Anda di halaman 1dari 59

Metodologi

Penelitian Hubungan
Internasional:
Pengantar Penulisan
Skripsi

Andi Purwono

(Kudus: Penerbit Maseifa, 2010)


ISBN 978-602-95642-6-6
KATA PENGANTAR

Banyak mahasiswa menjumpai kesulitan dan merasa berat ketika hendak menyusun skripsi.
Padahal, kalau kita mencermati dari sisi bobot SKS, skripsi di perguruan tinggi biasanya hanya
berbobot 6 (enam) SKS. Sementara itu, setiap semester, mahasiswa terbiasa menempuh 20- 24 (dua
puluh sampai dua puluh empat) SKS. Dengan logika ini, maka seharusnya skripsi bisa diselesaikan
dengan lebih cepat dan tidak dijadikan sebagai beban.
Kesulitan dan rasa berat di dalam menyusun skripsi itu sendiri bersumber dari berbagai
sebab, mulai dari ketakutan secara psikologis hingga ketidaktahuan dan kurang mahir/ terampil
dalam menyusun skripsi. Didasari pengalaman sepuluh tahun dalam membimbing mahasiswa
program studi hubungan internasional ketika menyusun skripsi, penulis mencoba menuliskan
beberapa resep dan kiat yang dituangkan dalam buku “Panduan Menyusun Skripsi Hubungan
Internasional” ini.
Penulis berharap, panduan ringkas ini bisa membantu mahasiswa di dalam menyelesaikan
skripsi sehingga bisa menuntaskan studi tepat waktu sesuai yang direncanakan. Penulis menyadari
bahwa di dalam buku ini masih dijumpai kekurangan. Oleh karenanya, masukan dan kritik yang
membangun akan sangat dinantikan.

Semarang, Oktober 2010


Andi Purwono
DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar

BAB I APAKAH HUBUNGAN INTERNASIONAL ITU 1

- Pengertian Hubungan Internasional 1


- Posisi Ilmu Hubungan Internasional 4
- Perkembangan Ilmu Hubungan Internasional 6
- Isi Studi Hubungan Internasional 9
BAB II SKRIPSI, PROPOSAL DAN RENCANA PENELITIAN HUBUNGAN INTERNASIONAL
- Pengertian Skripsi 14
- Karakteristik Skripsi 16
- Pengertian Proposal 18
- Pengertian Penelitian 18
- Pengertian Perencanaan Penelitian 20
- Perencanaan Penelitian Hubungan Internasional 22
- Unsur- unsur Rencana Penelitian 23
BAB III MENYUSUN JUDUL
- Arti Penting Judul 25
- Proses Menemukan Judul 26
- Menyusun Judul Penelitian Hubungan Internasional 28
- Kriteria Judul yang Baik 32
BAB IV MENYUSUN LATAR BELAKANG MASALAH
- Pengertian Latar Belakang Masalah 34
BAB V MENYUSUN PERUMUSAN MASALAH
- Pengertian Perumusan Masalah 39
- Fungsi Perumusan Masalah 40
- Kriteria- kriteria Perumusan Masalah 42
- Contoh Perumusan Masalah 43
BAB VI MENYUSUN TUJUAN PENELITIAN 46
BAB VII MENYUSUN KERANGKA TEORI 48
- Pengertian Teori 48
- Ciri dan Fungsi Teori 49
- Menyusun Kerangka teori 50
- Beberapa Kekeliruan Dalam Penyusunan Kerangka Teori 51
BAB VIII MENYUSUN METODE PENELITIAN 53
BAB IX MENYUSUN SISTEMATIKA PENULISAN 60
DAFTAR PUSTAKA 62
1

BAB I

APAKAH HUBUNGAN INTERNASIONAL ITU

A. Pengertian Hubungan Internasional


Hubungan internasional adalah hubungan yang melintasi
batas negara. Sedangkan ilmu hubungan internasional sering
didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari perilaku semua aktor
yang melintasi batas negara atau sering disebut siapa, mendapat apa,
kapan, dan dengan cara bagaimana (who gets what when and how)
tentang hal-hal eksternal suatu negara atau hal-hal yang melintasi
batas negara.1 Di wikipedia, hubungan internasional didefinisikan
sebagai cabang dari ilmu politik yaitu studi tentang persoalan-
persoalan luar negeri dan isu-isu global di antara negara-negara
dalam sistem internasional, termasuk peran negara-negara,
organisasi-organisasi antarpemerintah, organisasi-organisasi
nonpemerintah atau lembaga swa daya masyarakat, dan perusahaan-
perusahaan multinasional.2
Hubungan internasional dalam bahasa Inggris dikenal dengan
International Relations. International berasal dari kata inter (antar),
nation (bangsa), dan al yang menunjukkan modifier itu kata sifat.
Relations yang berfungsi sebagai headword selalu dalam bentuk

1
Conway Henderson, International Relations: Conflict and Cooperation in the Turn
of 21st Century (London: MacMillan, 2001)
2
Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Hubungan_internasional"
2

jamak. Hal itu bukan tanpa arti. Plural-nya kata relations


menunjukkan bahwa hubungan itu bersifat jamak dalam banyak hal,
yaitu aktor atau pelakunya, bentuk hubugannya, jenis atau bidang
hubungannya, serta sifat hubungannya.
Berdasarkan paparan di atas, maka ilmu hubungan
internasional bisa didefinisikan sebagai ilmu yang secara sistematik
dan menggunakan metode ilmiah memepelajari berbagai hubungan
yang bersifat jamak baik dalam sifat, pelaku, bentuk, dan jenisnya.
Menurut penganut pandangan tradisional, hubungan internasional
adalah studi mengenai pola-pola aksi dan reaksi di antara negara-
negara berdaulat yang diwakili oleh elit-elit pemerintahannya.3 Fokus
perhatian studi adalah aktifitas diplomat dan tentara yang
menjalankan politik luar negeri. Bagi kaum tradisional, hubungan
internasional adalah diplomasi dan strategi serta kerjasama dan
konflik. Secara sederhana studi hubungan internasional adalah studi
tentang perang dan damai.
Menurut kaum tradisional, tingkah laku pemerintah yang
diamati bisa dijelaskan melalui konsep-konsep seperti balance of
power, national interest, dan diplomasi yang prudence. Selain itu, ada
dikotomi antara politik domestik dan hubungan internasional. Politik
dipandang sebagai studi tentang keteraturan, order, dan distribusi
kepentingan politik dalam sistem politik yang relatif stabil dan maju,
sedangkan hubungan internasional merupakan studi tentang

3
Couloumbis, T. A, dan Wolfe, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional: Keadilan
dan Power (Bandung: CV Abardin, 1990)
3

ketidakteraturan dalam sistem internasional yang hampir primitif dan


tidak mempercayai bahwa semua orang sederajat.
Dalam pandangan kontemporer sebagaimana diwakili oleh
teori pluralisme, hubungan internasional adalah ilmu yang
mempelajari semua perilaku dari semua aktor internasional baik aktor
negara (state actor) maupun aktor bukan negara (non state actors).4
Pada prakteknya, saat ini fenomena hubungan internasional semakin
banyak diramaikan oleh perilaku aktor bukan negara ini.

B. Posisi Ilmu Hubungan Internasional


Di kalangan para ahli, terdapat pertentangan pandangan
berkaitan dengan posisi studi ini dalam lingkungan ilmu pengetahuan.
Pandangan pertama mengatakan bahwa hubungan internasional
adalah bagian dari ilmu politik dengan titik berat studi terletak pada
fenomena politik pada tingkat global. Hubungan internasional
berdasarkan Konferensi Internasional UNESCO (United Nations
Educational, Scientific and Cultural Organization) pada tahun 1948
adalah bagian dari ruang lingkup, scope, ilmu politik. Scope
selengkapnya dari ilmu politik itu adalah:5
I. Political Theory meliputi Political Theory dan History of
Political Ideas
II. Political Institutions meliputi The Constitution, National
Government, Regional and Local Government, Public

4
Michael Nicholson, International Relations: A Concise Introduction (Lomdon:
MACMILLAN, 1998), h. 97.
5
Dikutip dari Soelistyati Ismail Gani, Pengantar Ilmu Politik (Jakarta: Ghalia, 1987)
h. 28-29 mengutip Contemporary Political Science: A Survey of Methods Research
and Teaching (Paris: Unesco, 1950).
4

Administration, Economic and Social Functions of Government,


dan Comparative Political Institutions
III. Parties, Groups and Public Opinion meliputi Political Parties,
Groups and Associations, Participation on The Citizan on The
Government and The Administration, dan Public Opinion
IV. International Relations meliputi International Politics,
International Organization and Administration, dan
International Law.

Pandangan kedua menganggap bahwa studi ini adalah subyek


studi yang hanya cocok bagi kajian interdisipliner yang memiliki
keahlian dalam berbagai disiplin ilmu. Ilmu-ilmu yang terkait antara
lain politik, ekonomi, sosiologi, psikologi, antropologi, manajemen,
teknik, fisika, kimia, kedokteran, sibernetika dan komunikasi.

C. Perkembangan Ilmu Hubungan Internasional


Studi Hubungan Internasional berkembang dalam setting
Anglo-Amerika. Disiplin ini muncul di sekitar Perang Dunia I. Beberapa
universitas di Amerika dan Inggris memasukkan international
relations ke dalam kurikulum sebagai suatu subyek baru dengan
pertimbangan bahwa pengertian atau pengetahuan yang lebih baik
tentang soal-soal internasional dapat membantu tercapainya
perdamaian dunia.
Sebelum Perang Dunia I (PD I), studi Hubungan Internasional
dilakukan oleh tiga fakultas yaitu filsafat, hukum, dan sejarah. Ketiga
fakultas ini memiliki penekanan yang berbeda-beda. Para sejarawan
hanya mencatat substansi diplomasi dan strategi. Para ahli hukum
menginterpretasikan perjanjian-perjanjian dan praktek-praktek
5

hukum suatu bangsa. Para filsuf berfikir tentang sifat manusia,


perang, perdamaian, dan keadilan.
PD I memberi pelajaran kepada para sejarawan bahwa
diplomasi tradisional Eropa tidak mampu menciptakan tata dunia
(world order). Kemudian muncul ide suatu sistem keamanan kolektif
yang bersifat global untuk mencegah agresi. Munculnya Amerika
sebagai kekuatan penting tahun 1920-an mendorong studi Hubungan
Internasional di Amerika. Saat itu pendekatan yang dipakai adalah
pendekatan legalistik-moralistik. Pandangan ini berusaha mencari
tata dunia damai dengan pendekatan hukum yang diaplikasikan
melalui lembaga-lembaga supranasional dan memandang perang
sebagai kecelakaan dan dosa. Pendekatan ini dikenal sebagai
pendekatan idealis. Sifat studi HI saat itu menjadi utopis yaitu
dipenuhi keinginan untuk mencegah perang. Pokok perhatian studi
adalah sejarah politik internasional dan perkembangan kinerja
lembaga-lembaga internasional. Tetapi kegagalan Liga Bangsa Bangsa
dan sistem keamanan bersama (collective security) merubah cara
berfikir menjadi bersifat kritis dan analitis.
Ekspansi Jerman dan Imperialisme Jepang 1930-an
meruntuhkan ide tersebut. Paska PD II muncul aliran pemikiran yang
menolak pedoman legalistik moralistik tadi kartena terbukti tidak bisa
mencegah perang. Mereka menamakan dirinya kaum Realis yang
menitikberatkan pada poitik kekuatan, power politics, dan anggapan
bahwa perang tidak dapat dielakkan. Argumen mereka adalah bahwa
hanya politik yang berdasarkan kekuatan saja yang akan memberikan
harapan adanya keamanan global. Pendekatan ini menguat di tahun
6

1950-an meski kaum idealis tetap mempertahankan pandangannya.


Diskursus kaum idealis-realis ini berlangsung lama.
Setelah PD II mazhab utopis kembali mengemuka didorong
oleh, pertama, pengharapan bahwa negara-negara pemenang PD II
bisa juga bekerja sama pada masa damai seperti pada sat PD II
tersebut, dan kedua, harapan bahwa PBB akan menjadi alat kerja
sama dalam menghindari perang dan membangun dunia yang lebih
baik. .
Akhir tahun 1950-an muncul aliran ketiga dalam studi
Hubungan Internasional yaitu pendekatan behavioralis yang
menggunakan metode dan temuan dari ilmu-ilmu yang mempelajarai
perilaku seperti sosiologi, ekonomi, dan psikologi. Pendekatan ini
mencoba memahami fenomena HI secara interdisipliner dengan
metode empiris, berfikir induktif, dan melakukan pengujian hipotesis
seacara komprehensif. Pendekatan ini juga dikenal sebagai
pendekatan scientific sedang pendekatan idealis dan realis dikenal
sebagai pendekatan tradisional.
Aliran keempat studi Hubungan Internasional muncul tahun
1970-an dan dikenal sebagai aliran post-behavioral. Aliran ini
menekankan studi yang eklektik yang mengkombinasikan unsur-unsur
pendekatan ilmiah dengan tujuan yang jelas nilainya seperti
pemanfaatan ilmu untuk mencegah penghancuran manusia.Jadi
pendekatan ini mencoba mengkombinasikan ilmu normatif dengan
ilmu yang ilmiah.
7

D. Isi Studi Hubungan Internasional


Isi studi Hubungan Internasional terfokus pada sistem negara
kebangsaan (nation state system) dan hubungan antar negara dan
6
juga hubungan antar kelompok dan organisasi. Grayson Kirk dalam
laporan yang diterbitkan oleh Council on Foreign Relations 1947
dengan judul The Study of International Relations in American
Colleges and Universities menyimpulkan bahwa ada lima unsur pokok
kuliah HI, yaitu:
1. sifat dan berlakunya atau pelaksanaan sistem kenegaraan
2. faktor-faktor yang mempengaruhi dan menentukan kekuatan
suatu negara
3. posisi internasional dan politik luar negeri dari negara-negara
besar
4. sejarah hubungan internasional yang baru lampau
5. pembentukan suatu tertib-dunia yang lebih stabil.7

Vincent Baker membuat laporan dari survey yang disponsori


Carnegie Endowment for International Peace bahwa soal yang
dibahas dalam kuliah HI adalah:
1. sifat dan kekuatan-kekuatan pokok dari politik internasional
2. organisasi politik, sosial, dan ekonomi dalam kehidupan
internasional
3. unsur-unsur kekuatan nasional

6
Suwardi Wiriatmadja, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional (Bandung: Tinta
Mas, 1967) mengutip pendapat Norman D. Palmer dan Howard C. Perkins,
International Relations (1957).
7
Ibid
8

4. instrumen atau alat untuk mencapai kepentingan nasional


5. pembatasan dan kontrol atas kekuatan nasional
6. politik luar negeri dari suatu / beberapa negara
7. unsur sejarah sebagai latar belakang dari faktor-faktor lainnya dan
juga sebagai sejarah dari kejadian-kejadian internasional yang
baru lampau.8

Menurut Mohtar Mas’oed, pada dasarnya tujuan utama studi


hubungan internasional adalah mempelajari perilaku internasional
yaitu perilaku para aktor, negara dan non-negara di dalam arena
transaksi internasional.9 Karl Deutsch mengungkapkan dua belas
substansi studi hubungan internasional yaitu:
1. bangsa dan dunia
2. proses transnasional dan interdependensi internasional
3. perang dan damai
4. kekuatan dan kelemahan
5. politik internasional dan masyarakat internasional
6. kependudukan versus pangan, sumber daya alam, dan lingkungan
7. kemakmuran dan kemiskinan
8. kebebasan dan penindasan
9. persepsi dan ilusi
10. aktivitas dan apati
11. revolusi dan stabilitas

8
Ibid
9
Mohtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi (Jakarta:
LP3ES, 1990), h. 28.
9

12. identitas dan transformasi10

E. Pendekatan dalam Studi Hubungan Internasional


Beberapa pendekatan yang digunakan terhadap hubungan
internasional antara lain di Inggris digunakan pendekatan sejarah, di
Amerika digunakan pendekatan analitis dengan cara pendekatan
problem (problem approach) melalui studi kasus (case studies), dan di
Eropa digunakan pendekatan teoritis, yuridis, dan institusional
dengan titik berat pada norma atau kaidah hukum yurisprudensi dan
sejarah.
Adapun beberapa pendekatan khusus yang juga ditemukan
adalah pendekatan kekuatan (power approach), yang merupakan
pendekatan paling umum dan populer. Pendekatan ini memandang
kekuatan sebagai determinan (penentu) politik antar bangsa dan HI.
Konsep-konsep yang muncul dari pendekatan ini adalah
keseimbangan kekuatan (balance of power), unsur kekuatan nasional,
dan perbandingan kekuatan antar aktor.
Yang kedua adalah pendekatan Lembaga (institutional
approach), yang tetap populer sejalan tetap eksis dan tumbuhnya
berbagai organisasi internasional seperti PBB dan organisasi regional
lainnya. Titik berat pendekatan ini terletak pada deskripsi struktur dan
cara kerja organisasi tersebut. Yang ketiga adalah pendekatan
pembuatan keputusan dan Proses Politik (Decision Making and
Political Process Approach), yang populer di Amerika sebagai
penyeimbang pendekatan institusi. Pendekatan ini mempunyai

10
Ibid, h. 28-33.
10

kelebihan untuk memperoleh pengertian dalam melihat latar


belakang fenomena internasional.
11

BAB II

SKRIPSI, PROPOSAL
DAN RENCANA PENELITIAN
HUBUNGAN INTERNASIONAL

A. Pengertian Skripsi
Skripsi adalah istilah yang digunakan di Indonesia untuk
mengilustrasikan suatu karya tulis ilmiah berupa paparan tulisan hasil
peneli tian sarjana strata satu (S-1) yang membahas suatu
permasalahan/ fenomena dalam bidang ilmu tertentu dengan
menggunakan kaidah-kaidah yang berlaku.11 Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), skripsi diartikan sebagai karangan ilmiah
yang diwajibkan sebagai bagian dari persyaratan pendidikan
akademis.12 Skripsi bertujuan agar mahasiswa mampu menyusun dan
menulis suatu karya ilmiah, sesuai dengan bidang ilmunya.
Mahasiswa yang mampu menulis skripsi dianggap mampu
memadukan pengetahuan dan ketrampilannya dalam memahami,
menganalisis, menggambarkan dan menjelaskan masalah yang
berhubungan dengan bidang keilmuan yang diambilnya.
Skripsi merupakan persyaratan untuk mendapatkan status
sarjana (S-1) di setiap Perguruan Tinggi Negeri (PTN) maupun
Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang ada di Indonesia. Istilah skripsi

11
http://id.wikipedia.org/wiki/Skripsi
12
Kamus Besar Bahasa Indonesia
12

sebagai tugas akhir sarjana hanya digunakan di Indonesia. Negara


lain, seperti Australia menggunakan istilah thesis untuk penyebutan
tugas akhir dengan riset untuk jenjang undergraduate (S1),
Postgraduate (S-2), PhD dengan riset (S-3) dan disertation untuk tugas
riset dengan ukuran yang kecil baik undergrduate (sarjana S-1)
ataupun postgraduate (pascasarjana). Sedangkan di Indonesia Skripsi
untuk jenjang S-1, tesis untuk jenjang (S-2) dan disertasi untuk jenjang
(S-3).[2]
Dalam penulisan skripsi, mahasiswa biasanya dibimbing oleh
dua orang pembimbing yang berstatus dosen pada perguruan tinggi
tempat mahasiswa kuliah. Dosen yang membimbing adalah dosen
yang telah memiliki kewenangan berupa jabatan fungsional akademik
(JAFA) yang mencukupi. Kedua pembimbing tersebut disebut dengan
istilah Pembimbing I dan Pembimbing II. Biasanya, Pembimbing I
memiliki peranan yang lebih dominan bila dibanding dengan
Pembimbing II.
Proses penulisan skripsi ditentukan oleh setiap perguruan
tinggi, penulisan skripsi pada umumnya tidak jauh berbeda dengan
perguruan tinggi yang lainnya. Proses dari penyusun skripsi adalah
sebagai berikut:
 Pengajuan judul skripsi
 Pengajuan proposal skripsi
 Seminar proposal skripsi
 Penelitian
13

 Setelah penulisan dianggap sempurna oleh Pembimbing I dan


Pembimbing II, mahasiswa diuji hasil tulisan dari penelitian
karya ilmiahnya tersebut.

B. Karakteristik Skripsi
Skripsi memiliki krakteristik khusus jika dibandingkan dengan
karya tulis lainnya. Pertama, skripsi merupakan karya ilmiah sehingga
harus dihasilkan melalui metode ilmiah. Kedua, skripsi merupakan
laporan tertulis dari hasil penelitian pada salah satu aspek kehidupan
masyarakat atau organisasi (untuk ilmu sosial). Hasil penelitian ini
dikaji dengan merujuk pada suatu fenomena, teori atau hasil-hasil
penelitian yang relevan yang pernah dilaksanakan sebelumnya. Dari
paparan tersebut, maka kita bisa menemukan poin penting bahwa
skripsi hakikatnya adalah laporan hasil penelitian, sehingga dalam
penyusunannya membutuhkan perencanaan penelitian.
Sebagai produk penelitian mahasiswa starta satu, skripsi
memiliki perbedaan jika kita bandingkan dengan tesis untuk
mahasiswa S-2 dan disertasi untuk mahasiswa S-3. Pada disertasi,
mahasiswa S-3 biasanya diharuskan untuk menemukan atau
membuat (theory building) dan menjelaskan teori baru. Sedangkan
pada kasus tesis, mahasiswa diupayakan untuk bisa menemukan teori
baru atau memverifikasi teori (teory testing) yang sudah ada dan
menjelaskan dengan teori yang sudah ada. Sementara untuk
mahasiswa strata satu, skripsi bisa diibaratkan dengan “belajar
meneliti”. Oleh karenanya, meski skripsi perlu disiapkan secara serius
akan tetapi tidak perlu disikapi sebagai mimpi buruk atau beban yang
maha berat.
14

C. Pengertian Proposal
Proposal berasal dari kata berbahasa Inggris “proposal”yang
bermakna usulan atau tawaran. Ada juga bentuk to invinitive “to
propose” yang berarti mengusulkan.13 Dengan demikian, membuat
proposal bisa dimaknai dengan membuat suatu usulan atau tawaran
agar diterima uleh pihak yang berwenang menerima usulan. Dalam
konteks buku ini, maka proposal adalah usulan/ rencana penelitian itu
sendiri.

D. Pengertian Penelitian
Penelitian bisa didefinisikan sebagai proses mencari atau
memecahkan sesuatu secara sistematis dalam waktu yang lama
dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan- aturan yang
berlaku. Definisi tersebut memberi kita 4 (empat) kata kunci penting
yaitu pertama, proses atau bisa disebut kerja mencari atau
memecahkan masalah. Dasar dari kegiatan penelitian adalah masalah
yang akan dipecahkan. Artinya, ketika tidak ada masalah yang harus
dipecahkan, maka bisa dikatakan tidak diperlukan penelitian.
Kata kunci penting kedua adalah sistematis yang
mengandung pengertian bahwa penelitian itu adalah kerja yang
teratur, yang memiliki pedoman, aturan dan kaidah. Penelitian tidak
bisa dilakukan dengan kegiatan yang serampangan karena akan
berakibat pada tidak tercapainya tujuan untuk memecahkan

13
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia (Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama. 1996), h.4 56.
15

masalah. Ini juga berkaitan dengan kata kunci ketiga yaitu dengan
metode ilmiah. Sistematika yang berlaku dalam masyarakat ilmiah
adalah metode ilmiah. Kata kunci keempat adalah menggunakan
aturan- aturan yang berlaku.
Empat kata kunci tersebut mengharuskan adanya kesiapan
sebelum terjun melaksanakan penelitian. Kesiapan itu diperoleh
melalui sebuah perencanaan. Di sisi ini lah perencanaan penelitian
menjadi penting.

E. Pengertian Perencanaan Penelitian


Perencanaan penelitian merupakan kegiatan penentuan
terlebih dahulu serangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan untuk
memecahkan suatu masalah penelitian. Perencanaan penelitian ini
menjadi penting karena menentukan proses dan hasil dari penelitian.
Perencanaan yang benar akan mempermudah dan menyukseskan
penelitian sementara perencanaan yang keliru akan menimbulkan
masalah bagi peneliti di kemudian hari. Masalah itu bisa berupa
kegagalan penelitian di tengah jalan karena aneka kesulitan sampai
kepada kegagalan penelitian dalam mencapai tujuannya yaitu
mencari atau mememcahkan suatu masalah.
Oleh karena itu peneliti harus mengetahui aturan permainan
dalam meneliti yaitu metodologi ilmiah serta mengetahui
keterampilan dalam melaksanakan penelitian. Dalam konteks ini
maka dibutuhkan suatu desain penelitian yang mengikuti metode
penelitian.
16

Perencanaan Penelitian dengan demikian memuat proses dan


kegiatan serta wadah berupa rencana penelitian. Keduanya
membutuhkan syarat- syarat yang baik yaitu:
1. mencakup unsur 5W dan 1H (what, why, where, when, who,
how).
- What berkaitan dengan masalah apa yang diteliti,
- why berkaitan dengan mengapa kita memilih masalah
tersebut dengan alasan yang bersifat akademik
- where berkaitan dengan di mana penelitian dilakukan.
- who berkaitan dengan siapa yang menjadi sumber data
- when berkaitan dengan jangka waktu permasalahan
- how berkaitan dengan bagaimana/ metode dalam melakukan
penelitian
2. tersusun secara sistematis, konsisten, dan operasional
- sistematis artinya memuat unsur- unsur yang harus ada serta
disusun dalam urutan yang logis
- konsisten artinya harus terdapat kesesuaian antar unsur
- operasional artinya harus menjelaskan bagaimana penelitian
tersebut akan dilakukan yaitu apa yang diukur, apa alatnya,
bagaimana sumber informasi, dan lain- lain.

F. Perencanaan Penelitian Hubungan Internasional


Sebagai bagian dari ilmu politik, membuat perencanaan
penelitian studi hubungan internasional juga pada dasarnya mesti
mengikuti kaidah perencanaan penelitian sebagaimana ilmu yang lain.
Penelitian hubungan internasional juga harus mengikuti kaidah
17

perencanaan penelitian dengan baik. Hal itu dilakukan agar penelitian


hubungan internasional benar- benar “taat asas” dan menghasilkan
temuan penelitian yang obyektif.
Hanya saja, biasanya penelitian hubungan internasional mesti
mempertimbangkan beberapa kekhasan studi ini. Salah satu yang
biasanya ditemukan adalah lokasi penelitian. Ketika seorang peneliti
akan mencoba mencari atau memecahkan masalah hubungan
internasional di suatu wilayah yang jauh (lain negara, lain benua)
tetapi tidak memiliki resources (waktu, dana, kesempatan) untuk
datang ke lokasi yang diteliti, maka dibutuhkan kecerdasan untuk
merencanakan penelitian dengan baik dengan cara memilih metode
penelitian termasuk teknik pengambilan data penelitian yang tepat.
Kecanggihan teknologi informasi saat ini mempermudah kita
di dalam mengakses informasi yang kita butuhkan. Ketepatan di
dalam menyusun rencana penelitian memudahkan kita memilih
informasi apa yang kita butuhkan dan informasi yang tidak kita
butuhkan, termasuk teknik atau cara kita mendapatkan informasi
tersebut. Intinya karena banyak penelitian hubungan internasional
bersifat non survey maka perlu ditekankan sumber data dan dari
mana data diperoleh.

G. Unsur- unsur Rencana Penelitian


Unsur- unsur rencana penelitian biasanya bervariasi sesuai
ketentuan/ permintaan lembaga yang dituju oleh proposal. Hal ini
bukan berarti unsur- unsur rencana penelitian menjadi berbeda.
18

Variasi yang ada biasanya tidak mempengaruhi substansi rencana


penelitian secara umum.
Unsur- unsur utama yang menjadi unsur pokok rencana
penelitian biasanya sama. Oleh karenanya, beberapa perbedaan yang
ada bisa dilihat sebagai sebuah keragaman semata. Unsur pokok itu
meliputi pemunculan masalah, kerangka untuk menjawab masalah,
dan metode yagn akan dipakai untuk meneliti. Secara umum, rencana
penelitian yang lumrah disusun adalah Judul Penelitian, Latar
Belakang dan Masalah Penelitian, Tujuan Penelitian, Tinjauan
Pustaka/ Kerangka Teori, Hipotesa (kalau ada), dan Metode
Penelitian. Penjelasan masing- masing unsur itu akan dipaparkan
dalam bab selanjutnya.
19

BAB III

KIAT MENYUSUN JUDUL

A. Arti Penting Judul


Judul memiliki peran penting dalam proposal penelitian
karena biasanya memuat secara singkat obyek apa yang akan diteliti
dan bagaimana menelitinya. Oleh karena itu, maka judul penelitian
yang baik adalah judul yang memuat konsep apa yang diteliti serta
metode apa yang dipakai dalam penelitian.
Menulis judul yang baik pada gilirannya akan menarik
perhatian calon pembaca. Untuk keperluan ini, ada beberapa hal yang
dapat dilakukan.14 Pertama, judul yang kita buat harus mencerminkan
isi keseluruhan makalah. Kedua adalah, usahakan judul yang dibuat
menjawab pertanyaan ataupun menawarkan sebuah jawaban. Bisa
juga anda membuat tulisan mengenai sesuatu hal yang sedang ramai
dibicarakan, misalnya saat ini sedang ramai mengenai masalah isu
pemanasan global atau terorisme.
Selain itu berikut ini beberapa kriteria judul skripsi yang baik
yaitu:
a. Singkat, padat arti/isi, mudah dimengerti
b. Usahakan menarik pembaca, hindarkan tafsir ganda
c. Menggambarkan permasalahan penelitian

14
http://www.infoskripsi.com/Tip-Trik/Tips-Membuat-Judul-dan-Abstrak-
Skripsi.html
20

d. Mewakili pokok masalah yang ditulis


e. menunjukkan Populasi penelitian atau obyek yang
menjadi fokus penelitian
f. sebaiknya memuat metode penelitian yang akan
digunakan
g. Lokasi penelitian
h. Menggambarkan hal-hal yang spesifik dan menarik
sehingga mengajak pembaca untuk menulusuri.15

B. Proses Menemukan/ Menyusun Judul


Judul biasanya muncul dari masalah yang akan diteliti dan
dicari pemecahannya. Masalah penelitian yang kita temukan pada
gilirannya akan menuntun kita dalam menyusun judul. Hanya saja
sering kita jumpai mahasiswa pembuat proposal skripsi merasa
bingung karena lebih dulu menemukan judul atau bahkan terkadang
baru menemukan tema penelitian. Pertanyaannya, lebih dahulu mana
judul atau masalah?
Menurut saya keduanya tidak usah dipertentangkan karena
keduanya berkaitan dan bisa saling menuntun atau melengkapi.
Mengapa saling menuntun dan melengkapi? Karena penentuan salah
satu unsur itu akan mengarahkan kita di dalam menyusun unsur yang
lain. Apalagi, salah satu indikator penelitian yang baik adalah adanya
konsistensi atau kesesuaian antara judul penelitian dan masalah
penelitian.

15
http://fisip.budiluhur.ac.id/wp-content/uploads/2009/09/PANDUAN-Skripsi-
HI.pdf
21

Bisa jadi seorang mahasiswa terlebih dulu menemukan judul


penelitian meskipun yang lebih banyak dijumpai adalah mahasiswa
menemukan tema atau bahkan bisa jadi masalah penelitian. Setelah
berdiskusi dengan dosen pembimbing atau rekan mahasiswa lain baru
mahasiswa tersebut bisa menemukan masalah yang tepat dan
akhirnya menyusun judul yang baik dari masalah tersebut.
Oleh karena itu, pandangan di salah satu blog penulisan judul
berikut bisa diikuti. Meskipun posisi judul penelitian dalam sebuah
dokumen proposal penelitian letaknya paling luar atau paling atas,
namun pada kenyataannya tidak selalu demikian.16 Menurut logika
penelitian, awal sebuah proposal penelitian adalah mengidentifikasi
dan merumuskan permasalahan penelitian. Sehingga penetapan judul
penelitian, baru memungkinkan untuk dilakukan, setelah rumusan
masalah penelitian itu diketahui. Menetapkan judul penelitian, paling
tidak harus mengikuti kaidah umum bahwa judul mencerminkan topik
dan isi dari penelitian. Oleh karena itu, judul penelitian bukan harga
mati, selama proses penyusunan proposal atau proses penelitian
berlangsung, sangatlah mungkin terjadi perubahan redaksional pada
judul. Kedua, penulisannya singkat dan jelas. Singkat artinya tidak
terlalu panjang, berkisar 8 sampai 12 kata. Jelas artinya
mengungkapkan variabel utama, subyek, lokasi dan waktu penelitian

C. Menyusun Judul Penelitian Hubungan Internasional


Bagaimana memperoleh judul (atau lebih luas yaitu tema)
penelitian? Dari paparan sebelumnya, maka judul bisa muncul dari

16
http://menulisproposal.blogspot.com/2009/03/menetapkan-judul-penelitian.html
22

masalah yang sudah ditemukan dulu. Pada kasus dimana masalah


belum ditemukan (masih dicari- cari), judul (tema) bisa muncul dari
perenungan atau upaya sadar mencari. Tetapi mesti diingat, judul
muncul dari adanya masalah yang layak diteliti. Ketentuan masalah
apa yang layak diteliti akan dipaparkan dalam bab berikutnya
(merumuskan masalah penelitian).
Bagi mahasiswa ilmu hubungan internasional, judul (tema)
biasanya bisa diperoleh dengan memperhatikan berita yang hangat
diberitakan atau dari perenungan terhadap fenomena hubungan
internasional. Ada juga beberapa mahasiswa yang menemukan judul
(tema) dari ketertarikan awal mereka terhadap beberapa aspek
hubungan internasional. Oleh karena itu, penulis sengaja
mengetengahkan aspek- aspek berikut yang bisa membantu
mahasiswa dalam menemukan judul, atau paling tidak tema atau
masalah penelitian.
Pertama, menemukan dan menentukan judul dengan
memperhatikan aktor hubungan internasional yang ada. Sebagaimana
kita ketahui, aktor- aktor hubungan internasional sendiri sangat
banyak dan beragam. Dalam studi HI, aktor hubungan internasional
biasa dikategorisasikan ke dalam dua kelompok besar yaitu aktor
negara dan bukan negara (state atau non state actors). Dari kategori
sederhana ini, kita bisa memperluas cakrawala minat penelitian pada
beraneka pilihan aktor yang ada (negara, organsiasi internasional
pemerintah/ IGOs, organisasi internasional bukan pemerintah/
INGOs, kelompok, atau individu, perusahaan multinasional-MNCs/
TNCs, city and local government, kelompok teroris, kelompok agama,
23

dan lainnya). Dengan memperhatikan aktor- aktor tersebut,


mahasiswa bisa memilah satu atau dua aktor hubungan internasional
yang dia yakini layak untuk diteliti.
Namun perlu diingat bahwa sebagaimana dominasi kajian
tentang negara dalam studi ini, kebanyakan mahasiswa hubungan
internasional juga terpancang kepada tema- tema tentang perilaku
negara, padahal ada banyak tema penelitian menarik di luar ranah
negara yang bisa dieksplorasi. Keberanian kita meneliti hal- hal yang
belum banyak diteliti orang justru menunjukkan kekuatan penelitian
kita. Saya selalu mendorong mahasiswa di tingkat akhir yang
berencana menulis proposal penelitian untuk berani mengangkat
tema- tema di luar “arus besar mainstream negara’ seperti peran
individu, respon publik, perusahaan multinasional, organisasi
internasional bukan negara, dan lain- lain.
Aspek kedua yang bisa mengisnpirasi judul penelitian adalah
dengan memperhatikan jenis hubungan. Sebagai bagian dari ilmu
sosial, maka jenis hubungan internasional juga secara sederhana bisa
dikategorisasikan ke dalam ranah konflik (confict) atau kerjasama
(cooperation). Kalau kita cermati, tema besar kajian hubungan
internasional sejak awak studi ini dibangun adalah perang dan
damai.17
Dari realitas ini, maka judul atau paling tidak tema tema
penelitian juga bisa diambil. Beberapa mahasiswa memiliki
kecenderungan menulis tema perang yang biasanya memang lebih
17
Suwardi Wiriatmadja, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional (Bandung: Tinta
Mas, 1967) mengutip pendapat Norman D. Palmer dan Howard C. Perkins,
International Relations (1957).
24

“atraktif” dan populer. Namun saat ini kita hidup di masa borderless
world dimana saling ketergantungan (interdependency) menjadi jiwa
zaman yang terbantahkan. Implikasinya, fenomena saling keterkaitan
mendorong aneka kerjasama internasional ada dan begitu dekat
dengan kehidupan kita. Artinya, tinggal kejelian kita melihat dan
mengambil tema yang tersedia ini. Wabah penyakit (AIDS/ flu burung/
dll), bencana alam, kerusakan lingkungan telah mendorong
penanganan bersama oleh komunitas internasional pada masalah-
masalah yang selama ini disebut low politik. Ini adalah ladang menarik
untuk dikaji.
Aspek ketiga yang bisa mengarahkan kita ke judul penelitian
adalah perhatian kepada wilayah geografis. Kita bisa menemukan
judul dengan mengarahkan pandangan pada kajian tentang Timur
Tengah misalnya, Afrika, Asia Tenggara, Asia Timur, Pasifik, Amerika
Latin, eropa, atau wilayah lainnya. Biasanya mahasiswa yang sudah
memiliki ketertarikan pada suatu wilayah akan lebih mudah
menemukan judul/ tema penelitian.
Aspek terakhir yang bisa membantu kita menemukan judul
adalah perhatian pada bidang kajian dalam hubungan internasional.
Ini meliputi kajian yang sejak awal studi hubungan internasional ada
hingga kajian- kajian kontemporer yang mungkin baru seperti
ekonomi politik, politik luar negeri, globalisasi, lingkungan hidup,
gender, atau keamanan atau lainnya) lain- lain. Setelah dicermati baik
dari sisi kompetensi maupun ketersediaan sumber daya (akses data,
biaya, waktu, kemampuan) maka judul bisa dirumuskan.
25

Empat aspek tersebut, pada dasarnya adalah panduan dasar


untuk membantu mahasiswa bahwa pada dasarnya banyak sekali
masalah penelitian yang bisa diteliti. Kebiasaan membaca dan
menelaah praktik hubungan internasional padaakhirnya akan sangat
membantu keterampilan mahasiswa dalam menemukan masalah
penelitian, menemukan tema atau judul penelitian.

D. Kriteria Judul Yang Baik


Judul yang baik menggambarkan rencana dan isi penelitian
karena ia tersusun dari konsep tertentu yang dipakai. Selain itu judul
sebaiknya juga sempit baik dari sisi obyek yang diteliti maupun waktu
dari fenomena atau kejadian yang diteliti. Contoh:
1. Politik Luar Negeri Indonesia dalam Penanganan
Persoalan TKI
2. Politik Luar Negeri Indonesia dalam Penanganan
Persoalan TKI di Malaysia Tahun 2002-2005

Dua contoh di atas memiliki perbedaan yang menggambarkan


rencana penelitian dan isi/ hasil penelitiannya. Contoh kedua lebih
baik karena lebih spesifik, lebih terbatas lokasi dan waktunya. Di
penjelasan masalah nanti kita belajar, bahwa karena keterbatasan
kita sebagai peneliti, maka masalah yang baik justru masalah yang
sempit scope nya tetapi mendalam pembahasannya. Kriteria ini juga
berlaku pada judul penelitian.
Contoh judul yang lain:18

18
Beberapa contoh judul skripsi pada program studi hubungan internasional
26

1. Legitimasi Politik Pemerintahan Palestina Pascakemenangan


Hamas Dalam Pemilu 2006
2. Kebijakan Program Nuklir Iran Tahun 2006
3. Kebijakan Turki Untuk Bergabung dalam Uni Eropa
4. Kerjasama Internasional Dalam Penanganan Flu Burung di
Indonesia tahun 2004-2006
5. Private Citizen dan Multitrack Diplomacy: Studi tentang
Diplomasi Ketua Umum PBNU KH hasyim Muzadi dalam
Konflik di Timur Tengah
6. Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat Dalam Konflik Cina-
taiwan tahun 2000-2005
7. Perubahan Kebijakan Luar Negeri Libya: Sejak Perang Teluk II
1991
8. Trafficking di Wilayah Perbatasan kalimantan barat- Serawak
9. Orientasi Ekonomi dalam Politik Luar Negeri Jepang Studi
Kasus Keterlibatan Jepang dalam Perang Irak- Kuwait
10. Diplomasi Indonesia Atas Klaim Budaya Oleh Malaysia di Era
Presiden SBY Tahun 2004-2009
11. Dukungan Australia Terhadap Kemerdekaan Timor Timur
Dekade 1991-1999
12. Diplomasi kebudayaan Indonesia melalui Euro-Asia World
Heritage Cities Conference nad Expo (WHCCE) Solo 2008
13. Konflik Internasional Atas Program Nuklir Iran Pascarevolusi
Islam Iran sampai 2008

Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang. Nomor 7-10 adalah contoh judul
tesis jurusan politik yang mengambil minat hubungan internasional dalam Buku
Wisuda Lulusan Sekolah Pascasarjana UGM 25 April 2005.
27

14. Domestic Setting dalam Politik Luar Negeri: Analisis Pro-


Kontra terhadap Dukungan Indonesia Atas Resolusi Dewan
Keamanan PBB Nomor 1714
15. Kontroversi Nuklir Iran: Politik Luar Negeri Amerika Serikat
terhadap Program Pengembangan Nuklir Iran
28

BAB IV

MENYUSUN LATAR BELAKANG MASALAH

A. Pengertian Latar Belakang Masalah


Latar belakang masalah pada dasarnya adalah paragraf-
pragraf/ alinea yang menghadirkan adanya masalah penelitian.
Menyusun latar belakang masalah dengan demikian sama artinya
dengan menyodorkan kepada pembaca suatu problematika yang
layak diteliti. Oleh karenanya, hubungan antar alinea penyusun latar
belakang masalah harus baik, demikian juga kalimat- kalimat
penyusun alineanya.

B. Menyusun Latar Belakang Masalah


Ketika kita membuat latar belakang masalah, beberapa hal yang
perlu diperhatikan adalah:
1. kriteria yaitu hal- hal yang harus diperhatikan agar suatu
persoalan bisa dijadikan masalah penelitian. Ini penting karena
tidak semua masalah bisa dijadikan masalah penelitian.
2. Kompetensi yaitu berkaitan dengan kesesuaian masalah
dengan keahlian dan kemampuan kita untuk meneliti.

Selain itu mesti diperhatikan pula fungsi dari latar belakang


masalah. Adapun fungsi dari latar belakang masalah adalah
menjelaskan dan menguraikan hal- hal yang menyebabkan timbulnya
29

suatu masalah penelitian. Dengan kata lain, latar belakang masalah


adalah paparan deskriptif (cerita) yang berfungsi menghantarkan atau
menghadirkan kepada pembaca adanya suatu problem yang perlu/
layak diteliti.
Oleh karena itu isi dari latar belakang masalah adalah:
1. menguraikan hal- hal yang berkaitan dengan munculnya
masalah dengan logika deduktif yang dimulai dari cerita hal-
hal yang bersifat umum dan kemudian perlahan menukik ke
arah persoalan yang lebih khusus/ spesifik. Hal yang biasa
dilakukan adalah dengan mempertentangkan antara apa yang
seharusnya dengan apa yang terjadi.
2. menjelaskan faktor- faktor penyebab (secara teoritis)
munculnya suatu masalah beserta bagaimana keterkaitannya
dengan masalah penelitian
3. memberikan batasan terhadap faktor penyebab yang akan
diteliti dan alasan terhadap pembatasan tersebut
4. menghindari mengemukakan definisi/ pengertian

Sebagai contoh, ketika kita ingin menghadirkan masalah


pemilihan umum di Mesir, kita bisa memulai dari paparan tentang
Timur Tengah, lalu masuk ke paparan karakteristik politik Timur
tengah, lalu karakteristik demokrasi dan pemilu Timur Tengah dan
menukik ke pemilu di Mesir. Artinya, perlu kita ingat “pohon ide”
dengan langkah kongkrit seperti berikut.. Pertama, kita tentukan kira-
kira latar belakang masalah hendak kita isi dengan berapa alinea.
Kedua, kita tentukan main idea (ide utama) dari masing- masing
30

alinea tersebut dan jadikan kalimat utama untuk alinea tersebut.


Ketiga, kita sempurnakan dengan melengkapi ide utama dengan
kalimat- kalimat pendukung.

C. Cakupan Latar Belakang Masalah


Secara umum kriteria masalah penelitian yang mesti diperhatikan
mencakup tiga hal berikut, yaitu dapat dipecahkan, sesuai kualifikasi
peneliti, dan memiliki nilai penelitian. Adapun rincian masing- masing
aspek tersebut adalah sebagai berikut:
A. Dapat Dipecahkan
- obtainable : datanya cukup tersedia
- managable : dalam jangkauan/ spesialisasi kita
- significance : masalah cukup penting diteliti
- interested : kita tertarik untuk menelitinya

B. Sesuai Dengan Kualifikasi Peneliti


- kompeten, harus sesuai dengan keahlian peneliti
-obyektif dan jujur, peneliti harus memiliki dua sikap dasar ini
sebagai syarat menghasilkan penelitian yang baik
-faktual, sesuai dengan fakta yang ada
-terbuka, bisa dilakukan verifikasi oleh orang lain

C. Memiliki Nilai Penelitian


- asli
-orientasi jelas
-memiliki hubungan kausal
31

-Penting
-Dapat diuji
32

BAB V

MENYUSUN PERUMUSAN MASALAH

A. Pengertian Perumusan Masalah


Perumusan masalah atau research questions atau disebut juga
sebagai research problem diartikan sebagai suatu rumusan yang
mempertanyakan suatu fenomena, baik dalam kedudukannya sebagai
fenomena mandiri, maupun dalam kedudukannya sebagai fenomena
yang saling terkait di antara fenomena yang satu dengan yang lainnya,
baik sebagai penyebab maupun sebagai akibat.19 Secara sederhana
kita bisa mendefinisikan perumusan masalah sebagai kalimat
interogatif (tanya) yang berfungsi untuk membatasi permasalahan
dengan cara menentukan atau memilih kata tanya yang dipakai.
Dalam kaitan ini maka penyusunan perumusan masalah
membutuhkan kemahiran dalam memilih kata tanya yang tepat.
Pemilihan kata tanya secara otomatis akan mengarahkan penulis atau
peneliti dalam menentukan titik utama fokus penelitiannya.
Perumusan masalah merupakan salah satu tahap di antara
sejumlah tahap penelitian yang memiliki kedudukan yang sangat
penting dalam kegiatan penelitian. Tanpa perumusan masalah, suatu
kegiatan penelitian akan menjadi sia-sia dan bahkan tidak akan
membuahkan hasil apa-apa. Mengingat demikian pentingnya

19
http://massofa.wordpress.com/2008/01/14/kupas-tuntas-metode-penelitian-
kualitatif-bag-1/
33

kedudukan perumusan masalah di dalam kegiatan penelitian, sampai-


sampai memunculkan suatu anggapan yang menyatakan bahwa
kegiatan melakukan perumusan masalah, merupakan kegiatan
separuh dari penelitian itu sendiri.

B. Fungsi Perumusan Masalah


Perumusan masalah memiliki beberapa fungsi penting.20
Fungsi pertama adalah sebagai pendorong suatu kegiatan penelitian
menjadi diadakan atau dengan kata lain berfungsi sebagai penyebab
kegiatan penelitian itu menjadi ada dan dapat dilakukan. Poin ini lah
yang perlu mendapat perhatian kuat. Tanpa adanya masalah yang
layak, legitimasi penelitian menjadi dipertanyakan.
Fungsi kedua, adalah sebagai pedoman, penentu arah atau
fokus dari suatu penelitian. Perumusan masalah ini tidak berharga
mati, akan tetapi dapat berkembang dan berubah setelah peneliti
sampai di lapangan. Fungsi ketiga dari perumusan masalah, adalah
sebagai penentu jenis data macam apa yang perlu dan harus
dikumpulkan oleh peneliti, serta jenis data apa yang tidak perlu dan
harus disisihkan oleh peneliti. Keputusan memilih data mana yang
perlu dan data mana yang tidak perlu dapat dilakukan peneliti, karena
melalui perumusan masalah peneliti menjadi tahu mengenai data
yang bagaimana yang relevan dan data yang bagaimana yang tidak
relevan bagi kegiatan penelitiannya. Sedangkan fungsi keempat dari
suatu perumusan masalah adalah dengan adanya perumusan masalah

20
Ibid.
34

penelitian, maka para peneliti menjadi dapat dipermudah di dalam


menentukan siapa yang akan menjadi populasi dan sampel penelitian.
Ada lima kata tanya yang lumrah kita gunakan yaitu apa, di
mana, kapan, siapa, kapan, mengapa dan bagaimana (what, where,
when, who, why, dan why- 5W 1 H). Yang perlu kita perhatikan adalah
kenyataan bahwa kata tanya yang kita pilih akan berhubungan
dengan tingkat analisa yang kita lakukan. Kata apa, siapa, dimana,
bagaimana, dan kapan mengarah kepada analisa di tingkat deskriptif/
penggambaran. Kata tanya mengapa mengarah keapda analisa di
tingkat eksplanatif, yaitu penjelasan yang mencari faktor penyebab/
faktor mendasari/ melatarbelakangi adanya suatu fenomena
hubungan internasional. Kata tanya apa yang akan terjadi/ bagaimana
ke depannya akan mengarahkan kita kepada analisa di tingkat
prediktif

C. Kriteria-kriteria Perumusan Masalah


Ada setidak-tidaknya tiga kriteria yang diharapkan dapat
dipenuhi dalam perumusan masalah penelitian yaitu kriteria pertama
dari suatu perumusan masalah adalah berwujud kalimat tanya atau
yang bersifat kalimat interogatif, baik pertanyaan yang memerlukan
jawaban deskriptif, maupun pertanyaan yang memerlukan jawaban
eksplanatoris, yaitu yang menghubungkan dua atau lebih fenomena
atau gejala di dalam kehidupan manusaia.
Kriteria kedua dari suatu masalah penelitian adalah
bermanfaat atau berhubungan dengan upaya pembentukan dan
perkembangan teori, dalam arti pemecahannya secara jelas,
35

diharapkan akan dapat memberikan sumbangan teoritik yang berarti,


baik sebagai pencipta teori-teori baru maupun sebagai
pengembangan teori-teori yang sudah ada. Kriteria ketiga, adalah
bahwa suatu perumusan masalah yang baik, juga hendaknya
dirumuskan di dalam konteks kebijakan pragmatis yang sedang
aktual, sehingga pemecahannya menawarkan implikasi kebijakan
yang relevan pula, dan dapat diterapkan secara nyata bagi proses
pemecahan masalah bagi kehidupan manusia.

D. Contoh Perumusan Masalah


Judul
Wacana Indonesia Masuk Dalam Keanggotaan BRIC

Perumusan Pertanyaan di Tingkat Deskriptif


- Langkah- langkah apa yang ditempuh Indonesia untuk masuk
ke keanggotaan BRIC?
- Bagaimana upaya Indonesia untuk masuk ke keanggotaan
BRIC?
- Dimana Indonesia menyatakan ingin masuk ke keanggotaan
BRIC?
- Kapan Indonesia menyatakan ingin masuk ke keanggotaan
BRIC?
Perumusan Pertanyaan di Tingkat Eksplanatif
- Megapa Indonesia berwacana masuk ke anggotaan BRIC ?
- Apa motivasi Indonesia berwacana masuk ke anggotaan BRIC ?
36

- Apa latar belakang Indonesia berwacana masuk ke anggotaan


BRIC ?
Perumusan Pertanyaan di Tingkat Prediktif
- Apakah Indonesia akan bergabung dengan BRIC?
- Mungkinkah Indonesia bergabung dengan BRIC?
Contoh- contoh lain:
- Bagaimana diplomasi Afrika Selatan dalam Piala Dunia 2010
berkenaan dengan upayanya menjadi tuan rumah hingga
kesuksesannya menggelar Piala Dunia 2010?
- Apa saja pelanggaran kemanusiaan yang dilakukan tentara
Israel ketika menyerang kapal Mavi Marmara?
- Mengapa Barrack Obama berencana menarik pasukan
Amerika dari Irak?
37

BAB VI

MENYUSUN TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian adalah poin yang ingin dicapai oleh


penelitian berdasar perumusan masalah. Oleh karenanya, ia secara
sederhana bisa dibuat dengan membuat kalimat statement dari
perumusan masalah. Artinya, kita merubah kalimat pertanyaan dalam
perumusan masalah menjadi kalimat pernyataan.
Tujuan pada dasarnya merupakan pernyataan tentang apa
yang menjadi harapan, atau sesuatu yang ingin diketahui.21
Pernyataan tersebut merupakan hal-hal yg ingin dilakukan peneliti
dalam penelitiannya. Perumusan tujuan penelitian, dibuat dengan
mengacu pada masalah/pertanyaan penelitian. Dengan demikian,
antara tujuan dan masalah peneltitian saling terkait. Tujuan penelitian
dirumuskan dengan kalimat pasif, karena tujuan merupakan
pernyataan kondisi yang akan dicapai. Dalam penulisan proposal
penelitian, tujuan penelitian biasanya dibedakan menjadi tujuan
umum dan khusus. tujuan umum, berisi tentang hal yang akan dicapai
pada akhir penelitian, yaitu menjawab masalah penelitian. Sedangkan
Tujuan khusus, berisi penjabaran tentang hal yang akan dicapai untuk
memenuhi/mencapai tujuan umum, yaitu merupakan tahap-tahap
yang akan dilakukan dalam penelitian dan merupakan rincian dari
tujuan umum penelitian.

21
http://menulisproposal.blogspot.com/2009/05/merumuskan-tujuan-penelitian.html
38

Jika perumusan masalahnya adalah “Mengapa Indoensia


berwacana masuk ke anggotaan BRIC ?” maka tujuan penelitiannya
bisa dirumuskan menjadi “Untuk mengetahui alasan/ latar belakang/
faktor- faktor yang mendasari Indonesia berwacana masuk ke
anggotaan BRIC”. Jika perumusan masalahnya adalah ” Bagaimana
langkah Indonesia untuk masuk ke keanggotaan BRIC?” maka tujuan
penelitiannya bisa dirumsukan menjadi “untuk mengetahui langkah
Indonesia untuk masuk ke keanggotaan BRIC”.
39

BAB VII

MENYUSUN KERANGKA/ LANDASAN TEORI

A. Pengertian Teori
Sebagai mahasiswa yang belajar menjawab permasalahan
secara ilmiah, maka setiap jawaban atas permasalahan yang diajukan
sebaiknya didasarkan pada pijakan dan alasan yang bisa
dipertanggungjawabkan. Pernyataan apapun yang dimunculkan oleh
kaum terpelajar dengan demikian seyogyanya muncul dari pikiran
yang memiliki dasar. Dasar dalam berfikir dan berargumen itu diisi
oleh teori.
Teori sendiri sering didefinisikan sebagai seperangkat
preposisi yang memuat hubungan antara dua konsep atau lebih
serta memberi penjelasan mengapa hal itu terjadi. Fred N. Kerlinger
menyatakan bahwa teori adalah seperangkat konsep, definisi, dan
proposisi yang saling berkaitan yang memberikan gambaran
sistematis dari suatu fenomena. Proposisi sendiri adalah statement
yang menghubungkan dua fenomena. Dalam bukunya Ilmu HI: Disiplin
dan metodologi, Mohtar Mas’oed menjelaskan teori merupakan
bentuk pernyataan yang menjawab pertanyaan mengapa
(eksplanatif).22

22
Mohtar Mas’oed , Ilmu HI: Disiplin dan Metodologi (Jakarta:LP3ES, 1994), 187.,
40

B. Ciri dan Fungsi Teori


Adapun ciri teori yang baik adalah mampu menjelaskan
fenomena-fenomena yang penting dalam bidang yang diteliti. Selain
itu penjelasan teori bersifat singkat, jelas, dan tegas. Implikasinya,
dengan penjelasan tersebut akan ditemukan sesuatu yang baru.
Sedangkan fungsi teori adalah sebagai generalisasi yaitu
menyimpulkan generalisasi- generalisasi dari fakta- fakta hasil
pengamatan; sebagai kerangka penelitian yaitu memberikan
pedoman kepada peneliti; sebagai peramal yaitu memberikan
prediksi atau ramalan kepada peneliti mengenai fakta yang aka
terjadi; dan sebagai sumber penulisan hipotesa. Secara sederhana
sebenarnya fungsi teori cukup jelas yaitu sebagai alat
menggambarkan, menjelaskan, dan memprediksi fenomena. Oleh
karena itu, penelitian mahasiswa hubungan internasional biasanya
merupakan kegiatan menguji teori (theory testing). Hal ini disebabkan
karena meskipun mereka menggunakan teori untuk membantu
mereka menjelaskan suatu fenomena, tetapi hakikatnya juga
fenomena itu sedang diapkai untuk menguji teori tersebut. Dalam
siklus ilmu, proses ini ada pada bagian kanan (vertikal) yaitu proses
yang dimulaid ari teori- hipotesis- fakta.

C. Menyusun Kerangka Teori


Kerangka teori memiliki posisi penting dalam penelitian karena
ia menjadi pijakan bagi upaya menjawab perumusan masalah dan
munculnya hipotesis (dugaan jawaban bagi perumusan masalah).
Artinya, teori memberikan alternatif jawaban yang mungkin bagi
41

pertanyaan yang diajukan. Oleh karena itu ketika menyusun kerangka


teori kita mesti mencermati hal berikut:
1. pilih teori yang memuat konsep penting yang dibahas yaitu
yang ada dalam judul dan perumusan masalah
2. Teori yang kita pakai mestilah memuat kemungkinan jawaban
bagi perumusan masalah yang berkenaan dengan konsep
tersebut, artinya, memuat hubungan konsep yang diteliti
dengan konsep lain.

Dengan demikian, langkah penyusunan kerangka teori


meliputi kegiatan-kegiatan pengkajian mengenai teori-teori ilmiah
yang akan dipergunakan dalam analisis, dan pembahasan mengenai
penelitian-penelitian lain yang relevan. Langkah selanjutnya adalah
penyusunan kerangka berpikir dengan mempergunakan premis-
premis sebagaimana yang terkandung dalam teori dan hasil penelitian
tersebut dengan menyatakan secara tersurat pernyataan, postulat,
asumsi, dan prinsip yang dipergunakan

D. Beberapa Kekeliruan Dalam Penyusunan Kerangka Teori


Kesalahan umum yang sering dijumpai ketika mahasiswa
menyusun kerangka teori adalah sebagai berikut:
1. hanya menyampaikan konsep dan definisi konsep dan
tidak menuliskan teori yang menjadi landasan. Padahal
konsep dan definisinya belum bisa dipakai untuk
menjelaskan fenomena karena penjelasan fenomena
biasanya berisi hubungan (kaitan) antar variabel (konsep).
42

Hubungan seperti itu hanya ada pada teori. Untuk itu,


mahasiswa perlu lebih dahulu memiliki pemahaman
metodologis tentang teori dan konsep. Konsep belum bisa
menjelaskan fenomena karena konsep hanya merupakan
abstraksi dari fenomena. Yang bisa menjelaskan adalah
teori. Analisa eksplanatif membutuhkan teori yang bisa
menjelaskan hubungan antar konsep.
2. Kesalahan umum kedua yang sering terjadi adalah
mahasiswa terlalu banyak mencantumkan kutipan definisi
(parade definisi). Mereka seakan- akan terdorong oleh
tuntutan (sebagian dosen atau buku panduan skripsi) yang
mensyaratkan jumlah tertentu referensi (buku) sehingga
mengutip konsep dan definisinya dari banyak ahli.
Mencantumkan definsi konsep boleh saja dilakukan, tetapi
jika lebih dari satu maka sebaiknya mahasiswa
menentukan posisi atau pendapat atas definisi yang
banyak itu. Selain itu, tuntutan minimal buku referensi
tanpa pemberian pengertian yang tepat justru menurut
penulis termasuk pembodohan. Hal ini karena hakikatnya
yang paling pokok untuk disebutkan buku referensinya
adalah teori yang akan dipakai sebagai dasar meneliti atau
menjelaskan masalah.
3. Kesalahan ketiga yang banyak dijumpai adalah memilih
teori yang tidak sesuai dengan judul dan masalah
penelitian. Sekali lagi perlu diingat bahwa judul, masalah,
dan teori harus memiliki konsistensi. Karena teori akan
43

dipakai sebagai alat/ hukum dalam menjelaskan masalah


maka teori yang dipakai mesti lah teori yang memuat
konsep utama yang ada dalam judul dan masalah
penelitian.
44

BAB VIII

MENYUSUN METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan bagian terpenting dari rencana


penelitian karena berisi gambaran cara memperoleh data untuk
menjawab permasalahan penelitian. Unsur- unsur yang biasanya
dicantumkan dalam rencana penelitian hubungan internasional
adalah, jenis penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, dan
teknik analisa data. Untuk keperluan ini maka penguasaan materi
metode penelitian sosial sangat diperlukan. Mahasiswa juga
disarankan membaca dan memahami buku- buku metode
penelitian.23

A. Jenis Penelitian
Ada dua macam jenis (pendekatan dalam) penelitian yaitu
pendekatan kuantitatif dimana peneliti akan bekerja dengan angka-
angka sebagai perwujudan gejala yang diamati dan pendekatan
kualitatif dimana peneliti akan bekerja dengan informasi-informasi
data dan di dalam menganalisanya tidak menggunakan analisa data

23
Baca misalnya Lexy J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif,
(Bandung:Alumni, 1982), atau Sutrisno Hadi, Metodologi Reseach (Yogyakarta:
Andi Offset, 1994), atau Suharsimi Arikunto, 1998, Prosedur Penelitian, (Bandung:
PT. Bina Aksara, 1998)
45

statistik. Kecenderungan yang kita jumpai, penelitian untuk skripsi


mahasiswa hubungan internasional di Indonesia sendiri mengambil
tipe penelitian deskriptif kualitatif. Implikasi dari kecenderungan
pemilihan jenis penelitian kualitatif adalah pada jenis data, teknik
pengumpulan dan analisa datanya.
Kecenderungan ini membawa pengertian bahwa penelitian
itu berupaya menggambarkan fenomena secara rinci tanpa melalui
pengujian hipotesis. Metode penelitian kualitatif sendiri merupakan
prosedur yang menghasilkan data yang bersifat deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang diamati.
Artinya, metode kualitatif adalah sebuah metode dalam penelitian
ilmu sosial yang berusaha melakukan deskripsi dan intreprestasi
secara akurat, makna dari gejala yang terjadi dalam konteks sosial
dengan menitik beratkan pada proses penggalian data-data yang
dilakukan melalui sumber-sumber tertulis dan terucapkan. Sedangkan
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian kualitatif adalah berusaha
untuk mendapatkan data-data menyeluruh tentang situasi yang
dipelajari oleh peneliti24.

B. Sumber dan Jenis Data


Sumber data berkaitan dengan dari mana data itu diperoleh
sehingga biasanya juga disebut dengan jenis data. Jenis yang pertama
adalah data primer yaitu data yang secara langsung diperoleh peneliti
dari sumber pemberi informasi. Ini biasanya diperoleh dari
24
R. Bog dan S.J. Tylor (eds), Introduction to Qualitative Research
Methods (New York, Wiley: 1975) Penelitian kulitatif lebih menekankan fakta-fakta
di lapangan dengan mengangkat sebagai data bergerak, dialek dalam ruang sejarah
yang lebih kompleks.
46

wawancara misalnya atau hasil jawaban angket. Jenis kedua adalah


data sekunder yaitu data yang tidak diperoleh secara langsung dari
sumber pemberi informasi tetapi sudah melalui sumber kedua, ketiga,
dan seterusnya.

C. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang lumrah dilakukan adalah
observasi, wawancara, kuesioner, dan studi pustaka, literatur atau
dokumen. Pengamatan (observasi) adalah suatu istilah umum yang
mempunyai arti semua bentuk penerimaan data yang dilakukan
dengan cara merekam kejadian, menghitungnya, mengukurnya dan
mencatatnya.25 Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan
mengajukan pertanyaan- pertanyaan langsung kepada nrasumber.
Sedangkan kuesioner adalah daftar pertanyaan yang diajukan sebagai
alat pencari data kepada responden penelitian. Tetapi karena
kecenderungan deskriptif kualitatif pada studi HI di Indonesia, maka
teknik pengumpulan data yang paling banyak dipakai adalah studi
pustaka.
Studi dokumen adalah salah satu metode yang digunakan
untuk mencari data-data otentik yang bersifat dokumentasi, baik data
itu berupa catatan atau pengamatan harian, memori atau catatan
penting lainnya. Adapun yang dimaksud dengan dokumen disini
adalah data atau dokumen secara tertulis26 Pemakaian studi literatur
memang lebih menitikberatkan pada dokumentasi, dimana pencarian
25
Suharmi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek
(Yogyakarta: 2002)
26
Wirawan Sarlito, Metode Penelitian Sosial, PT. Remaja Rosda Karya,
Bandung, 2000, hal. 71-73
47

data mengenai suatu hal atau variabel didapat dari catatan, transkrip,
buku surat kabar, majalah, jurnal maupun dokumen-dokumen karya
ilmiah yang berkaitan dengan tema penelitian dan untuk selanjutnya
dijadikan acuan.

D. Teknik Analisis Data


Adapun langkah-langkah yang dipergunakan dalam analisa
data kualitatif, setelah data-data terkumpul dari berbagai sumber,
yaitu :
a. Menelaah data
Data-data yang telah terkumpul yaitu dari wawancara,
pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan
lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto
dan sebaginya dibaca, dipelajari dan ditelaah.
b. Reduksi data
Reduksi data dilakukan dengan cara membuat abstraksi.
Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang
inti, proses dan pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijaga
sehingga tetap berada didalamnya.
c. Penyusunan dalam satuan-satuan
d. Dikategorisasikan, kategori-kategori itu dilakukan sambil
membuat koding
e. Mengadakan pemeriksaan keabsahan data
f. Penafsiran data27

27
Lexy Moeleoeng, Ibid, h.209.
48

Selain penelitian kualitatif, sebenarnya juga terbuka tipe


penelitian kuantitatif bagi mahasiswa hubungan internasional. Hanya
saja, di banyak perguruan tinggi di Indonesia, jarang sekali tipe ini
diambil oleh mahasiswa hubungan internasional. Pertimbangan yang
sering disampaikan adalah bahwa secara akademik tidak semua data
hubungan internasional bisa dikuantifikasikan sementara di sisi
tujuannya, penelitian memang mengarahkan peneliti kepada tipe
kualitatif. Sedangkan secara praktis, kesulitan- kesulitan pengumpulan
data secara kuantitatif sering dirujuk sebagai alasan. Misalnya,
penelitian tentang “Respon Masyarakat Internasional Terhadap
Politik Luar Negeri Presiden George W. Bush” akan lebih mudah
dilakukan secara kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui
studi dokumenter misalnya dibandingkan dengan survey dan
wawancara sampel penelitian. Itu beberapa catatan mengapa
penenelitian kualitatif dominan dalam studi ini.
Namun perlu diketahui bahwa sebagaimana ilmu sosial lain,
disiplin hubungan internasional juga mengalami perdebatan
berkenaan dengan penerapan standar positivisme/ empirisisme
dalam bidang ilmu ini. Oleh karenanya, di era 60-an kita mendapati
kuatnya tekanan pendekatan behavioralisme pada studi ini. Namun,
kesadaran bahwa memang fenomena sosial memiliki kekhasannya
sendiri membuat studi ini berkembang dengan karakteristiknya
sendiri.
Di ranah teori sebenarnya perdebatan ini juga tampak tentang
apakah ada teori hubungan internasional itu? Bagi ahli hubungan
internasional, misalnya, pembuatan alat analisa (tools of analysis)
49

yang mampu mendeskripsikan dan menjelaskan fenomena


internasional sesuai perkembangan realitas menjadi suatu kebutuhan.
Di dataran ilmiah, hubungan internasional dituntut mampu
menjelaskan dan memprediksi fenomena secara lebih saintifik. Di
dataran praktis, buah dari pergulatan keilmuan tersebut dituntut
mampu memberi solusi pola terbaik bagi kehidupan yang lebih baik.
Upaya memasukkan standar positivis ke dalam studi hubungan
internasional ternyata mengalami banyak hambatan. Ada dua
argumen yang muncul berkaitan dengan hal ini, yaitu:
1. ada kecurigaan bahwa jangan-jangan hubungan internasional
tidak bisa dipelajari secara saintifik.28 Persoalan-persoalan
hubungan internasional bukan lah persoalan yang bisa
diujicobakan bahkan dalam laboratorium sosial sekalipun.
Bahkan, ilmu politik yang lebih tua dan mapan pun masih
mendapat kritik apakah bisa dipelajari secara saintifik atau
hanya art saja.
2. peran kaum behavioralist yang mengusung tradisi saintifik
sendiri menuai kritik. Behavioralis dituduh tidak memberi
cukup bukti melalui pembentukan teori yang saintifik. Kedua,
kebutuhan riil masyarakat justru terabaikan karena ilmuwan
berkutat pada persoalan metode ilmu.

Pada situasi ini lah, teori hubungan internasional yang


constitutive, yang berkaitan dengan pentingnya refleksi manusia akan
sifat dan karakter politik internasional bisa berperan. Varian kedua ini

28
Scott Burchill and Andrew Linklater, Theories of International Relations ., h. 24.
50

menggunakan metode observasi dari sudut pandang pengalaman


praktis dan studi masa lalu. Pembuktian teori ini didasarkan pada
pengalaman sejarah karena teori dipandang sebagai penyederhanaan
realita. Alasannya, kita memasuki kajian hubungan internasional
dengan membawa konsepsi awal, pengalaman, dan kepercayaan
sehingga sulit melepaskannya.
Dengan argumen seperti itu, maka teori-teori hubungan
29
internasional lebih banyak berada dalam kategori kedua. Teori
constitutive berkaitan dengan tujuan sosial dan politik ilmu
pengetahuan, kepentingan kognitif, asumsi-asumsi pengamat, dan
cara aktor-aktor penting membentuk konstruksi dunia politik. Artinya,
ini adalah varietas teori yang dalam konstruksi ahlinya mampu
menjelaskan dan memprediksi realita internasional tanpa terlalu
terbebani apakah penjelasan itu bisa dibuktikan secara empiris (baca:
testable) atau tidak.
Kecenderungan teorisasi dalam hubungan internasional adalah
pencarian pola-pola keajegan (patterns) atau sering disebut
continuum yang dipandang bisa menjelaskan dan memperkirakan
fenomena serupa. Pola itu bisa diperoleh dari kajian dokumen seperti
perjanjian internasional melalui content analysis misalnya dan
akumulasi bukti-bukti empiris melalui kajian sejarah dan studi kasus.
Dari kajian historis, perkembangan teori hubungan
internasional berlangsung paralel dengan perkembangan subject
matter-nya.30 Lebih jauh, persoalan subject matter itu dalam

29
Ibid., h 2.
30
Fred Halliday, Rethinking International Relations (Rhampshire: MACMILLAN
PRESS LTD, 1994), p. 9.
51

hubungan internasional sangat berkaitan dengan persoalan apa yang


dihadapi peradaban manusia. Semula, hubungan internasional
muncul akibat kegelisahan dan ketakutan manusia akan perang dunia.
Dewasa ini, selain persoalan keamanan, hubungan internasional juga
mengkaji persoalan globalisasi ekonomi, kesehatan dan perlindungan
hak asasi manusia, dan komunikasi global. Pergerakan ke arah
kesatuan global ini lah yang menyebabkan meski sifat anarkhi
internasional masih terlihat, kecenderungan pergeseran ke arah
terbentuknya masyarakat internasional (international society)
semakin terlihat.31 Bukti yang jelas terlihat adalah penurunan pola-
pola konflik dan peningkatan pola-pola kerjasama antar pihak.
Adanya berbagai level analisa dalam studi hubungan
internasional menguatkan bukti eksisnya teori hubungan
internasional dalam melihat keajegan dan pola fenomena
internasional. Level analisa individu atau kelompok, negara, dan
sistem menyediakan cara mendekati fenomena secara berbeda dalam
upaya mencari penjelasan yang paling komprehensif.32

31
Henderson, Op. Cit., h. 10-20.
32
Untuk melihat levels of analysis ini baca John Spanier, Games Nations Play:
Analyzing International Politics (New York: Prentice Hall, 1981)
52

BAB IX

MENYUSUN SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan pada dasarnya memuat gambaran


tentang rencana pelaporan hasil penelitian. Oleh karenanya bagian ini
biasanya disusun dengan urutan bab pertama yang berisi
pendahuluan yaitu proposal yang berisi latar belakang masalah,
perumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka teori, metode
penelitian, dan sistematika penulisan.
Bagian berikutnya diisi dengan gambaran umum obyek
penelitian. Bagian ini berupa deskripsi obyek atau sering juga lokasi
penelitian. Sebagai contoh penelitian tentang politik luar negeri Libya,
maka bab kedua ini berisi tentang gambaran umum/ profil negara
Libya.
Inti skripsi ada pada bagian ketiga yaitu bagian yang biasanya
berisi jawaban terhadap perumusan masalah. Judul bab nya
disesuaikan/ harus konsisten dengan judul skripsi dan perumusan
masalah skripsi. Karena isinya penting sebagai hasil dari proses
penelitian, ini bisa ditulis dalam satu atau dua bab sesuai kebutuhan.
Bagian terakhir adalah penutup yang secara umum biasa berisi
kesimpulan. Yang terpenting, bagian ini nantinya harus berisi jawaban
perumusan masalah secara tegas. Jika masalah sudah terjawab
dengan jelas, maka sebenarnya kesimpulan yang dibuat sudah
mencukupi.
53

Kekeliruan yang sering dijumpai adalah mahasiswa


menguraikan kembali hal- hal yang tidak penting dalam kesimpulan.
Padahal sesuai namanya, bagian ini sebaiknya singkat berisi pokok
permasalahan dan jawabannya. Menulis kesimpulan secara singkat
dan tepat akan sangat membantu pembaca yang tidak memiliki cukup
waktu untuk membaca seluruh hasil penelitian.
54

DAFTAR PUSTAKA

Bog. R. dan S.J. Tylor (eds). 1975. Introduction to Qualitative Research


Methods (New York: Wiley)

Burchill, Scott and Andrew Linklater. 1990. Theories of International


Relations

Echols, John M. dan Hassan Shadily. 1996. Kamus Inggris Indonesia


(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama)

Couloumbis, T. A, dan Wolfe. 1990. Pengantar Ilmu Hubungan


Internasional: Keadilan dan Power (Bandung: CV Abardin)

Halliday, Fred. 1994. Rethinking International Relations (Rhampshire:


MACMILLAN PRESS LTD)

Henderson, Conway. 2001. International Relations: Conflict and


Cooperation in the Turn of 21st Century (London: MacMillan)

Lexy J. Moleong. 1982. Metode Penelitian Kualitatif,


(Bandung:Alumni,)

Mohtar Mas’oed. 1990. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan


Metodologi (Jakarta: LP3ES)

Nicholson, Michael. 1998. International Relations: A Concise


Introduction (Lomdon: MACMILLAN)

Soelistyati Ismail Gani. 1987. Pengantar Ilmu Politik (Jakarta: Ghalia

Spanier, John. 1981. Games Nations Play: Analyzing International


Politics (New York: Prentice Hall)

Suharsimi Arikunto, 1998, Prosedur Penelitian, (Bandung: PT. Bina


Aksara)

Sutrisno Hadi. 1994. Metodologi Reseach (Yogyakarta: Andi Offset)


55

Suwardi Wiriatmadja. 1967. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional


(Bandung: Tinta Mas)

Wirawan Sarlito. 2000. Metode Penelitian Sosial (Bandung: PT.


Remaja Rosda Karya)

Kamus Besar Bahasa Indonesia

Internet:
http://id.wikipedia.org/wiki/Hubungan_internasional

http://id.wikipedia.org/wiki/Skripsi

http://www.infoskripsi.com/Tip-Trik/Tips-Membuat-Judul-dan-
Abstrak-Skripsi.html

http://menulisproposal.blogspot.com/2009/03/menetapkan-judul-
penelitian.html

http://massofa.wordpress.com/2008/01/14/kupas-tuntas-metode-
penelitian-kualitatif-bag-1/

http://menulisproposal.blogspot.com/2009/05/merumuskan-tujuan-
penelitian.html

http://fisip.budiluhur.ac.id/wp-content/uploads/2009/09/PANDUAN-
Skripsi-HI.pdf

Anda mungkin juga menyukai