Anda di halaman 1dari 16

6.

2 Ukuran Sudut Lain dalam Lingkaran


Modul ini memuat definisi, teorema, dan corollary yang ada pada
geometri, serta mengenai lingkaran dan ukuran sudut lainnya.
Terdapat juga pembahasan terkait garis singgung, garis potong,
lingkaran dalam poligon, lingkaran dalam, poligon siklik, dll.
Definisi, teorema, dan corollary pada modul ini dibahas untuk
menjadi dasaran untuk membuktikan suatu teorema pada modul
berikutnya. Maka dari itu modul ini diharapkan dapat berguna dan
dimanfaatkan dengan cara mempelajari pembahasan yang ada di
modul ini dengan baik.

Kita mulai bagian ini dengan mempertimbangkan garis, sinar, dan segmen yang terkait
dengan lingkaran. Kita berasumsi bahwa garis dan lingkaran adalah coplanar

Definisi

Garis singgung adalah garis yang memotong lingkaran di satu titik; titik persimpangan
adalah titik kontak, atau titik singgung

Istilah garis singgung ini juga berlaku untuk segmen atau sinar yang merupakan bagian
dari garis singgung lingkaran. Dalam setiap kasus, garis singgung menyentuh lingkaran
pada satu titik.

Definisi

Garis potong adalah garis atau segmen atau sinar yang memotong lingkaran tepat di
dua titik

1
Gambar 6.21

Pada gambar 6.21 (a), garis s adalah garis potong ⊙ 𝑂; sedangkan,garis t

adalah garis singgung ⊙ 𝑂 dan titik C adalah titik singgung. Pada gambar 6.21 (b), 𝐴𝐵

⃗⃗⃗⃗⃗ adalah garis


adalah garis singgung ⊙ 𝑄 dan titik T adalah titik singgungnya :𝐶𝐷

potong dengan titik potong pada E dan F.

Definisi

Sebuah poligon tergambar di dalam sebuah lingkaran jika simpulnya adalah titik-titik
pada lingkaran dan sisi-sisinya adalah tali busur lingkaran. Secara ekuivalen, lingkaran
melingkari sebuah poligon. Poligon dalam lingkaran selanjutnya digambarkan sebagai
poligon siklik

Gambar 6.22

2
Dalam gambar 6.22, △ 𝐴𝐵𝐶 tergambar di dalam ⊙ 𝑂 dan segi empat RSTV tergambar
di dalam ⊙ 𝑄. Sebaliknya, ⊙ 𝑂 melingkari △ 𝐴𝐵𝐶 dan ⊙ 𝑄 melingkari segi empat
RSTV. Perhatikan bahwa 𝐴𝐵, 𝐵𝐶, dan 𝐴𝐶 adalah tali busur dari ⊙ 𝑂 dan 𝑅𝑆, 𝑆𝑇,
𝑇𝑉dan 𝑅𝑉 adalah tali busur dari ⊙ 𝑄 . Segi empat RSTV dan △ 𝐴𝐵𝐶 adalah poligon
siklik.

Teorema 6.2.1

Jika segiempat tergambar di dalam sebuah lingkaran, sudut-sudut yang berlawanan


saling melengkapi. Bentuk alternatif : sudut-sudut yang berlawanan dari segi empat
siklik adalah bersuplemen.

Pembuktian teorema 6.2.1 adalah sebagai berikut. Dalam pembuktiannya, kita


tunjukkan bahwa ∠𝑅 dan ∠𝑇 bersuplemen. Dalam bukti serupa, kita juga bisa
menunjukkan bahwa ∠𝑆 dan ∠𝑉 juga bersuplemen.

Gambar 6.23

DIBERIKAN: RSTV terdapat dalam ⊙ 𝑄 (lihat gambar 6.23)

BUKTIKAN: ∠𝑅 dan ∠𝑇 bersuplemen

BUKTI: Dari bagian 6.1, sudut di dalam lingkaran sama dengan setengah dari
1
̂ dan
ukuran busur yang dipotong. Karena 𝑚∠𝑅 = 2 𝑚𝑆𝑇𝑉

1
̂ , berikut ini
𝑚∠𝑇 = 2 𝑚𝑆𝑅𝑉

3
1 1
̂ + 𝑚𝑆𝑅𝑉
𝑚∠𝑅 + 𝑚∠𝑇 = 2 𝑚𝑆𝑇𝑉 ̂
2

1
̂ + 𝑚𝑆𝑅𝑉
= 2 (𝑚𝑆𝑇𝑉 ̂ )

̂ dan 𝑆𝑅𝑉
Karena 𝑆𝑇𝑉 ̂ dari keseluruhan lingkaran, 𝑚𝑆𝑇𝑉
̂ + 𝑚𝑆𝑅𝑉
̂ = 360°

Dengan substitusi,

1
𝑚∠𝑅 + 𝑚∠𝑇 = (360°) = 180°
2

Dari definisi, maka ∠𝑅 𝑑𝑎𝑛 ∠𝑇 bersuplemen

Bukti teorema 6.2.1 menunjukkan bahwa 𝑚∠𝑅 + 𝑚∠𝑇 = 180° . Karena jumlah sudut
dalam dari segiempat adalah 360° kita tau bahwa

𝑚∠𝑅 + 𝑚∠𝑆 + 𝑚∠𝑇 + 𝑚∠𝑉 = 360°

Dengan menggunakan substitusi, mudah untuk menunjukkan bahwa 𝑚∠𝑆 + 𝑚∠𝑉 =


180° ; yaitu ∠𝑆 𝑑𝑎𝑛 ∠𝑉 juga bersuplemen.

Definisi

Sebuah poligon mengelilingi sebuah lingkaran jika semua sisi poligon adalah segmen
garis yang bersinggungan dengan lingkaran; juga, lingkaran dikatakan tergambar di
dalam poligon

Gambar 6.24

4
Pada gambar 6.24 (a), △ 𝐴𝐵𝐶 mengelilingi sebuah ⊙ 𝐷. Dalam gambar 6.24
(b), persegi MNPQ mengelilingi sebuah ⊙ 𝑇. Selanjutnya ⊙ 𝐷 tergambar di dalam △
𝐴𝐵𝐶, dan ⊙ 𝑇 tergambar di dalam persegi MNPQ. Perhatikan bahwa 𝐴𝐵, 𝐴𝐶, 𝐵𝐶
adalah garis singgung ⊙ 𝐷 dan 𝑀𝑁, 𝑁𝑃, 𝑃𝑄, dan 𝑀𝑄 adalah garis singgung ⊙ 𝑇.

Kita tahu bahwa sudut pusat memiliki ukuran yang sama dengan ukuran titik
potongnya busur dan bahwa sudut dalam memiliki ukuran yang sama dengan setengah
ukuran busur yang dipotongnya. Sekarang kita mempertimbangkan jenis sudut lain
dalam lingkaran.

Teorema 6.2.2

Besar sudut yang dibentuk oleh dua tali busur yang berpotongan dalam suatu lingkaran
adalah setengah jumlah besar busur yang dipotong oleh sudut tersebut dan sudut
vertikalnya

Gambar 6.25

̂ dan ∠𝐴𝐸𝐶 memotong 𝐴𝐶


Dalam gambar 6.25 (a), ∠𝑆 memotong 𝐷𝐵 ̂ . Berdasarkan
teorema 6.2.2

1
̂ + 𝑚𝐷𝐵
𝑚∠1 = (𝑚𝐴𝐶 ̂)
2

Untuk membuktikan Teorema 6.2.2, kita gambar segmen garis bantu 𝐶𝐵 [lihat gambar
6.25 (b)]

DIBERIKAN: Tali busur 𝐴𝐵, dan 𝐶𝐷 berpotongan di titik E dalam ⊙ 𝑂

5
1
̂ + 𝑚𝐷𝐵
BUKTIKAN: 𝑚∠1 = 2 (𝑚𝐴𝐶 ̂)

BUKTI:

Gambar 𝐶𝐵. Sekarang 𝑚∠1 = 𝑚∠2 + 𝑚∠3 karena ∠1 adalah sudut luar dari △ 𝐶𝐵𝐸.

Karena ∠2 dan ∠3 adalah sudut dalam lingkaran dari ⊙ 𝑂,

1 1
̂ dan 𝑚∠3 = 𝑚𝐴𝐶
𝑚∠1 = 2 𝑚𝐷𝐵 ̂
2

Substitusi ke persamaan 𝑚∠1 = 𝑚∠2 + 𝑚∠3 mengarah ke

1 1
̂ + 𝑚𝐴𝐶
𝑚∠1 = 𝑚𝐷𝐵 ̂
2 2
1
̂ + 𝑚𝐴𝐶
= 2 (𝑚𝐷𝐵 ̂)

Ekuivalen,

1
̂ + 𝑚𝐷𝐵
𝑚∠1 = (𝑚𝐴𝐶 ̂)
2

Selanjutnya, kita aplikasikan Teorema 6.2.2

Contoh 1
̂ = 84° dan 𝑚𝐷𝐵
Pada gambar 6.25 (a), 𝑚𝐴𝐶 ̂ = 62°. Temukan 𝑚∠1

Solusi berdasarkan Teorema 6.2.2,

1
̂ + 𝑚𝐷𝐵
𝑚∠1 = (𝑚𝐴𝐶 ̂)
2

1
= (84° + 62°)
2

1
= (146°) = 73°
2

6
Ingatlah bahwa lingkaran memisahkan titik-titik pada bidang menjadi tiga
bagian: titik-titik di bagian dalam lingkaran, titik-titik pada lingkaran, dan titik-titik di
bagian luar lingkaran.

Gambar 6.26

Pada Gambar 6.26, titik A dan titik pusat O berada di bagian dalam lingkaran
dari ⊙ 𝑂 karena jaraknya dari titik pusat O lebih kecil dari panjang jari-jarinya. Titik
B berada pada lingkaran, tetapi titik C dan D berada di luar lingkaran dari ⊙ 𝑂 karena
jaraknya dari O lebih besar daripada panjang jari-jarinya.

Dalam pembuktian Teorema 6.2.3, kita menggunakan fakta bahwa garis singgung
lingkaran tidak dapat memuat titik bagian dalam lingkaran.

Teorema 6.2.3

Jari-jari (atau garis lain yang melalui pusat lingkaran) yang ditarik ke garis singgung
di titik singgung tegak lurus dengan garis singgung di titik tersebut

Gambar 6.27

7
⃡⃗⃗⃗⃗ ; titik B adalah titik singgungnya (lihat
DIBERIKAN: ⊙ 𝑂 dengan garis singgung 𝐴𝐵
gambar 6.27)

⃡⃗⃗⃗⃗
BUKTIKAN: 𝑂𝐵 ⊥ 𝐴𝐵

BUKTI: ⊙ 𝑂 memiliki garis singgung ⃡⃗⃗⃗⃗ ⃡⃗⃗⃗⃗ . Misalkan C


𝐴𝐵 dan jari-jari 𝑂𝐵
menyebutkan sembarang titik pada kecuali B. Sekarang OC > OB
karena C terletak di luar lingkaran. Ini mengikuti bahwa 𝑂𝐵 ⊥ ⃡⃗⃗⃗⃗
𝐴𝐵
karena jarak terpendek dari suatu titik ke garis ditentukan oleh segmen
garis tegak lurus dari titik itu ke garis.

Contoh 2 bisa dilihat di buku halaman 292

Akibat dari Teorema 6.2.3 adalah Corollary 6.2.4, yang memiliki tiga
kemungkinan kasus. Diilustrasikan pada Gambar 6.29, hanya kasus pertama yang
terbukti; dua sisanya dibiarkan sebagai latihan.

Corollary 6.2.4

Ukuran sudut yang dibentuk oleh garis singgung dan tali busur yang ditarik ke titik
singgung adalah setengah ukuran busur yang dipotong. (Lihat Gambar 6.29.)

Gambar 6.29

DIBERIKAN: Tali busur 𝐶𝐴 (yang merupakan diameter) dan aris singung ⃗⃗⃗⃗⃗
𝐶𝐷

[lihat gambar 6.29 (a).]

1
̂
BUKTIKAN: 𝑚∠1 = 2 𝑚𝐴𝐵𝐶

8
BUKTI: ⃗⃗⃗⃗⃗ . Maka ∠1 sudut siku-siku dan
dengan teorema 6.2.3, 𝐴𝐶 ⊥ 𝐶𝐷

̂ adalah setengah
𝑚∠1 = 90°. Karena busur yang dipotong 𝐴𝐵𝐶
̂ = 180°. Dengan demikian maka 𝑚∠1 = 1 𝑚𝐴𝐵𝐶
lingkaran, 𝑚𝐴𝐵𝐶 ̂.
2

Contoh 3

Diberikan: Pada gambar 6.30, ⊙ 𝑂 dengan diameter 𝐷𝐵,


⃡⃗⃗⃗⃗ , dan 𝑚𝐷𝐸
garis singgung𝐴𝐶 ̂ = 84°

Gambar 6.30

Temukan:

a. 𝑚∠1
b. 𝑚∠2
c. 𝑚∠𝐴𝐵𝐷
d. 𝑚∠𝐴𝐵𝐸

Solusi

1
̂ = 42°
a. ∠1 adalah sudut dalam lingkaran, 𝑚∠1 = 2 𝑚𝐷𝐸
̂ = 84° dan 𝐷𝐸𝐵
b. Dengan 𝑚𝐷𝐸 ̂ adalah setengah lingkaran, 𝑚𝐵𝐸
̂ = 180° −
1 1
̂ = (96°) = 48°
84° = 96°. Dengan Corollary 6.2.4, 𝑚∠2 = 2 𝑚𝐵𝐸 2

c. Karena 𝐷𝐵 tegak lurus dengan ⃡⃗⃗⃗⃗


𝐴𝐵 , maka 𝑚∠𝐴𝐵𝐷 = 90°
d. 𝑚∠𝐴𝐵𝐸= 𝑚∠𝐴𝐵𝐷 + 𝑚∠1 = 90° + 42° = 132°

STRATEGI PEMBUKTIAN

Aturan umum: Dengan bantuan garis bantu, Teorema 6.2.5, 6.2.6, dan 6.2.7 dapat
dibuktikan dengan menggunakan Teorema 6.1.2 (ukuran sudut dalam).

9
Ilustrasi: Dalam pembuktian Teorema 6.2.5, tali busur bantu 𝐵𝐷 membantu
membentuk ∠1 sebagai sudut luar dari △ 𝐴𝐵𝐶.

Teorema 6.2.5

Ukuran sudut yang terbentuk ketika dua garis potong berpotongan di suatu titik di luar
lingkaran adalah selisih setengah dari ukuran dari dua busur yang dipotong.

Gambar 6.31

DIBERIKAN: Garis potong 𝐴𝐶 dan 𝐷𝐶 seperti yang ditunjukkan dalam gambar 6.31

1
̂ − 𝑚𝐵𝐸
BUKTIKAN: 𝑚∠𝐶 = 2 (𝑚𝐴𝐷 ̂)

BUKTI: Gambar 𝐵𝐷 untuk membentuk △ 𝐵𝐶𝐷. Maka ukuran sudut luar dari

△ 𝐵𝐶𝐷 diberikan oleh

𝑚∠1 = 𝑚∠𝐶 + 𝑚∠𝐷

𝑚∠𝐶 = 𝑚∠1 − 𝑚∠𝐷

1 1
̂ dan 𝑚∠𝐷 = 𝑚𝐵𝐸
Karena ∠1 dan ∠𝐷 adalah sudut dalam, 𝑚∠1 = 2 𝑚𝐴𝐷 ̂.
2

Maka

1 1
̂ − 𝑚𝐵𝐸
𝑚∠𝐶 = 𝑚𝐴𝐷 ̂
2 2

Atau

1
𝑚∠𝐶 = ̂ − 𝑚𝐵𝐸
(𝑚𝐴𝐷 ̂)
2

10
Catatan : Dalam penerapan Teorema 6.2.5, dikurangi dengan ukuran busur yang lebih
kecil dari ukuran busur yang lebih besar

Contoh 4

Diberikan: dalam ⊙ 𝑂 dari gambar 6.32, 𝑚∠𝐴𝑂𝐵 =


136° dan 𝑚∠𝐷𝑂𝐶 = 46°

Temukan: 𝑚∠𝐸

̂ = 136°
Solusi: jika 𝑚∠𝐴𝑂𝐵 = 136°, maka 𝑚𝐴𝐵

Gambar 6.32 ̂ = 46°


Jika 𝑚∠𝐷𝑂𝐶 = 46°, maka 𝑚𝐷𝐶

Berdasarkan teorema 6.2.5

1
̂ − 𝑚𝐷𝐶
𝑚∠𝐸 = (𝑚𝐴𝐵 ̂)
2

1
= (136° − 46°)
2

1
= (90°) = 45°
2

Teorema 6.2.5–6.2.7 menunjukkan bahwa setiap sudut yang dibentuk oleh dua garis
yang berpotongan di luar lingkaran memiliki ukuran yang sama dengan setengah dari
perbedaan ukuran kedua busur yang dicegat. Dua teorema berikutnya tidak terbukti,
tetapi garis bantu ditunjukkan pada Gambar 6.33 dan 6.34(a) akan membantu
melengkapi bukti

Teorema 6.2.6

Jika suatu sudut dibentuk oleh garis potong dan garis singgung yang berpotongan di
luar lingkaran, maka ukuran sudutnya adalah setengah dari selisih besar busur yang
dipotongnya.

11
Berdasarkan teorema 6.2.6

1
̂ − 𝑚𝐽𝐾
𝑚∠𝐿 = (𝑚𝐻𝐽 ̂)
2

Gambar 6.33

Pada gambar 6.33. Sekali lagi, kita harus mengurangi ukuran busur yang lebih kecil
dari ukuran busur yang lebih besar. Sebuah studi singkat dari Teorema 6.2.5–6.2.7
menunjukkan bahwa busur yang lebih kecil adalah "lebih dekat" dari titik sudut dan
bahwa busur yang lebih besar adalah "lebih jauh dari" puncak.

Teorema 6.2.7

Jika suatu sudut dibentuk oleh dua garis singgung yang berpotongan, maka besar sudut
tersebut adalah setengah dari selisih besar busur yang berpotongan tersebut.

Gambar 6.34

12
Pada gambar 6.34 (a), ∠𝐴𝐵𝐶 memotong dua busur yang ditentukan oleh titik A
̂ ), dan busur besar adalah busur mayor
dan C. Busur kecil adalah busur minor (𝐴𝐶
̂ ).
(𝐴𝐷𝐶

Berdasarkan teorema 6.2.7

1
𝑚∠𝐴𝐵𝐶 = ̂ − 𝑚𝐴𝐶
(𝑚𝐴𝐷𝐶 ̂)
2

Seperti biasa, kita kurangi ukuran busur minor dari ukuran busur mayor.

Contoh 5

̂ = 70°,
DIBERIKAN: Pada gambar 6.34 (b), 𝑚𝑀𝑁
̂ = 88°, 𝑚𝑀𝑅
𝑚𝑁𝑃 ̂ = 46°, dan 𝑚𝑅𝑆
̂ = 26°.

TEMUKAN: a. 𝑚∠𝑀𝑇𝑁

b. 𝑚∠𝑁𝑇𝑃

Gambar 6.34 c. 𝑚∠𝑀𝑇𝑃

Solusi

1
a. 𝑚∠𝑀𝑇𝑁 = ̂ − 𝑚𝑀𝑅
(𝑚𝑀𝑁 ̂)
2
1
= (70° − 46°)
2
1
= (24°) = 12°
2

13
1
b. 𝑚∠𝑁𝑇𝑃 = ̂ − 𝑚𝑅𝑆
(𝑚𝑁𝑃 ̂)
2
1
= (88° − 26°)
2
1
= (62°) = 31°
2
c. 𝑚∠𝑀𝑇𝑃 = 𝑚∠𝑀𝑇𝑁 + 𝑚∠𝑁𝑇𝑃
Menggunakan hasil dari (a) dan (b), 𝑚∠𝑀𝑇𝑃 = 12° + 31° = 43°

Sebelum mempertimbangkan contoh terakhir, mari kita tinjau metode yang


digunakan untuk mengukur macam macam sudut yang berhubungan dengan lingkaran.
Ini diringkas dalam Tabel 6.1.

Tabel 6.1
Metode untuk Mengukur Sudut yang Terkait dengan Lingkaran
Lokasi Titik Sudut Aturan untuk Mengukur Sudut
Pusat Lingkaran Ukuran Busur yang dipotong
Di Bagian Dalam Lingkaran Satu setengah jumlah ukuran busur yang dipotong
Tepat di Lingkaran Setengah ukuran busur yang dipotong
Di Bagian Luar Lingkaran Satu setengah perbedaan ukuran dari dua busur
yang dipotong

Contoh 6

14
Diketahui bahwa 𝑚∠1 = 46° pada gambar 6.35, temukan
̂ dan 𝐴𝐶𝐵
ukuran sudut dari 𝐴𝐵 ̂
Solusi
̂ = 𝑥 dan 𝑚𝐴𝐶𝐵
Misal 𝑚𝐴𝐵 ̂ = 𝑦. Sekarang
1
Gambar 6.35 𝑚∠1 = ̂ − 𝑚𝐴𝐵
(𝑚𝐴𝐶𝐵 ̂)
2
1
Jadi 46° = (𝑦 − 𝑥)
2

Hasil tersebut dikalikan dengan 2, maka kita peroleh 92° = 𝑦 − 𝑥


Juga, 𝑦 + 𝑥 = 360° karena kedua busur ini membentuk lingkaran. Kita
tambahkan persamaan ini seperti yang ditunjukkan.
𝑦 + 𝑥 = 360°
𝑦 − 𝑥 = 92°
2𝑦 = 452°
𝑦 = 226°
Karena 𝑥 + 𝑦 = 360°, kita tau bahwa 𝑥 + 226 = 360° dan 𝑥 = 134°.
̂ = 134° dan 𝑚𝐴𝐶𝐵
Maka 𝑚𝐴𝐵 ̂ = 226°

Teorema 6.2.8

Jika dua garis sejajar memotong lingkaran, busur yang dipotong antara garis-garis ini
adalah kongruen.

Dimana ⃡⃗⃗⃗⃗
𝐴𝐵 ∥ ⃡⃗⃗⃗⃗ ̂ ≅
𝐶𝐷 pada gambar 6.36, ini berarti 𝐴𝐶
̂ . Ekuivalen, 𝑚𝐴𝐶
𝐵𝐷 ̂ = 𝑚𝐵𝐷
̂.

Gambar 6.36

15
LATIHAN MANDIRI
1. Diberikan: ̂ = 92°
𝑚𝐴𝐵
̂ = 114°
𝑚𝐷𝐴
̂ = 138°
𝑚𝐵𝐶
Temukan:
a. 𝑚∠1 (∠𝐷𝐴𝐶)
b. 𝑚∠2 (∠𝐴𝐷𝐵)
c. 𝑚∠3 (∠𝐴𝐹𝐵)
d. 𝑚∠4 (∠𝐷𝐸𝐶)
e. 𝑚∠5 (∠𝐶𝐸𝐵)
̂ = 30° dan 𝐷𝐴𝐵𝐶
2. Diberikan: 𝑚𝐷𝐶 ̂ dibagi tiga di titik A dan B
Temukan:
a. 𝑚∠1
b. 𝑚∠2
c. 𝑚∠3
d. 𝑚∠4
e. 𝑚∠5
3. Diberikan: ⊙ 𝑂 dengan diameter 𝑅𝑆, garis singgung ⃗⃗⃗⃗⃗⃗
𝑆𝑊 , tali busur 𝑇𝑆, dan
̂ = 26°
𝑚𝑅𝑇
Temukan:
a. 𝑚∠𝑊𝑆𝑅
b. 𝑚∠𝑅𝑆𝑇
c. 𝑚∠𝑊𝑆𝑇
4. Diberikan: 𝑚∠3 = 42°
Temukan:
̂
a. 𝑚𝑅𝑇
̂
b. 𝑚𝑅𝑆𝑇

16

Anda mungkin juga menyukai