Anda di halaman 1dari 28

Jenis cerita fiksi ada 3, yaitu:

Novel, yaitu sebuah karya fiksi prosa yang yang tertulis dan naratif .
Cerpen, yaitu suatu bentuk prosa naratif fiktf yang cenderung padat dan langsung pada tujuannya.
Roman
Unsur-Unsur Cerita Fiksi
Berikut ini unsur intrinsik yang membangun cerita fiksi dimana unsur ini ada di dalam cerita fiksi.
Tema, yaitu gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di
dalam teks.
Tokoh, yaitu pelaku dalam karya sastra. Karya sastra dari segi peranan dibagi menjadi 2, yakni tokoh
utama dan tokoh tambahan.
Alur/Plot, yaitu cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan
secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan peristiwa yang lain.
Konflik, yaitu kejadian yang tergolong penting, merupakan sebuah unsur yang sangat.diperlukan
dalam mengembangkan plot.
Klimaks, yaitu saat sebuah konflik telah mencapai tingkat intensitas tertinggi, dan saat itu
merupakan sebuah yang tidak dapat dihindari.
Latar, yaitu tempat, waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang
diceritakan.
Amanat, yaitu pemecahan yang diberikan pengarang terhadap persoalan di dalam sebuah karya
sastra.
Sudut pandang, yaitu cara pandang pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan,
latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca.
Penokohan, yaitu teknik atau cara-cara menampilkan tokoh.
Kesatuan
Logika
Penafsiran
Gaya
Sedangkan unsur ekstrinsik yang membentuk karya sastra dari luar sastra itu sendiri, berikut ini.
Keadaan subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap.
Keyakinan.
Pandangan hidup yang keseluruhan itu akan mempengaruhi karya yang ditulisnya.
Psikologi, baik yang berupa psikologi pengarang seperti ekonomi, politik, dan sosial juga akan
mempengaruhi karya sastra.
Pandangan hidup suatu bangsa.
Berbagai karya seni yang lain, dan sebagainya.
Struktur Teks Cerita Fiksi
Jika kamu mengetahui struktur cerpen, maka itu tidak jauh berbeda dengan struktur penyusun teks
cerita fiksi. Dimana struktur cerita fiksi terdiri 6 unsur berikut:

Abstrak, bagian ini adalah opsional atau boleh ada maupun tidak ada. Bagian ini menjadi inti dari
sebuah teks cerita fiksi.
Orientasi, berisi tentang pengenalan tema, latar belakang tema serta tokoh-tokoh didalam novel.
Terletak pada bagian awal dan menjadi penjelasan dari teks cerita fiksi dalam novel.
Komplikasi, merupakan klimaks dari teks cerita fiksi karena pada bagian ini mulai muncul berbagai
permasalahan, biasanya komplikasi disebuah novel menjadi daya tarik tersendiri bagi pembaca.
Evaluasi, bagian dalam teks naskah novel yang berisi munculnya pembahasan pemecahan atau pun
penyelesaian masalah.
Resolusi, merupakan bagian yang berisi inti pemecahan masalah dari masalah-masalah yang dialami
tokoh utama.
Koda (reorientasi), berisi amanat dan juga pesan moral positif yang bisa dipetik dari sebuah naskah
teks cerita fiksi.
Namun, tidak menutup kemungkinan teks cerita fiksi di novel hanya mempunyai struktur berupa
evaluasi, orientasi, resolusi dan komplikasi.

Kaidah Kebahasaan
Agar kamu bisa membedakan teks cerita fiksi dengan yang lain, 3 ciri kaidah kebahasaan berikut
harus diketahui:

Metafora, merupakan perumpamaan yang sering digunakan untuk membandingkan sebuah benda
atau menggambarkan secara langsung atas dasar sifat yang sama.
Metonimia, merupakan gaya bahasa yang digunakan, kata-kata tertentu dipakai sebagai pengganti
kata yang sebenarnya, namun penggunaan nya hanya pada kata yang memiliki pertalian yang begitu
dekat.
Simile (persamaan), digunakan sebagai perbanding yang bersifat eksplisit dengan maksud
menyatakan sesuatu hal dengan hal lainnya. Misalnya: seumpama, selayaknya, laksana.
Unsur Intrinsik

Unsur intrinsik adalah unsur pembangun cerpen atau film yang berasal dari dalam cerpen atau film
itu sendiri.

Unsur-unsur intrinsik:
- Tema
- Tokoh dan Penokohan
- Alur
- Latar
- Sudut Pandang
- Gaya Bahasa
- Amanat

Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur cerpen atau film yang berada diluar karya sastra.

Unsur-unsur ekstrinsik:
- Latar Belakang Penciptaan
- Latar Belakang Sejarah Pengarang
- Kondisi Masyarakat
- Unsur Psikologi
CINDERELLA (2015)

- TEMA
Tema adalah ruh atau nyawa dari setiap karya cerpen atau film itu sendiri. Tema inilah yang akan
menentukan konflik dan menjadi ide dasar pengembangan dari seluruh isi cerita pendek atau film.
Jadi dalam film Cinderella temanya adalah percintaan dan kebaikan.

- TOKOH DAN PENOKOHAN

Tokoh
Tokoh merupakan pemain atau orang-orang yang terlibat di dalam cerita tersebut.
Jadi tokoh dalam film Cinderella adalah sebagai berikut
Eloise Webb sebagai Ella Kecil
Ben Chaplin sebagai ayah Cinderella
Cate Blanchett sebagai Lady Tremaine
Holiday Grainger sebagai Anastasia
Sophie McShera sebagai Drizella
Lily James sebagai Ella Dewasa
Rich Madden sebagai Pangeran Kit
Helena Bonham Carter sebagai Ibu Peri
Penokohan
Penokohan adalah penentuan watak atau sifat tokoh yang ada di dalam cerita atau film.

Jenis jenis penokohan dalam cerita atau film.


Antagonis: Tokoh yang biasanya berperan sebagai tokoh jahat. Tokoh ini akan terlibat konflik
dengan sang tokoh utama di dalam cerita atau film.
Protagonis: Tokoh ini adalah tokoh yang membintangi cerpen atau film tersebut (tokoh utama)
tokoh ini biasanya berprilaku baik.
Tritagonis: Tokoh ini merupakan tokoh pembantu protagonis dan yang nantinya akan menjadi
penengah konflik antara antagonis dan protagonis.

Berikut penokohan dalam film Cinderella :


1. Keluarga Ella ( Cinderella )

Inilah keluarga Ella saat ia masih kecil. Ayah, ibu Ella merupakan tokoh pendukung/ figuran yang
bersifat baik atau protagonis.
2. Ella ( Cinderella )

Inilah tokoh protagonis difilm ini atau bisa dibilang tokoh utama wanitanya. Ella memiliki sifat yang
baik, setia, tak mudah menyerah, penyabar, jujur penyayang, bijaksana dan berani

3. Drizella ( Kiri ), Lady Tremaine ( Tengah ), Anastasia ( Kanan )

Didalam film Cinderella yang merupakan tokoh antagonis adalah ibu tiri dan saudari tirinya Ella
(Cinderella). Ibu tirinya memiliki sifat materialistis, angkuh, pandai bersandiwara (bermuka dua),
licik, dan jahat. Sedangkan kedua saudari Ella, Anastasia dan Drizella memiliki sikap yang sama
buruknya dengan ibu mereka bahkan lebih parah yaitu, angkuh, materialistis, tak pandai
membereskan rumah, dan pemalas.
4. Pangeran Kit

Pangeran Kit merupakan tokoh protagonis juga, tokoh utama laki laki. Pangeran Kit memiliki sifat
yang baik, cinta rakyat, bijaksana, tidak mudah menyerah, dan juga ksatria.

5. Fairy Godmother ( Ibu Peri )

Ini dia ibu perinya Ella. Ibu peri ini berperan sebagai tritagonis. Dimana dia menjadi penengah konflik
antara Ella dan ibu serta saudari tirinya dengan mengunakan sihirnya agar Ella dapat ke pesta dansa
tanpa ketahuan ibu tirinya dan saudari tirinya itu.
- ALUR
Alur adalah urutan jalan cerita dalam cerpen yang di sampaikan oleh penulis atau pembuat film.
Tahap tahapan alur:
1) Tahap perkenalan
2) Tahap penanjakan.
3) Tahap klimaks.
4) Anti klimaks.
5) Tahap penyelesaian.

Ada beberapa jenis alur yang di gunakan penulis atau pembut film.
Alur maju: Alur ini menceritakan jalan cerita yang urut dari awal perkenalan tokoh, situasi lalu
memunculkan masalah hingga puncak masalah dan terakhir penyelesaian masalah.
Alur mundur: Di alur ini, penulis atau pembuat film menceritakan jalan cerita secara tidak urut. Bisa
saja penulis menceritakan konflik terlebih dahulu, lalu kemudian menengok kembali peristiwa yang
menjadi sebab konflik itu terjadi.

Dalam film Cinderella ini mengunakan alur maju. Ini adalah alur film Cinderella
Cerita film berkisah tentang Ella, yang dijadikan pesuruh oleh ibu tirinya sendiri. Setelah ayahnya
meninggal dunia, kelakuan ibu dan saudara tirinya makin menjadi-jadi. Ella yang dijadikan
pembantu, juga diganti namanya menjadi Cinderella Dan kemudian Ella bertemu orang asing yang
gagah di hutan. Dia tak menyadari bahwa orang tersebut adalah seorang pangeran. Ketika istana
mengirimkan undangan terbuka untuk semua gadis, Cinderella pun berharap bisa bertemu dengan
pangerannya lagi.
- LATAR
Latar mengacu pada suasana, waktu dan tempat terjadinya cerita tersebut. Latar akan memberikan
kesan konkret pada suatu cerita pendek. Ada 3 jenis latar dalam sebuah cerpen atau film yakni latar
waktu, tempat dan suasana.
Latar waktu dalam film Cinderella adalah pagi, siang, sore dan malam.
Latar suasana dalam film Cinderella :
- Senang ( saat Ella masih kecil saat bermain dan bercanda bersama keluarnganya dan saat tau dia
akan ke pesta dansa ).
- Bahagia (saat Ella masih kecil bersama keluarganya, bertemu Kit (pangeran) di istana , saat menikah
dengan pangeran).
- Sedih (saat ia dimanfaatkan oleh ibu tiri dan saudari tirinya dan saat dia tak diperbolehkan ikut ke
pesta dansa).
- Kesal (saat ibu tirinya tak mengizinkan Ella untuk makan bersama mereka di meja makan).
Latar tempat dalam film Cinderella adalah istana, rumah Ella, pasar, kamar, loteng, taman rahasia
dan lainnya.
- SUDUT PANDANG
Sudut pandang adalah strategi yang digunakan oleh pengarang cerpen untuk menyampaikan
ceritanya.
Ada berbagai sudut pandang contohnya :
Sudut pandang orang pertama yaitu yang menceritakan langsung tokoh yang berperan dalam cerita
atau film tersebut.
Sudut pandang orang ketiga yaitu menceritakannya secara tidak langsung atau orang lain yang
menceritakannya biasanya orang yang tidak terlibat dalam cerita tersebut.
Dan dalam sudut pandang juga terdapat pelaku (yang menceritakan/ narator) utama dan sampingan.
Pelaku utama adalah orang yang menceritakan sebuah cerita atau film adalah tokoh utamanya
sendiri. Biasanya menggunakan kata aku, saya, kamu, dan kami.
Pelaku sampingan adalah orang yang menceritakan sebuah cerita atau film adalah tokoh sampingan
atau bukan tokoh utama dan juga biasanya yang menceritakan orang diluar cerita atau film.

Dalam film Cinderella digunakan sudut pandang orang ketiga pelaku sampingan karena yang
menceritakan itu adalah ibu peri Ella.

- GAYA BAHASA
Gaya bahasa adalah ciri khas sang penulis atau pembuat film dalam menyampaikan tulisanya kepada
publik. Dalam film Cinderella gaya bahasa yang digunakan adalah bahasa inggris baku, karena film
Cinderella merupakan film dari Negara Britania Raya.

- AMANAT
Amanat (Moral value) adalah pesan moral yang bisa kita ambil dari cerita atau film tersebut. Di
dalam sebuah cerpen, moral biasanya tidak disebutkan secara tertulis melainkan tersirat dan akan
bergantung pada pemahaman pembaca atau penonton akan cerita atau film tersebut.
Amanat dalam film Cinderella:
- Mempunyai keberanian
- Baik kepada siapa saja
- Penyabar
- Sayang binatang
- Pantang menyerah
- Suka menolong
- Mau memaafkan orang lain
- Bersikap Setia
- Sayang keluarga
■ Puisi lama adalah jenis puisi yang masih terikat oleh persajakan, pengaturan larik dalam setiap
bait, dan jumlah kata dalam setiap larik, serta musikalitas puisi sangat diperhatikan. Jadi, dapat
dikatakan bahwa puisi lama adalah puisi yang terikat berbagai aturan baik dari segi substansi
maupun dari segi sistematika penulisan.
■ Puisi modern adalah puisi yang tidak terikat sama sekali dengan aturan-aturan yang ada pada puisi
lama. Puisi ini mulai terlihat dengan adanya pujangga-pujangga baru dan mulai terkenal pada tahun
1945. Saat itu itu Chairil Anwar adalah pelopor dari lahirnya puisi baru ini.

Unsur-Unsur Intrinsik Puisi


Unsur intrinsik puisi merupakan unsur-unsur yang berasal dari dalam naskah puisi itu sendiri.
Adapun unsur intrinsik puisi sebagai berikut :
■ Tema (sense) merupakan gagasan utama dari puisi baik itu yang tersirat maupun yang tersurat.
■ Tipografi disebut juga ukiran bentuk puisi. Tipografi merupakan tatanan larik, bait, kalimat, frasem
kata, dan bunyi untuk menghasilkan suatu bentuk fisik yang mampu mendukung isi, rasa, dan
suasana.
■ Amanat (intention) atau pesan merupakan suatu yang ingin disampaikan oleh penyair melalui
karyanya.
■ Nada (tone) merupakan sikap penyair terhadap pembacanya, misalkan sikap rendah hati,
menggurui, mendikte, persuasif dan yang lainnya.
■ Perasaan (feeling) merupakan sikap pengarang terhadap tema dalam puisinya, misalnya kepuasan,
kesedihan, kemarahan, keheranan, konsisten, simpatik, senang, sedih, kecewa, dan yang lainnya.
■ Enjambemen merupakan pemotongan kalimat atau frase dengan diakhiri lirik. Kemudian
meletakkan potongan itu diawal larik berikutnya. Tujuannya adalah untuk memberikan tekanan
pada bagian tertentu ataupun sebagai penghubung antara bagian yang mendahuluinya dengan
bagian-bagian yang berikutnya.
■ Kata konkret, merupakan penggunaan kata-kata yang tepat atau bermakna denotasi oleh penyair.
■ Diksi merupakan pilihan kata yang dipakai untuk mengungkapkan perasaan melalui puisi tersebut.
■ Akulirik merupakan tokoh aku yang terdapat dalam puisi.
■ Rima merupakan pengindah dalam puisi yang berbentuk pengulangan bunyi baik di awal, tengah,
ataupun di akhir.
■ Verifikasi merupakan berupa rima dan ritma. Rima adalah persamaan bunyi pada puisi dan
sedangkan ritma adalah tinggi rendahnya, panjang pendeknya, keras lemahnya bunyi dalam puisi)
■ Majas merupakan cara penyair menjelaskan pikiran dan perasaannya dengan gaya bahasa yang
sangat indah dalam bentuk puisi.
■ Citraan merupakan gambaran-gambaran yang ada di dalam pikiran penyair. Setiap gambar pikiran
disebut citra atau imaji. Gambaran pikiran ini merupakan sebuah efek dalam pikiran yang sangat
menyerupai gambaran yang dihasilkan oleh penangkapan kita terhadap sebuah objek yang bisa
dilihat oleh mata.
Unsur-Unsur Esktrinsik Puisi
Unsur ekstrinsik puisi adalah unsur yang tepatnya berada diluar teks atau naskah puisi. Umumnya
unsur ekstrinsik ini berawal dari dalam diri pengarang atau lingkungan-lingkungan tempat sang
pengarang ketika menulis karya puisinya. Adapun unsur-unsur ekstrinsik puisi adalah sebagai
berikut.

■ Unsur Biografi
Unsur boigrafi ini adalah latar belakang pengarang. Latar belakang cukup berpengaruh dalam
pembuatan puisi, misalkan penulis puisi yang latar belakangnya berasal dari keluarga miskin, maka
jika ia membuat puisi akan sangat menyentuh hati para pembacanya, yang terbawa dari latar
belakang penulis sehingga mampu dikesankan dalam sebuah puisi.
■ Unsur Sosial
Unsur sosial sangat erat kaitanya dengan kondisi masyarakat ketika puisi itu dibuat. Misalkan puisi
itu dibuat ketika masa orde baru menjelang berakhir. Pada saat itu kondisi masyarakat itu sedang
sangat kacau dan keadaan pemerintahan pun sangat carut marut, sehingga puisi yang dibuat pada
saat itu adalah puisi yang mengandung sindiran-sindiran terhadap masyarakat.
■ Unsur Nilai
Unsur nilai dalam puisi ini meliputi unsur yang berkaitan dengan pendidikan, seni, ekonomi, politik,
sosial, budaya, adat-istiadat, hukum, dan lain-lain. Nilai yang terkandung dalam puisi menjadi daya
tarik tersendiri sehingga sangat mempengaruhi baik atau tidaknya puisi.

PUISI :
DOA
(Karya: Chairil Anwar)
Tuhanku
Dalam termenung
Aku masih menyebut nama-Mu
Biar susah sungguh
Mengingat Kau penuh seluruh
Caya-Mu panas suci
Tinggal kerlip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
Aku hilang bentuk
Remuk
Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
Di Pintu-Mu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling

Analisis Unsur Intrinsik Puisi “Doa” Karya Chairil Anwar


1. Tema: Ketuhanan
2. Nada dan Suasana:
Nama berarti sikap penyair terhadap pokok persoalan (feeling) atau sikap penyair terhadap
pembaca. Sedangkan suasana berarti keadaan perasaan pembaca sebagai akibat pembacaan puisi.
Nada yang berhubungan dengan tema ketuhanan menggambarkan betapa dekatnya hubungan
penyair dengan Tuhannya.

Berhubungan dengan pembaca, maka puisi “Doa” tersebut bernada sebuah ajakan agar pembaca
menyadari bahwa hidup ini tidak bisa berpaling dari ketentuan Tuhan. Karena itu, dekatkanlah diri
kita dengan Tuhan. Hayatilah makna hidup ini sebagai sebuah “pengembaraan di negeri asing”.

3. Perasaan:
Perasaan berhubungan dengan suasana hati penyair. Dalam puisi
”Doa” gambaran perasaan penyair adalah perasaan terharu dan rindu.
Perasaan tersebut tergambar dari diksi yang digunakan antara lain:
termenung, menyebut nama-Mu, Aku hilang bentuk, remuk, Aku tak bisa
berpaling.
4. Amanat:
Sesuai dengan tema yang diangkatnya, puisi ”Doa” ini berisi amanat kepada pembaca agar
menghayati hidup dan selalu merasa dekat dengan Tuhan. Agar bisa melakukan amanat tersebut,
pembaca bisa merenung (termenung) seperti yang dicontohkan penyair.

Penyair juga mengingatkan pada hakikatnya hidup kita hanyalah sebuah ”pengembaraan di negeri
asing” yang suatu saat akan kembali juga. Hal ini dipertegas penyair pada bait terakhir sebagai
berikut:
Tuhanku,
Di Puntu-Mu Aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling

PUISI :
KARANGAN BUNGA
(Karya: Taufiq Ismail)
Tiga anak kecil
Dalam langkah malu-malu
Datang ke Salemba
Sore itu

“Ini dari kami bertiga


Pita hitam pada karangan bunga
Sebab kami ikut berduka
Bagi kakak yang ditembak mati
siang tadi”.(Karya: Taufiq Ismail)

Analisis Unsur Intrinsik Puisi “Karangan Bunga” Karya Taufiq Ismail


1. Tema: Kepahlawanan
2. Amanat: Kita harus menghargai jasa para pahlawan dan Kita harus meneruskan perjuangan para
pahlawan.
3. Sudut Pandang: Orang ketiga
4. Nada dan suasana: Nada sedih menimbulkan suasana duka
5. Tipografi: Bentuknya rapi, terdiri dari 2 bait, bait pertama terdiri dari 4
baris, bait kedua terdiri dari 5 baris.
6. Irama:
Bait pertama bersajak a b c b
Bait kedua bersajak a a a b b
7. Penginderaan/Citraan/Imaji
Penglihatan:
● bait pertama baris 1-4
● bait kedua baris 1-2
● bait kedua baris 4-5
Perasaan:
● bait kedua baris 3
8. Bahasa:
■ Ungkapan/Pilihan Kata
● Tiga anak kecil: tiga tuntunan rakyat yang mekar dan baru lahir.
● Pita hitam sebagai tanda berduka cita/berkabung.
● Kakak kami berarti orang yang dianggap sebagai kakak. ( AR Hakim)
● Salemba: markas mahasiswa UI yang tergabung dalam KAMI
■ Majas
● Datang ke Salemba: Alegori
● Pita hitam pada karangan bunga: Metafora

PUISI :
BERDIRI AKU
(Karya: Amir Hamzah)
Berdiri aku di senja senyap
Camar melayang menepis buih
Melayah bakau mengurai puncak
Berjulang dating ubur terkembang

Angin pulang menyeduk bumi


Menepuk teluk mengempas emas
Lari ke gunung memuncak sunyi
Berayun-ayun di atas alas

Benang raja mencelup ujung


Naik marak menggerak corak
Elang leka sayap tergulung
Dimabuk warna berarak-arak

Dalam rupa maha sempurna


Rindu-sendu mengharu kalbu
Ingin datang merasa sentosa
Menyecap hidup bertentu tuju.

Analisis Unsur Intrinsik Puisi “Berdiri Aku” Karya Amir Hamzah


1. Tema:
■ Tema Umum
Tema umum dari sajak ini adalah kesedihan.
■ Tema Khusus
Sajak “Berdiri Aku” ini merupakan ekspresi kesedihan yang ditampilkan penyair dengan suasana
sunyi. Kesedihan ini tidak lain dikarenakan oleh perpisahannya dengankekasihnya dan dia harus
pulang ke Medan dan menikah dengan putrid pamannya. Perasan sedih yang sangat mendalam
digambarkan penyair dengan suasana sunyi pantai disore hari. Dengan demikian penyair hanya
mampu melihat keindahan alam sekitar karena kebahagiaannya dan harapan telah hilang.
2. Feeling atau Rasa:
Dalam sajak berdiri aku tergambar sikap pesimis penyair dalam mengadapi permasalahan hidupnya,
sikap pesimis ini mejadikannya melankolis.
3. Amanat:
Amir Hamzah ingin menyampaikan ide dan pemikiranya untuk yang membacanya supaya
menyerahkan hidupnya kepada Tuhan karena hanya dialah yang mampu memberi kepastian dalam
kehidupan di dunia ini.
4. Tipograf/Tata Wajah:
Tipografi dalam sajak ini penyair memanfaatkan margin halaman kertas dan dalam penulisan sajak
ini. Penyair begitu memperhatikan EYD.
5. Diksi:
Kata-kata seperti, senyap, mengurai, mengempas, berayun-ayun dan sayap tergulung identik dengan
kesunyian. Kata-kata tersebut membentuk makna kesendirian yang ingin digambarkan pengarang.
Kata “maha sempurna” dalam akhir bait juga merupakan arti konotasi dari tuhan yang maha
sempurna. Kata “mengecap” memiliki arti yang ingin dirasakan. Permainan kata-kata yang digunakan
yang ditulis memang sebuah misteri untuk menyembunyikan ide pengarang.
6. Citraan:
Sajak Berdiri Aku ini menimbulkan imaji penglihatan ”visualimagery”, seolah-olah kita melihat
suasana pantai yang indah. Dalam kalimat pertama imaji kita akan merasakan kesejukan dengan
kata-kata tersebut tetapi satyang angin itulah yang menghempaskan harapan dan membawa lari
sehingga yang terasa hanyalah sunyi yang semakin dalam. Dengan berbagai citraan yang mampu
ditampilkan penyair ini pembaca akan ikut merasakan apa yang ditulis oleh penyair dengan
inderanya sendiri.

Contoh 4:
IBU

kalau aku merantau lalu datang musim kemarau


sumur-sumur kering, daunan pun gugur bersama reranting
hanya mataair airmatamu ibu, yang tetap lancar mengalir

bila aku merantau


sedap kopyor susumu dan ronta kenakalanku
di hati ada mayang siwalan memutikkan sari-sari kerinduan
lantaran hutangku padamu tak kuasa kubayar

Ibu adalah gua pertapaanku


dan ibulah yang meletakkan aku disini
saat bunga kembang menyerbak bau sayang
Ibu menunjuk ke langit, kemudian ke bumi
aku mengangguk meskipun kurang mengerti
bila kasihmu ibarat samudra
sempit lautan teduh
tempatku mandi, mencuci lumut pada diri
tempatku berlayar, menebar pukat dan melempar sauh
lokan-lokan, mutiara dan kembang laut semua bagiku
kalau ikut ujian lalu ditanya tentang pahlawan
namamu ibu, yang kan kusebut paling dahulu
lantaran aku tahu
engkau ibu dan aku anakmu

bila aku berlayar lalu datang angin sakal


Tuhan yang ibu tunjukkan telah kukenal

Ibulah itu, bidadari yang berselendang bianglala


sesekali datang padaku
menyuruhku menulis langit biru
dengan sajakku.

Analisis Unsur Intrinsik Puisi “Ibu”


1. Rima:
Adalah persamaan bunyi yang terdapat pada larik-larik sajak. Pada sajak “Ibu” tampak terutama
berupa dominasi rima akhir, walau juga terdapat rima tengah.
2. Diksi:
Yaitu pilihan kata sebagai simbol, hal ini karena bukan makna yang sebenarnya. Pada sajak “Ibu”
terdapat diksi pada kata gua pertapaanku sebagai simbol makna kehidupan di dalam kandungan.
Kemudian kata pahlawan adalah sebagai simbol seseorang yang telah berjasa besar dan telah rela
berkorban. Kata bidadari juga menyiratkan suatu simbol kecantikan lahiriah maupun keelokan
akhlak/budi pekerti. Dan kata bianglala adalah pelangi sebagai suatu simbol keindahan.
3. Majas:
Adalah ungkapan gaya dan rasa bahasa yang menunjukkan kepiawaian penyair. Pada sajak “Ibu”
pengarang menggunakan majas perbandingan yang disebut metafora.
4. Imaji (pencitraan):
Yakni pembayangan kembali (reproduksi mental suatu ingatan) terhadap pengalaman sensasional
(perasaan) dan pengalaman persepsional (fikiran). Pencitraan pada sajak “Ibu” berupa imaji visual
yaitu pembayangan kembali pengalaman sensasional-perseptual terhadap gambaran yang nampak,
terdapat pada: sumur-sumur, daunan, reranting, mataair, airmata, ibu, mayang siwalan, bunga,
langit, bumi, samudra, lautan, lumut, diri, pukat, sauh, lokan-lokan, mutiara, kembang laut, bidadari,
bianglala.

Kemudian imaji gerakan yaitu pembayangan kembali pengalaman sensasional-perseptual yang


berhubungan dengan gerakan, terdapat pada: merantau, mengalir, ronta, meletakkan, menunjuk,
mengangguk, mandi, mencuci, berlayar, menebar, melempar, ditanya, kusebut, tunjukkan,
berselendang, dan menulis.
5. Amanat:
Amanat penyair yang disampaikan dalam sajak Ibu adalah ajakan menyukuri nikmat karunia Tuhan
lewat sosok dan peranan seorang ibu, yang kasih sayangnya diibaratkan sepanjang jalan bila
dibanding bakti anak yang hanya sepanjang galah.

Contoh 5:
KARAWANG BEKASI

Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi


tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami, terbayang kami maju
dan mendegap hati?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan
dan harapan atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno,menjaga Bung Hatta,menjaga Bung Sjahrir
Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

Kenang, kenanglah kami yang tinggal tulang-tulang diliputi debu


Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi
Ayo ! Bung Karno kasi tangan mari kita bikin janji
Aku sudah cukup lama dengan bicaramu
dipanggang diatas apimu, digarami lautmu
Dari mulai tgl. 17 Agustus 1945
Aku melangkah ke depan berada rapat di sisimu
Aku sekarang api aku sekarang laut
Bung Karno ! Kau dan aku satu zat satu urat
Di zatmu di zatku kapal-kapal kita berlayar
Di uratmu di uratku kapal-kapal kita bertolak & berlabuh
(Karya: Chairil Anwar)

Analisis Unsur Intrinsik Puisi “Karawang Bekasi” Karya Chairil Anwar

Baca Juga:
Puisi Baru: Pengertian, Ciri-Ciri, Jenis dan Contohnya Lengkap
Puisi Lama: Pengertian, Ciri-Ciri, Jenis dan Contohnya Lengkap
Puisi Kontemporer: Pengertian, Ciri, Jenis dan Contohnya Lengkap

1. Tema:
Dalam puisi Karawang Bekasi kita dapat mengambil tema “Perjuangan”
2. Diksi:
Diksi atau pilihan kata yang digunakan dalam puisi tersebut adalah makna konotasi dan makna
denotasi.
3. Majas:
Majas yang digunakan dalam puisi Karawang Bekasi adalah Majas Metafora, adapun kutipan dalam
puisi tersebut adalah “Aku sekarang api aku sekarang laut”, Sang Penyair mengibaratkan dirinya
seperti laut dan api,mempunyai sifat-sifat seperti api yang selalu membakar dan panas.
4. Rima:
Adapun Rima yang digunakan adalah sebagai berikut :
● Pada bait pertama terdapat rima sempurna dan bersajak {aaaa}
● Pada bait kedua terdapat rima aliterasi dan bersajak {ab-aa}, dan ada perulangan kata “Kami”
● Pada bait ke tiga terdapat rima terbuka dan bersajak {aa} antara suku”sa” dan “wa”.
● Pada bait ke empat terdapat rima tertutup dan bersajak {bab}.
● Pada bait ke lima terdapat rima sempurna (berkata-berkata) dan bersajak {bab}.
● Pada bait ke enam terdapat rima rangkai bersajak {aaaa}
● Pada bait ke tujuh terdapat rima berpeluk dan pengulangan kata aku dan kami.
5. Amanat:
● Kita harus menghargai perjuangan para pahlawan
● Kita harus bekerja keras untuk mencapai cita-cita yang kita inginkan.
● Semangat perjuangan harus selalu mengelora meskibun berada di daerah yang dianggap kecil.

Contoh 6:
SERENADA KELABU

1
Bagai daun yang melayang.
Bagai burung dalam angin.
Bagai ikan dalam pusaran.
Ingin kudengar beritamu!
2
Ketika melewati kali
terbayang gelakmu.
Ketika melewati rumputan
terbayang segala kenangan.
Awan lewat indah sekali.
Angin datang lembut sekali.
Gambar-gambar di rumah penuh arti.
Pintu pun kubuka lebar-lebar.
Ketika aku duduk makan
kuingin benar bersama dirimu.
(Karya: W.S. Rendra)

Analisis Unsur Intrinsik Puisi “Serenada Kelabu” Karya W.S. Rendra


1. Tema:
Tema dari puisi Serenada Kelabu ini adalah kerinduan yang mendalam dalam diri seseorang.
2. Diksi (pilihan kata):
Dalam puisi ini, Rendra menggunakan pilihan kata yang tepat sehingga menimbulkan daya/kekuatan
yang diinginkannya. Seperti pada bait Ketika melewati kali terbayang gelakmu. Penyair memilih kata
gelak untuk menggantikan kata tawa, dengan tujuan untuk menambah nilai estetis puisi. Diksi
(pilihan kata) dalam puisi ini cukup sederhana, namun dalam kesederhanaan itulah letak kekuatan
dan keindahan puisi Serenada Kelabu ini.
4. Rima:
Rima adalah pengulangan bunyi untuk membentuk keindahan bunyi. Dalam puisi Serenada Kelabu
ini, Rendra juga bermain dengan bunyi untuk mencapai keindahan. Seperti pada bait berikut ini,
Rendra memanfaatkan rima akhir –an untuk menambah nilai estetis puisi.
Ketika melewati rumputan
terbayang segala kenangan.
Rima akhir dengan vocal –i juga membantu menambah nilai keindahan puisi:
Awan lewat indah sekali.
Angin datang lembut sekali.
Gambar-gambar di rumah penuh arti.
5. Tipografi:
Tipografi adalah penataan bentuk larik/baris dalam puisi yang dapat menambah aspek kekuatan
makna dan ekspresi penyair. Dalam hal ini, puisi Serenada Kelabu memiliki tipografi atau bentuk
yang biasa, Rendra tidak melakukan eksperimen pada bentuk puisi. Namun isi dan unsur lain yang
terkandung dalam puisi ini sudah cukup untuk menjadi kekuatan makna dan ekspresi Rendra.

Contoh 7:
DERAI-DERAI CEMARA
Cemara menderai sampai jauh
Terasa hari akan jadi malam
ada beberapa dahan ditingkap merapuh
dipukul angin yang terpendam

aku sekarang orangnya bisa tahan


sudah berapa waktu bukan kanak lagi
tapi dulu memang ada satu bahan
yang bukan dasar perhitungan kini

hidup hanya menunda kekalahan


tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah
1994
(Karya: Chairil Anwar)

Analisis Unsur Intrinsik Puisi “Derai-Derai Cemara” Karya Chairil Anwar


1. Tema: Perubahan dalam diri manusia yang terpisah dari kehidupan masa lalu.
2. Rasa: sedih.
3. Nada: iba atau merengek.
4. Amanat: kehidupan hanyalah perjalanan yang keras untuk ditempuh dan setiap manusia akan
mati dengan tenang kalau apa yang harapkannya tercapai.
5. Diksi: diksi yang digunakan dalam sajak ini sangat sederhana dan dingin, sehingga pembaca
seolah-olah mengalami pesakitan yang dialami oleh pengarang.
6. Imajinasi: imajinasi yang digunakan oleh pengarang sangat tinggi walaupun menggunakan kata-
kata yang sederhana tetapi sangat menyentuh hati pembaca.
7. Kata-kata konkret: kata-kata yang jika dilihat secara denotative sama, tetapi secara konotatif tidak
sama, bergantung pada situasi dan kondisi pemakainya.
8. Gaya bahasa: bahasa yang digunakan pengarang dalam sajak ini sangat sederhana, dan dengan
kesederhanaan itu pengarang mencapai kepada klimaks yang ingin disampaikan.
9. Irama: irama dalam sajak ini tidak terlalu tinggi-tidak juga rendah.
10. Rima: unsur bunyi dalam sajak ini sangat dingin sehingga menimbulkan kemerduan puisi, dan
dapat memberikan efek terhadap makna, nada dan suasana puisi tersebut.
Contoh 8:
JALAN SEGARA

Di sinilah penembakan
Kepengecutan
Dilakukan

Ketika pawai bergerak


Dalam panas matahari

Dan pelor pembayar pajak


Negeri ini

Ditembuskan ke punggung
Anak-anaknya sendiri
(Karya: Taufiq Ismail)

Analisis Unsur Intrinsik Puisi “Jalan Segera” Karya Taufiq Ismail


1. Tema: keprihatinan terhadap suatu kondisi Negara.
2. Rasa: prihatin mengingat kejadian yang telah terjadi.
3. Nada: sedih.
4. Diksi: diksi yang digunakan dalam sajak ini menggunakan makna konotasi atau tidak menggunakan
kata yang sebenarnya seperti layaknya puisi yang lain.
5. Gaya bahasa: bahasa yang digunakan pengarang dalam sajak ini sangat sederhana, dan dengan
kesederhanaan itu pengarang mencapai kepada klimaks yang ingin disampaikan.
6. Irama: irama dalam sajak ini tidak terlalu tinggi-tidak juga rendah.

Contoh 9:
PADAMU JUA

Habis kikis
segala cintaku hilang terbang
pulang kembali aku padamu
seperti dahulu

Kaulah kandil kemerlap


pelita jendela di malam gelap
melambai pulang perlahan
sabar, setia selalu.

Satu kekasihku
aku manusia
rindu rasa
rindu rupa.

Di mana engkau
rupa tiada
suara sayup
hanya kata merangkai hati

Engkau cemburu
engkau ganas
mangsa aku dalam cakarmu
bertukar tangkap dengan lepas

Nanar aku, gila sasar


sayang berulang padamu jua
engkau pelik menarik ingin
serupa dara di balik tirai

Kasihmu sunyi
menunggu seorang diri
lalu waktu - bukan giliranku
mati hari - bukan kawanku.
(Karya: Amir Hamzah)

Analisis Unsur Intrinsik Puisi “Padamu Jua” Karya Amir Hamzah


1. Tema: penantian.
2. Rasa: kesedihan.
3. Nada: sedih.
4. Diksi: diksi yang digunakan dalam sajak ini menggunakan makna konotasi atau tidak menggunakan
kata yang sebenarnya seperti layaknya puisi yang lain.
5. Gaya bahasa: bahasa yang digunakan pengarang dalam puisi ini sangat sederhana, dan dengan
kesederhanaan itu pengarang mencapai kepada klimaks yang ingin disampaikan.
6. Irama: irama dalam puisi ini tidak terlalu tinggi-tidak juga rendah.

Contoh 10:
KITA ADALAH PEMILIH SYAH REPUBLIK INI

Tidak ada lagi pilihan


Kita harus berjalan terus
Karena berhenti atau mundur
berarti hancur

apakah akan kita jual keyakinan kita


dalam pengabdian tanpa harga
akan maukah kita duduk satu meja
dengan para pembunuh tahun yang lalu
dalam setiap kalimat yang berakhiran
“Duli Tuanku!”

Tidak ada lagi pilihan


Kita harus berjalan terus

Kita adalah manusia bermata sayu,


Yang di tepi jalan mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh
Kita adalah berpuluh juta yang bertahan hidup sengsara
Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama
Dan bertanya-tanya diam inikah yang namanya merdeka
Kita yang tak punya dengan seribu slogan
Dan seribu pengeras suara yang hampa suara
Tidak ada lagi pilihan
Kita harus berjalan terus
(Karya: Taufiq Ismail dari Tirani dan Benteng, 1993

Analisis Unsur Intrinsik Puisi “Kita Adalah Pemilik Syah Republik Ini” Karya Taufiq Ismail
1. Tema: perjuangan.
2. Rasa: semangat.
3. Nada: keras dan penuh semangat.
4. Diksi: diksi yang digunakan dalam sajak ini menggunakan makna konotasi atau tidak menggunakan
kata yang sebenarnya seperti layaknya puisi yang lain.
5. Gaya bahasa: bahasa yang digunakan pengarang dalam puisi ini sangat sederhana, dan dengan
kesederhanaan itu pengarang mencapai kepada klimaks yang ingin disampaikan.
6. Irama: irama dalam puisi ini tidak terlalu tinggi-tidak juga rendah.

Anda mungkin juga menyukai