Pilihan Rasional Kebijakan Amerika Serikat Dalam Normalisasi Hubungan Diplomatik Dengan Kuba (Studi Kasus: Era Presiden Barack Obama 2014 - 2017)
Pilihan Rasional Kebijakan Amerika Serikat Dalam Normalisasi Hubungan Diplomatik Dengan Kuba (Studi Kasus: Era Presiden Barack Obama 2014 - 2017)
SKRIPSI
Oleh:
SKRIPSI
Oleh:
ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pilihan rasional dari Amerika Serikat dalam
melakukan normalisasi hubungan diplomatik dengan Kuba. Dalam menganalisa hal
tersebut penulis menggunakan teori Pilihan Rasional, teori Kepentingan Nasional, dan
konsep Politik Luar Negeri. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa dalam normalisasi hubungan diplomatik dengan
Kuba, Amerika Serikat tidak semata-mata melakukan normalisasi tersebut melainkan
adanya pilihan rasional yang merupakan kepentingan-kepentingan dari Amerika
Serikat yang harus dicapai dalam normalisasi hubungan diplomatiknya dengan Kuba
pada era pemerintahan Barack Obama. Hal tersebut juga dapat menciptakan
hubungan antara Amerika Serikat dengan Kuba kearah yang lebih baik.
iv
DEPARTMENT OF INTERNATIONAL RELATIONS STUDIES
FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCES
UNIVERSITY OF BUDI LUHUR
ABSTRACT
This study aims to analyze the rational choice of the United States in normalizing
diplomatic relations with Cuba. In analyzing it the author uses Rational Choice theory,
National Interest theory, and the concept of Foreign Policy. This type of research is
qualitative research. The results of this study show that in the normalization of
diplomatic relations with Cuba, the United States does not merely perform the
normalization but a rational choice which is the interests of the United States that
must be achieved in normalizing its diplomatic relations with Cuba in the era of Barack
Obama's administration. It can also create relations between the United States and
Cuba towards the better.
v
KATA PENGANTAR
Hubungan diplomatik antara Amerika Serikat dan Kuba telah mengalami
pasang surut sejak adanya Revolusi Kuba 1959. Terpilihnya presiden Barack Obama
telah memperlihatkan titik terang diantara hubungan kedua negara. Selama lebih dari
50 tahun hubungan diplomatik Amerika Serikat dan Kuba mengalami kebekuan dan
pada akhirnya di tahun 2014 hubungannya mulai memperlihatkan kemajuan signifikan.
Obama dengan orientasi politiknya yang mengedepankan soft power serta Raul Castro
yang terbuka membuat keduanya dapat mencapai kesepakatan untuk normalisasi
hubungan diplomatik. Amerika Serikat dalam mencapai kepentingannya memiliki
beberapa kebijakan utama yang diharapkan juga dapat mendukung jalannya
normalisasi hubungan diplomatik Amerika Serikat dan Kuba.
Akhir kata, penulis berharap tulisan ini dapat memberikan banyak manfaat
bagi pengkaji Amerika Serikat dan peminat isu normalisasi hubungan diplomatik.
Penulis memohon maaf atas segala kekurangan dalam tulisan ini baik dari segi teknis
maupun substansi, kritik dan konstruktif sangat penulis harapkan bagi penelitian yang
lebih baik di masa mendatang.
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...............................................................................................................iv
ABSTRACT .............................................................................................................v
2.2. Politik Luar Negeri Amerika Serikat era Presiden Barack Obama .......... 13
ix
2.2.1. Barack Obama ...................................................................... 13
x
DAFTAR TABEL
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
Saddam Hussein, (2010), “Eksistensi Amerika Serikat sebagai Kekuatan Global”, Jurnal FISIP UPN Veteran
Jawa Timur.
1
George W Bush mengedepankan adanya kekerasan dan militer namun Barack Obama
memperlihatkan adanya diplomasi dalam pemerintahannya. 2 Barack Obama terpilih
sebagai presiden ke-44 Amerika Serikat pada 2009. Tiga bulan setelah Obama resmi
menjabat beliau menyatakan keseriusannya untuk memulai babak baru dalam
kemitraan Amerika Serikat dengan negara-negara kawasan Amerika Latin terutama
dalam keseriusannya mengawali hubungan yang baru dengan Kuba mengingat selama
beberapa dekade Amerika Serikat dan Kuba tidak menikmati hubungan diplomatiknya. 3
Hubungan Amerika Serikat dengan Kuba telah terjalin sejak abad ke-19 saat
Amerika Serikat menunjukkan dukungannya terhadap perjuangan kemerdekaan
negara-negara yang berada di kawasan Amerika Latin. Dukungan tersebut ditunjukkan
dengan adanya kebijakan politik luar negeri yang dikeluarkan oleh Presiden Monroe
yang menjelaskan adanya pola defensive Amerika dengan menyatakan bahwa negara
lain terutama bangsa Eropa tidak boleh ikut campur mengenai urusan-urusan dalam
negeri kawasan Amerika yang disebut dengan Doktrin Monroe. 4 Namun, pola defensive
yang dirumuskan oleh Amerika Serikat dalam doktrin tersebut justru
diimplementasikan terlalu jauh sehingga muncul tindakan intervensi terhadap negara-
negara di kawasan Amerika Latin. Salah satu seperti saat Amerika Serikat ikut campur
dalam militer Kuba guna meruntuhkan kolonialisasi Spanyol di tanah Kuba. 5 Meskipun
begitu, Amerika Serikat berhasil mengambil alih Kuba dari Spanyol dan Kuba
mendapatkan kemerdekaannya pada 20 Mei 1902. 6
Adanya intervensi dari Amerika Serikat pada saat merebut kekuasaan dari Spanyol
mengharuskan Kuba mengabulkan apa yang diinginkan oleh Amerika Serikat pasca
kemerdekaan Kuba serta memperkuat dominasi politik nya di Kuba, hal tersebut
ditunjukkan dengan adanya Platt Amandement yang disepakati oleh kedua negara.
Platt Amandement berisikan kesepakatan yang disetujui Kuba untuk Amerika Serikat
secara tidak langsung mengintervensi Kuba guna mempertahankan dan melindungi
kemerdekaan Kuba serta menciptakan pemerintahan yang mampu dengan baik
2
Riefqi Muna, (2009), “Paradigma Pertahanan dari Hard Power ke Smart Power dalam jurnal Pertahanan
dan Perdamaian”, Jakarta: Pusat Studi Pertahanan dan Perdamaian FISIP Universitas Al Azhar Indonesia,
V(1): hal. 86-87
3
Foreign Affairs, (2015), “Obama and Latin America: a Promising Day in the Neighborhood”,
https://www.foreignaffairs.com/articles/americas/obama-and-latin-america diakses pada 23 Januari 2018
pukul 14.20 WIB
4
Mark T. Gilderhus, (2006), The Monroe Doctrine: Meanings and Implication, Texas Christian University
hal.1
5
Julius Siboro, (2012), Perkembangan dan Pergolakan Politik di Negara-negara Amerika Latin Sesudah
Tahun 1945. Yogyakarta: Ombak, hal. 35
6
History of Cuba, dalam: http://nationsonline.org/oneworld/History/Cuba-history.htm diakses pada 6
Oktober 2017pukul 15.18 WIB
2
melindugi kehidupan, hak milik, dan kebebasan setiap individu yang berada di tanah
Kuba.7 Salah satu dampak dari Platt Amandement yaitu membuat masyarakat Kuba
tidak memiliki kebebasan individu di tanah nya sendiri. Setelah lahir kesepakatan
tersebut, pemerintahan Kuba diatur oleh Amerika Serikat dan dipimpin oleh Fulgencio
Batista. Beliau adalah seorang pro-Amerika Serikat, dan pemerintahanya semata-mata
didedikasikan untuk kepentingan Amerika Serikat.
Batista memimpin Kuba dengan 2 periode pemerintahan yaitu pada 1933-1944
dan 1952-1959. Di masa pemerintahannya yang pertama ia memiliki sistem
pemerintahan yang efisien namun saat masa pemerintahan yang kedua, berubah
menjadi pemerintahan yang diktator ditunjukkan dengan kebijakannya memenjarakan
lawan politiknya, penggunaan kekerasan serta terjadinya korupsi besar-besaran di
tanah Kuba yang bertujuan untuk menguntungkan dirinya serta kerabat-kerabatnya.8
Masyarakat Kuba merasa sangat dirugikan dengan segala bentuk ketidakadilan pada
saat itu, sehingga memunculkan adanya pergerakan perlawanan dari para aktivis
muda Kuba yang dipimpin oleh Castro. Pada awalnya Castro mengajukan petisi untuk
menggulingkan pemerintahan Batista namun hal itu tidak berhasil sehingga ia
mengambil langkah untuk menggunakan kekerasan, kekuatan militer, dan strategi
gerilya untuk menggulingkan pemerintahan Batista. 9 Dengan adanya gerakan Revolusi
tersebut, wilayah Havana dapat dikuasai serta instalasi militer pemerintahan Batista
dapat dilucuti dan adanya penyebaran pengaruh gerakan tersebut ke wilayah-wilayah
lain di tanah Kuba. Hal tersebut dilakukan guna mencapai tujuan Revolusi Kuba yaitu
menjatuhkan rezim Batista yang berhasil tercapai pada tahun 1959 dan didukung oleh
Uni Soviet.10 Amerika Serikat dibawah pemerintahan John F. Kennedy cukup merasa
geram atas tindakan revolusi tersebut.
Pasca terjadinya Revolusi Kuba, Castro mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang
dianggap merugikan Amerika Serikat serta menasionalisasikan aset-aset Amerika
Serikat yang ada di Kuba.11 Hal tersebut memicu adanya ketegangan di dalam
7
Richard Morris B., Basic Documents in American History. Canada: D. Van Nostarnd Company, 1956, hal.
144-145
8
Encyclopædia Britannica, (20 14), “Fulgencio Batista (Cuban Dictator)”,
https://www.britannica.com/biography/Fulgencio-Batista diakses pada 6 Oktober 2017 pukul 20.42 WIB
9
Chomsky, A. 2011. A History of the Cuban Revolution. West West Sussex: Blackwell Publishing, Ch. 3 & 4,
hal. 45
10
The Guardian, (2016), “US-Cuba relations: timeline of a tangled history”,
https://www.theguardian.com/world/ng-interactive/2016/mar/20/us-cuba-relations-history-timeline diakses
pada 6 Oktober 2017 pukul 20.06 WIB
11
Jose A., Ortiz., (2000), The Illegal Expropriation of Property in Cuba: A Historical and Legal Analysis ofthe
Takings and a Survey of RestitutionSchemes for a Post-Socialist Cuba. Loyola Marymount University and
Loyola Law School, hal. 329
3
hubungan diplomatik diantara Amerika Serikat dan Kuba. Ditambah dengan Kuba yang
menunjukkan kedekatannya dengan Uni Soviet dan terlihat bahwa dalam menjalankan
pemerintahannya Castro menganut paham komunis dan sedangkan Amerika Serikat
merupakan negara yang menganut paham demokrasi sehingga dengan adanya
perbedaan paham tersebut membuat hubungan diantara keduanya cukup mengalami
ketegangan dan Amerika Serikat merasa ingin mengakhiri hubungan diantara kedua
negara tersebut. Dari berbagai kebijakan Castro yang cenderung merugikan Amerika
Serikat, maka dikeluarkan sanksi embargo untuk perekonomian Kuba sebagai respon
dari kebijakan tersebut. Sanksi embargo yang diberikan Amerika Serikat kepada Kuba
secara langsung menghentikan berbagai kegiatan perdagangan Kuba terutama dengan
negara-negara sekutu Amerika Serikat serta pemberhentian pengiriman bantuan
apapun dari Amerika Serikat ke Kuba sehingga terjadinya pengisolasian kepada Kuba.
Masyarakat yang berada di Amerika Serikat juga mendapatkan pembatasan dalam
pengiriman uang ke wilayah-wilayah di Kuba dan menghentikan kerjasama antara
Amerika Serikat dan Kuba di bidang pariwisata, hal-hal tersebut juga merupakan
wujud dari sanksi embargo ekonomi yang diberlakukan Amerika Serikat untuk Kuba. 12
Dengan kondisi hubungan kedua negara yang semakin memanas maka tepat pada 3
Januari 1961, Amerika Serikat memutuskan untuk menutup kedutaan besarnya di
Havana dan melakukan pemutusan hubungan diplomatik dengan Kuba. 13
Setelah resmi berakhir, hubungan diplomatik Amerika Serikat dan Kuba mengalami
pasang surut. Terjadi peristiwa-peristiwa yang menyebabkan ketegangan di tanah
kuba seperti invasi teluk babi dan krisis misil kuba pada masa pemerintahan John F.
Kennedy, serta adapula gagasan-gagasan normalisasi yang diajukan untuk hubungan
diplomatik kedua negara tersebut seperti pada Maret 1974 Sekretaris Negara
Amerika Serikat yaitu Henry Kissinger, memberikan pernyataan meskipun sanksi-sanksi
embargo harus tetap diberlakukan, Amerika Serikat sedang mempersiapkan diri untuk
hubungan yang baru dengan Kuba. 14 Selama lebih dari 50 tahun hubungan diplomatik
antara Amerika Serikat dan Kuba membeku, baru pada saat Barack Obama terpilih
sebagai presiden Amerika Serikat menunjukkan titik terang dalam hubungan
12
Chastry E.F. Tobing, (2014), “Implikasi Politik Akibat Embargo Ekonomi Amerika Serikat Terhadap
Pemerintahan Fidel Castro”, Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Medan: Universitas Sumatra Utara,
hal. 52
13
Antara News, (2017), “Catatan Peristiwa Besar Hubungan AS & Kuba”,
http://www.antaranews.com/berita/636070/catatan-peristiwa-besar-hubungan-as--kuba diakses pada 9
Oktober 2017 pukul 11.25 AM
14
P. Brenner, (1988), From Confrontation to Negotiation: U.S. Relations with Cuba, Colorado: Westview
Press, Inc., hal. 101
4
diplomatik kedua negara tersebut. Gagasan untuk menemukan titik terang pada
hubungan diplomatik kedua negara tersebut telah dilakukan mulai Desember 2014
dengan menyatakan bahwa akan melakukan normalisasi hubungan diplomatik yang
sejak 1961 sudah terputus.15 Obama menyatakan bahwa diantara Amerika Serikat dan
Kuba sangat memerlukan upaya perubahan kedepan dengan arah yang lebih baik
karena selama ini kebijakan-kebijakan yang diberlakukan Amerika Serikat ke Kuba
menurutnya telah usang bahkan ketinggalan zaman. 16 Dengan adanya kesepakatan
untuk mengawali normalisasi maka hubungan diplomatik diantara Amerika Serikat dan
Kuba akhirnya mulai mencair.
Terwujudnya normalisasi hubungan diantara kedua negara merupakan hal yang
cukup menarik perhatian dunia internasional mengingat dalam beberapa dekade ke
belakang hubungan kedua negara cukup bersitegang pasca adanya pemutusan
hubungan diplomatik dan Amerika Serikat menganggap Kuba adalah salah satu negara
musuh. Namun ketegangan diantara kedua negara mulai mencair pada saat Barrack
Obama menjadi presiden Amerika Serikat dan memiliki gagasan untuk menghilangkan
kebijakan-kebijakan yang usang dan berfikir maju kedepan dalam kelangsungan
hubungan diantara Amerika Serikat-Kuba yang secara geografis memiliki kedekatan.
Tentunya dalam membuat kebijakan-kebijakan tersebut memerlukan banyak
pertimbangan dari kedua negara. Maka dari itu, skripsi ini memfokuskan kepada
bagaimana pertimbangan-pertimbangan yang dilakukan Amerika Serikat dan Kuba
sehingga dapat mewujudkan normalisasi hubungan diplomatik diantara keduanya
setelah mengalami pasang surut selama kurang lebih 50 tahun.
15
CNN Indonesia, (2015), “Presiden Kuba : Normalisasi AS-Kuba Harus dengan Kesabaran”,
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20150412061725-134-45957/presiden-kuba-normalisasi-as-
kuba-harus-dengan-kesabaran/ diakses pada 9 Oktober 2017 pukul 12.47 PM
16
BBC Indonesia, (2014), “Obama dan Raul Castro Umumkan Upaya Normalisasi Hubungan”,
http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2014/12/141217_as_kuba diakses pada 9 Oktober 2017 pukul 12.54
PM
5
negara mulai terlihat saat Barrack Obama terpilih sebagai presiden ke-44 Amerika
Serikat. Dimulai dari era Obama, kesepakatan normalisasi diantara Amerika Serikat
dan Kuba dapat dicapai. Dengan lahirnya sebuah normalisasi hubungan diplomatik
diantara kedua negara, tentu adapula kebijakan-kebijakan yang mempengaruhi
jalannya normalisasi tersebut. Amerika Serikat dalam membuat kebijakan normalisasi
hubungan diplomatiknya dengan Kuba tentu tidak semata-mata langsung melahirkan
kebijakan tersebut, melainkan adapula pertimbangan yang menjadikan kebijakan
tersebut harus muncul dalam normalisasi hubungan diplomatik Amerika Serikat dan
Kuba era presiden Barack Obama.
Dari pemaparan masalah tersebut, maka muncul sebuah pertanyaan penelitian
“Mengapa Amerika Serikat dibawah pemerintahan Barack Obama
mewujudkan normalisasi hubungan diplomatik dengan Kuba?”
6
pilihan mana yang terbaik bagi negaranya berdasarkan dari beberapa pilihan
yang telah ada.17 Teori pilihan rasional dibentuk pada tahun 1960-an dalam
ilmu Hubungan Internasional dan teori ini merupakan instrumen terkait alasan
dan tujuan atau bahkan sebuah pilihan dari tujuan terstruktur yang dilakukan
oleh suatu aktor.18 Teori Pilihan Rasional dapat menjadi pedoman bagi para
pembuat keputusan untuk memberikan jawaban mengenai keputusan yang
paling baik dalam mencapai kepentingan-kepentingan yang dimiliki oleh aktor.
Menurut Stephen M. Waltz teori pilihan rasional adalah sebagai berikut: 19
1. Rational choice theory is individualistic: social and political
outcomes are viewed as the collective product of individual
choices (or as the product of choices made by unitary actors).
2. Rational choice theory assumes that each actor seeks to maximize
its “subjective expected utility.” Given a particular set of
preferences anda fixed array of possible choices, actors will select
outcome that brings the greatest expected benefits.
3. The specification of actor’s preferences is subject to certain
constraints: (a) an actor’s preferences must be complete (meaning
we can rank order their preference for different outcomes); and
(b) preferences must be transitive (if A is preferred to B and B to
C, then A is preferred to C)
Dari penjelasan Waltz mengenai teori pilihan rasional dapat
disimpulkan sebagai berikut. Teori pilihan rasional bersifat individu yang
dipandang sebagai produk kolektif atas pilihan individu. Waltz menjelaskan
ketika aktor memiliki kepentingan maka ia akan memilih sebuah pilihan yang
dianggap dapat memaksimalkan aktor tersebut dalam pencapaian
kepentingannya. Teori pilihan rasional juga menjelaskan kemungkinan kendala
yang akan didapat oleh aktor dengan pertimbangan-pertimbangan dari
beberapa pilihan, contohnya jika pilihan A merupakan pilihan yang lebih
penting dibandingkan pilihan B dan C maka yang dipilih adalah pilihan A. Jadi,
sebuah aktor dalam menentukan keputusan apa yang ingin diambil demi
17
Claudia Natasha, (2016), “Analisis Pilihan Rasional Terhadap UU Keamanan Nasional Jepang Tahun 2015”,
Jakarta: Universitas Budiluhur, hal. 6
18
Robert Jackson & George Sorensen, (2009), “Pengantar Studi Hubungan Internasional,” Yogyakarta:
Pustaka Belajar, hal. 297
19
Stephen M. Walt, (1999), “Rigor or Rigor Mortis? Rational Choice and Security Studies,” International
Security, Vol. 23, No. 4, Massachusetts: Harvard College and Massachusetts Institute of Technology, hal. 10
7
tercapai kepentingan-kepentingannya maka digunakan teori pilihan rasional
agar keputusan yang diambil merupakan sebuah keputusan terbaik.
20
Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani, (2006), “Pengantar Ilmu Hubungan
Internasional”, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hal. 39
8
ditujukan untuk mempertahankan kelangsungan kehidupan sebuah negara.21
Oleh karena itu negara akan selalu melakukan penyesuaian dengan
lingkungan eksternalnya dalam pencapaian kepentingan nasional negara
tersebut. Politik luar negeri juga memiliki tujuan yaitu manifestasi dari
kepentingan nasional sebuah negara. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh masa
lalu dan keinginan yang akan dicapai di masa mendatang. Menurut Rosenau,
tujuan dari politik luar negeri juga dibedakan menjadi 3 kategori yaitu, tujuan
jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek. Pada dasarnya, tujuan
jangka panjang dari politik luar negeri seluruh negara-negara di dunia yaitu
untuk mencapai perdamaian, keamanan, dan kekuasaan. 22
Jadi, tujuan politik luar negeri disebut juga sebagai citra terkait dengan
keadaan atau kondisi masa depan suatu negara dimana pemerintah melalui
perumus kebijakan dapat mencapai tujuan tersebut secara maksimal. Menurut
konsep politik luar negeri yang dipaparkan Rosenau, maka dapat disimpulkan
bahwa dalam normalisasi hubungan diplomatiknya dengan Kuba, Amerika
Serikat memiliki politik luar negeri dibawah kepemimpinan Barack Obama yang
dapat mendukung pencapaian kepentingan nasional dalam normalisasi
tersebut melalui kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh Amerika Serikat.
21
James N. Rosenau, (1976), “The Study of Foreign Policy”, New York: Free Press, hal. 27
22
Ibid, hal. 167
23
Lexy J Moleong, (2004), “Metode Penelitian Kualitatif”, Bandung : Remaja Rosda Karya, hal. 131
24
W. Lawrence, (1997), “Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches”, Needham
Heights, MA:Allyn&Bacon, hal. 14
9
pandangan-pandangan serta proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh
dari suatu fenomena atau kasus.25 Teknik pengumpulan data yang dilakukan secara
primer yaitu berupa wawancara dengan beberapa narasumber terkait dengan
penelitian dan secara sekunder dimana peneliti mendapatkannya melalui studi literatur
yang bersumber dari buku, jurnal, artikel, dan situs internet. Jadi, metode dalam
penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data
primer-sekunder serta menghasilkan sebuah penelitian yang bersifat deskriptif.
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini, berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
kerangka pemikiran, metode penelitian, dan sistematika penelitian.
25
Moh. Nazir. Ph D, (2003), “Metode Penelitian”, Jakarta : PT. Gahlia Indonesia, hal. 16
10
BAB V PENUTUP
Pada bab ini merupakan bab penutup yang berisikan kesimpulan dari pertanyaan
penelitian yang telah diteliti pada bab sebelumnya.
11
BAB II
POLITIK LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT ERA PRESIDEN BARACK OBAMA
26
John G. Ikenberry, (2007), “American Foreign Policy Theoretical Essay”, New York: W.W. Norton &
Company Inc.
12
tentu dapat mengatur segala hal agar sesuai dengan kepentingan negara
tersebut. Amerika Serikat tidak dapat mencapai kepentingannya apabila tidak
memiliki power nya dalam tatanan internasional.
2. Peace
Amerika Serikat sebagai negara super power telah menempatkan posisinya
sebagai negara yang berhak melakukan apa saja demi mewujudkan
perdamaian dunia. Perdamaian itu sendiri diartikan sebagai sebuah keadaan
dimana tidak ada perang. Maka, Amerika Serikat memastikan bahwa seluruh
negara di dunia telah dalam kondisi yang aman dan tidak ada perang. Lalu,
ketika ada yang mengancam kepentingannya dalam menjaga ketertiban dunia
Amerika Serikat akan menggunakan power nya untuk mempertahankan
pencapaian kepentingannya.
3. Prosperity
Kemakmuran menjadi salah satu tujuan penting dalam kepentingan nasional
setiap negara. Dalam hal ini, Amerika Serikat menunjukkan politik luar
negerinya guna mendapatkan keuntungan ekonomi.
4. Principles
Amerika Serikat akan menyebarkan dan menanamkan prinsip-prinsipnya pada
seluruh negara-negara di dunia. Prinsip yang dimaksudkan adalah nilai-nilai
yang dianut Amerika Serikat. Nilai-nilai tersebut adalah demokrasi yang selalu
dipromosikan oleh Amerika Serikat kepada seluruh negara di dunia. Hal
tersebut dilakukan oleh Amerika Serikat guna mencapai kepentingannya di
wilayah-wilayah yang telah ditentukan.
Meskipun setiap adanya pergantian presiden di Amerika Serikat memiliki kebijakan
yang berbeda-beda namun kebijakan luar negeri yang ditetapkan tidak pernah
melupakan empat kerangka kerja tersebut secara tidak langsung karena keempat poin
diatas merupakan pedoman sekaligus arah bagi para pemimpin Amerika Serikat agar
tidak keluar dari jalan dan cita-cita Amerika Serikat dalam menjalankan politik luar
negerinya.
2.2 Politik Luar Negeri Amerika Serikat era Presiden Barack Obama
2.2.1 Barack Obama
Barack Obama merupakan pria kelahiran 4 Agustus 1961 yang merupakan
putera dari Barack Hussein Obama senior merupakan pria kulit hitam asal
13
Kenya dengan ibunya wanita kulit putih Ann Dunham asal Kansas City. Obama
senior dan Ann Dunham bertemu saat mendapatkan beasiswa di East West
Center (University of Hawai, Honolulu). Perceraian antara Obama senior dan
Ann Dunham menikah dengan pria asal Indonesia yaitu Lolo Soetoro sehingga
membuat Obama junior yang ikut dengan ibunya tinggal di Jakarta selama 3,5
tahun sejak ia berumur 6 tahun. Obama pernah tinggal di Indonesia dan
sempat menjadi siswa SDN 01 Menteng di Jalan Besuki. 27 Sifat Obama junior
yang sangat sopan dan lunak sehingga dapat berbaur serta berkomunikasi
dengan siapapun merupakan sifat yang diwarisi dari ibunya Ann Dunham yang
sangat peduli dengan rakyat pra-sejahtera. Obama juga sangat menghargai
setiap orang bahkan setiap warga negaranya sehingga Obama menciptakan
citra positif yang cukup besar dipandangan masyarakat dunia terutama
masyarakat Amerika Serikat itu sendiri.
Obama pernah menjadi dosen hukum di Universitas Chicago dan
dengan kelihaiannya dalam berinteraksi membuat dirinya sangat dipandang
pintar dalam memikat orang. Setelah itu, Obama menjabat sebagai
koordinator dari para pengangguran yang terkena PHK dari Gerald Kellmandi
Chicago, Illionis. Pada saat itu Obama menjadikan pekerjaannya tersebut
menjadi batu loncatan untuk karir politiknya. 28 Ia memenangkan kompetisinya
sebagai senator di negara bagian Illions pada 1996 lalu Obama mencoba
memasuki senat Amerika Serikat. Kepintarannya dalam mengalahkan lawan-
lawan politiknya dalam senat Amerika Serikat membuat Obama mendapatkan
perhatian lebih dari masyarakat Amerika Serikat dan berpengaruh pada citra
karir politiknya. Lalu pada 2008, pada pemilu presiden Amerika Serikat ia maju
sebagai calon presiden Amerika Serikat dan bersaing dengan Hillary Clinton di
dalam partai Demokrat yang dimenangkan oleh Barack Obama setelah
kemenangan tersebut membuat Obama harus menaklukan lawan politiknya
dari partai Republik yaitu John McCain. Dalam kampanye McCain selalu
memojokkan Obama dengan warna kulit hitamnya, namun Obama tidak
menggubris dan menunjukkan tidak ada permusuhan antara warga kulit hitam
kulit putih dan Amerika Serikat pada saat itu hanya membutuhkan adanya
perubahan pasca terjadinya peristiwa WTC kearah yang lebih baik dan tetap
27
Ruslani dan Lulu Rahman (ed), (2009), “Barack Obama dari Jakarta Menuju Gedung Putih”, Jakarta: PT
Ufuk Publishing House, hal. 8
28
Ibid, hal. 61
14
menjaga dominasi Amerika Serikat dalam setiap kegiatan politik dunia dengan
cara mengedepankan soft power dan adanya kerjasama dengan negara-
negara lain.
29
The White House: President Barack Obama, (2018), “President Barack Obama”,
https://obamawhitehouse.archives.gov/administration/president-obama diakses pada 23 Januari 2018 pukul
15.57 WIB
30
Antara News, (2008), “Menelisik Warna Politik Luar Negeri Presiden Barack Obama”,
https://www.antaranews.com/berita/122996/menelisik-warna-politik-luar-negeri-presiden-barack-obama
diakses pada 24 Januari 2018 pukul 03.02 WIIB
15
America...We must use what has been called ‘smart power’
the full range of tools at our disposal”.31
31
Coen Husain Pontoh, (2008), “Meraba Kebijakan Luar Negeri Pemerintah Obama”,
http://democracyuprising.com/2008/12/04/meraba-kebijakan-luar-negeri-pemerintahan-barack-obama/
diakses pada 23 Januari 2018 pukul 17.33 WIB
32
Agus Setiawan (ed), (2009), “Obama Ajak Mulai Era Baru”, http://www.dw.com/id/obama-ajak-mulai-era-
baru/a-4720705 diakses pada 23 Januari 2018 pukul 19.08 WIB
33
Mark P. Lagon, “The Value of Values:Soft Power Under Obama”, Journal : World Affairs
16
b. Menghormati dan menghargai kerjasama-kerjasama yang terjalin
secara bilateral maupun multilateral
c. Mensosialisasikan kepentingan Amerika Serikat dengan cara yang
lebih bersahabat (soft power)
34
Jesse Lee, (2009), “Reaching Out to the Cuban People”,
https://obamawhitehouse.archives.gov/blog/2009/04/13/reaching-out-cuban-people diakses pada 16
November pukul 08.53 WIB
17
akan menjadi seorang pemimpin yang progresif bagi Amerika Serikat.35 Dalam
politik luar negeri pemerintahan Barack Obama terlihat jelas bahwa ia
menginginkan adanya pembangunan aliansi yang efektif dan relevan dengan
adanya kerjasama yang tetap. Selain itu, Obama juga terlihat mengganti arah
kebijakan Amerika Serikat kepada isu multilateralisme dimana pada sebelum
pemerintahannya lebih mengedepankan kekuatan militer sehingga pada hal ini
kekuatan militer akan dimanfaatkan dalam mempertahankan perdamaian di
dunia.
35
Ganesha T. D. Putro, (2012), “Representasi Presiden Terpilih Barack Obama: (Analisis Semiotika Roland
Barthes Sampul Depan&Belakang Majalah TIME Special Commerative Edition), Yogyakarta: Atma Jaya
Yogyakarta, hal. 1
18
BAB III
36
Hidayat Mukmin, (1981), “Pergolakan di Amerika Latin Dalam Dasawarsa Ini”, Jakarta: Ghalia Indonesia,
hal. 40-41
19
Kuba dalam menentang imperialisme Spanyol namun usaha ini tidak membuahkan
hasil baik bagi Kuba.37
Peristiwa-peristiwa pemberontakan Kuba atas penjajahan Spanyol memakan
korban jiwa cukup banyak terutama ada warga Amerika Serikat yang bertempat
tinggal di Kuba sehingga Amerika Serikat berupaya untuk melindungi warga
negaranya. Upaya Amerika Serikat ditunjukkan dengan pengiriman bantuan berupa
kapal perang “USS Maine”, namun kapal tersebut meledak lalu tenggelam di
Pelabuhan Havana. Amerika Serikat menduga bahwa tentara Spanyol yang melakukan
peledakan kapal “USS Maine” karena adanya klaim dari media, namun penyebab
meledaknya kapal tersebut tidak ditemukan. 38 Pada akhirnya, perang dinyatakan oleh
Amerika Serikat atas Spanyol di tanah Kuba. Pernyataan perang tersebut didasari atas
bantuan yang Amerika Serikat berikan untuk Kuba dalam memperjuangkan
kemerdekaannya serta ingin menghapuskan penjajahan Eropa yang ada di seluruh
daratan Amerika.
Upaya penghapusan penjajahan yang dilakukan Amerika Serikat berpegang
pada Doktrin Monroe oleh Presiden Monroe yang berisikan peringatan bahwa Amerika
Serikat tidak akan mentolerir kolonialisasi dan pembentukan negara boneka di
kawasan Amerika Latin oleh Eropa dan membantu negara-negara Amerika Latin dalam
mendapatkan kemerdekaannya. 39 Doktrin Monroe pun menjadi acuan bagi Amerika
Serikat untuk memerangi Spanyol di tanah Kuba sehingga terjadi Cuban-Spanish-
American war. Perang antara Spanyol dan Amerika merupakan peristiwa yang sangat
berpengaruh pada hubungan Amerika Serikat dengan Kuba karena sangat membantu
dalam mencapai kemerdekaan Kuba. Pada akhir dari peristiwa tersebut, Amerika
Serikat memenangkan perang tersebut dan Kuba mendapatkan kemerdekaanya. Tepat
pada 20 Mei 1902 Kuba resmi menjadi Republik Kuba dengan pemerintahan baru
Kuba.40
37
Global Security, (2011), “The Spanish-American War in Cuba”,
https://www.globalsecurity.org/military/ops/spanish_american-1.htm diakses pada 16 Oktober 2017 pukul
11.02 WIB
38
US Military, (2017), “Spanish American War”, https://www.usmilitary.com/3091/spanish-american-war/
diakses pada 16 Oktober 2017 pukul 13.55 WIB
39
Rizka Perdana, (2012), “Monroe Doctrine, Truman Doctrine, Nixon Doctrine,Bush Doctrine”,
http://rizkaperdana-fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-47838-Sistem%20Politik%20Amerika%20Serikat-
Monroe%20Doctrine,%20Truman%20Doctrine,%20Nixon%20Doctrine,%20Bush%20Doctrine.html
40
Louis A. Pérez, (1998), “Cuba Between Empire: 1878-1902” ,University of Pittsburgh, hal. 62
20
3.1.1 Platt Amandement
Kuba telah mendapatkan kemerdekaannya, segala bentuk penjajahan
Spanyol di tanah Kuba juga telah di hapuskan tetapi hal tersebut tidak
menjadikan Kuba sebagai negara yang benar-benar merdeka dan bebas
mengatur negara nya sendiri melainkan adanya intervensi yang dilakukan oleh
Amerika Serikat ke dalam konstitusi Kuba. Salah satunya dilihat dari adanya
Platt Amandement yang diberlakukan untuk Kuba pasca kemerdekaannya .
Pada awalnya, amandemen tersebut merupakan dokumen yang menyatakan
kemerdekaan Kuba sebagai sebuah negara melalui penarikan seluruh pasukan
militer Amerika Serikat dari tanah Kuba. Namun, selain merupakan dokumen
penarikan pasukan militer Amerika Serikat, Platt Amandement juga berisikan
persyaratan yang diberikan oleh Amerika Serikat untuk Kuba dan harus
menjadi bagian dari konstitusi Kuba. Persyaratan tersebut diantaranya
adalah:41
1. Kuba tidak akan membiarkan pihak asing menguasai atau menduduki wilayah
Kuba selain Amerika Serikat dengan kata lain tidak boleh ada campur tangan
pihak asing sama sekali masuk ke tanah Kuba selain Amerika Serikat.
2. Kuba mengizinkan Amerika Serikat melakukan intervensi guna menjaga
kemerdekaan Kuba.
3. Kuba memperbolehkan penyewaan dan pembelian tanah di wilayah Kuba oleh
Amerika Serikat untuk pembangunan pangkalan angkatan laut dan pos-pos
batu bara di wilayah Teluk Guantanamo.
Kuba tidak dapat menentang ketiga persyaratan diatas karena
Amerika Serikat telah membantu Kuba dalam mendapatkan kemerdekaannya
dari penjajahan Spanyol pada saat itu. Dengan adanya Platt Amandement,
membuat sebagian besar masyarakat Kuba terisolasi karena hal yang
dilakukan masyarakat semata-mata harus menurut pada arahan Amerika
Serikat sesuai dengan isi dari Platt Amandement.
21
Pada awalnya, Batista seorang pria kelahiran 1902 adalah perwira militer Kuba
dan bukan merupakan presiden terpilih Kuba, namun kedudukannya diperkuat
dan naik jabatan kepresidenan dengan adanya dukungan penuh Amerika
Serikat.42 Beliau menjabat sebagai presiden Kuba selama 2 periode yaitu pada
tahun 1933-1944 dan 1952-1959. Pada pemerintahan Batista di periode tahun
1952-1959 hubungan diplomatik antara Amerika Serikat dengan Kuba berjalan
mulus karena demi mencapai kepentingan utama Kuba yaitu bantuan ekonomi
dan militer dari Amerika Serikat guna mempertahankan kekuasaan nya dalam
pemerintahan Kuba karena masyarakat Kuba sendiri tidak mendukung
pemerintahan Batista karena kediktatoran dan tindakan korup dilakukan nya. 43
Keterpurukan dan kesenjangan pada masyarakat Kuba sangat terlihat pada
masa pemerintahan Batista karena banyak hasil-hasil dari sumber daya Kuba
dikuasai dan diberikan untuk pihak asing. Tidak sedikit kelompok masyarakat
yang melakukan pemberontakan untuk menggulingkan pemerintahan Batista
namun hal itu sulit dilakukan karena kediktatorannya.
Sebagian besar kebijakan pada pemerintahan Batista membuat
masyarakat Kuba sengsara. Seperti adanya rasisme pada masyarakat Kuba
yang multirasial, dimana warna kulit mempengaruhi hak masyarakat Kuba.
Rasisme yang dilakukan oleh Batista sangat berpihak kepada ras kulit putih
dan membuat ras kulit hitam terbelakang. Masyarakat Kuba terdiri dari
berbagai macam ras, ras kaukasoid dan ras negroid mendominasi Kuba pada
saat itu. Asal usul ras kaukasoid (kulit putih) berasal dari zaman kolonialisasi
Christopher Columbus namun ras negroid (kulit hitam) berasal dari budak-
budak yang membantu orang-orang kulit putih pada masa kolonialisasi. 44
Wujud rasisme yang terjadi pada saat itu seperti pelarangan orang kulit hitam
masuk ke salah satu klub yang sangat eksklusif kelas atas yaitu Havana Yacht
Club di Havana pusat kota Kuba.45 Selain adanya pelarangan tersebut, wujud
42
M. Arief Setiawan, (2014), “Revolusi Kuba: Trigger Perlawanan Negara-negara Amerika Latin”,
http://moch-arief-fisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail-141788-MBP%20Amerika%20Latin-
Revolusi%20Kuba:%20Trigger%20Perlawanan%20NegaraNegara%20Amerika%20Latin.html diakses pada
17 Oktober 2017 pukul 01.17 WIB
43
ThoughtCo., (2017), “Biography of Fulgencio Batista (Rise of Dicator)”,
https://www.thoughtco.com/biography-of- fulgencio-batista-2136360 diakses pada 21 Oktober 2017 pukul
11.21 WIB
44
U.S. Department of State Dispatch, (1993), “Fact sheet: Cuba”, ProQuest 8 (4), hal. 102
45
Louis A. Perez, (2003), “Cuba and the United States: Ties of Singular Intimacy”, Georgia: Georgia Press,
hal. 139
22
lain tindakan rasisme pada pemerintahan Batista meliputi beberapa hal
sebagai berikut :
Dilihat dari tabel diatas bahwa pada masa pemerintahan Batista dinilai
sangat berpihak kepada ras kulit kaukasoid (kulit putih) dan cenderung
merugikan ras negroid (kulit hitam). Hal tersebut membuat kondisi masyarakat
Kuba terutama ras kulit hitam terpuruk karena sulitnya mendapat keadilan
pada masa pemerintahan Fulgencio Batista.
Tidak hanya tindakan rasisme pada pemerintahan Batista yang
membuat Kuba dalam keadaan terpuruk melainkan adanya tindakan Amerika
Serikat yang memaksa Kuba untuk mengizinkan Amerika Serikat menyewa
Teluk Guantanamo yang diperkuat dengan adanya Platt Amandement.47 Teluk
Guantanamo sangat diminati oleh Amerika Serikat karena memiliki wilayah
strategis untuk dijadikan pangkalan angkatan laut Amerika Serikat dan stasiun
batu bara. Kuba juga merupakan wilayah yang sangat menarik bagi
perusahaan-perusahaan asing karena sektor industri nya yang sangat
berkembang pesat dan hal tersebut terjadi pada masa pemerintahan Fulgencio
46
Herbert Shapiro, (1999), “Racism in Prerevolutionary Cuba and Antiracism in the Cuban Celebration of
May Day”, ProQuest 12 (4): 411
47
Ferdinand Zaviera, (2007), “Fidel Castro Sampai Mati”, Jogjakarta: Garasi, hal. 20
23
saat wilayah Kuba terutama Havana diduduki oleh perusahaan-perusahaan
asing yang didukung oleh Amerika Serikat. Sebagian besar sektor industri di
Kuba pun dikuasai oleh perusahaan Amerika Serikat, seperti industri gula,
pariwisata, dan telekomunikasi (Cuban Telephone Company).48 Banyaknya
perusahaan asing yang menguasai sektor-sektor industri Kuba membuat
masyarakat Kuba tidak berkembang lebih baik di segala sektor melainkan
banyaknya eksploitasi sumber daya alam bahkan manusia di wilayah-wilayah
Kuba terutama untuk industri gula yang merupakan industri terbesar di Kuba.
Faktor-faktor tersebut memicu munculnya gerakan-gerakan perlawanan dari
masyarakat Kuba itu sendiri. Namun, gerakan perlawanan yang dilakukan oleh
masyarakat Kuba tidak semuanya berhasil melainkan hanya memperparah
keadaan dengan ditahannya para aktivis bahkan masyarakat Kuba yang
menentang Batista.
Keterpurukan yang dirasakan oleh sebagian besar masyarakat Kuba
membuat seorang aktivis muda bernama Fidel Castro bergerak untuk
memperjuangkan keadilan di tanah Kuba bagi masyarakat Kuba sendiri.
Keyakinan politik yang dianut oleh Castro bertentangan dengan kebijakan
Batista yang berupaya menjatuhkan para kelompok sosialis bekerjasama
dengan Amerika Serikat. Oleh karena itu, Castro memimpin para kaum
revolusioner Kuba serta berupaya menggulingkan pemerintahan Batista demi
mewujudkan keadilan di tanah Kuba. Berbagai macam upaya mulai dari
gugatan hukum hingga pembentukan pasukan gerakan bawah tanah guna
menggulingkan rezim Batista telah dilakukan oleh Castro. 49 Tepatnya pada Juli
1953 melakukan penyerangan ke barak militer Moncada yang bertujuan untuk
mencuri senjata-senjata yang akan digunakan pasukan gerakan bawah tanah
dan Castro dalam melakukan pemberontakan bersenjata namun serangan
tersebut digagalkan oleh pasukan militer Batista. Ia pun ditangkap oleh militer
Kuba dan dijatuhi hukuman selama 15 tahun penjara namun setelah itu ia
mendapat amnesti sehingga hanya menjalani penahanan selama 2 tahun. 50
Setelah Castro berhasil bebas dari penjara, ia tak mengurungkan niat
48
Ibid, hal. 27
49
Berdikari Online, (2016), “Fidel Castro, Legenda Revolusi dari Amerika Latin”,
http://www.berdikarionline.com/fidel-castro-legenda-revolusi-amerika-latin/ diakses pada 25 Oktober 2017
pukul 13.27 WIB
50
Mclaren dkk., (2004), "Che Guevara, Paulo Freire, and the Politics of Hope Reclaiming Critical Pedagogy",
Surabaya: Diglossia Media, hal. 163
24
sedikitpun dalam memperjuangkan keadilan masyarakat Kuba, melainkan ia
melanjutkan upaya nya tersebut dengan melarikan diri ke Meksiko guna
mengumpulkan pasukan untuk mewujudkan Revolusi Kuba.
51
Pambudi A., (2007), “Fidel Castro: 60 Tahun Menentang Amerika”, Yogyakarta: Narasi, hal. 63
52
Ibid, hal. 79
53
Andi Ayyub Ansarullah, (2017), “Faith-Based Diplomacy Paus Fransiskus dalam Normalisasi Hubungan
Amerika Serikat dan Kuba”, Universitas Hasanuddin, hal. 45
25
Amerika Serikat yang ada di Kuba seperti kebun tebu, tambang minyak, perusahaan
elektrik dan telepon bahkan beberapa bank serta Teluk Guantanamo yang sempat
disewakan kepada Amerika Serikat serta mengusir pasukan Amerika Serikat dari Teluk
Guantanamo.54 Merespon dari tindakan nasionalisasi aset-aset Amerika Serikat yang
dilakukan Kuba, Amerika Serikat memberlakukan embargo ekonomi terhadap Kuba
yaitu:55
1. Amerika Serikat melakukan pelarangan terhadap perusahaan minyaknya yang
berlokasi di Kuba untuk mengambil minyak dari Uni Soviet.
2. Pelarangan terhadap impor gula dari Kuba.
3. Menghentikan bantuan militer dan ekonomi untuk Kuba.
4. Pelarangan perjalanan wisatawan dari Amerika Serikat ke Kuba juga
sebaliknya
5. Pembatasan jumlah pengiriman uang ke Kuba
Kuba pun tak hanya diam melainkan Kuba mencoba mendekatkan diri dengan Uni
Soviet dan pemimpinnya Nikita Khurchev. Tujuan Kuba dalam melakukan pendekatan
dengan Uni Soviet pun dilatarbelakangi oleh upaya Kuba untuk mencari dukungan
dalam menghadapi Amerika Serikat.56 Kuba juga mendapat bantuan ekonomi dari Uni
Soviet menggantikan Amerika Serikat dimana Uni Soviet mengimpor gula Kuba setiap
tahun. Amerika Serikat semakin geram dengan Kuba yang melakukan pendekatan
dengan musuh besarnya yaitu Uni Soviet.
Dengan tindakan Kuba yang terlihat jelas memihak pada musuh besar Amerika
Serikat yaitu Uni Soviet, maka dibawah masa pemerintahan Eisenhower tepatnya pada
3 Juni 1961 Amerika Serikat melakukan pemutusan hubungan diplomatik nya dengan
Kuba dan menarik kedutaan besarnya dari Kuba. 57 Berlanjut pada masa pemerintahan
John F. Kennedy yang juga mempertahankan tekanan untuk Kuba. Dibawah
pemerintahan John F. Kennedy, Amerika Serikat melakukan invasi teluk babi pada 17
April 1961 dengan personil sekitar 1.200 yang merupakan orang buangan Kuba dan
54
Ibid, hal. 46
55
Rene B. Kusnadi, (2001), “Politik Luar Negeri Amerika Serikat terhadap Kuba pada Masa Pemerintahan
Clinton (1993-1999)”, Depok: Universitas Indonesia, hal. 2
56
Gillian Gunn, (1993), “Cuba in Transition: Option for U.S. Policy”, New York: The Twentieth Century Fund
Press, hal. 14
57
Viva, (2016), “3-12-1961: AS Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Kuba”,
http://www.viva.co.id/berita/dunia/718068-3-12-1961-as-putuskan-hubungan-diplomatik-dengan-kuba
diakses pada 4 November 2017 pukul 08.32 WIB
26
dipersenjatai dengan senjata ringan Amerika.58 Namun, invasi tersebut dapat
digagalkan dengan mudah karena Castro sebelumnya telah mengetahui berita tentang
penyerangan tersebut sehingga ia telah bertindak terlebih dahulu dengan
memindahkan persenjataan dan pesawat serta kapal ke tempat lain guna mengecoh
rencana dari pasukan yang akan melakukan invasi tersebut. Invasi teluk babi yang
dilakukan Amerika Serikat dibawah pemerintahan John F. Kennedy pada 1961
merupakan kegagalan militer paling memalukan bagi Amerika Serikat. 59 Kebocoran
informasi yang terjadi membuat Kuba dapat menghadapi invasi tersebut dengan baik
dan sigap tanpa mengalami kerugian yang signifikan dibawah pemerintahan Castro.
Setelah peristiwa itu, Kuba menerima bantuan militer Uni Soviet berupa rudal dan
pembangunan pangkalan rudal di Kuba dan hal tersebut memicu peristiwa Krisis Misil
Kuba pada 1962. Namun, peristiwa tersebut dapat diselesaikan melalui negosiasi
diantara Uni Soviet dan Amerika Serikat yang menghasilkan penarikan kembali rudal
Amerika Serikat di Turki dan penarikan kembali rudal Uni Soviet di Kuba. Berbeda
dengan pemerintahan John F. Kennedy, pada masa Jimmy Carter pada 1977
hubungan Amerika Serikat dengan Kuba berubah kearah lebih positif dengan adanya
pencabutan embargo ekonomi dan mengizinkan perjalanan pariwisata atau kunjungan
masyarakat dari Amerika Serikat ke Kuba atau sebaliknya serta penghapusan
pembatasan pengiriman uang ke Kuba.60 Namun, pada pemerintahan presiden Ronald
Reagan tahun 1981, politik Amerika Serikat terhadap Kuba berorientasi agar fokus
dalam upaya menjadikan Kuba negara demokrasi dengan memasukkan Kuba kedalam
daftar negara terorisme pada Januari 1982 bersama dengan Iran,Korea Utara, Libya,
dan Nikaragua.
Seiring dengan perkembangan kebijakan di Amerika Serikat, presiden George
H. W. Bush sr. justru memperketat kebijakan embargo yaitu pengiriman uang dan
kunjungan ke Amerika Serikat–Kuba ataupun sebaliknya sehingga pendapatan pada
sektor pariwisata Kuba menurun menjadi 50 dollar perhari yang sebelumnya 164
dollar.61 Embargo ekonomi Amerika Serikat semakin diperketat pada masa
pemerintahan presiden Bill Clinton (1993) yang mengeluarkan Cuban Democracy Act
58
The Day in History, (2016), “1961-The Bay of Pig Invasion Begins”, http://www.history.com/this-day-in-
history/the-bay-of-pigs-invasion-begins diakses pada 4 November 2017 pukul 10.28 WIB
59
Bowie News Online, (2016), “The Bay of Pigs invasion begins”, http://bowienewsonline.com/2016/04/the-
bay-of-pigs-invasion-begins/ diakses pada 4 November 2017 pukul 11.15 WIB
60
Mark P. Sullivan, (2016), “Cuba: U.S Restrictions on Travel and Remittances”, Latin American:
Congressional Research Service, hal. 1
61
ANTIWAR, Jim Loe, (2004), “Bush Tightens Cuba Embargo”,
http://www.antiwar.com/lobe/?articleid=2493 diakses pada 4 November 2017 pukul 18.34 WIB
27
yang berisikan sanksi-sanksi baru untuk Kuba dikarenakan adanya penolakan Castro
dalam upaya demokratisasi Kuba serta penindasan hak asasi manusia oleh
pemerintahannya dimana terdapat batasan dalam ruang gerak orang-orang Kuba
dalam kebebasan bersuara, berekspresi, dan hak lain-lainnya yang dialami oleh
masyarakat Kuba.62 Namun, upaya Amerika Serikat dalam sanksi-sanksi tersebut tidak
membuahkan hasil sehingga presiden Bill Clinton mengeluarkan sanksi baru yang
dinamakan Helms-Burton Act yang berisikan pembatasan pemberian bantuan dan
jangkauan bisnis terhadap Kuba dan semakin memperketat embargo melalui
pelarangan perusahaan-perusahaan milik Amerika Serikat melakukan kegiatan
ekonomi dengan Kuba.63 Serta adanya kebijakan “Wet Foot, Dry Foot” yaitu setiap
warga Kuba yang ingin melakukan perjalanan ke Amerika Serikat apabila tertangkap di
lautan maka ia akan dikembalikan ke Kuba, namun apabila warga Kuba telah sampai
ke wilayah Amerika Serikat maka prosesnya menjadi warga negara Amerika Serikat
akan dipermudah. Kebijakan-kebijakan tersebut membuat keadaan perekonomian
Kuba terisolasi karena terbatasnya kerjasama yang dapat dilakukan Kuba dengan
perusahaan asing terutama perusahaan Amerika Serikat serta Kuba banyak kehilangan
warga negaranya. Selanjutnya, pada masa pemerintahan George W. Bush jr. (2001)
Amerika Serikat tetap mempertahankan tekanannya terhadap Kuba. 64 Hal tersebut
juga disebabkan adanya peristiwa 9/11 dimana kebijakan luar negeri Amerika Serikat
lebih terbuka untuk memerangi Terorisme. Namun, dengan terpilihnya presiden
Barrack Obama pada 2009 maka dibentuk pula kebijakan baru untuk Kuba ke arah
yang lebih positif. Kebijakan presiden Barrack Obama dianggap lebih lunak terhadap
Kuba dan mengedepankan jalur diplomasi dalam penyelesaian masalah antara Amerika
Serikat dan Kuba. Terutama pada tahun 2014 dimana adanya kesepakatan dari kedua
negara untuk melakukan normalisasi hubungan diplomatik serta terdapat kebijakan-
kebijakan yang sangat mempengaruhi keberlangsungan hubungan kedua negara di
masa depan.
62
Cuban Democracy Act (“CDA”) dalam https://www.treasury.gov/resource-
center/sanctions/Documents/cda.pdf diakses pada 6 November 2017 pukul 19.10 WIB
63
Helms-Burton Act: Resurrecting the Iron Curtain dalam http://www.coha.org/helms-burton-act-
resurrecting-the-iron-curtain/ diakses pada 7 November 2017 pukul 13.27 WIB
64
Michele Zebich-Knos&Heathe Nora Nicol, (2005), “Foreign Policy Toward Cuba: Isolation or
Engagement?”, Lexington Books, hal. 35
28
3.3 Normalisasi hubungan diplomatik Amerika Serikat dengan Kuba
Terpilihnya Obama sebagai presiden Amerika Serikat menggantikan George W.
Bush menjadi acuan perubahan bagi kelangsungan politik dan serta citra Amerika
Serikat di mata internasional dengan pendekatan kultural serta citra positif yang
dimilikinya sejak ia menjadi seorang senator. 65 Berikut adalah tahapan-tahapan
penting saat Amerika Serikat dan Kuba melaksanakan normalisasi hubungan
diplomatik mereka dibawah pemerintahan presiden Barack Obama dan Raul Casto.
Tahapan penting terdiri dari tanggal-tanggal penting yang menjadi sejarah baru bagi
perjalanan hubungan diplomatik kedua negara. Dimana pada tanggal-tanggal tersebut
terdapat perubahan-perubahan yang dilakukan oleh kedua negara dan menjadi bagian
dari proses normalisasi hubungan diplomatik antara Amerika Serikat dan Kuba.
Tanggal Proses
17 Desember 2014 Barack Obama dan Raul Castro mencapai kesepakatan
normalisasi hubungan diplomatik antara Amerika Serikat dan
Kuba. Serta pada bulan yang sama adanya pertukaran tahanan
menjadi tanda dimulainya normalisasi hubungan diplomatik.
11 April 2015 Pertemuan Obama dan Raul Castro pada KTT Kawasan Amerika
di Panama yang membicarakan kelanjutan normalisasi hubungan
diplomatik kedua negara.
15 April 2015 Obama berinisiatif untuk menghapus Kuba dari daftar negara
sponsor terorisme dan bernegosiasi dengan Kongres Amerika
Serikat.
29 Mei 2015 Amerika Serikat resmi menghapus Kuba dari daftar negara
sponsor terorisme.
65
Ganesha T.D. Putro, (2012), “Representasi Presiden Terpilih Barack Obama : (Analisis Semiotika Roland
Barthes pada Sampul Depan & Belakang Majalah TIME Special Commemorative Edition), Yogyakarta:
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Jurusan Ilmu Komunikasi Atma Jaya, hal. 1
29
Amerika Serikat.
Sumber : Hasil Wawancara dengan Staff Sub. Div. 3 Dirjen Amerika 1 Kementerian
Luar Negeri Indonesia66
Pada 17 Desember 2014 Amerika Serikat dan Kuba berhasil membuat kesepakatan
bersama untuk memulai normalisasi mengingat sebelumnya hubungan kedua negara
tersebut sempat membeku dalam beberapa dekade, tercapainya kesepakatan tersebut
tentu tidak terjadi begitu saja melainkan dengan proses negosiasi yang cukup panjang
dan melibatkan pihak-pihak lain seperti para vatikan.67 Pada saat itu Obama juga
membuat pernyataan di ruang kabinet Gedung Putih, hal yang disampaikan yaitu:
“In the most significant changes in our policy in more
than fifty years, we will end an outdated approach that,
for decades, has failed to advance our interests, and
instead we will begin to normalize relations between our
two countries. Through these changes, we intend to
create more opportunities for the American and Cuban
people, and begin a new chapter among the nations of
the Americas.”68
Dilanjutkan dengan adanya pertukaran tahanan diantara kedua negara yaitu Kuba
yang membebaskan Alan Gross seorang anggota sub kontraktor United States Agency
for International Development (USAID) yang ditangkap dengan tuduhan ingin
menggulingkan pemerintahan Kuba dengan membuat jaringan komunikasi di Kuba dan
Amerika Serikat yang membebaskan The Cuban Five yang merupakan sekelompok
mata-mata Kuba di Amerika Serikat. Pertukaran tahanan yang dilakukan oleh kedua
negara juga menjadi sebuah titik awal dari normalisasi tersebut. Kejadian penting saat
66
Bahana Menggala Bara, (2017), Sub.div. 3 Direktorat Amerika 1 Direktorat jenderal Amerika-Eropa,
Jakarta: Kementerian Luar Negeri Indonesia, Wawancara, 12 Desember.
67
ANTARA News, (2014), “Paus dan Dunia Selamati Normalisasi Hubungan AS Kuba”,
https://www.antaranews.com/berita/469787/paus-dan-dunia-selamati-normalisasi-hubungan-as-kuba
diakses pada 26 November 2017 pukul 06.38 WIB
68
The White House President Barack Obama, (2014), “Statement by the President on Cuba Policy Changes”,
https://obamawhitehouse.archives.gov/the-press-office/2014/12/17/statement-president-cuba-policy-
changes diakses pada 26 November 2017 pukul 03.03 WIB
30
awal normalisasi juga ada pada 11 April 2015 tepatnya pada saat KTT Kawasan
Amerika yang diadakan di Panama. Kala itu Obama dan Castro di sela-sela konferensi
membicarakan tentang kelanjutan normalisasi yang selama ini didambakan oleh
masyarakat Kuba maupun Amerika Serikat. 69 Dengan perbincangan yang cukup hangat
mengenai kelanjutan normalisasi kedua negara tersebut, presiden Amerika Serikat
Barack Obama mengatakan,
“Our Governments will continue to have differences, at
the same time, we agreed that we can continue to take
steps forward that advance our mutual interests.” 70
Berlanjut dari pembicaraan tersebut, Obama berinisiatif untuk mengusulkan
Kuba dihapus dari daftar negara yang mensponsori terorisme pada 15 April 2015, hal
itu dilakukan Obama dengan upaya berbagai macam negosiasi antara Obama dengan
Kongres mengingat di Kuba juga terdapat banyak aksi terorisme yang mengakibatkan
banyaknya warga Kuba menjadi korban dan pada akhirnya pemerintah Amerika Serikat
resmi mencabut Kuba dari daftar negara sponsor terorisme pada 29 Mei 2015. 71
Sebelum melaksanakan kebijakan lainnya, Presiden Barack Obama mengirimkan surat
kepada Presiden Raul Castro yang berisikan konfirmasi bahwa Amerika Serikat serius
dalam pelaksanaan normalisasi hubungan diplomatik kedua negara dan pada saat
yang sama Presiden Raul Castro juga menyatakan hal yang sama dengan balasan
surat yang ditujukan kepada Obama.
Selanjutnya, tepat pada 20 Juli 2015 Kuba membuka kedutaan besarnya di
Washington DC. Amerika Serikat pun diwakili oleh Menteri Luar Negerinya, John Kerry
juga resmi membuka kantor kedutaan nya di Havana 14 Agustus 2015. Hari itu
merupakan sejarah baru bagi kedua negara dimana terlihat bendera Amerika Serikat
kembali berkibar di depan kantor kedutaannya di Havana, begitupula bendera Kuba
yang berkibar di kantor kedutaannya di Washington DC. 72 Puncak tahapan proses
normalisasi yang dilakukan Amerika Serikat pun terjadi pada 21 Maret 2016 dimana
69
Seohyeong Yang, (2016), “President Obama in Cuba, Another Step for the Normalization of Relation: As
the U.S. President Visits Havana”, Council on Hemispheric Affairs, hal. 2
70
New York Times, (2015, 11 April), “Obama meets Raul Castro, Making History”,
https://www.nytimes.com/2015/04/12/world/americas/obama-cuba-summit-of-the-americas.html?_r=0
diakses pada 26 November 2017 pukul 05.06 WIB
71
Washington Post, (2015), “Obama Removes Cuba From the List of State Sponsors of Terrorism”,
https://www.washingtonpost.com/world/national-security/obama-removes-cuba-from-the-list-states-
sponsors-ofterrorism/2015/04/14/8f7dbd2e-e2d9-11e4-
81ea0649268f729e_story.html?utm_term=.1b64a8ad717b&wpmk=MK0000203 diakses pada 27 November
pukul 13.47 WIB
72
New York Times, (2015, 20 Juli), “U.S.and Cuba Reopen Long-Closed Embassies”, diakses pada 27
November 2017 pukul 19.34 WIB
31
Obama melakukan kunjungan kenegaraan ke Havana untuk pertama kalinya setelah
lebih dari 50 tahun. Castro pun menyambut kedatangan Obama dengan sangat
antusias dan memanfaatkan kesempatan itu untuk mendiskusikan langkah selanjutnya
bagi kedua negara untuk kelangsungan kerjasama jangka panjang mereka. 73 Dalam
kunjungan tersebut Obama bersama istrinya Michelle Obama disambut baik oleh
masyarakat Kuba yang sangat menantikan momen bersejarah tersebut dimana para
presiden Amerika Serikat sebelum Obama tidak pernah melakukan kunjungan
kenegaraan setelah putusnya hubungan diantara kedua negara tersebut sejak 1961.
73
Foreign Policy Cuba, https://www.whitehouse.gov/issues/foreign-policy/cuba”, diakses pada 27 November
2017 pukul 21.09 WIB
74
Yulia Indah Pratiwi, (2017), “Normalisasi Hubungan Diplomatik AS-Kuba di Era Presiden Barack Obama
2009-2016:(Analisa Konstruktivis)”, Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/10908/G.BAB%20III.pdf?sequence=7&isAllowed=y
pada 25 November 2017 pukul 23.33 WIB
75
M. Bayu Saputra, Dewi Triwahyuni, & Prof. Dr. J. M. Papasi, “Pengaruh Idiosyncratic Raul Castro
Hubungan Luar Negeri Kuba-Amerika Serikat”, Jurnal HI Unikom 4: hal. 4
32
hubungan diantara kedua negara, yaitu dibuka kembalinya kedutaan besar
Amerika Serikat di Havana ibu kota Kuba, berubahnya kebijakan
perjalanan wisata dari Amerika Serikat ke Kuba ataupun sebaliknya, dan
dicabutnya kebijakan Wet Foot Dry Foot oleh presiden Obama di
penghujung masa jabatannya. Dari berbagai macam kebijakan yang telah
dilakukan oleh Amerika Serikat dalam normalisasi.
76
Niken Larasati, (2017), “Kebijakan Amerika Serikat untuk Mempertahankan Embargo Ekonomi Terhadap
Kuba Pasca Normalisasi Hubungan Kedua Negara”,
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/10279/%287%29%20Bab%20III.pdf?sequence=7
&isAllowed=y , hal. 75, diakses pada 26 November 2017 pukul 02.27 WIB
33
hubungan diplomatiknya dengan Kuba. Dimana dengan adanya kebijakan
yang mengizinkan warga Amerika Serikat bepergian ke Kuba tanpa harus
memenuhi persyaratan yang berbelit-belit maka keberhasilan normalisasi
akan lebih mudah terwujud. Pelonggaran tersebut berupa adanya
penentuan kepentingan yang dapat diutamakan untuk diizinkan
melakukan perjalanan wisata. Obama menyatakan apabila ada warga
Amerika Serikat yang ingin melakukan perjalanan ke Kuba tanpa
mengantongi izin dari Kantor Pengawasan Aset Luar Negeri Amerika
Serikat akan disetujui selama tetap pada kepentingan kunjungan yang
telah ditentukan. Kepentingan tersebut adalah: 77
1. Kunjungan keluarga
2. Kegiatan pendidikan
3. Kegiatan keagamaan
4. Bisnis secara resmi (pemerintahan Amerika Serikat, asing, atau
organisasi antar pemerintah)
5. Kegiatan jurnalistik
6. Pertemuan untuk penelitian dan professional
7. Pertunjukan publik, klinik, kompetisi dan pameran
8. Proyek kemanusiaan
9. Dukungan terhadap rakyat Kuba
10. Kegiatan penelitian dari yayasan swasta ataupun lembaga pendidikan
11. Kegiatan ekspor, impor, atau informasi transmisi/bahan
12. Transaksi ekspor tertentu yang dipertimbangkan untuk otorisasi oleh
peraturan serta pedoman yang berlaku
77
Lilley B. Mathis, (2015), “Prior Approval No Longer Required as of Friday for 12 Types of Travel to Cuba”,
http://www.slate.com/blogs/the_slatest/2015/01/15/cuba_travel_categories_12_types_of_visit_leg
ally_allowed_without_prior_permission.html diakses pada 26 November pukul 08.03 WIB
34
perjalanan yang akan dilakukan oleh warga Amerika Serikat akan lebih
mudah.
78
Voa Indonesia, (2017), “Obama Akhiri Kebijakan Suaka Khusus untuk Migran Kuba”,
https://www.voaindonesia.com/a/obama-akhiri-kebijakan-suaka-khusus-untuk-migran-kuba/3675726.html
diakses pada 27 November pukul 12.14 WIB
79
The Guardian, (2017), “Obama ends ‘wet foot, dry foot’ policy for Cuban immigrants”,
https://www.theguardian.com/world/2017/jan/12/obama-ends-cuba-immigration-policy-wet-foot-dry-foot
diakses pada 27 November 2017 pukul 18.39 WIB
80
Bahana Menggala Bara, (2017), Sub.div. 3 Direktorat Amerika 1 Direktorat jenderal Amerika-Eropa,
Jakarta: Kementerian Luar Negeri Indonesia, Wawancara, 12 Desember.
35
karena Amerika Serikat tidak lagi memperlakukan imigran Kuba secara
khusus.
a. Bidang Ekonomi
Kerjasama bidang ekonomi yang cukup menonjol saat kedua negara menjalin
normalisasi adalah kerjasama pariwisata antar kedua negara. Kerjasama
tersebut meliputi adanya kerjasama penerbangan serta pembukaan hotel milik
perusahaan Amerika Serikat di Kuba yaitu Starwoods Hotels & Resort
Worlwide merupakan hotel pertama milik perusahaan Amerika Serikat yang
menandatangani kesepakatan kerjasama dalam mengelola hotel tersebut. 81
Keberadaan hotel tersebut di Kuba merupakan wujud dari adanya kerjasama
antar kedua negara pada bidan perhotelan. Kerjasama penerbangan yang
dilakukan Amerika Serikat dengan Kuba juga berpengaruh besar pada lonjakan
wisatawan yang mendatangi Kuba. Pasalnya sejak dibukanya kerjasama
penerbangan pada Desember 2015, banyak warga Amerika Serikat-Kuba yang
mulai melakukan saling kunjung untuk keluarganya, selain itu juga adanya
para pebisnis yang mencoba untuk mencari peluang di Kuba guna
mengembangkan bisnisnya.82 Dapat terlihat jelas dengan adanya kerjasama
ekonomi antar kedua negara yang didukung oleh kebijakan-kebijakan yang
telah memperbolehkan adanya kegiatan ekonomi antar kedua negara, akan
membawa keuntungan signifikan bagi pertumbuhan ekonomi kedua negara.
81
Reuters, Marc Frank, (2016), “Starwood signs first U.S.-Cuba hotel deal since 1959 revolution”,
https://www.reuters.com/article/us-usa-cuba-hotels/starwood-signs-first-u-s-cuba-hotel-deal-since-1959-
revolution-idUSKCN0WL0ZH diakses pada 27 November 2017 pukul 19.13 WIB
82
CNN Indonesia, (2016), “Maskapai AS Berebut Rute Penerbangan ke Kuba”,
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20160303100334-134-115051/maskapai-as-berebut-rute-
penerbangan-ke-kuba diakses pada 27 November pukul 20.54 WIB
36
b. Bidang Teknologi
Kerjasama pada bidang ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas
perekonomian, pendidikan, kesehatan, demokrasi dan terutama terkait
permasalahan HAM di Kuba. Langkah Amerika Serikat disini adalah dengan
memperkuat akses internet serta layanan telepon seluler yang ada di Kuba
melalui empat perusahaan telekomunikasi milik Amerika Serikat seperti
Verizon, Sprint, Airbnb, dan Netflix yang telah beroperasi di Kuba. Serta
pemerintah Kuba yang mennyediakan hotspot di beberapa titik wilayah.
Kerjasama ini juga mengurangi biaya pemakaian internet yang sebelumnya
cukup mahal dan hanya dapat digunakan oleh kaum-kaum intelektual serta
para pekerja.83 Mengingat teknologi dan komunikasi adalah hal yang sangat
penting bagi suatu negara dalam pertukaran informasi terutama dalam
mengahapi era globalisasi saat ini, apabila suatu negara tidak memperhatikan
hal-hal tersebut maka akan berdampak pada warga-warga nya akan
terbelakang dalam hal informasi dan terisolasi di dalam negara itu sendiri.
c. Bidang Kesehatan
Kerjasama pada bidang kesehatan yang dilakukan Amerika Serikat dan Kuba
didasari dengan Amerika Serikat yang merupakan salah satu negara pemilik
anggaran yang cukup besar pada bidang kesehatan namun memiliki angka
kematian di usia muda dan kematian tidak jelas yang cukup tinggi. Tetapi
Kuba merupakan negara yang terbilang miskin namun dapat menyediakan
sarana kesehatan yang cukup baik untuk masyarakatnya sehingga Kuba
menjadikan kesehatan sebagai pembuka jalan dalam menjalin kerjasama
dengan negara-negara lain di dunia.84 Dengan alasan tersebut maka Amerika
Serikat dan Kuba menjalin kerjasama karena meskipun Kuba memiliki
keunggulan pada system kesehatannya tetapi Kuba memiliki masalah dalam
peralatan kesehatan yang modern sehingga Amerika Serikat yang lebih unggul
pada bidang teknologi kesehatan namun rendah dalam sistem kesehatannya
akan membuat kerjasama tersebut berjalan maksimal.
d. Bidang Pendidikan
83
Irene Jessica Kalangi, (2016), “Hubungan Bilateral Kuba-Amerika Serikat pada Masa Pemerintahan Raul
Castro”, Makassar: Universitas Hassanudin, hal 35.
84
Fitriana Ferderika Totoda, (2017), “Upaya Amerika Serikat dalam Normalisasi Hubungan DIplomatik
Terhadap Kuba Tahun 2013-2016”, eJournal Ilmu Hubungan Internasional FISIP Universitas Mulawarman
6(1): 354-355.
37
Amerika Serikat dan Kuba menjalin kerjasama di bidang pendidikan diawali
dengan partisipasi Kuba untuk pertama kalinya dalam Fellowship Program
Hubert H. Humprey. Program tersebut membawa 200 mid-career professional
yang berasal dari negara-negara berkembang ke Amerika Serikat dengan
tujuan melakukan studi non-gelar dan mencari pengalaman kerja. 85 Selain itu,
Amerika Serikat dan Kuba juga melakukan pertukaran mahasiswa yang
berfokus pada bidang-bidang kewirausahaan seperti manajemen pertanian,
bisnis dan inovasi sosial, lingkungan dan energi berkelanjutan, pembelajaran
bahasa, perdagangan dan pembangunan internasional, serta studi
infrastruktur dan kolaborasi budaya. Hal-hal tersebut dilakukan guna
memajukan kualitas sumber daya manusia di kedua negara terutama di Kuba
sebagai negara berkembang yang membutuhkan kemampuan-kemampuan
professional yang tinggi dalam pembangunan di negara tersebut.
85
The White House President Barack Obama, (2016), “FACT SHEET: United States-Cuba Relationship”,
https://obamawhitehouse.archives.gov/the-press-office/2016/03/21/fact-sheet-united-states-cuba-
relationship diakses pada 29 November 2017 pukul 12.19 WIB
38
BAB IV
39
mencukupi kebutuhannya. Dalam hal ini, Amerika Serikat memiliki kepentingan
ekonominya sendiri dalam melakukan normalisasi karena tentu sebagai sebuah negara
akan mengutamakan adanya keuntungan dibanding kerugian dalam menentukan
sebuah kebijakan.
Terdapat 3 faktor yang juga merupakan pertimbangan dari Amerika Serikat dalam
normalisasi hubungan diplomatiknya dengan Kuba di bidang ekonomi, yaitu: 86
1. Dengan adanya normalisasi hubungan diplomatik, hubungan perekonomian
antara Amerika Serikat dan Kuba akan mengalami perkembangan kearah
yang lebih luas. Hal tersebut dikarenakan adanya ekspansi ekspor yang
dibutuhkan Kuba dalam menjalankan normalisasi yang tentu akan
menghasilkan peningkatan jumlah impor dari setiap negara yang menjadikan
Kuba sebagai mitra dagangnya.
2. Dibawah kepemimpinan Raul Castro, kebijakan Kuba terkait perdagangan,
investasi asing dan pariwisata tidak akan mengalami perubahan yang berarti
bagi Amerika Serikat sehingga tidak berpengaruh bagi jalannya normalisasi
hubungan diplomatik kedua negara.
3. Perdagangan dan investasi Amerika Serika di Kuba akan mempengaruhi
hubungan Amerika Serikat dan Kuba dimana terdapat perluasan terhadap
perizinan ekspor di Kuba serta adanya kerjasama yang bersifat kuat dan
terbuka antara Amerika Serikat dan Kuba sehingga akan berpeluang besar
dalam mendapatkan keuntungan.
Faktor-faktor tersebut akan mendorong adanya pertimbangan bagi Amerika
Serikat dalam normalisasi hubungan diplomatiknya terutama pada pencabutan
embargo yang diterapkan Amerika Serikat terhadap Kuba yang diupayakan oleh
Barack Obama sebagai presiden Amerika Serikat. Selain adanya faktor
pertimbangan tersebut, dengan diterapkannya kebijakan dari Amerika Serikat oleh
Barack Obama yang memudahkan perjalanan wisata Amerika Serikat ke Kuba
yang telah dipaparkan pada Bab III dimana selama perjalanan yang dilakukan
sesuai dengan 12 kriteria yang telah disetujui presiden Barack Obama maka
semakin berdampak pada kemudahan Amerika Serikat mencapai kepentingan
ekonomi nya di Kuba.
86
Arch Ritter, (2016), “Canada-Cuba Economic Relation: An Update”,
https://thecubaneconomy.com/articles/tag/foreign-investment/ diakses pada 26 Januari 2016 pukul 15.32
WIB
40
Kepentingan-kepentingan Amerika Serikat dalam normalisasi mengarah pada
perluasan investasinya di Kuba karena dengan adanya normalisasi memberi
peluang besar bagi terbukanya pasar ekonomi Kuba untuk perusahaan-
perusahaan asal Amerika Serikat dalam mencari keuntungan. Dengan melakukan
investasi maka akan memberikan dampak pada perluasan pasar ekonomi dan
berkembangnya teknologi lokal, adanya peningkatan daya saing industri ekspor
Amerika Serikat, serta akan meningkatkan jumlah pajak pendapatan dan
pendapatan nasional sekaligus meningkatkan daya nilai mata uang lokal guna
membiayai kegiatan impor. Tentu dalam mencapai kepentingan tersebut Obama
mengupayakan adanya penghapusan embargo untuk Kuba agar kepentingan
Amerika Serikat dalam memerluas pasarnya akan lebih mudah tercapai. Maka dari
itu Amerika Serikat dibawah kepemimpinan Barack Obama yang cenderung
menggunakan “smart power” sebagai arah politik luar negerinya melakukan
normalisasi hubungan diplomatiknya dengan Kuba dengan adanya pertimbangan
dan pilihan yang bersifat masuk akal dan akan memberikan keuntungan bagi
tercapainya kepentingan nasional Amerika Serikat pada bidang ekonomi.
87
Juan Cole, (2009), “Think Again: Think Again 9/11”, http://foreignpolicy.com/2009/10/15/think-again-911/
diakses pada 27 Januari2018 pukul 19.01 WIB
41
mengembalikan citra Amerika Serikat di kawasan regional Amerika Latin. Tiongkok
merupakan negara komunis dimana sesuai dengan sebagian besar ideologi
negara-negara di kawasan Amerika Latin akan semakin mudah memperluaas
hegemoni nya.
Adanya tekanan-tekanan regional dan domestik yang diperoleh
Amerika Serikat merupakan faktor-faktor yang membuat Obama mengupayakan
kembali adanya perluasan hegemoni Amerika Serikat dengan memperbaiki
citranya. Tekanan regional yang didapat tentu dari kawasan Amerika Latin yang
berlangsung ketika adanya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) negara-negara
Amerika yang ke VII. Dimana pada KTT tersebut para pemimpin negara-negara
Amerika Latin mendominasi adanya pemboikotan KTT selama Kuba masih
mendapat larangan untuk mengikuti KTT kawasan Amerika, sehingga Obama yang
memiliki arah kebijakan yang lebih mengutamakan berdiskusi atau negosiasi
melakukan negosiasi dengan Kuba agar ikutserta kedalam KTT.88 Dengan adanya
ancaman pemboikotan menjadikan Barack Obama dengan sigap mengambil
langkah tersebut, karena sebuah tindakan boikot tidk hanya akan merusak
hubungan bilateral antara Amerika Serikat dengan negara-negara kawasan
Amerika Latin melainkan adanya potensi untuk mengganggu kestabilan organisasi-
organisasi yang Amerika Serikat dan negara-negara Amerika Latin jalani. Selain
tekanan dari negara-negara kawasan Amerika Latin, Amerika Serikat juga
mendapat tekanan dari lingkungan domestiknnya seperti dari masyarakat Amerika
Serikat yang menyetujui adanya normalisasi karena mereka percaya bahwa
normalisasi akan memunculkan dampak baik bagi kedua negara terutama utuk
warga Amerika Serikat yang memiliki anggota keluarga di Kuba. Selain masyarakat
Amerika Serikat itu sendiri, para petani juga melakukan tekanan terhadap
pemerintah Amerika Serikat untuk diwujudkannya normalisasi hubungan
diplomatik dengan Kuba karena adanya keberadaan embargo yang merupakan
tembok penghalang untuk memperluas penjualan hasil panen mereka di Kuba.
Kuba juga sudah tidak lagi menjadi ancaaman untuk Amerika Serikat pada era
saat ini pasca runtuhnya Uni Soviet yang merupakan akhir dari perang dingin,
karena runtuhnya Uni Soviet membuat kekuatan militer Kuba mengalami
pennurunan dan akhirnya Kuba hanya memfokuskan pada kebijakan militer dalam
88
Deschamps Marior, (2016), “5 Alasan Mengapa Obama Merubah Kebijakannya Terhadap Kuba”,
http://www.berdikarionline.com/5-alasan-mengapa-obama-mengubah-kebijakan-as-terhadap-kuba/ diakses
pada 27 Januari 2018 pukul 21.08 WIB
42
negerinya. Jadi, hal tersebut yang semakin memperkuat Obama dalam
meyakinkan diri bahwa Amerika Serikat dapat melakukan normalisasi hubungan
dilomatiknya dengan Kuba.
Tekanan-tekanan yang didapat Amerika Serikat telah menjadi pertimbangan
bagi negara tersebut untuk melakukan normalisasi hubungan diplomatiknya
dengan Kuba. Adanya tekanan tersebut mempengaruhi adanya kepentingan
Amerika Serikat yaitu dalam memperbaiki citranya dalam tatanan internasional
terutama kawasan Amerika Latin guna menahan dominasi atau hegemoni
Tiongkok. Mengingat pesatnya perkembangan Tiongkok di segala bidang pada
saat ini yang berupaya menyaingi Amerika Serikat sebagai negara adidaya dunia.
Pada pemerintahan Barack Obama melalui politik luar negerinya ia dengan sigap
mengambil tindakan diplomasi untuk menanggapi tekanan-tekanan tersebut.
Menurut Stephen M. Waltz sebuah aktor akan memilihSehingga dalam mencapai
kepentingannya tersebut Amerika Serikat melakukan normalisasi hubungan
diplomatiknya dengan Kuba yang akan membawa keuntungan pada kepentingan
nasionalnya terutama keuntungan dalam citra nya di kawasan.
89
The White House President Barack Obama, (2016), “Presidential Policy Directive-United States-Cuba
Normalization”, https://obamawhitehouse.archives.gov/the-press-office/2016/10/14/presidential-policy-
directive-united-states-cuba-normalization diakses pada 28 Januari 2018 pukul 13.38
43
pemerintahan Barack Obama, mencapai kepentingan keamanan merupakan salah
satu alasan utama bagi Amerika Serikat untuk melakukan normalisasi hubungan
diplomatiknya dengan Kuba.
Dengan adanya normalisasi hubungan diplomatik sangat berpengaruh bagi
kepentingan Amerika Serikat terhadap keamanan warganya. Maka dari itu, saat
normalisasi dibuka kedutaan besar Amerika Serikat di Havana yang merupakan
ibukota Kuba. Pembukaan kedutaan besar tersebut telah menggantikan United
States Interest Section yang telah melaksanakan tugas perwakilan Amerika Serikat
di Kuba saat hubungan kedua negara mengalami pasang surut. Keberadaan USIS
tentu tidak dapat semaksimal keberadan kedutaan besar. Bagaimanapun juga
kedutaan besar merupakan hal terpenting dalam kelangsungan hubungan sebuah
negara dengan negara lain. Karena adanya kedutaan besar akan mempertegas
adanya perwakilan resmi sebuah negara. Meskipun Amerika Serikat akan
kehilangan salah satu lembaga nya yaitu USIS namun, kepentingan Amerika
Serikat dalam meningkatkan keamanan warganya di Kuba akan lebih mudah
tercapai. Hal tersebut menjadi sebuah pertimbangan bagi Obama dalam
mengupayakan normalisasi hubungan diplomatiknya dengan Kuba guna
memberikan rasa aman bagi seluruh warga Amerika Serikat.
Selain itu, terciptanya sebuah alur migrasi yang baik dan teratur juga
merupakan kepentingan keamanan Amerika Serikat. Dalam mencapai kepentingan
tersebut presiden Barack Obama menghapuskan kebijakannya yang cenderung
mengistimewakan imigran Kuba yang telah dipaparkan pada bab III yaitu
kebijakan Wet Foot Dry Foot. Apabila kebijakan tersebut dihapuskan maka akan
menciptakan keamanan bagi wilayah Amerika Serikat dari para imigran gelap serta
akan timbul proses imigrasi yang baik dan teratur sesuai dengn peraturan Amerika
Serikat dibawah kepemimpinan Barack Obama. Meskipun dampak dari
penghapusan kebijakan tersebut yaitu berkurangnya bahkan hilangnya tenaga
profesional Kuba yang sebelumnya banyak melarikan diri ke Amerika Serikat untuk
medapat status sebagai warga Amerika Serikat agar mendapat kehidupan yang
lebih terjamin. Namun kebijakan tersebut tentu mendapat kecaman dari imigran
yang berasal dari negara selain Kuba karena merasa tidak adanya keadilan
perlakuan terhadap imigran asal negara selain Kuba dan membuat kondisi imigrasi
di Amerika Serikat menjadi tidak kondusif.
44
BAB V
KESIMPULAN
45
Dalam skripsi ini, penulis memfokuskan kepada alasan mengapa
Amerika Serikat melakukan normalisasi tersebut yang didapatkan melalui
adanya pertimbangan-pertimbangan secara rasional atau masuk akal. Dimulai
dari adanya kepentingan ekonomi yang merupakan hal utama dalam
perkembangan pembangunan sebuah negara termasuk Amerika Serikat
sebagai negara super power yang dikenal memiliki pertumbuhan
perekonomian yang pesat. Maka dalam mencapai kepentingan tersebut
Amerika Serikat melakukan normalisasi hubungan diplomatik dengan
pertimbangan yang memperhitungkan cost ataupun benefitnya. Selain itu
adapula kepentingan politik Amerika Serikat dibawah pemerintahan Barack
Obama yang cenderung menggunakan smart power dalam menjalani
pemerintahannya. Dimana kepentingan politik Barack Obama juga merupakan
alasan Amerika Serikat untuk normalisasi hubungan diplomatik dengan Kuba,
karena banyaknya tekanan-tekanan yang didapatkan dari regional maupun
domestik sehingga Obama berupaya untuk mengembalikan citra Amerika
Serikat guna kelancaran hubungannya dengan negara-negara lain terutama
kawasan Amerika Latin. Pada normalisasi hubungan diplomatiknya dengan
Kuba, Amerika Serikat juga menjunjung tinggi keamanan internasional yang
diawali dengan keamanan nasional seperti adanya kepentingan keamanan
Amerika Serikat dalam normalisasi tersebut. Kepentingan dalam keamanannya
adalah peningkatan perlindungan terhadap warga Amerika Serikat yang
melakukan perjalanan ke Kuba atau bahkan bertempat tinggal di Kuba. Karena
sudah menjadi kewajiban sebuah negara untuk melindungi keamanan
warganya apalagi Amerika Serikat merupakan negara adidaya terbesar di
dunia.
Kepentingan-kepentingan Amerika Serikat yang telah dipaparkan
merupakan hasil dari pilihan-pilihan rasional Amerika Serikat dalam normalisasi
hubungan diplomatiknya dengan Kuba. Karena dengan adanya normalisasi,
Amerika Serikat dapat mencapai bahkan meningkatkan powernya dalam
tatanan internasional, hal itu juga dicapai dengan adanya arah politik luar
negeri Barack Obama sebagai presiden Amerika Serikat yang memiliki smart
power dalam menjalankan pemerintahannya. Normalisasi hubungan diplomatik
juga akan membawa hubungan antar kedua negara kearah yang lebih positif
setelah beberapa dekade mengalami dinamika yang cukup serius. Jadi, dapat
46
disimpulkan bahwa pilihan rasional Amerika Serikat dalam normalisasi
hubungan diplomatik yaitu adanya kepentingan-kepentingan Amerika Serikat
yang juga memiliki pertimbangannya masing-masing dan Amerika Serikat
memutuskan bahwa hal-hal tersebut adalah kepentingan yang harus dicapai
Amerika Serikat sebagai negara adidaya dunia. Dan Amerika Serikat yang
melihat Kuba sebagai geostrategis dalam kepentingannya di tatanan
internasional dibawah pemerintahan Barack Obama.
47
DAFTAR PUSTAKA
A, Chomsky. (2011). A History of the Cuban Revolution. West West Sussex: Blackwell
Publishing, Ch. 3 & 4.
Antara News. (2008). “Menelisik Warna Politik Luar Negeri Presiden Barack Obama”,
https://www.antaranews.com/berita/122996/menelisik-warna-politik-luar-
negeri-presiden-barack-obama diakses pada 24 Januari 2018
ANTARA News. (2014). “Paus dan Dunia Selamati Normalisasi Hubungan AS Kuba”,
https://www.antaranews.com/berita/469787/paus-dan-dunia-selamati-
normalisasi-hubungan-as-kuba diakses pada 26 November 2017
BBC Indonesia. (2014). “Obama dan Raul Castro Umumkan Upaya Normalisasi
Hubungan”, http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2014/12/141217_as_kuba
diakses pada 9 Oktober 2017
Berdikari Online. (2016). “Fidel Castro, Legenda Revolusi dari Amerika Latin”,
http://www.berdikarionline.com/fidel-castro-legenda-revolusi-amerika-latin/
diakses pada 25 Oktober 2017.
48
Bowie News Online. (2016). “The Bay of Pigs invasion begins”,
http://bowienewsonline.com/2016/04/the-bay-of-pigs-invasion-begins/ diakses
pada 4 November 2017
Kalangi, Irene Jessica. (2016). “Hubungan Bilateral Kuba-Amerika Serikat pada Masa
Pemerintahan Raul Castro”. Makassar: Universitas Hassanudin.
49
Foreign Affairs. (2015). “Obama and Latin America: a Promising Day in the
Neighborhood”, https://www.foreignaffairs.com/articles/americas/obama-and-
latin-america diakses pada 23 Januari 2018.
Frank, Marc. (2016). “Starwood signs first U.S.-Cuba hotel deal since 1959 revolution”,
https://www.reuters.com/article/us-usa-cuba-hotels/starwood-signs-first-u-s-
cuba-hotel-deal-since-1959-revolution-idUSKCN0WL0ZH diakses pada 27
November 2017
Gilderhus, Mark T. (2006). The Monroe Doctrine: Meanings and Implication, Texas :
Christian University.
Gunn, Gillian. (1993). “Cuba in Transition: Option for U.S. Policy”. New York: The
Twentieth Century Fund Press.
Hussein, Saddam. (2010). “Eksistensi Amerika Serikat sebagai Kekuatan Global”, Jurnal
FISIP UPN Veteran Jawa Timur.
Ikenberry, John G. (2007). “American Foreign Policy Theoretical Essay”. New York:
W.W. Norton & Company Inc.
Knos, Michele Zebich & Heathe Nora Nicol. (2005). “Foreign Policy Toward Cuba:
Isolation or Engagement?”, Lexington Books.
50
Lagon, Mark P. “The Value of Values:Soft Power Under Obama”, Journal : World
Affairs
Mathis, Lilley B. (2015). “Prior Approval No Longer Required as of Friday for 12 Types
of Travel to Cuba”,
http://www.slate.com/blogs/the_slatest/2015/01/15/cuba_travel_categories_12
_types_of_visit_leg ally_allowed_without_prior_permission.html diakses pada 26
November
Mclaren dkk., (2004), "Che Guevara, Paulo Freire, and the Politics of Hope Reclaiming
Critical Pedagogy", Surabaya: Diglossia Media.
Mukmin, Hidayat. (1981). “Pergolakan di Amerika Latin Dalam Dasawarsa Ini”, Jakarta:
Ghalia Indonesia.
Muna, Riefqi. (2009). “Paradigma Pertahanan dari Hard Power ke Smart Power dalam
jurnal Pertahanan dan Perdamaian”. Jakarta: Pusat Studi Pertahanan dan
Perdamaian FISIP Universitas Al Azhar Indonesia, V(1).
51
New York Times. (2015). “Obama meets Raul Castro, Making History”,
https://www.nytimes.com/2015/04/12/world/americas/obama-cuba-summit-of-
the-americas.html?_r=0 diakses pada 26 November 2017.
New York Times. (2015). “U.S.and Cuba Reopen Long-Closed Embassies”, diakses
pada 27 November 2017.
Ortiz, Jose A. (2000). The Illegal Expropriation of Property in Cuba: A Historical and
Legal Analysis ofthe Takings and a Survey of RestitutionSchemes for a Post-
Socialist Cuba. Loyola Marymount University and Loyola Law School.
Perez, Louis A. (2003). “Cuba and the United States: Ties of Singular Intimacy”,
Georgia: Georgia Press.
Perwita, Anak Agung Banyu dan Yanyan Mochamad Yani. (2006). “ Pengantar Ilmu
Hubungan Internasional”. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Pontoh, Coen Husain. (2008). “Meraba Kebijakan Luar Negeri Pemerintah Obama”,
http://democracyuprising.com/2008/12/04/meraba-kebijakan-luar-negeri-
pemerintahan-barack-obama/ diakses pada 23 Januari 2018 pukul 17.33 WIB
Pratiwi, Yulia Indah Pratiwi. (2017). “Normalisasi Hubungan Diplomatik AS-Kuba di Era
Presiden Barack Obama 2009-2016:(Analisa Konstruktivis)”, Yogyakarta:
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/10908/G.BAB%20III.p
df?sequence=7&isAllowed=y pada 25 November 2017
Putro, Ganesha T.D. (2012). “Representasi Presiden Terpilih Barack Obama : (Analisis
Semiotika Roland Barthes pada Sampul Depan & Belakang Majalah TIME Special
Commemorative Edition), Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Jurusan
Ilmu Komunikasi Atma Jaya.
Rene B. Kusnadi. (2001). “Politik Luar Negeri Amerika Serikat terhadap Kuba pada
Masa Pemerintahan Clinton (1993-1999)”. Depok: Universitas Indonesia.
Rosenau, James N. (1976). “The Study of Foreign Policy”. New York: Free Press.
52
Ruslani dan Lulu Rahman (ed). (2009). “Barack Obama dari Jakarta Menuju Gedung
Putih”, Jakarta: PT Ufuk Publishing House.
Saputra, M. Bayu, Dewi Triwahyuni, & Prof. Dr. J. M. Papasi, “Pengaruh Idiosyncratic
Raul Castro Hubungan Luar Negeri Kuba-Amerika Serikat”, Jurnal HI Unikom 4
Sullivan, Mark P. (2016). “Cuba: U.S Restrictions on Travel and Remittances”, Latin
American: Congressional Research Service.
The White House President Barack Obam. (2014). “Statement by the President on
Cuba Policy Changes”, https://obamawhitehouse.archives.gov/the-press-
office/2014/12/17/statement-president-cuba-policy-changes diakses pada 26
November 2017
The White House President Barack Obama. (2016). “FACT SHEET: United States-Cuba
Relationship”, https://obamawhitehouse.archives.gov/the-press-
office/2016/03/21/fact-sheet-united-states-cuba-relationship diakses pada 29
November 2017
The White House President Barack Obama. (2016). “Presidential Policy Directive-
United States-Cuba Normalization”, https://obamawhitehouse.archives.gov/the-
53
press-office/2016/10/14/presidential-policy-directive-united-states-cuba-
normalization diakses pada 28 Januari 2018.
The White House: President Barack Obama. (2018). “President Barack Obama”,
https://obamawhitehouse.archives.gov/administration/president-obama diakses
pada 23 Januari 2018
Tobing, Chastry E.F. (2014). “Implikasi Politik Akibat Embargo Ekonomi Amerika
Serikat Terhadap Pemerintahan Fidel Castro”, Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, Medan: Universitas Sumatra Utara.
U.S. Department of State Dispatch. (1993). “Fact sheet: Cuba”, ProQuest 8 (4).
Voa Indonesia. (2017). “Obama Akhiri Kebijakan Suaka Khusus untuk Migran Kuba”,
https://www.voaindonesia.com/a/obama-akhiri-kebijakan-suaka-khusus-untuk-
migran-kuba/3675726.html diakses pada 27 November
Walt, Stephen M. (1999), “Rigor or Rigor Mortis? Rational Choice and Security
Studies,” International Security, Vol. 23, No. 4, Massachusetts: Harvard College
and Massachusetts Institute of Technology.
Washington Post. (2015). “Obama Removes Cuba From the List of State Sponsors of
Terrorism”, https://www.washingtonpost.com/world/national-security/obama-
removes-cuba-from-the-list-states-sponsors-ofterrorism/2015/04/14/8f7dbd2e-
e2d9-11e4-
81ea0649268f729e_story.html?utm_term=.1b64a8ad717b&wpmk=MK0000203
diakses pada 27 November.
54
Yang, Seohyeong . (2016). “President Obama in Cuba, Another Step for the
Normalization of Relation: As the U.S. President Visits Havana”, Council on
Hemispheric Affairs.
55
LAMPIRAN
56