Anda di halaman 1dari 8

Artikel Riset Fitofarmaka Jurnal Ilmiah Farmasi

doi : 10.33751/jf.v8i2.1572 Vol.8, No.2, Desember 2018


p-ISSN : 2087-9164 e-ISSN : 2622-755X

PENILAIAN TERHADAP RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA


PADA BALITA PENDERITA PNEUMONIA PUSKESMAS BOGOR UTARA

Lusi Indriani dan Oktaviana Zunnita


Program Studi Farmasi, FMIPA, Universitas Pakuan Bogor
Email: lusi.apoteker@gmail.com

Diterima : 1 September 2018 Direvisi : 23 November 2018 Disetujui : 14 Desember 2018

ABSTRAK

Pneumonia adalah penyakit peradangan paru yang disebabkan oleh infeksi


bakteri, virus, maupun jamur. Penyakit infeksi menular ini menjadi salah satu penyebab
utama kematian pada balita di dunia. Pengobatan pneumonia dengan terapi antibiotika
yang tepat dan rasional akan menentukan keberhasilan pengobatan. Penelitian ini
bertujuan menilai rasionalitas penggunaan antibiotika pada balita penderita pneumonia
di Puskesmas Bogor Utara periode Januari-Desember tahun 2016. Penilaian dilakukan
berdasarkan metode Gyssens dengan melihat ketepatan indikasi, ketepatan pemilihan
obat, ketepatan jangka waktu penggunaan, dan ketepatan dosis antibiotika. Hasil
penilaian rasionalitas dengan metode Gyssens pada kategori V (tidak rasional karena
tidak ada indikasi penggunaan antibiotika) adalah 0%, kategori IVa (tidak rasional
karena ada antibiotika lain yang lebih efektif) adalah 0%, kategori IVd (tidak rasional
karena ada antibiotika lain yang spektrumnya lebih sempit) 0%, kategori IIIa (tidak
rasional karena pemberian antibiotika terlalu lama) 0%, kategori IIIb (tidak rasional
karena pemberian antibiotika terlalu singkat) 9,6%, katogeri IIa (tidak rasional karena
dosis tidak tepat) sebanyak 43,8%, serta kategori 0 (penggunaan antibiotika
tepat/rasional) sebanyak 46,6%. Dari semua kategori yang dinilai dapat disimpulkan
bahwa di Puskesmas Bogor Utara, pemilihan antibiotika untuk pneumonia sudah
rasional kecuali untuk kategori dosis dan lama atau jangka waktu pemberian yang tidak
tepat/ rasional.
Kata kunci: Pneumonia, radang paru, antibiotika, metode Gyssens

THE ASSESSMENT ON RATIONALITY OF ANTIBIOTICS USE FOR


PNEUMONIA PATIENTS IN NORTH BOGOR HEALTH CENTER

ABSTRACT

Pneumonia is a lung inflammatory disease caused by bacteria, virus, and fungal


infection. This contagious infectious disease is one of the leading cause of children
death in the world. The appropriate and rational antibiotic medication will determine the
success of pneumonia therapy. This study aimed to assess the rationality of antibiotic
use in children suffering from pneumonia at Puskesmas Bogor Utara using database in
period of January to December 2016. The study was carried according to the Gyssens
method, by quantifying the accuracy of indication, drug selection, length of
administration and antibiotic dosage as the parameters. The result showed that the value
of indication of rationality category V (irrational because no indication of antibiotic
usage) was 0%, category IVa (irrational because there are other antibiotics more

92
Penilaian Rasionalitas…..(Lusi Indriani dan Oktavia Zunnita)

effective) was 0%, drug selection on IVd category (irrational because there are other
antibiotics narrower spectrum) was 0% length of administratioan on category IIIa
(irrational because antibiotics are too long given) was 9.6% and category IIIb (irrational
due to antibiotics too short given) was 0%, the antibiotic dosage on category IIa
(irrational due to inaccurate dosage) was 43.8%, and and rationality of antibitoc usage
on category 0 (proper/ rational antibiotic usage) was 46.6%. It can be concluded that
antibiotic usage for pneumonia therapy in North Bogor Health Center was rational
dosage was irrational in dosage and length of administration categories.
Keywords: Pneumonia, lung disease, antibiotic, Gyssens method

PENDAHULUAN terhadap standar pengobatan pneumonia


Pneumonia adalah penyakit adalah 79,72%, dan kesesuaian lama
peradangan paru yang disebabkan oleh pengobatan terhadap standar pengobatan
infeksi bakteri, virus, maupun jamur pneumonia adalah 81,95% dari 184 kasus
(Junaidi, 2010). Pneumonia merupakan pneumonia pada balita (Advisedly et al.,
penyakit infeksi menular yang merupakan 2014). Penelitian oleh Nurzaki et al.,
penyebab utama kematian pada balita di (2015) menunjukkan bahwa penggunaan
dunia. Data Kementerian Kesehatan tahun antiobiotik yang rasional untuk
2016 menunjukkan bahwa persentase pengobatan pneumonia pada balita
penderita pneumonia pada balita di berdasarkan tepat indikasi sebanyak
Indonesia dari tahun 2013 hingga 2015 100%, tepat obat sebanyak 96,67%, dan
cenderung mengalami peningkatan yaitu tepat dosis sebanyak 89,65% sehingga
pada tahun 2013 berjumlah 24,46%, pemberian antibiotika yang rasional
kemudian pada tahun 2014 meningkat adalah sebanyak 86,67 % dari total 30
menjadi 29,47%, dan pada tahun 2015 pasien balita pneumonia. Penelitian lain di
meningkat kembali menjadi 63,45% RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang
(Kemenkes RI, 2016). Khusus untuk kota pada tahun 2015 menunjukkan hasil
Bogor Jawa Barat, cakupan pneumonia penilaian penggunaan antibiotika pada
pada balita pada tahun 2016 sebesar pneumonia balita kategori tepat pasien
69,7% dengan jumlah kasus yang sebesar 100%, tepat indikasi sebesar
ditemukan sebanyak 6.648 kasus (Dinas 100%, tepat obat sebesar 21,95%, tepat
Kesehatan Kota Bogor, 2016). dosis sebesar 51,22%, dan tepat lama
Penyakit pneumonia pada balita pemberian sebesar 53,66% (Anwar dan
perlu mendapatkan perhatian untuk Horang, 2016).
menghindari dampak negatif dari penyakit Hal tersebut mendorong penulis
tersebut. Dalam pengobatan pneumonia untuk melakukan penilaian rasionalitas
salah satunya dibutuhkan terapi penggunaan antibiotika pada balita
antibiotika yang adekuat dengan berfokus penderita pneumonia di Puskesmas Bogor
pada diagnosis yang tepat. Pemilihan dan Utara Kota Bogor periode tahun 2016.
penggunaan antibiotika yang tepat dan Pemilihan lokasi penelitian didasarkan
rasional akan menentukan keberhasilan pada data kesehatan kota Bogor tahun
pengobatan untuk menghindari terjadinya 2016 yang menunjukkan bahwa terdapat
resistensi bakteri (Juwita et al., 2017). kenaikan jumlah penemuan kasus
Penelitian terdahulu yang dilakukan pneumonia pada balita dari tahun
di Puskesmas Kemiling kota Bandar sebelumnya (2015) di wilayah kerja
Lampung pada periode Januari-Oktober Puskesmas Bogor Utara yaitu dari 150
tahun 2013, diperoleh kesesuaian dosis kasus, yang meningkat menjadi 207 kasus

93
Fitofarmaka Jurnal Ilmiah Farmasi

pada tahun 2016 (Dinas Kesehatan Kota register pasien, dan lembar rekam medis
Bogor, 2016). pasien.

METODE PENELITIAN Analisis Data


Rancangan Penelitian Analisis menggunakan kategori
Penelitian ini menggunakan Gyssens (Kemenkes RI, 2011) untuk
metode observasional deskriptif dengan menilai rasionalitas penggunaan
pendekatan retrospektif. peresepan
antibiotika pada balita penderita
Waktu dan Tempat Penelitian pneumonia. Penilaian secara kualitatatif
Penelitian dilaksanakan pada dilakukan dengan menggunakan metode
bulanJuni hingga Agustus tahun 2017 Gyssens kemudian dikelompokkan ke
bertempat di Puskesmas Bogor Utara dalam kategori yang sesuai.
Kecamatan Bogor Utara Kota Bogor. Metode Gyssens dikategorikan
sebagai berikut :
Sampel dan Populasi - Kategori 0 = penggunaan antibiotika
Sampel penelitian ini adalah rekam tepat/bijak
medis balita dengan diagnosis pneumonia - Kategori I = penggunaan antibiotika
periode Januari hingga Desember tahun tidak tepat waktu
2016 yang memenuhi kriteria inklusi. - Kategori IIa = penggunaan antibiotika
Populasi dalam penelitian ini adalah tidak tepat dosis
jumlah seluruh rekam medis balita dengan - Kategori IIb = penggunaan antibiotika
diagnosis pneumonia yang menjalani tidak tepat interval pemberian
pengobatan di Puskesmas Bogor Utara - Kategori IIc = penggunaan antibiotika
Kota Bogor pada periode Januari hingga tidak tepat cara/rute pemberian
Desember tahun 2016. - Kategori IIIa = penggunaan
antibiotika terlalu lama
Kriteria Inklusi dan Eksklusi - Kategori IIIb = penggunaan
Kriteria inklusi dalam penelitian ini antibiotika terlalu singkat.
yaitu peresepan antibiotika pada rekam - Kategori IVa = ada antibiotika lain
medis balita dengan diagnosis pneumonia yang lebih efektif
di Puskesmas Bogor Utara periode Januari - Kategori IVb = ada antibiotika lain
hingga Desember tahun 2016. Kriteria yang kurang toksik/lebih aman
eksklusi dalam penelitian ini yaitu - Kategori IVc = ada antibiotika lain
peresepan antibiotika pada rekam medis yang lebih murah
pasien balita yang tidak lengkap untuk - Kategori IVd = ada antibiotika lain
menilai rasionalitas. yang spektrum antibakterinya lebih
sempit
Teknik Pengumpulan Data - Kategori V = tidak ada indikasi
Teknik pengumpulan data yang penggunaan antibiotika
- Kategori VI = data rekam medik tidak
digunakan dalam penelitian ini adalah
lengkap dan tidak dapat dievaluasi
pengumpulan data sekunder yaitu dengan
melihat rekam medis, register pasien, HASIL DAN PEMBAHASAN
resep obat pasien balita dengan diagnosis Jenis antibiotika yang digunakan
pneumonia yang disesuaikan dengan pada balita dengan diagnosis pneumonia
kriteria inklusi. Instrumen penelitian di Puskesmas Bogor Utara Kota Bogor
dalam penelitian ini adalah lembar resep, periode Januari hingga Desember tahun

94
Penilaian Rasionalitas…..(Lusi Indriani dan Oktavia Zunnita)

2016 adalah Amoksisilin dan negatif maupun bakteri gram positif (Tjay
Kotrimoksazol. Jumlah pemakaian obat dan Rahardja, 2007). Amoksisilin
dapat dilihat pada Tabel 1. Fasilitas merupakan antibiotika yang bersifat
Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama, bakterisida bagi bakteri gram-positif dan
yang menyatakan bahwa pada penderita gram negatif. Antibiotika ini aktif
pneumonia pada anak dengan pengobatan terhadap bakteri S. pneumoniae dan H.
rawat jalan, antibiotika lini pertama yang Influenzae yang merupakan bakteri
dapat diberikan yaitu amoksisilin atau patogen utama penyebab penyakit pada
kotrimoksazol (Menkes RI, 2015). saluran pernapasan (Goodman & Gilman,
2001).
Tabel 1. Jenis Antibiotika yang
Digunakan pada Balita Penderita Evaluasi Penggunaan Antibiotik
Pneumonia Periode Januari - Desember dengan Metode Gyssens
Tahun 2016 Penilaian penggunaan antibiotika
No Antibiotik Jumlah Persentase secara kualitatif dilakukan dengan
(%) menggunakan metode Gyssens kemudian
1. Amoksisilin 58 79,5 dikelompokkan ke dalam kategori yang
2. Kotrimoksazol 15 20,5 sesuai. Dari hasil analisis data diperoleh
Jumlah Total 73 100 73 kasus yang sesuai dengan kriteria
inklusi seperti terlihat pada tabel 2.
Kedua antibiotika ini bekerja terhadap
lebih banyak bakteri, baik bakteri gram

Tabel 2. Penilaian Penggunaan Antibiotika Berdasarkan Metode Gyssens Pada Balita


Penderita Pneumonia di Puskesmas Bogor Utara Kota Bogor Periode Januari Hingga
Desember tahun 2016

Kategori Definisi Jumlah Persentase (%)


Gyssens

VI Data Tidak Lengkap 0 0


V Tidak rasional karena tidak ada indikasi 0 0
penggunaan antibiotika
IVa Tidak rasional karena ada antibiotika lain yang 0 0
lebih efektif
IVd Tidak rasional karena ada antibiotika lain yang 0 0
spektrumnya lebih sempit
IIIa Tidak rasional karena pemberian antibiotika 0 0
terlalu lama
IIIb Tidak rasional karena pemberian antibiotika 7 9,6
terlalu singkat
IIa Tidak rasional karena dosis tidak tepat 32 43,8
0 Penggunaan antibiotika tepat (rasional) 34 46,6
Jumlah Total 73 100

Hasil penilaian menunjukkan bahwa Sebagian besar pneumonia disebabkan


kategori VI (data tidak lengkap) sebanyak oleh bakteri, yang terjadi secara primer
0%. Kategori V (tidak rasional karena maupun sekunder setelah infeksi virus.
tidak ada indikasi penggunaan antibiotika) Penyebab yang tersering adalah bakteri
adalah 0%. Antibiotika yang diresepkan gram positif seperti Streptococcus
adalah amoksisilin dan kotrimoksazol. pneumoniae. selain itu bakteri

95
Fitofarmaka Jurnal Ilmiah Farmasi

Staphylococcus aureus juga sering Umumnya Community Acquired


menyebabkan pneumonia (Corwin, 2008). pneumonia (CAP) diberikan terapi
Hasil evaluasi dengan metode antimikroba selama 7-14 hari (Scalera and
Gyssens pada kategori IVa (tidak rasional Thomas, 2007).
karena ada antibiotika lain yang lebih Pedoman Manajemen Terpadu
efektif) adalah 0% karena pemilihan Balita Sakit (MTBS) tahun 2015
antibiotikanya sudah sesuai dengan menyatakan bahwa lama pemberian
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di antibiotika untuk pengobatan pneumonia
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat selama 3 hari atau 5 hari (Kemenkes RI,
Pertama, yang menyatakan bahwa pada 2015). Hasil evaluasi menunjukkan bahwa
penderita pneumonia anak dengan sebanyak 7 peresepan (9,6%) antibiotika
pengobatan rawat jalan, antibiotika lini pada pasien balita dengan diagnosis
pertama yang dapat diberikan yaitu
pneumonia termasuk kategori IIIb (tidak
amoksisilin atau kotrimoksazol (Menkes,
rasional karena pemberian antibiotika
2015). Pada Kategori IVd (tidak rasional
terlalu singkat). Hal ini terjadi karena
karena ada antibiotika lain yang
spektrumnya lebih sempit) adalah 0%, umumnya pasien balita diberikan
karena di Puskesmas Bogor Utara tidak antibiotika kemasan botol (60 ml)
ada balita dengan pneumonia yang sehingga untuk anak dengan dosis >125
menjalani kultur darah dikarenakan mg/5 ml untuk satu kali pemberian, maka
keterbatasan fasilitas laboratorium, jumlah tersebut hanya cukup untuk
sehingga pemberian antibiotika dilakukan penggunaan selama 2,5 hari, sehingga
secara empiris yaitu dengan pemberian lama pemberian antibiotika tidak sesuai
amoksisilin dan kotrimoksazol. standar pengobatan pneumonia.
Penggunaan antibiotika secara empiris Hal ini dapat menyebabkan
adalah penggunaan antibiotika pada kasus terjadinya resistensi bakteri karena proses
infeksi yang belum diketahui jenis bakteri pengobatan yang tidak maksimal.
penyebabnya. Tujuan pemberian Penelitian ini tidak jauh berbeda dengan
antibiotika secara empiris adalah eradikasi yang sudah dilakukan pada penelitian
atau penghambatan pertumbuhan bakteri sebelumnya di Puskesmas Kemiling kota
yang diduga menjadi penyebab infeksi, Bandar Lampung dimana kesesuaian lama
sebelum diperoleh hasil pemeriksaan pengobatan terhadap standar pengobatan
mikrobiologi. Pemilihan antibiotika pada
pneumonia adalah 81,95%, yaitu sebanyak
terapi empiris didasarkan pada temuan
18,05% lama pengobatan tidak sesuai dari
sindrom klinis yang mengarah pada
keterlibatan bakteri tertentu yang paling 184 kasus pneumonia pada balita
sering menjadi penyebab infeksi (Advisedly et al., 2014). Penelitian lain di
(Kemenkes RI, 2011). RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang
Lama pemberian obat antibiotika mengenai rasionalitas pengobatan
yang diberikan dilihat berdasarkan aturan pneumonia balita pada tahun 2015
pakai obat dan jumlah obat yang diberikan menunjukkan bahwa jumlah kasus yang
dalam 1 kali pengobatan. Hasil penelitian tepat lama pemberian sebesar 53,66%,
menunjukkan bahwa dari 73 peresepan, sehingga yang tidak tepat lama pemberian
lama pemberian antibiotika yang adalah 46,34% (Anwar dan Horang,
diberikan umumnya untuk 5 hari, 6 hari, 2016).
dan 8 hari, sehingga pada kategori IIIa Untuk penilaian kategori IIa (Tidak
(tidak rasional karena pemberian rasional karena dosis tidak tepat) terdapat
antibiotika terlalu lama) adalah 0%. sebanyak tiga puluh dua peresepan

96
Penilaian Rasionalitas…..(Lusi Indriani dan Oktavia Zunnita)

(43,8%). Perhitungan dosis dalam 2015). Berbeda dengan penelitian di


penelitian ini dilakukan berdasarkan berat RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang
badan pasien, dimana berat badan pasien mengenai rasionalitas pengobatan
didapatkan dari data rekam medik pasien pneumonia balita pada tahun 2015
maupun pada resep obat. Hasilnya menunjukkan bahwa jumlah kasus yang
menunjukkan bahwa sebagian dosis tepat dosis adalah 51,22%, sehingga
antibiotika yang diberikan kurang dari ketidaktepatan dosis sebesar 48,78%
dosis yang disarankan. Sebagai contoh (Anwar dan Horang, 2016).
ketidaksesuaian dosis yang diberikan pada Penggunaan antibiotika disebut
balita berumur 2 tahun 5 bulan dengan rasional jika memenuhi kriteria tepat
berat badan 8,5 kg mendapatkan diagnosis, tepat indikasi obat, tepat
amoksisilin sirup dengan aturan pakai 3x pemilihan obat, tepat dosis, tepat cara
sehari ¾ sendok teh, dimana 1 sendok teh pemberian, tepat lama pemberian, tepat
(5 mL) mengandung amoksisilin sebesar interval waktu pemberian, tepat harga,
125 mg. Berdasarkan pedoman tepat informasi, tepat tindak lanjut, tepat
farmakoterapi Dipiro (2009) bahwa dosis penyerahan obat, tepat penilaian kondisi
antibiotika amoksisilin untuk pengobatan pasien, pasien patuh terhadap perintah
pneumonia yaitu 40 mg - 90 mg/ pengobatan yang dibutuhkan, dan
Kgbb/hari dalam 3 dosis terbagi. waspada efek samping (Kemenkes RI,
Sedangkan dosis penggunaan 2011). Hasil evaluasi dari peresepan
kotrimoksazol pada anak sebesar 8- 10 antibiotika dengan metode Gyssens yang
mg/kg/hari komponen TMP dibagi dalam termasuk dalam kategori 0 (penggunaan
2 dosis (IDAI, 2016). Berdasarkan antibiotika tepat/ rasional) adalah 46,6%
pedoman tersebut dosis amoksisilin (34 peresepan).
minimal yang seharusnya diberikan Penelitian ini menggunakan data
kepada pasien dengan berat badan 8,5 kg retrospektif, sehingga terdapat beberapa
untuk sekali minum adalah 113,33 mg. keterbatasan dalam penelitian.
Dari peresepan menunjukkan bahwa dosis Diantaranya seperti pada proses
yang diberikan untuk sekali minum balita pengambilan data terdapat data pasien
tersebut hanya 93,75 mg, sehingga dosis yang kurang lengkap atau hilang, sehingga
amoksisilin yang diberikan pada pasien sampel yang diperoleh terbatas. Metode
tersebut kurang dari dosis yang ini juga memiliki kekurangan karena
seharusnya. waktu kejadian sudah berlalu sehingga
Pada penelitian di Puskesmas tidak dapat dilakukan konfirmasi, atau
Kemiling kota Bandar Lampung periode tidakan pencegaham dengan memberikan
Januari-Oktober tahun 2013 diperoleh rekomendasi pengobatan yang tepat
kesesuaian dosis terhadap standar kepada dokter. Peneliti juga tidak dapat
pengobatan pneumonia adalah 79,72% menilai hasil pengobatan terhadap
dari 184 kasus pneumonia pada balita kesembuhan pasien.
sehingga ketidaksesuaian dosis sebanyak
KESIMPULAN
20,28% (Advisedly et al., 2014).
Hasil penilaian rasionalitas
Penelitian lain di RS PKU
penggunaan antibiotika untuk terapi
Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2013,
pneumonia pada balita menggunakan
menunjukkan bahwa penggunaan metode Gyssens diperoleh hasi untuk
antiobiotika yang tepat dosis adalah kategori V (indikasi), kategori IV
sebanyak 89,65%, sehingga yang tidak (pemilihan antibiotika), dan kategori IIIa
tepat dosis adalah 10,35% dari 30 kasus (pemberian antibiotika terlalu lama)
pneumonia pada balita (Nurzaki et al.,

97
Fitofarmaka Jurnal Ilmiah Farmasi

adalah sebanyak 0% (tidak ada) berturut- Goodman dan Gilman.


turut sehingga penggunaan antibiotika 2001. The Pharmacological Basis
untuk kategori tersebut adalah rasional. of Therapeutics Edisi 10 Volume 3.
Sedangkan kategori IIIb (pemberian Penerjemah: Hardman, J. G. dan
antibiotika terlalu singkat) terdapat Limbrid, L. E. Penerbit Buku
sebanyak 9,6% (7 peresepan), kategori IIa Kedokteran EGC. Jakarta.
(dosis tidak tepat) sebanyak 43,8% (32 IDAI, 2016. Buku Saku Dosis Obat
peresepan), dan kategori 0 (penggunaan Pediatri. Ikatan Dokter Anak
antibiotika yang tepat/ rasional) sebanyak Indonesia. Jakarta.
46,6% (34 peresepan) sehingga dapat Junaidi, I. 2010. Penyakit Paru dan
dinyatakan tidak rasional. Saluran Napas. PT Bhuana Ilmu
Populer. Jakarta.
UCAPAN TERIMA KASIH Juwita, D.A.J., H. Arifin dan N. Yulianti.
Terimakasih sebesar-besarnya 2017. Kajian deskriptif retrospektif
kepada Dokter Devi Fitriyanti dan Bayu regimen dosis antibiotika pasien
Kurniawan yang telah membantu dalam pneumonia anak di RSUP. Dr. M.
pengambilan data. Djamil Padang. Jurnal Sains
Farmasi & Klinis. 3(2): 128-133.
DAFTAR PUSTAKA Kemenkes RI. 2011. Modul Penggunaan
Advisedly, A.A. Tarigan dan M.M. Obat Rasional. Bina
Berawi. 2014. Kajian peresepan Pelayanan Kefarmasian. Jakarta.
antibiotika penyakit pneumonia Kemenkes RI. 2015. Buku Bagan
pada balita di puskesmas kemiling Manajemen Terpadu Balita Sakit
Kota Bandar Lampung pada periode (MTBS).
Januari-Oktober tahun 2013. Jurnal Kemenkes RI. 2016. Profil Kesehatan
Kedokteran Universitas Lampung. Indonesia Tahun 2015. Sekertariat
3(4): 18-26. Jenderal Kesehatan Republik
Anwar, Y. dan M.E.B.B. Horang. 2016. Indonesia. Jakarta.
Evaluasi penggunaan antibiotika Menkes RI. 2015. Keputusan Menkes RI
pada pengobatan penderita Nomor. HK.
pneumonia anak di instalasi rawat 02.02/MENKES/514/2015 Tentang
inap RSUD Prof. Dr. W. Z. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter
Johannes Kupang periode Januari- Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Juni 2015. Jurnal Farmasi Tingkat Pertama. Kemenkes RI.
Indonesia.13(02): 252-260. Jakarta.
Corwin, E. J. 2008. Buku Nurzaki, A., B. Rahajeng,
Saku Patofisiologi (Handbook dan S. Orbayinah. 2015.
of Pathophysiology). Buku Evaluasi Kerasionalan Penggunaan
Kedokteran EGC. Jakarta. Antibiotika Untuk Pengobatan
Dinas Kesehatan Kota Bogor. 2016. Profil Pneumonia Pada Balita Rawat Inap
Kesehatan Kota Bogor Tahun 2016. di RS PKU Muhammadiyah
Dinas Kesehatan Bogor. Yogjakarta Periode Januari-
Dipiro, J.T., B.G. Wells, Desember 2013. Naskah Publikasi
T.L.Schwinghammer dan C.V. Karya Tulis Ilmiah Universitas
Dipiro. 2009. Pharmacoterapy Muhammadiyah Yogyakarta.
Handbook Seventh Edition. Mc Yogyakarta.
Graw Hill Medical. New York. Scalera, N. M. and Thomas M. F. 2007.
How Long Should We Treat
Community-Acquired Pneumonia.

98
Penilaian Rasionalitas…..(Lusi Indriani dan Oktavia Zunnita)

Lippincott Williams & Wilkins. dan Efek-Efek Sampingnya Edisi VI.


USA. PT. Elex Media Komputindo.
Tjay, T. H. dan K. Rahardja. 2007. Obat- Jakarta.
Obat Penting Khasiat, Penggunaan,

99

Anda mungkin juga menyukai