Anda di halaman 1dari 47

STUDIO PROSES PERENCANAAN

IDENTIFIKASI KETERSEDIAAN DAN KONDISI RUANG TERBUKA


HIJAU DI KOMPLEK PERUMAHAN BARU

Lokasi Studi: Perumahan BLK, Dusun Lamkuta, Desa Blang Krueng,


Kecamatan Baitussalam, Kabupaten Aceh Besar

Disusun Oleh :
Raihan Athallah Riqli (2204110010007)

Dosen Pembimbing :
Siti Zahrina Fakhrana, S.Ars., M.Sc.

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


JURUSAN ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2023
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan segala puji kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan segala berkat rahmat, taufiq, hidayah, dan petunjuk-Nya
sehingga dapat menyelasaikan laporan ini sebagai tugas mata kuliah Studio Proses
Perencanaan. Laporan ini berjudul “Identifikasi Ketersediaan dan Kondisi Ruang
Terbuka Hijau di Komplek Perumahan Baru “. Tidak lupa pula shalawat beserta
salam kepada Nabi Muhammad SAW yang telah diutus oleh Allah dalam membawa
ilmu pengetahuan dan memperbaiki akhlak pada kehidupan manusia.

Laporan ini mungkin tidak akan selesai tanpa bantuan dari beberapa pihak
yang terus membimbing penulis untuk menyelesaikannya. Terima kasih penulis
ucapkan kepada Ibu Siti Zahrina Fakhrana, S.Ars., M.Sc., Selaku dosen
pembimbing yang senantiasa memberikan arahan dan bimbingan dalam laporan ini.
Serta saya ucapkan terima kasih kepada seluruh dosen lainnya dan semua pihak
yang membantu penulis dalam penyusunan laporan ini yang saya tak bisa sebutkan
satu per satu Namanya.

Penulis berharap penyusunan laporan ini dapat memberikan manfaat


sebagai referensi atau bahan bacaan bagi berbagai pihak. Dalam Menyusun laporan
ini masih jauh dari kata sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi sempurnanya laporan ini. Apabila ada kata
kata yang kurang berkenan, saya sebagai penulis meminta maaf yang sebesar-
besarnya. Terima kasih atas perhatiannya dan smeoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.

Banda Aceh, 5 Februari 2023

Raihan Athallah Riqli

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................ vi
BAB I ................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ............................................................................... 2

1.3. Tujuan dan Sasaran .............................................................................. 3

1.4. Ruang Lingkup .................................................................................... 3

BAB II .................................................................................................................. 4

TINJAUAN TEORI DAN KEBIJAKAN ........................................................... 4

2.1. Tinjauan Teori ..................................................................................... 4

2.2. Kebijakan ............................................................................................. 9

BAB III .............................................................................................................. 13

METODOLOGI PERENCANAAN .................................................................. 13

3.1. Lokasi Studi ......................................................................................... 13

3.2. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 16

3.3. Metode Analisis Data .......................................................................... 16

3.4. Desain Survey ...................................................................................... 17

3.5. Rencana Kerja....................................................................................... 18

BAB IV .............................................................................................................. 19

GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI ..................................................... 19

ii
4.1. Letak Geografis dan Batas Administrasi Kab. Aceh Besar ................. 19

4.2. Letak Geografis dan Batas Administrasi Kec. Baitussalam ................ 20

4.3. Letak Geografis Wilayah Studi ........................................................... 20

4.4. Demografis Wilayah Studi .................................................................. 22

4.5. Kondisi Eksisting RTH di Perumahan BLK dan Sekitarnya ............... 23

BAB V .............................................................................................................. 25

ANALISIS DAN PEMBAHASAN .............................................................. 25

5.1. Analisis Ketersediaan, Kondisi dan Pemanfaatan RTH ....................... 25

BAB VI .............................................................................................................. 38

KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................... 38

6.1. Kesimpulan .......................................................................................... 38

6.2. Saran .................................................................................................... 39

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... vii

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Peta Wilayah Studi ….……………………………………………. 13

Gambar 3.2 Peta Perumahan BLK ………………….…………………………..14

Gambar 4.1 Peta Administrasi Kabupaten Aceh Besar ………….……..………19

Gambar 4.2 Peta Letak Geografis dan Batas Administrasi Kec. Baitussalam......20

Gambar 4.3 Peta Wilayah Studi Desa Blang Krueng ….…………………..….. 21

Gambar 4.4 Peta Wilayah Studi Perumahan BLK ………………….…………..22

Gambar 4.5 Peta Sebaran RTH Publik Desa Blang Krueng ……………………23

Gambar 5.1 Peta RTH Perumahan BLK dan Sekitarnya ……………………….25

Gambar 5.2 Peta Sebaran RTH Publik di Desa Blang Krueng …………………26

Gambar 5.3 Lapangan Bola Desa Blang Krueng ……………………………….27

Gambar 5.4 Kebun Desa ………………………………………………………..27

Gambar 5.5 Sawah Desa ………………………………………………………..27

Gambar 5.6 Tempat Pemakaman Umum ……………………………………….27

Gambar 5.7 Perkarangan Meunasah Desa Blang Krueng ………………………27

Gambar 5.8 Peta Sebaran RTH Privat di Dusun Lamkuta ……………………...28

Gambar 5.9 Peta RTH Privat di Perumahan BLK ………………………………29

Gambar 5.10 RTH Perkarangan Rumah ………………………………………...29

Gambar 5.11 RTH Lahan Kosong Warga ………………………………………29

Gambar 5.12 RTH Pemakaman Pribadi ………………………………………...30

Gambar 5.13 RTH Sawah Warga ……………………………………………….30

Gambar 5.14 Menanam Tanaman di RTH Privat yang Dimiliki ………………..31

iv
Gambar 5.15 Lahan RTH Privat yang Disediakan Perumahan BLK Sudah Sesuai
dengan Kebutuhan Anda …………………………………………32

Gambar 5.16 RTH Privat Berpengaruh Terhadap Kesejukan Lingkungan ……...33

Gambar 5.17 Pernah Menggunakan RTH Publik Milik Desa Blang Krueng ……33

Gambar 5.18 RTH Publik di Sekitar Perumahan BLK Digunakan Sesuai


Fungsinya…………………………………………………………34

Gambar 5.19 RTH Publik Desa Blang Krueng Memiliki Penerangan yang Baik
pada Malam Hari …………………………………………………35

Gambar 5.20 RTH Publik Dalam Kondisi Kebersihan yang Baik………………..36

Gambar 5.21 RTH Milik Desa Blang Krueng Dikelola dengan Baik oleh Aparat
Desa ………………………………………………………………37

v
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Data Primer yang Diperlukan …….…………………………………..14

Tabel 3.2 Data Sekunder yang Diperlukan …………….………………………..15

Tabel 3.3 Desain Survey …………………….…………………………………..17

Tabel 3.4 Rincian Kegiatan …………………….……………………………….18

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kec. Baitussalam 2019-2021 ………………….….22

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Desa Blang Krueng 2019-2021 …………..…….... 23

Tabel 5.1 Hasil Observasi RTH …………………………………………………30

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu wilayah di permukaan bumi
yang didominasi oleh tumbuhan hijau yang dirangsang tumbuh untuk melakukan
berbagai fungsi. Menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007, ruang terbuka
hijau adalah suatu areal/jalur memanjang dan/atau gabungan areal yang digunakan
secara lebih terbuka, tempat tumbuhnya tanaman, baik yang tumbuh secara alami
maupun yang sengaja ditanam.

Meningkatnya pembangunan di perdesaan memberikan banyak dampak


positif bagi masyarakat, namun juga banyak menimbulkan dampak negatif terhadap
lingkungan, terutama dalam hal jumlah Ruang Terbuka Hijau (RTH). Tingkat
pertumbuhan penduduk dan perkembangan tren ekonomi seringkali tidak sesuai
dengan tata kota sehingga menimbulkan ketimpangan hubungan antara masyarakat
dengan sarana dan prasarana, misalnya dalam hal kecukupan Ruang Terbuka Hijau
(RTH). Banyak Ruang Terbuka Hijau (RTH) di dunia ini yang berubah fungsi
menjadi hunian, komersial atau fasilitas lainnya. Ini luar biasa, karena ruang terbuka
hijau itu sendiri merupakan “paru-paru” bagi lingkungan sekitarnya.

Desa merupakan salah satu kajian yang menarik dalam perencanaan


wilayah dan kota karena sebuah desa pasti memiliki permasalahan yang cukup
kompleks. Fenomena seperti pertumbuhan penduduk, kemajuan pembangunan dan
kegiatan sosial ekonomi sangat berpengaruh terhadap munculnya isu atau
permasalahan di desa, seperti masalah Ruang Terbuka Hijau (RTH). Padahal, desa
ini dikenal sebagai kawasan yang masih menyimpan keindahan ruang hijaunya.
Namun, beberapa fenomena saat ini mempengaruhi kecukupan lahan dan
keberlangsungan ruang terbuka hijau (RTH).

Desa Blang Krueng adalah salah satu desa di kabupaten Aceh Besar dan
Kecamatan Baitussalam yang masih memiliki kekayaan tumbuhan hijau yang
berlimpah. Tetapi, pertumbuhan aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat yang
pesat mempengaruhi tingkat peningkatan kebutuhan akan lahan.

1
Peningkatan ini memberikan dampak yang signifikan terhadap
penggunaan dan pemanfaatan lahan di Desa Blang Krueng. Perubahan pemanfaatan
dan penggunaan lahan di desa ini tentunya mengganggu keberadaan ruang terbuka
hijau baik dari segi persentase kumulatif maupun pemanfaatannya.

Desa Blang Krueng yang dekat dengan dua universitas di Banda Aceh
menjadi salah satu desa yang menjadi pilihan tempat tinggal oleh Sebagian
mahasiswa. Hal tersebut menarik perhatian para developer untuk membangun
perumahan-perumahan baru dan membuat jumlah penduduk meningkat dari tahun
ke tahun. Atas fenomena tersebut, tentunya RTH di Desa Blang Krueng menjadi
sedikit terganggu.

Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan elemen penting dalam kehidupan


masyarakat. Ruang Terbuka Hijau (RTH) memiliki fungsi utama sebagai suplai
oksigen dan memiliki fungsi lain yang sangat bermanfaat bagi masyarakat karena
ruang terbuka hijau memiliki peran yang sangat penting bagi masyarakat. Namun
seringkali masyarakat tidak menyadari hal ini, sehingga masyarakat tidak peduli
dengan ruang terbuka hijau. Dengan ruang terbuka hijau, masyarakat dapat
memiliki tempat bersosialisasi, berolahraga, dan berekreasi. Namun, kurangnya
kesadaran dan pengetahuan masyarakat membuat ruang terbuka hijau lebih rentan
rusak atau hilang.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjabaran latar belakang mengenai analisis kecukupan Ruang


Terbuka Hijau (RTH) di perumahan baru Kawasan Blang Krueng, Kecamatan
Baitussalam, Kabupaten Aceh Besar, dapat dirumuskan permasalahannya sebagai
berikut:

a) Apakah Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Perumahan BLK Desa Blang


Krueng, Aceh Besar tercukupi menurut ketentuan yang berlaku?
b) Bagaimana kondisi dan penggunaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di
Perumahan BLK dan sekitarnya oleh masyarakat Desa Blang Krueng?

2
1.3. Tujuan dan Sasaran

Berdasarkan rumusan masalah yang dijabarkan di atas, maka tujuan dan


sasaran pembuatan laporan ini adalah sebagai berikut:

1.3.1. Tujuan
1. Mengetahui kecukupan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Perumahan
BLK Desa Blang Krueng, dan sekitarnya.
2. Mengetahui kondisi lahan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Perumahan
BLK Desa Blang Krueng, dan sekitarnya.

1.3.2. Sasaran
1. Menganalisa ketersidiaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang cukup bagi
kehidupan Perumahan BLK di desa Blang Krueng.

1.4. Ruang Lingkup


1.4.1. Ruang Lingkup Wilayah

Tempat dan lokasi studi yang akan dianalisis berada di perumahan BLK
Desa Blang Krueng, Kecamatan Baitussalam, Kabupaten Aceh Besar yang
memiliki luas sebesar 1,11 km2 atau 111 hektare. Desa ini memiliki 5 dusun dan
didominasi oleh bangunan tempat tinggal dan persawahan. Desa ini berbatasan
dengan desa-desa lainnya, Adapun batas-batas administrasinya sebagai berikut:

a) Bagian utara : Desa Cadek, Kec. Baitussalam


b) Bagian barat : Desa Rukoh, Kec. Syiah Kuala
c) Bagian timur : Desa Kajhu, Kec. Baitussalam
d) Bagian selatan : Desa Tanjung Deah dan Desa Tanjung Selamat,
Kec. Darussalam

1.4.2. Ruang Lingkup Substansi

Dalam Laporan ini, ruang lingkup substansi yang dibahas oleh penulis,
penulis, memfokuskan pada ketersediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) perumahan
BLK di Desa Blang Krueng dan juga membahas sedikit tentang pemanfaatan RTH
oleh masyarakat setempat.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI DAN KEBIJAKAN

2.1. Tinjauan Teori

2.1.1. Pengertian Ruang Terbuka Hijau

Dalam ruang spasial terdapat dua jenis ruang terbuka public (open spaces),
yang terdiri dari ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non-hijau. Ruang Terbuka
Hijau (RTH) merupakan suatu bagian dari ruang terbuka suatu wilayah yang
dipadati oleh banyak tumbuhan, tanaman, berbagai macam flora guna
menghasilkan manfaat ekologis, sosial, estetis, pendidikan, planologi, dan
sebagainya, Selain Ruang Terbuka Hijau (RTH), terdapat pula ruang terbuka non-
hijau, yaitu ruang terbuka yang tidak padat ditumbuhi oleh tanaman hijau, atau lain
sebagainya. Ruang terbuka non-hijau dapat berupa ruang terbuka yang sudah
dilakukan pengerasan atau ruang terbuka biru (perairan). (Dwiyanto, 2009)

Undang-undang No. 26 Tahun 2007 menetapkan bahwa Ruang Terbuka


Hijau (RTH) kawasan yang memanjang dan mengelompok, yang penggunaannya
lebih bersifat terbuka, tempat tumbuhnya tanaman, baik yang tumbuh secara alami
maupun yang sengaja ditanam. Permendagri No. 1 Tahun 2007 menyebutkan
bahwa Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah bagian dari ruang terbuka di kawasan
perkotaan yang dipenuhi tanaman dan tanaman yang memberikan manfaat
lingkungan, sosial, budaya, ekonomi, dan estetika.

Menurut Chafid Fandeli (2004), kawasan terbuka hijau (RTH) merupakan


bagian dari tata ruang yang dimaksudkan untuk berfungsi sebagai kawasan lindung.
Ruang terbuka ini terdiri dari lansekap kota, kawasan hijau kehutanan kota,
kawasan hijau rekreasi perkotaan, kawasan hijau olahraga, dan kawasan hijau
perkarangan.

2.1.2. Fungsi dan Manfaat Ruang Terbuka Hijau

Ada banyak keistimewaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang bisa


dinikmati dari lingkungan sekitar. Ruang Terbuka Hijau (RTH) dapat berfungsi
secara ekologis, sosial/budaya, arsitektural dan ekonomi. Dari segi ekologis,

4
kawasan hijau dapat mengurangi risiko terjadinya banjir, menyerap air hujan,
meningkatkan kualitas air tanah, dan menyerapnya karbon, mendinginkan
lingkungan, dan menghasilkan oksigen.

Dari segi sosial/budaya, keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)


memberikan fungsi sebagai ruang bersosialisasi, tempat rekreasi, tempat
mengekspresikan budaya/adat, dan lain-lain. Bentuk ruang terbuka yang
menjalankan fungsi sosial, seperti taman kota, lapangan olah raga, kuburan, dan
lain-lain.

Beralih ke aspek arsitektural, Ruang Terbuka Hijau berfungsi untuk


meningkatkan keindahan dan kenyamanan melalui keberadaan taman-taman,
hamparan bunga, dan jalur-jalur hijau yang asri dan indah. Bahkan dalam bidang
ekonomi, Ruang Terbuka Hijau (RTH) berfungsi sebagai tempat para pengusaha
pertanian dapat mengembangkan urban agriculture, mengembangkan sarana
fasilitas hijau, tempat mengembangkan kegiatan kreatif tertentu, dan sebagainya.

Fungsi-fungsi RTH pada suatu kawasan berdasarkan Permendagri No. 1 Tahun


2007 adalah:

- Pengamanan keberadaan Kawasan lindung perkotaan;


- Pengendali pencemaran dan kerusakan tanah, air, dan udara;
- Tempat perlindungan plasma nuftah dan keanekaragaman hayati;
- Sarana estetika kota;
- Pengendali tata air

Sedangkan manfaat yang dihasilkan dari RTH menurut Permendagri No. 1 Tahun
2007 adalah:

- Sarana untuk mencerminkan identitas daerah;


- Sarana rekreasi aktif dan pasif serta interaksi sosial;
- Menumbuhkan rasa bangga dan meningkatkan prestise daerah;
- Sarana ruang evakuasi untuk keadaan darurat;
- Sarana penelitian, Pendidikan, dan penyuluhan;
- Meningkatkan nilai ekonomi lahan perkotaan;
- Sarana aktivitas sossial bagi anak-anak, remaja, dewasa, dan manula;

5
- Memperbaiki iklim mikro; dan
- Meningkatkan cadangan oksigen di perkotaan

Seperti yang tertulis di dalam Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan


Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan, turunan Permen PU No. 5 Tahun
2008, terdapat 2 manfaat dari tersedianya Ruang Terbuka Hijau (RTH), yaitu:

a. Manfaat langsung, yaitu kenyamanan dan keasrian (segar, sejuk dan teduh)
dan menghasilkan material yang bernilai ekonomis seperti kayu, bunga,
buah-buahan, dan sebagainya. Manfaat langsung ini bersifat tangible,
manfaatnya bisa dirasakan dengan cepat.
b. Manfaat tidak langsung, yaitu membersihkan udara dengan sangat efektif,
menjaga keberadaan air tanah, menjaga fungsi lingkungan dan segala isinya.
Manfaat tidak langsung dalam arti intangible, yaitu manfaat akan terjadi
secara pasif dan dalam jangka Panjang.

2.1.3. Jenis Ruang Terbuka Hijau

Ruang terbuka hijau pada dasarnya adalah area yang dipenuhi tanaman
hijau. Namun, berdasarkan hasil pemikiran manusia dan perbedaan kebutuhan yang
muncul dari waktu ke waktu, maka dikembangkan berbagai jenis ruang terbuka
hijau untuk pemanfaatan yang lebih baik di masyarakat. Seperti yang tertera di
dalam Permendagri No. 1 Tahun 2007, jenis Ruang Terbuka Hijau (RTH )
Meliputi:

- Taman kota;
- Taman rekreasi;
- Taman lingkungan perkantoran dan Gedung komersial;
- Taman lingkungan perumahan dan pemukiman;
- Taman wisata alam;
- Taman hutan raya;
- Hutan lindung;
- Hutan kota;
- Kebun binatang;
- Kebun raya;

6
- Pemakaman umum;
- Cagar alam;
- Bentang alam seperti gunung, bukit, lereng, dan lembah;
- Lapangan upacara;
- Lapangan olah raga;
- Parker terbuka;
- Lahan pertanian perkotaan;
- Jalur dibawah tegangan tinggi (SUTT dan SUTET);
- Sempadan sungai, pantai, rawa, dan bangunan;
- Jalur pengaman jalan, rel kereta api, median jalan, pipa gas, dan pedestrian;
- Kawasan dan jalur hijau;
- Taman atap (roof garden); dan
- Daerah penyangga (buffer zone) lapangan udara.

2.1.4. Penyediaan Ruang Terbuka Hijau

Banyak hal yang dapat dilakukan di daerah perkotaan, seperti tempat


tinggal, tempat kerja dan kantor pemerintahan. Hal yang sangat penting untuk
diperhatikan adalah penyebaran Ruang Terbuka Hijau (RTH) di suatu kawasan.
Pergerakan pembangunan yang pesat di perkotaan seringkali mengabaikan
ketersediaan ruang terbuka hijau. Oleh karena itu, untuk menjaga agar ruang
terbuka hijau tetap terbuka, maka para pihak terkait harus memastikan adanya ruang
terbuka hijau. Ketentuan ini terbagi menjadi 2 ketentuan yaitu ketentuan
berdasarkan luas wilayah dan berdasarkan jumlah penduduk. Berikut ketentuannya:

A. Penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) berdasarkan luas wilayah.

Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (Permen PU) No. 5 Tahun


2008 dijelaskan bahwa ketentuan penyediaan RTH berdasarkan luas wilayah adalah
sebagai berikut:

- Proporsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada wilayah perkotaan adalah


sebesar minimal 30% yang terdiri dari 20% RTH publik dan 10% RTH
privat

7
- Apabila luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang ada di Kawasan tersebut,
baik RTH publik maupun RTH privat tekah melewati batas minimum
seperti yang disebutkan sebelumnya, maka proporsi tersebut harus di
pertahankan keberadaannya.

Proporsi 30% yang disebutkan di pertaruran tersebut merupakan jumlah


ukuran yang paling sedikit untuk menjaga keseimbangan ekosistem dari sebuah
kota, baik keseimbangan hidrologi, iklim mikro dan ekosistem lainnya, yang dapat
meningkatkan suplai udara yang sangat dibutuhkan masyarakat, dan tentunya
menambah keindahan Kawasan tersebut. Pada UU No. 26 Tahun 2007 juga diatur
mengenai proporsi RTH. Di dalam UU tersebut tepatnya pada pasal 29 ayat 2
dijelaskan bahwa proporsi 30 persen merupakan ukuran minimal untuk menjamin
keseimbangan ekosistem.

Untuk meningkatkan peran dan proporsi ruang terbuka hijau di kota,


pemerintah, masyarakat, dan swasta didorong untuk menanam tanaman di
bangunan mereka. Area seluas 30% dari total area dapat dicapai secara bertahap
melalui pengelompokan lahan-lahan secara tipikal.

B. Penyediaan RTH berdasarkan kebutuhan fungsi tertentu.

Dalam kategori ini, peran Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah untuk
melindungi atau mengamankan sarana dan prasarana, misalnya menjaga kelestarian
sumber daya, perlindungan terhadap pejalan kaki atau membatasi perluasan
penggunaan lahan sehingga fungsi utama lahan tersebut tidak terganggu. Kategori
RTH ini meliputi; RTH di sepanjang sungai, RTH di sepanjang pantai, jalur hijau
di sepanjang rel kereta api, jalur hijau jaringan listrik bertegangan tinggi, dan RTH
pelindung mata air.

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dipahami jika semua aspek proporsi


penyediaan ruang terbuka hijau di suatu kawasan diatur secara cermat oleh
pemerintah, karena kota harus menyediakan ruang terbuka hijau minimal 30% dari
total luas wilayah. Dari kuota 20% tersebut merupakan ruang terbuka hijau yang
bersifat publik dan dikelola oleh Negara, sedangkan 10% sisanya dikelola oleh
perseorangan dan bersifat privat. Pemerintah tidak hanya menetapkan aturan

8
berdasarkan luas wilayah, tetapi juga jumlah penduduk. Hal ini bertujuan untuk
menemukan keseimbangan antara jumlah penduduk di lingkungan tersebut dan luas
ruang terbuka hijau di wilayah tersebut untuk pasokan oksigen yang cukup.

2.2. Kebijakan

2.2.1. Undang-undang Republik Indonesia

1. UU No. 26 Tahun 2007

Pasal 1 :

Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah area memanjang/jalur dan/atau


mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh
tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.

Pasal 29:
(1) Ruang Terbuka Hijau (RTH) terdiri dari ruang terbuka hijau publik dan
ruang terbuka hijau privat.

(2) Proporsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada wilayah kota paling sedikit
30 persen dari luas wilayah kota.

(3) Proporsi ruang terbuka publik pada wilayah kota paling sedikit 20
persen dari luas wilayah kota

2.2.2. Intruksi dan Peraturan Menteri


1. Permendagri No. 1 Tahun 2007
a. RTH adalah bagian dari ruang terbuka suatu Kawasan pperkotaan
yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat
ekologi, sosial, budaya, ekonomi, dan estetika.
b. Fungsi-fungsi RTH
- Pengamanan keberadaan Kawasan lindung perkotaan;
- Pengendali pencemaran dan kerusakan tanah, air, dan udara;
- Tempat perlindungan plasma nuftah dan keanekaragaman hayati;
- Pengendali tata air; dan
- Sarana estetika kota.

9
c. Manfaat RTH
- Sarana untuk mencerminkan identitas daerah;
- Sarana penelitian, Pendidikan, dan penyuluhan;
- Sarana rekreasi aktif dan pasif serta interaksi sosial;
- Meningkatkan nilai ekonomi lahan perkotaan;
- Menumbuhkan rasa bangga dan meningkatkan prestise daerah;
- Sarana aktivitas sosial bagi anak-anak, remaja, dewasa, dan manula;
- Sarana ruang evakuasi untuk keadaan darurat
- Memperbaiki iklim mikro; dan
- Meningkatkan cadangan oksigen di perkotaan.
d. Jenis RTH meliputi
- Taman kota;
- Taman wisata alam;
- Taman rekreasi;
- Taman lingkungan perumahan dan pemukiman;
- Taman lingkungan perkantoran dan Gedung komersial;
- Taman hutan raya;
- Hutan kota;
- Hutan lindung;
- Bentang alam seperti gunung, bukit, lereng, dan lembah;
- Cagar alam;
- Kebun raya;
- Kebun binatang;
- Pemakaman umum;
- Lapangan olah raga;
- Lapangan upacara;
- Parkir terbuka;
- Lahan pertanian perkotaan;
- Jalur dibawah tegangan tinggi (SUTT dan SUTET);
- Sempadan sungai, pantai, bangunan, situ dan rawa;
- Jalur pengaman jalan, median jalan, rel kereta api, pipa gas, dan
pedestrian;

10
- Kawasan dan jalur hijau;
- Daerah penyangga (buffer zone) lapangan udara; dan
- Taman atap (roof garden).

2. Peraturan Menteri PU No. 5 Tahun 2008

Pedoman penyediaan dan pemanfaatn Ruang Terbuka Hijau (RTH) di


Kawasan perkotaan:

- 2 manfaat terbangunnya Ruang Terbuka Hijau (RTH), yaitu:


a. Manfaat langsung, yaitu memberikan kenyamanan dan keasrian
(segar, sejuk, dan teduh) dan mendapatkan bahan-bahan yang
bernilai ekonomis seperti kayu, bunga, buah, dan sebagainya.
Manfaat langsung ini dalam pengertiannya bersifat tangible, dapat
dirasakan manfaatnya dengan cepat.
b. Manfaat tidak langsung, yaitu membersihkan udara dengan sangat
efektif, memelihara kontinuitas eksistensi air tanah, dan pelestarian
fungsi lingkungan beserta seluruh hal yang ada didalamnya.
Manfaat tidak langsung dalam pengertiannya bersifat intangible,
yaitu manfaatnya akan muncul secara pasif dan berjangka panjang.

- Ruang Terbuka Hijau (RTH) dapat dibedakan menjadi dua hal yakni
RTH alami dan RTH non-alami. RTH alami sendiri berupa habitat liar
alami, kawasan lindung dan taman-taman nasional. Sedangkan RTH
non-alami atau juga disebut RTH binaan itu seperti taman, lapangan
olahraga, pemakaman dan kebun bunga.

- Ketentuan penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) berdasarkan luas


wilayah adalah sebagi berikut:
a. Proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal
30% yang terdiri dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10%
terdiri dari tuang terbuka hijau privat;

11
b. Apabila luas RTH yang ada di kawasan tersebut, baik publik
maupun privat, telah melewati batas minimum seperti yang
disebutkan sebelumnya, maka proporsi tersebut harus tetap
dipertahankan keberadaanya.

12
BAB III
METODOLOGI PERENCANAAN

3.1. Lokasi Studi


Lokasi Studi pada Studio Proses Perencanaan ini berada perumahan BLK
di Dusun Lamkuta, Desa Blang Krueng, Kecamatan Baitussalam, Kabupaten Aceh
Besar, Nanggroe Aceh Darussalam

Gambar 3.1 Peta Wilayah Studi

Desa Blang Krueng terdiri dari 5 dusun yaitu Dusun Cot Sibaty, Dusun
Meunasah Trieng, Dusun Ujong Timpeun, Dusun Lamkuta, dan Dusun Meunasah
Bayi. 5 dusun ini membentuk Desa Blang Krueng yang memiliki luas sebesar 111
hektare.

13
Gambar 3.2 Peta Perumahan BLK

Perumahan BLK merupakan salah satu perumahan baru di antara 10


perumahan baru yang ada di Dusun Lamkuta, di bangun pada tahun 2020 dan berada
di Desa Blang Krueng, memiliki luas 6.361m², dan terdiri dari dua blok atau dua
lorong yang berisikan 32 rumah dengan tipe 36,dan 5 kos-kosan.

3.2. Metode Pengumpulan Data

Pada sebuah penelitian terdapat data primer dan data sekunder. Data
primer sendiri merupakan data yang dapat diperoleh langsung dari subjek
penelitian, seperti wawancara, kuesioner, dan angket/observasi. Sedangkan data
sekunder adalah data yang dapat diakses melalui media yang berhubungan dengan
masyarakat, seperti literatur, majalah, media online, dll. Data primer yang
dibutuhkan ditampilkan dalam tabel.

Tabel 3.1 Data Primer yang Diperlukan

Jenis data Sumber data


Jumlah RTH Observasi
Aktivitas penduduk terhadap RTH Kuisioner

14
Kondisi fisik RTH Observasi
Jenis-jenis RTH Observasi
Peran RTH terhadap kehidupan masyarakat Kuisioner

Dalam memperoleh data-data yang dibutuhkan sesuai dengan permasalahan di


lokasi, penulis mengaplikasikan metode pengumpulan data sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengamati langsung ke lokasi penelitian untuk mendapatkan data yang
akurat dan membandingkan data lain dengan keadaan yang sebenarnya.
Observasi dilakukan untuk mendapatkan informasi fisik ruang terbuka hijau
dan juga untuk mendapatkan data jumlah ruang terbuka hijau yang ada di
perumahan BLK Desa Blang Krueng.
2. Kuisioner
Kuesioner atau angket merupakan bagian dari teknik pengumpulan data.
Teknik ini dilakukan dengan membagikan sebuah daftar pertanyaan tertulis
kepada responden yang bersangkutan, dalam hal ini masyarakat perumahan
BLK Desa Blang Krueng. Pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan
berbagai pertanyaan seputar ruang terbuka hijau perumahan BLK Desa
Blang Krueng dan manfaat yang dirasakan masyarakat. Kuesioner
dibagikan secara langsung atau online.
Data sekunder yang diperlukan yaitu seperti yang tertulis pada tabel.

Tabel 3.2 Data Sekunder yang Diperlukan


Jenis data Sumber Data

Jumlah penduduk Desa Blang Krueng Studi Dokumen


Luas wilayah Studi Dokumen

Peta wilayah studi Google Earth dan ArcGis

15
3.3. Metode Analisis Data
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif.
Menurut Sugiyono (2008), penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang
didasarkan pada filosofi positivisme, digunakan untuk meneliti populasi atau
sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis
data adalah analisis kuantitatif atau statistik untuk menetapkan hipotesis yang sudah
ditetapkan. Metode penelitian kuantitatif sangat erat kaitannya dengan angka yang
dianalisis dengan menggunakan teknik statistik untuk menganalisis hasilnya.
Analisis adalah proses memecah topik atau materi yang kompleks atau
rumit menjadi bagian-bagian yang lebih kecil untuk mendapatkan informasi yang
lebih baik dan lebih dalam. Analisis juga dapat diartikan sebagai kegiatan menelaah
suatu peristiwa untuk menemukan keadaan yang sebenarnya. Oleh karena itu, dapat
dipahami bahwa analisis data adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengubah data
penelitian menjadi data kecil berupa informasi yang nantinya akan digunakan.
Metode analisis yang akan digunakan adalah analisis deskriptif. Analisis
deskriptif merupakan analisis yang berusaha memperoleh gambaran tentang suatu
gejala, kejadian, dan peristiwa yang terjadi.
Didalam penelitian ini, akan diteliti berapa luasan total RTH yang terdapat
di perumahan BLK Desa Blang Krueng melalui observasi, lalu akan dibandingkan
dengan luasan total wilayah sehingga dapat diketahui bagaimana kondisi
ketersediaan RTH di perumahan BLK menurut ketentuan yang berlaku. Tidak
hanya ketersediaan, kondisi dan keberlanjutan RTH oleh masyarakat juga akan
ditelusuri melalui penyebaran kuisioner atau angket.

16
3.4. Desain Survey
Tabel 3.3 Desain Survey

TUJUAN VARIABEL INDIKATOR JENIS SUMBER OUTPUT


SURVEY DATA DATA
1 Mengidentifikasi Ketersediaan - Ketersediaan • Observasi Untuk
ketersediaan RTH RTH RTH Primer • Permen PU mengetahui
- Jenis RTH
yang ada di Sekunder No5 Tahun ketersediaan
- Sebaran
perumahan BLK RTH 2008 RTH di
Desa Blang perumahan
Krueng BLK Desa
berdasarkan Blang Krueng
peraturan yang
berlaku.

2 Mengidentifikasi Kondisi fisik - Kondisi Primer • Observasi Untuk


kondisi lahan eksisting • Kuisioner mengetahui
RTH
RTH oleh kondisi nyata
- Fungsi
masyarakat di RTH RTH dan
perumahan BLK - Keamanan kontribusinya
dan
Desa Blang bagi
kebersihan
Krueng. RTH kehidupan
Publik masyarakat.

17
3.5. Rencana Kerja

Rincian kegiatan sebagai berikut.

Tabel 3.4 Rincian Kegiatan


Jadwal
No Kegiatan Minggu Ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
A. Tahap Persiapan
Menyiapkan daftar kebutuhan
1
data
2 Membuat rencana kerja
3 Survey awal
4 Mengumpulkan data sekunder
5 Membuat peta dasar
6 Meninjau kebijakan
Menyusun laporan
7
pendahuluan
8 Evaluasi laporan pendahuluan
9 Merevisi laporan pendahuluan
B. Tahap Pengumpulan dan Pengolahan Data
1 Melakukan Survey
2 Melengkapi data
3 Mengolah data
C. Tahap Akhir
1 Menyusun laporan akhir
2 Evaluasi laporan akhir
3 Merevisi laporan akhir

18
BAB IV
GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

4.1. Letak Geografis dan Batas Administrasi Kabupaten Aceh Besar

Kabupaten Aceh Besar yang terletak di Provinsi Aceh memiliki geografis


yang terletak diantara 5,05°- 5,75° Lintang Utara dan 94,99° - 95,93° Bujur Timur.
Adapun batas administrasi Kabupaten Aceh Besar adalah sebagai berikut :

- Sisi utara berbatasan dengan Kota Banda Aceh dan Selat Malaka.
- Sisi barat berbatasan dengan Samudra Hindia.
- Sisi selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Jaya.
- Sisi timur berbatasan dengan Kabupaten Pidie dan Selat Malaka

Kabupaten Aceh Besar memiliki luas wilayah seluas 2.903,50 km²


mencakup 23 kecamatan dan 604 gampong (desa). Ruang lingkup kawasan
Kabupaten Aceh Besar mencakup daratan dan kepulauan yang ada di provinsi Aceh.

Gambar 4.1 Peta Administrasi Kabupaten Aceh Besar

19
4.2. Letak Geografis dan Batas Administrasi Kecamatan Baitussalam
Kecamatan Baitussalam berada pada Kabupaten Aceh Besar, Provinsi
Aceh. Adapun batas administrasi Kecamatan Baitussalam adalah sebagai berikut:

- Sebelah utara : Kecamatan Masjid Raya dan Selat Malaka.


- Sebelah selatan : Kecamatan Darussalam.
- Sebelah barat : Kota Banda Aceh dan Selat Malaka.
- Sebelah timur : Kecamatan Darussalam dan Kecamatan Masjid
Raya.

Gambar 4.2 Peta Letak Geografis dan Batas Administrasi Kecamatan Baitussalam

4.3. Letak Geografis Wilayah Studi

Tempat dan lokasi studi yang akan dianalisis berada di perumahan BLK
Desa Blang Krueng, Kecamatan Baitussalam, Kabupaten Aceh Besar yang
memiliki luas sebesar 1,11 km2 atau 111 hektare. Desa ini didominasi oleh
bangunan tempat tinggal dan persawahan. Desa Blang Krueng memiliki jumlah

20
penduduk sebanyak 2398 jiwa. Desa ini berbatasan dengan desa-desa lainnya,
Adapun batas-batas administrasinya sebagai berikut:

A. Bagian utara : Desa Cadek, Kec. Baitussalam


B. Bagian barat : Desa Rukoh, Kec. Syiah Kuala
C. Bagian timur : Desa Kajhu, Kec. Baitussalam
D. Bagian selatan : Desa Tanjung Deah dan Desa Tanjung Selamat,
Kec. Darussalam

Gambar 4.3 Peta Wilayah Studi Desa Blang Krueng

Wilayah Studi pada Studio Proses Perencanaan kali ini berada di


Perumahan BLK, Desa Blang Krueng. Perumahan ini terletak pada Dusun Lam
Kuta yang merupakan salah satu dari lima dusun yang berada di Desa Blang
Krueng, Perumahan BLK merupakan salah satu perumahan baru yang berada di
Desa Blang Krueng, memiliki luas 6.361,76 m², dan terdiri dari dua blok atau dua
lorong yang berisikan 32 rumah dengan tipe 36 dan 5 kos-kosan.

Pemilihan Perumahan BLK sebagai lokasi studi dikarenakan pada Desa


Blang Krueng banyak perumahan baru, tetapi berdasarkan hasil observasi

21
menunjukkan Perumahan BLK yang terdiri dari banyak rumah dan sebagian besar
sudah dihuni.

Gambar 4.4 Peta Wilayah Studi Perumahan BLK

4.4. Demografis Wilayah Studi

Berdasarkan data dari BPS, jumlah penduduk pada Kecamatan


Baitussalam dari tahun 2019 sampai dengan tahun 2021 sebagai berikut.

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kec. Baitussalam 2019-2021


Tahun Laki-laki Perempuan Total
2019 10.680 8.971 19.651
2020 10.680 8.971 19.651
2021 11.753 11.190 22.943

Sementara data yang didapat dari BPS, jumlah penuduk Desa Blang
Krueng dari tahun 2019 sampai dengan 2021 sebagai berikut

22
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Desa Blang Krueng 2019-2021
Tahun Laki-laki Perempuan Total
2019 1.281 1.183 2.464
2020 1.281 1.183 2.464
2021 1.193 1.205 2.398

4.5. Kondisi Eksisting RTH Publik di Desa Blang Krueng

Gambar 4.5 Peta RTH di Perumahan BLK dan Sekitarnya

Ruang Terbuka Hijau adalah area di dalam kawasan pemukiman dan


umumnya digunakan oleh masyarakat setempat untuk berkumpul, bersosialisasi
dan berpartisipasi dalam kegiatan lainnya. RTH juga dapat digunakan sebagai
tempat acara adat desa, serta berbagai acara adat dan keagamaan yang
membutuhkan ruang terbuka yang luas.

Hasil Observasi menunjukkan bahwa Perumahan BLK tidak memiliki


RTH publik, tetapi setiap rumah disediakan sebidang tanah di perkarangan rumah
untuk dijadikan RTH privat agar bisa ditanami dengan tanaman hias maupun
tanaman yang menghasilkan buah. Tapi juga tidak bisa di pungkiri jika terdapat

23
beberapa rumah yang melakukan pengerasan pada sebidang tanah tersebut untuk di
jadikan garasi, kamar, dan sebagainnya.

Sedangkan untuk RTH publik yang tidak tersedia untuk warga di


Perumahan BLK, telah disediakan beberapa RTH publik di sekitar Perumahan BLK
tersebut atau juga bisa memanfaatkan lahan kosong milik warga disekitar
Perumahan BLK yang tidak terbangun oleh bangunan.

RTH Publik milik Desa Blang Krueng yang telah disediakan juga bisa
digunakan oleh warga Perumahan BLK, seperti Lapangan Bola dan Meunasah.

24
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil analisis dan fakta terkait RTH
yang ada di Perumahan BLK Desa Blang Krueng. Hasil pengolahan data yang
didapat berasal dari hasil kegiatan observasi lapangan, kuisioner, dan data-data
sekunder. Analisis ini dilakukan untuk menjawab rumusan masalah yang telah
dirumuskan sebelumnya, yaitu (a) Apakah Ruang Terbuka Hijau (RTH) di
Perumahan BLK Desa Blang Krueng, Aceh Besar tercukupi menurut ketentuan
yang berlaku? (b) Bagaimana kondisi dan penggunaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
di Perumahan BLK dan sekitarnya oleh masyarakat Desa Blang Krueng?

5.1. Analisis Ketersediaan, Kondisi, dan Pemanfaatan RTH

5.1.1. Identifikasi Jenis RTH

Terdapat 2 jenis RTH yang ada di Desa Blang Krueng, yaitu RTH Publik
dan RTH Privat, berikut sebaran RTH di lokasi studi Perumahan BLK dan
sekitarnya.

Gambar 5.1 Peta RTH Perumahan BLK dan sekitarnya

25
A. RTH Publik

Gambar 5.2 Peta Sebaran RTH Publik di Desa Blang Krueng

Setelah dilakukan kegiatan observasi, terpantau jika Desa Blang Krueng


hanya memiliki 5 RTH Publik yaitu Sawah Desa, Kebun Desa, Lapangan Bola,
Meunasah, dan Pemakaman Umum. Berbagai jenis RTH Publik lainnya seperti
taman dusun, jalur hijau, dan lain sebagainya itu belum ada. Persebaran RTH
Publiknya pun tidak merata karena kepemilikan RTH Publik oleh Desa Blang
Krueng hanya berjumlah 5 RTH.

Berdasarkan informasi yang didapatkan di lapangan, penduduk Desa


Blang Krueng sendiri lebih sering menghabiskan dan memanfaatkan waktu
luang di RTH lingkungan GOR Universitas Syiah Kuala dan UIN Ar- Raniry.
Hal itu membuat urgensi dalam membangun berbagai jenis RTH Publik oleh Desa
Blang Krueng itu tidak ada dan pada akhirnya pemerintah Desa Blang Krueng
hanya memfokuskan sumber daya yang mereka miliki untuk menjaga
keberlangsungan RTH Publik yang telah ada.

Namun, jika dilihat kembali pada Permendagri No 1 Tahun 2007 dan


Permen PU No. 5 Tahun 2008, disebutkan jika salah satu RTH Publik dalam

26
lingkup terkecil yaitu berupa taman RT yang berdasarkan ketentuan minimal
memiliki luas 250 m2, tidak dimiliki oleh Desa Blang Krueng. Oleh karena itu,
dapat dinilai jika jenis-jenis RTH di Desa Blang Krueng itu belum lengkap.

Gambar 5.3 Lapangan Bola Blang Krueng Gambar 5.4 Kebun desa

Gambar 5.5 Sawah desa Gambar 5.6 Tempat Pemakaman Umum

Gambar 5.7 Perkarangan Meunasah Blang Krueng

27
B. RTH Privat

Gambar 5.8 Peta Sebaran RTH Privat di Dusun Lamkuta

RTH Privat yang tersebar di Dusun Lamkuta yang merupakan tempat


Perumahan BLK terletak, memiliki berbagai jenis RTH Privat antara lain yang
paling umum adalah perkarangan rumah di setiap perumahan yang ada di Dusun
Lamkuta dan tanah sawah yang dimiliki oleh warga Dusun Lamkuta.

Hasil observasi menyatakan bahwa Dusun Lamkuta memiliki banyak


RTH Privat yang tersebar yaitu terdiri dari perkarangan rumah, mengingat di
Dusun Lamkuta sendiri memiiki 10 perumahan baru yang di bangun antara tahun
2019 sampai dengan 2023. Selain perkarangan rumah RTH Privat di Dusun
Lamkuta juga terdiri dari sawah pribadi, lahan kosong warga yang di jadikan kebun
atau perternakan, dan tempat pemakaman pribadi.

28
Gambar 5.9 Peta RTH Privat di Perumahan BLK

Lahan kosong atau RTH Privat yang telah disediakan pada Perumahan
BLK Desa Blang Krueng, kebanyakan masih dimaksimalkan untuk penggunaan
pribadi masing-masing pemiliknya seperti ditanami oleh berbagai tanaman hias dan
tanaman berbuah, dijadikan RTH pekarangan serta dijadikan lahan parkir pribadi.

Gambar 5.10 RTH perkarangan rumah Gambar 5.11 RTH lahan kosong warga

29
Gambar 5.12 RTH pemakaman pribadi Gambar 5.13 RTH sawah warga

Berdasarkan observasi mengenai RTH yang telah dilakukan,


diperoleh hasil observasi seperti berikut:
Tabel 5.1 Hasil Observasi RTH

No Hal yang diamati Hasil Keterangan


1 Jenis RTH Terdapat 5 jenis RTH Tidak ada taman desa.
Publik, yaitu Meunasah,
lapanga bola, sawah desa,
kebun desa, dan tempat
pemakaman umum.
RTH Privat terdiri dari
perkarangan rumah, lahan
kosong warga, kebun
warga, sawah warga dan
pemakaman pribadi
2 Sebaran Merata untuk RTH Privat. RTH privat ada disetiap
RTH Tidak merata untuk RTH bangunan dan rumah di
Publik perumahan baru Desa Blang
Krueng, tetapi RTH publik tidak
ada pada setiap perumahan dan
tidak tersebar merata di semua
dusun di Desa Blang Krueng

30
3 Kondisi fisik Buruk RTH privat seperti lahan hijau
RTH kosong masyarakat Sebagian
besar tidak terawat dan menjadi
tempat tumpukan sampah, RTH
publik seperti lapangan bola
Desa Blang Krueng masih
banyak semak belukar dan kotor
karena sampah sehingga kondisi
fisik dapat dinilai buruk

5.1.2. Identifikasi Kondisi RTH dan Pemanfaatannya oleh Warga


Dalam mengetahui pemanfaatan RTH oleh warga Perumahan BLK Desa
Blang Krueng, digunakan penyebaran kuisioner. Kuisioner berisi berbagai
pertanyaan berjumlah 3 seputar pemanfaatan RTH Privat oleh warga Perumahan
BLK dan 5 pertanyaan seputar pemanfaatan dan kondisi RTH Publik. Kuisioner
memiliki 16 sampel yang disebar kepada warga Perumahan BLK Desa Blang
Krueng dan memiliki latar belakang umur dan pekerjaan yang berbeda-beda.

A. RTH Privat
Hasil dari kuisioner tersebut ditampilkan pada gambar grafik berikut.

MENANAM TANAMAN DI RTH PRIVAT YANG DIMILIKI

Ya; 5; 31%

Tidak; 11; 69%

Gambar 5.14 Menanam tanaman di RTH Privat yang dimiliki

31
Dari total 16 jawaban ada 11 orang (69%) yang menjawab tidak dan
sisanya 5 orang (31%) menjawab ya. Hal ini dikarenakan Sebagian besar penghuni
Perumahan BLK Desa Blang Krueng merupakan mahasiswa dan pelajar sehingga
tidak sempat menanam tanaman ataupun mengurusi lahan yang telah disediakan
pihak developer perumahan, sehingga RTH privat seperti lahan hijau kosong
masyarakat sebagian besar tidak terawat dan menjadi tempat tumpukan sampah,

LAHAN RTH PRIVAT YANG DISEDIAKAN PERUMAHAN BLK


SUDAH SESUAI DENGAN KEBUTUHAN ANDA
Tidak; 0; 0%

Ya; 16; 100%


Gambar 5.15. Lahan RTH Privat yang disediakan Perumahan BLK sudah sesuai
dengan kebutuhan anda

Dari total 16 jawaban semua responden (100%) menjawab ya bahwasanya


lahan yang telah disediakan sudah sesuai dengan kebutuhan para responden,
walaupun tidak semua warga Perumahan BLK yang beraktivitas di RTH Privat
masing-masing. Bagi warga Perumahan BLK yang sering beraktivitas di dalam
ruangan, atau yang memiliki kesibukan diluar rumah dari pagi sampai sore, juga
merasa lahan yang telah disediakan sudah sesuai karena bisa digunakan sebagai
lahan parkir kendaraan.

32
RTH PRIVAT BERPENGARUH TERHADAP KESEJUKAN
LINGKUNGAN
Tidak; 0; 0%

Ya; 16; 100%


Gambar 5.16 RTH Privat Berpengaruh Terhadap Kesejukan Lingkungan

Dari 16 jawaban yang terkumpul, seluruh responden (100%) menjawab


Ya dari pernyataan bahwa RTH Privat berpengaruh terhadap kesejukan
lingkungan, walaupun sebagian besar warga Perumahan BLK Desa Blangkrueng
tidak menanam tanaman pada lahan yang telah di sediakan, tetapi para warga
memiliki kesadaran betapa berpengaruhnya RTH terhadap kesejukan lingkungan
rumah hingga lingkungan perumahan.

B. RTH Publik
Hasil dari kuisioner tersebut ditampilkan pada gambar grafik berikut.
ANDA PERNAH MENGGUNAKAN RTH PUBLIK MILIK DESA
BLANG KRUENG

Tidak; 6; 38%

Ya; 10; 62%

Gambar 5.17 Pernah Menggunakan RTH Publik Milik Desa Blang Krueng

33
Melihat jawaban dari 16 responden, sebanyak 10 orang (62%) menjawab
Ya pada pernyataan tersebut, dikarenakan responden memanfaatkan RTH Publik
milik Desa Blang Krueng seperti perkarangan meunasah untuk acara maulid dan
lapangan bola untuk berolahraga atau bahkan untuk menonton pertandingan bola.
Sedangkan 6 orang (38%) lainnya yang menjawab tidak, merupakan mahasiswa
yang lebih banyak menghabiskan waktu di dalam rumah atau memiliki kesibukan
di luar rumah sehingga tidak memiliki kepentingan untuk beraktivitas di RTH
Publik milik Desa Blang Krueng.

RTH PUBLIK DI SEKITAR PERUMAHAN BLK DESA BLANG


KRUENG DIGUNAKAN SESUAI FUNGSINYA

Tidak; 3; 19%

Ya; 13; 81%

Gambar 5.18 RTH Publik di Sekitar Perumahan BLK Digunakan Sesuai


Fungsinya
16 responden yang menjawab pernyataan ini terbagi menjadi 2 jawaban,
dari pernyataan RTH Publik Desa Blang Krueng digunakan sesuai fungsinya,RTH
Publik milik desa yang berada pada sekitar Perumahan BLK adalah lahan kebun
dan lahan sawah milik desa, sedangkan RTH Publik milik desa lain berada jauh
dari Perumahan BLK dan terletak di luar Dusun Lamkuta. Sebanyak 13 orang
(81%) menjawab Ya karena warga melihat lahan sawah milik desa digunakan
sesuai fungsinya dan sudah mendapatkan kabar dari aparat desa bahwasanya lahan
kebun milik desa yang belum di manfaatkan itu akan di bangun Tempat
Pengelolaan Sampah milik Desa Blang Krueng.

3 orang lainnya (19%) belom mendapatkan kabar tentang rencana


pembangunan Tempat Pengelolaan Sampah di lahan kebun milik desa tersebut, di

34
karenakan faktor kesibukan di luar rumah membuat informasi tersebut telat di
terima.

RTH PUBLIK DI SEKITAR PERUMAHAN BLK DESA


BLANGKRUENG MEMILIKI PENERANGAN YANG BAIK PADA
MALAM HARI
Ya; 2; 12%

Tidak; 14; 88%

Gambar 5.19 RTH Publik Desa Blang Krueng Memiliki Penerangan yang Baik
Pada Malam Hari

Sebanyak 2 orang (12%) menjawab Ya karena pada malam hari RTH


Publik perkarangan meunasah memiliki penerangan yang cukup dari lampu
bangunan Kantor Pemuda yang berada di RTH Publik perkarangan meunasah
tersebut dan juga pada RTH Publik lapanga bola juga memiliki penerangan pada
pintu masuk lapangann bola. Sedangkan sisa jawaban sebanyak 14 orang (88%)
menjawab Tidak karena RTH Publik di Desa Blang Krueng memang memiliki
fasilitas penerangan pada malam hari yang cukup buruk, mengingat RTH Publik
yang dimiliki Desa Blang Krueng hanya terdiri dari TPU, kebun desa, sawah desa,
lapangan bola yang hanya digunakan ketika siang hari. Hal tersebut membuat
pihak apparat desa tidak mengalokasikan dana kepada penerangan RTH Publik
yang dimiliki desa dan lebih memilih untuk mengalokasikan dana ke sesuatu yang
lebih penting

35
RTH PUBLIK DI SEKITAR PERUMAHAN BLK DESA
BLANGKRUENG DALAM KONDISI KEBERSIHAN YANG BAIK.

Ya; 5; 31%

Tidak; 11; 69%

Gambar 5.20 RTH Publik Dalam Kondisi Kebersihan yang Baik

Dari total jawaban yang berjumlah 16, terdapat 5 orang (31%) yang
menjawab Ya dan sebanyak 11 orang (69%) yang menjawab Tidak. Responden
yang setuju dengan pernyataan tersebut memiliki alasan bahwasanya Tempat
Pemakaman Umum milik Desa Blang Krueng, sawah desa, dan kebun desa dalam
kondisi kebersihan yang baik.

11 orang lainnya menjawab Tidak karena beranggapan RTH Publik yang


ada di Desa Blang Krueng dalam keadaan kebersihan yang buruk, karena pada
RTH Publik lapangan bola banyak semak belukar dan tanaman liar, juga banyak
sekali sampah yang berserakan di lapangan bola dan seitarnya. RTH perkarangan
meunasah juga dianggap dalam kondisi kebersihan yang tidak baik karena terdapat
beberapa tumpukan sampah pada RTH perkarangan meunasah tersebut.

36
RTH PUBLIK MILIK DESA BLANG KRUENG DIKELOLA
DENGAN BAIK OLEH APARAT DESA.

Ya; 6; 37%

Tidak; 10; 63%

Gambar 5.21 RTH Publik Milik Desa Blang Krueng Dikelola dengan Baik oleh
Aparat Desa

Total 16 responden, sebanyak 10 orang (63%) menjawab Tidak dan tidak


sependapat dengan pernyataan tersebut di karenakan dengan konidisi Desa Blang
Krueng yang hanya memiliki 5 RTH Publik saja seharusnya dapat memaksimalkan
pengelolaan dan penggunaannya. Sedangkan sebanyak 6 orang (37%) yang
menjawab Ya dan setuju terhadap pernyataan RTH milik desa dikelola dengan
baik, para responden beranggapan walaupun masih banyak kekurangan apparat
desa dalam mengelola RTH Publik, setidaknya RTH Publik tersebut tetap bisa
digunakan dan di manfaatkan oleh warga Desa Blang Krueng termasuk juga para
warga Perumahan BLK.

Berdasarkan jawaban para responden terhadap kuisioner yang telah


diberikan, dapat diketahui jika kesadaran warga betapa pentingnya RTH itu ada,
tetapi karena factor kesibukan para warga membuat lahan-lahan RTH Privat yang
ada menjadi terbengkalai. RTH Publik yang dimanfaatkan masih harus
diperhatikan keadaan fisiknya dan juga perlu ditambah agar RTH Publik di Desa
Blang Krueng menjadi lebih bervariasi dan lengkap.

37
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil observasi dan analisis tentang ketersediaan dan


kondisi RTH Publik di Desa Blang Krueng dan RTH Pribadi di Perumahan BLK
Dusun Lamkuta Desa Blang Krueng, dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Desa Blang Krueng hanya memiliki 5 jenis RTH Publik, yaitu kebun desa,
sawah desa, tempat pemakaman umum milik desa perkarangan Meunasah
Desa Blang Krueng, dan lapangan bola.
2. Kondisi sebagian RTH Publik Desa Blang Krueng masi kurang baik di
karenakan terdapat tumpukan sampah, memiliki penerangan yang kurang
baik, dan kurang terurus sehingga tumbuhnya semak-semak yang membuat
kesan RTH tidak baik.
3. Desa Blang Krueng tidak memiliki RTH Publik seperti taman desa yang
dapat digunakan warganya untuk menghabiskan waktu di luar ruangan,
atau sekedar berteduh, dan juga sebagai penunjang estetika desa.
4. RTH Privat di Dusun Lamkuta Desa Blang Krueng terdiri dari sawah
warga, perkaranga rumah warga, dan lahan warga yang dijadikan tempat
pemakaman pribadi, kebun pribadi dan peternakanan pribadi.
5. Kondisi perkarangan rumah di perumahan baru yang ada di Dusun
Lamkuta kebanyakan kurang di perhatikan dan menyebabkan tumbuhnya
semak-semak dan menjadi tempat penumpukan sampah yang tidak enak
dipandang, begitu juga untuk kondisi beberapa lahan kosong milik warga
yang ada di Dusun Lamkuta.
6. Warga Perumahan BLK Desa Blang Krueng yang di dominasi oleh
mahasiswa kurang menggunakan perkarangan rumah sebagai RTH Privat
dan kurang peduli terhadap ketersediaan RTH sebagai elemen penting
dalam kehiduapan.

38
6.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, muncul beberapa saran yaitu:

1. Sebaiknya ditambah juga RTH Publik seperti taman agar RTH Publik
yang ada menjadi lengkap dan warga lebih leluasa untuk menghabiskan
waktunya, tidak hanya terbatas di pekarangan rumah saja.
2. Semestinya perlu adanya perhatian khusus mengenai keadaan fisik RTH
Publik di Desa Blang Krueng yaitu lapangan bola, dan perkaragan
Meunasah Desa Blang Krueng. Kawasan RTH tersebut kurang
diperhatikan sehingga banyak ditumbuhi semak belukar dan terjadi
tumpukan sampah yang akan membatasi kegiatan warga dalam
menggunakan dan memberikan kesan yang tidak baik pada RTH.
3. Lahan kosong warga di Dusun Lamkuta yang merupakan RTH Privat
khususnya yang berjenis lahan hijau kosong diubah jenisnya menjadi
perkebunan, atau jenis RTH lainnya agar Desa Blang Krueng tampak asri
tanpa adanya pemandangan lahan hijau kosong yang terkesan semak dan
tidak terurus.
4. Perkarangan rumah di perumahan baru Dusun Lamkuta seharusnya bisa
lebih di perhatikan kondisinya, dilakukannya penanaman tumbuhan yang
banyak manfaatnya seperti kesejukan udara dan penunjang estetika.

39
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Aceh Besar. (2022). Kabupaten Aceh Besar Dalam Angka
2022. Pada www.acehbesarkab.go.id.

Badan Pusat Statistik Kecamatan Baitussalam. (2021). Kecamatan Baitussalam


Dalam Angka 2021. Pada www.acehbesarkab.go.id.

Dwiyanto, A. (2009). Kuantitas Dan Kualitas Ruang Terbuka Hijau Di


Permukiman Perkotaan, 88.

Fandeli, C., Kaharuddin, & Muklison. (2004). Perhutanan Kota. Yogyakarta: Fak.
Kehutanan UGM.

Indonesia. (2007). UU Nomor 26. In Penataan Ruang. Jakarta: Sekretariat


Negara.

Menteri Pekerjaan Umum. (2008). Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang


Terbuka Hijau. Jakarta.

Peraturan Menteri Dalam Negeri. (2007). Penataan Ruang Terbuka Hijau


Kawasan Perkotaan. Jakarta.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

vii

Anda mungkin juga menyukai