Anda di halaman 1dari 38

BERAT BADAN

LAHIR RENDAH
(BBLR )
&
HIPERBILIRUBIN
DEFINISI
• BBLR adalah berat bayi saat lahir kurang dari 2500gr hasil dari kelahiran
prematur sebelum usia 37mg kehamilan (Marmi dan Rahardjo, 2014)
• Bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gr, tanpa memandang gestasi, berat
bayi rendah adalah yang ditimbang dalam 1 jam pertama setelah bayi lahir
• BBLR berkaitan erat dengan mortalitas dan morbiditas yang akan menghambat
pertumbuhan dan perkembangan kognitif serta penyakit lain dikemudian hari
(WHO, 2004)
• BBLR di bedakan dalam 2 katagori yaitu BBLR karena prematur (usia
kandungan kurang dari 37 mingggu) atau BBLR karena intrauterin retardation
(IUGR) yaitu bayi cukup bulan tetapi berat bayi kurang untuk usianya (Dep Kes
RI, 2010)
KLASIFIKASI
Menurut Berat Lahir (Wong, 2008):
1. Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) seberat 1500-2499gr tanpa memperhatikan gestasi
2. Berat Bayi Lahir Sangat Rendah (BBLSR) dengan berat 1000 – 1499gr
3. Berat Bayi Lahir Ekstrem Rendah (BBLER) dengan berat <1000gr
4. Berat Bayi Lahir Moderat (BBLM) dengan berat 1501 – 2500

Menurut Masa Kehamilan (Mitayani, 2009) :

1. Prematuritas Murni atau sesuai masa kehamilan (masa kehamilan kurang dari 37 minggu)
2. Baby Small For Gestational Age (SGA), berat badan lahir tidak sesuai dengan usia
kehamilan,terbagi 3 jenis :
• Simetris (Intrauterus For Gestational Age) : gangguan nutrisi dalam jangka waktu yang
lama
• Asimetris (Intrauterus Growth Retardation) : terjadi defisit nutrisi pada fase akhir
kehamilan
• Dismaturitas atau Kurang Masa Kehamilan :gangguan pertumbuhan Intrauterine dan
merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (Rukmoni, 2013)
TANDA GEJALA
• Tanda-tanda Bayi Kurang Bulan
Kulit tipis mengkilap, tulang rawan telinga lunak, lanugo banyak ditemukan pada
punggung, jaringan payudara belum terlihat, puting berupa titik, labia mayora belum
menutupi labia minora, skrotum belum banyak lipatan, testis belum turun, telapak
kaki kurang dari 1/3 bagian atau belum terbentuk, kadang disertai dengan pernapasan
tidak teratur, aktifitas tangisnya lemah, reflek menghisap dan menelan tidak
efektif/lemah

• Tanda-tanda Bayi Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK)


Umur bayi cukup, kurang atau lebih bulan tetapi beratnya kurang dari 2.500 gram,
gerakannya cukup aktif, tangisnya kuat, kulit keriput, lemak bawah kulit tipis,
payudara dan puting sesuai, bila cukup bulan labia mayora menutupi labia minora,
testis mungkin telah turun, telapak kaki lebih dari 1/3 bagian, menghisap cukup kuat

(Depkes RI, 2008).


ETIOLOGI
Faktor Ibu
Faktor Janin
1. Kelainan kromosom (trisomy autosomal)
• Penyakit yang diderita ibu : anemia,
2. Infeksi janin kronik (inklusi sitomegali,
perdarahan antepartum, hipertensi, rubella bawaan)
preeklamsi, eklamsi, ISK dan infeksi 3. Disautonomia familial
ginjal, serviks inkompeten, malaria, 4. Radiasi
IMS, HIV/ AIDS, TORCH 5. Kehamilan ganda (gemeli)
• Kehamilan usia <20 th atau >35 th.
6. Aplasia Pancreas
• Kehamilan ganda
• Jarak kehamilan <1 th 7. Hidramnion
• Riwayat BBLR sebelumnya
• Keadaan sosial ekonomi rendah,
• Keadaan gizi kurang baik
• Aktivtas fisik berlebih
• Kebiasaan merokok, alcohol, narkotika, Faktor Placenta
penggunaan obat antimetabolik 1. Luas Permukaan Kurang

(Proverawati dan Ismawati, 2010):


MANIFESTASI
Sebelum Lahir : Setelah Lahir :
1. Retradasi pertumbuhan
1. Adanya riwayat abortus 2. Bayi lahir premature
partus prematures dan lahir 3. Kurang sempurnanya pertumbuhan alat-alat
mati dalam tubuh
2. Pergerakan janin pertama 4. Pemeriksaan Antropometri dengan hasil : BB <
lebih lambat 2.500gr, PB < 45cm, LD < 30 cm 4) LK < 33cm
5. Jaringan lemak bawah kulit sedikit, Kulit tipis,
3. Pembesaran uterus tidak merah dan transparan
sesuai dengan usia 6. Tulang tengkorak lunak atau mudah bergerak,
kehamilan Tonus otot hipotonik
4. Pertambahan BB ibu lambat 7. Menangis lemah
dan tidak sesuai 8. Letak kuping menurun, Ukuran kepala kecil
5. Kehamilan dengan 9. Masalah dalam pemberian makanan (reflek
oligohidramnion gravidarum menelan dan menghisap berkurang)
atau perdarahan antepartum 10. Anemia, Hiperbilirubinemia, Suhu tidak stabil
(Kulit tipis dan transparan)

Nuratif (2015
PATOFISIOLOGI
Adanya gangguan pertumbuhan sewaktu dalam kandungan akibat penyakit
ibu yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang. Ibu hamil umumnya
mengalami deplesi atau penyusutan besi sehingga hanya memberi sedikit besi
kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal. Kekurangan
zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik
sel tubuh maupun sel otak. Hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan
kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi, sehingga kemungkinan
melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih besar

(Nelson, 2010).
P
A
T
H
W
A
Y
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1. Darah lengkap: penurunan pada Hb
2. Dektrosik: menyatakan hipoglikemi
3. Analisis Gas Darah (AGD): menentukan derajat keparahan distres pernafasan
4. Elektrolit serum: mengkaji adanya hipokalsemia.
5. Bilirubin: mungkin meningkat pada polisitemia.
6. Urinalisis: mengkaji homeostatis.
7. Jumlah trombosit : Trombositopenia mungkin sepsis
8. EKG, EEG, USG, angiografi: defek kongenital atau komplikasi..

(Mitayani, 2009)
KOMPLIKASI

1. Sindrom aspirasi mekonium

2. Hipoglikemi simptomatik

3. Penyakit membran hialin

4. Asfiksia neonatorum

5. Hiperbilirubinemia

(Mitayani, 2009)
PENATALAKSANAAN
1. Pemberian posisi, Posisi telungkup merupakan posisi terbaik bagi kebanyakan bayi
preterm dan BBLR yang dapat menghasilkan oksigenasi yang lebih baik, lebih
menoleransi makanan, dan pola tidur istirahatnya

2. Minimal Handling, dukungan respirasi, termoregulasi, Perlindungan terhadap


infeksi, Hidrasi, dan Nutrisi

3. Perawatan Metode Kangguru (Kangaroo Mother Care), memberikan kehangatan


agar suhu tubuh pada bayi BBLR tetap normal secara langsung melalui kontak antara
kulit ibu dengan kulit bayi, ini juga dapat berfungsi sebagai pengganti dari incubator.

4. Perawatan Inkubator, memberikan suhu yang normal dan dapat mempertahankan


suhu tubuh.

(Mitayani, 2009)
PENGKAJIAN

Pengkajian meliputi penyusunan nilai APGAR dan evaluasi adanya tanda gawat
neonatus (Wong, 2008).

● Pengkajian Umum : Periksa Antopometri Bayi, Kaji bentuk dan ukuran tubuh,
Deformitas, warna buruk, hipotonia, tidak responsive, apnea

● Pengkajian Respirasi : Bentuk dada, penggunaan otot bantu nafas, frekuensi,


keteraturan, dan suara nafas. Tentukan apakah diperlukan tindakan suction

● Pengkajian Kardiovaskuler : Frekuensi, irama, bising jantung


● Pengkajian Gastrointestinal : Distensi / edema, peristaltic, gulungan usus, dan
status umbilicus, serta frekuensi bising usus, regurgitasi dan waktu pemberian makan,
dan alat bantu makan. Palpasi batas hati, Kaji jumlah, warna, konsistensi feses

● Pengkajian Genitourinaria : Kaji keabnormalitasan, warna, pH, berat jenis, dan


temuan labstick, PeriksaBB untuk pengkajian hidrasi

● Pengkajian Neuromuskular : Kaji gerakan, kejang, kedutan, tingkat aktivitas


terhadap rangsang, posisi dan perilaku bayi, reflek dan kenyamanan

● Pengkajian Integumen : Kaji suhu tubuh dan hubungan dengan lingkungan sekitar,
perubahan warna, iritasi, abrasi, lesi, dan preparat yang dipakai, Tentukan tekstur dan
turgor
DIAGNOSA & INTERVENSI
REFERENSI
● Arta, IGB. 2020. Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Bayi BBLR Dengan Hipotermia Di Ruang Bakung
RSUD Tabanan. KTI. Denpasar : Poltekes Kemenkes Denpasar
● Hijrah, M. 2020. Asuhan Keperawatan Pada Bayi J Dengan Diagnosa Medis Berat Bayi Lahir Rendah Di
Ruang Perinatologi RSUD Bangil Pasuruan. Sidoarjo : Akademi Keperawatan Kerta Cendekia
● Ribek, N., Labir, K., Sunarthi, N. 2018. Aplikasi Perawatan Bayi Beresiko Tinggi Berdasarkan uriulum
Berbasis Kompetensi Program Keperawatan : Bahan Pembelajaran Praktek Klinik dan Alat Uji Kompetensi.
Denpasar :Poltekes Depnpasar
● Sayekti, P. 2020. Gambaran Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Di Wilayah Kerja Puskesmas Umbulharjo I
Yogyakarta Tahun 2018-2019. KTI. Yogyakarta : Poltekes Kemenkes Yogyakarta
● Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus
PPNI
● Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus
PPNI
● Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus
PPNI
Thank you!
HIPERBILIRIUM
PENGERTIAN

• Hiperbilirubinemia didefinisikan sebagai kadar bilirubin


darah lebih dari 3 mg/dL. Hiperbilirubinemia secara
klinis dapat diamati pada jaringan seperti sklera,
mukosa, dan kulit, karena bilirubin mengalami
penumpukan pada jaringan-jaringan tersebut.
PENYEBAB

1. Produksi bilirubin berlebihan, yang dapat terjadi


karena : polychethemia, issoimun,hemolytic, disease,
kelainan struktur dan enzim sel darah merah,
keracunan obat (hemolisis kimia : salsilat,
kortikosteroid, klorampenikol), hemolisis extravaskuler,
cephalhematoma, ecchymosis.
2. Gangguan fungsi hati : obstruksi empedu/atresia
biliari, infeksi, masalah metabolik
3. Gangguan pengambilan dan pengangkutan
bilirubin dalam hepatosit
4. Gangguan proses konjugasi dalam mikrosom hepar
5. Gangguan dalam ekskresi
TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala hiperbilirium pada bayi sebagai berikut :


• Kulit dan bagian putih mata bayi (sklera) berubah
menjadi kuning.
• Warna pigmen kuning ini biasanya terjadi pada area
wajah terlebih dahulu kemudian turun ke badan dan
seluruh tubuh bayi
• Menolak menyusu
• Lemas
PATOFISIOLO
GI
• Hiperbilirubinemia dapat terjadi bila hepar tidak dapat menjalankan
metabolisme atau ekskresi bilirubin dengan baik. Bilirubin yang
mencapai hati akan
diangkut ke dalam hepatosit, dimana bilirubin
terikat ke ligandin.
• Masuknya bilirubin ke hepatosit akan meningkat sejalan dengan
terjadinya peningkatan konsentrasi ligandin. Konsentrasi ligandin
ditemukan rendah pada saat lahir namun akan meningkat pesat
selama beberapa minggu kehidupan. Proses ini berlangsung sangat
panjang pada neonatus, oleh karena asupan gizi yang terbatas pada
hari-hari pertama kehidupan pada bayi atau ditularkan dari ibu ke
janin di dalam rahim dapat meningkatkan risiko hiperbilirubinemia.
Kondisi ini dapat meliputi infeksi kongenital virus herpes, sifilis
kongenital, rubela, dan sepsis.
PATHW
AY
KOMPLIKASI

• Bilirubin Encephalopathy (komplikasi serius) :


terikatnya asam bilirubin bebas dengan lipid
dinding sel neuron di ganglia basal, batang otak
dan cereblum yang menyebabkan kematian sel
• Kernikterus
• Retaradasi mental – kerusakan neurologis
• Gangguan pendengaran dan penglihatan
• Bicara lambat, tidak ada koordinasi otot dan
tangisan yang melengking
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
• Pemeriksaan bilirubin
serum
• Pemeriksaan radiology
• Ultrasonografi
• Biopsy hati
• Peritoneoskopi
• Laparatomi
PENATALAKSANAAN

• Memeriksa golongan darah ibu (Rh, ABO) pada


waktu hamil, mencegah trauma lahir, pemberian obat
pada ibu hamil atau bayi baru lahir yang dapat
menimbulkan ikterus, infeksi dan dehidrasi.
• Pemberian ASI atau makanan dini dengan jumlah
cairan dan kalori yang sesuai dengan kebutuhan bayi
baru lahir.
• Imunisasi yang cukup baik di tempat bayi dirawat.
• Metode therapi pada Hiperbilirubin meliputi :
Fototerapi, Transfusi Pengganti, Infus Albumin dan
Therapi Obat.
ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian
1. Identitas pasien
Identitas pasien berupa: nama, tanggal lahir, usia, jenis kelamin,
agama, pendidikan, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian,
suku bangsa.
2. Keluhan utama
Untuk mengetahui alasan utama mengapa klien mencari pertolongan
pada tenaga
professional.
3. Riwayat penyakit sekarang
a. Muculnya keluhan
Tanggal munculnya keluhan, waktu munculnya keluhan
(gradual/tiba-tiba), presipitasi/ predisposisi (perubahan emosional,
kelelahan, kehamilan, lingkungan, toksin/allergen, infeksi).
b. Karakteristik
Karakter (kualitas, kuantitas, konsistensi), loksai dan radiasi, timing
(terus menerus/intermiten, durasi setiap kalinya), hal-hal yan
meningkatkan /menghilangkan
/mengurangi keluhan, gejala-gejala lain yang berhubungan.
c. Masalah sejak muncul keluhan
Perkembangannya membaik, memburuk, atau tidak berubah.
4. Riwayat masa lampau
Penyakit waktu kecil, pernah dirawat di rumah sakit, obat-obatan
yang digunakan (pernah/sedang digunakan), riwayat alergi, dll
5. Riwayat keluarga
Penyakit yang pernah atau sedang diderita oleh keluarga (baik
berhubungan / tidak berhubungan dengan penyakit yang diderita
klien), gambar genogram dengan
ketentuan yang berlaku (symbol dan 3 generasi).
6. Pemeriksaan Fisik
• Keadaan umum
• TTV
• Ukuran anthropometric
• Mata
• Hidung
• Mulut
• Telinga
• Dada
• Abdomen
• Punggung
• Genetalia
• Ekstremitas
• Kulit
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Hipertermia berhubungan dengan terpapar lingkungan
panas (efek fototerapi)
2. Resiko ketidakseimbangan cairan
berhubungan dengan kehilangan aktif
volume
3. cairan
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
efek samping terapi radiasi
INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Keperawatan Hasil Keperawatan
Hipertermia Setelah dilakukan O: identifikasi
berhubungan dengan tindakan keperawatan penyebab hipertermia
terpapar lingkunagn maka diharapkan (mis, dehidrasi,
panas (efek hipertermia teratasi terpapar lingkungan
fototherapi) dengan kriteria hasil: panas, penggunaan
1.Menggigil menurun inkubator)
2.Suhu
tubuh N: sediakan
meningkat lingkungan yang
3.Frekuensi dingin
nadi
meningkat E: anjurkan tirah baring

K: kolaborasi
pemberian cairan
dan elektrolit, jika
Resiko Setelah dilakaukan O: monitor status
ketidakseimbangan tindakan keperawatan hidrasi (mis,
cairan berhubungan maka resiko frekuensi nadi,
dengan kehilangan kekurangan volume kekuatan nadi, akral,
aktif volume cairan cairan diharapkan pengisian kapiler,
teratasi dengan kelembaban mukosa,
kriteria hasil : turgor kulit, tekanan
1.Turgor kulit elastis darah N: catat
2.Membran mukosa intake-output dan
lembab hitung balance cairan
3.Tanda-tanda 24 jam
vital normal K: kolaborasi
4.Mata tidak cekung pemberian diuretik,
jika perlu
Kerusakan integritas Setelah dilakukan O: identifikasi
kulit berhubungan tindakan keperawatan penyebab gangguan
dengan efek maka kerusakan integritas kulit (mis,
samping terapi integritas kulit teratasi perubahan sirkulasi,
radiasi dengan kriteria hasil perubahan status
: nutrisi, dll)
1.Tidak ada N: gunakan produk
luka/lesi pada berbahan petrolium
kulit atau minyak pada
2.Perfusi jaringan baik kulit kering E:
anjurkan
menggunakan
pelembab
Implementasi Keperawatan
• Implementasi Keperawatan merupakan tahap keempat
dari proses keperawatan yang dimulai setelah
perawat menyusun rencana keperawatan.
Perencanaan keperawatan yang dibuat berdasarkan
diagnosis yang tepat. Tindakan keperawatan
diharapkan dapat mencapai tujuan dan hasil yang
diinginkan untuk mendukung dan mengingatkan
status kesehatan klien.
Evaluasi
• Evaluasi merupakan proses kontiniu yang terjadi saat
perawat melakukan kontak dengan pasien. Setelah
melaksanakan tindakan keperawatan, kumpulkan data
subjectif dan objektif dari klien, keluarga, dan anggota
tim kesehatan. Selain itu perawat juga dapat meninjau
ulang pengetahuan tentang status terbaru dari kondisi,
Referensi :
❑ Anggraini, Y. (2016). Hubungan Antara Persalinan Prematur
Dengan Hiperbilirubin
Pada Neonatus. Jurnal kesehatan, 5(2).
❑ Sowwam, M., & Aini, S. N. (2018). Fototerapi Dalam Menurunkan
Hiperbilirubin Pada Asuhan Keperawatan Ikterus Neonatorum.
Jurnal Keperawatan CARE, 8(2).
❑ Sari, D. N. (2020). Asuhan Keperawatan Ikterik Neonatus Pada
Bayi Hiperbilirubin Di Ruang Neonatus Rsud Dr. Soegiri Lamongan
(Doctoral dissertation, UNIVERSITAS AIRLANGGA).
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai