Anda di halaman 1dari 18

7

Materi Lingkaran

Pada Kurikulum 2013 materi pelajaran matematika SMP kelas VIII

semester 2 tahun ajaran 2017/2018, terdiri dari teorema Pythagoras,

lingkaran, bangun ruang sisi datar, statistika, dan peluang. Dalam penelitian

ini, peneliti memilih materi pokok lingkaran.

1. Lingkaran dan Bagian-bagian Lingkaran

Perhatikan gambar berikut!

Gambar 2.4 Bentuk Lingkaran

Jam dinding, CD, dan gelang merupakan contoh benda–benda yang

memiliki bentuk dasar lingkaran yang tampak pada gambar 2.4.

Perhatikan gambar berikut!


A

C O
B

Gambar 2.5 Lingkaran

Perhatikan gambar 2.5 dengan saksama. Misalkan 𝐴, 𝐵, dan 𝐶,

merupakan tiga titik sebarang pada lingkaran yang berpusat di titik 𝑂.

Dengan demikian, Agus (2007:126) menyatakan lingkaran adalah

kumpulan titik-titik yang membentuk lengkungan tertutup, di mana titik-


8

titik pada lengkungan tersebut berjarak sama terhadap titik pusat

lingkaran. Pada gambar 2.5, jarak 𝑂𝐴, 𝑂𝐵, dan 𝑂𝐶 disebut jari-jari

lingkaran.

Perhatikan gambar berikut!

Gambar 2.6 Lingkaran yang berpusat di titik 𝑂

Perhatikan gambar 2.6 ada beberapa bagian-bagian dari lingkaran

diantaranya yaitu titik pusat, jari-jari, diameter, busur, tali busur,

tembereng, juring, dan apotema. Perhatikan uraian berikut.

a. Titik pusat

Titik pusat adalah titik tertentu yang mempunyai jarak yang sama

terhadap semua titik pada lingkaran, yaitu titik 𝑂.

b. Jari-jari (𝑟)

Jari-jari adalah jarak dari titik pusat ke lengkungan lingkaran, jari-jari

ditunjukan oleh garis 𝑂𝐴, 𝑂𝐵, dan 𝑂𝐶.

c. Diameter (𝑑)

Diameter adalah ruas garis yang menghubungkan dua titik pada

lingkaran yang melalui titik pusat. Garis 𝐴𝐵 pada lingkaran

merupakan diameter lingkaran tersebut. Perhatikan bahwa

𝐴𝐵 = 𝑂𝐴 + 𝑂𝐵. Sehingga, nilai diameter merupakan dua kali nilai

jari-jarinya, ditulis bahwa 𝑑 = 2𝑟.


9

d. Busur lingkaran

Busur lingkaran merupakan garis lengkung yang terletak pada

lengkungan lingkaran dan menghubungkan dua titik sebarang di

lengkugan tersebut. Pada gambar 2.6, busur 𝐴𝐵, busur 𝐴𝐶, dan busur

𝐵𝐶.

e. Tali busur

Tali busur lingkaran merupakan garis lurus dalam lingkaran yang

menghubungkan dua titik pada lengkunagn lingkaran. Tali busur

ditunjukkan oleh garis lurus 𝐴𝐶 yang tidak melalui titik pusat pada

gambar 2.6.

f. Tembereng

Tembereng adalah daerah lingkaran yang dibatasi oleh sebuah tali

busur dan busur lingkaran. Pada gambar 2.6, tembereng ditunjukkan

oleh daerah yang diarsir dan dibatasi oleh busur 𝐴𝐶 dab tali busur 𝐴𝐶.

g. Juring lingkaran

Juring lingkaran adalah daerah lingkaran yang dibatasi oleh dua buah

jari-jari lingkaran dan sebuah busur lingkaran yang diapit oleh kedua

jari-jari lingkaran tersebut. Pada gambar 2.6, juring lingkaran

ditunjukkan oleh daerah yang diarsir yang dibatasi oleh jari-jari 𝑂𝐶

dan 𝑂𝐵 serta busur 𝐵𝐶, dinamakan juring 𝐵𝑂𝐶.

h. Apotema

Apotema merupakan garis yang menghubungkan titik pusat lingkaran


10

dengan tali busur lingkaran tersebut. Garis yang dibentuk bersifat

tegak lurus dengan tali busur. Pada gambar 2.6, ditunjukkan oleh garis

𝑂𝐷 merupakan garis apotema pada lingkaran.

2. Keliling dan Luas Lingkaran

a. Keliling Lingkaran

Nurharini dan Wahyuni (2008:142) menyatakan, pada setiap

keliling (K)
lingkaran nilai perbandingan menunjukkan bilangan yang
diameter (d)

𝐾
sama atau tetap disebut 𝜋. Karena = 𝜋, sehingga diperoleh 𝐾 = 𝜋𝑑.
𝑑

Karena panjang diameter adalah 2 × 𝑗𝑎𝑟𝑖 − 𝑗𝑎𝑟𝑖 atau 𝑑 = 2𝑟, maka

𝐾 = 2𝜋𝑟. Sehingga diperoleh rumus keliling (𝐾) lingkaran dengan

diameter (𝑑) atau jari-jari (𝑟) adalah 𝐾 = 𝜋𝑑 atau 𝐾 = 2𝜋𝑟.

b. Luas Lingkaran

Salamah (2015:135) menyatakan. Luas lingkaran adalah daerah

yang dibatasi atau dikelilingi oleh kurva yang berbentuk lingkaran.

Untuk menentukan rumus luas lingkaran, lakukan kegiatan berikut.

(b)

(a)
Gambar 2.7 Lingkaran dan Juring

1) Buatlah lingkaran dengan jari-jari 8𝑐𝑚.

2) Bagilah lingkaran tersebut menjadi dua bagian sama besar atau


11

arsir satu bagian.

3) Bagilah lingkaran menjadi 12 daerah juring lingkaran sama besar

dengan sudut pusat 30°.

4) Bagilah salah satu juring yang tidak diarsir menjadi dua sama

besar seperti gambar 2.7(a).

5) Guntinglah lingkaran tersebut sesuai dengan juring-juring

tersebut.

6) Susunlah potongan-potongan juring secara berdampingan

sehingga terbentuk bangun yang menyerupai persegi panjang

seperti gambar 2.7(b).

Pemotongan lingkaran dengan cara di atas dilanjutkan terus-

menerus, akan didapatkan bangun yang makin mendekati bentuk


1
persegi panjang dengan panjang = 2 keliling lingkaran dan

lebar = jari-jari lingkaran. Dari kegiatan diatas diperoleh luas

lingkaran (𝐿) sama dengan luas persegi panjang.

𝐿 =𝑝×𝑙

1
= 𝑘𝑒𝑙𝑖𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑙𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 × 𝑟
2
1
= × 2𝜋𝑟 × 𝑟
2

= 𝜋𝑟 2

atau

1
𝐿 = 𝜋 ( 𝑑)2
2
1
= 𝜋 × 𝑑2
4
12

1 2
= 𝜋𝑑
4

Luas suatu lingkaran berjari-jari 𝑟 atau diameter 𝑑 adalah


1
𝐿 = 𝜋𝑟 2 atau 𝐿 = 4 𝜋𝑑 2 .

c. Menghitung Besarnya Perubahan Luas jika Jari-jari Lingkaran

Berubah

Jika jari-jari suatu lingkaran berubah dari 𝑟1menjadi 𝑟2 dengan 𝑟2 >

𝑟1, selisish luas lingkaran yang semula 𝐿1 dengan lingkaran yang baru

𝐿2 adalah:

𝐿2 − 𝐿1 = 𝜋𝑟22 − 𝜋𝑟12

= 𝜋(𝑟22 − 𝑟12 )

= 𝜋(𝑟2 − 𝑟1 )(𝑟2 + 𝑟1 )

Sementara itu, perbandingan antara 𝐿2 dan 𝐿1 adalah sebagai berikut.

𝐿2 : 𝐿1 = 𝜋𝑟22 : 𝜋𝑟12

= 𝑟22 : 𝑟12

Dengan demikian, dapat disimpulkan sebagai berikut.

𝐿2 − 𝐿1 = 𝜋(𝑟2 − 𝑟1 )(𝑟2 + 𝑟1 )

𝐿2 : 𝐿1 = 𝑟22 : 𝑟12

3. Hubungan Antara Sudut Pusat, Panjang Busur, dan Luas Juring

Nurharini dan Wahyuni (2018:149) menyatakan, sudut pusat adalah

sudut yang dibentuk oleh dua jari-jari yang berpotongan pada pusat

lingkaran. Perhatikan gambar 2.8 berikut!


13

Gambar 2.8 Juring AOB


Pada gambar 2.8 diatas, ∠𝐴𝑂𝐵 = 𝛼 adalah sudut pusat lingkaran.

Garis lengkung 𝐴𝐵 disebut busur 𝐴𝐵 dan derah yang diarsiran 𝑂𝐴𝐵

disebut jruing 𝑂𝐴𝐵. Untuk menentukan hubungan antara sudut pusat,

panjang busur, dan luas juring maka dapat dilakukan kegiatan sebagai

berikut.

a. Buatlah lingkaran dengan pusat di 𝑂 berjari-jari 5𝑐𝑚.

b. Pada lingkaran tersebut buatlah sudut pusat dengan 𝑚∠𝐴𝑂𝐵 = 30°

dan 𝑚∠𝐶𝑂𝐷 = 60°, seperti gambar 2.9.

Gambar 2.9 Lingkaran dengan sudut pusat ∠𝐴𝑂𝐵dan ∠𝐶𝑂𝐷


c. Untuk menyelidikan hubungan antara sudut pusat dan panjang busur,

ukurlah busur 𝐴𝐵 dan busur 𝐶𝐷 dengan menggunakan benang.

d. Untuk menyelidiki hubungan antara sudut pusat dan luas juring,

jiplaklah juring 𝐴𝑂𝐵 dan potong sekeliling juring 𝐴𝑂𝐵. Kemudian

ukurlah juring 𝐶𝑂𝐷 dengan menggunakan juring 𝐴𝑂𝐵.

e. Tentukan besar perbandingan antara kedua sudut pusat, panjang kedua

busur , dan luas kedua juring.

Maka dari kegiatan yang dilakukan maka akan diperoleh bahwa

𝑚 ∠𝐴𝑂𝐵 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑢𝑠𝑢𝑟 𝐴𝐵 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑗𝑢𝑟𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑂𝐵 1


= 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑢𝑠𝑢𝑟 𝐶𝐷 = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑗𝑢𝑟𝑖𝑛𝑔 𝐶𝑂𝐷 = 2. Sehingga panjang busur
𝑚 ∠𝐶𝑂𝐷
14

dan luas juring pada suatu lingkaran berbanding lurus dengan besar sudut

pusatnya.

Perhatikan gambar berikut!

Gambar 2.10 Lingkaran dengan titik pusat 𝑂

Setelah memperhatikan gambar 2.10, maka dari gambar tersebut

𝑚 ∠𝐴𝑂𝐵 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑢𝑠𝑢𝑟 𝐴𝐵 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑗𝑢𝑟𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑂𝐵


diperoleh = 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑢𝑠𝑢𝑟 𝐶𝐷 = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑗𝑢𝑟𝑖𝑛𝑔 𝐶𝑂𝐷. Kemudian,
𝑚 ∠𝐶𝑂𝐷

misalkan ∠𝐶𝑂𝐷 = 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑢ℎ = 360° maka keliling

lingkaran = 2𝜋𝑟, dan luas lingkaran = 𝜋𝑟 2 dengan jari-jari, akan tampak

m∠𝐴𝑂𝐵 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝐴𝐵 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑗𝑢𝑟𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑂𝐵


seperti gambar 2.11, maka diperoleh = = .
360° 2𝜋𝑟 𝜋𝑟 2

Gambar 2.11 Lingkaran dengan pusat titik 𝑂 dan juring 𝐴𝑂𝐵

Dengan demikian diperoleh rumus panjang busur 𝐴𝐵, luas juring 𝐴𝐵,

dan luas luas tembereng 𝐴𝐵 sebagai berikut.


𝛼
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑢𝑠𝑢𝑟𝐴𝐵 = × 2𝜋𝑟
360°

𝛼
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑗𝑢𝑟𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑂𝐵 = × 𝜋𝑟 2
360°

𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑡𝑒𝑚𝑏𝑒𝑟𝑒𝑛𝑔 𝐴𝐵 = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑗𝑢𝑟𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑂𝐵 − 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑠𝑒𝑔𝑖𝑡𝑖𝑔𝑎 𝐴𝑂𝐵


15

4. Sudut Pusat dan Sudut Keliling

a. Hubungan sudut pusat dan sudut keliling lingkaran yang

menghadap busur yang sama

Salamah (2015:148) menyatakan, sudut pusat adalah yang titik

sudutnya merupakan titik pusat lingkaran dan kaki-kakinya

merupakan jari-jari lingkaran. Sedangkan sudut keliling adalah sudut

yang titik sudutnya terletak pada keliling lingkaran dan kaki-kakinya

merupakan tali busur yang melalui titik sudut tersebut.

Gambar 2.12 Sudut Pusat dan Sudut Keliling

Pada gambar 2.12, 𝑂𝐴 dan 𝑂𝐵 berpotongan di 𝑂 membentuk sudut

pusat, yaitu ∠𝐴𝑂𝐵. Adapun tali busur 𝐴𝐶 dan 𝐶𝐵 berpotongan dititik

𝐶 membentuk sudut keliling ∠𝐴𝐶𝐵. Sudut pusat ∠𝐴𝑂𝐵 dan sudut

keliling ∠𝐴𝐶𝐵 menghadap busur yang sama yaitu busur 𝐴𝐵.

Perhatikan gambar berikut!

Gambar 2.13 Lingkaran berpusat di titik 𝑂 dan memiliki jari-jari


16

Dari gambar 2.13 ialah gambar lingkaran berpusat di titik 𝑂 dan

memiliki jari-jari 𝑂𝐴 = 𝑂𝐵 = 𝑂𝐶 = 𝑂𝐷 = 𝑟. Misalkan 𝑚∠𝐴𝑂𝐶 = 𝛼

dan 𝑚∠𝐶𝑂𝐵 = 𝛽, maka 𝑚∠𝐴𝑂𝐵 = 𝛼 + 𝛽.

Perhatikan △ 𝐵𝑂𝐷

∠𝐵𝑂𝐷 pelurus bagi ∠𝐵𝑂𝐶, sehingga 𝑚∠𝐴𝑂𝐷 = 180° − 𝛽.

∆ 𝐵𝑂𝐷 segitiga sama kaki, karena 𝑂𝐵 = 𝑂𝐷 = 𝑟, sehingga

180°−∠𝐵𝑂𝐷
𝑚∠𝑂𝐷𝐵 = 𝑚∠𝑂𝐵𝐷 = .
2

Karena 𝑚∠𝐵𝑂𝐷 = 180° − 𝛽, maka diperoleh

180°−(180°−β) 1
𝑚∠𝑂𝐷𝐵 = 𝑚∠𝑂𝐵𝐷 = = 2 𝛽.
2

Perhatikan △ 𝐴𝑂𝐷

∠𝐴𝑂𝐷 pelurus bagi ∠𝐴𝑂𝐶, sehingga 𝑚∠𝐴𝑂𝐷 = 180° − 𝛼.

△ 𝐴𝑂𝐷 segitiga sama kaki, karena 𝑂𝐴 = 𝑂𝐷 = 𝑟, sehingga

180°−∠𝐴𝑂𝐷
𝑚∠𝑂𝐷𝐴 = 𝑚∠𝑂𝐴𝐷 = .
2

Karena 𝑚∠𝐴𝑂𝐷 = 180° − 𝛼, maka diperoleh

180° − (180° − 𝛼) 1
𝑚∠𝑂𝐷𝐴 = 𝑚∠𝑂𝐴𝐷 = = 𝛼
2 2

Dengan demikian, 𝑚∠𝐴𝐷𝐵 = 𝑚∠𝑂𝐷𝐴 + 𝑚∠𝑂𝐷𝐵

1 1
= 𝛼+ 𝛽
2 2
17

1
= (𝛼 + 𝛽)
2
1
= × ∠𝐴𝑂𝐵
2

atau 𝑚∠𝐴𝑂𝐵 = 2 × 𝑚∠𝐴𝐷𝐵.

Karena ∠𝐴𝑂𝐵 adalah sudut pusat dan ∠𝐴𝐷𝐵 adalah sudut keliling,

di mana keduanya menghadap busur 𝐴𝐵, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut. Jika sudut pusat dan sudut keliling menghadap busur

yang sama maka besar sudut pusat = 2 × besar sudut keliling.

b. Sudut- sudut keliling yang menghadap diameter lingkaran

Perhatikan gambar berikut!

Gambar 2.14 Lingkaran dengan sudut pusat 𝐴𝑂𝐵 menghadap busur 𝐴𝐵

Pada gambar diatas, lingkaran dengan sudut pusat 𝐴𝑂𝐵 menghadap

busur 𝐴𝐵. Sehingga perlu diperhatikan bahwa sudut keliling 𝐴𝐶𝐵 dan

sudut keliling 𝐴𝐷𝐵 menghadap busur 𝐴𝐵, sehingga diperoleh;

𝑚∠𝐴𝑂𝐵 = 2 × 𝑚∠𝐴𝐶𝐵

180° = 2 × 𝑚∠𝐴𝐶𝐵

180°
𝑚∠𝐴𝐶𝐵 = = 90°
2

𝑚∠𝐴𝑂𝐵 = 2 × 𝑚∠𝐴𝐷𝐵

atau 180° = 2 × 𝑚∠𝐴𝐷𝐵

180°
𝑚∠𝐴𝐷𝐵 = = 90°
2
8

Dari gambar 2.14 tampak bahwa ∠𝐴𝑂𝐵 adalah sudut lurus,

sehingga 𝑚∠𝐴𝑂𝐵 = 180°. Sehingga dapat disimpulkan besar

sudut keliling yang menghadap diameter lingkaran besarnya 90°

(sudut siku-siku).

c. Sudut-sudut keliling yang menghadap busur yang sama

Perhatikan gambar berikut!

Gambar 2.15 Lingkaran dengan sudut-sudut keliling menghadap


busur yang sama.

Pada gambar 2.15 tampak bahwa ∠𝐴𝑂𝐵 adalah sudut pusat

yang menghadap bususr 𝐴𝐵 = 𝛼, sedangkan ∠𝐴𝐶𝐵, ∠𝐴𝐷𝐵, dan

∠𝐴𝐸𝐵 adalah sudut keliling yang menghadap busur 𝐴𝐵.

1 1
𝑚∠𝐴𝐶𝐵 = × 𝑚∠𝐴𝑂𝐵 = 𝛼
2 2
1 1
𝑚∠𝐴𝐷𝐵 = × 𝑚∠𝐴𝑂𝐵 = 𝛼
2 2
1 1
𝑚∠𝐴𝐸𝐵 = × 𝑚∠𝐴𝑂𝐵 = 𝛼
2 2

Sehingga demikian, 𝑚∠𝐴𝐶𝐵 = 𝑚∠𝐴𝐷𝐵 = 𝑚∠𝐴𝐸𝐵, maka

dapat disimpulkan bahwa besar sudut keliling yang menghadap


1
busur yang sama adalah sama besar atau 2 × sudut pusatnya.

5. Garis singgung persekutuan luar dan persekutuan dalam dua

lingkaran.
9

a. Melukis Garis singgung persekutuan luar dua lingkaran

Langkah-langkah melukis garis singgung persekutuan luar dua

lingkaran tampak pada tabel 2.16 sebagai berikut:

Tabel 2.16 Langkah-langkah melukis garis singgung persekutuan


luar dua lingkaran
10

(Lanjutan tabel 2.16 langkah-langkah melukis garis singgung


persekutuan luar dua lingkaran)

b. Menentukan garis singgung persekutuan luar dua lingkaran

Perhatikan gambar berikut!

Gambar 2.17 Garis 𝐹𝐻, Garis singgung persekutuan luar lingkaran


𝑃 dan 𝑄

Gambar tersebut merupakan garis singgung persekutuan

luar 𝑃 dan 𝑄, garis 𝐹𝐻. Maka dapat disimpulkan berdasarkan

gambar:
11

1. Ruas garis 𝐹𝐻 tegak lurus dengan jari-jari 𝐹𝑃 dan 𝐻𝑄.

2. Kita dapat membuat garis yang menghubungkan titik 𝑄 dengan

titik 𝑆 pada 𝐹𝑃, sedemikian sehingga 𝑆𝐹 = 𝑟2 .

Perhatikan gambar berikut!

Gambar 2.18 Garis 𝑆𝑄 sejajar dengan garis singgung 𝐹𝐻

Dari gambar 2.18 yang diperoleh setelah dibuat ruas garis

𝑄𝑆. Perhatikan segiempat 𝑆𝑄𝐻𝐹

1. Panjang 𝑆𝐹 = 𝐻𝑄 = 𝑟2

2. ∠𝑆𝐹𝐻 dan ∠𝑄𝐻𝐹 merupakan sudut siku-siku.

Dari informasi yang diperoleh, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa 𝑄𝑆 sejajar dengan 𝐹𝐻. Akibatnya ∠𝐹𝑆𝑄 dan

∠𝐻𝑄𝑆 adalah sudut siku-siku. Dengan kata lain 𝑆𝑄𝐻𝐹 adalah

bangun datar persegi panjang. Akibatnya adalah panjang 𝑆𝑄 = 𝐹𝐻.

Perhatikan segitiga 𝑃𝑄𝑆, maka diperoleh informasi sebagai berikut.

1. Sudut 𝑄𝑆𝑃 sehadap dengan sudut 𝐻𝐹𝑃 (sudut siku-siku),

sehingga 𝑄𝑆𝑃 juga siku-siku. Sehingga segitiga 𝑃𝑆𝑄 berupa

segitiga siku-siku dengan sudut siku-siku di 𝑆.

2. Panjang 𝑃𝑆 = 𝑃𝐹 − 𝐻𝑄 = 𝑟1 − 𝑟2

Sehingga dari informasi tersebut, kita dapat menentukan

panjang 𝑄𝑆 menggunakan teorema Pythagoras.

𝑄𝑆 = √𝑃𝑄 2 − (𝑟1 − 𝑟2 )2
12

c. Melukis garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran

Langkah-langkah melukis garis singgung persekutuan

dalam

dua lingkaran pada tabel 2.19 sebagai berikut:

Tabel 2.19 Langkah-langkah melukis garis singgung persekutuan


dalam dua lingkaran

(Lanjutan tabel 2.19 langkah-langkah melukis garis singgung


persekutuan dalam dua lingkaran)
13

(Lanjutan tabel 2.19 langkah-langkah melukis garis singgung


persekutuan dalam dua lingkaran)

d. Menentukan garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran

Perhatikan gambar 2.20 berikut!

Gambar 2.20 Garis 𝐹𝐼, Garis singgung persekutuan dalam lingkaran 𝑃


dan 𝑄

Berdasarkan gambar 2.20 diatas, dapat diperoleh informasi yaitu:

1. Ruas garis 𝐹𝐼 tegak lurus dengan jari-jari 𝑃𝐹 dan 𝐼𝑄.


14

2. Kita dapat memperpanjang garis 𝑃𝐹 menjadi 𝑃𝑍, sedemikian

sehingga panjang 𝐹𝑍 = 𝑟2 .

3. Kemudian dengan menghubungkan titik 𝑃, 𝑄, dan 𝑍 kita dapat

membentuk segitiga 𝑄𝑃𝑍. Segitiga 𝑄𝑃𝑍 adalah salah satu

segitiga siku-siku, dengan sudut siku-siku di 𝑍.

Perhatikan gambar 2.21 berikut!

Gambar 2.21 Garis ZQ sejajar dengan garis singgung 𝐹𝐼

Sehingga dari gambar segitiga 𝑄𝑃𝑍 terbentuk, kita dapat

menggunakan teorema Pythagoras untuk menentukan panjang 𝑄𝑍.

Maka diperoleh bentuk berikut bahwa panjang 𝑄𝑍 sama dengan 𝐹𝐼

sama dengan panjang garis singgung persekutuan dalam lingkaran

𝑃 dan 𝑄.

𝑄𝑍 = √𝑃𝑄 2 − (𝑟1 + 𝑟2 )2

Anda mungkin juga menyukai