Anda di halaman 1dari 29

Bab 2

Sistem Persamaan Linier


Bab ini membahas sistem persamaan linier, yaitu sistem dengan pangkat semua variabel
dalam persamaan tersebut adalah satu. Bilamana sistem linier digambar dalam ruang dua atau
tiga dimensi maka akan dihasilkan suatu garis lurus. Suatu metode yang umum digunakan
dalam algoritma komputer untuk menyelesaikan sistem linier adalah metode Gauss-Jordan.
Pada bab ini juga dibahas beberapa aplikasi dari sistem persamaan linier.

Tujuan Instruksional Umum

Setelah membahas semua topik-topik dalam bab ini diharapkan mahasiswa mampu
memahami konsep sistem linier, dibedakan dengan sistem nonlinier, serta memahami dan
dapat menggunakan beberapa metode untuk menyelesaikan sistem linier.

Tujuan Instruksional Khusus

Setelah Perkuliahan mahasiswa diharapkan mampu:


1. Membedakan sistim linier dan nonlinier.
2. Menentukan solusi terhadap persamaan linier dengan metode eliminasi Gauss.
3. Menentukan solusi suatu sistim homogen.
4. Menuliskan sistim linier dalam persamaan matriks.
5. Menerapkan sistem persamaan linier untuk kasus-kasus yang relevan.

Pokok bahasan

2.1 Sistem linier


2.2 Eliminasi Gauss
2.3 Eliminasi Gauss-Jordan
2.4 Sistim Homogen
2.5 Penerapan
Ringkasan Bab
Soal-soal Latihan
Bab 2. Sistem Persamaan Linier 25

2.1 Sistem linier

Sebuah garis dalam bidang xy (ruang 2 dimensi) dapat dinyatakan secara aljabar dengan
sebuah persamaan:

a1 x  a2 y  b (1)

Persamaan (1) disebut persamaan linier dengan variabel x dan y.

Secara umum, sebuah persamaan linier dengan n variabel x 1, x2, ..., xn, dapat dinyatakan
dalam bentuk:

a1 x1  a2 x 2  ...  an x n  b (2)

dimana a1, a2, ..., an dan b adalah konstanta bilangan real.

Contoh persamaan-persamaan yang merupakan persamaan linier:

x+3y=7
x1  2 x 2  3x 3  x 4  12
x  y / 2  3z  1

Perhatikan bahwa sebuah persamaan linier tidak berisi hasil kali variabel-variabel atau akar
suatu variabel. Semua varibel hanya berpangkat satu. Pada persamaan linier tidak terdapat
fungsi-fungsi trigonometri, logaritmik, atau eksponensial, seperti:

5 x  3y 2  7 (ada pangkat 2)
3x  2 y  z  xz  4 (ada perkalian x dan z)
x  sin y  0 (ada fungsi trigonometri)
x  2 y  z  15 (ada fungsi akar x)

Solusi dari persamaan linier a1x1  a2 x 2  ...  an x n  b adalah sekumpulan n bilangan s1, s2,
…, sn sehingga persamaan itu dipenuhi bilamana nilai x 1=s1, x2=s2, xn=sn. Kumpulan nilai-
nilai tersebut dinamakan himpunan solusinya.


Contoh 2.1
Tentukan himpunan solusi dari masing-masing persamaan berikut ini:

(i) 4 x  2 y  1
(ii) x1  4 x 2  7 x 3  5

Jawab:
(i) Untuk mendapatkan solusi dari soal (i), kita dapat memisalkan sebuah nilai sembarang
bagi x dan kemudian mendapatkan nilai y, atau memilih sebuah nilai sembarang untuk y
dan mencari solusi untuk x. Jika kita mengikuti pendekatan pertama dan memisalkan x
sebuah nilai sembarang t, atau x = t maka y= 2t-½ . Rumus ini mengambarkan kumpulan
solusi dalam hal t. Solusi-solusi numerik tertentu dapat ditentukan dengan
Bab 2. Sistem Persamaan Linier 26

mensubstitusikan nilai t tertentu. Misalkan bila t=3 atau x=3, maka y=11/2 dan untuk
t=1/2 atau x=1/2 maka y=1/2. Jika kita mengikuti pendekatan kedua dan memisalkan t
menjadi nilai sembarang untuk y, kita akan memperoleh hubungan y = t dan x = ½ t + ¼.
Walaupun rumus ini berbeda dengan yang diperoleh sebelumnya, kedua kelompok
rumus-rumus itu menghasilkan kumpulan solusi yang sama untuk t yang sama. Misalkan
untuk t = 11/2, akan didapat y = 11/2.

(ii) Untuk mendapatkan solusi untuk pertanyaan (ii) kita dapat memisalkan nilai-nilai
sembarang untuk dua variabel dan mencari solusi untuk variabel ketiga. Misalkan, jika
kita menentukan s dan t untuk nilai untuk x 1 dan x2 secara berurutan, dan kita akan
menentukan nilai untuk x1, maka kita memperoleh: x1  5  4s  7t , dimana x2=s, x3=t.

Sekumpulan terbatas persamaan linier dalam variabel x1, x2, …, xn disebut sistim persamaan
linier atau sistim linier, dan sejumlah bilangan s1, s2, …, sn disebut solusi dari sistim itu jika
x1=s1, x2=s2, …, xn=sn adalah solusi dari setiap persamaan dalam sistim itu.

Diberikan dua persamaan linier:

4x 1  x 2  3x 3  1
3x 1  x 2  9x 3  4

memiliki solusi x1=1, x2=2, x3=-1 karena nilai-nilai ini memenuhi kedua persamaan tsb.
Tetapi, x1=1, x2=8, x3=1 bukanlah sebuah solusi karena nilai-nilai ini memenuhi hanya
persamaan pertama, dan tidak memenuhi persamaan kedua.

Tidak semua sistim-sistim persamaan linier memiliki solusi. Sebagai contoh lihat dua
persamaan berikut ini. Kedua persamaan (pada kedua sisi kiri) pada hakekatnya sama.

x+y=4
2x + 2y = 6

Misalkan, jika kita mengalikan persamaan kedua dari sistim dengan ½, sistim tsb tidak akan
memiliki solusi, karena kedua persamaan

x+y=4
x+y=3

berkontradiksi satu sama lain.

Sebuah sistim persamaan yang tidak memiliki solusi disebut inkonsisten. Jika ada paling
sedikit satu solusi disebut konsisten. Sebuah solusi konsisten mempunyai dua kemungkinan,
pertama hanya ada solusi unik (unique solution), dan kedua adalah tidak terhingga
banyaknya solusi (Infinitely many solutions).

Untuk memberi gambaran kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dalam mencari solusi


persamaan-persamaan linier, perhatikan sistim persamaan linier dengan dua perubah x dan y
berikut:

a1x + b1y = c1 (a1, b1 keduanya bukan nol) (3)


Bab 2. Sistem Persamaan Linier 27

a2x + b2y = c2 (a2, b2 keduanya bukan nol)

Grafik persamaan-persamaan ini adalah garis-garis lurus; sebut saja l 1 dan l2. Karena titik
(x,y) terletak pada garis hanya dan jika hanya sejumlah x dan y memenuhi persamaan garis
itu, solusi dari sistim persamaan akan berhubungan dengan titik-titik perpotongan dari l 1 dan
l2. Ada tiga kemungkinan (lihat gambar 1.1):
1. Garis l1 dan l2 kemungkinan sejajar, dimana tidak ada perpotongan, sehingga tidak ada
solusi dari sistim itu (gambar a).

2. Garis l1 dan l2 mungkin berpotongan tepat pada satu titik, pada kasus ini ada satu solusi
(gambar b).

3. Garis l1 dan l2 bertindihan, dalam kasus ini ada sejumlah tak terhingga titik-titik
perpotongan, akibatnya banyaknya solusinya tidak terbatas (gambar c).

l1 l2 l1 l2 l1

l2

(a) (b) (c)

Gambar 2.1. (a) Tidak ada solusi. (b) Satu solusi. (c). Solusi tidak terbatas jumlahnya.

Walaupun kita hanya membahas hanya dua persamaan dengan dua perubah, kita akan melihat
berikut ini bahwa hasil yang sama berlaku untuk sistim-sistim sembarang; yaitu, setiap sistim
persamaan linier memiliki tepat satu solusi, tidak memiliki solusi, atau solusi tidak terbatas
banyaknya.

Sebuah sistim sembarang dengan m persamaan linier dalam n perubah dapat ditulis

a11 x 1  a12 x 2  ...  a1n x n  b 1


a21 x 1  a22 x 2  ...  a2n x n  b 2
.
.
(4)
.
am1 x 1  am2 x 2  ...  amn x n  b m

dimana x1, x2, …, xn adalah perubah dan a dan b dengan indeks adalah konstanta.

Misalkan, sebuah sistem umum dari tiga persamaan linier dalam empat perubah dapat ditulis
sebagai berikut:

a11 x 1  a12 x 2  a13 x 3  a14 x 4  b 1


a21 x 1  a22 x 2  a23 x 3  a24 x 4  b 2 (5)
a31 x 1  a32 x 2  a33 x 3  a34 x 4  b 3
Bab 2. Sistem Persamaan Linier 28

Indeks dari konstanta koefisien dibuat dua angka dimaksudkan untuk menentukan lokasi
koeffisien dalam sistim tsb. Angka pertama dari koeffisien a ij menunjukkan pada (baris)
persamaan mana koeffisien itu terletak, sedangkan angka kedua menunjukkan variabel ke
berapa yang dikalikan. Sehingga, a12 ada di persamaan pertama dan mengalikan x2.

Dari persamaan (4), dengan m persamaan dan n variabel dapat dibentuk bilangan dalam array
(matriks) persegi panjang seperti:

 a11 a12 . . . a1n b1 


a a22 . . . a2n. b2 
 21 
 . . . . . . . 
  (6)
 . . . . . . . 
 . . . . . . . 
 
am1 am2 . . . amn b m 

Array (6) di atas disebut augmented matriks bagi sistim itu.

Perhatikan persamaan linier berikut dan matriks augmented di bawahnya.

x 1  x 2  2x 3  9
2x 1  4x 2  3x 3  1
3x 1  6x 2  5x 3  0

1 1 2 9
2 4 3 1
 

3 6 5 0

Catatan: Ketika membentuk sebuah matriks augmented, variabel yang tidak diketahui harus
ditulis dengan urutan yang sama seperti pada masing-masing persamaan.

Metode dasar untuk mencari solusi sebuah sistim persamaan linier adalah dengan melakukan
proses eliminasi terhadap persamaan awal sehingga didapat persamaan baru yang lebih
mudah untuk mencari solusinya. Sistim baru ini umumnya diperoleh dalam sederetan
langkah-langkah dengan menerapkan tiga langkah dasar berikut, yaitu dengan cara
mengeliminasi perubah-perubah secara sistimatis.

1. Kalikan sebuah persamaan dengan sebuah konstanta yang bukan nol.


2. Pertukarkan dua persamaan.
3. Tambahkan persamaan yang dikalikan dengan persamaan yang lain.

Karena baris-baris (garis horisontal) dalam matriks augmented berhubungan dengan sistem
linier yang dinyatakannya, maka sebaiknya persamaan linier dinyatakan dalam matriks
augmented sehingga menyederhanakan tampilan persamaan. Dengan demikian tiga operasi
berikut dapat dilakukan diterapkan dengan mudah terhadap matriks augmented.

1. Kalikan sebuah baris dengan sebuah konstanta yang bukan nol.


2. Pertukarkan dua baris.
Bab 2. Sistem Persamaan Linier 29

3. Tambahkan baris yang dikalikan dengan baris yang lain

Langkah-langkah di atas disebut operasi baris elementer atau metode Gaussian.

Contoh berikut mengilustrasikan bagaimana operasi-operasi ini dapat digunakan untuk


mencari solusi sistim-sistim persamaan linier.

x  y  2z  9
2x  4 y  3z  1
3x  6 y  5z  0

dan matriks augmentednya adalah

1 1 2 9
2 4 3 1
 

3 6 5 0

Langkah-langkah penyelesaian:
Eliminasi variabel x pada persamaan kedua menggunakan x persamaan pertama, dengan cara
mengalikan persamaan pertama dengan –2 (tujuannya agar koefisien x pada persamaan
pertama dan kedua sama desarnya dan berbeda tanda), kemudian tambahkan persamaan
persamaan kedua dengan pertama hasilkan merupakan persamaan kedua, sedangkan
persamaan pertama tetap. Sehingga didapat persaman linier dan matriks augmentednya sbb:

x  y  2z  9
2y  7z  17
3x  6 y  5z  0

1 1 2 9 
0 2 7  17
 

3 6 5 0 

Langkah berikutnya, eliminasi variabel x pada persamaan ketiga menggunakan x pada


persamaan pertama dengan cara mengalikan –3, kemudian persamaan ketiga dan pertama
dijumlahkan dan hasilkan merupakan persamaan ketiga, sehingga didapat sistim linier dan
matrik augmentednya adalah

x  y  2z  9
2y  7z  17
3y  11z  27

1 1 2 9 
0 2 7  17
 

0 3  11  27

Jadikan koefisien variabel y pada persamaan kedua menjadi 1 dengan cara mengalikan
persamaan kedua dengan ½. Tujuannya agar y pada persamaan kedua ini digunakan untuk
mengeliminasi y pada persamaan ketiga.
Bab 2. Sistem Persamaan Linier 30

x  y  2z  9
y  7z / 2  17 / 2
3y  11z  27

1 1 2 9 
0 1  7/2  17 / 2

0 3  11  27 

Eliminasi y pada baris ketiga dengan menggunakan y pada baris kedua dengan cara
mengalikan baris kedua dengan –3, kemudian jumlahkan persamaan kedua dan ketiga dan
hasilnya menjadi persamaan ketiga, sehingga didapat sistim linier dengan matriks augmented
sbb:

x  y  2z  9
y  7z / 2  17 / 2
 z / 2  3 / 2

1 1 2 9 
0 1 7/2  17 / 2

0 0 1 / 2  3 / 2 

Kemudian kalikan persamaan ketiga dengan –2 sehingga koefisien z menjadi 1 dengan


demikian pada bagian kanan adalah solusi untuk z.

x  y  2z  9
y  7z / 2  17 / 2
z3

1 1 2 9 
0 1  7/2  17 / 2

0 0 1 3 

Kemudian eliminasi y pada persamaan pertama dengan menggunakan y pada persamaan


kedua dengan cara mengalikan persamaan kedua dengan –1, sehingga didapat persamaan:

x  11z / 2  35 / 2
y  7z / 2  17 / 2
z3

1 0 11 / 2 35 / 2 
0 2  7/2  17 / 2

0 0 1 3 

Seterusnya langkah-langkah di atas dilakukan untuk mengeliminasi z pada persamaan


pertama dan kedua dieliminasi dengan menggunakan z pada persamaan ketiga, sehingga
didapat solusi akhir persamaan linier tersebut:
Bab 2. Sistem Persamaan Linier 31

x 1 1 0 0 1
y 2 0 1 0 2
 
z3 
0 0 1 3

Sehingga solusinya x = 1, y = 2, dan z = 3 terbukti.

2.2 Eliminasi Gauss

Pada bagian ini kita akan membahas prosedur sistimatis untuk menyelesaikan sistim-sistim
persamaan linier; didasarkan pada ide untuk mereduksi matriks augmented kepada suatu
bentuk agar cukup sederhana sehingga sistim linier itu dapat diselesaikan dengan langsung.

Pada langkah terakhir sebelumnya (bagian pendahuluan) kita memperoleh matriks augmented

1 0 0 1
0 2
 1 0  (7)

0 0 1 3

dari mana solusi persamaan itu dapat dibuktikan.

Matriks (7) di atas adalah sebuah contoh matriks dalam bentuk eselon baris tereduksi.
Matriks dalam bentuk eselon baris tereduksi memiliki sifat-sifat berikut ini.

1. Jika sebuah baris tidak berisi baris yang semunya nol, maka bilangan bukan nol yang
pertama dalam baris itu adalah angka 1, kita menyebut ini angka ini 1 leading.

2. Jika ada baris yang semua elemennya adalah nol, maka baris itu akan dikelompokkan
pada bagian bawah matriks augmented.

3. Jika ada dua baris berurutan yang tidak berisi semuanya nol, maka angka 1 leadingnya
dalam baris di bawahnya lebih jauh masuk ke dalam dari angka 1 leading pada baris
diatasnya.

4. Setiap kolom yang berisi angka 1 leading memiliki nol dimana-mana.

Sebuah matriks yang memiliki sifat-sifat di atas disebut menjadi bentuk eselon baris.


Contoh 2.1
Matriks-matriks berikut adalah dalam bentuk eselon baris tereduksi.

1 0 0 4  1 0 0
0 7  0 0 
 1 0 ,  1 ,

0 0 1  1
 0 0 1 
Bab 2. Sistem Persamaan Linier 32

0 1 2 0 1
0 0 0 1 3 0 0
 ,
0 0 0 0 0 0 0

 
0 0 0 0 0

Matriks-matriks berikut adalah berbentuk eselon baris.

1 4 3 7 1 1 0
0 2 0 0 
 1 6 ,  1 ,

0 0 1 5
 0 0 0 

0 1 2 6 0
0 0 1 1 0

0 0 0 0 1 

Jelaskan mengapa kelompok pertama dalam bentuk eselon baris tereduksi, sedangkan
kelompok di bawahnya hanya eselon baris?

Catatan. Tidak sulit melihat bahwa masing-masing matriks bentuk eselon baris harus
memiliki angka nol dibawah angka 1 leading (lihat contoh 4). Sebaliknya sebuah matriks
dengan bentuk eselon baris tereduksi harus mempunyai nol di atas dan di bawah masing-
masing angka 1 leading.

Jika, oleh sederetan operasi baris utama, matriks augmented, yang mewakili sebuah sistim
persamaan linier, dijadikan dalam bentuk eselon baris tereduksi, maka himpunan solusi untuk
sistim itu dapat diperoleh dengan inspeksi atau, paling buruknya, setelah beberapa langkah-
langkah sederhana.

Perhatikan contoh berikut contoh berikut ini.


Contoh 2.2.
Misalkan matriks augmented berikut ini adalah sistim persamaan linier yang telah direduksi
dengan operasi-operasi baris menjadi bentuk eselon baris tereduksi. Carilah solusi sistim itu.

1 0 0 5  1 0 0 4  1
0  2 0 1 0 2 6
(a)  1 0 (b)  
0 0 1 4  
0 0 1 3 2 

1 6 0 0 4  2
0 1 0
1 
0 0
0 1 0 3
(c) 0  (d) 0 1 2 0
0 0 1 5 2  
  0 0 0 1 
0 0 0 0 0 0 

Jawab:
(a) Sistim persamaan yang berhubungan adalah

x1 =5
Bab 2. Sistem Persamaan Linier 33

x2 =-2
x3 = 4

Jelas bahwa jawabannya adalah, x1 = 5, x2 = -2, x3 = 4.

(b) Sistim persaman yang berhubungan adalah

x1+ 4x4 = -1
x2+ 2x4 = 6
x3+ x4 = 2

Karena x1, x2, dan x3 berhubungan dengan leading 1 dalam matriks augmented, kita dapat
menyebutnya variabel leading. Dengan menyelesaikan variabel leading dalam hal x4
diperoleh

x1 = -1 – 4x4
x2 = 6 – 2x4
x3 = 2 – 3x4

Karena x4 dapat ditentukan dengan sembarang nilai, katakan saja t, kita memiliki jawaban
yang tak terbatas banyaknya. Himpunan solusi diberikan oleh rumus:

x1 = -1 – 4t,
x2 = 6 – 2t,
x3 = 2 – 3t,
x4 = t

(c) Sistim persamaan yang berhubungan adalah

x1 + 6x2 + 4x5 = -2
x3 + 3x5 = 1
x4 + 3x5 =2

Disini variabel-variabel leading adalah x1, x3, dan x4. Menyelesaikan variabel-variabel leading
dalam hal variabel yang sisa memberikan

x1 = -2 – 4x5 – 6x2
x3 = 1 – 3x5
x4 = 2 – 5x5

Karena x5 dapat ditentukan kepada nilai sembarang, t, dan x2 dapat ditentukan sembarang
nilai lain, s, maka ada tak terbatas solusi yang mungkin. Himpunan solusi diberikan oleh
rumus-rumus

x1 = -2 – 4t – 6s,
x3 = 1 – 3t,
x4 = 2 – 5t,
x2 = s,
x5 = t.
Bab 2. Sistem Persamaan Linier 34

(d) Persamaan terakhir berhubungan dengan sistim persamaan 0x1+0x2+0x3=1. Karena


persamaan tidak akan pernah bisa dipenuhi syaratnya, maka tidak ada solusi bagi sistim
ini.

2.3 Eliminasi Gauss-Jordan

Kita sudah melihat bahwa betapa mudahnya untuk mencari solusi sistim persamaan linier,
bilamana matriks augmentednya ada dalam bentuk eselon baris tereduksi. Sekarang kita akan
memberikan prosedur langkah demi langkah, disebut eliminasi Gauss-Jordan, yang dapat
digunakan untuk mereduksi menjadi eselon baris tereduksi. Saat menjelaskan masing-masing
langkah dalam prosedur itu, kita akan mengilustrasikan ide itu dengan mereduksi matriks
berikut menjadi bentuk eselon baris tereduksi.

0 0 2 0 7 12 
2 4  10 6 12 28 
 

2 4 5 6 5  1

Langkah 1. Perhatikan kolom paling kiri (garis vertikal) yang tidak berisi seluruhnya nol.
Perhatikan kolom paling kiri tersebut yang elemennya nol atau bukan nol.

0 0 2 0 7 12 
2  10 28 
 4 6 12  (8)

2 4 5 6 5  1

Langkah 2. Tukar baris atas dengan baris lain, bila perlu, untuk membuat elemen bukan nol
bagi kolom atas yang diperoleh pada langkah 1. Karena elemen pertama pada baris pertama
matriks (8) adalah nol, maka baris pertama ditukar dengan baris kedua.

2 4  10 6 12 28 
0 2 12 
 0 0 7  (9)

2 4 5 6 5  1

Langkah 3. Jika elemen yang sekarang diatas yang diperoleh pada langkah 1 adalah a,
kalikan baris pertama dengan 1/a untuk membuatnya menjadi leading 1. Karena elemen
pertama baris pertama matriks (9) adalah 2 maka baris tersebut dikalikan dengan ½ sehingga
elemen pertama itu menjadi 1 leading.

1 2 5 3 6 14 
0 2 12 
 0 0 7  (10)

2 4 5 6 5  1

Langkah 4. Tambahkan pengali yang tepat dari baris atas kepada baris-baris dibawahnya
sehingga semua elemen dibawah leading 1 menjadi nol. Baris pertama matriks (10) dikalikan
dengan -2 kemudian ditambahkan dengan baris ketiga, hasilnya ditempatkan pada baris
ketiga.
Bab 2. Sistem Persamaan Linier 35

1 2 5 3 6 14 
0 2 12 
 0 0 7 (11)
0 0 5 0  17  29

Langkah 5. Sekarang bloklah baris atas dalam matriks itu (lihat shading pada matriks (12))
dan mulai lagi langkah 1 kepada sub-matriks yang sisa. Lanjutkan cara ini hingga
keseluruhan matriks ada dalam bentuk eselon baris.

1 2 5 3 6 14 
0 2 12 
 0 0 7 (12)
0 0 5 0  17  29

Yang paling kiri dari sub-matriks dengan kolom yang bukan nol adalah kolom ketiga.
Kemudian baris kedua dalam matriks (12) dikalikan dengan –1/2 untuk memperkenalkan
sebuah angka 1 leading pada baris itu.

1 2 5 3 6 14 
0 7/2  6 
 0 1 0 (13)
0 0 5 0  17  29

Kemudian kalikan –5 kepada baris kedua matriks (13) dan tambahkan kepada baris ketiga
dari matriks itu untuk memperkenalkan nol dibawah leading 1.

1 2 5 3 6 14 
0 7 /2  6
 0 1 0 (14)
0 0 0 0 1/2 1 

Sehingga kolom paling kiri yang bukan nol adalah kolom kelima. Kemudian baris ketiga
dalam matriks (14) dikalikan dengan 2 untuk mendapatkan angka 1 leading.

1 2 5 3 6 14 
0 7 /2  6
 0 1 0 (15)
0 0 0 0 1 2 

Matriks (15) sekarang sudah dalam bentuk eselon baris. Untuk mendapatkan bentuk eselon
baris tereduksi kita memerlukan langkah tambahan berikut.

Langkah 6. Mulai dengan baris terakhir yang bukan nol dan kerjakan dari bawah ke atas,
tambahkan pengali yang tepat pada masing-masing baris kepada baris-baris di atasnya untuk
memperkenalkan angka nol diatas leading 1.

Pertama-tama kalikan 7/2 terhadap baris ketiga matriks (15) kemudian ditambahkan dengan
baris kedua dan hasilnya menjadi baris dua.

1 2 5 3 6 14 
0 1 
 0 1 0 0 (16)
0 0 0 0 1 2 
Bab 2. Sistem Persamaan Linier 36

Kemudian kalikan -6 dengan baris ketiga dan tambahkan dengan baris pertama, dan hasilnya
adalah hasilnya adalah baris pertama.

1 2 5 3 0 2
0 1
 0 1 0 0 (17)
0 0 0 0 1 2

Berikutnya kalikan baris kedua dengan 5 dan tambahkan dengan dengan baris pertama dan
hasilnya adalah baris pertama.

1 2 0 3 0 7
0 1 
 0 1 0 0 (18)
0 0 0 0 1 2 

Sehingga matriks terakhir (18) adalah dalam bentuk eselon baris tereduksi.

Catatan:
Perbedaan utama antara eliminasi Gauss dengan Gauss-Jordan adalah bahwa pada eliminasi
Gauss-Jordan dimungkinkan pertukaran baris. Pertukaran baris ini dilakukan pada sistem
linier (matriks augmented), dilakukan misalnya kalau baris di atasnya terdapat angka nol
lebih banyak (sebelum angka leading) dibanding baris di bawahnya.


Contoh 2.3.
Cari solusi persamaan berikut dengan menggunakan eliminasi Gauss-Jordan.

x 1  3x 2  2x 3  2x 5 0
2x 1  6x 2  5x 3  2x 4  4x 5  3x 6  1
5x 3  10x 4  15x 6  1
2x 1  6x 2  8x 4  4x 5  18x 6  6

Matriks augmented untuk sistim ini adalah

1 3 2 0 2 0 0 
2 6 5 2 4 3  1
  (19)
0 0 5 10 0 15 5 
 
2 6 0 8 4 18 6 

Langkah-langkah menentukan solusi untuk sistem linier di atas adalah sebagai berikut:
Pertama, tambahkan baris pertama yang telah dikalikan dengan –2 dengan baris kedua
kemudian dengan baris keempat, dalam hal ini dua operasi terhadap baris kedua dan keempat
dilakukan sekaligus. Matriks (19) akan menjadi:
Bab 2. Sistem Persamaan Linier 37

1 3 2 0 2 0 0 
0 0 1 2 0 3  1
  (20)
0 0 5 10 0 15 5 
 
0 0 4 8 0 18 6 

Kedua, untuk mengeliminasi elemen 5 baris ketiga kolom 3 menggunakan -1 (kolom ketiga
baris kedua), kalikan baris kedua dengan –1 dan tambahkan –5 kali baris kedua, dengan cara
yang sama elemen 4 (kolom 3 baris 4) dapat dieliminasi dengan cara yang sama sehingga
didapat matriks

1 3 2 0 2 0 0
0 0 1 2 0 3 1
  (21)
0 0 0 0 0 0 0
 
0 0 0 0 0 6 2

Ketiga, pertukarkan baris ketiga dan keempat dan kemudian kalikan baris ketiga dari matriks
(21), kemudian kalikan baris ketiga sekarang dengan 1/6 untuk angka 1 leading

1 3 2 0 2 0 0 
0 0 1 2 0 3 1 
  (22)
0 0 0 0 0 1 1 / 3
 
0 0 0 0 0 0 0 

Keempat, kalikan –3 kali dengan baris ketiga dan tambahkan dengan baris kedua dan
kemudian tambahkan 2 kali baris kedua dari matriks yang dihasilkan dengan baris pertama
untuk mendapatkan bentuk eselon baris tereduksi

1 3 0 4 2 0 0 
0 0 1 2 0 0 0 
  (23)
0 0 0 0 0 1 1 / 3
 
0 0 0 0 0 0 0 

Sistim persamaan yang berhubungan matriks augmented diatas adalah

x 1  3x 2  4x 4  2x 5  0
x 3  2x 4 0
x6  1/ 3

Dengan menyelesaikan persamaan diatas, kita memperoleh

x 1  3x 2  4x 4  2x 5
x 3  2x 4
x6  1/ 3

Jika kita memisalkan x2, x4, dan x5 dengan sembarang nilai r, s, dan t berurutan, himpunan
solusi diberikan oleh rumus
Bab 2. Sistem Persamaan Linier 38

x1  3r  4s  2t,
x2  r,
x3  2s ,
x4  s,
x5  t,
x6  1/3


Contoh 2.4.
Sering lebih nyaman untuk menyelesaikan sebuah sistim persamaan linier dengan menjadikan
matriks augmented menjadi bentuk eselon baris tanpa melanjutkan mencari bentuk eselon
baris tereduksi dengan menggunakan teknik yang disebut substitusi kebelakang. Kita akan
menjelaskan metode ini dengan menggunakan sistim persamaan pada contoh 3.

Dari komputasi dalam contoh 3, bentuk eselon baris dari matriks augmented adalah

1 3 2 0 2 0 0 
0 0 1 2 0 3 1 
 
0 0 0 0 0 1 1 / 3
 
0 0 0 0 0 0 0 

Untuk menentukan solusi sistim persamaan yang berhubungan

x 1  3x 2  2x 3  2x 5  0
x 3  2x 4  3x 6  1
x6  1 / 3

kita mengikuti langkah-langkah berikut:

Langkah 1. Selesaikan persamaan bagi variabel-variabel leading

x 1  3x 2  2x 3  2x 5
x 3  1  2x 4  3x 6
x6  1/ 3

Langkah 2. Mulai dengan persamaan bawah dan kerjakan hingga ke atas, secara berurutan
substitusikan masing-masing persamaan ke dalam ke semua persamaan di atasnya.

Substitusikan x6=1/3 ke dalam persamaan kedua menghasilkan

x 1  3x 2  2x 3  2x 5
x 3  2x 4
x6  1/ 3

Substitusikan x3=-2x4 ke dalam persamaan pertama menghasilkan


Bab 2. Sistem Persamaan Linier 39

x 1  3x 2  4x 3  2x 5
x 3  2x 4
x6  1 / 3

Langkah 3. Misalkan nilai sembarang bagi variabel-variabel leading.

Bila kita memisalkan x2, x4, dan x5 dengan r, s, dan t secara berurutan, himpunan solusi
diberikan oleh rumus

x 1  3r  4s  2t,
x 2  r,
x 3  2s ,
x 4  s,
x 5  t,
x6  1 / 3

Hasil ini sesuai dengan jawaban diatas pada contoh 3.



Metode menyelesaikan sistim persamaan linier dengan cara mereduksi matriks augmented
menjadi bentuk eselon baris disebut eliminasi Gauss.


Contoh 2.5.
Cari solusi dari

x+y+2z=9
2x+4y-3z=1
3x+6y-5z=0

dengan menggunakan eliminasi Gauss.


Jawab:
Ini adalah sistim persamaan pada contoh 3. Dalam contoh itu kita mengkonversi matriks
augmented

1 1 2 9
2 4 3 1
 
3
 6 5 0

menjadi bentuk eselon baris. Matriks yang berhubungan dengan ini adalah

x+y+2z =9
y-7z/2 =-17/2
z =3

1 1 2 9 
0 1  7/2 17 / 2

0 0 1 3 
Bab 2. Sistem Persamaan Linier 40

Menuliskan persamaan dalam variabel-variabel leading dihasilkan:

x = 9-y-2z
y = -17/2+7z/2
z=3

Dengan mensubstitusi persamaan bawah ke persamaan diatasnya dihasilkan z = 3, y = 2, x =


1.

2.4 Sistim Homogen dari Persamaan Linier

Sebuah sistim persamaan linier disebut homogen jika semua bagian-bagian konstanta (b n)

...x k1  ( )  0
...x k 2  ( )  0
...x kr   ( )  0
adalah nol, sistim ini memiliki bentuk:

Setiap sistim homogen dari persamaan linier adalah konsisten, karena x 1=0, x2=0,…, xn=0
adalah selalu merupakan sebuah solusi. Solusi ini disebut solusi trivial; jika ada solusi yang
lain disebut solusi non-trivial.

Karena sebuah sistim homogen dari persamaan linier haruslah konsisten, ada satu solusi atau
tak-terhingga banyaknya solusi. Untuk sistim homogen persamaan linier, salah satu dari
pernyataan berikut adalah benar:
1. Sistim itu hanya memiliki solusi trivial.
2. Sistim itu memiliki solusi tak terhingga banyaknya sebagai tambahan kepada solusi
trivial.

Ada satu kasus dimana sistim homogen dijamin memiliki solusi non-trivial; yaitu, bilamana
sistim itu melibatkan lebih banyak variabel dari pada jumlah persamaan.


Contoh 2.6.
Selesaikan sistim homogen persamaan berikut dengan eliminasi Gauss-Jordan.

2 x1  2 x2  x3  x5  0
 x1  x2  2 x3  3 x4  x5  0
x1  x2  2 x3  x5  0
x3  x4  x5  0
Matriks augmented untuk sistim diatas adalah:
Bab 2. Sistem Persamaan Linier 41

2 2 1 0 1 0
 1 1 2 3 1 0
 
1 1 2 0 1 0
 
 0 0 1 1 1 0

Dengan mereduksi matriks ini ke dalam bentuk eselon baris tereduksi, diperoleh:

1 1 0 0 1 0
0 x1  x2  x5  0
0 1 0 1 0
  x3  x5  0
0 0 0 1 0 0
  x4  0
0 0 0 0 0 0

Sistim persamaan yang berhubungan adalah:

Solusi dari persamaan diatas, dengan memisalkan x5=t dan x2=s, adalah x1=-s-t, x2=s, x3=t,
x4=0 dan x5=t. Catat bahwa solusi trivial akan didapat jika s=t=0.


Contoh 2.7.
Contoh ini mengilustrasikan dua poin penting mengenai penyelesaian sistim homogen
persamaan linier. Pertama, tidak ada dari tiga operasi baris elementer dapat mengubah kolom
akhir dari nol dalam matriks augmented, sehingga sistim persamaan berhubungan dengan
bentuk eselon baris tereduksi dari matriks augmented haruslah sistim homogen. Kedua,
bergantung kepada apakah bentuk eselon baris tereduksi dari matriks augmented memiliki
sembarang baris nol, jumlah persamaan dalam sistim tereduksi adalah sama atau kurang dari
jumlah persamaan dalam sistim semula. Sehingga jika sebuah sistim homogen memiliki m
persamaan dalam n variabel tidak diketahui dengan m<n, dan jika ada r baris bukan nol dalam
bentuk eselon baris tereduksi dari matriks augmented kita akan memperoleh r<n; sehingga
sistim persamaan berhubungan dengan bentuk eselon baris tereduksi dari matriks augmented
akan kelihatan seperti:
...x k1  ( )  0
...x k 2  ( )  0
...x kr   ( )  0

dimana xk1, xk2, …, xkr adalah variabel leading dan ( ) menyatakan jumlah yang melibatkan
n-r variabel yang sisa. Menyelesaikan variabel-variabel leading diperoleh:
xk1 = ( )
xk2 = ( )
.
.
.
xkr = ( )

2.4 Penerapan
Bab 2. Sistem Persamaan Linier 42

Pada bagian ini akan dijelaskan beberapa penerapan dari sistem linier berhubungan dengan
solusi sistem linier dan determinan.

Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa sebuah sistem linier homogen dengan persamaan
sebanyak variabel yang tidak diketahui memiliki solusi trivial jika dan hanya jika determinan
dari koefisien matriks itu sama dengan nol. Dari konsep ini akan dapat ditentukan solusi dari
persamaan kurva dan bidang melalui titik-titik tertentu.

2.4.1. Persamaan garis melalui dua titik


Pertama-tama adalah persamaan garis melalui dua titik (x1,y1) dan (x2,y2), yaitu

c1x+c2y+c3=0 (24)

Bila kedua titik dimasukkan ke dalam persamaan di atas diperoleh:

c1x1+c2y1+c3=0 (25)
c1x2+c2y2+c3=0 (26)

Ketiga persamaan di atas kemudian digabung menjadi 3 persamaan dengan tiga variabel c 1, c2
dan c3 yang akan dicari.

c1x +c2y +c3=0


c1x1+c2y1+c3=0 (27)
c1x2+c2y2+c3=0

Tiga persamaan akan memiliki solusi trivial karena c1, c2 dan c3 bukan nol, dimana

x y 1
x1 y1 1 0
x2 y2 1

Contoh 2.8.
Tentukan persamaan garis yang melalui titik (1,5) dan (2,7).
Jawab
Dengan mensubtitusi x1=1, y1=5, x2=2 dan y2=7, ke dalam persamaan determinan di atas
didapat.
x y 1
1 5 1  0
2 7 1

Ekspansi kofaktor dari determinan dari atas akan memberikan persamaan garis:

-2x+y+3=0 atau y=2x-3


2.4.2. Persamaan lingkaran melalui tiga titik


Dari tiga titik (x1,y1), (x2,y2) dan (x3,y3), dimana ketiga titik itu tidak terletak pada satu garis
lurus, akan dapat ditentukan sebuah persamaan lingkaran:
Bab 2. Sistem Persamaan Linier 43

c1(x2+y2)+c2x+c3y+c4=0 (28)

Dengan mensubstitusi tiga titik di atas ke dalam persamaan (28) akan didapat tiga persamaan
berikut:

c 1 (x 12  y 12 )  c 2 x 1  c 3 y 1  c 4  0 (29)
c 1 (x  y )  c 2 x 2  c 3 y 2  c 4  0
2
2
2
2 (30)
c 1 (x 23  y 23 )  c 2 x 3  c 3 y 3  c 4  0 (31)

Dari empat persamaan (28), (29), (30) dan (31) dapat ditentukan empat variabel yang akan
dicari c1, c2, c3 dan c4 dengan persamaan determinan berikut:

x2  y2 x y 1
x 12  y 12 x1 y1 1
0 (32)
x 22  y 22 x2 y2 1
x 23  y 23 x3 y3 1


Contoh 2.9.
Tentukan persamaan lingkaran yang melalui titik titik (1,7), (6,2) dan (4,6).
Jawab.
Dari tiga titik di atas, dimana x1=1, y1=7, x2=6, y2=2, x3=4, y3=6, kemudian dimasukkan ke
dalam persamaan determinan (32), didapat:

x2  y2 x y 1
50 1 7 1
0
40 6 2 1
52 4 6 1

Persamaan deteriman di atas memberikan persamaan lingkaran:

10(x2+y2)-20x-40y-200=0

Atau disederhanakan menjadi

(x-1)2+(y-2)2=52

Ini adalah persamaan lingkaran dengan titik pusat (1,2) dan radius 5.

2.4.3. Persamaan bidang melalui tiga titik


Dari tiga titik (x1,y1,z1), (x2,y2,z2) dan (x3,y3,z3) dapat ditentukan sebuah persamaan bidang:

c1x+c2y+c3z+c4=0 (33)
Bab 2. Sistem Persamaan Linier 44

Dengan mensubtitusi ketiga titik ke persamaan menggunakan empat persamaan (33), didapat
persamaan:

c1x1+c2y1+c3z1+c4=0 (34)
c1x2+c2y2+c3z2+c4=0 (35)
c1x3+c2y3+c3z3+c4=0 (36)

Dan dengan menggabungkan persamaan (33), (34), (35) dan (36), didapat persamaan
determinan:

x y z 1
x1 y1 z1 1
0 (37)
x2 y2 z2 1
x3 y3 z3 1


Contoh 2.10.
Tentukan persamaan bidang yang melalui titik (1,1,0), (2, 0,-1), dan (2,9,2).
Jawab.
Dengan mensubtitusikan ketiga titik di atas ke persamaan (37) didapat

x y z 1
1 1 0 1
0
2 0 1 1
2 9 2 1

Persamaan di atas memberikan solusi persamaan bidang:

2x-y+3z-1=0

2.4.4. Persamaan Bola melalui empat titik


Dari empat titik (x1,y1,z1), (x2,y2,z2), (x3,y3,z3) dan (x4,y4,z4) dapat ditentukan sebuah
persamaan bola:

c1(x2+y2+z2)+c2x+c3y+c4z+c5=0 (38)

Dengan mensubtitusi keempat titik di atas ke persamaan (38), didapat empat persamaan
tambahan atau lima persamaan dengan (38), dengan demikian persamaan determinan:

x2  y2  z2 x y z 1
x 12  y 12  z 12 x1 y1 z1 1
x 22  y 22  z 22 x2 y2 z2 1 0 (39)
x 23  y 23  z 23 x3 y3 z3 1
x 24  y 24  z 24 x4 y4 z4 1
Bab 2. Sistem Persamaan Linier 45


Contoh 2.11.
Tentukan persamaan bola yang melalui titik (0,3,2), (1, -1,1), (2,1,0) dan (5,1,3).
Jawab.
Dengan mensubtitusikan keempat titik di atas ke persamaan (39) didapat

x 2  y2  z2 x y z 1
13 0 3 2 1
3 1 1 1 1 0
5 2 1 0 1
35 5 1 3 1

Persamaan di atas memberikan solusi persamaan bola:

x2+y2+z2-4x-2y-6z+5=0

Atau dapat ditulis sebagai

(x-2)2+(y-1)2+(z-3)2=9

Yaitu sebuah bola yang berpusat di titik (2,1,3) dan radius 3.


2.4.5. Jaringan listrik


Dalam fisika listrik dikenal rangkaian listrik yang terdiri dari beberapa loop. Dengan
menerapkan hukum Ohm dan Kirchoff, maka dari rangkaian loop listrik akan didapat
persamaan aliran arus listrik. Misalnya bila rangkaian listrik terdiri dari dua loop maka akan
didapat dua atau tiga persamaan aliran arus listrik. Dari persamaan tersebut yang akan
ditentukan ada besarnya arus listrik yang mengalir (I) pada semua percabangan jaringan
listrik itu.

Sebagai contoh, dari suatu jaringan listrik didapat persamaan sebagai berikut:

I 1 - I2 - I 3 = 0
7I1 +3I3 =0
11I2-3I3=50

Dengan menggunakan aturan Cramer, dapat ditentukan solusi persamaan di atas: I 1=570/131,
I2=590/131, dan I3=-20/131.

Ringkasan Bab

 Suatu sistim persamaan disebut sistim linier jika pangkat tertinggi dari masing-masing
variabel dalam persamaan itu adalah 1. Untuk sistim linier yang terdiri atas variabel x dan
y, maka jika digambarkan garis atas koordinat x dan y maka akan terbentuk garis lurus.
Bab 2. Sistem Persamaan Linier 46

 Dalam suatu sistim linier tidak ada variabel dalam bentuk akar, tidak ada hasil kali
variabel, tidak ada fungsi trigonometri.

 Salah satu metode yang digunakan untuk menentukan solusi dari persamaan linier adalah
dengan eliminasi Gauss. Cara metode ini adalah dengan mereduksi/mengeliminasi variabel
kedua, ketiga dan seterusnya dari persamaan kedua dan ketiga dan seterusnya, sehingga
persamaan terakhir dari sistim linier itu hanya terdiri dari satu variabel dan konstanta.
Sehingga dapat ditentukan solusi untuk variabel tersebut. Solusi untuk variabel yang lain
didapat dengan cara mensubsitusi nilai variabel yang telah didapat ke persmaan di atasnya
yang hanya terdiri dari dua variabel, dan seterusnya untuk mendapatkan solusi variabel
ketiga dan yang lain.

 Bila jumlah persamaan sistim linier lebih sedikit dari banyaknya variabel yang terdapat
dalam sistim linier itu, maka akan akan ada solusi terbuka, dan dengan pemisalan dapat
ditentukan solusi untuk sistim linier tersebut.

 Sistim homogen adalah sistim linier yang dapat ditulis dengan persamaan AX=0. Ada dua
kemungkinan solusi yaitu satu solusi trivial dan solusi banyak sekali (tidak terhingga)

 Sebuah permutasi dari himpunan bilangan bulat {1,2,...,n} adalah pengaturan bilangan-
bilangan ini dalam urutan tanpa penghapusan dan pengulangan.

 Sebuah permutasi disebut genap jika jumlah total inversi adalah bilangan genap dan
disebut ganjil jika total jumlah inversi adalah bilangan ganjil.

Soal-soal Latihan 2.1

1. Yang mana persamaan berikut ini linier dalam x1, x2, dan x3?

(a) x1  2x1x 2  2x 3  2
(b) x1  x 2  x 3  sink
(c) x1  3x 2  2x13 / 2  4
(d) x 1  2x 3  x 2  7
(e) x 1  x 21  3x 3  5
(f) x1  x 3

2. Tentukan himpunan solusi untuk :

(a) 6x  7y  3
(b) 2x 1  4 x 2  7x 3  8
(c)  3x 1  4x 2  7x 3  8x 4  5
(d) 2v  w  3x  y  4z  0

3. Tentukan matriks augmented untuk masing-masing sistim persamaan linier berikut.


Bab 2. Sistem Persamaan Linier 47

(a) x 1  2x 2  0
3x 1  4x 2  1
2x 1  x 2  3

(b) x 1  x 3  1
 x 1  2x 2  x 3  3

(c) x 1  x3  1
 2x 2  x 3  2
2x 3  x 4  3

(d) x1 1
2x 2  2

4. Tentukan sebuah sistim persamaan linier berhubungan dengan matriks augmented berikut.

1 0 1 2 1 0 0
(a) 2 1 1 3 (b) 0 1 0 
  

0 1 2 4
 1 1 1 

1 0 0 0 1
0 2
1 2 3 4 5 1 0 0
(c) 5 (d) 
 4 3 2 1
 0 0 1 0 3
 
0 0 0 1 4

5. Untuk nilai-nilai berapakah konstanta k pada persamaan berikut tidak menghasilkan solusi?
akan menghasilkan tepat satu solusi? Menghasilkan solusi tak terbatas?

x–y=3
2x–2y=k

6. Perhatikan sistim persamaan-persamaan berikut:

ax+by=k
cx+dy=l
ex+fy=m

Diskusikan posisi relatif baris-baris ax+by=k, cx+dy=l, dan ex+fy=m, bilamana:

(a) sistim itu tidak memiliki solusi


(b) sistim itu tepat memiliki satu solusi
(c) sistim memiliki solusi yang tidak terbatas

7. Tunjukkan bahwa sistim persamaan pada soal latihan 6 di atas konsisten, maka paling
sedikit satu persaman dapat dibuang tanpa mengubah himpunan solusinya.
Bab 2. Sistem Persamaan Linier 48

8. Misalkan k = l = m = 0 dalam latihan 6; tunjukkan bahwa sistim itu haruslah konsisten.


Apa yang dapat dijelaskan tentang titik perpotongan dari tiga garis jika sistim itu memiliki
tepat satu solusi?

9. Perhatikan sistim persamaan-persamaan:

x  y  2z  a
x z b
2x  y  3z  c

Tunjukkan bahwa agar sistim itu konsisten, a, b, dan c harus memenuhi syarat c = a + b.

10. Buktikan bahwa jika persamaan linier

x1 + kx2 = c
x1 + lx2 = d

memiliki himpunan solusi yang sama maka persamaan-persamaan tersebut identik.

Soal Latihan 2.2


1. Yang mana dari matriks berikut dalam bentuk eselon baris tereduksi?

1 0 0 0 1 0
0 0 1 0 
(a)  0 (b)  0
0 0 1  0 0 0 

1 2 0 3 0
1 0 0 0
1
0 0 1 1
(c)  1 0 (d) 0 
0 0 0 1
0 0 0  
0 0 0 0 0

1 0 0 5
0 1 0 3 1
(e) 0 1 3 (f) 0
 
 1 2 4 
0
 1 0 4

2. Yang mana dari matriks berikut dalam bentuk eselon baris

1 2 3
0 1 7 5 5
(a) 0 0 (b) 0

 1 3 2
0 0 1 

1 3 0 2 0
1 0 1 0
1
0 0 2 2
(c)  1 0 (d) 0 
0 0 0 1
0 0 0  
0 0 0 0 0
Bab 2. Sistem Persamaan Linier 49

2 3 4 0 0 0
0 2 0 0
(e)  1  (f)  0

0 0 3
 0 0 0

3. Dalam masing-masing bagian misalkan bahwa matriks augmented untuk sebuah sistim
persamaan linier telah direduksi oleh operasi baris kepada bentuk eselon baris tereduksi
yang diberikan. Carilah solusi sistim itu.

1 0 0 4 1 0 0 3 2
0 3 0 1 4
(a)  1 0  (b)  1 0 

0 0 1 2
 
0 0 1 1 2

1 5 0 0  1
0 1 0
1 
2 0
0 1 0
(c) 0  (d) 0 0 1 0
0 0 1 2  
  0 0 0 1 
0 0 0 0 0 

4. Dalam masing-masing bagian misalkan bahwa matriks augmented untuk sebuah sistim
persamaan linier telah direduksi melalui operasi baris kepada bentuk eselon baris yang
diberikan. Cari solusi sistim itu.

1 2 4 2  1 0 4 7 10 
0 2  1 0 3 4  2
(a)  1 (b)  1
0 0 1 2  0 0 0 1 2 

1 5 4 0 7  5
0 1 2
3 
2 2
0 1 1 7
(c) 0  (d) 0 1 3 3
0 0 1 4 2   
  
0 0 0 1

0 0 0 0 0 0 

5. Cari solusi sistim berikut ini dengan eliminasi Gauss-Jordan.

x 1  x 2  2x 3  8
(a).  x 1  2x 2  3x 3  1
3x 1  7x 2  4 x 3  10

2x 1  2x 2  2x 3  0
(b)  2x 1  5x 2  2x 3  0
 7x 1  7x 2  x 3  0

x  y  2z  w  1
2x  y  2z  2w  2
(c)  x  2 y  4z  w  1
3x  3w  3

6. Selesaikan sistim-sistim pada contoh soal 5 dengan eliminasi Gauss.


Bab 2. Sistem Persamaan Linier 50

7. Selesaikan masing-masing sistim berikut ini dengan eliminasi Gauss-Jordan.

2x 1  3x 2  2
(a) 2x 1  x 2  1
3x 1  2x 2  1

3x 1  2x 2  x 3  4
5x 1  3x 2  2x 3  17
(b)
3x 1  x 2  3x 3  14
11x 1  7x 2  3

8. Selesaikan sistim-sistim dalam soal nomor 7 dengan eliminasi Gauss.


9. Selesaikan masing-masing sistim berikut dengan eliminasi Gauss-Jordan.

5x 1  2x 2  6x 3  0
 2x 1  x 2  3x 3  0

x 1  2x 2  x 3  4x 4  1
x 1  3x 2  7x 3  2x 4  2
x 1  12x 2  11x 3  16x 4  5

4x 1  8x 2  12
3x 1  6x 2  9
 2x 1  4x 2  6

x1  x2  x3  a
2x 1  2x 3  b
3x 2  3x 3  c

10. Selesaikan masing-masing sistim dalam soal no. 9 dengan eliminasi Gauss.

11. Selesaikan sistim-sistim berikut, dimana a, b dan c adalah konstanta.

2x+y=a
3x+6y=b

12. Nilai a berapakah sistim-sistim berikut tidak akan memiliki solusi? Tepat satu solusi?
Dan Solusi tak terbatas banyaknya?

x+2y-3z=4
3x-y+5z=2
4x+y+(a2-14)z=a2+2

13. Tentukanlah bentuk eselon baris tereduksi tanpa ada elemen pecahan.
Bab 2. Sistem Persamaan Linier 51

2 1 3
0 2 7

3 4 5

Soal-soal Latihan 2.3


1. Tanpa menggunakan pensil atau kertas, tentukan yang mana dari sistim homogen berikut
memiliki solusi nontrivial?

x 1  3x 2  5 x 3  x 4  0
(a) 4 x 1  7 x 2  3x 3  x 4  0
3x 1  2 x 2  7 x 3  8 x 4  0

x 1  2x 2  3x 3  0
(b) x 2  4x 3  0
5x 3  0

a11 x 1  a12 x 2  a13 x 3  0


(c)
a21 x 1  a22 x 2  a23 x 3  0

x1  x2  0
(d)
2x 1  2x 2  0

2. Tentukan solusi sistim linier homogen berikut.


2x 1  x 2  3x 3  0
(a) x 1  2x 2  0
x2  x3  0
3x 1  x 2  x 3  x 4  0
(b)
5x 1  x 2  x 3  x 4  0

x  6 y  2z  0
(c) 2x  4 y  z  0

2w  4 x  y  z  0
w  5x  2y  0
(d)  2x  2y  z  0
w  3x  z  0
w  2x  y  z  0

3. Untuk nilai a berapakah sistim persamaan berikut ini memiliki solusi nontrivial?

(a  3)x  y  0
x  (a  3)y  0

4. Perhatikan sistim persamaan berikut:


Bab 2. Sistem Persamaan Linier 52

ax  by  0
cx  dy  0
ex  fy  0

Diskusikan posisi relatif dari garis-garis ax+by=0, cx+dy=0, dan ex+fy=0 bilamana:
(a) sistim hanya memiliki solusi trivial
(b) sistim hanya memiliki solusi nontrivial

5. Perhatikan sistim persamaan:


ax  by  0
cx  dy  0
(a) Tunjukkan bahwa jika x=xo, y=yo adalah suatu solusi dan k adalah suatu konstanta,
maka x=kxo, y=kyo juga adalah sebuah solusi.
(b) Tunjukkan bahwa jika x=xo, y=yo dan x=x1, y=y1 adalah dua solusi, maka x=xo+x1,
y=yo+y1 adalah juga solusi.

Anda mungkin juga menyukai