Anda di halaman 1dari 4

Nama : Aprilia sucianti

Kelas : S1-2C
NIM : 218091
Congenital abnormalities : sistem cardiovaskular (kelompok 1)
Judul artikel : kelainan kardiovaskular pada sindrom gawat nafas neonatus
Penulis : Ramona tobing

Sindrom gawat nafas neonatus (SGNN) atau respiratory distress syndrome merup
akan penyebab morbiditas utama pada anak. Penyebabnya karena penyakit hialin (PM
H) yang terjadi akibat kekurangan surfaktan. Kelainan paru ini membawa akibat pada
sistem kardiovaskular seperti terjadinya pengisian ventrikel kiri yang menurun, curah
jantung yang menurun. Penyakin membran hialin umumnya terjadi pada bayi prematu
r.
Angka kejadian PMH pada bayi yang lahir dengan masa gestasi 28 minggu sebes
ar 60% - 80%, pada usia kelahiran 30 minggu sebesar 25%, sedang pada usia kelahira
n 32 -36 minggu sebesar 15% - 30 %. penyakit membran hialin pada bayi kurang bula
n (BKB) terjadi karena pematangan paru yang belum sempurna karena kekurangan su
rfaktan. Tanpa surfaktan, alveoli menjadi kolaps pada akhir ekspirasi sehingga menye
babkan gagal nafas pada neonatus.
Gejala dan tanda klinis yang ditemui pada SGNN adalah dipsneu, merintih, takip
neu, reaksi dinding toraks dan sianosis. Gejalanya timbul dalam 24 jam pertama sesud
ah lahir dengan derajat yang berbeda , tetapi biasanya gambaran sindrom gawat nafas
sudah nyata pada usia 4 jam. Faktor faktor resiko yang dapat terjadinya SGNN adalah
prematuritas, masa kehamilan, jenis kelamin, ras, riwayat kehamilan sebelumnya, bed
ah kaisar, diabetes, pecah ketuban. Pada kasus yang berat di sebagian besar (50% -
60%) area paru terjadi perfusi yang akhirnya dapat menyebabkan hipoksia.
Berkurangnya komplians paru, volume tidal yang keil, bertambahnya ruang fisiologis,
bertambahnya kerja pernafasan, tidak cukupnya ventilasi alveoli, akan menghasilkan
hiperkabia. Keadaan berat dan fatal akan timbul bila terjadi hipertensi pulmonal
persisten (HPP). pada PMH hal ini biasanya berhubungan dengan tekanan paru yang
tinggi dan aliran darah paru yang berkurang selama 3 hari sesudah lahir. Hal ini
menunjukan bahwa HPP mempunyai konstribusi pada angka kematian PMH pada
bayi kurang bulan. HPP terjadi akibat peningkatan resistensi pembuluh darah paru dan
akan menyebabkan disfungsi jantung.
Manifestasi klinis yang timbul dari HPP biasanya terlihat 6-12 jam sesudah lahir
berupa sianosis ringan sampai berat, kesulitan bernafas, takipneu disertai retraksii dan
grunting. Sianosis yang patognomonik pada HPP adalah sianosis diferensial. Pada
auskultasi bisa didapatkan impuuls ventrikel kanan yang meningkat, suara jantung
kedua tunggal dan mengeras, irama galop serta soft regurgitan murmur sistolik.

Kelainan kardiovaskular pada SGNN dapat berupa gangguan faal ventrikel jantun
g, baik sistolik maupun diastolik, disfungsi jantung yang terjadi akibat hipertensi pul
monal persisten, serta disfungsi miokard.
Surfaktan dalam konsentrasi tinggi didapatkan dalam paru paru fetur pada usia 20
minggu kehamilan. Tingkat kematangan surfaktan paru biasanya terlihat sudah 35 mi
nggu.
Pemberian dobutamin pada bayi dengan PMH ringan akan memperbaiki faal diast
olik ventrikel kiri dan kanan serta faal sistolik ventrikel kiri. Duktus arterio persisten
(DAP) merupakan peyakit jantung bawaannon sianotikyang di temukan pada PJB.
Suatu penelitian pada 421 bayi dengan DAP yang bermakna secara hemodinamik,
mendapatkan 79% terjadi penutupan duktus yang permanen dengan pemberian indom
etasin.
Nama : Aprilia sucianti
Kelas : S1-2C
NIM : 218091
Judul artikel : Atraumatic care dengan spalk manakara pada pemasangan infus efektif
menurunkan tingkat kecemasan anak prasekolah
Penulis : zulhaini sartika A.palungan, yusuf, edi purnomo dll
Group : satu

Atraumatic care merupakan asuhan terapetik melalui intervensi yang berfungsi m


enurunkan distress psikologis dan fisik yang di derita oleh anak dan keluarganya dala
m sistem pelayanan kesehatan. Spalk manakara di modifikasi untuk mengurangi tingk
at kecemasan anak pada pemasangan infus.
Anak usia pra sekolah adalah usia perkembangan yang dimulai pada usia 3 sampa
i 6 tahun (Muscari,2005). pada usia ini anak memandang bahwa penyakit adalah suatu
hukuman sehingga ketika anak sakit dan mengalami hospitalisasi dapat menimbulkan
stress pada anak berupa cemas, cedera tubuh, kehhilangan kendali, dan nyeri. Interven
si keperawatan dalam upaya mengatasi masalah yang timbul pada anak maupun orang
tua selama hospitalisasi adalah menimbulkan stresor, memaksimalkan manfaat hospit
alisasi, memberikan dukunggan psikologi terhadap anggota keluarga dan mempersiap
kan anak sebelum hospitalisasi (Supartini, 2004).
Beberapa atraumatic care contoh tindakannya yaitu mendekorasi atau memodifik
asi lingkungan rumah sakit dan ruangan sepertii di rumah sendiri, dekorasi bernuansa
anak anak seperti hiasan dinding gambar binanatang, sprai yang berwarna, ruangan
yang terang.
Kemudian dengan perawat menggunakan pakaian perawat non konvesional atau s
eragam perawat berwarna menunjukan peningkatan hubungan antara anak dan perawa
t dan berpotense mengurangi ketidaknyamanan yang dialami anak karena hospitalisasi.

Kemudian spalk manakara pada anak untuk menurunkan tingkat kecemasan sela
ma pemasangan infuus. Spalk atau piksasi selang intra vena merupakan alat yang dira
ncang untuk melindungi area intra vena yang digunakan pada bayi dan anak untuk me
nghindari lepasnya jarum atau kateter .
Spalk manakara dapat digunakan sebagai alternatif spalk yang dapat mengurangi
kecemasan anak pada pemasangan infus dirumah sakit, spalk manakara dapat digunak
an sebagai bahan inovasi yang dapat di kembangkan untuk meningkatkan kreativitas p
erawat.

Argument : menurut saya spalk manakara bagus digunakan dirumah sakit untuk bayi a
tau anak, karena bayi atau anak mereka tidak mengerti apa yang di pasang dan pada a
nak anak karena mereka tidak bisa diam atau sudah aktif ketika dipasang infus rentan
untuk lepas, karena itu bagus untuk di pasang spalk manakara yang menggunakan bah
an yang transparan. Kekurangannya mungkin tidak nyaman bagi bayi atau anak anak.

Anda mungkin juga menyukai