Anda di halaman 1dari 14

BAB II

GEOMETRI

Tujuan Pembelajaran Umum:


1. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar geometri.
2. Mahasiswa mampu menggunakan konsep dasar geometri untuk
menyelesaikan masalah teknik mesin.

Tujuan Pembelajaran Khusus:


1. Mahasiswa dapat menghitung jarak antara dua titik, jarak antara titik dan
garis, jarak antara dua garis sejajar.
2. Mahasiswa dapat menggunakan aturan perbandingan segitiga.
3. Mahasiswa dapat menggunakan aturan sinus dan aturan cosinus untuk
menghitung besar sudut, sisi, dan luas bangun datar.
4. Mahasiswa dapat menggambar grafik fungsi trigonometri.
5. Mahasiswa dapat menggambar grafik fungsi linier, fungsi kuadrat, fungsi
lingkaran, fungsi ellips, dan fungsi hiperbola.
6. Mahasiswa dapat menentukan konversi koordinat kartesius ke koordinat
polar atau sebaliknya.

2.1 Pendahuluan
Pada bab ini dijelaskan aturan-aturan trigonometri untuk menghitung sudut, sisi, dan
luas bentuk-bentuk dasar geometri bidang. Kemudian, dilanjutkan dengan bahasan
tentang grafik dari persamaan sebuah fungsi, baik fungsi trigonometri maupun fungsi
aljabar (fungsi linier, fungsi kuadrat, fungsi lingkaran, fungsi ellips, dan fungsi
hiperbola). Bab ini ditutup dengan cara mengkonversi koordinat kartesius ke koordinat
polar.

2.2 Jarak antara Dua Titik

Jarak Euclid antara dua titik (𝑥 , 𝑦 ) dan (𝑥 , 𝑦 )


pada bidang dalam koordinat kartesius adalah

𝑑= (𝑥 − 𝑥 ) + (𝑦 − 𝑦 ) .

Ini merupakan versi kartesius dari teorema


Pythagoras. Untuk tiga dimensi dapat diturunkan
rumus jarak antara titik (𝑥 , 𝑦 , 𝑧 ) dan (𝑥 , 𝑦 , 𝑧 )
yaitu
Gambar 2.1 Jarak antara Dua Titik
𝑑= (𝑥 − 𝑥 ) + (𝑦 − 𝑦 ) + (𝑧 − 𝑧 ) .

1
Jarak antara Titik dan Garis Lurus

Jarak antara titik 𝐴(𝑎, 𝑏) dan garis


lurus 𝑝𝑥 + 𝑞𝑦 + 𝑟 = 0 pada bidang
dalam koordinat kartesius adalah

|𝑎𝑝 + 𝑏𝑞 + 𝑟|
𝑑=
𝑝 +𝑞

Gambar 2.2 Jarak antara Titik dan Garis

Rumus Titik Tengah

M merupakan titik tengah dari ruas garis


PQ dengan P (𝑥 , 𝑦 ) dan Q (𝑥 , 𝑦 ) .
Koordinat M adalah

𝑥 +𝑥 𝑦 +𝑦
,
2 2

Gambar 2.3 Titik Tengah M

Contoh 1: Carilah jarak antara titik: a. P (−2, 3) dan Q(4, −1)!

b. P √2, √3 dan Q(𝜋, 𝜋)!

Penyelesaian: a. 𝑑 = (4 − (−2)) + (−1 − 3) = √36 + 16 = √52 ≈ 7,21

b. 𝑑 = (𝜋 − √2) + (𝜋 − √3) ≈ √4,971 ≈ 2,23

Contoh 2: Carilah jarak antara titik (−3, 2) dan garis 3𝑥 + 4𝑦 = 6!

Penyelesaian:

|3(−3) + 4.2 − 6| |−9 + 8 − 6| 7


𝑑= = = .
√3 + 4 √25 5

2
Latihan 1
1. Carilah jarak antara titik
a. P (12, − 3) dan Q(−4,1)! b. P (0, 13) dan Q(2, 1)!
c. P √5, 0 dan Q(−𝜋, 2)! d. P (−1, 5) dan Q(3, −6)!

2. Carilah jarak antara


a. titik (4, −1) dan garis 2𝑥 − 2𝑦 + 4 = 0
b. titik (−2, −1) dan garis 5𝑦 = 12𝑥 + 1
c. titik (3, −1) dan garis 𝑦 = 2𝑥 − 5
d. dua garis yang sejajar yaitu garis 3𝑥 + 4𝑦 = 6, 3𝑥 + 4𝑦 = 12

2.3 Garis Berat, Aturan Sinus dan Aturan Cosinus


Sebelum membahas tentang aturan sinus dan aturan cosinus,
perhatikan dahulu definisi garis tinggi dan garis berat
berikut ini. Garis Tinggi adalah sebuah ruas garis yang
ditarik dari sebuah titik sudut sebuah segitiga hingga ke sisi
dihadapannya secara tegak lurus. Garis Berat adalah
sebuah ruas garis yang ditarik dari sebuah titik sudut sebuah
Gambar 2.5 segitiga hingga ke sisi dihadapannya sedemikian sehingga
sisi tersebut terbagi dua sama panjang. Pada Gambar 2.5,
garis berat ditunjukkan oleh ruas garis 𝐶𝐷 .

Contoh: Jawab: Dengan menggunakan aturan sinus


Pada segitiga sebarang 𝐴𝐵𝐶 dengan = , diperoleh hubungan berikut:
𝐵𝐶 = 𝑎, 𝐴𝐶 = 𝑏, 𝐴𝐵 = 𝑐, diketahui 1
bahwa 𝑎 + 𝑏 = 10, besar ∠𝐴 = sin 𝐴 sin 30° 𝑏
𝑎=𝑏 =𝑏 = 𝑏 2 = √2
30° dan besar ∠𝐵 = 45°. sin 𝐵 sin 45° 1 2
2 √2
Tentukan panjang b!
Karena 𝑎 + 𝑏 = 10, maka √2 + 𝑏 = 10.
Jadi, 𝑏 = = 10(2 − √2).

Contoh: Pada segitiga sebarang Jawab: Berdasarkan aturan cosinus,
𝐴𝐵𝐶 diketahui 𝐴𝐶 = 2√2 𝑐𝑚, diperoleh hubungan
𝐴𝐵 = 4 𝑐𝑚. Tentukan panjang 𝐵𝐶!
𝐵𝐶 = 𝐴𝐶 + 𝐴𝐵 − 2𝐴𝐶. 𝐴𝐵 cos 𝐴

= 2√2 + 4 − 2.2√2. 4 cos 30°


= 8 + 16 − 8√6 = 24 − 8√6 = 4,404.
Jadi, 𝐵𝐶 = √4,404 = 2,099 ≈ 2,1 𝑐𝑚.

Gambar 2.5

3
Latihan 2
1. Diketahui segitiga PQR di bawah ini. 2. Diketahui segiempat ABCD di
Tentukan besar sudut PQR! bawah ini. Tentukan panjang BC!

Gambar 2.7
Gambar 2.6
4. Perhatikan gambar ini!
3. Posisi kota A dan kota B ditunjukkan
pada gambar di bawah ini. Berapa jarak
keduanya?

Gambar 2.9
Gambar 2.8 Buktikan bahwa
𝑎 𝑏 𝑐
𝐶𝐷 = + − !
2 2 4

5. Perhatikan gambar di samping


ini! Segitiga ABC siku-siku di C.
Titik P dan Q terletak pada AB
sedemikian sehingga sisi AB
terbagi menjadi tiga bagian yang
sama panjang. Buktikan bahwa
𝐶𝑃 + 𝑃𝑄 + 𝑄𝐶 = 𝐴𝐵 !
Gambar 2.10

4
2.4 Grafik Fungsi Trigonometri
Fungsi trigonometri adalah fungsi yang periodik (berulang), sehingga untuk setiap y
dalam daerah hasilnya, terdapat tak terhingga banyaknya nilai x yang berpadanan
dengan y tersebut. Seperti ditunjukkan pada gambar kurva 𝑦 = sin 𝑥 di bawah ini,
untuk nilai y = ½ diperoleh nilai x yang tampak sebanyak 2 buah, yaitu 30° =
dan 180° = , yang tidak tampak tak terhingga banyaknya.

1. Grafik fungsi 𝑦 = sin 𝑥 = cos(𝑥 − 90°).

Gambar 2.11 Grafik 𝒚 = 𝐬𝐢𝐧 𝒙 dengan 𝒙 ∈ [𝟎, 𝟐𝝅]

2. Grafik fungsi 𝑦 = cos 𝑥 = sin(𝑥 + 90°).

Gambar 2.12 Grafik 𝒚 = 𝐜𝐨𝐬 𝒙 dengan 𝒙 ∈ [𝟎, 𝟐𝝅]

3. Grafik fungsi 𝑦 = tan 𝑥.

5
Gambar 2.13 Grafik 𝒚 = 𝐭𝐚𝐧 𝒙 dengan 𝒙 ∈ [𝟎, 𝟐𝝅]

Latihan 3
A. Gambarlah grafik fungsi di kertas berpetak!

1. 𝑦 = 2 sin 𝑥 3. 𝑦 = sin 𝑥 −
2. 𝑦 = cos 2𝑥

B. Tentukan periode fungsi di bawah ini!

1. 𝑦 = 3 sin 2𝑥 3. 𝑦 = cos 𝑥 +
2. 𝑦 = tan 3𝑥

6
2.5 Kurva dan Persamaannya
Persamaan yang lebih dikenal adalah persamaan kartesius atau persamaan aljabar yaitu
persamaan yang dinyatakan dengan koordinat kartesius (x, y). Misalnya, persamaan
lingkaran yang berpusat di (0, 0) dengan jari-jari 1 adalah 𝑥 + 𝑦 = 1. Persamaan
lingkaran dalam koordinat kartesius merupakan salah satu contoh persamaan implisit.
Contoh persamaan eksplisit adalah persamaan garis lurus, misalnya garis lurus yang
melalui (0, 0) dengan gradien m, yaitu 𝑦 = 𝑚𝑥 + 𝑐.

Garis Lurus

Persamaan kartesius dari garis lurus yang melalui (0, 0) dengan gradien
(kemiringan/slope) m, yaitu 𝑦 = 𝑚𝑥, sedangkan garis lurus yang melalui (0, c) dengan
gradien m, yaitu 𝑦 = 𝑚𝑥 + 𝑐 . Jika titik-titik (𝑥 , 𝑦 ) dan (𝑥 , 𝑦 ) melalui sebuah
garis lurus maka gradien dan persamaan garis tersebut dapat dihitung dengan rumus

𝑦 −𝑦
𝑚= , 𝑦 − 𝑦 = 𝑚(𝑥 − 𝑥 ).
𝑥 −𝑥

Contoh: Gambarkan kurva dari persamaan garis


𝑦 = 2𝑥 − 2!

Penyelesaian: Konstanta −2 menunjukkan titik potong



dengan sumbu Y dan gradien 2, 𝑚 = ∆ = 2,
ditunjukkan oleh perbandingan sisi vertikal dan sisi
horizontal sebuah segitiga siku-siku yang sisi miringnya
berimpit dengan garis tersebut.

Gambar 2.14 Garis Lurus


𝒚 = 𝟐𝒙 − 𝟐

Lingkaran

Persamaan umum untuk lingkaran dengan pusat di (a, b) dan radius r adalah

(𝑥 − 𝑎) + (𝑦 − 𝑏) = 𝑟 .

Jika dituliskan dalam bentuk 𝑥 + 𝑦 + 2𝐴𝑥 + 2𝐵𝑦 + 𝐶 = 0 maka pusatnya di


(−𝐴, −𝐵) dan jari-jarinya √𝐴 + 𝐵 − 𝐶.

7
Contoh 4:

Gambarkan lingkaran 𝑥 + 𝑦 − 2𝑥 − 2𝑦 − 2 = 0!

Penyelesaian: Titik pusat lingkaran diperoleh dengan cara


sebagai berikut

𝑥 + 𝑦 − 2𝑥 − 2𝑦 − 2 = 0
⇔ (𝑥 − 1) + (𝑦 − 1) = 4

Jadi, pusat lingkarannya adalah (1, 1) dan jari-jarinya 2. Gambar 2.15 Lingkaran
𝒙𝟐 + 𝒚𝟐 − 𝟐𝒙 − 𝟐𝒚 − 𝟐 = 𝟎

Parabola
y

𝒚 = 𝒙𝟐 𝒚 = −𝒙𝟐
x
y
    



 




x
    




y y


x
 

x
    

𝒚 = √𝒙


𝒙 = 𝒚𝟐

Gambar 2.16 Grafik Dasar Parabola

Persamaan umum: 𝒚 = 𝒂𝒙𝟐 + 𝒃𝒙 + 𝒄

Sketsa parabola berdasarkan nilai a dan diskriminan (D):

8
Gambar 2.17 Grafik Parabola berdasarkan nilai a dan diskriminan

Contoh:

Gambarkan parabola 𝑦 = 𝑥 + 2𝑥 − 3

Penyelesaian:

Titik potong parabola dengan sumbu X diperoleh


dengan cara memfaktorkan persamaan kuadrat,
yaitu:

𝑥 + 2𝑥 − 3 = 0

(𝑥 − 1)(𝑥 + 3) = 0 ⇒ 𝑥 = 1, 𝑥 = −3

Jadi, titik-titik potong dengan sumbu X adalah


(1, 0) dan (-3, 0).

Diskriminan: 𝐷 = 𝑏 − 4𝑎𝑐 = 16, bernilai positif.


Nilai 𝑎 > 0, maka parabola terbuka ke atas dan
memotong sumbu X di dua titik.

Garis simetri: 𝑥 = − = − = −1, garis vertikal


Gambar 2.18 Grafik Parabola
berwarna hitam.
𝒚 = 𝒙𝟐 + 𝟐𝒙 − 𝟑

Cara lain memperoleh titik potong dengan sumbu X adalah menggunakan Rumus ABC,
±√
sebagai berikut: 𝑥 . =

9
Ellips Contoh:

Persamaan ellips yang pusatnya di titik


asal (0, 0) dan fokusnya di
±√𝑎 − 𝑏 , 0 adalah + = 1,
dengan a setengah sumbu mayor (sumbu
panjang) dan b setengah sumbu minor
(sumbu pendek).

𝒙𝟐 𝒚𝟐
Gambar 2.19 Ellips + =𝟏
𝟗 𝟒

Hiperbola

Persamaan hiperbola
yang pusatnya di titik asal
(0, 0) dan fokusnya di
(±𝑐, 0) = ±√𝑎 + 𝑏 , 0
dengan a setengah sumbu
mayor dan b setengah
sumbu minor adalah

𝑥 𝑦
− =1
𝑎 𝑏

Gambar 2.20 Hiperbola − =1


Contoh: Gambarkan
persamaan hiperbola

𝑥 𝑦
− =1
2 5

Penyelesaian:
Persamaan garis asymtot

𝑦= 𝑥= 𝑥=𝑥

dan 𝑦 = − 𝑥 = −𝑥

Gambar 2.21 Hiperbola − =1

10
Hiperbola Tegak Contoh:

Persamaan hiperbola
tegak yang pusatnya di
titik asal (0, 0) dan
verteksnya di ± ,
√ √
adalah 𝑥𝑦 = .

Gambar 2.22 Hiperbola Tegak 𝒙𝒚 = 𝟒

Latihan 4
1. Gambarkan persamaan garis di bawah ini!
a. 𝑦 = 3𝑥 b. 𝑦 = −2𝑥
c. 𝑦 = 2𝑥 − 5 d. 3𝑥 + 4𝑦 = 12

2. Gambarkan persamaan lingkaran di bawah ini!


a. 𝑥 + 𝑦 = 36 b. 𝑥 + (𝑦 + 1) = 4
c. (𝑥 − 2) + 𝑦 = 4 d. (𝑥 + 1) + (𝑦 − 3) = 36

3. Gambarkan persamaan parabola di bawah ini!


a. 𝑦 = 3𝑥 d. 𝑦 = 𝑥 + 2𝑥 − 3
b. 𝑦 = −2𝑥 e. 𝑦 = −2𝑥 − 4𝑥 + 6
c. 𝑦 = 2𝑥 − 2 f. 𝑥 + 𝑦 = 2

4. Gambarkan persamaan ellips dan hiperbola di bawah ini!


a. 16𝑥 + 𝑦 = 16 c. 𝑥𝑦 = 2
b. 𝑥 − 16𝑦 = 16 d. 𝑥𝑦 = 9

5. Tentukan titik-titik potong kurva dan garis di bawah ini kemudian sketsalah
keduanya pada bidang koordinat kartesius yang sama!
a. 𝑥 + 𝑦 = 16 dan 𝑦 = 3𝑥 b. 𝑦 = −𝑥 + 4 dan 𝑦 = 2𝑥 + 5
c. 𝑦 = 𝑥 − 3𝑥 dan 𝑦 = −2𝑥 d. 𝑥𝑦 = 2 dan 𝑥 + 𝑦 = 4

11
2.7 Sistem Koordinat
Sistem Koordinat Kartesius
Definisi: Sebuah sistem koordinat kartesius menggambarkan setiap titik secara unik
pada bidang dengan pasangan berurut bilangan real yang menunjukkan jarak dari dua
sumbu koordinat. Dua sumbu ini biasanya dinamakan sumbu X dan sumbu Y. Titik
asal yang merupakan perpotongan secara tegak lurus dua sumbu ini dituliskan sebagai
(0, 0). Koordinat merupakan proyeksi tegak lurus dari titik terhadap dua sumbu ini
dan menggambarkan jarak dari titik asal.
y

 (3, 2)
(-2, 1) 

     



(-1, -1)




Gambar 2.27 Koordinat Kartesius

Kuadran

Sistem koordinat kartesius dua dimensi membagi bidang menjadi empat bagian
disebut kuadran, tiap-tiap kuadran dibatasi oleh setengah sumbu koordinat. Pertama,
kuadran I dengan tanda koordinat (+, +), kedua kuadran II (−, +), ketiga kuadran III
(−, −), dan keempat kuadran IV (+, −).

Bidang Kartesius

Koordinat kartesius adalah unik dan tidak mungkin tertukar. Titik pada bidang
kartesius dapat diidentifikasi dengan semua pasangan bilangan riil, yaitu hasil kali
kartesian ℝ = ℝ × ℝ , dengan ℝ himpunan bilangan riil. Koordinat kartesius
ditemukan pada abad ke-17 oleh Rene Descartes (nama Latinnya: Cartesius)
merupakan revolusi dalam matematika yang pertama kali menghubungkan antara
geometri Euclid dan aljabar. Sebagai contoh, hubungan antara geometri dan aljabar
adalah bentuk geometris seperti kurva digambarkan dengan persamaan kartesius
(persamaan aljabar yang memuat koordinat titik-titik yang terletak pada kurva).
Misalnya, sebuah lingkaran berpusat di (0, 0) dengan radius 2 digambarkan sebagai
himpunan semua titik koordinat (x, y) yang memenuhi persamaan aljabar x2 + y2 = 4
dan sebuah garis lurus melalui titik (0, 0) dengan kemiringan −1 digambarkan sebagai
himpunan semua titik koordinat (x, y) yang memenuhi persamaan aljabar y = − x.

12
Gambar 2.28 Lingkaran dan Garis dengan Persamaan Aljabar x2 + y2 = 4 dan y = − x

Sistem Koordinat Polar

Definisi: Sistem koordinat polar adalah sistem koordinat dua dimensi dimana setiap
titik pada sebuah bidang ditunjukkan oleh jarak dari sebuah titik tetap dan sudut dari
sebuah acuan sudut yang tetap. Titik tetap ini adalah titik asal (pada sistem koordinat
kartesius) yang disebut pole dan acuan sudut yang tetap adalah sumbu X positif. Jarak
dari pole disebut koordinat radial atau radius (r) dan sudut disebut koordinat angular
atau sudut polar atau azimuth (𝜃) yang diukur dari sumbu X positif ke arah berlawanan
arah perputaran jarum jam.

Keunikan dalam penulisan dibutuhkan agar tidak menimbulkan kebingungan. Oleh


karena itu, pengukuran radius dipilih hanya yang positif atau nol (r ≥ 0) dan θ memiliki
interval [0°, 360°) atau [0, 2π). Juga dipilih titik asal dengan θ = 0°.

Koordinat polar digunakan dalam navigasi sebagai penunjuk arah perjalanan diberikan
dengan sudut dan jarak dari objek yang akan dicapai. Sebagai contoh, pesawat terbang
menggunakan koordinat polar untuk navigasinya. Dalam sistem ini, sudut 00 disebut
heading 360 dan sudut bergerak searah perputaran jarum jam. Heading 360
berkoresponden dengan kutub Utara, sedangkan 90, 180, dan 270 berkoresponden
dengan kutub Timur, Selatan, dan Barat.

Konversi antara Polar dan Kartesius

Gambar 2.29 Diagram Hubungan antara Koordinat Polar dan Koordinat Kartesius

13
Seperti dalam bilangan kompleks, koordinat polar dapat dikonversi ke koordinat
kartesius dengan menggunakan fungsi trigonometri sin dan cos sebagai berikut.

𝑥 = 𝑟 cos 𝜃 dan 𝑦 = 𝑟 sin 𝜃

Koordinat kartesius dapat dikonversi ke koordinat polar dengan r ≥ 0 dan θ dalam


interval (−π, π], yaitu 𝑟 = 𝑥 + 𝑦 dan 𝜃 = 𝑎𝑟𝑐 tan (dengan memperhatikan
kuadrannya).

Contoh: Tentukan koordinat polar dari titik (12, −3)!

Penyelesaian:

Gambar titik dan besar sudut koordinat polarnya adalah:

𝑟= 12 + (−3) = √153 = 3√17 = 12,369

𝑦 3 1
𝛼 = 𝑎𝑟𝑐 tan = 𝑎𝑟𝑐 tan − = 𝑎𝑟𝑐 tan = 14,036°
𝑥 12 4

Karena titik berada di kuadran IV maka besar sudut adalah 𝜃 = 360° − 14,036° =
345,964°

Jadi, koordinat polarnya adalah (12,369; 345,964°).

Latihan 5
1. Tentukan koordinat polar dari titik-titik ini!
a. (5, − 2) b. (0, 13)
c. √5, 0 d. (−1, 5)

2. Tentukan koordinat kartesius dari titik-titik ini!


a. (4, 30°) b. (15, 60°)
c. (2, −𝜋) d. 2,

14

Anda mungkin juga menyukai