Anda di halaman 1dari 11

Makalah

DILATASI
Disusun Oleh

1. Nuzul Putri Rahmawati 201510060311010


2. Didit Fajar Hidayat 201510060311020
3. Moh Sugiono 201510060311025
4. Tri Rahayu H 201510060311036
5. Rosyida Ahmad 201510060311037

Dosen Pengampu Mata Kuliah

Anis Farida Jamil M.Pd.

PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH MALANG

2017
Tidak semua transformasi menghasilkan gambar kongruen. Dilatasi
adalah transformasi ukuran (size transformation) yang menghasilkan gambar
serupa daripada kongruen. Ketika pengaturan ukuran gambar mesin fotokopi
kantor diatur ke nilai yang lebih rendah atau lebih tinggi dari 100%,
salinannya pada mesin melebarkan (dilatasi) yang asli dengan cara
mengecilkan atau memperbesarnya tanpa mengubah bentuknya. Pengaturan
ukuran gambar mewakili faktor skala pelebaran (dilatasi).
 Definisi Dilatasi
Pelebaran (dilatasi) adalah transformasi yang mengubah ukuran
gambar dengan memetakan masing-masing titik ke gambarnya sedemikian
rupa sehingga jarak dari pusat dilatasi ke arah gambar 𝑐 kali jarak dari
pusat ke preimage. Mengalikan faktor 𝑐 disebut faktor skala atau constant
of dilation.
Faktor skala dilatasi menentukan apakah gambar lebih besar atau
lebih kecil dari pada objek asli:
 Jika 𝑐 > 1, dilatasi membesar gambar, seperti pada Gambar 1.
 Jika 0 < 𝑐 < 1, dilatasi mengecilkan gambar, seperti Gambar 2.

Gambar 1
Dilatasi dengan P sebagai center dari lingkaran yang beradius 2,
menggunakan faktor skala dari 3.
Gambar 2
Dilatasi dengan titik tengah A dari segiempat ABCD,
2
menggunakan faktor skala dari
3

Contoh 1:
Transformasi mana yang tampaknya mewakili isometri?

Solusi: Gambar 2
Transformasi adalah isometri jika preimage (gambar asli) dan image
kongruen. Dalam pilihan (2), pasangan gambar tampak kongruen, meski
gambarnya terbalik.
Contoh 2:
Dipengaruhi jenis transformasi apa, yang ditunjukkan pada gambar
terlampir, yaitu ∆𝐴𝐵 ′ 𝐶 ′ adalah image dari ∆𝐴𝐵𝐶 ?
(1) Dilatasi
(2) Translasi
(3) Rotasi titik A
(4) Refleksi pada garis ℓ

Solusi : Pilihan 3
Mempertimbangkan masing-masing pilihan secara bergantian:
 Pilihan (1): Dilatasi mengubah ukuran gambar asli. Karena ∆𝐴𝐵 ′ 𝐶 ′
dan ∆𝐴𝐵𝐶 berukuran sama, gamabar itu tidak mewakili dilatasi.
 Pilihan (2): Karena ∆𝐴𝐵 ′ 𝐶 ′ tidak bisa diperoleh dengan “sliding”
∆𝐴𝐵𝐶 pada arah horizontal (“sideways”) atau vertical (up and
down) atau dikedua arah, gambar tersebut tidak mewakili translasi.
 Pilihan (3): Rotasi tentang titik tetap “turns” gambar. Karena sudut
𝐵𝐴𝐵′ dan 𝐶𝐴𝐶′ adalah sudut lurus, ∆𝐴𝐵 ′ 𝐶 ′ adalah image dari
∆𝐴𝐵𝐶 setelah dirotasi 180o pada titik A.
 Pilihan (4): Karena garis ℓ bukan garis lurus yang tegak lurus dari
̅̅̅̅̅ dan 𝐶𝐶′
𝐵𝐵′ ̅̅̅̅̅, titik 𝐵′ dan 𝐶′ bukan gambar yang dipantulkan dari

titik B dan C, masing-masing. Oleh karena itu, gambar tidak


mewakili refleksi.
 Stretching Transformation
ℎ 0
Misalkan terdapat sebuah matriks berbentuk [ ] . Transformasi apakah
0 𝑘
yang dapat diwakili oleh matriks ini? Mari kita notasikan transformasi ini
dengan 𝑆ℎ,. Ambil suatu titik (𝑎,) dan dimisalkan 𝑃′(𝑎′,𝑏′) adalah bayangan
dari P dari transformasi 𝑆ℎ,𝑘. Maka
ℎ 0 𝑎 ℎ𝑎
[𝑎′] = [ ][ ] = [ ]
𝑏′ 0 𝑘 𝑏 𝑘𝑏
Maka dari itu, koordinat 𝑥 dari P dikalikan oleh ℎ, dan koordinat 𝑦 dari P
dikalikan oleh 𝑘. Mari kita pelajari akibat dari transformasi 𝑆ℎ, terhadap
segiempat pada gambar 3.

Gambar 3
Misalkan bayangan dari A,B,C,D ialah 𝐴′ (𝑥1 , 𝑦1 ), 𝐵 ′ (𝑥2 , 𝑦2 ), 𝐶 ′ (𝑥3 , 𝑦3 ),
dan 𝐷′ (𝑥4 , 𝑦4 ) secara berurutan. Maka
𝑥1 𝑥2 𝑥3 𝑥4 4 0 −1 1 1 −1 −4 4 4 −4
[𝑦 𝑦 𝑦 𝑦 ] = [ ][ ]=[ ]
1 2 3 4 0 2 1 1 −1 −1 2 2 −2 −2

Bayangan segiempat ABCD diilustrasikan pada gambar 4.


Gambar 4

Amati bahwa transformasi 𝑆4,2 berakibat pada pelebaran segiempat


ABCD empat kali terhadap sumbu 𝑥 dan dua kali terhadap sumbu 𝑦.
Dalam transformasi umum, 𝑆ℎ, akan memperlebar gambar ℎ kali terhadap
sumbu x dan 𝑘 kali terhadap sumbu 𝑦. Transformasi itu disebut dengan
transformasi dilatasi atau dilatasi sederhana dengan pusat pada asal 0.
ℎ 0
Matriks [ ] mewakili dilatasi dan disebut dengan matriks dilatasi.
0 𝑘
Nilai ℎ dan nilai 𝑘 akan disebut dengan faktor skala terhadap
sumbu 𝑥 dan terhadap sumbu 𝑦 secara berturut-turut. Terutama, saat ℎ=𝑘,
ℎ 0
matriks [ ] mewakili suatu perlebaran atau perluasan dan ℎ disebut
0 𝑘
dengan faktor perlebaran (enlargement) atau faktor perluasan.
Misalnya, dibawah perlebaran 𝑆3,3 segitiga ABC pada gambar 4
ditransformasikan menjadi segitiga A’B’C’ dengan 𝐴′(3,3), 𝐵′(3,9),
𝐶′(6,6). Karena

3 0 1 1 2 3 3 6
[ ][ ]=[ ]
0 3 1 3 2 3 9 6
Gambar 4

Catatan:

i. Bayangan dari sembarang gambar 𝑆1,1 tepat dengan gambar dirinya


sendiri.
ii. Akibat dari 𝑆−1,−1 adalah ekuivalen dengan 𝑅180° karena matriks
yang mewakili 𝑅180° dan 𝑆−1,−1 adalah ekuivalen.
cos 180° − sin 180° −1 0
[ ]=[ ]
sin 180° cos 180° 0 −1
ℎ 0 ℎ 0
iii. Misal 𝑃 = [ 1 ] dan 𝑄 = [ 2 ], maka
0 𝑘1 0 𝑘2
ℎ1 0 ℎ2 0 ℎ ℎ 0
𝑃𝑄 = [ ][ ]=[ 1 2 ]
0 𝑘1 0 𝑘2 0 𝑘1 𝑘2
Dan
ℎ2 0 ℎ1 0 ℎ ℎ 0 ℎ ℎ 0
𝑄𝑃 = [ ][ ]=[ 2 1 ]=[ 1 2 ] = 𝑃𝑄
0 𝑘2 0 𝑘1 0 𝑘2 𝑘1 0 𝑘1 𝑘2
Ini menunjukkan bahwa 𝑆ℎ1 ,𝑘1 ∙ 𝑆ℎ2 ,𝑘2 = 𝑆ℎ1 ℎ2,𝑘1𝑘2 maka dari itu
kedua transformasi 𝑆ℎ1 ,𝑘1 ∙ 𝑆ℎ2 ,𝑘2 dan 𝑆ℎ1 ℎ2 ,𝑘1 𝑘2 adalah ekuivalen. Dengan
kata lain, bayangan dari sembarang titik (𝑥,) dibawah 𝑆ℎ1 ,𝑘1 ∙ 𝑆ℎ2 ,𝑘2 sama
dengan dibawah 𝑆ℎ1 ℎ2,𝑘1𝑘2 .

Soal: (Exercise 1.6)


1. Temukan bayangan dari segitiga ABC dengan (1,2), 𝐵(3,4), 𝐶(5,0) di
bawah dilatasi.

(a) 𝑆2,3 (b) 𝑆1,3 (c) 𝑆−1,−1


22

Solusi:

(a) Misalkan 𝐴′(𝑥1 , 𝑦1 ), 𝐵′(𝑥2,𝑦2), dan 𝐶′(𝑥3,𝑦3) berturut-turut adalah


bayangan dari A,B, dan C dibawah dilatasi 𝑆2,3. Maka
2 0 1 3 5 2 6 10
[ ][ ]=[ ]
0 3 2 4 0 6 12 0
Itulah 𝐴′ = (2,6), 𝐵′ = (6,12), dan 𝐶′ = (10,0) bayangan dari segitiga
ABC yaitu segitiga A’B’C’.
(b) Misalkan P(𝑎1,𝑏1), 𝑄(𝑎2,𝑏2), dan 𝑅(𝑎3,𝑏3) berturut-turut adalah
bayangan dari A,B, dan C dibawah dilatasi𝑆1,3 . Maka
22

1
0 1 3 5
1 3 5
[2 ][ ] = [2 2 2]
3 2 4 0
0 3 6 0
2
1 3 5
Itulah 𝑃 = (2,3), 𝑄 = (2,6), dan 𝑅 = (2,0) bayangan dari segitiga

ABC yaitu segitiga PQR.

(c) Misalkan S(𝑐1,𝑑1), 𝑇(𝑐2,𝑑2), dan 𝑈(𝑐3,𝑑3) berturut-turut adalah


bayangan dari A,B, dan C dibawah dilatasi 𝑆−1 ,−1. Maka
−1 0 1 3 5 −1 −3 −5
[ ][ ]=[ ]
0 −1 2 4 0 −1 −4 0
Itulah 𝑆 = (−1,−2), 𝑇 = (−3,−4), dan U = (−5,0) bayangan dari
segitiga ABC yaitu segitiga STU.
2. Temukan matriks yang mewakili suatu enlargement terhadap titik
origin yang membawa titik P(1,3) ke titik P’(3,12). Temukan juga
bayangan dari segitiga ABC dengan A(1,1), B(-1,1)ndan C(-1,-1)
dibawah enlrgement tersebut.
Solusi:
ℎ 0
Kita misalkan 𝑀 = ( ) yang membawa titik P(1,4) ke titik P’(3,12)
0 ℎ
3 ℎ 0 1
[ ]=[ ][ ]
12 0 ℎ 4
3 ℎ
[ ]=[ ]
12 4ℎ
3 0
Maka kita dapatkan h=4 dan matriksnya adalah 𝑀 = [ ]
0 3
Misalkan bayangan dari A,B, dan C dibawah enlargment tersebut berturut-
turut adalah 𝐴′(𝑥1 , 𝑦1 ), 𝐵′(𝑥2 , 𝑦2 ), dan 𝐶′(𝑥3 , 𝑦3 ). Maka
𝑥1 𝑥2 𝑥3 3 0 1 −1 −1
[𝑦 𝑦2 𝑦3 ] = [0 3] [1 1 −1]
1
𝑥1 𝑥2 𝑥3 3 −3 −3
[𝑦 𝑦 𝑦 ] = [ ]
1 2 3 3 3 −3
Jadi, bayangan dari A,B, dan C dibawah enlargment tersebut berturut-turut
adalah 𝐴′(3, 3), 𝐵′(−3, 3), dan 𝐶′(−3, −3).
3. tentukan matriks yang mempresentasikan stetching dari titik origin
pada P(3,4) je titik P’(-2,6), jika strerching di aplikasikan pertama pada
titik A(2,-3) kemudian di lanjutkan dengan rotasi 𝑅30° , bagaimana
bayangan A?
−2 ℎ 0 3
( )=( )( )
6 0 𝑘 4
−2 3ℎ
( )=( )
6 4𝑘
2
2
− 0
-2=3h ℎ = −3 ( 3 3)

2

3
6=4k 𝑘 = −2

2
− 0
cos 30 − sin 30 2
𝐴’ = ( 3 )( )( )
3 sin 30 cos 30 −3

2
2 1 1 2
− 0 √3 − − √3 −1
=( 3 ) (2 2 )( 2 ) = ( 3 2
)( )
3 1 1 −3 3 3 −3
− √2 √3
2 2 2 4 4
2
− √3 −1
= ( 3 )
6 9
− √3
4 4

4. Matrik A merepresentasikan pelebaran dari titik P(1,3) ke P’(2,4).


Matriks B merepresentasikan 𝐹45° . Tentukan bayangan dari titik Q(3,5)
elibawah transformasi yang diberikan dari AB dan BA?
2 ℎ 0 1
( )≠( )( )
4 0 𝑘 3
2 ℎ
( )=( )
4 3𝑘
2 0
h=2 A= (0 4 )
3

k= 4/3
𝐹45° refleksi terhadap sudut 45°
cos 290 sin 90 0 1
𝐹45° =.( )( )
sin 90 − sin 90 1 0
2 0 0 1 3 0 2 3 10
Q’= (0 4 ) ( ) ( ) = ( 4 0) ( ) = ( )
3 1 0 5 3 5 4

BA
2 0 4 20
0 1 4) (3) = (0 3) (3) = ( 3 )
(𝑎′) = ( )(
𝑏′ 1 0 0 5 5
3 2 0 6

5. Tunjukan pada diagram, bayangan dari segitiga ABC, dimana A(1,1)


B(2,4) dan C(3,3), dibawah transformasi
a) 𝑆1,2. 𝐹0° . 𝑆2,2 c) 𝐹30° 𝐹0° . 𝑆2,3

b) . 𝐹0° . 𝑆1,2. 𝑆2,2


jawab
cos 0 sin 0 1 0
a) 𝐹0° = ( )=( )
sin 0 −cos 0 0 1
1 0 1 0 2 0 1 2 3
A’B’C’ = ( )( )( )( )
0 2 0 1 0 2 1 4 3
1 0 2 0 1 2 3
= ( )( )( )
0 2 0 2 1 4 3
2 0 1 2 3 2 4 6
=( )( )=( )
0 4 1 4 3 4 16 12

1 0 1 0 2 0 1 2 3
b) ( )( )( )( )
0 2 0 1 0 2 1 4 3
1 0 2 0 1 2 3
= ( )( )( )
0 2 0 2 1 4 3
2 0 1 2 3 2 4 6
=( )( )=( )
0 4 1 4 3 4 16 12

1 1
√3 −2
2
c) 𝑅30° = ( 1 1 )
2 2
√3
1 1
1 0 2 √3 −2 2 0 1 2 3
=( )( 1 1 )( )( )
0 1 √3 0 3 1 4 3
2 2
1 1
√3 −
= (2 2 ) (2 0) (1 2 3 )
1 1 0 3 1 4 3
√3
2 2
3
√3 −
=( 2 ) (1 2 3 )
3 1 4 3
1 √3
2
3 9
√3 − 2√3 − 6 3√3 − √3
=( 2 2 )
3
1 + √3 2 + 6√3 3 + 9/2√3
2

Daftar Pustaka

Leff, Lawrence S. 2009. Barron’s E-Z GEOMETRY. Brooklyn: Barron’s


Educational Series Inc.
Chow, Y.M. 2001. College Mathematics Syllabus C. Jurong East: SNP PAN
PACIFIC PUBLISHING PTE LTD.

Anda mungkin juga menyukai