif
siapa yang datang terlambat tidak dan potensial, mengunjungi Cokroaminoto
mendapatkan makan; di rumahnya di Surabaya pada Mei 1912.
2. Anak sekolah harus berada di kamarnya Keterbukaan pengurus SI inilah yang
jam sepuluh malam; membuat Cokroaminoto bersedia untuk
3. Anak sekolah harus bangun jam empat bergabung menjadi anggota SI. Selanjutnya,
pagi untuk belajar; pada 13 Mei 1913, Cokroaminoto menerima
4. Main-main dengan anak gadis dilarang. panggilan dari Pengurus SI untuk ikut
Pada 1913 sampai dengan 1921, menangani permasalahan yang dihadapi saat
rumah Tjokroaminoto menjadi tempat untuk itu. Bahkan, semua urusan SI diserahkan
belajar dan mengembangkan ideologi kepadanya. Penyerahan itu disertai dengan
kerakyatan, demokrasi dan sosialisme yang harapan bahwa Cokroaminoto akan
menentang keras paham kapitalisme dan berupaya untuk membesarkan organisasi ini
imperialisme.93 Kehadiran tokoh-tokoh dan mampu menyelesaikan permasalahan
pergerakan dari Syarikat Islam (SI) secara
tidak langsung juga membawa pengaruh
yang besar terhadap perkembangan anak- 94
Tim Museum Kebangkitan Nasional, Djoko
Marihandono Dkk. 2015. HOS Cokroaminoto
Penyemai Pergerakan Kebangsaan Dan
92
Amelz. 1952. HOS Tjokroaminoto Hidup dan Kemerdekaan. Buku. Museum Kebangkitan
Perjuangannya. Jilid I. Jakarta: Bulan Bintang. Nasional Direktorat Jenderal Kebudayaan
Halaman 55. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
93
Ibid. halaman 56 Halaman 111.

37
dengan pemerintah kota yang terus menindasnya karena telah bergabung
mencurigai organisasi ini.95 dengan organisasi ini.96
Kehadiran Cokroaminoto membawa Pada kesempatan selanjutnya, ketika
pengaruh besar terhadap organisasi ini. Sekolah Bumi Putra Mardi Kenyo (sebuah
Beberapa dermawan bersedia membantu sekolah yang berada di bawah naungan SI)
organisasi ini jika Cokroaminoto bersedia mengalami persoalan dalam pendanaan
bergabung. Cokroaminoto sendiri melihat SI operasional sekolah, Cokroaminoto
sebagai sebuah organisasi yang memutuskan untuk membantunya sebesar
berlandaskan keislaman dan ditujukan untuk 30-40 ribu Gulden. Dalam keputusan itu
memberdayakan masyarakat kecil. disertai pula pernyataan bahwa dalam
Cokroaminoto segera melakukan Sekolah Bumi Putra Mardi Kenyo tidak
upaya-upaya besar dalam keterlibatannya akan mengutamakan kaum bangsawan yang
dengan SI. Mulai dari pengupayaan legalitas besekolah di sana. Sekolah tersebut memang
SI sebagai organisasi yang sah di mata tidak membatasi muridnya dari golongan
hukum, penyelenggaraan kongres-kongres, tertentu. Semua golongan mendapat
penyusunan anggaran dasar dan pendirian kesempatan untuk betsekolah di sana. Tetapi
cabang-cabang SI yang ada di tanah air. ia lebih mengutamakan anak-anak yang
Pada 10 September 1912 di Solo orang tuanya miskin yang belajar di sekolah
bersama dengan 11 lainnya Cokroaminoto tersebut.97
menghadap notaris untuk mengurus legalitas Pendirian SI pusat (Centraal Sjarikat
SI sebagai organisasi yang sah di mata Islam-CSI) sempat ditolak oleh pemerintah.
hukum. Pada 14 September 1912, Statuta SI Pemerintah hanya bisa mengabulkan
selesai dibuat dengan H. Samanhoedi pengesahan terhadap organ-organ yang
sebagai ketua umum dan Tjokroaminoto bsersifat lokal saja. Keputusan itu diambil
sebagai wakilnya. Organisasi ini pada karena muncul kekhawatiran besarnya
prinsipnya akan menjalankan syariat Islam jumlah anggota SI dapat berpotensi untuk
dengan tidak melanggar undangundang, melakukan hal-hal yang melanggar hukum.
adat-istiadat dan tidak melanggar ketertiban Secara tersirat dalam keputusan-keputusan
umum. Ada pun tujuannya adalah: penolakan terhadap permohonan legalitas SI
1. Memajukan perdagangan kaum bumi pusat adalah ketakutan terjadinya
putera; pemberontakan atau perbuatan makar
2. Menolong anggota-anggotanya yang kepada pemerintah kolonial Belanda yang
mendapat kesusahan; dilakukan oleh anggota-anggota SI yang
3. Memajukan pendidikan, demi begitu besar jumlahnya.
meningkatkan kualitas perilaku CSI baru mendapat pengesahan dari
penduduk bumi putera; Gubernur Jenderal Idenburg sesaat sebelum
4. Mengedapkan keadilan menurut ajaran meninggalkan wilayah koloni. Dalam
agama Islam. keputusan tersebut dijelaskan bahwa CSI
Pada kongres SI yang pertama berkedudukan di Surakarta dan anggaran
Cokroaminoto menyatakan dengan tegas dasar yang sudah disetujui diterbitkan dalam
bahwa organisasi SI bukan merupakan Javasche Courant secara resmi terdiri atas
partai politik. SI bukanlah partai yang cabang organisasi di Surabaya, Batavia,
menghendaki revolusi seperti yang telah Cianjur dan Sukabumi.
disangka oleh banyak orang. Oleh karena Sarekat Islam adalah organisasi
itu, ditegaskannya bahwa tidak perlu orang pertama yang mengumandangkan tujuan
merasa takut untuk bergabung dengan dan cita-cita kemerdekaan. Kerja-kerja atau
organisasi ini karena tujuannya adalah baik, aktifitas organisasi yang dilakukan dalam
dan tidak ada alasan sama sekali untuk perjuangannya adalah untuk
memberdayakan masyarakat bawah,
menjadikannya mampu berdikari
95
menghidupi dirinya sendiri dan mengangkat
Tim Museum Kebangkitan Nasional, Djoko martabat dan derajat bangsa. Perjuangan
Marihandono Dkk. 2015. HOS Cokroaminoto yang dilakukan oleh SI adalah untuk
Penyemai Pergerakan Kebangsaan Dan membebaskan masyarakat bumi putera dari
Kemerdekaan. Buku. Museum Kebangkitan
Nasional Direktorat Jenderal Kebudayaan
96
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Ibid. halaman 9.
97
Halaman 4. Ibid. halaman 14-15.
cengkeraman penjajahan bangsa lain baik 4. Untuk menemukan relevansi dan
itu lewat jalan ekonomi maupun pendidikan. kontekstualisasi pemikiran tokoh yang
Oleh karenanya, program-program yang dikaji dalam konteks kekinian.98
dicanangkan olehnya adalah membntu para Dalam konteks penelitian ini, dilakukan
pedangan bumi putera terutama yang kajian tokoh sejarah terhadap Syekh Hasan
beragama islam agar tidak dikuasai oleh Besari, seorang ulama terkemuka pada abad ke
bangsa asing. Mengajarkan dan 18. Syekh Hasan Besari mengasuh pondok
memperjuangkan kesetaraan manusia dalam tegalsari setelah menggantikan saudaranya,
memperoleh pendidikan untuk Kyai Khasan Yahya. Ketokohan Syekh Hasan
mencerdaskan bangsa dan mengangkat Besari terbilang cukup luas, meliputi bidang
harkat martabatnya sebagai sesama mahluk keagamaan, kebudayaan hingga kebangsaan.
tuhan yang merdeka. Syekh Hasan Besari berhasil
Perjuangan-perjuangan yang mengantarkan pondok yang diasuhnya
dilakukan oleh Cokroaminoto selalu mencapai puncak kejayaan. Keberhasilannya
dilandasi semangat untuk dalam mengasuh pesantren juga diikuti dengan
mengaktualisasikan nilai-nilai keislaman keberhasilannya dalam membina atau
yang diyakininya. Mulai dari sikapnya mengayomi masyarakat sekitar. Selain itu
sebagai pribadi yang melawan aturan-aturan hubungan baik yang terjalin antara Syekh
yang bertentangan dengan ajaran-ajaran Hasan Besari dengan pesantren lain maupun
islam yang diyakininya hingga keraton serta pihak-pihak tertentu dalam masa
implementasi nilai keislaman dalam wadah kepengasuhannya menunjukkan peran dan
organisasi bernama Syarikat Islam. satu- pengaruhnya yang sangat besar dalam
satunya akar yang keislaman yang dapat mewarnai bahkan mempengaruhi dinamika
ditelusuri dengan gamblang yang yang terjadi di zamannya.
memberikan pengaruh kuat pada Oleh karena itu, kajian mendalam
penghayatan keislamannya adalah garis terhadap tokoh Syekh Hasan Besari penting
keturunannya yang bersambung hingga dilakukan setidak-tidaknya dalam rangka
ulama besar pada adab ke-18, yaitu keluarga untuk:
Ki Ageng Muhammad Besari. 1. Pewarisan Teladan Keberagamaan
Sebagaimana diketahui bahwa Syekh
D. Signifikansi Kajian Tokoh Sejarah Hasan Besari adalah seorang ulama Sunni
Kajian tokoh sejarah merupakan bagian Syafi’i yang dalam perjuangan syi’arnya
dari penelitian kualitatif yang mencoba untuk mengajarkan paham islam Ahlus Sunnah
memahami lebih dalam, sistematis dan kritis Wal Jama’ah di pondok tegalsari yang
terhadap tokoh tersebut baik berkaitan dengan mejadi cikal bakal model pesantren yang
pemikiran, ide, konsep, peran dan konteks ada di nusantara dengan kurikulum salafnya
sosio-historis yang melingkupi tokoh tersebut. maka sudah sepatutnya hal tersebut menjadi
Dari kajian tokoh tersebut ketokohan warisan yang tak ternilai bagi generasi saat
seseorang akan dapat dipahami dengan lebih ini dan generasi mendatang. Sehingga
kaya dan mendalam. Adapun tujuan kajian menjadi layak dan patut untuk terus
tokoh antara lain: diteladani, dilanjutkan dan diwariskan.
1. Untuk memperoleh gambaran yang utuh Paham Sunni Syafii dan pola
tentang persepsi, motivasi, aspirasi, dan pendidikan pesantren salaf yang kental
“ambisi’ dan bahkan prestasi sang tokoh dengan pendidikan tasawuf yang telah
tentang bidang yang digeluti. diwariskan oleh Syekh Hasan Besari
2. Untuk memperoleh deskripsi yang utuh dan ternyata berhasil menciptakan situasi dan
objektif tentang teknik dan strategi (baca: kondisi yang aman dan sejahtera bagi
metodologi) yang digunakan dalam masyarakat luas serta mampu melahirkan
melaksanakan bidang yang digeluti. Ini generasi-generasi emas pada zamannya. Hal
kalau sang tokoh tidak punya karya tertulis, ini menjadi penting mengingat situasi saat
melainkan karya yang berupa aktifitas. ini baik dalam wilayah lokal keindonesiaan
3. Untuk menunjukkan orisinalitas pemikiran, maupun dalam konstelasi global yang
sisi-sisi kelebihan dan kelemahan sang cenderung banyak terjadi konflik atau
tokoh yang dikaji berdasarkan ukuranukuran
tertentu, sehingga kita dapat memberikan 98
nilai kontributif secara akademik untuk Abdul Mustaqim. 2014. Model Penelitian Tokoh
kajian-kajian berikutnya. (Dalam Teori dan Aplikasi). Jurnal Vol. 15. No.
2, Juli 2014. Halaman 266.

39
kekacauan yang diatas-namakan sentimen Pewarisan nilai-nilai kebangsaan
agama. Seolah-olah kehadiran agama Syekh Hasan Besari dapat diidentifikasi dari
(Islam) tidak membawa kemaslahatan dan perannya dalam melerai pemberontakan
kedamaian bagi dunia, sebaliknya justru ia yang terjadi di keraton, pengajarannya
menjadi sumber konflik dan perpecahan tentang ketatanegaraan dan lahirnya seorang
yang terjadi. tokoh pergerakan nasional yang
Padahal, jika dilihat dari temuan berlandaskan islam dalam perjuangannya,
dalam kajian ini, paham keislaman, HOS Cokroaminoto.
penerapan dan pendidikan yang dilakukan Pada poin pertama Syekh Hasan
oleh Syekh Hasan besari yang mengusung Besari melandasi sikapnya pada
Sunni Syafi’i justru dapat membawa kemaslahatan, pengayoman terhadap
manfaat bagi masyarakat luas. masyarakat Tegalsari, keberlanjutan
2. Pewarisan Teladan Kebudayaan pesantren yang diasuhnya serta menjaga
Pada akhirnya dimensi kebudayaan hubungan baik antar keraton. Berkaitan
memang tidak bisa dilepaskan bahkan dari dengan pengajaran ketata-negaraan, Syekh
urusan agama. Sebab kebudayaan sendiri Hasan Besari memberikan teladan langsung
lahir dari kehidupan manusia. Sedang kepada murid atau santri-santrinya tentang
agama hadir sebagai pedoman manusia penerapan sikap kenegarawanan dan
dalam berkehidupan. Maka agama dan kebangsaan dalam proses ketatanegaraan.
kebudayaan menjadi dua bagian yang tak Bahkan sampai pada poin Cokroaminoto,
terpisahkan dalam kehidupan manusia. Pada nilai yang tercermin adalah perjuangan
titik tertentu keduanya mempunyai dan kemerdekaan yang membebaskan manusia
menjadi irisan yang saling mengisi dan dari belenggu penjajahan.
melengkapi. Begitu pula titik tertentu
keduanya masing-masing memiliki wilayah Ketiga poin tersebut mencerminkan nilai
otonom. Persinggungan keduanya dapat kebangsaan yang tinggi. Segala sikap yang
diambil atau dilakukan demi terciptanya
bernilai positif dan dinamis yang saling
mewarnai atau mempengaruhi. kondisi tatanan masyarakat yang aman, adil,
makmur, maslahat dan sejahtera dengan
Seperti yang telah dilakukan oleh
berlandaskan pada nilai-nilai keislaman.
Syekh Hasan Besari, bahkan sampai saat ini
Kesadaran ini penting untuk diwariskan pada
tidak ada catatan yang menyatakan adanya
konfrontasi dakwah yang dilakukan oleh generasi saat ini dan yang akan datang agar
Syekh Hasan Besari dengan budaya dengan gigih merawat keharmonisan hidup
setempat. Justru kehadiran Syaikh Hasan bersama, melindungi dan mencintai sesama,
serta mengedepankan kemaslahatan dan
Besari turut mewarnai bahkan
mempengaruhinya. kepentingan bersama sesuai dengan nilai-nilai
Syaikh Hasan Besari adalah pelopor keislaman yang telah diteladankan oleh Syekh
Hasan Besari di atas.
hadirnya batik di Ponorogo yang dibawa
dari tradisi keraton Surakarta. Tradisi
tersebut kemudian berkembang luas di KESIMPULAN
sekitar Tegalsari. Selain itu, hadirnya tradisi Syekh Hasan Besari adalah ulama besar
Unta-untanan yang diprakarsai oleh Ki tanah air yang berhaluan Sunni Syafi’i. beliau lahir
Ageng Morang, murid Syekh Hasan Besari pada 1729 M di Tegalsari Ponorogo. Ia adalah
yang menggunakan kesenian/kebudayaan putra kedua Kyai Khasan Ilyas dari istri pertama.
sebagai metode dakwah serta kuatnya nafas Syekh Hasan Besari adalah cucu dari Kyai Ageng
keislaman (tauhid dan tasawuf) dalam Muhammad Besari, pendiri dan pengasuh periode
karya-karya muridnya, Ronggowarsito, pertama pondok pesantren Gebang Tinatar atau
adalah cermin bahwa agama dan yang lebih dikenal sebagai pondok Tegalsari.
kebudayaan merupakan dua bagian yang Syekh Hasan Besari menjadi pengasuh
bisa saling mengisi dan menopang. pondok Tegalsari pada periode keempat.
Pelestarian terhadap sikap yang Sepeninggal Kiyai Ageng Muhamad Besari,
apresiatif, akomodatif dan eksploratif tongkat estafet kepemimpinan pndok dilanjutkan
terhadap kebudayaan yang telah diwariskan oleh putranya, yaitu Kiyai Khasan Ilyas. Setelah
oleh Syekh Hasan Besari seharusnya itu, kyai ilyas digantikan oleh putranya yang
menjadi teladan dan warisan yang harus bernama Kiyai Khasan Yahya. Kemudian Syekh
terus dihidupkan. Hasan Besari menggantikan Kiyai Khasan Yahya.
3. Pewarisan Teladan Kebangsaan Pada periode kepengasuhan Syekh Khasan Besari
itulah pondok Tegalsari mengalami kemajuan yang menyiarkan ajaran agama islam pada penduduk di
sangat pesat hingga mencapai puncak kejayaannya. sekitar wilayah Jabung yang masih kental dengan
Syekh Hasan Besari dikemudian hari tradisi dan kepercayaan sebelumnya.
dikenal sebagai tokoh ulama yang mempunyai Santri Syekh Hasan Besari yang menjadi
pengaruh luas dan peran penting dalam banyak tokoh dalam kesusastraan dan kebudayaan jawa
bidang termasuk dalam bidang keagamaan, adalah R.Ng. Ronggowarsito. Ia termasuk
kebudayaan dan kebangsaan. pujangga keraton yang sangat produktif. Pada
Peran Syekh Hasan besari dalam bidang zamannya pula sastra jawa mampu mencpai
keagamaan dapat dikatakan sangat besar. Pada puncak keemasan. Ronggowarsito sangat terkesan
masa kepengasuhannya, pondok Tegalsari mampu oleh pendidikan tasawuf atau laku spiritual yang
mencapai masa-masa puncak kejayaan. Hal diajarkan oleh syekh hasan besari hingga karya-
tersebut juga berdampak besar pada dinamika karyanya banyak yang mengurai tentang ilmu
masyarakat Tegalsari yang pada akhirnya dapat spiritual islam dalam bingkai tradisi jawa.
menaikkan taraf hidupnya dengan pendidikan yang Peran besar Syekh Hasan Besari juga
terselenggara di pesantren serta kegiatan menyentuh pada wilayah kebangsaan. Beliau
perekonomian untuk menunjang kebutuhan para dengan latar ulama yang menjadi keluarga
santri di pesantren. Selain itu peran besar Syekh bangsawan mau tidak mau juga akan dilibatkan
Hasan Besari yang tak bisa diabaikan adalah peran dalam persoalan politik, ketatanegaraan dan
beliau dalam Jaringan Ulama Nusantara. KH. kebangsaan. Apalagi hal tersebut ditunjang dengan
Abdul Manan pendiri Pondok Tremas Pacitan kemasyhuran beliau sebagai ulama nusantara.
adalah santri Syekh Hasan Besari. KH. Abdul Namun Syekh Hasan Besari mengambil
Manan juga tercatat sebagai ulama nusantara yang pilihan untuk tidak terlibat secara langsung dalam
pertama kali menuntut ilmu di timur tengah. Dari pertarungan politik dan kekuasaan saat itu.
KH. Abdul Manan kemudian lahir KH. Abdullah. Keputusan tersebut menegaskan keteguhan Syekh
Selanjutnya dari KH. Abdullah lahir Syaikh Hasan Besari melaksanakan garis politik pesantren
Mahfud Tremas yang menjadi ulama terkemuka untuk sepenuhnya mendidik dan mengayomi
dunia. masyarakat tanpa harus terjun dalam politik
Santri Syekh Hasan Besari yang dikemudian praktis.
hari diambil menantu adalah RM. Sulaiman Keberhasilan Syekh Hasan Besari dalam
Jamaludin. Ia berasal dari keturunan keluarga mengasuh pesantrennya juga keputusan-
Kasepuhan Cirebon. Usai diambil menantu beliau keptusannya untuk tetap pada garis politik
kemudian mendirikan pondok yang selanjutnya pesantren memberikan pendidikan dan teladan
dikenal dengan nama Pondok Gontor. Meski dalam ketatanegaraan pada santri-santrinya. Bahwa garis
perkembangannya saat ini Gontor tidak secara politik yang diambil harus berlandaskan pada
eksplisit meneguhkan identitas keislamannya kemaslahatan dan kepentingan bersama.
sebagai Sunni, Syi’ah, NU dan Muahammadiyah Prinsip-prinsip perjuangan tersebut diwarisi
atau klasifikasi lain dalam golongan aliran-aliran oleh keturunannya yang bernama Cokroaminoto.
keislaman. Ia dikenal sebagai tokoh pelopor pergerakan
Peran Syekh Hasan Besari yang tak kalah nasional. Kegigihannya dalam memperjuagkan
pentingnya adalah dalam bidang kebudayaan. Di kemerdekaan rakyat baik secara ekonomi maupun
tangan Syekh Hasan Besari agama bisa menjadi kedaulatan bangsa selalu dilandasi oleh semangat
ruh yang menggerakkan budaya, menjadi landasan aktualisasi dan pengamalan nilai-nilai ajaran islam.
dalam berkebudayaan. Syekh Hasan Besari kuatnya pengaruh nilai islam pada dirinya
merupakan pelopor keberadaan batik di ligkungan ditengarai berasal dari pendidikan keluarga yang
Tegalsari Ponorogo. Tradisi itu ia bawa bersama masih keturunan ulama Tegalsari. Dikemudian hari
istrinya dari dalam keraton surakarta ke tengah cokroaminoto mampu mendidik kader-kadernya
masyarakat Tegalsari. Dari lingkungan pesantren menjadi tokoh nsional. Diantaranya Kartosoewirjo,
iu kemudian berkembanglah tradisi kesenian batik Soekarno, Abikoesno Tjokrosujoso, Musodo,
di Tegalsari ponorogo. Alimin, Hermen Kartowisastro dan Sampoerno.
Ki Ageng Morang, santri Syekh Hasan Dari temuan-temuan yang ada, dapat
Besari yang diutus untuk membuka lahan atau diambil kesimpulan bahwa nilai-nilai keislaman
babat alas di daerah yang saat ini dikenal dengan Syekh Hasan Besari diaktualisasikan ke dalam
nama Jabung. ia melahirkan tradisi kesenian unta- semua aspek kehidupan. Dalam perjuangan dakwa
untanan yang sampai saat ini masih dilestarikan di penyebaran ajaran agama islam, yang dilakukan
wilayah tegalsari dan beberapa daerah lain di oleh syekh hasan besari tidak satu pun
Ponorogo. Unta-untanan merupakan sebuah straegi menunjukkan adanya konfrontasi atau konflik
dakwah yang dilakukan Ki Ageng Morang untuk antara keagamaan dengan kebudayaan maupun

41
keagamaan dengan kebangsaan. Justru pada Carey, Peter. 1986. “Waiting for the “Just King‟:
akhirnya nilai-nilai keislaman memberkan dasar The Agrarian World of South Central Java from
dan pijakan bagi berkembangnya perjuangan Giyanti (1755) to the Java War (1825-30)”.
dalam bidang kebudayaan dan kebangsaan. Modern Asian Studies, vol. 20, no. 1.
Daryono, Haris. 2006. Menggali Pemerintahan
DAFTAR RUJUKAN Negeri Doho: Dari Majapahit Menuju Pondok
1989. Encyclopedia Britanica. (USA: The University Pesantren.
of Chicago). Diana, Zummi Asma. 2013. Studi Analisis Wakaf
A. Kumar. 1982. The Suryengalangan affair of 1883 Diri Ustadz Sunan Autad Sarjana Bin Hartono Di
and its successors: Born leader in changed Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo
times. Land- en Volkenkunde 138 (1982), no: Jawa Timur. Skripsi tidak diterbitkan.
2/3, Leiden, 251-284. Efendy, Bachtiar. 2001. Masayarakat Agama dan
Abdul Chalik. 2011. Nahdlatul Ulama Dan Pluralisme Keagamaan; Perbincangan
Geopolitik Perubahan Dan Kesinambungan. Mengenai Islam, Masyarakat Madani dan
Halaman 114, bawazie, Zainul Milal2017. The Etos Kewirausahaan. (Yogyakarta: Galang
Legacy Of ‘Tasawuf Akhlaqi’ Syaikh Sholeh Pres).
Darat And Syaikh Ihsan Jampes. Heritage Of F. Fokkens. 1877. De Priesterschool te Tegalsari,
Nusantara. Vol. 6 no. 2 December 2017. Jurnal. Batavia’s Hage. Burning.
Halaman 276, Tim penulis Jaringan Nahdliyin FP Sri Wuryani. 2013. Pembinaan Batik
Mataram. 2015. Gerakan Kultural Islam Ponorogo.
Nusantara. Geertz, Clifford. 1976. The Religion of Java.
Abdul Mustaqim. 2014. Model Penelitian Tokoh (Chicago: The University of Chicago Press).
(Dalam Teori dan Aplikasi). Jurnal Vol. 15. No. Deskripsi tentang abangan disimpulkan dari
2, Juli 2014. Halaman 266. halaman 11-120, deskripsi tentang santri
Abdullah, Mudhofir. 2013. Pribumisasi Islam dalam disimpulkan dari halaman 121-226, dan
Konteks Budaya Jawa dan Integrasi Bangsa. deskripsi tentang priyayi disimpulkan dari.
Makalah disampaikan pada Srawung Seni dan Guillot, Claude. 1985. Le Rôle Historique Des
Ketuhanan dalam Rangka Mangayubagyo Perdikan Ou Villages Francs: Le Cas
Dies Natalis XXI IAIN Surakarta. 9 deTegalsari. Archipel 30.
September 2013` Harlina Indijati. 2003. Etika Islam dalam Serat
Amelz. 1952. HOS Tjokroaminoto Hidup dan Kalathida, Serat Wedharaga, Serat Jaka
Perjuangannya. Jilid I. Jakarta: Bulan Bintang. Lodhang, dan Serat Kridhamaya Karya R.Ng.
Bakri, Syamsul dan Habib, Ahmad. 2016. Dinamika Ranggawarsita. (Dalam : Adab dan Adat:
Dan Pergerakan Di Surakarta Era Kolonial Refleksi Sastra Nusantara Edwar Djamaris, Abdul
(Pendekatan Sejarah). Laporan Penelitian Hadi W.M., dan S. Amran Tasai (Ed.).
Individual Dosen. Hiroko Horikoshi. 1987. Kyai dan Perubahan Sosial.
Baso, Ahmad. 2012. Akar Pendidikan Ihsan, Nur Hadi. 2001. Pola Penyelenggaraan
Kewarganegaraan Di Pesantren. Jurnal Vol. Pondok Pesantren Ashriyah/Khalafiyah.
XVII No. 2 2012. Informasi dari Focus Group Discussion (FGD)
Basuki, Untung Joko. 2014. Konsepsi Pendidikan dengan narasumber Dawam Multazam
Raden Ngabehi Ranggawarsita. Rohmatulloh dan Fuad Fitriawan pada 05
Beatty, Andrew. 1996. Adam and Eve and Wishnu; September 2019.
Syncretismin the Javanese Slametan. Dalam Kementrian Agama RI. 2010. Hukum Perwakafan
The Journal of Royal Antrhopology Institute. dan Implementasinya Terhadap Kesejahteraan
June 1996. Masyarakat (Implementasi Wakaf di Pondok
Bizawi, Zainul Milal. 2017. The Legacy Of ‘Tasawuf Modern Darussalam Gontor).
Akhlaqi’ Syaikh Sholeh Darat And Syaikh Koentjaraningrat, Darojatun. 1994. Kebudayaan
Ihsan Jampes. Heritage Of Nusantara. Vol. 6 Jawa. (Jakarta: Balai Pustaka).
no. 2 december 2017. Jurnal. Kumar, A. 1982. The Suryengalagan Affair of 1883
Bruineseesn, Martin Van. 1995. Kitab and Its Successors; Bom Leaders in Changed
Kuning,Pesantren dan Tarekat. Time. Journal Bijdragen tot de Taal -Land-
Budiyanto, Mangun, dkk. 2008. Pergulatan Antara end Volkenkunde 138. No. 2/3.
Agama dan Budaya; Pola Hubungan Islam Kusumaningtyas, Rindia Fanny. 2009. Perlindungan
dan Budaya Lokal di Masyarakat Tutup Hak Cipta Atas Motif Batik Sebagai Warisan
Ngisor Lereng Merapi Magelang Jawa Budaya Bangsa (Studi Terhadap Karya Seni Batik
Tengah. . JurnalPenelitian Agama. Vol XVII. Tradisional Kraton Surakarta).
No. 3. September-Desember 2008. M. Saifurrohman, S. 2018. Perkembangan Pondok
Modern Darussalam Gontor Pada Tahun 1926- Tjokroaminoto. Jakarta: Kepustakaan Populer
1985. Skripsi. Gramedia.
Madjid, Nurcholis. 1997. Bilik-bilik Pesantren: Sill, L. David. (ed). 1972. International Encyclopedia
Sebuah Potret Perjalanan. of Social Sciences. (New York: MacMillan
Muhaimin, AG. 2001. Islam dalam Bingkai Budaya Company &The Free Press).
Lokal; Potret dari Cirebon. (Jakarta: Logos). Surjo, dkk. 1993. Agama dan Perubahan Sosial; Studi
Mukodi. 2015. Menjaga Umat Pilar-Pilar Budaya Tentang Hubungan Antara Islam, Masyarakat
Pondok Tremas Pacitan Di Era Global. dan Struktur Sosial-Politik di Indonesia.
Mulder, Neils. 1999. Agama; Hidup Sehari-hari dan (Yogyakarta: PAU UGM).
Perubahan Budaya. (Jakarta: Gramedia Tim Museum Kebangkitan Nasional, Djoko
Pustaka Utama). Marihandono Dkk. 2015. HOS Cokroaminoto
Nadiani, Hannah Fithrotien Salsabila. 2015. Penyemai Pergerakan Kebangsaan Dan
Hubungan Persepsi Santri Nuhun Terhadap Kemerdekaan. Buku. Museum Kebangkitan
Figur Kiai Dengan Kelekatan Aman Di Nasional Direktorat Jenderal Kebudayaan
Perguruan Islam Pondok Tremas Pacitan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Nurdianto, Saifuddin Alif Nurdianto, dkk. 2018. Triana, Dian. 2017. Perspektif Pendidikan Islam
Kajian Poskolonial Gerakan Pemikiran Dan Tentang Pagelaran Seni Budaya Tradisional
Sikap Ulama Pesantren Tegalsari Dalam Unta-Untanan Di Desa Jabung Kecamatan
Pusaran Konflik Multidimensional Di Jawa Mlarak Kabupaten Ponorogo`
(1742-1862). Jurnal THEOLOGIA, Vol 29 No Wahid, Abdurrahman. 2001. Pergulatan Negara,
1. Agama dan Kebudayaan. (Jakarta: Desantara).
Nurdianto, Saifuddin Alif, dkk. 2018. Kajian Wahyuddin, Wawan. 2016. Kontribusi Pondok
Poskolonial Gerakan Pemikiran Dan Sikap Pesantren Terhadap NKRI. Saintifika
Ulama Pesantren Tegalsari Dalam Pusaran Islamica: Jurnal Kajian Keislaman. Volume 3
Konflik Multidimensional Di Jawa (1742-1862). No. 1 Januari – Juni 2016.
Jurnal THEOLOGIA, Vol 29 No 1. Wijayanti, Intan. 2016. Gaya Kepemimpinan Dalam
Poernomo, Mohammad. 1985. Sejarah Kyai Ageng Pengambilan Kebijakan Di Perguruan Islam
Mohammad Besari. (Jakarta: Balai Pustaka). Pondok Tremas Pacitan.
Poernomo. 1985. Babad Kyai Ageng Muhammad Woorward, Mark R. 1985. Islamin Java; Normative
Besari. Piety and Mystisism in Sultanate Jogjakarta.
Poernomo. 1985. Sejarah Kyai Ageng Muhammad Diterjamah dalam bahasa Indonesia oleh
Besari. Hairus Salim Islam Jawa; Kesalehan Normatif
Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Umum Bahasa dan Mistisisme. Diterbitkan oleh LkiS.
Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 1991). cet. Wulandari, A. 2011. Batik Nusantara. Halaman 16.
XII. Amrullah, Rifqi Nashrul Fuad. 2018. Batik
Purnomo. 1985. Sejarah Kyai Ageng Muhammad Lukis Karya Guntur Sasono Di Desa Carat
Besari. Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo
Rangga Ramadansyah. 2009. Filsafat Ketuhanan Periode 2008-2016. Jurnal Seni Rupa, Volume
Raden Ngabehi Ronggowarsito (Study Analisis 06 Nomor 01 Tahun 2018.
Serat Wirid Hidayat Jati). Skripsi. Zuliana, Erni. 2018. Manajemen Pondok Pesantren
Rijal Mumazziq Z. “Menelusuri Jejak Laskar Modern Perspektif Sustainability Theory (Studi
Diponegoro di Pesantren.”, Falsafia, Vol. 7, Pada Pondok Pesantren Modern Alumni Gontor
No. 1, (Maret 2016). Di Provinsi Lampung. Disertasi.
Rohmah, Linda Ainur. 2018. Perjuangan Kiai Mas
Cholil Untuk Memperoleh Status Tanah
Perdikan Dari Pemerintah Kolonial Belanda
Di Sidoresmo Surabaya. Skripsi tidak
diterbitkan.
Sam’ani, Muhammad. 2017. Kyai Khasan Besari:
Biografi dan Perannya Bagi Pondok
Pesantren Gebang Tinatar Tegalsari
Ponorogo (1797-1867).
Samantho, Ahmad Yanuana. Agustus 2018. Kiai
Ageng Muhammad Besari Sosok Mahaguru
Para Maharaja. ahmadsamantho. wordpress.
com. Diakses tanggal 20 Mei 2019.
Setyarso, Budi. 2011. Seri Buku Tempo

43

Anda mungkin juga menyukai