Anda di halaman 1dari 16

BAB 4 TATALAKSANA OPERASI

4.1 Tata Tertib Administratif

1. Jumlah personil ketika pandemi dibatasi sesuai tugas pokok masing-masing personil,
khususnya di dalam ruang rawat inap dan ruang operasi
2. Teknis penyelenggaraan operasi, diselenggarakan bertahap
menyesuaikan kapasitas rawat inap
3. Ruang rawat inap diberi jarak pada bed antar pasien

4. Penunggu pasien dibatasi, maksimal 1 orang. (Cunha et al., 2020)

4.2 Sterilisasi

1. Selama pandemi terdapat penambahan perendaman alat menggunakan enzim atau


lisol (Gambar 1)
2. Tahapan operasi ada perbedaan pada prosedur anestesi untuk mengurangi aerosol

3. Bahan tambahan: setiap lepas APD menggunakan hand sanitizer, terdapat ruang
donning doffing, sirkulasi udara ruangan perawatan harus sesuai, dan sterilisasi
ruangan menggunakan UV
4. Pada pasien yang terindikasi positif covid akan dilakukan penjadwalan ulang dengan
catatan PCR negatif pada kunjungan berikutnya (Cunha et al., 2020; WSRI
Collaborative, 2020)

Gambar 1. Larutan enzim yang digunakan untuk sterilisasi alat dengan resiko kontaminasi
bakteri / virus
4.3 Skrining Awal

4.3.1 Skrining Calon Pasien

1. Tidak sedang mengalami demam (suhu badan > 38o C) atau dalam 14 hari terakhir
pernah mengalami demam dan gejala gangguan pernafasan (batuk, sesak nafas, nyeri
tenggorokan)
2. Tidak ada riwayat kontak dengan orang yang terkonfirmasi COVID-19 dalam 14
hari terakhir
3. Tidak sebagai subyek kasus kontak erat

4. Tidak ada riwayat batuk atau kesulitas bernafas, dengan disertai sianosis sentral atau
SpO2 <90%, distress pernafasan berat (seperti mendengkur) dalam 14 hari terakhir
5. Pada pemeriksaan penunjang serologi, didapatkan nilai leukosit, monosit, limfosit
dalam batas normal
6. Pada pemeriksaan penunjang thorax, didapatkan gambaran thorax dalam batas
normal
7. Pada pemeriksaan rapid antibodi atau, serologi atau swab antigen atau PCR
didapatkan hasil negatif (-)

Calon pasien yang masuk kriteria eksklusi

1. Pada penderita COVID-19 gejala klinis khas yang dirasakan adalah Anosmia (53%)
dan Faringitis akut (17,4%)
2. Beberapa gejala klinis COVID-19 lain disertai dengan prosentase kejadian gejala
tersebut meliputi: Demam (83,3%), Batuk (60,3%), Fatigue (38%), Mialgia (28,5%),
Peningkatan produksi sputum (26,9%), Napas cepat-pendek (24,9%)
3. Jika didapatkan pasien dengan hasil positif COVID-19 atau tidak sesuai dengan poin
yang telah dijelaskan pada skrining pada pasien, maka perawatan pada pasien akan
ditunda dan dapat dijadwalkan ulang setelah pasien dinyatakan bebas dari COVID-
19 (Cunha et al., 2020; Puylaert et al., 2020)

4.3.2 Skrining Operator


1. Tidak sedang mengalami demam (suhu badan > 38o C) atau dalam 14 hari terakhir
pernah mengalami demam dan gejala gangguan pernafasan (batuk, sesak nafas,
nyeri tenggorokan).
2. Tidak ada riwayat kontak dengan orang yang terkonfirmasi COVID-19 dalam 14
hari terakhir.
3. Tidak sebagai subyek kasus kontak erat.
4. Tidak ada riwayat batuk atau kesulitas bernafas, dengan disertai sianosis sentral atau
SpO2 <90%, distress pernafasan berat (seperti mendengkur) dalam 14 hari terakhir.
5. Pada pemeriksaan swab antigen atau PCR didapatkan hasil negatif (-)
6. Jika didapatkan Operator, Tim medis, Pendamping pasien dan Panitia yang terlibat
bakti sosial dengan hasil positif COVID-19 atau tidak sesuai dengan poin yang telah
dijelaskan pada skrining pada operator, tim medis, pendamping pasien dan
panitia yang terlibat, maka akan tidak diikutsertakan dalam kegiatan bakti sosial
dan digantikan dengan cadangan yang sudah dijadwalkan (WSRI Collaborative,
2020; Giwangkancana, Harlasgunawan and Hidayat, 2021)

4.5. Perawatan Pasien di Ruangan Operasi


4.5.1. Penatalaksanaan Operasi Mikrostomia
Mikrostomia adalah suatu kelainan dimana lubang mulut berukuran terlalu kecil.
Lubang mulut kecil ini lebih sering disebabkan oleh karena faktor dapatan (misal
penyakit noma) atau akibat kontak dengan larutan yang membakar (kaustik) pada bibir
bayi. Informasi yang perlu digali melalui anemnesa antara lain pernah ada nyeri atau
tidak, lokal atau menjalar waktu mulai, proses dan lama terjadinya , riwayat pengobatan
keluhan, dan riwayat kesehatan keluarga. Pemeriksaan fisik yang harus dilakukan
meliputi Pemeriksaan keadaan umum, pemeriksaan tanda vital (pemeriksaan tekanan
darah, kecepatan nadi, frekuensi pernafasan, dan suhu tubuh), pemeriksaan dan
penentuan status generalis ( pemeriksaan keadaan kepala dan leher, dada (thorax),
abdomen dan ekstrimitas), pemeriksaan dan penentuan status lokalis (inspeksi dan
palpasi pada daerah keluhan).
Gambaran klinis pasien mikrostomia
Kriteria untuk menegakkan diagnosis mikrostomia adalah Keluhan karena lubang
mulut kecil dan sulit pada waktu makan. Lubang mulut yang kecil ini menyebabkan
juga kesukaran dalam membersihkan gigi.
Diagnosis Kerja adalah Mikrostomia, sedangkan diagnosis bandingnya adalah
Mikrostomia akibat penyakit atau karena terbakar larutan kaustik. Pemeriksaan
penunjang yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis adalah pemeriksaan Thorax
dan Laboratorium Darah.
Tatalaksana mikrostomia adalah dengan melebarkan lubang mulut (ICD 9 27.59).
Edukasi/Hospital Health Promotion yang disampaikan kepada pasien dan keluarga
antara lain mengenai penyebab mikrostomia yaitu karena faktor dapatan
(misal:penyakit noma) atau akibat kontak dengan larutan yang membakar (kaustik)
pada bibir bayi sehingga mengakibatkan mulut berukuran terlalu kecil. Indikator Medis
Perlu dibuat untuk kepentingan arsip, follow up, penelitian. Dilakukan pencatatan
identitas pasien secara jelas dan lengkap, diagnosis akhir, penatalaksanaan, penyulit,
keadaan pasien setiap kali kontrol.

4.5.2 Penatalaksanaan Operasi Celah Palatum Medial


Celah palatum medial adalah kalainan bawaan berupa celah pada palatum lunak
dan keras pada bagian medial palatum.Informasi yang perlu digali melalui anemnesa
antara lain Keluhan, waktu mulai, proses dan lama terjadinya , riwayat pengobatan
keluhan, riwayat kesehatan keluarga.
Pemeriksaan fisik yang harus dilakukan meliputi Pemeriksaan keadaan umum,
pemeriksaan tanda vital (pemeriksaan tekanan darah, kecepatan nadi, frekuensi
pernafasan, dan suhu tubuh), pemeriksaan dan penentuan status generalis ( pemeriksaan
keadaan kepala dan leher, dada (thorax), abdomen dan ekstrimitas), pemeriksaan dan
penentuan status lokalis (inspeksi dan palpasi pada daerah keluhan).

Gambaran klinis pasien Celah Palatum Medial

Kriteria untuk menegakkan diagnosis Celah palatum medial adalah Keluhan


berupa kesulitan menghisap, menelan dan berbicara. Pada intra oral tampak celah pada
satu sisi palatum keras dan lunak pada bagian medial, celah dapat sampai gnatum atau
tidak sampai ke gnatum. Tidak terdapatnya promaksila sampai sampai ke uvula atau
tidak sampai ke uvula, silla, collumela dan prolabium. Diagnosis Kerja adalah
Palatoschizis. Sedangkan diagnosis bandingnya adalah Celah akibat trauma atau
penyakit noma.
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis adalah
Thorax, laboratorium Darah, logopedi, audiometri.
Tatalaksana Celah Palatum Medial adalah dengan prosedur Palatoplasti
Pushback, Teknik Furlow, Von Langenbeck (27.62). Edukasi/Hospital Health
Promotion yang disampaikan kepada pasien dan keluarga antara lain mengenai
penyebab terjadinya Celah palatum medial yaitu bagian tateral dari palatum gagal
bertemu processus nasalis sehingga tidak terjadi penyatuan, dan mengakibatkan celah
pada palatum lunak digaris tengah palatum keras dan tengah.
Indikator Medis Perlu dibuat untuk kepentingan arsip, follow up, penelitian.
Dilakukan pencatatan identitas pasien secara jelas dan lengkap, diagnosis akhir,
penatalaksanaan, penyulit, keadaan pasien setiap kali kontrol.

4.5.3 Penatalaksanaan Operasi Celah Uvula


Celah uvula adalah kelainan bawaan berupa celah pada uvula atau uvula terbelah
dua. Jarak antara kedua bagian uvula bisa sempit atau lebar. Informasi yang perlu digali
melalui anemnesa antara lain keluhan, waktu mulai, proses dan lama terjadinya, riwayat
pengobatan keluhan, riwayat kesehatan keluarga.
Pemeriksaan fisik yang harus dilakukan meliputi pemeriksaan keadaan umum,
pemeriksaan tanda vital ( pemeriksaan tekanan darah, kecepatan nadi, frekuensi
pernafasan, dan suhu tubuh), pemeriksaan dan penentuan status generalis, meliputi
pemeriksaan keadaan kepala dan leher, dada (thorax), abdomen dan ekstrimitas,
pemeriksaan dan penentuan status lokalis (inspeksi dan palpasi pada daerah keluhan).

Gambaran klinis pasien Celah Uvula


Kriteria untuk menegakkan diagnosis Celah pada uvula menyebabkan keluhan
berupa kesulitan menghisap, menelan dan berbicara. Pada intra orat tampak celah pada
uvula. Diagnosis Kerja yaitu Celah pada uvula. Sedangkan diagnosis bandingnya
adalah Celah akibat trauma atau penyakit noma.
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis adalah
Thorax, laboratorium Darah, logopedi, audiometri. Tatalaksana pada kasus celah uvula
adalah Palatoplasti (27.62) dan Veloplasty (27.73). Edukasi/Hospital Health Promotion
yang disampaikan kepada pasien dan keluarga antara lain mengenai penyebab celaj
uvula yaituk arena kelainan genetik yang menyebabkan celah pada uvula sehingga
mengakibatkan kesulitan menghisap, menelan, dan berbicara.
Indikator Medis Perlu dibuat untuk kepentingan arsip, follow up, penelitian.
Dilakukan pencatatan identitas pesien secara jelas dan lengkap, diagnosis akhir,
penatalaksanaan, penyulit, keadaan pasien setiap kali kontrol.

4.5.4 Penatalaksanaan Operasi Celah Bibir Unilateral


4.5.4.1 Penatalaksanaan Operasi Celah Bibir Unilateral Komplit
Celah bibir unilateral komplit adalah kelainan bawaan berupa celeh pada
salah satu sisi bibir atas. Celah bisa sampai ke dasar hidung disertai ada tidaknya
celah pada gingiva. Informasi yang perlu digali melalui anemnesa antara
lain keluhan, waktu mulai, proses dan lama terjadinya, riwayat pengobatan
keluhan, riwayat kesehatan keluarga.
Pemeriksaan fisik yang harus dilakukan meliputi pemeriksaan keadaan
umum, pemeriksaan tanda vital ( pemeriksaan tekanan darah, kecepatan nadi,
frekuensi pernafasan, dan suhu tubuh), pemeriksaan dan penentuan status
generalis, meliputi pemeriksaan keadaan kepala dan leher, dada (thorax),
abdomen dan ekstrimitas, pemeriksaan dan penentuan status lokalis (inspeksi dan
palpasi pada daerah keluhan).

Gambaran Klinis Celah Bibir Unilateral Komplit

Kriteria untuk menegakkan diagnosis adalah adanya celah pada bibir atas
komplit, pada sisi kiri atau kanan, bila komplit sampai dasar hidung terbelah dua,
dapat disertal ada/tidaknya celah gingiva pada sisi celah.
Diagnosis Kerja adalah Labioschisis unilateral komplit. Diagnosis
bandingnya adalah Celah akibat trauma atau penyakit noma. Pemeriksaan
penunjang yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis adalah Thorax,
Laboratorium Darah , dan Logopedi.
Edukasi/Hospital Health Promotion yang disampaikan kepada pasien dan
keluarga antara lain mengenai penyebab terjadinya Celah Bibir Unilateral
Komplit yaitu kegagalan penyatuan bibir komplit. Hal ini mengakibatkan keluhan
berupa estetik dan fungsi terganggu.
Indikator Medis Perlu dibuat untuk kepentingan arsip, follow up,
penelitian. Dilakukan pencatatan identitas pesien secara jelas dan lengkap,
diagnosis akhir, penatalaksanaan, penyulit, keadaan pasien setiap kali kontrol.
4.5.4.2 Penatalaksanaan Operasi Celah Bibir Unilateral Inkomplit
Celah bibir unilateral inkomplit adalah kelainan bawaan berupa celeh
pada salah satu sisi bibir atas, celah ini dapat inkomplit unilateral kiri atau kanan.
Celah tidak sampai ke dasar hidung disertai ada tidaknya celah pada gingiva.
Informasi yang perlu digali melalui anemnesa antara lain keluhan, waktu
mulai, proses dan lama terjadinya, riwayat pengobatan keluhan, riwayat
kesehatan keluarga.
Pemeriksaan fisik yang harus dilakukan meliputi pemeriksaan keadaan
umum, pemeriksaan tanda vital ( pemeriksaan tekanan darah, kecepatan nadi,
frekuensi pernafasan, dan suhu tubuh), pemeriksaan dan penentuan status
generalis, meliputi pemeriksaan keadaan kepala dan leher, dada (thorax),
abdomen dan ekstrimitas, pemeriksaan dan penentuan status lokalis (inspeksi dan
palpasi pada daerah keluhan).

Gambaran klinis Celah Bibir Unilateral Inkomplit

Kriteria untuk menegakkan diagnosis adalah adanya celah pada bibir atas
inkomplit, pada sisi kiri atau kanan, dasar hidung tidak terbelah dua, dapat
disertal ada tidaknya celah gingiva pada sisi celah.
Diagnosis Kerja adalah Celah Bibir Unilateral Inkomplit. Diagnosis
bandingnya adalah Celah akibat trauma atau penyakit noma. Pemeriksaan
penunjang yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis adalah Thorax,
Laboratorium Darah , dan Logopedi.
Edukasi/Hospital Health Promotion yang disampaikan kepada pasien dan
keluarga antara lain mengenai penyebab terkadinya Celah Bibir Unilateral
Inkomplit yaitu karena kegagalan penyatuan bibir inkompit pada satu sisi. Hal ini
mengakibatkan keluhan berupa estetik dan fungsi terganggu
Indikator Medis Perlu dibuat untuk kepentingan arsip, follow up,
penelitian. Dilakukan pencatatan identitas pesien secara jelas dan lengkap,
diagnosis akhir, penatalaksanaan, penyulit, keadaan pasien setiap kali kontrol.

4.5.5 Penatalaksanaan Operasi Celah Bibir dan Lelangit Keras Bilateral


Kelainan bawaan berupa celah pada kedua sisi bibir dan palatum durum
dapat komplit atau inkompit pada kedua sisinya atau kombinasi keduanya.
Informasi yang perlu digali melalui anemnesa antara lain keluhan, waktu
mulai, proses dan lama terjadinya, riwayat pengobatan keluhan, riwayat
kesehatan keluarga.
Pemeriksaan fisik yang harus dilakukan meliputi, pemeriksaan keadaan
umum, pemeriksaan tanda vital (pemeriksaan tekanan darah, kecepatan nadi,
frekuensi pernafasan, dan suhu tubuh), pemeriksaan dan penentuan status
generalis ( pemeriksaan keadaan kepala dan leher, dada (thorax), abdomen dan
ekstrimitas), pemeriksaan dan penentuan status lokalis (inspeksi dan palpasi pada
daerah keluhan).

Gambaran Klinis Celah Bibir dan Lelangit Keras Bilateral

Kriteria untuk menegakkan diagnosis Terdapat celah pada bibir atas


komplit atau inkomplit, pada sisi kirl dan kanan (bilateral), sampai dasar hidung
terbelah tiga (bila komplit) atau dasar hidung tidak terbelah (bila inkomplit,
disertai celah pada palatum durum yang menyebabkan keluhan berupa kesulitan
mengisap, menelan dan berbicara.
Pada intra oral: Tampak celah pada palatum durum dan dapat dilihat
premaksilla dan septum nasal. Diagnosis Kerja adalah Celah Bibir dan Palatum
Durum Bilateral. Diagnosis bandingnya adalah Celah akibat trauma atau penyakit
noma.
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis
adalah Thorax, laboratorium Darah, logopedi, audiometri
Penatalaksanaan Celah Bibir dan Palatum Durum Bilateral adalah Two
Flap Pushback, Four Flap, Dorrance Incision dan Ecker Buccal Flaps (ICD 9
27.62) , Palatoplasty Wardill V-Y Pushback (ICD 9 27.59) , Graft Tongue Pedicle
Flap (ICD 9 27.57), NAM Plate (ICD 9 24.7), Teknik Veau II, Manchesther,
Nordrof, Straight Line (ICD 9 27.54).
Edukasi/Hospital Health Promotion yang disampaikan kepada pasien dan
keluarga antara lain mengenai penyebab Celah Bibir dan Palatum Durum
Bilateral yaitu Kegagalan penyatuan bibir dan penyatuan palatum durum dapat
komplit atau inkomplit pada kedua sisinya atau kombinasi keduanya. Hal ini
mengakibatkan keluhan berupa kesulitan menghisap, menelan dan berbicara.
Indikator Medis Perlu dibuat untuk kepentingan arsip, follow up,
penelitian. Dilakukan pencatatan identitas pesien secara jelas dan lengkap,
diagnosis akhir, penatalaksanaan, penyulit, keadaan pasien setiap kali kontrol.

4.5.6 Penatalaksanaan Operasi Celah Bibir dan Lelangit Keras Unilateral


4.5.6.1 Celah Bibir dan Lelangit Keras Unilateral Complete
Celah palatum durum adalah kelainan bawaan berupa celah pada seluruh
bagian palatum durum, palatum molle serta prosesus alveolaris pada satu sisi
palatum. Merupakan tipe celah yang paling sering terjadi, dengan prevalensi
dapat mencapai 26,19% dari semua jenis kelainan celah bibir dan lelangit.
Informasi yang perlu digali melalui anemnesa antara lain Keluhan air
keluar dari hidung, keluhan pilek terus menerus, riwayat saat kehamilan dan
kelahiran, riwayat vaksinasi, riwayat penyakit sama pada keluarga. Pemeriksaan
fisik yang harus dilakukan meliputi, pemeriksaan keadaan umum, pemeriksaan
tanda vital (pemeriksaan tekanan darah, kecepatan nadi, frekuensi pernafasan, dan
suhu tubuh), pemeriksaan dan penentuan status generalis ( pemeriksaan keadaan
kepala dan leher, dada (thorax), abdomen dan ekstrimitas), pemeriksaan dan
penentuan status lokalis (inspeksi dan palpasi pada daerah keluhan).
Gambaran klinis pasien Celah Bibir dan Lelangit
Keras Unilateral Complete

Kriteria untuk menegakkan diagnosis Celah pada palatum durum


menyebabkan keluhan berupa kesulitan menghisap, menelan dan berbicara. Pada
intra oral tampak celah pada kedua sisi palatum durum saja, dapat sampai ke
gnatum atau tidak sampai ke gnatum.
Diagnosis Kerja adalah Celah Palatum Durum Unilateral. Diagnosis
bandingnya adalah Celah akibat trauma atau penyakit noma. Pemeriksaan
penunjang yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis adalah Pemeriksaan
penunjang yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis adalah Thorax dan
laboratorium Darah.
Penatalaksanaan Celah Bibir dan Lelangit Keras Unilateral Complete
adalah Palatoplasty Wardill V-Y pushback (27.59), Dorrance Incision, Ecker
Buccal Flaps (27 62), dan Graft tongue pedicle flap (27.57). Edukasi/Hospital
Health Promotion yang disampaikan kepada pasien dan keluarga antara lain
mengenai penyebab terjadinya Celah Palatum Durum Unilateral yaitu karena
bagian lateral dari palatum gagal bertemu processus nasal sehingga
mengakibatkan Celah pada palatum durum pada satu sisi palatum
Indikator Medis Perlu dibuat untuk kepentingan arsip, follow up,
penelitian. Dilakukan pencatatan identitas pesien secara jelas dan lengkap,
diagnosis akhir, penatalaksanaan, penyulit, keadaan pasien setiap kali kontrol.
4.5.6.2 Celah Bibir dan Lelangit Keras Unilateral Incomplete
Celah palatum durum adalah kelainan bawaan berupa celah pade palatum
durum pada satu sisi palatum. Prevalensi mencapai 1: 2000 kelahiran. Informasi
yang perlu digali melalui anemnesa antara lain Pernah ada nyeri atau tidak, lokal
atau menjalar, waktu mulai, proses dan lama terjadinya , riwayat pengobatan
keluhan, riwayat kesehatan keluarga.
Pemeriksaan fisik yang harus dilakukan meliputi Pemeriksaan fisik yang
harus dilakukan meliputi, pemeriksaan keadaan umum, pemeriksaan tanda vital
(pemeriksaan tekanan darah, kecepatan nadi, frekuensi pernafasan, dan suhu
tubuh), pemeriksaan dan penentuan status generalis ( pemeriksaan keadaan kepala
dan leher, dada (thorax), abdomen dan ekstrimitas), pemeriksaan dan penentuan
status lokalis (inspeksi dan palpasi pada daerah keluhan).

Gambaran klinis pasien Celah Bibir dan Lelangit Keras


Unilateral Incomplete

Kriteria untuk menegakkan diagnosis Celah pada palatum durum


menyebabkan keluhan berupa kesulitan menghisap, menelan dan berbicara. Pada
intra oral tampak celah pada kedua sisi palatum durum saja, dapat sampai ke
gnatum atau tidak sampai ke gnatum. Diagnosis Kerja adalah Celah Palatum
Durum Unilateral Inkomplit. Diagnosis bandingnya adalah Celah akibat trauma
atau penyakit noma.
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis
adalah Thorax, laboratorium Darah, logopedi, audiometri. Penatalaksanaan Celah
Bibir dan Lelangit Keras Unilateral Incomplete adalah Palatoplasty , Wardill V-Y
pushback (27.59), Dorrance Incision, Ecker Buccal Flaps (27 62), Graft tongue
pedicle flap (27.57).
Edukasi/Hospital Health Promotion yang disampaikan kepada pasien dan
keluarga antara lain mengenai penyebab terjadinya Celah Bibir dan Lelangit
Keras Unilateral Incomplete yaitu karena bagian lateral dari palatum gagal
bertemu processus nasals sehingga mengakibatkan Celah pada palatum durum
pada satu sisi palatum.
Indikator Medis Perlu dibuat untukMengkoreksi kelainan celah iangit-
langit, sehingga menghasilkan suara yang normal, penutupan secara
anatomikserta mengurangi sebanyak mungkin hambatan pertumbuhan maksila
dan deformitas alveolar gigi.
Perlu dibuat untuk kepentingan arsip, follow up, penelitian. Dilakukan
pencatatan identitas pasien secara jelas dan lengkap, diagnosis akhir,
penatalaksanaan, penyulit, keadaan pasien setiap kali kontrol

4.5.7 Penatalaksanaan Operasi Celah Bibir dan Lelangit Lunak Bilateral


Celah palatum molle adalah kelainan bawaan berupa celah pada palatum
molle saja. Celah bisa sampai ke uvula atau tidak sampai ke uvula. Celah bibir
bilateral adalah kelainan bawaan berupa celah pada kedua sisi bibir, bisa komplit
atau inkomplit pada kedua sisi.
Informasi yang perlu digali melalui anemnesa antara lain Keluhan air
keluar dari hidung, keluhan pilek terus menerus, riwayat saat kehamilan dan
kelahiran, riwayat vaksinasi, riwayat penyakit sama pada keluarga.
Pemeriksaan fisik yang harus dilakukan meliputi, pemeriksaan keadaan
umum, pemeriksaan tanda vital (pemeriksaan tekanan darah, kecepatan nadi,
frekuensi pernafasan, dan suhu tubuh), pemeriksaan dan penentuan status generalis
( pemeriksaan keadaan kepala dan leher, dada (thorax), abdomen dan ekstrimitas),
pemeriksaan dan penentuan status lokalis (inspeksi dan palpasi pada daerah
keluhan).
Gambaran klinis pasien Celah Bibir dan Lelangit Keras Unilateral

Kriteria untuk menegakkan diagnosis Keluhan berupa kesulitan


mengisap, menelan, dan bicara. Tampak celah pada palatum molle saja atau bisa
sampai uvula. Diagnosis Kerja adalah Celah Bibir Dan Palatum Molle Bilateral.
Diagnosis bandingnya adalah Celah bibir akibat penyakit lain (Lues, Noma).
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis
adalah Thorax, laboratorium Darah, logopedi, audiometri.
Edukasi/Hospital Health Promotion yang disampaikan kepada pasien dan
keluarga antara lain mengenai penyebab celah bibir dan lelangit unilateral yaitu
karena terjadinya kegagalan penyatuan bibir dan spesialis lateral dari palatum
bertemu dengan proc. nasalis pada dua sisi. Hal ini mengakibatkan gangguan pada
fungsi bicara, pengunyahan dan penelanan serta estetik dan berpengaruh pada
pertumbuhan dan perkembangan.
Indikator Medis Perlu dibuat untuk kepentingan arsip, follow up,
penelitian. Dilakukan pencatatan identitas pesien secara jelas dan lengkap,
diagnosis akhir, penatalaksanaan, penyulit, keadaan pasien setiap kali kontrol.

4.5.8 Penatalaksanaan Operasi Celah Bibir dan Lelangit Lunak Unilateral.


Celah palatum molle adalah kelainan bawaan berupa celah pada palatum
yang dapat mengenai palatum molle. Celah bibir unilateral adalah kelainan bawaan
berupa celah pada satu bibir, celah ini bisa komplit atau inkomplit, bisa unilateral
kiri atau kanan. Gingiva pada sisi celah dapat bercelah maupun tidak bercelah.
Celah dapat mencapai ke dasar hidung atau tidak sampai dasar hidung.
Informasi yang perlu digali melalui anemnesa antara lain Keluhan air
keluar dari hidung,eluhan pilek terus menerus , riwayat saat kehamilan dan
kelahiran, riwayat vaksinasi, riwayat penyakit sama pada keluarga.
Pemeriksaan fisik yang harus dilakukan meliputi Pemeriksaan keadaan
umum, pemeriksaan tanda vital ( pemeriksaan tekanan darah, kecepatan nadi,
frekuensi pernafasan, dan suhu tubuh), pemeriksaan dan penentuan status generalis
( pemeriksaan keadaan kepala dan leher, dada (thorax), abdomen dan ekstrimitas),
pemeriksaan dan penentuan status lokalis (inspeksi dan palpasi pada daerah
keluhan).

Gambaran klinis pasien Celah Bibir dan Lelangit Lunak Unilateral

Kriteria untuk menegakkan diagnosis Keluhan berupa kesulitan


mengisap, menelan, dan bicara. Tampak celah pada bibir bisa komplit/inkomplit.
Bisa membelah2 hidung atau tidak membelah 2 hidung.. Diagnosis Kerja adalah
Celah Bibir Dan Palatum Molle Unilateral. Sedangkan diagnosis bandingnya adalah
Celah bibir akibat penyakit lain (Lues, Noma)
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis
adalah Thorax, laboratorium Darah, logopedi, audiometri.
Penatalaksanaan Celah Bibir dan Lelangit Lunak Unilateral adalah
Tekhnik Veloplasti (ICD 9 27.73), Tekhnik Furlow (ICD 9 27.62), Superiorly based
pharyngeal flap kombinasi dengan tekhnik palatal pushback, inferiorly based
pharyngeal kombinasi dengan tekhnik palatal push back,transverse pharyngeal flap
(ICD 9 29.4), Graft tongue pedicle flap (ICD 9 27.57), Tekhnik Millard, Tension,
Cronin, Lemesurier (quadrilateral flap) dan Onizuka (ICD 9 27.54).
Edukasi/Hospital Health Promotion yang disampaikan kepada pasien dan
keluarga antara lain mengenaiSebab : kegagalan penyatuan bibir dan spesialis lateral
dari palatum bertemu dengan prosesus nasalis pada satu sisi.
Akibat: gangguan pada fungsi bicara, pengunyahan dan penelanan serta
estetik dan berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan, 1-2 bulan
Indikator Medis Perlu dibuat untuk kepentingan arsip, follow up,
penelitian. Dilakukan pencatatan identitas pesien secara jelas dan lengkap, diagnosis
akhir, penatalaksanaan, penyulit, keadaan pasien setiap kali kontrol.

Anda mungkin juga menyukai