Anda di halaman 1dari 4

KERANGKA ACUAN KERJA/TERM OF REFERENCE

PELATIHAN TENAGA KESEHATAN DETEKSI DINI FAKTOR RISIKO (PTM)

PELAKSANAAN BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN KABUPATEN


PELATIHAN/ PENINGKATAN KAPASITAS TOPIK PRIORITAS
DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) NON FISIK BIDANG KESEHATAN
TAHUN ANGGARAN 2023

A. LATAR BELAKANG
1. Dasar Hukum
a. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan;
b. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan;
c. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2015 Tentang
Penanggulangan Penyakit Tidak Menular;
d. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019 Tentang Standar
Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan;
e. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2019 Tentang
petunjuk Teknis Pengunaan DAK Non Fisik Bidang Kesehatan;
f. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2019 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat;
g. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2020 Tentang
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2020-2024;
h. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2022 tentang
Rencana Strategis Kemenkes Tahun 2020 – 2024;
i. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 Tentang Standar Pelayanan Minimal;
j. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2020 Tentang RPJMN;

2. Gambaran Umum
Saat ini, Indonesia menghadapi tiga beban penyakit dalam pembangunan kesehatan,
yaitu disatu pihak masih banyaknya penyakit infeksi yang harus ditangani, penyakit menular
baru dan penyakit menular yang sudah lama hilang muncul kembali, sementara itu penyakit
tidak menular (PTM) semakin meningkat.
Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit yang seringkali tidak terdeteksi
karena tidak bergejala dan tidak ada keluhan. Biasanya ditemukan dalam tahap lanjut
sehingga sulit disembuhkan dan berakhir dengan kecacatan atau kematian dini. Keadaan
ini menimbulkan beban pembiayaan yang besar bagi penderita, keluarga dan negara.
Penyakit Tidak Menular (PTM) dapat dicegah melalui pengendalian faktor risiko, yaitu
merokok, kurang aktifitas fisik, diet yang tidak sehat dan konsumsi alkohol. Peningkatan
kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap faktor risiko Penyakit Tidak Menular (PTM)
sangat penting dalam pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM). Untuk itu diperlukan
pemberdayaan dan peran serta masyarakat yang dikenal dengan kegiatan pembinaan
terpadu (Posbindu) Penyakit Tidak Menular (PTM). Mencegah dan mengendalikan faktor
risiko relatif lebih murah bila dibandingkan dengan biaya pengobatan Penyakit Tidak
Menular (PTM).
Pengendalian faktor risiko Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan upaya untuk
mencegah Penyakit Tidak Menular (PTM), bagi masyarakat sehat, yang mempunyai faktor
risiko dan bagi penyandang Penyakit Tidak Menular (PTM), dengan tujuan bagi yang belum
memiliki faktor risiko agar tidak timbul faktor risiko Penyakit Tidak Menular (PTM),
kemudian bagi yang mempunyai faktor risiko diupayakan agar kondisi faktor risiko Penyakit
Tidak Menular (PTM) menjadi normal kembali dan atau mencegah terjadinya Penyakit
Tidak Menular (PTM), dan bagi yang sudah menyandang Penyakit Tidak Menular (PTM),
untuk mencegah komplikasi, kecacatan dan kematian dini serta meningkatkan kualitas
hidup.
Saat ini, Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian utama sebesar
36 juta (63%) dari seluruh kasus kematian yang terjadi di seluruh dunia, di mana sekitar 29
juta (80%) justru terjadi di negara yang sedang berkembang (WHO, 2010). Peningkatan
kematian akibat Penyakit Tidak Menular (PTM) di masa mendatang diproyeksikan akan
terus terjadi sebesar 15% (44 juta kematian) dengan rentang waktu antara tahun 2010 dan
2020. Kondisi ini timbul akibat perubahan perilaku manusia dan lingkungan yang cenderung
tidak sehat terutama pada negara - negara berkembang.
Pada awal perjalanan Penyakit Tidak Menular (PTM) seringkali tidak bergejala dan
tidak menunjukkan tanda klinis secara khusus sehingga datang sudah terlambat atau pada
stadium lanjut akibat tidak mengetahui dan menyadari kondisi kelainan yang terjadi pada
dirinya. Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013 menunjukkan bahwa 69,6% dari kasus
diabetes melitus dan 63,2% dari kasus hipertensi masih belum terdiagnosis. Keadaan ini
mengakibatkan penanganan menjadi sulit, terjadi komplikasi bahkan berakibat kematian
lebih dini.
Dalam kurun waktu tahun 1995 – 2007, kematian akibat Penyakit Tidak Menular
(PTM) mengalami peningkatan dari 41,7% menjadi 59,5%. Riset Kesehatan Dasar tahun
2013 menunjukkan prevalensi penyakit Stroke 12,1 per 1000, Penyakit Jantung Koroner
1,5%, Gagal Jantung 0,3%, Diabetes Melitus 6,9%, Gagal Ginjal 0,2%, Kanker 1,4 per
1000, Penyakit Paru Kronik Obstruktif 3,7% dan Cidera 8,2%.
Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi merokok 36,3%, dimana prevalensi
perokok laki – laki 68,8% dan perempuan 6,9% kurang aktifitas fisik 26,1%, kurang
konsumsi sayur dan buah 93,6%, asupan makanan yang berisiko PTM seperti makanan
manis 53,1%, makanan asin 26,2%, makanan tinggi lemak 40,7%, makanan berpenyedap
77,3% serta gangguan mental emosional 6,0%, obesitas umum 15,4% dan obesitas sentral
26,6%. Peningkatan prevalensi PTM berdampak terhadap peningkatan beban pembiayaan
kesehatan yang harus ditanggung negara dan masyarakat. Penyandang PTM memerlukan
biaya yang relatif mahal, terlebih bila kondisinya berkembang semakin lama (menahun) dan
terjadi komplikasi.
Angka penemuan kasus Diabetes Melitus (DM) melalui deteksi dini pada usia > 15
tahun di Kabupaten Bengkayang terjadi peningkatan dari tahun ke tahun. Dari data Dinas
Kesehatan dan KB Kabupaten Bengkayang, angka penemuan kasus Diabetes Melitus (DM)
yang dilakukan deteksi dini tahun 2020 sebanyak 541 orang (22,65 %), tahun 2021 sekitar
1.903 orang (83,38 %), dan tahun 2022 sampai bulan mei sekitar 3.176 orang (114,12) .dari
sasaran yang ada. Peningkatan kasus di temukan karena rutinnya Puskesmas melakukan
upaya deteksi dini di Posbindu maupun di pelayanan Puskesmas, sehingga dukungan
dalam upaya pelaksanaan deteksi dini tersebut perlu di lakukan dengan penyediaan
Posbindu Kit yang memadai sebagai dukungan terhadap upaya menurunkan angka
kejadian Penyakit Tidak Menular (PTM) melalui Posbindu PTM dengan deteksi dini kepada
seluruh masyarakat.
PANDU PTM adalah upaya pencegahan dan penanggulangan Penyakit Tidak
Menular melalui peningkatan kapasitas petugas dalam pelayanan deteksi dini, monitoring
dan tatalaksana Penyakit Tidak Menular melalui pendekatan faktor risiko dengan entry
point penatalaksanaan hipertensi dan Diabetes, sehingga harapannya dapat menurunkan
angka kesakitan Penyakit Tidak Menular.

No Rincian Menu/Kompoen Uraian


1 Pelatihan/ Peningkatan Kapasitas Topik Prioritas
1.2 Pelatihan Pelayanan Klaster Usia Produktif dan Lansia
a Pelatihan Tenaga Kesehatan Pelatihan tenaga kesehatan Deteksi Dini Faktor
Deteksi Dini Faktor Risiko Risiko PTM merupakan kegiatan untuk menjaga
(PTM) dan meningkatkan kompetensi tenaga Kesehatan
tentang Deteksi Dini Faktor Risiko PTM di FKTP
B. PENERIMA MANFAAT

Penerima
No Nama Kegiatan Jumlah
Manfaat
1. Pelatihan Tenaga Kesehatan Deteksi Dini 30 Orang (petugas
Faktor Risiko (PTM) Puskesmas) dengan
kriteria :
1. Dokter,
Perawat atau
pemegang program
Penyakit Tidak
Menular (PTM)
2. Membuat surat
pernyataan bersedia
tidak pindah tempat
tugas minimal selama
2 (dua) tahun

C. STRATEGI PECAPAIAN KELUARAN


Output Metode Tahapan Pelaksana
No Rincian
Satuan Volume Pelaksanaan
Menu/Komponen
1 Pelatihan Pelayanan Klaster Usia Produktif dan Lansia
a. Pelatihan Tenaga Dokumen 1 Swakelola 1. Persiapan
Kesehatan Deteksi Laporan Administrasi
Dini Faktor Risiko 2. Pelaksanaan
(PTM)
Kegiatan
3. Waktu Pelaksanaan
(September)
4. Pembuatan Laporan
akhir

D. KURUN WAKTU PENCAPAIAN KELUARAN


Pelatihan Pelayanan Klaster Usia Produktif dan Lansia (Pelatihan Pelayanan Terpadu Penyakit
Tidak Menular (Pandu PTM) di fasiltas Kesehatan Tingkat Pertama akan dilaksanakan dalam
kurun waktu Tahun Anggaran 2023. Rencana aksi dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

September
No Kegiatan
M1 M2 M3 M4
E. BIAYA YANG DIPERLUKAN
1. Persiapan
2. Pelaksanaan Kegiatan
3. Pelaporan
Biaya yang diperlukan untuk pencapaian keluaran Bantuan Operasional Kesehatan
Kabupaten Menu Pelatihan/ Peningkatan Kapasitas Topik Prioritas dengan sub menu
Pelatihan Pelayanan Klaster Usia Produktif dan Lansia (Pelatihan Pelayanan Terpadu
Penyakit Tidak Menular (Pandu PTM) di fasiltas Kesehatan Tingkat Pertama sebesar Rp.
292.400.600,- (Dua Ratus Sembilan Puluh Dua Juta Empat Ratus Ribu Enam Ratus Rupiah)
dengan kebutuhan per rincian menu kegiatan sebagai berikut:
No Rincian Menu Kegiatan Kebutuhan Biaya
1. Pelatihan Pelayanan Terpadu Penyakit Tidak Menular Rp. 292.400.600
(Pandu PTM) di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
Total Rp. 292.400.600

Rincian Anggaran Biaya (RAB) terlampir.

BENGKAYANG, 22 NOVEMBER 2022


KEPALA DINAS KESEHATAN PENGENDALIAN
PENDUDUK DAN KELUARGA BERENCANA
KABUPATEN BENGKAYANG,

ROSALINA NUNGKAT, S.K.M., M.K.M


Pembina Tk. I
NIP. 19661024 200312 2 002

Anda mungkin juga menyukai