1. Dosen Jurusan Ilmu Keperawatan PPNI Perguruan Tinggi Keperawatan Bandung – Jawa
Barat – Indonesia
2. Mahasiswa Keperawatan Jurusan Ilmu Keperawatan PPNI Sekolah Tinggi Keperawatan
Bandung – Jawa Barat – Indonesia
*Korespondensi ditujukan kepada Nunung Nurayati, Jurusan Ilmu Keperawatan, PPNI
Sekolah Tinggi Keperawatan Bandung, Jl . Ahmad 4 Bandung – Jawa Barat – Indonesia. Email:
nunky_adzra@yahoo.com
ABSTRAK
Latar Belakang : Di dunia kanker serviks merupakan kanker yang menempati urutan keempat.
Tingkat literasi kanker serviks yang terbatas pada wanita usia subur mengakibatkan wanita usia
subur tidak memiliki pengetahuan tentang bagaimana mengendalikan kanker dan tidak memiliki
pemahaman tentang upaya pencegahan kanker.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi literasi kanker serviks pada wanita usia subur.
Metode: penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan
cross sectional. Sample pada penelitian ini 175 wanita usia subur di Indonesia. Pengumpulan
data menggunakan google form. Pengambilan data pada literasi kanker serviks menggunakan
kuesioner C-CLAT (Cevical Cancer Literasi Assesment Tool). Analisa data menggunakan
pearson, spearman, dan linear regression. Hasil: hasil uji statistic menggunakan pearson
didapatkan hasil bahwa pengetahuan, dukungan social, dan akses infromasi memiliki hubungan
yang signifikan terhadap literasi kanker serviks pada wanita usia subur dengan (p<0.05). faktor-
faktor yang dominan menggunakan analisa linear regresi yaitu pengetahuan dengan nilai p-value
0.000 (p<0.05). Dan tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, usia, budaya tidak memiliki
hubungan yang signifikan (p>0.05).
Di dunia kanker serviks merupakan kanker yang menempati urutan keempat dengan
jumlah mencapai 570.000 kasus kanker serviks terjadi pada setiap tahunnya, dan kasus
kematian mencapai 311.000 (Bray et al., 2018). Kasus kanker serviks di Indonesia mencapai
32.469, dengan sekitar 26 wanita meninggal setiap harinya (WHO, 2018). Menurut data dari
kemenkes RI 2018 kanker serviks diindonesia menempati urutan kedua yang menyerang pada
wanita usia 15-44 tahun.
Penelitian tentang literasi di Indonesia masih terbatas, namun di luar negri sudah
ditemukan hubungan antara literasi kesehatan yang rendah dengan pengetahuan. Penelitian
yang dilakukan di Iran menunjukan hasil bahwa 47,2% masyarakatnya memiliki literasi yang
rendah, terdapat beberapa faktor seperti pendidikan, pendapatan, pencarian (menjelajahi
internet), konseling ibu dan teman, dan waktu belajar. Terdapat hubungan yang signifikan
antara pendapatan, pencarian (menjelajahi internet), waktu belajar dan konseling. Namun
dalam penelitian ini tidak ada hubungan yang signifikan antara usia dengan literasi kanker
serviks (Bazaz et al., 2019). Menurut penelitian yang dilakukan di Uganda Timur faktor yang
mempengaruhi literasi kanker serviks adalah social budaya dan tingkat pendidikan (Jatho et
al., 2020).
2. Metode
Jenis Penelitian
3. Riset
Instrument
C-CLAT (Cevical Cancer Literasi Assesment Tool) yang dikembangkan oleh Karen
Patricia Williams dan Thomas N.Templin yang sudah digunakan dalam bahasa Inggris,
Spanyol dan Arab. C-CLAT merupakan kuesioner yang digunakan untuk mengukur
tingkat literasi kanker serviks yang terdiri dari 16 item dan memiliki 3 domain yaitu
kesadaran (2 item), keandalan/pengetahuan (4 item). dan pencegahan (9 item). Kuesioner
ini memiliki skala reabilitas 0,72 dengan presentasi total benar 70,6%.
2. Instrumen Pengetauan
Kuesioner untuk mengukur pengetahuan ini dikembangkan oleh Romli, Dkk (2020) dari
Universitas Sains Malaysia, Universitas Kebangsaan Malaysia dan Universitas Malaysia.
Kuesioner ini untuk mengukur pengetahuan kanker serviks dan deteksi dini dengan
menggunakan 30 item. Dimana terdapat 18 item untuk pengetahuan kanker serviks
diantaranya gejala, faktor resiko, dan pengobatan. Kuesioner memiliki pilihan respon
yaitu “Benar”, “Salah”, dan “Tidak Tahu”.
Dukungan social diukur menggunakan SSRS (Social Support Rating Scale) yang di
kembangkan oleh Xiao. Skala ini berisi 10 item dan memiliki 3 dimensi .Skor yang tinggi
menunjukan dukungan social yang lebih tinggi. Skala ini memiliki koefisien cronbach
0,89 dan reabilitas tes ulang 0,92.
5. Instrumen Budaya
Multigroup Ethnic Identity Measure (MEIM) merupakan alat ukur identitas ethnic yang
dikembangkan oleh Pinney (1992) dalam bahasa inggris. Pada kuesioner ini
menggunakan 13 item yang dikategorisasi berdasarkan etnis dengan skor rata rata yaitu
13 item untuk skor keseluruhan, dan 5 item untuk pencarian dan 8 item untuk afimasi
dengan rentang skor 1 sampai 4. Uji reabilitas masing masing berkisar antara 0,82 sampai
0,91.
Analisa Data
1. Univariat
Analisis univariate digunakan untuk statistic deskriptif, frekuensi dan presentase untuk
kategorikal data, mean, standar deviasi, minimum maximum digunakan untuk jenis data
numerikal.
Analisis ini menggunakan uji korelasi seperti chi-square, person, atau spearman untuk
mengetahui hubungan antara usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, pengetauan,
akses informasi, dukungan social, budaya teradap literasi kanker serviks .Analisis
multivariate menggunakan linier regression.
Hasil
1. Karakteristik Responden
Berdasarkan table 4.2 menunjukan hasil bahwa rata-rata total literasi yaitu
9.36 (SD= 1.954 ; range 4 - 16), dan rata-rata total pengetahuan yaitu 10.30 (SD=
3.643 ; range 0 - 15), dan rata-rata total budaya yaitu 38.60 (SD= 5.897 ; range 13 –
48), rata-rata total dukungan social 26.84 (SD= 4.024 ; range 12 – 33), rata-rata total
akses informasi 13.92 (SD= 2.343 ; range 4 – 16), rata-rata total domain kesadaran
1.73 (SD= 0.472 ; range 0-2), rata-rata total domain screening 1.50 (SD= 0.994 ;
range 0-5), dan rata-rata total domain pencegahan 6.13 (SD=1.512 ; range 2-9).
2. Hubungan variabel independent teradap literasi kanker serviks pada wanita usia
subur
Tabel 3 Hubungan variabel independent teradap literasi kanker serviks pada wanita
usia subur
3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan literasi kanker serviks pada wanita usia
subur
T p-vaelue
Pengetahuan 2.674 0.008
Dukungan Sosial 1.300 0.195
Akses informasi 1.895 0.060
Berdasarkan table di atas uji statistic menggunakan linear regression didapatkan
hasil bahwa variabel pengetahuan memiliki nilai yang signifikan dengan p-value 0.000
(p<0.05) yang menunjukan adanya pengaruh antara pengetahuan terhadap literasi
dengan pengetahuan yang tinggi memiliki tingkat literasi 2,6 kali lebih tinggi. Dan
untuk variabel dukungan social dan akses informasi tidak adanya pengaruh yang
signifikan (p>0.05).
Diskusi
1. Analisis Univariat
a. Usia
Berdasarkan penelitian didapatkan hasil usia responden rata rata berusia 22 tahun.
Pada rentang usia 22 tahun seseorang memiliki tingkat literasi yang baik hal ini di
karenakan pada usia muda seseorang bisa menerima dan mencari informasi tentang
kesehatan dari internet ataupun dari media masa lainnya, hal ini sejalan dengan
penelitian yang di lakukan oleh (Wardani & Jalan, 2020) pada rentang usia 22 tahun
tingkat literasinya baik dikarenakan pada usia 22 tahun memiliki kemampuan untuk
menyerap informasi lebih baik dan memiliki motivasi yang baik dalam mencari
informasi kesehatan
b. Tingkat pendidikan
Menurut penelitian (Wardani & Jalan, 2020) literasi pada seseorang yang
memiliki pendidikan lebih tinggi literasinya akan lebih baik dibandingkan dengan
seseorang yang pendidikannya lebih rendah. Seseorang dengan pendidikan lebih tinggi
memiliki kemampuan untuk mendapatkan dan memahami suatu informasi. Pendidikan
juga mempengaruhi pengetahuan seseorang dan juga dapat meningkatkan kemampuan
seseorang dalam menghadapi masalah kesehatan (Nazmi, Rudolfo, Restila, & Emytri,
2015).
c. Pekerjaan
d. Pendapatan
3. Gambaran pengetahuan
Dalam penelitian ini sebagian responden memiliki pengetahuan yang baik, mendekati
nilai maximum. Seseorang yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentu saja akan
memiliki tingkat literasi yang baik juga. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang di
lakukan oleh (Ayamolowo et al., 2020) yang menyebutkan bahwa seseorang yang memiliki
pengetahuan yang baik akan memiliki tingkat literasi yang baik juga terhadap informasi
kesehatan.
6. Gambaran budaya
2. Analisis bivariat
Berdasarkan penelitian didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara usia dengan literasi kesehatan. Sedangkan hasil berbeda pada penelitian
(Wahyuningsih, 2019) menunjukan hasil bahwa adanya hubungan yang signifikan antara
usia terhadap literasi kesehatan, namun pada penelitiannya sebagian besar responden
berada pada kategori usia 30-45 tahun. Hal ini kemungkinan karena sebagian responden
berada pada rentang usia 21-23 yang kemungkinan tingkat literasinya baik karena pada
usia 21-23 kemampuan mencari infromasi kesehatannya baik. hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh ( Rahmaniah et al., 2021) yang menyatakan bahwa rata-
rata usia responden berada pada rentang usia 20-23 tahun yang menyatakan bahwa tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara usia terhadap literasi kesehtaan.
Berdasarkan penelitian didapatkan hasil bahwa tidak adanya hubungan yang signifikan
antara tingkat pendidikan terhadap literasi kanker serviks. Sedangkan hasil yang berbeda
pada penelitian (Wahyuningsih, 2019) menunjukan hasil adanya hubungan pada tingkat
pendidikan terhadap literasi kesehatan.
Hal ini kemungkinan karena akses informasi yang tinggi diluar pendidikan formal
dimiliki oleh responden. Hasil penelitian sebelumnya mengatakan bahwa, membaca atau
mendapatkan informasi setiap hari dapat memberikan efek positif pada literasi kesehatan,
menunjukan bahwa kebiasaan yang berhubungan dengan literasi dalam kehidupan sehari-
hari dapat berkontribusi pada literasi kesehatan dan mengimbangi level pendidikan (van
der Heide et,al..2013).
Berdasarkan penelitian di dapatkan hasil bahwa tidak adanya hubungan yang signifikan
antara pekerjaan terhadap literasi kanker serviks. Penelitian lain dengan hasil yang
berbeda oleh (Wahyuningsih, 2019) yang menunjukan adanya hubungan yang signifikan
antara pekerjaan terhadap literasi kanker serviks. Hal ini kemungkinan karena sebagian
besar responden pelajar/mahasiswa yang menyebabkan pekerjaan pada penelitian ini
tidak merata.
Berdasarkan penelitian didapatkan hasil bahwa tidak adanya hubungan yang signifikan
antara pendapatan terhadap literasi kanker serviks. Penelitian lain dengan hasil yang
berbeda yang dilakukan oleh (Wahyuningsih, 2019) yang menyatakan bahwa adanya
hubungan yang signifikan antara pendapatan terhadap literasi kanker serviks. Hal ini
kemungkinan karena sebagian besar responden memiliki akses informasi yang baik
meskipun memiliki level pendapatan yang berbeda. Semakin tinggi akses informasi
semakin banyaknya informasi yang mungkin di dapatkan oleh responden untuk
meningkatkan literasi.
Berdasarkan penelitian didapatkan hasil bahwa adanya hubungan yang signifikan antara
pengetahuan terhadap literasi kanker serviks. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh (Ayamolowo et al., 2020) yang menyatakan bahwa adanya hubungan
yang signifikan antara pengetahuan terhadap literasi kesehatan dimana seseorang yang
memiliki pengtahuan yang baik maka akan meningkatkan tingkat literasi kesehatannya.
al ini kemungkinan karena tingkat literasi responden tinggi sehingga pengetahuan bisa
signifikan karena semakin tinggi tingkat literasi maka akan semakin tinggi juga tingkat
pengetahuan seseorang.
Berdasarkan penelitian didapatkan hasil bahwa tidak adanya hubungan yang signifikan
antara budaya terhadap literasi kanker serviks. Penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh (Toar, 2020) yang menyatakan bahwa tidak adanya hubungan yang
signifikan antara budaya terhadap literasi kesehatan Namun dalam penelitian ini
didapatkan hasil bahwa adanya hubungan yang signifikan antara budaya terhadap
domain screening literasi kanker serviks. Budaya akan mempengaruhi seseorang untuk
mengikuti pola prilaku tertentu yang telah dibuat oleh seseorang. Setiap kelompok
masyarakat memiliki tradisi dan budaya yang unik dan akan berpengatuh kepada cara
berfikir, cara memandang, dan cara bersikap pada pengetahuan dalam menghadapi
masalah kesehatan. Kebiasaan wanita Indonesia enggan melakukan screening Papsmear
karena merasa malu, takut dan faktor biaya. Sehingga mau melakukan screening ketikan
sudah ada keluhan.
Berdasarkan penelitian didapatkan hasil bahwa adanya hubungan yang signifikan antara
dukungan social terhadap literasi kanker serviks. Penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang di lakukan (Liu et al., 2020) yang menyatakan bahwa adanya hubungan yang
signifikan antara dukungan social terhadap literasi kesehatan. Penelitian menunjukan
adanya hubungan yang signifikan antara dukungan social terhadap literasi kanker
serviks kemungkinan jika seseorang memiliki dukungan social yang tinggi maka akan
lebih aktif untuk mengambil keputusan terhadap kesehatannya. Seseorang dengan
dukungan social tinggi akan memiliki motivasi untuk meningkatkan kesehatnnya.
Berdasarkan penelitian didapatkan hasil bahwa adanya hubungan yang signifikan antara
akses informasi terhadap literasi kanker serviks. Penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh (Santosa & Pratomo, 2021) yang menyatakan bahwa akses
informasi menjadi faktor yang paling berpengaruh terhadap literasi kesehatan adanya
hubungan yang signifikan antara akses informasi terhadap literasi kesehatan. Penelitian
ini menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara akses informasi terhadap
literasi kanker serviks kemungkinan karena semakin banyak seseorang mengakses
informasi tentang kesehatan maka semakin luas juga pengetahuannya tentang
kesehatan/kanker serviks. Seseorang dengan akses informasi yang baik maka dapat
meningkatkan jumlah informasi yang diperoleh dan akan berpengaruh pada pengetahuan
dan pemahaman seseorang dalam mengambil keputusan dan menilai informasi
kesehatannya.
3. Analisis Multivariat
Uji Etik
Penelitian ini layak secara etik—pelaksanaan etik dari Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan
(STIKep) PPNI Jawa Barat dengan No. III/035/KEPK-SLE/STIKEP/PPNI/JABAR/VII/2022
Kesimpulan
1. Gambaran karakteristik demografi pada wanita usia subur menunjukan rata-rata responden
berusia 24.11 (SD=6.540), sebagian besar responden dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi
(56,6%), sebagian besar responden pelajar/mahasiswa (57,7%), sebagian besar responden
berpendapatan lebih dari Rp.3.000.000 (39,4%). Gambaran literasi kanker serviks pada wanita
usia subur yaitu nilai maximum dan dikategorikan tingkat literasinya baik dengan rata-rata nilai
9.36 (SD=1.954 ; range 4-16). Gambaran pengetahuan kanker serviks pada wanita usia subur
yaitu nilai maximum dan dikategorikan baik dengan nilai rata-rata 10.30 (SD=3.643 ; range 0-
15).Gambaran budaya pada wanita usia subur yaitu nilai maximum dan dikategorikan baik
dengan nilai rata-rata 38.60 (SD=5.897 ; range 13-48), dan pada budaya sebagian besar
responden berbudaya sunda (80,1%). Gambaran dukungan social pada wanita usia subur yaitu
nilai maximum dan dikategorikan baik dengan nilai rata-rata 26.84 (SD=4.024 ; range 12-
33).Gambaran akses informasi kesehatan pada wanita usia subur yaitu nilai maximum dan
dikategorikan baik dengan nilai rata-rata 13.92 (SD= 2.343 ; range 4-16).
2. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan terhadap literasi kanker serviks pada
wanita usia subur dengan nilai koefisien korelasi 0.216 dan p-value 0.004 (<0.05). Dan terdapat
hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan domain pencegahan kanker serviks dengan
nilai koefisien korelasi 0.272 dan p-value 0.000 (<0,05) Terdapat hubungan yang signifikan
antara akses informasi terhadap literasi kanker serviks pada wanita usia subur dengan nilai
koefisien korelasi 0.195 dan p-value 0.010 (<0,05), terdapat hubungan yang signifikan antara
akses informasi terhadap domain pencegahan dengan nilai koefisien korelasi 0.155 dan p-value
0.040 (<0,05).Terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan social terhadap literasi kanker
serviks pada wanita usia subur dengan nilai koefisien korelasi 0.150 dan p-value 0.048 (<0,05),
Terdapat hubungan yang signifikan antara budaya terhadap domain screening literasi kanker
serviks pada wanita usia subur dengan nilai koefisien korelasi 0.176 dan p-value 0.020 (<0,05).
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi literasi kanker serviks pada wanita usia subur
menggunakan linear regresi menunjukan bahwa pengetahuan menjadi faktor yang dominan
berpengaruh terhadap literasi kanker serviks dengan nilai koefisien korelasi 4. dan p-value 0.000
(<0,05) yang menunjukan pengetahuan yang tinggi memiliki tingkat literasi kanker serviks 4,5
kali lebih tinggi.
Referensi
Agustian, I., Saputra, H. E., & Imanda, A. (2019). Pengaruh Sistem Informasi Manajamen
Terhadap Peningkatan Kualitas Pelayanan Di Pt. Jasaraharja Putra Cabang Bengkulu.
Profesional: Jurnal Komunikasi Dan Administrasi Publik, 6(1), 42–60.
https://doi.org/10.37676/professional.v6i1.837
Amirullah. (2015). Populasi Dan Sampel (pemahaman, jenis dan teknik). Wood Science and
Technology, 16(4), 293–303.
Anwar, M., Kurniawan, A. W., & Yudasmara, D. S. (2020). Studi Cross Sectional
Antropometri Anak Usia 7-12 Tahun Dataran Rendah. Gelanggang Pendidikan Jasmani
Indonesia, 3(2), 91. https://doi.org/10.17977/um040v3i2p91-96
Ariani, S. (2015). Stop kanker. yogyakarta: istana media.
Arsitasari, R. (2019). Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Iud Di Gunungbutak
Gunungkidul 2019.
Ayamolowo, S. J., Oginni, M. O., Akinrinde, L. F., & Ayamolowo, L. B. (2020). The
influence of health literacy on knowledge of cervical cancer prevention and screening
practices among female undergraduates at a university in southwest Nigeria. Africa Journal of
Nursing and Midwifery, 22(1). https://doi.org/10.25159/2520-5293/6615
Baker, D. W., Gazmararian, J. A., Sudano, J., & Patterson, M. (2000). The Association
Between Age and Health Literacy Among Elderly Persons. Journal of Gerontology: Social
Sciences, 55(6), 368–374.
Bayrami, R., Taghipour, A., & Ebrahimipour, H. (2015). Personal and socio-cultural barriers
to cervical cancer screening in Iran, patient and provider perceptions: A qualitative study.
Asian Pacific Journal of Cancer Prevention, 16(9), 3729–3734.
https://doi.org/10.7314/APJCP.2015.16.9.3729
Bazaz, M., Shahry, P., Latifi, S. M., & Araban, M. (2019). Cervical Cancer Literacy in
Women of Reproductive Age and Its Related Factors. Journal of Cancer Education, 34(1), 82–
89. https://doi.org/10.1007/s13187-017-1270-z
Bray, F., Ferlay, J., Soerjomataram, I., Siegel, L., Torre, L. A., & Jemal, A. (2018). Statistik
Kanker Global 2018 : Estimasi GLOBOCAN Insiden dan Kematian di Seluruh Dunia untuk
36 Kanker di 185 Negara. 394–424. https://doi.org/10.3322/caac.21492.
Burden, G., & Study, C. (2020). Ini Jenis Kanker yang Paling Banyak Diderita Penduduk
Indonesia.
Edyawati, E., Asmaningrum, N., & Nur, K. R. M. (2021). Hubungan Tingkat Literasi
Kesehatan Dengan Kepatuhan Minum Obat Pasien Tuberkulosis Di Puskesmas Kabupaten
Ponorogo. Jurnal Keperawatan Sriwijaya, 8(2), 50–59.
https://doi.org/10.32539/jks.v8i2.15302
Jatho, A., Bikaitwoha, M. E., & Mugisha, N. M. (2020). Socio-culturally mediated factors
and lower level of education are the main influencers of functional cervical cancer literacy
among women in Mayuge, Eastern Uganda. Ecancermedicalscience, 14.
https://doi.org/10.3332/ECANCER.2020.1004
Kemenkes RI. (2018). pedoman nasional pelayanan kedokteran tata laksana kanker serviks.
Ridho, M., Burhanto, & et al. (2019). Hubungan antara Sosial Budaya dengan Kualitas
Hidup Penderita Hipertensi pada Etnis Dayak di Desa Pampang Samarinda. Borneo Student
Research Hubungan, 36, 32–37.
Sahroni, S., Anshari, D., & Krianto, T. (2019). Determinan Sosial Terhadap Tingkat Literasi
Kesehatan Pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Kota Cilegon. Faletehan Health Journal, 6(3),
111–117. https://doi.org/10.33746/fhj.v6i3.94
Santosa, K. S., & Pratomo, H. (2021). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat
Literasi Kesehatan Pasien Pelayanan Kedokteran Keluarga. PREPOTIF : Jurnal Kesehatan
Masyarakat, 5(2), 681–692. https://doi.org/10.31004/prepotif.v5i2.1798