Anda di halaman 1dari 9

Cakradonya Dent J; 10(1): 18-26

PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU MENGENAI GIGI SULUNG


ANAKNYA SERTA KEMAUAN MELAKUKAN PERAWATAN

KNOWLEDGE AND ATTITUDE OF MOTHERS REGARDING


CHILDREN'S PRIMARY TEETH & WILLINGNESS FOR TREATMENT

Munifah Abdat

Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala

Abstrak
Angka kejadian karies gigi pada anak terus meningkat. Timbulnya karies anak dipengaruhi oleh
pengetahuan ibu dalam merawat kesehatan gigi. Peran gigi sulung adalah sebagai penunjuk jalan bagi
pertumbuhan gigi permanen penggantinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengetahuan dan sikap ibu tentang kesehatan gigi dan mulut anaknya serta kemauan melakukan
perawatan. Subyek penelitiannya adalah ibu dari murid SD kelas satu Banda Aceh yang terdapat
karies gigi pada anaknya, menggunakan Total Sampling. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 64%
subyek berpendidikan sarjana dan paska sarjana, namun pengetahuan ibu tentang kesehatan gigi dan
mulut anaknya dengan kategori kurang sebesar 35,5% dan sikap ibu serta kemauan untuk melakukan
perawatan didapatkan dengan kategori kurang sebesar 58,1%. Ketika anak mengeluhkan sakit gigi
hanya 64% ibu yang merawatkan anaknya ke dokter gigi, 6% ibu justru membiarkan, 6% ibu
meningkatkan konsumsi susu dan 24% ibu membawa ke dokter umum untuk diberikan antibiotik.
Disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap ibu mengenai kondisi gigi sulung anaknya belum baik,
kemauan untuk melakukan perawatan gigi anaknya juga belum ada dibuktikan frekuensi ke dokter
gigi hanya ketika anaknya mengeluh sakit gigi.
Kata Kunci: Ibu dan gigi sulung anak, perawatan

Abstract
Prevalence of dental caries in children continues to increase. Incidence of childhood caries is
influenced by the mother's knowledge in taking care of dental health. The role of deciduous teeth is as
guide for the eruption of permanent teeth successor. Aims of study to determine the knowledge and
attitude of mother about children’s primery teeth and the willingness for treatment. The subject of
study was the mothers of a primary school student of Banda Aceh who had dental caries in her child,
using Total Sampling. Based on the results of study, 64% of undergraduate and postgraduate subjects
were educated, but the mother's knowledge about dental and mouth hygiene was less category 35.5%,
mother's attitude and willingness to care was less category 58,1%. When a child complains of
toothache only 64% of mothers takes care their children to the dentist, 6% of mothers just leave alone,
6% of mothers increase milk consumption and 24% of mothers take general doctor for antibiotics. It
was concluded that mother's knowledge and attitude about her child's primery teeth is not good, the
willingness to do dental care of her child also has not been proven frequency to dentist only when her
child complained of toothache.
Keywords: mother and children’s primery teeth, treatment

18
Cakradonya Dent J; 10(1): 18-26

PENDAHULUAN penting untuk menghindari kerusakan gigi dan


Gigi merupakan satu kesatuan dengan dampak infeksi odontogenik yang dapat
seluruh organ tubuh sehingga kerusakan pada ditimbulkan.
gigi dapat mempengaruhi kesehatan anggota Merujuk pada uraian diatas, peneliti
tubuh lain serta mengganggu aktivitas sehari- tertarik untuk mengetahui lebih lanjut
hari.1 Kesehatan gigi dan mulut penting untuk mengenai pengetahuan dan sikap ibu tentang
diperhatikan sebagai bagian integral dari kesehatan gigi dan mulut anaknya serta
kesehatan secara keseluruhan yang kemauan melakukan perawatan di Banda
memerlukan penanganan segera. Bahkan Aceh.
dikatakan bahwa kebersihan rongga mulut
yang baik mampu menggambarkan kondisi METODE
kesehatan umum yang baik, sebaliknya Penelitian ini menggunakan jenis
buruknya kebersihan rongga mulut dapat penelitian deskriptif dengan pendekatan cross
menggambarkan kondisi kesehatan yang buruk sectional menggunakan data primer dan
pula.2 sekunder. Lokasi penelitian ini di SD IT Al-
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Azhar yang meliputi wilayah kerja UPTD
tahun 2007 dalam Suciari (2015) menyatakan Puskesmas Kopelma Darussalam pada bulan
bahwa angka kejadian karies gigi pada anak November 2017.
melonjak hingga 60-90% sedangkan menurut Pengambilan sampel dalam penelitian
data dari PDGI (Persatuan Dokter Gigi ini secara Total Sampling yakni teknik
Indonesia) sedikitnya 89% penderita karies sampling dengan mengambil seluruh sampel
adalah anak-anak. Berdasarkan hasil pada waktu yang telah ditentukan. Subjek
karakteristik penelitian kesehatan, prevalensi penelitian adalah ibu yang menjemput anaknya
karies gigi pada balita usia 3-5 tahun sebesar pada saat jam pulang sekolah pada hari
81,7%. Sedangkan prevalensi karies gigi dilakukannya penelitian. Populasi pada
menurut kelompok usia adalah sebesar 60% penelitian ini adalah ibu dari murid SD IT Al-
pada usia 3 tahun, 85% pada usia 4 tahun dan Azhar kelas I Banda Aceh dari jumlah 141
86,4% pada usia 5 tahun. Namun orangtua orang murid. Pengambilan sampel dari 141
masih menganggap kerusakan pada gigi murid di ambil 91 murid yang terdapat karies
sulung bukan suatu masalah karena gigi sulung pada giginya sesuai data sekunder hasil
hanya sementara, akan digantikan oleh gigi penjaringan Puskesmas Kopelma Darussalam.
permanen.3 Penentuan subyek memperhatikan kriteria
Timbulnya karies anak dipengaruhi oleh inklusi, adapun kriteria inklusinya adalah
pengetahuan orang tua dalam merawat anaknya terdapat karies gigi, ibu menjemput
kesehatan gigi. Lingkungan keluarga anaknya pada jam pulang sekolah, menyatakan
khususnya ibu sangat besar peranannya dalam bersedia sebagai subjek penelitian dengan
mengembangkan perilaku positif terhadap menandatangani lembar persetujuan dan
kesehatan gigi dan mulut. Keterlibatan ibu diperoleh subyek penelitian sejumlah 33
dalam mengembangkan pola perilaku positif orang.
dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut Setelah melalui proses perizinan kepada
diimplementasikan pada anaknya dalam pihak yang terkait lalu peneliti membagikan
kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah lembaran kuisioner untuk kepentingan
dengan memperhatikan perilaku anak dalam penelitian. Berikutnya peneliti menentukan
menjaga kesehatan gigi dan mulut serta pola subjek penelitian yang sesuai dengan kriteria
konsumsi anak terhadap makanan kariogenik.3 sampel inklusi dan meminta kesedian subjek
Penelitan sebelumnya oleh Priyanto A, mengisi lembaran informed consent terlebih
menyatakan bahwa pengetahuan, sikap dan dahulu. Setelah subjek menyetujui, kemudian
perilaku ibu yang positif terhadap kesehatan diberikan kuisioner untuk diisi dalam jangka
gigi dan mulut anak memberi pengaruh waktu lebih kurang 15 menit. Setelah data
terhadap status kesehatan gigi dan mulut yang terkumpul, dilakukan analisis univariat dan
baik. Tanpa adanya pengetahuan dasar dari bivariat terhadap variabel dari hasil penelitian.
orang tua khususnya ibu tentang kesehatan Analisis data yang digunakan dalam
gigi dan mulut akan sulit dalam upaya penelitian ini adalah analisis deskriptif yaitu
pencegahan terhadap penyakit gigi dan mulut.3 untuk mendeskripsikan atau memberi
Sementara perawatan gigi sejak dini sangat gambaran terhadap objek yang diteliti melalui

19
Cakradonya Dent J; 10(1): 18-26

data sampel atau populasi. Analisa deskriptif 4 Frekuensi anak menyikat gigi
dalam sehari.
dilakukan dengan menggunakan bantuan a. 1 kali sehari 15 33 45%
aplikasi Microsoft Excel versi 2010, data akan b. 2 kali sehari 18 55%
ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi c. 1 kali sehari tetapi jarang 0 0%
5 Saat menyikat gigi anak
frekuensi dilengkapi dengan persentase dan didampingi oleh orang tua.
diagram. a. Ya 24 33 73%
b. Tidak 9 27%
6 Gigi anak mudah berlubang.
HASIL a. Ya 27 33 82%
Berdasarkan analisa data didapatkan b. Tidak 6 18%
perbedaan pengetahuan tiap-tiap subjek 7 Frekuensi kunjungan ibu
dokter gigi.
penelitian, menunjukkan sebesar 3 orang ibu a. Tidak pernah 5 15%
saja (9%) dari seluruh subjek memiliki tingkat 33
b. 6 bulan sekali 6 18%
pengetahuan yang baik, 20 orang ibu (61%) c. 1 tahun sekali 5 15%
d. Hanya ketika sakit 17 52%
memiliki tingkat pengetahuan yang cukup dan 8 Frekuensi anak mengunjungi
10 orang ibu (30%) memiliki tingkat dokter gigi.
pengetahuan yang kurang (tabel 1). a. Tidak pernah 5 15%
33
b. 6 bulan sekali 7 21%
c. 1 tahun sekali 5 15%
Tabel 1. Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Ibu d. Hanya ketika sakit 16 49%
Mengenai Kondisi Gigi Sulung Anak Pada Murid 9 Hal yang dilakukan saat anak
mengeluhkan sakit gigi.
SD IT Al-Azhar Banda Aceh. a. Konsultasi ke dokter
Tingkat umum dan memberikan 8 24%
Persentase
Pengetahuan dan Jumlah antibiotik
(%) b. Meningkatkan konsumsi 2 6%
Sikap Ibu
susu 33
Baik 3 orang 9% c. Membiarkan saja hingga 2 6%
sakit reda
Cukup 20 orang 61% d. Mengunjungi dokter gigi 21 64%
e. Gigi susu akan 0 0%
Kurang 10 orang 30% digantikan dengan gigi
permanen, jadi tidak
dibutuhkan perawatan
Total 33 orang 100 10 Kunjungan pertama anak ke
dokter gigi.
a. Usia 6-12 bulan 1 3%
Selanjutnya terdapat beberapa kriteria dalam b. Usia 3 tahun 14 33 42%
penentuan pengetahuan, sikap dan kemauan ibu c. Usia 6 tahun 15 46%
dalam melakukan perawatan pada gigi sulung d. Setelah gigi permanen 3 9%
anaknya sebagaimana ditunjukkan pada tabel 2. tumbuh
11 Makanan yang diberikan pada
anak berpengaruh terhadap
Tabel 2. Distribusi Kriteria Pengetahuan Dan Sikap terjadinya lubang gigi.
Ibu Mengenai Kondisi Gigi Sulung Anak Pada a. Ya 28 33 85%
Murid SD IT Al-Azhar Banda Aceh. b. Tidak 5 15%
No Kriteria Jumlah Total % 12 Kebiasaan menghisap jempol
bernafas menggunakan mulut,
1 Usia anak saat tumbuh gigi
atau mendorong lidah dapat
pertamanya.
mempengaruhi pertumbuhan 33
a. Saat baru lahir 0 33 0%
gigi.
b. Sekitar usia 6 bulan 1 3%
a. Ya 23 70%
c. Setelah usia 1 tahun 32 97%
b. Tidak 10 30%
2 Usia anak saat gigi susu
pertama kalinya tanggal.
a. Usia 3-5 tahun 6 33 18% Untuk kriteria pengetahuan dan sikap
b. Usia 5-7 tahun 17 52%
c. Usia 10-12 tahun 10 30%
ibu mengenai gigi sulung anak, salah satunya
3 Frekuensi ibu menyikat gigi dilihat dari pengetahuan ibu mengenai usia
dalam sehari. anak saat tumbuh gigi pertama, ibu menjawab
a. 1 kali sehari 3 33 9%
b. 2 kali sehari 30 91%
setelah usia 1 tahun sebanyak 32 orang (97%)
c. 1 kali sehari tetapi jarang 0 0% dan sekitar usia 6 bulan hanya 1 orang (3%).

20
Cakradonya Dent J; 10(1): 18-26

Usia anak saat tumbuh Frekuensi anak menyikat


gigi pertamanya gigi dalam sehari
0% 3%   1 kali sehari
Saat baru lahir

2 kali sehari
Sekitar usia 6
97% 
bulan
Setelah usia 1 1 hari sekali
tahun tetapi jarang
Gambar 1. Pie Chart 1 Gambar 4. Pie Chart 4

Distribusi kriteria pengetahuan dan Pengetahuan dan sikap ibu mengenai


sikap ibu mengenai kondisi gigi sulung anak kondisi gigi sulung anak pada murid SD IT Al-
pada murid SD IT Al-Azhar Banda Aceh Azhar Banda Aceh dilihat dari sikap ibu yang
dilihat dari usia anak saat gigi susu pertama mendampingi anaknya saat menyikat gigi,
kalinya tanggal dari 33 subjek ibu yang 73% ibu ikut mendampingi anaknya saat
menjawab pada usia 3-5 tahun sebesar 18%, mnyikat gigi sedangkan sisanya 27% ibu tidak
usia 5-7 tahun sebesar 52%, dan usia 10-12 mendampingi anaknya saat sedang menyikat
tahun sebesar 30%. (Gambar 1.) gigi. (Gambar 5.)

Usia anak saat gigi susu Saat menyikat gigi anak


pertama kali tanggal didampingi oleh orang tua
   usia 3-5  
tahun
Sekitar usia ya
 5-7 tahun 
usia 10-12 tidak
tahun
Gambar 2. Pie Chart 2 Gambar 5. Pie Chart 5

Distribusi kriteria pengetahuan dan Distribusi kriteria pengetahuan dan


sikap ibu mengenai kondisi gigi sulung anak sikap ibu mengenai kondisi gigi sulung
pada murid SD IT Al-Azhar Banda Aceh anaknya murid SD IT Al-Azhar Banda Aceh
dilihat dari kriteria frekuensi ibu dan anak dilihat dari kriteria pengetahuan ibu tentang
menyikat gigi dalam sehari dari 33 subjek ibu gigi anak yang mudah berlubang, dari 33
yang menjawab 1 kali sehari sebesar 9% dan 2 subjek 27 ibu (sebesar 82%) menjawab
kali sehari sebesar 91%. (Gambar 3.) Untuk mengetahui bahwa gigi anak-anak mudah
frekuensi menyikat gigi anaknya dalam sehari berlubang dan 6 ibu (sebesar 18%) tidak
ibu yang menjawab 1 kali sehari sebesar 45% mengetahui bahwa gigi anak mudah
dan 2 kali sehari sebesar 55%. (Gambar 4) berlubang. (Gambar 6.)

Frekuensi ibu menyikat Gigi anak mudah


gigi dalam sehari berlubang
 
1 kali sehari
 
2 kali sehari ya


tidak
1 hari sekali
tetapi jarang

Gambar 3. Pie Chart 3 Gambar 6. Pie Chart 6

21
Cakradonya Dent J; 10(1): 18-26

Pengetahuan dan sikap ibu mengenai hingga reda, dan 64% ibu membawa anak
kondisi gigi sulung anak pada murid SD IT Al- mengunjungi dokter gigi. (Gambar 9.)
Azhar Banda Aceh dilihat dari frekuensi Hal yang dilakukan saat
kunjungan ibu ke dokter gigi, dari 33 subjek
15% ibu menjawab tidak pernah kedokter gigi, anak mengeluhkan sakit
18% ibu mengunjungi doker gigi setiap 6 gigi
bulan sekali, 15% ibu mengunjungi dokter gigi ke dokter umum dan
setahun sekali, dan 52% ibu mengunjungi memberikan
dokter gigi hanya ketika giginya sakit. antibiotik
(Gambar 7.) Sedangkan untuk frekuensi  meningkatkan
kunjungan anak ke dokter gigi, 15% anak tidak  konsumsi susu
pernah ke dokter gigi, 21% anak mengunjungi


 membiarkan hingga
dokter gigi 6 bulan sekali, 15% anak

 sakit reda
mengunjungi dokter gigi 1 tahun sekali, dan
49% anak mengunjungi dokter gigi ketika
mengunjungi dokter
giginya sakit. (Gambar 8.)
gigi

Frekuensi kunjungan ibu


Gambar 9. Pie Chart 9
ke dokter gigi
Distribusi kriteria pengetahuan dan
sikap ibu mengenai kondisi gigi sulung anak
15% Tidak pernah pada murid SD IT Al-Azhar Banda Aceh
dilihat dari pengetahuan ibu tentang kunjungan
52% 18% 6 bulan sekali
pertama kalinya anak kedokter gigi, dari 33
1 tahun sekali subjek 3% ibu menjawab usia 6-12bulan, 42%
pada usia 3 tahun, 46% pada usia 6 tahun, dan
15%
hanya ketika 9% ibu menjawab kunjungan pertama kali
sakit anaknya kedokter gigi setelah gigi permanen
tumbuh. (Gambar 10.)
Gambar 7. Pie Chart 7

Frekuensi kunjungan Kunjungan pertama kali


anak ke dokter gigi anak ke dokter gigi
Usia 6-12 bulan
15% Tidak pernah 9% 3%

49% Usia 3 tahun


21% 6 bulan sekali 42%
46%
1 tahun sekali Usia 6 tahun
15%
hanya ketika Setelah gigi
sakit permanen tumbuh
Gambar 8. Pie Chart 8 Gambar 10. Pie Chart 10
Pengetahuan dan sikap ibu mengenai Distribusi kriteria pengetahuan dan
kondisi gigi sulung anak pada murid SD IT Al- sikap ibu mengenai kondisi gigi sulung anak
Azhar Banda Aceh dilihat dari sikap ibu saat pada murid SD IT Al-Azhar Banda Aceh
anak mengeluhkan sakit gigi, dari 33 subjek dilihat dari pengetahuan ibu terhadap makanan
ibu 24% melakukan konsultasi ke dokter yang diberikan pada anak akan berpengaruh
umum dan memberikan antibiotik, 6% terhadap terjadinya perlubangan pada gigi, dari
meningkatkan konsumsi susu untuk anaknya, 33 subjek 85% menjawab ya, dan 15%
6% ibu membiarkan saja sakit gigi anaknya menjawab tidak. (Gambar 11.)

22
Cakradonya Dent J; 10(1): 18-26

Makanan yang diberikan pada 20


anak berpengaruh terhadap 15

Sikap Ibu
terjadinya lubang gigi
10 kurang
  5 cukup
 0 baik
menengah tinggi

Pendidikan Ibu

Gambar 11. Pie Chart 11 Gambar 14. Diagram Batang Pendidikan
Terhadap Sikap.
Pengetahuan dan sikap subjek penelitian
mengenai kondisi gigi sulung anak pada murid Hasil penelitian menunjukkan hubungan
SD IT Al-Azhar Banda Aceh dilihat dari antara pendidikan subjek dengan sikap subjek
pengetahuan tentang kebiasaan menghisap yang berkebalikan, bahwa subjek penelitian
jempol, bernafas menggunakan mulut, atau yang pendidikannya tinggi kebanyakan
mendorong lidah dapat mempengaruhi termasuk dalam kategori bersikap kurang yaitu
pertumbuhan gigi anak, dari 33 subjek sebanyak 18 subjek (58,1%) dan 5 subjek saja
penelitian yang menjawab ya ada 23 orang (16,1%) yang sikapnya terhadap kesehatan
atau sebesar 70%, dan ibu yang menjawab gigi anaknya berkategori baik. (Gambar 14.)
tidak 10 orang atau sebesar 30%. (Gambar 12.)
PEMBAHASAN
Kebiasaan menghisap jempol, Penelitian telah dilaksanakan pada
bernafas menggunakan mulut, tanggal 4 November 2017 dengan memberikan
atau mendorong lidah, dapat kuisioner kepada ibu dari murid kelas I SD IT
mempengaruhi pertumbuhan gigi Al-Azhar Banda Aceh. Diperoleh jumlah
subjek penelitian sebanyak 33 orang, 9 orang
 diantaranya (3%) dari total subjek memiliki

tingkat pengetahuan baik, 20 orang subjek atau

 61% memiliki tingkat pengetahuan cukup dan
10 orang subjek atau 30% memiliki tingkat
Gambar 12. Pie Chart 12 pengetahuan kurang. Hal ini menunjukkan
bahwa tingkat pengetahuan subjek mengenai
20 kesehatan gigi sulung anak pada ibu murid
Pengetahuan Ibu

15 kelas I SD IT Al-Azhar Banda Aceh masih


belum baik. Dapat disebabkan kurangnya
10 kurang
informasi ibu mengenai pentingnya
5 cukup mengetahui periode pergantian gigi anak.
0 baik Padahal pengetahuan ibu tentang kesehatan
Menengah Tinggi gigi merupakan faktor penting dalam upaya
Pendidikan ibu preventif terhadap penyakit gigi anak.4
Orang tua sangat berpengaruh dalam
Gambar 13. Diagram Batang Pendidikan pembentukan perilaku anak. Menurut
Terhadap Pengetahuan Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI),
dalam pemeliharaan kesehatan gigi anak
Hasil penelitian menunjukkan hubungan melibatkan interaksi antara anak, orang tua
antara pendidikan subjek dengan pengetahuan dan dokter gigi. Sikap dan perilaku orang tua,
subjek bahwa subjek penelitian yang terutama ibu, dalam pemeliharaan kesehatan
pendidikannya tinggi memiliki pengetahuan gigi memberikan pengaruh yang cukup
yang baik sebanyak 16 subjek (51,6%), namun signifikan terhadap perilaku anak. Pada tahap
masih banyak subjek penelitian yang termasuk gigi sulung, orang tua perlu memberikan
dalam kategori berpengetahuan kurang yaitu perhatian serius pada anak karena rtumbuhan
sebanyak 11 subjek (35,5%) sebagaimana gigi permanen pengganti ditentukan oleh
terlihat pada Gambar 13. kondisi gigi sulung anak. Sayangnya, masih

23
Cakradonya Dent J; 10(1): 18-26

banyak orang tua yang beranggapan bahwa tumbuh, tetapi karena disebabkan oleh gigi
gigi sulung hanya sementara dan akan sulung karies berpengaruh terhadap
digantikan oleh gigi permanen, sehingga perkembangan oklusi dan penutupan ruang
kerusakan pada gigi sulung dianggap bukanlah sehingga dapat menyebabkan gigi berjejal.7,8
suatu masalah.5 Gigi sulung merupakan penunjuk jalan
Tingkat pendidikan ibu tidak terlalu bagi erupsi atau tumbuhnya gigi tetap
berhubungan kuat pada penelitian ini, penggantinya, sehingga bila gigi sulung sudah
dikarenakan di zaman modern ini informasi dicabut sebelum waktunya maka dapat
yang didapatkan tidak hanya melalui memperlambat tumbuhnya gigi tetap. Gigi
pendidikan formal, namun bisa didapatkan berjejal dapat terjadi karena pertumbuhan gigi
melalui media elektronik, media cetak dan geligi akan diikuti dengan terjadinya
bahkan media sosial yang saat ini telah sangat penambahan ukuran lebar lengkung rahang
berkembang. Informasi mengenai kesehatan dan juga ketidakseimbangan antara lengkung
gigi yang disampaikan oleh iklan pasta gigi rahang dengan ukuran gigi tetap.8
atau sikat gigi, maupun iklan layanan Kebanyakan dari ibu (91%) menyikat
masyarakat tentang pemeliharaan gigi gigi dua kali sehari, namun hanya 55% anak
merupakan salah satu sumber informasi dari 91% ibu yang menyikat gigi dua kali
tentang kesehatan gigi anak yang diterima ibu. sehari. Hal ini diduga karena ibu kurang
Informasi yang diterima tersebut secara tidak berperan aktif terhadap oral hygiene anak,
sadar dapat meningkatkan pengetahuan ibu serta kesehatan gigi anak belum menjadi
tentang kesehatan gigi anak.11 Pada penelitian prioritas utama disebabkan kurangnya
yang telah dilakukan, hampir semua ibu (97%) sosialisasi juga pemahaman tentang betapa
dari total subjek tidak mengetahui usia erupsi pentingnya menjaga kesehatan gigi anak yang
gigi sulung pertama dan hanya 52% ibu sangat berpengaruh pada masa pertumbuhan
mengetahui kapan usia pertama kali gigi susu dan perkembangan anak. Anak yang
tanggal. Hal ini menunjukkan bahwa mempunyai kebiasaan menyikat gigi yang baik
kepedulian ibu terhadap usia tumbuh gigi dipengaruhi peran orang tua. Peranan orangtua
pertama anak dan juga usia tanggal sangat hendaknya ditingkatkan dalam membiasakan
rendah, padahal orang tua (ibu) dan anak menyikat gigi anak secara teratur guna
merupakan satu kesatuan ikatan dimana ibu menghindarkan kerusakan gigi anak Untuk
merupakan anggota tim kesehatan yang baik mendapatkan hasil yang optimal harus
untuk melakukan pengawasan kesehatan.6 Hal diperhatikan frekuensi penyikatan gigi.
ini di dukung oleh penelitian yang dilakukan Frekuensi menyikat gigi yang baik adalah dua
oleh Manohar yang mengatakan bahwa hampir kali sehari, pagi 30 menit setelah sarapan pagi
semua orang tua tidak mengetahui dengan dan malam hari sebelum tidur.9
benar kapan gigi anak pertama kali erupsi.7 Kunjungan orang tua dengan membawa
Gigi sulung adalah gigi yang tumbuh anaknya ke dokter gigi juga berdampak positif
pada masa kanak-kanak. Keberadaan gigi terhadap pengenalan awal anak beserta fungsi
sulung dalam rongga mulut merupakan faktor kontrol guna mengetahui perkembangan
penting dalam menjaga integritas lengkung kesehatan gigi dan mulut anaknya.10 Hasil
rahang selama perkembangan benih gigi tetap. penelitian ini menunjukkan hanya sekitar 18%
Fungsi gigi sulung didalam rongga mulut ibu yang mengunjungi dokter gigi 6 bulan
antara lain sebagai organ pengunyahan yang sekali dan hanya 21% ibu yang membawa
berperan penting dalam sistem pencernaan anaknya mengunjungi dokter gigi secara
untuk menunjang nutrisi terhadap tumbuh berkala, 49% ibu lainnya hanya mengunjungi
kembang anak. Selain itu fungsinya juga dan membawa anaknya ke dokter gigi pada
menjaga estetik, fungsi bicara, penyedia ruang saat telah timbulnya rasa sakit. Kondisi ini
untuk gigi permanen dan sebagai penuntun dapat disebabkan oleh orang tua yang enggan
gigi permanen yang akan erupsi. Secara mengeluarkan biaya untuk perawatan gigi
langsung gigi sulung turut berperan anaknya. Hanya 64% dari total subjek
merangsang pertumbuhan dan perkembangan membawa anaknya ke dokter gigi saat anak
rahang. Pada masa anak-anak perlu mengeluhkan sakit gigi, terdapat opini negatif
diperhatikan waktu tanggalnya gigi sulung dan dari 6 % subjek yang justru meningkatkan
waktu erupsi gigi tetap. Secara alami gigi konsumsi susu jika anak mengeluhkan sakit
sulung akan tanggal sebelum gigi tetap gigi. Walaupun susu mengandung banyak

24
Cakradonya Dent J; 10(1): 18-26

sekali nutrisi, susu juga mengandung glukosa pengetahuan ibu selaku orang tua yang paling
yang dapat melekat pada gigi, mengkonsumsi terdekat dengan anak.7 Selain pengetahuan,
susu pada malam hari saat laju alir saliva yang berpengaruh terhadap kesehatan gigi
lambat mengakibatkan susu yang melekat pada anak yaitu sikap dan kesadaran orangtua.
permukaan gigi tidak dibersihkan oleh saliva Inisiatif orang tua merupakan hal penting
dan melekat pada gigi dalam waktu yang lama dalam upaya kesehatan gigi anak. Inisiatif
dan menyebankan terjadinya karies.7 orang tua dalam hal ini berperan penting guna
Sikap dan pengetahuan ibu yang kurang upaya pencegahan penyakit gigi pada anak
juga terlihat dari hanya sekitar 3% yang juga sebagai promotif terhadap masalah
mengetahui usia 6-12 bulan merupakan usia kesehatan gigi yang ada.11
yang tepat anak pertama kali mengunjungi
dokter gigi, selebihnya menganggap usia 6 KESIMPULAN DAN SARAN
tahun merupakan usia pertama kali ke dokter Berdasarkan hasil penelitian yang telah
gigi dikarenakan gigi pada masa tersebut mulai dilakukan dapat disimpulkan bahwa
goyang dan ibu membawanya ke dokter gigi pengetahuan dan sikap ibu mengenai kondisi
untuk mencabutnya, tidak adanya upaya gigi sulung anaknya adalah masih belum bisa
preventif dari ibu untuk menanggulangi dikatakan baik. Meskipun pendidikan rata-rata
masalah gigi sejak usia dini. Seharusnya yang ibu tergolong cukup baik tetapi tidak
dilakukan oleh ibu adalah segera mengunjungi menunjang pengetahuan dan sikap ibu dalam
dokter gigi dan mengkonsultasikan mengenai menjaga kesehatan gigi dan mulut anaknya.
gigi anak saat gigi pertama anak erupsi hingga Kebanyakan ibu tidak mengetahui usia tumbuh
usia 1 tahun, hal ini dilakukan untuk dan tanggal gigi anaknya. Rata-rata ibu juga
mengantisipasi dan mendapatkan pelajaran tidak memperhatikan frekuensi anak dalam
mengenai perkembangan gigi dan mulut, status menyikat gigi. Ibu juga akan berkunjung ke
fluoride, instruksi mengenai kesehatan rongga dokter gigi hanya ketika gigi anaknya sakit.
mulut, dan pengaruh diet pada gigi geligi yang Sikap dan perilaku ibu dalam pemeliharaan
merupakan komponen yang sangat penting kesehatan gigi memberikan pengaruh yang
pada kunjungan awal.7 signifikan terhadap kesehatan gigi dan mulut
Ibu selaku orang terdekat anak anaknya agar anak terbebas dari permasalahan
sebaiknya mensupervisi serta memandu anak gigi seperti karies dan persistensi yang dapat
saat menyikat gigi. Hal ini dikarenakan oleh menyebabkan pengaruh dalam pertumbuhan
kurangnya pemahaman dan keterampilan anak gigi permanen anak.
dalam menyikat gigi, sehingga membiarkan Dengan pengetahuan dan sikap ibu yang
anak menyikat gigi sendirian adalah cara yang belum terlalu peduli dengan kondisi gigi
tidak efektif.6 Pada penelitian ini, 73% ibu sulung anaknya pada penelitian ini maka perlu
menemani sang anak saat menyikat gigi. 82% dilakukan pemberian edukasi dan informasi
ibu mengetahui gigi anak mudah berlubang, secara intensif kepada ibu-ibu mengenai
kebanyakan ibu atau 85% dari total subjek kondisi gigi anak sejak dini oleh petugas
setuju bahwa pola makan berperan terhadap kesehatan puskesmas dan ada keterlibatan
terjadinya lubang gigi dan 70% ibu kebiasaan dokter gigi swasta.
buruk mempengaruhi pertumbuhan gigi. Hal
ini menunjukkan sebagian besar ibu memiliki DAFTAR PUSTAKA
pengetahuan yang cukup mengenai pentingnya
gigi sulung anak walaupun nantinya akan 1. Oki N, Eram TP, Bambang W. 2012.
digantikan dengan gigi permanen. Perbandingan Media Power Point
Dari hasil ini terlihat jelas bahwa tingkat Dengan Flip Chart Dalam Meningkatkan
pengetahuan ibu perlu ditingkatkan lagi terkait Pengetahuan Kesehatan Gigi Dan Mulut.
periode pergantian gigi anak dan kesehatan Unnes Journal Of Public Health. 1(1).
gigi dan mulut. Tingkat pengetahuan ibu Hal. 1-5.
dalam penelitian ini bisa berasal dari informasi 2. Norfai, Rahman E. Hubungan
yang didapatkan oleh ibu seputar kesehatan Pengetahuan Dan Kebiasaan Menggosok
gigi dan mulut bukan hanya didapatkan dalam Gigi Dengan Kejadian Karies Gigi Di
pendidikan formal, melainkan informasi dari Sdi Darul Mu’minin Kota Banjarmasin
penyuluhan, media elektronik, media cetak Tahun 2017. Dinamika Kesehatan. 2017.
dan media sosial bisa saja meningkatkan 1(8)

25
Cakradonya Dent J; 10(1): 18-26

3. Basuni, Cholil, Deby K.2014.Gambaran Banten Tahun 2014. Jakarta. Media


Indeks Kebersihan Mulut Berdasarkan Litbangkes. 26 (2). 2016.
Tingkat Pendidikan MasyarakatDi Desa 8. Manohar J, Mani G. Knowledge and
Guntung Ujung Kabupaten Banjar. Attitude of Parents Regarding Children's
Dentino L Kedokteran Gigi. 2(1). Hal. Primary Teeth & their Willingness for
18-23 Treatment. Journal of Pharmaceutical
4. Rompis C, Pangemanan D, Gunawan P. Sciences and Research. 9 (2). 2017.
Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu 9. Maulani C, Enterprise J. Kiat Merawat
Tentang Kesehatan Gigi Anak dengan Gigi Anak Panduan Orang Tua dalam
Tingkat Keparahan Karies Anak TK di Merawat dan Menjaga Kesehatan Gigi
Kota Tahuna. Manado. Jurnal e-Gigi. bagi Anak-Anaknya: Jakarta: PT Elex
4(1). 2016. Media Komputindo; 2005. p. 35-37.
5. Natamiharja L, Dwi NS. Hubungan 10. Suarniti Luh Putu. Pencabutan Dini
pendidikan, pengetahuan, dan perilaku Gigisulung Akibat Caries Gigi Dapat
ibu terhadap status karies gigi balitanya. Menyebabkan Gigi Crowding. Jurusan
Dentika dental journal 2010;15(1):37-41 Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes
6. Eddy E, Mutiara H. Peranan Ibu Dalam Denpasar. Jurnal Kesehatan Gigi. 2014:
Pemeliharaan Kesehatan Gigi Anak 2(2).
Dengan Status Karies Anak Usia Sekolah 11. Meinarly G. Pengetahuan, sikap dan
Dasar.Fakultas Kedokteran, Universitas tindakan ibu-ibu rumah tangga terhadap
Lampung. Majority. 2015. 4(7):1-6. pemeliharaab kesehatan gigi dan mulut
7. Suratri MAL, Sintawati FX, Andayasari anak balitanya, di Kecamatan Balige,
L. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Kabupaten Toba Samosir, Sumatera
Orang Tua tentang Kesehatan Gigi dan Utara tahun 2009, Medan: Universitas
Mulut pada Anak Usia Taman Kanak- Sumatera Utara, 2009.
kanak di Provinsi DIY dan Provinsi

26

Anda mungkin juga menyukai