Anda di halaman 1dari 24

BAB I

SISTEM PERSAMAAN LINIER (SPL)

A. PENDAHULUAN

1. Deskripsi Umum
Pada bab ini akan dibahas tentang Sistem Persamaan Linier, Eliminasi Gauss serta Matriks
dan Operasi Matriks.

2. Relevansi

Bab ini kegunaannya adalah agar mahasiswa mengenal sistem persamaan linier dan dapat
menyelesaikan persamaan linier dengan menggunakan metoe eliminasi Gauss danmetode
eliminasi Gauss Jordan serta pemanfaatannya pada materi fisika yang berkaitan.

3. Indikator dan Kemampuan Akhir


a. Indikator
Memahami pengertian sistem persamaan linier dan sistem persamaan non-linier dan
Mahasiswa mampu menyelesaikan sistem persamaan linier menggunakan metode eliminasi
Gauss dan metode eliminasi Gauss-Jordan

b. Kemampuan akhir
Untuk sub bab Sistem Persamaan Linier
1. Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa dapat menuliskan sistem persamaan linear
dalam notasi matriks.
2. Menggunakan konsep sistem persamaan linier
3. Menggunakan konsep eliminasi baris elementer untuk menyelesaikan sistem
persamaan linier

Untuk subbab Eliminasi Gauss


1. Menggunakan eliminasi Gauss untuk menyelesaikan sistem persamaan linier
2. Menggunakan eliminasi Gauss-Jordan untuk menyelesaikan sistem persamaan linier
Untuk subbab Matriks dan Operasi Matriks
1. Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa dapat menguraikan operasi matriks dan
aturan-aturan operasi matriks.
2. Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa dapat menggunakan kaidah operasi
transpos matriks
3. Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa dapatmenjelaskan kaidah-kaidah umum
operasi matriks.
4. Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa dapat menjelaskan tentang matriks nol.
5. Mahasiswa dapat mengaplikasikan matriks dan operasi matriks dalam pembelajaran
Fisika

B. PENYAJIAN MATERI
1. Uraian Materi

1.1 Pengertian Sistem Persamaan Linier


Sebuah garis dalam bidang xy secara aljabar dapat dinyatakan oleh persamaan yang
berbentuk
a 1 x+ a2 y=b
Persamaan semacam ini kita namakan persamaan linier dalam peubah (variabel) x
dan peubah y. Secara umum, pendefinisian persamaan linier dalam n peubah x 1 , x 2 , … , xn
sebagai persamaan yang dapat dinyatakan dalam bentuk
a 1 x 1+ a2 x 2 +… ,+ an x n=b
Dimana a 1 , a2 , … , an dan b adalah konstanta – konstanta riil.

Contoh 1
Berikut ini yang termasuk persamaan linier adalah
a. x +3 y=7
b. √ x 1+2 x 2+ x 3 =1
c. x +3 y 2=7
1
d. y= x +3 z+ 1
2
Penyelesaian
Persamaan (a) dan (d) merupakan persamaan linier sedangkan persamaan (b) dan (c) bukan
persamaan linier. Hal ini dijelaskan bahwa persamaan linier tidak melibatkan hasil kali
atau akar peubah. Pada persamaan (b) jelas bahwa persamaan tersebut melibatkan akar
peubah sedangkan pada persamaan (c), persamaan tersebut merupakan persamaan kuadrat.
Selain itu semua peubah hanya terdapat sampai dengan angka pertama dan tidak muncul
sebagai argumen untuk fungsi trigonimetrik, fungsi logaritmatik, atau fungsi eksponensial.
Pemecahan persamaan linier a 1 x 1+ a2 x 2 +… ,+ an x n=b adalah urutan dari n bilangan
s1 , s 2 , … , s n sehingga persamaan tersebut dipenuhi bila kita mensubstitusikannya terhadap
x 1=s1 , x 2=s 2 , … , x n=s n . Himpunan semua pemecahan tersebut dinamakan himpunan
pemecahannya.

Contoh 2
Carilah himpunan pemecahan masing-masing persamaan berikut:
a. 4 x+2 y=1
b. x 1−4 x2 +7 x 3=5
Penyelesaian
Untuk mencari pemecahan-pemecahan persamaan (a), kita dapat menetapkan sembarang
nilai untuk x dan memecahkan persamaan tersebut untuk mencari y , atau kita dapat
memilih sebarang nilai untuk y dan memecahkan persamaan tersebut untuk mencari x . Jika
kita mengikuti pendekatan pertama dan menetapkan nilai sebarang t untuk x , maka kita
dapatkan
1
x=t y=2 t−
2
rumus ini menggambarkan himpinan pemecahan tersebut dalam sebarang parameter t .
Pemecahan numerik khusus dapat diperoleh dengan mensubsitusikan nilai-nilai spesifik
11 −1
untuk t . Misalnya, t=3 menghasilkan pemecahan x=3 , y= dan jika t= maka
2 2
−1 −3
menghasilkan pemecahan x= , y= .
2 2
Jika kita mengikuti pendekatan kedua dan menetapkan nilai sebarang t untuk y ,
maka kita dapatkan
1 1
x= t+ y=1
2 4
walaupun rumus ini berbeda dari rumus yang diperoleh sebelumnya, namun rumis ini
menghasilkan himpunan pemecahan yang sama jika sebarang t berubah pada semua
bilangan riil yang mungkin.
Pemecahan untuk persamaan (2) kita menetapkan sebarang nilai untuk setiap dua
peubah dan memecahkan persamaan tersebut untuk mencari peubah ketiga. Khususnya,
jika kita menetapkan nilai sebarang s dan t berturut-turut untuk x 2 dan x 3 dan memecahkan
persamaan tersebut untuk mencari x 1, maka kita peroleh
x 1=5+ 4 s−7 t
Sebuah himpunan berhingga dari persamaan-persamaan linier dalam peubah
x 1 , x 2 , … , x n dinamakan sistem persamaan linier atau sistem linier. Sebuah urutan bilangan-
bilangan s1 , s 2 , … , s n dinamakan pemecahan dari sistem tersebut jika
x 1=s1 , x 2=s 2 , … , x n=s n adalah permecahan masing-masing persamaan pada sistem
tersebut. Misalnya system
4 x1 −x2 +3 x 3=−1
3 x 1+ x 2 +9 x 3=−4
mempunyai pemecahan x 1=1 , x 2=2 , x 3=−1 karena nilai-nilai ini memenuhi kedua
persamaan tersebut. Akan tetapi, x 1=1 , x 2=8 , x 3=1 bukanlah sebuah pemecahan karena
nilai ini hanya memenuhi persamaan pertama dari kedua persamaan tersebut.
Tidak semua sistem persamaan linier mempunyai pemecahan. Misalnya, persamaan
berikut ini:
x + y=4
2 x+2 y=6
1
Jika kita mengalikan persamaan kedua dengan , maka jelaslah bahwa tidak ada
2
pemecahan, karena persamaan dalam sistem yang dihasilkan yakni:
x + y=4
x + y=3
Persamaan tersebut bertentangan satu sama lain.Sebuah sistem persamaan yang tidak
mempunyai pemecahan dikatakan tak konsisten, sedangkan untuk persamaan yang
setidaknya memiliki satu pemecahan dapat dikatakan konsisten.
Contoh soal 3
Carilah himpunana penyelesaian
a. 3 x 1−5 x2 + 4 x 3=7
b. −8 x 1+ 2 x 2−5 x 3 +6 x 4 =1

Penyelesaian
pada persamaan (a) dengan menggunakan solusi menetapkan nilai sebarang s
dan t berturut-turut untuk x 2 dan x 3 dan memecahkan persamaan tersebut
untuk mencari x 1, maka kita peroleh
5 4 7
x 1= s− t +
3 3 3
x 2=s
x 3=t

untuk persamaan (b) sama dengan penyelesaian pada soal (a) maka diperoleh
1 5 3 1
x 1= r− s + t−
4 8 4 8

x 2=r
x 3=s
x 4 =t
Maka, persamaan (a) dan (b) merupakan persamaan linier yang mempunyai
penyelesaian.

KUIS
Yang manakah dari persamaan-persamaan berikut ini yang merupakan
persamaan linier ?
a. x 1+ 5 x 2− √ 2 x3 =1
b. x 1=−7 x 2+ 3 x 3
c. x 1+ 3 x 2 + x 1 x 3=2
d. 3 v −8 w+2 x− y + 4 z
1.2 Kemungkinan Pemecahan pada SPL (sistem persamaan linear)

Kemungkinan-kemungkinan pemecahan pada sistem persamaan linier dapat


digambarkan melalui grafik sebagai berikut:

y y l1 y l1 dan l2

l1

x
x x
l2

l2

(a) (b) (c)

Keterangan:
(a) Garis l1 mungkin sejajar dengan garis l2, dalam kasus yang tidak ada
perpotongannya, dan sebagai konsekuensinya maka tidak ada pemecahan untuk
sistem tersebut.
(b) Garis l1 mungkin berpotongan dengan garis l2 dihanya satu titik, dalam kasus ini
maka sistem tersebut hanya mempunyai satu pemecahan.
(c) garis l1 mungkin berimpit dengan garis l2, dalam kasus ini tat terhingga banyakknya
titik perpotongan sehingga tak berhingga pula pemecahan untuk sistem tersebut.

Meninjau dua persamaan dan dua bilangan tak diketahui berlaku untuk sebarang sistem
yakni, sistem persamaan linier tidak mempunyai pemecahan , atau mempunyai persis satu
pemecahan, atau mempunyai tak berhingga banyaknya pemecahan.

1.3 Penggunaan Matriks dalam Penyelesaian SPL

Sebuah sistem sebarang yang terdiri dari m persamaan dengan bilangan n tak
diketahui akan dituliskan sebagai
a 11 x1 + a12 x 2+ a1 n x n=b1
a 21 x1 + a22 x 2+ a2 n x n =b2
⋮ ⋮⋮ ⋮
a m 1 x 1+ am 2 x2 +a mn x n=b m
dimana x 1 , x 2 , … , x nadalah bialanga tak diketahui sedangkan a dan b yang bertikalas
menyatakan konstanta-konstanta.
Jika kita telusuri letak +, letak x, dan letak =, maka sistem yang terdiri dari m
persamaan linier dengan n bilangan takdiketahui dapat disingkat dengan menuliskan
jajaran 4empat persegi panjang dari bilanga-bilangan:

[ ]
a11 a12 ⋯ a1 n b1
a 21 a22 ⋯ a 2 n b2
⋮ ⋮ ⋮ ⋮
am 1 am 2 ⋯ amn b m

Jajaran ini dinamakan matriks yang diperbesar untuk sistem tersebut. Untuk melukiskan
matrik yang diperbesar untuk sistem persamaan ialah:
x−5 y=2
7 x +3 y=4
2 x+ y =5
matriksnya adalah

[ ]
1 −5 2
7 3 4 penyelesian tidak konsisten
2 1 5

Metode dasar untuk memecahkan sistem persamaan linier adalah untuk mengganti
sistem yang diberikan dengan sistem baru yang mempunyai himpunan pemecahan yang
lebih mudah. Sistem baru ini umumnya didapatkan dalam suatu tahapan dengan
menerapkan ketiga operasi berikut untuk menghilangkan bilangan-bilangan takdiketahui
secara matematis.
1. kalikanlah persamaan dengan konstanta yang tak sama dengan nol.
2. pertukarkan dua persamaan tersebut.
3. tambahkan kelipatan dari satu persamaan bagi yang lainnya.
Karena baris dalam matriks yang diperbesar bersesuaian dengan persamaan dalam sistem
yang diisolasikan dengan baris tersebut maka ketiga operasi ini bersesuaian dengan operasi
berikut pada baris matriks yang diperbesar.
1. kalikanlah sebuah baris dengan sebuah konstanta yang taksama dengan nol.
2. pertukarkanlah dua baris tersebut.
3. tambahkanlah perkalian dari satu baris pada baris yang lainnya.
Operasi-operasi ini dinamakan operasi baris elementer.
Contoh 4
Tentukan nilai x dan y dari persamaan linier berikut melalui operasi baris elementer.
x−2 y +13=0
y−4 x=17
Penyelesaian:
Ubah kedalam bentuk matriks terlebih dahulu

[−41 −2 −13
1 17 ]
kemudian baris kedua tambahkan dengan empat kali baris pertama hasilnya adalah

[ 10 −2 −13
−7 −35 ]
dari matrik diatas tampak pada baris kedua bahwa
−7 y=−35
y=5
kemudian pada baris pertama substitusikan nilai y diperoleh
x−2 y=−13
x−2 ( 5 )=−13
x=−13+10
x=−3
Maka untuk persamaan linier tersebut didapat x=-3 dan y=5.
1.4 Kegunaan dan Aplikasi Persamaan Linier
Aljabar linier dapat diterapkan pada bidang ilmu fisika khususnya untuk
menyelesaikan persoalan yang berhubungan dengan rangkaian listrik. Berikut ini adalah
contoh penerapan persamaan linier dalam menyelesaikan persoalan fisika:
Contoh 5
Berdasarkan gambar rangakaian dibawah ini tentukan persamaan linier dan besar dari I 1,I2,
dan I3.
Penyelesaian:
Dengan menerapkan Hukum Kirchhoff I dan II diperoleh:
Pada simpul P  I1 + I3 = I2
pada loop kiri  6 I1 + 2 I2 = 0
pada loop kanan  2 I2 + 3 I3 = 18

Kemudian dapat diubah menjadi sistem pers. linier:


I1 – I2 + I 3 =0
6 I1 + 2 I 2 =0
2 I2 + 3 I3 = 18
Untuk besar nilai dari I1, I2, dan I3 digunakan matriks yaitu melalui operasi baris
elementer.
1. Pertama ubah persamaan linier diatas menjadi matriks

[ ]
1 −1 1 0
6 2 0 0
0 2 3 18
2. kurangi baris kedua dengan enam kali baris pertama, maka

[ ]
1 −1 1 0
0 8 −6 0
0 2 3 18
3. Empat kali baris ketiga dikurangi baris kedua , maka

[ ]
1 −1 1 0
0 8 −6 0
0 0 18 72
4. Dari matriks pada langkah ketiga diperoleh:
a. pada baris ketiga
18 I 3 =72
72
I 3=
18
I 3=4
b. pada baris kedua substitusikan nilai I 3
8 I 2−6 I 3=0
8 I 2−6 ∙ 4=0
8 I 2=24
I 2=3
c. Pada bari pertama substitusikan nilai I1 dan I2
I 1−I 2 + I 3=0
I 1=−I 3+ I 2
I 1=−( 4)+3
I 1=−1
Jadi, besar I1=-1, I2=3, dan I3=4.
Selain dari pemecahan permasalahan tentang rangkaian listrik, matrik juga berperan
dalam penyelesaian permasalahan dalam menentukan besar suatu vektor.

1.5 Eliminasi Gauss


Eliminasi Gauss merupakan salah satu prosedur yang sistematik untuk memecahkan
sistem-sistem persamaan linear, prosedur tersebut didasarkan pada gagasan untuk
mereduksi matriks yang diperbesar menjadi bentuk yang cukup sederhana sehingga sistem
persamaan tersebut dapat pecahkan dengan memeriksa sistem tersebut.
Berikut ini adalah contoh matriks yang diperbesar.

[ ]
1 0 01
0 1 02
0 0 13
Contoh matriks di atas tersebut adalah contoh matriks yang dinyatakan dalam bentuk
eselon baris tereduksi (reduced row-echelon form).

Sifat – sifat matriks bentuk eselon baris tereduksi adalah sebagai berikut :
1. Jika baris tidak terdiri seluruhnya dari nol, maka bilangan taknol pertama dalam baris
tersebut adalah 1. (atau disebut 1 utama)
2. Jika terdapat baris yang seluruhnya terdiri dari nol, maka semua baris seperti itu
dikelompokkan bersama-sama di bawah matriks.
3. Dalam sebarang dua baris yang berurutan seluruhnya tidak terdiri dari nol, maka 1
utama dalam baris yang lebih rendah terdapat lebih jauh ke kanan dari 1 utama dalam
baris yang lebih tinggi.
4. Masing - masing kolom yang mengandung 1 utama mempunyai nol ditempat lain.

Sebuah matriks yang mempunyai sifat-sifat 1, 2, dan 3, dikatakan berada dalam bentuk
eselon baris (row-echelon form)

Contoh matrik dalam bentuk eselon baris tereduksi.

[ ] [ ][ ][
0 1 −2 0 1
1 0 0 4 1 0 0
0 1 0 7 ,
0 0 1 −1
0 1 0,
0 0 1
0
0
0 0 1 3
0 0 0 0
,
0 0
0 0 ]
0 0 0 0 0

Contoh matriks dalam bentuk eselon baris.

[ ][ ][ ]
1 4 37 1 1 0 0 1 2 6 0
0 1 6 2 , 0 1 0 , 0 0 1 −1 0
0 0 15 0 0 0 0 0 0 0 1

Catatan :
Matriks dalam bentuk eselon baris harus mempunyai nol di bawah setiap 1 utama (lihat
contoh di atas), berbeda dengan matriks dalam bentuk eselon baris tereduksi harus
mempunyai nol di atas dan di bawah masing-masing 1 utama.
Contoh 6
Misalkan bahwa matriks yang diperbesar untuk sistem persamaan linear telah direduksi
oleh operasi baris menjadi bentuk eselon baris terreduksi seperti yang diberikan.
Pecahkanlah sistem tersebut.

[ ]
1 0 0 5
(a) 0 1 0 −2
0 0 1 4
[ ]
1 6 0 0 4 −2
0 0 1 0 3 1
(b)
0 0 0 1 5 2
0 0 0 0 0 0

[ ]
1 0 00
(c) 0 1 2 0
0 0 01

Penyelesaian:
(a) Sistem persamaan – persamaan yang bersesuaian adalah:
x1 + 0 + 0 =5
0 + x2 + 0 = -2
0 + 0 + x3 =4
Sehingga diperoleh nilai: x1 = 5, x2 = -2, x3 = 4

(b) Sistem persamaan – persamaan yang bersesuaian adalah:


x1 + 6x2+ 0 + 0 + 4x5 = -2
0 + 0 + x3 + 0 + 3x5 =1
0 + 0 + 0 + x4 + 5x5 =2
Sehingga :
x1 = - 2 – 4x5 – 6x2
x3 = 1 – 3x5
x4 = 2 – 5x5
Karena x5 dapat ditetapkan dengan sebarang nilai, t, dan x2 dapat diberikan
sebarang nilai s, maka :
x1 = - 2 – 4t - 6s, x2 = s, x3 = 1-3t, x4 =2 - 5t, x5 = t
(c) Persamaan terakhir dalam sistem persamaan yang bersesuaian adalah:
0x1 + 0x2 + 0x3 = 1
Karena persamaan ini tidak pernah dapatt dipenuhi, maka tidak ada pemecahan
untuk sistem tersebut.
Langkah-langkah dalam mereduksi matiks berikut pada bentuk eselon baris
tereduksi.
Misal :

[ ]
0 0 −2 0 7 12
2 4 −10 6 12 28
2 4 −5 6 −5 −1

1. Letakkan kolom paling kiri (garis vertikal) yang seluruhnya tidak terdiri dari nol.

[ ]
0 0 −2 0 7 12
2 4 −10 6 12 28
2 4 −5 6 −5 −1

Kolom taknol paling kiri


2. Pertukarkanlah baris atas dengan baris lain, jika perlu, untuk membawa entri taknol
ke atas kolom yang didapatkan dalam langkah 1.

[ ]
Baris pertama dan baris
2 4 −10 6 12 28 kedua dalam matriks terda-
0 0 −2 0 7 12 hulu dipertukarkan.
2 4 −5 6 −5 −1

3. Jika entri yang sekarang ada di atas kolom yang didapatkan dalam langkah 1 adalah
a, kalikanlah baris pertama tersebut dengan 1/a untuk memperoleh 1 utama.

Baris pertama matriks

[ ]
1 2 −5 3 6 14 terdahulu dikalikan dengan
0 0 −2 0 7 12 1/2.
2 4 −5 6 −5 −1
4. Tambahkanlah kelipatan yang sesuai dari baris atas pada baris-baris yang di bawah
sehingga semua entri di bawah 1 utama menjadi nol.
-2 kali baris pertama dari
matriks terdahulu akan

[ ]
1 2 −5 3 6 14 ditambahkan pada baris ke-3
0 0 −2 0 7 12
0 0 5 0 −17 −29
5. Sekarang tutuplah baris atas dalam matriks tersebut dan mulailah sekali lagi dengan
langkah 1 yang diterapkan pada submatriks yang masih sisa. Teruskanlah dengan
cara ini sampai entri matriks tersebut berada dalam bentuk eselon baris.

baris pertama dalam

[ ]
1 2 −5 3 6 14 submatriks dikalikan dengan -
0 0 −2 0 7 12 1/2 untuk mendapatkan 1
0 0 5 0 −17 −29 utama

Kolom taknol paling kiri dalam submatriks

[ ]
-5 kali baris pertama submatriks
3 6 14
1 2 −5 ditambahkan ke baris kedua dari
−7
0 0 1 0 −6 submatriks untuk mendapatkan nol
2
0 0 5 di bawah 1 utama
0 −17 −29

[ ]
1 2 −5 3 6 14 Baris atas dalam submatriks
0 0 1 0 −7/2 −6 ditutupi dan kita kembali sekali
0 0 5 0 1/2 1 lagi ke langkah 1.

[ ]
1 2 −5 3 6 14
0 0 1 0 −7/2 −6
0 0 5 0 1/2 1

Kolom taknol paling kiri dalam


submatriks yang baru

Baris pertama (dan hanya baris

[ ]
1 2 −5 3 6 14 pertama) dalam submatriks yang
0 0 1 0 −7/2 −6 baru dkalikan dengan 2 untuk
0 0 0 0 1 2 mendapatkan 1 utama

Entri matriks tersebut sekarang berada dalam bentuk eselon baris. Untuk mencari bentuk
eselon baris terreduksi maka kita mmerlukan langkah tambahan berikut:
6. Dengan memulai dari baris taknol terakhir dan bekerja ke arah atas, tambahkanlah
kelipatan yang sesuai dari setiap baris pada baris-baris di atas untuk mendapatkan
nol di tas 1 utama.
7/2 kali baris ketiga dari
matriksterdahulu ditambahkan

[ ]
1 2 −5 3 6 14 pada baris kedua.
0 0 1 0 0 1
0 0 0 0 1 2

[ ]
1 2 −5 3 0 2
-6 kali baris ketiga
0 0 1 0 0 1
ditambbahkan ke baris
0 0 0 0 1 2
pertama

[ ]
1 2 03 0 7 5 kali barris kedua
0 0 10 0 1 ditambahkan ke baris
0 0 00 1 2 pertama

Matriks terakhir berada dalam bentuk eselon baris terreduksi


Prosedur di atas untuk mereduksi matriks menjadi bentuk eselon baris tereduksi yang kita
namakan eliminasi Gauss – Jordan sedangkan untuk 5 langkah pertama, prosedur untuk
menghasilkan bentuk eselon baris tersebut dinamakan eliminasi gauss.

Contoh 7
Pecahkanlah persamaan berikut ini dengan menggunakan eliminasi gauss Jordan.
x1 + 3x2 -2x3 +2x5 =0
2x1 + 6x2 – 5x3 – 2x4 + 4x5 – 3x6 = -1
5x3 + 10x4 + 15x6 =5
2x1 + 6x2 + 8x4 +4x5 +18x6 =6

[ ]
1 3 −2 0 2 0 0
2 6 −5 −2 4 −3 −1
Penyelesaian:
0 0 5 10 0 15 5
2 6 0 8 4 18 6
Dengan menambahkan -2 kali baris pertama pada baris kedua dan baris keempat maka
akan memberikan
[ ]
1 3 −2 0 2 0 0
0 0 −1 −2 0 −3 −1
0 0 5 10 0 15 5
0 0 4 8 0 18 6
Dengan mengalikan baris kedua dengan -1 dan kemudian menambahkan -5 kali baris
kedua pada baris ke-3 dan -4 kali baris kedua pada bais ke-4 maka akan menghasilkan:

[ ]
1 3 −2 0 2 0 0
0 0 1 20 31
0 0 0 00 00
0 0 0 00 62
Dengan menukar baris ke-3 dan ke-4 kemudian mengalikan baris ke-3 dari matriks yang
dihasilkan dengan 1/6 maka akan menghasilkan bentuk eselon baris

[ ]
1 3 −2 0 2 0 0
0 0 1 20 3 1
0 0 0 0 0 1 1/3
0 0 0 00 0 0
Dengan menambahkan -3 kali baris ketiga pada baris ke-2 dan kemudian menambahkan 2
kali baris ke-2 dari matriks yang dihasilkkan pada baris pertama maka akan menghasilkan
bentuk eselon baris tereduksi

[ ]
1 3 0 42 0 0
0 0 1 20 0 0
0 0 0 00 1 1 /3
0 0 0 00 0 0
Sehingga diperoleh:
x1 + 3x2 + 4x4 + 2x5 =0 x1 = - 3x2 - 4x4 - 2x5
x3 +2x4 =0 x3 = -2x4
x6 = 1/3 x6 = 1/3
Jika kita tetapkan nilai sebarang r, s, dan t berurutan untuk x 2, x4, dan x5, maka himpunan
pemecahan tersebut diberikan oleh rumus-rumus
x1 = -3r -4s -2t, x2 = r, x3 = -2s, x4 = s, x5 = t x6 = 1/3

Metode Substitusi
Bentuk eselon baris dari matriks yang diperbesar adalah :
[ ]
1 3 −2 0 2 0 0
0 0 1 20 3 1
0 0 0 0 0 1 1/3
0 0 0 00 0 0
x1 + 3x2 – 2x3 + 2x5 =0
x3 + 2x4 + 3x6 =1
x6 =1/3
Langkah- langkah :
1. Pecahkanla persamaan – persamaan tersebut untuk pubah-peubah utama

x1 = -3x2 + 2x3 – 2x5


x3 = 1 – 2x4 – 3x6
x6 = 1/3
2. Substtitusikan secara keseluruuhan masing-masing persamann ke dalam semua
persamaan yang di atasnya.

x1 = - 3x2 + 2x3 – 2x5


x3 = -2x4
x6 = 1/3
Dengan mensubstitusikan x3 = -2x4 ke dalam persamaan pertama maka akan
menghasilkan
x1 = -3x2 – 4x4 – 2x5
x3 = - 2x4
x6 = 1/3
3. Tetapkanlah nilai-nilai sebarang pada setiap peuubah tak utama.

Misalnya nilai r, s, dn t berturut-turut untuk x 2, x4, dan x5, himpunan pemecahan tersebut
yaitu sebagai berikut:
x1 = -3r – 4s - 2t, x2 = r, x3 = -2s, x4 =s, x5 = t, x6 = 1/3

Contoh 8
Pecahkanlah!
x + y + 2z =9
2x + 4y -3z =1
3x + 6y – 5z = 0
Penyelesaian:
Dengan menggunakan eliminasi gauss dan substitusi balik.

[ ]
1 1 2 9
2 4 −3 1
3 6 −5 0
Menjadi bentuk eselon baris.

[ ]
1 1 2 9
0 1 −7 /2−17 /2
0 0 1 3
x + y + 2z =9 x = 9 – y – 2z
y – 7/2 z = -17/2 y = -17/2 + 7/2 z
z =3 z=3
Jika disubstitusikan
x = 3 – y, y = 2, z=3

1.6 APLIKASI ELIMINASI GAUSS TERHADAP MASALAH DALAM FISIKA


Berikut ini ada beberapa aplikasi / penerapan materi eliminasi Gauss terhadap soal atau
masalah dalam fiska diantaranya sebagai berikut:
1. Untuk menentukan besar arus dan tegangan pada rangkaian kombinasi
resistor dengan formulasi ∑ i+ ∑ iR=0
Contoh :

(a) (b)

Gambar 2.1.1 (a) Rangkaian resistor dievaluasi dengan persamaan linear simultan, dan
(b) A sumsi arah arus

kaidah Kirchoff tentang arus pada setiap node menghaslkan beberapa pesamaan :
i12 + i52 + i32 =0
i65 – i52 – i54 =0
i43 – i32 = 0
i54 –i43 =0
dan kaidah tegangan pada 2 loop adalah:
−i 54 R 54−i 43 R 43−i 32 R32 +i 52 R 52=0
−i 65 R65−i 52 R 52+i 12 R12−200=0
sistem ini amat mudah ditangani dengan metode eliminasi.

[ ]{ } { }
1 1 1 0 0 0 i 12 0
0 −1 0 1 −1 0 i 52 0
0 0 −1 0 0 i
1 32 0
=
0 0 0 0 1 −1 i 65 0
0 10 −10 0 −15 −5 i 54 0
5 −10 0 −20 0 0 i 200
43

Selanjutnya dalam kasus ini, solusi didapatkan:


i 12 =6,1538
i 52=−4,6154
i32 =1,5385
i 65 =6,1538
i 54 =1,5385
i 43 =1,5385

1.7 MATRIKS DAN OPERASI MATRIKS

1. Definisi Matriks

Sebuah Matriks adalah susunan segi empat siku-siku dari bilangan-bilangan. Bilangan-
bilangan dalam susunan tersebut dinamakan entri dalam matriks.
Contoh. Susunan berikut adalah matriks:

[ ]
− √2

[ ]
π e
1 2
3 0 [ 2 1 0 −3 ]
−1 4
3
1
2
0 [ 13]
0 0 0

Seperti yang terlihat pada contoh diatas, maka ukuran dari matriks bermacam-macam
besarnya. Ukuran matriks dijelaskan dengan menyatakan banyaknya baris (garis
horizontal) dan banyaknya kolom (garis vertikal) yang terdapat dalam matriks. Seperti
dalam contoh terlihat, matriks pertama terdiri dari 3 baris dan 2 kolom jadi ukurannya
adalah 3x2 , matriks kedua terdiri dari 1 baris 4 kolom jadi ukurannya adalah 1x4, dan
seterusnya. Angka pertama selalu menunjukkan banyaknya baris dan angka kedua
menunjukkan banyaknya kolom.

Untuk menyatakan matriks-matriks digunakan huruf besar dan menggunakan huruf kecil
untuk menyatakan kuantitas-kuantitas numerik; jadi dapat ditulis

[ ]
A= 2 1 7 atau C= a b c
3 4 2 d e f[ ]
Kuantitas numerik lazimnya disebut sebagai skalar dan semua skalar merupakan bilangan
riil.
Jika A adalah sebuah matriks, maka kita akan menggunakan aij untuk menyatakan entri
yang terdapat didalam baris i dan kolom j dari A. Jadi sebuah matriks 3x4 yang umum
dapat ditulis sebagai:

[ ]
a11 a12 a13 a14
A= a 21 a22 a23 a24
a31 a32 a33 a34

Biasanya, huruf yang digunakan untuk menyatakan sebuah matriks di sesuaikan dengan
huruf yang digunakan untuk entri-entrinya.
Dan dua matriks dikatakan sama jika kedua matriks tersebut mempunyai ukuran yang
sama dan entri-entri yang bersesuaian dalam kedua matriks itu sama.

2. Operasi Matriks
a. Penjumlahan dan Pengurangan Matriks

Jika A dan B adalah sebarang matriks yang ukuranya sama, maka jumlah A + B atau A – B
adalah matriks yang diperoleh dengan menambahkan atau mengurangkan bersama-sama
entri yang bersesuaian dalam kedua matriks tersebut. Matriks yang ukurannya berbeda
tidak dapat di jumlahkan atau di kurangkan.
Contoh:

[ ] [ ]
2 1 0 3 −4 3 5 1
A= −1 0 2 4 B= 2 2 0 −1 C= 1 1
4 −2 7 0 3 2 −4 5
2 2 [ ]
[ ] [ ]
−2 4 5 4 6 −2 −5 2
A+ B= 1 2 2 3 A−B= −3 −2 2 5
7 0 3 5 1 −4 11 −5

Sedangkan A + C atau A – C dan B + C atau B – C tidak didefinidikan.

b. Perkalian matriks

Perkalian scalar dengan matriks

Jika A adalah suatu matriks dan c adalah suatu skalar, maka hasil kali cA adalah matriks
yang diperoleh dengan mengalikan masing-masing entri dari A oleh c.
Contoh:

[ 13 24 ] makacA=c [13 24 ]=[ 3cc 42cc ]


A=

Perkalian matriks dengan matriks

Jika A adalah matriks rxm dan B adalah matriks rxn, maka hasil kali AB adalah matriks
mxn yang entri-entrinya ditentukan sebagai berikut. Untuk mencari entri dalam baris i dan
kolom j dari AB, pilihlah baris i dari matriks A dan kolom j dari matriks B. Kalikanlah
entri-entri yang bersesuaian dari baris dan kolom tersebut bersama-sama dan kemudian
tambahkanlah hasil kali yang dihasilkan.
Contoh 9

[ ]
4 1 4 3
[ ]
A= 1 2 4 B= 0 −1 3 1
2 6 0
2 7 5 2

Maka nilai dari AB adalah:

AB= [128 27 30 13
−4 26 12 ]
Penyelesaian:
(1x4)+(2x0)+(4x2) = 12
(1x1)-(2x1)+(4x7) = 27
(1x4)+(2x3)+(4x5) = 30
(1x3)+(2x1)+(4x2) = 13
(2x4)+(6x0)+(0x2) = 8
(2x1)-(6x1)+(0x7) = -4
(2x4)+(6x3)+(0x5) = 26
(2x3)+(6x1)+(0x2) = 12

Contoh 10
1. Diberikan dua buah matriks A dan B

[ ] [ ]
2 1 0 3 4 1 4 3
A= −1 0 2 4 B= 0 −1 3 1
4 −2 7 0 2 7 5 2
Tentukan: A+B dan B – A !
Jawab:

[ ][ ]
2 1 0 3 4 1 4 3
A+ B= −1 0 2 4 + 0 −1 3 1
4 −2 7 0 2 7 5 2

[ ]
(2+ 4) (1+1) (0+ 4) (3+3)
A+ B= (−1+ 0) (0−1) (2+3) (4 +1)
(4+2) (−2+7) ( 7+5) (0+ 2)

[ ]
6 2 4 6
A+ B= −1 −1 5 5
6 5 12 2
Dan

[ ][ ]
4 1 4 3 2 1 0 3
B− A= 0 −1 3 1 − −1 0 2 4
2 7 5 2 4 −2 7 0

[ ]
(4−2) (1−1) (4−0) (3−3)
B− A= (0+1) (−1−0) (3−2) (1−4)
(2−4) (7+2) (5−7) ( 2−0)
[ ]
2 0 4 0
B− A= 1 −1 1 −3
−2 9 −2 2
2. Sebuah benda diam di kenai gaya ⃗
F 1=(2 i+ 3 j +4 k )N , jika dari arah yang sama
datang sebuah gaya lagi dan mengenai benda tersebut. Berapakah resultan gaya
yang mengenai benda, jika di ketahui besar gaya kedua ⃗
F 2=(i+5 j−k )N ?
Jawab:
Kita ubah F1 dan F2 dalam bentuk matrik
F 1=[ 2 3 4 ] dan F 2=[ 1 5 −1 ]
Jadi resultan gayanya adalah
R=F 1 + F2 =[ 2 3 4 ] + [ 1 5 −1 ]
R=[ 3 8 3 ]
Maka ⃗
R =3i+8 j+ 3 k

[ ]
1 2 −3
3. Jika di berikan sebuah matriks A= 1
3 4
5
Tentukan elemen matriks 5A!
Jawab:

[ ]
1 2 −3
5 A=5 1
3 4
5

[
5 A= 5 10 −15
15 20 1 ]
4. Diberikan matriks

[]
3
A=[ 3 2 1 ] dan B= 1
0
Tentukan hasil kali matriks AB dan BA!
Jawab:

[]
3
AB=[ 3 2 1 ] 1
0
AB=[ ( 3 x 3 ) + ( 2 x 1 ) +(1 x 0) ] =[ 11 ]
Dan untuk BA
[]
3
BA= 1 [ 3 2 1 ]
0

[ ]
(3 x 3) (3 x 2) (3 x 1)
BA= (1 x 3) (1 x 2) ( 1 x 1 )
(0 x 3) (0 x 2) (0 x 1)

[ ]
9 6 3
BA= 3 2 1
0 0 0

DAFTAR PUSTAKA

Anton, Howard. 2005. Aljabar Linear Elementer Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Anton, Howard. 1984. Aljabar Linear Elementer Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.

Anton, Howard. dan Rorres, Chris. 2004. Aljabar Linear Elementer Edisi Kedelapan Jilid
1.Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai