Seni rupa tradisional adalah seni rupa yang berlandaskan sikap atau cara berpikir dan bertindak yang
selalu berpegang teguh pada norma, filsafat, adat kebiasaan yang telah dan masih ada dari masa ke
masa karena terus dipertahankan secara turun-temurun. Untuk mengetahui pengertian lebih dalam
dari tradisional, maka kita harus mengetahui istilah tradisional itu sendiri.
Istilah tradisional merupakan turunan dari kata tradisi. Tradisi sendiri dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia diartikan sebagai “adat kebiasaan turun-temurun dari nenek moyang yang masih
dijalankan oleh masyarakat, yang berangkat dari penilaian atau anggapan bahwa cara-cara yang
telah ada merupakan yang paling baik dan benar” (KBBI, 2005, hlm. 1208).
Keberadaan kegiatan Batik tertua berasal dari Ponorogo yang masih bernama Wengker sebelum
abad ke 7, Kerajaan di Jawa Tengah belajar batik dari Ponorogo. Karena itu, batik-batik Ponorogo
agak mirip dengan batik yang beredar di Jawa Tengah, hanya saja batik ponorogo batik yang
dihasilkan rata-rata berwarna hitam pekat atau biasa disebut batik irengan karena yang dekat
dengan unsur-unsur magis. Sehinggga dikembangkan oleh kerajaan – kerjaan di Jawa Tengah
Eksistensi Batik Ponorogo hingga abad 20 merupakan surga bagi para pembatik, karena produksi
batik di Ponorogo melampaui industri batik di Jawa Tengah maupun Yogyakarta yang kemudian
diambil oleh pengepul batik dari Surakrta dan Pekalongan, selain itu upah pembatik di Ponorogo
tertinggi di Pulau Jawa.
Kesenian batik di Indonesia telah dikenal sejak zaman Kerajaan Majapahit dan terus berkembang
sampai kerajaan berikutnya beserta raja-rajanya. Kesenian batik secara umum meluas di
Indonesia dan secara khusus di pulau Jawa setelah akhir abad ke-18 atau awal abad ke-19.
Teknik batik sendiri telah diketahui lebih dari 1.000 tahun, kemungkinan berasal dari Mesir kuno
atau Sumeria. Teknik batik meluas di beberapa negara di Afrika Barat seperti Nigeria, Kamerun,
dan Mali, serta di Asia, seperti India, Sri Lanka, Bangladesh, Iran, Thailand, Malaysia dan
Indonesia.
Hingga awal abad ke-20, batik yang dihasilkan merupakan batik tulis. Batik cap baru dikenal
setelah Perang Dunia I berakhir atau sekitar tahun 1920.
Kesenian batik adalah kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu
kebudayaan keluarga kerajaan di Indonesia zaman dahulu. Awalnya kegiatan membatik hanya
terbatas dalam keraton saja dan batik dihasilkan untuk pakaian raja dan keluarga pemerintah dan
para pembesar. Oleh karena banyak dari pembesar tinggal di luar keraton, maka kesenian batik ini
dibawa oleh mereka keluar dari keraton dan dihasilkan pula di tempatnya masing-masing.
Lama kelamaan kesenian batik ini ditiru oleh rakyat jelata dan selanjutnya meluas sehingga
menjadi pekerjaan kaum wanita rumah tangga untuk mengisi waktu luang mereka.
Bahan-bahan pewarna yang dipakai ketika membatik terdiri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia
yang dibuat sendiri antara lain dari: pohon mengkudu, soga, nila. Bahan sodanya dibuat dari soda
abu, sedangkan garamnya dibuat dari tanah lumpur.