Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PERJANJIAN ALLAH DALAM KONTEKS PL DAN PB

Oleh:

Yercha Sali Victoria Mangoli


Mata Kuliah: Teologi PL dan PB
DOSEN PENGAMPU: Dr. Agustina Pasang
JAKARTA – 2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...........................................................................................Error! Bookmark not defined.

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................1

1.1. Latar Belakang.......................................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah..................................................................................................................2

1.3. Tujuan Penulisan....................................................................................................................2

1.4. Manfaat Penulisan.................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................4

2.1. Perjanjian Allah.........................................................................................................................4

2.1.1. Definisi Perjanjian Allah................................................................................................4

2.1.2. Karakteristik Perjanjian Allah........................................................................................5

2.1.3. Tema atau Jenis Perjanjian.............................................................................................5

2.2. Perjanjian Allah Dalam Konteks Perjanjian Lama.................................................................7

2.3. Perjanjian Allah Dalam Konteks Perjanjian Baru..................................................................9

2.4. Perjanjian Allah Dalam Konteks Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru...............................12

BAB III KESIMPULAN.....................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................15

i
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Manusia telah lama menjalin perjanjian dalam berbagai aspek kehidupan mereka,
termasuk dengan Tuhan. Dalam agama Kristen, konsep perjanjian antara manusia dan Allah
sangat penting. Allah sendiri mewujudkan kasih-Nya melalui Perjanjian-Nya kepada
manusia. Perjanjian Allah bersifat mengikat dan kekal, bahkan Tuhan tidak hanya berjanji
saat itu saja, tetapi juga untuk masa yang akan datang. Janji Allah mengekspresikan pribadi
Allah bagi umatNya sehingga janji menjadi sangat penting. Janji Allah menjadi salah satu
sarana yang dipakai oleh Allah untuk memperkenalkan diriNya kepada manusia pilihanNya.
Harus dipahami bahwa janji Allah diberikan kepada orang-orang yang kepadanya Allah
berkenan oleh karena itu, meyakini janji Allah merupakan respon iman dari seseorang kepada
Allah.
Istilah “perjanjian” berasal dari bahasa Latin (con venire), yang berarti kebersamaan. Ini
mengandaikan dua atau lebih pihak yang berkumpul untuk membuat kontrak, menyepakati
janji, ketentuan, hak istimewa, dan tanggung jawab. Dalam Injil, sebuah perjanjian artinya
persetujuan sakral atau janji bersama antara Allah dan seseorang atau sekelompok
orang.1Dalam membuat perjanjian, Allah menjanjikan sebuah berkat atas kepatuhan terhadap
perintah-perintah khusus. Dia menetapkan syarat-syarat dari perjanjian-Nya, dan Dia
mengungkapkan syarat-syarat ini kepada para nabi-Nya. Jika kita memilih untuk mematuhi
syarat-syarat perjanjian itu, kita menerima berkat-berkat yang dijanjikan. Jika kita memilih
untuk tidak mematuhinya, Dia menahan berkat-berkat tersebut, dan dalam beberapa hal
sebuah hukuman juga diberikan.
Berbicara mengenai kepatuhan kita bisa bisa melihat melalui perjanjian Allah dengan
bangsa Israel, Perjanjian Allah membuat kehidupan orang Israel semakin teratur. Keteraturan
ini berkaitan dengan sebuah tujuan yang berusaha untuk dicapai bersama dengan Allah.
Kehidupan orang Israel terarah karena tahu apa yang harus dilakukan untuk mencapai sesuai
dengan keteraturan yang ada,2 walaupun pada akhirnya mereka tidak sampai kepada Tanah

1
https://www.churchofjesuschrist.org/study/manual/gospel-principles/chapter-15-the-lords-covenant-people?
lang=ind
2
Bani Y., Yuli P. (2022). Penggenapan Janji Allah berdasarkan Nehemia 6:15 dalam Mendidik Anak. Manthano:
Jurnal Pendidikan Kristen, Vol. 1 No. 2, Hal 96.
https://ojs.stak-samarinda.ac.id/index.php/manthano/article/download/13/14

1
perjanjian, namun mereka tetap patuh dan melihat penyertaan Allah. Janji Allah hanya dapat
dimengerti dengan jelas dan baik secara menyeluruh jika semua orang percaya mau melihat
sejarah awal dari perjanjian Allah kepada manusia. Perjanjian Allah kepada manusia bermula
dari kondisi manusia yang sudah terjatuh dalam dosa. Allah memberikan kasih karunia yang
besar kepada manusia dengan perjanjian penebusan dan perjanjian anugerah. Perjajian
tersebut menarik untuk diketahui secara mendalam mengenai refleksi teologis dari perjanjian
yang dibuat Allah pada jaman Adam sebagai ajaran kebenaran bagi umat Allah masa kini.3
Selanjutnya membahas mengenai perjanjian, apabila kita melihat secara lebih lanjut
Perjanjian merupakan istilah yang sentral dalam Perjanjian Lama (PL). Bila kita
memperhatikan Alkitab, mulai dari Kejadian sampai Maleakhi bahkan sampai ‘Wahyu’
semuanya berisi perjanjian. Sehingga Alkitab pun disebut Perjanjian Lama dan Perjanjian
Baru dan kedua kitab ini tidak ada Alkitab yang lepas dari perjanjian. 4 Perjanjian Lama
menjadi latar belakang munculnya Kovenan dan Perjanjian Baru menceritakan bagaimana
Kovenan itu digenapi melalui kedatangan Kristus menyelesaikan penebusan yang telah
dijanjikan itu.5 Melalui ini dapat kita katakana bahwa Allah mengungkapkan Perjanjian
diseluruh bagiannya baik dalam perjanjian lama maupun perjanjian baru. Untuk itu pada
dasarnya Hubungan Allah dengan umat-Nya digambarkan di sepanjang Alkitab dengan istilah
"perjanjian." Kata ini muncul pertama kali dalam Kejadian 6:18 dan menjangkau hingga PB,
di mana Allah membuat perjanjian yang baru dengan umat manusia di dalam Yesus Kristus. 6
Untuk itu tulisan ini bertujuan untuk membahas lebih lanjut mengenai perjanjian Allah dalam
konteks Perjanjian Lama dan Perjanjian baru.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan perjanjian Allah ?


2. Bagaimana perjanjian Allah dalam konteks perjanjian lama?
3. Bagaimana perjanjian Allah dalam konteks perjanjian baru?
4. Bagaimana perjanjian Allah dalam konteks perjanjian lama dan perjanjian baru?

3
Ristiono, Y. B. & Sirait. J. R. (2021). Refleksi Teologi Kovenan Berdasarkan Kejadian 1-3 Dan Implikasinya Bagi
Kehidupan Orang Percaya Masa Kini, Jurnal Kadesi : Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama, Hal 187.
4
Siringo-ringo, V. M. (2019). Bentuk Perjanjian Dalam Perjanjian Lama. Jurnal Pendidikan Religius, Vol. 1 No. 1,
Hal 27.
5
Suppit, D.F. & Kasse, G. R. A. (2022). Teologi Covenant Perjanjian Baru Sebagai Jalan Mengenal Kristus Sang
Juruselamat, Euanggelion : Jurnal Teologi Dan Pendidikan KristenVol 3, No 1, Hal 22.
6
https://alkitab.sabda.org/article

2
1.3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah
1. Mengetahui mengenai perjanjian Allah
2. Mengetahui seperti apa perjanjian Allah dalam konteks perjanjian lama
3. Mengetahui seperti apa perjanjian Allah dalam konteks perjanjian baru
4. Mengetahui seperti apa perjanjian Allah dalam konteks perjanjian lama dan
perjanjian baru.

1.4. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan makalah adalah


1. Penulis dapat memahami apa yang dimaksud dengan perjanjian Allah.
2. Penulis dapat memahami seperti apa perjanjian Allah dalam konteks perjanjian lama.
3. Penulis dapat memahami seperti apa perjanjian Allah dalam konteks perjanjian baru.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Perjanjian Allah


2.1.1. Definisi Perjanjian Allah
Kata perjanjian atau kovenan berasal dari kata Ibrani yakni “berith”. Berith memiliki
arti covenant, league, confederacy. Istilah ini digunakan sebanyak 280 kali di seluruh
Perjanjian Lama. Kata Berith dapat menunjukkan suatu persetujuan antara pihak satu dengan
pihak yang lainnya (dipleuric), tetapi juga dapat menunjukkan disposisi yang hanya
dinyatakan oleh satu pihak (monopleuric)7. Perjanjian antara Allah dan umatnya adalah
sebuah perjanjian sepihak dan berdaulat dari Allah. Pada dasarnya hal ini disebabkan karena
Allah sebagai pencipta dan manusia sebagai ciptaan-Nya bukanlah dua eksistensi yang setara.
Kejadian 6:18 menyatakan, “Tetapi dengan engkau Aku akan mengadakan perjanjian-
Ku.” Ayat tersebut meyatakan bahwa Allah yang mengadakan perjanjian dan Allah juga
pemilik yang sah atas perjanjian. Arti lain dari Kata berit yang artinya membelah, kata ini
digunakan saat mengekspresikan sebuah praktek penyembelihan korban yang dibelah
menjadi dua bagian yang sama di wilayah Timur Dekat pada zama dahulu kala, Ketika
sebuah perjanjian yang sangat penting dibuat (Kej 15:10; Yer 34:18), hal ini berarti jika satu
dari antara dua pihak yang berikrar tidak menjaga kewajibannya dengan perjanjian tersebut
maka ia akan dibelah menjadi dua bagian8.
Dalam Bahasa Yunani kata perjanjian yaitu “Diatheke” kata ini memiliki arti
meletakan sesuatu diantara dua hal. Jadi, “Perjanjian” adalah hal yang dibuat antara dua
pihak, yaitu antara Allah dan umatnya. Diatheke mempunyai arti yang lebih mendalam dari
berit oleh karena menunjukkan adanya kesepakatan antara dua pihak di mana salah satu pihak
mempunyai kekuatan, kuasa atas pihak yang lainnya. Pihak yang lain ini hanya dapat
menerima atau menolak tetapi tidak dapat mengubah isi perjanjian. 9
Contohnya dalam
7
Ristiono, Y. B. & Sirait. J. R. (2021). Refleksi Teologi Kovenan Berdasarkan Kejadian 1-3 Dan Implikasinya Bagi
Kehidupan Orang Percaya Masa Kini, Jurnal Kadesi : Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama, Hal 187.
8
Park Abraham. (2017). Pertemuan Yang Terlupakan Perjanjian Suluh dan Penggenapannya. Jakarta : Yayasan
Damau Sejahtera Utama.
9
Suppit, D.F. & Kasse, G. R. A. (2022). Teologi Covenant Perjanjian Baru Sebagai Jalan Mengenal Kristus Sang
Juruselamat, Euanggelion : Jurnal Teologi Dan Pendidikan KristenVol 3, No 1, Hal 21.

4
Galatia 3:15-16, tetapi bila seseorang membuat ikatan perjanjian dan sudah disahkan, tidak
ada orang yang membatalkan atau menambahkan sesuatu.
Jika kita menggabungkan arti dari kata perjanjian ini maka dapat kita simpulkan
Perjanjian Allah adalah keadaan dimana Allah yang rela turun kedunia meninggalkan haknya
atau tahtakhnya untuk kita umat-umatnya, dan dengan sendirinya mau mengikatkan janji
dengan umat-Nya walaupun terdapat berbagai persyaratan dan konsekuensi yang ada di
dalamnya.
2.1.2. Karakteristik Perjanjian Allah
Pdt. Abraham Park dalam bukunya “Pertemuan Yang Terlupakan Perjanjian Suluh dan
Penggenapannya”(2017) berpendapat bahwa terdapat dua karakteristik perjanjian Allah
dengan manusia. Pertama perjanjian Allah itu memiliki karakteristik Berdaulat dan Sepihak
artinya walaupun sduah jelas bahwa sebuah perjanjian didalam Alkitab merupakan
kesepakatan antara Allah dan manusia, namun perjanjian tersebut sangat unik karena selalu
diawali oleh Allah. Hal ini dapat dilihat melalui bagaimana cara Allah terlebih dulu
mendekati manusia berdosa dengan kasihnya untuk menyelamatkan mereka (1 Yoh 4 : 10,
19). Jadi, pada dasarnya perjanjian Allah adalah sepihak dan merupakan perjanjian kasih
karunia yang berdaulat.
Dan karakteristik perjanjian yang kedua yaitu Kekal hal ini merupakan karakteristik
terbesar dari perjanjian yang tampak di alkitab artinya jika sebuah perjanjian diikrarkan,
perjanjian tersebut tidak akan berubah dan digenapkan dengan penuh setia. Sehingga
perjanjian ini disebut sebagai “perjanjian kekal” (Kej 17:13,19 ; 2 Sam 23:5; 1 Taw 16:17 ;
Mazmur 105:8 ; Yeh 16:60, 37:26). Melalui ini kita dapat mengerti bahwa Perjanjian Allah
tidak dapat diubah menurut suatu kondisi manusia ataupun waktu. Perjanjian tersebut sama
sekali tidak bisa dihapuskan atau ditidakan serta dibatalkan atau dimusnahkan. Sebelum
generasi ini berlalu, Allah pasti menggenapi semua hal yang direncanakan-Nya (Mat 24:34).10
2.1.3. Tema atau Jenis Perjanjian
Lewat perjanjian, Allah menjanjikan penebusan yang akan digenapi melalui Kristus.
Isi utama perjanjian adalah Yesus Kristus dan penebusan yang akan digenapi oleh-Nya yaitu
hidup yang kekal (1 Yoh 2:25). Dari antara banyak perjanjian yang muncul didalm Alkitab
disini kita akan melihat berbagai uraian tema perjanjian yang penting untuk kita pahami,
yaitu11 :
10
Park Abraham. (2017). Pertemuan Yang Terlupakan Perjanjian Suluh dan Penggenapannya. Jakarta : Yayasan
Damau Sejahtera Utama.
11
Suppit, D.F. & Kasse, G. R. A. (2022). Teologi Covenant Perjanjian Baru Sebagai Jalan Mengenal Kristus Sang
Juruselamat, Euanggelion : Jurnal Teologi Dan Pendidikan KristenVol 3, No 1, Hal 22.

5
1) Perjanjian Kerja
Ini merupakan perjanjian pertama yang dilakukan antara Allah dan Adam, manusia
pertama, mewakili dari semua manusia. Allah menciptakan manusia menurut
gambarNya, memberkati mereka dan berfirman kepada mereka “Beranakcuculah
dan bertambah banyak: penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas
ikan-ikan dilaut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang
merayap di bumi”. Selain itu Allah juga memberikan perintah kepada Adam, ketika
menempatkannya di Taman Eden Tuhan Allah berkata kepada manusia itu bahwa,
“semua pohon dalam taman itu boleh kau makan buahnya dengan bebas, tetapi
pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kau makan
buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.” (Kejadian
1:28; Kejadian 2:16-17). Dari sini kita melihat bahwa Allah memberkati manusia
dan memberika kuasa untuk menguasai bumi, hal ini lah yang meyebabkan
perjanjian ini disebut sebagai perjanjian kerja. Serta berisi sebuah ketaatan dari
peraturan yang diberikan oleh Allah sendiri.
2) Perjanjian Penebusan
Perjanjian penebusan merupakan janji yang diadakan Allah sejak sebelum
penciptaan untuk menyelamatkan manusia yang telah jatuh dalam dosa (Efesus
1:4-5). Untuk pemulihan umat manusia yang telah diusir dari eden karena tidak
bisa menjaga perjanjian kerja, Allah membuat perjanjian dengan Yesus Kristus, dan
berjanji untuk menggenapi janji tesebut melalui dirinya. Tuhan Allah yang
menyatakan diri didal Yesus Kristus, Sang Anak harus menerima sifat manusia
dengan segala kelemahannya meski tanpa dosa, sehingga ia dapat berada di bawah
hukum taurat untuk memenuhi semua tuntutan hukum tersebut dan dapat
meberikan kehidupan kekal begi setiap orang yang dikasihiNya.
3) Perjanjian Anugerah
Perjanjian ini merupakan inisiatif Allah untuk menyelamatkan manusa dari maut,
Ia memberikan keselamatan kepada orang pilihan di dalam kristus. Melalui
anugerah yang diberikan oleh Allah, manusia memiliki kemampuan untuk
memenuhi tanggung-jawab dengan tuntunan Roh Kudus. serta perjanjian ini
memiliki sifat yang kekal yang tidak dapat dirubah oleh siapapun. 12 Penggenapan

12
Ristiono, Y. B. & Sirait. J. R. (2021). Refleksi Teologi Kovenan Berdasarkan Kejadian 1-3 Dan Implikasinya Bagi
Kehidupan Orang Percaya Masa Kini, Jurnal Kadesi : Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama, Hal 193

6
janji ini sangat bergantung pada pribadi dan pekerjaan penebusan Kristus dan
diterima oleh manusia berdosa di dalam bentuk anugerah. Itulah sebabnya aplikasi
nyata perjanjian ini tidak bergantung kepada pekerjaan baik atau jasa yang dapat
dilakukan manusia. Tuntutan yang ada di dalamnya agar manusia memberikan
kehidupannya dan percaya kepada Allah berdasarkan jasa Kristus dan
mendapatkan semua berkat sorgawi yang dijanjikanNya. Dengan demikian,
perbedaan antara perjanjian Kerja dan Perjanjian Anugerah terletak pada Pribadi
Kristus yang menjadi perantara tunggal antara Allah dan manusia berdosa.
2.2. Perjanjian Allah Dalam Konteks Perjanjian Lama

Kita memahami bahwa seluruh Alkitab adalah tentang suatu konvenan yang akan
menebus. Jika kita melihat dalam alkitab Perjanjian sendiri meruapakn istilah yang Lama
dalam Perjanjian Lama (PL). Istilah ‘perjanjian’ dalam bahasa Ibrani disebut berit, pertama
kali, muncul dalam Kejadian 6:18 yang dinyatakan kepada Nuh. Walaupun para ahli belum
sepaham tentang maksud dari kata itu, namun semua cocok pemakaian kata itu dalam PL.
Maka perjanjian dimaksud dalam PL adalah bersifat suzerain treaty/covenant yaitu suatu
perjanjian yang diikat oleh dua pihak yang tidak setara, yaitu pihak yang kedudukannya lebih
tinggi dengan kedudukannya lebih rendah. Dalam hubungan perjanjian ini ada tiga kata kerja
yang dipakai yaitu kata karatmenunjukkan suatu peresmian yang hikmad menurut upacara
yang lazim; dan kata ‘qum’ untuk menyatakan kegenapan dari apa yang telah dijanjikan; serta
kata natan menunjuk pada ikatan perjanjian sebagai bentuk hubungan tetap antara kedua
pihak yang bersangkutan.13
Agustina Pasang dalam bukunya mengenai “Teologi Perjanjian lama” menjelaskan
Nature atau hakekat Perjanjian Allah jika dilihat dalam perjanjian lama yaitu diantaramya14 :
1) Allah adalah pribadi, artinya Allah sendiri memiliki karakter yang eksplisit hal ini
terlihat Ketika Allah memberitahukan nama-Nya yang berbeda-beda dalam berbagai
peristiwa. Dari hal ini kita dapat melihat bahwa Allah memiliki keinginan untuk
dikenal secara pribadi. Tindakan Allah yang mengadirkan dirinya sendiri diantara
umat dan menawarkan dirinya sendiri dalam Persekutuan, serta doa, sumpah, berkat,
dan kutuk dibuat didalam nama JHWH.
2) Allah adalah Roh, dalam beberapa kitab pada perjanjian lama Allah digambarkan
mempunyai bagian-bagian tubuh seperti manusia (1 Sam. 5:11; Maz.9:4; Yes.52:10; 2
13
Siringo-ringo, V. M. (2019). Bentuk Perjanjian Dalam Perjanjian Lama. Jurnal Pendidikan Religius, Vol. 1 No. 1,
Hal 30.
14
Pasang Agustina (2022). Teologi Perjanjian Lama. Jakarta : CV. Feniks Muda Sejahtera,Hal 67.

7
Raja-raja 19:16; Bil.11:1), memiliki Tindakan fisik seperti tertawa, mencium, bersiul
(Maz 2:4; 37:13; Kej. 8:21; Yes.7:18), serta Allah juga digambarkan memiliki emosi
manusia (Ulangan 16 :12; Yes 61:8; Kel 22:24; kej 9:6; Ul. 32:35; 30:9; Yes 62:5; Kej
6:7). Disaat yang sama perjanjianlama juga memperjelas keterbatasan manusia juga
tidak dapat jatuhkan kepada Allah, oleh karena itu Akitab mengungkapkan ini dalam
bentuk Dogmatik yaitu Allah tidak pernah tidur (Maz 121:4). Allah tidak mempunyai
mata seperti manusia (Ayub 10:4), dan Ia menyelidiki hati dan tidak terkesan pada
penampilan luar (1 Sam16:7; Maz 44:22; 139:23). Hal lain yang dilakukan untuk
menekankan ke-roh-an Allah adalah laranga untung membuat tiruan Allah yang
terdapat dalam Dealogue (Kel 20:4), larangan ini bertujuan untuk mengungkapkan
bahwa walaupun Allah dekat dengan manusia, Allah tidak dapat disamakan dengan
apapun.
3) Allah itu Esa, pernyataan iman Israel yang bersifat monoteis nyata diberbagai bagian
perjanjian lama. Jhwh adalah Allah yang benar mengatasi segara raja-raja di dunia ini
sedangkan dewa-dewa tidak ada artinya. Hal penting lainnya mengenai monoteis ialah
bahwa monoteistik Israel bukanlah hasil spekulasi filsafat tetapi lahir dari pengalaman
kedekatan dengan Allah secara nyata.
Setelah kita melihat Nature atau hakekat Perjanjian Allah tersebut kita dapat
mengetahui bahwa Perjanjian yang dibuat oleh Allah dalam perjanjian lama merupakan
perjanjian yang sakral, atau dapat kita katakana merupakan perjanjian yang harus di taati
pada masa perjanjian lama. Perjanjian-perjanjian yang terdapat dalam perjanjia lama yaitu
Ketika adam tidak menaati Firman Tuhan (Kej. 2:17), hal ini membuat hubungan natara Allah
dan umat manusia telah terputus. Untuk memulihkan hubungan yang telah hancur ini, Allah
memilih israel dan membuat perjanjian dengan mereka. Dengan menggenapkan perjanjian
tesebut secara progresif Allah sedang berlari menuju penyelesaian sejarah penyelamatan.
Oleh karena itu, janji-janji yang muncul didalam perjanjian Lama merupakan perluasan
wahyu-wahyu secara progresif bagi keselamatan orang-orang berodosa.15
Dalam PL terdapat bebagai jenis Perjanjian Allah dan terdapat beberapa perjanjian yang
perlu kita pahami secara langsung yaitu ‚Perjanjian Allah dengan Adam, Perjanjian Allah
dengan Nuh, Perjanjian Allah dengan Abraham, Perjanjian Allah dengan Israel, dan
Perjanjian Allah dengan Daud16. Perjanjian Allah dengan Adam. Walaupun istilah perjanjian
15
Park Abraham. (2017). Pertemuan Yang Terlupakan Perjanjian Suluh dan Penggenapannya. Jakarta : Yayasan
Damau Sejahtera Utama
16
Siringo-ringo, V. M. (2019). Bentuk Perjanjian Dalam Perjanjian Lama. Jurnal Pendidikan Religius, Vol. 1 No. 1,
Hal 30.

8
tidak disebutkan di sini,tetapi, tidak dapat dipungkiri Allah mengikat perjanjian dengan Adam
yang berhubungan dengan penciptaan manusia menurut ‚gambar dan rupa Allah, yaitu yang
menjamin kehidupan manusia sebagai hamba, pelayan dan menteri Allah; di mana manusia
ditempatkan sebagai wakil Allah untuk menguasai semua ciptaan. Dan maksud perjanjian ini
diterangkan dalam Kejadian 2:16-17 di mana manusia tidak diperkenan untuk memakan buah
pengetahuan baik dan jahat itu.

Perjanjian Allah kepada Nuh. Allah pertama kali menyatakan istilah Perjanjian dalam
kejadian 6:18, dan perjanjian ini disebut sebagai perjanjian alam karena allah berjanji tidak
mendatangkan becana alam berupa air bah. Yang menjadi tanda perjanjian ialah Pelangi.
Tanda ini merupakan jaminan atas perjanjian Allah, di mana musim terus berlangsung selama
sejarah manusia masih ada. Dan Allah berjanji tidak akan mengutuki bumi lagi. Perjanjian ini
berifat universal dan kekal. Perjanjian Allah dengan Abraham. Perjanjian Allah dengan
Abraham dinyatakan dalam Kejadian 15 dan 17, tapi dasarnya ada dalam Kejadian 12:1-3
ketika Allah memangil Abraham keluar dari negerinya. Isi perjanjian kepada Abraham bahwa
keturunannya akan menjadi bangsa besar, mewarisi tanah Kanaan, dan membawa berkat
kepada seluruh dunia. Perjanjian ini bersifat kekal dan tanpa syarat. Perjanjian ini juga
diteguhkan kepada Ishak dan Yakub dalam Kejadian 26:2-5 dan 35:11- 12. Tanda perjanjian
ini adalah ‚sunat‛ yang menjadi lambang pengudusan hidup mereka. 17
2.3. Perjanjian Allah Dalam Konteks Perjanjian Baru

Perjanjian Allah dalam perjanjian baru didirikan oleh Allah, karena perjanjian Allah
dengan Israel telah dilanggar dan dirombak oleh Israel.Tapi, menurut nabi Yeremia, Allah
tidak memutuskan hubungan dengan umat perjanjian-Nya di tengah-tengah kehancuran
tanda-tanda lahiriah janji-janji Allah menjelang masa pembuangan. Karena suatu saat Allah
akan mengadakan perjanjian baru, baru dalam arti bukan seperti perjanjian sebelumnya yang
telah diingkari para leluhur (Yer 31:32). Dan isi dari pada perjanjian baru ini adalah berupa
pengampunan dosa, penjelmaan kemauan Allah dalam hati manusia, pengenalan Allah oleh
Israel. Perjanjian dalam Perjanjian Baru adalah suatu perjanjian yang bersifat khusus antara
Allah dan manusia yang dibuat bukan berdasarkan kesepakatan yang sejajar tetapi inisiatif
dipegang oleh Allah dan didasarkan kerelaan-Nya mengikat diri dengan ciptaan-Nya melalui
karya keselamatan di dalam Yesus Kristus.18

17
https://alkitab.sabda.org/article.php?id=8403
18
Suppit, D.F. & Kasse, G. R. A. (2022). Teologi Covenant Perjanjian Baru Sebagai Jalan Mengenal Kristus Sang
Juruselamat, Euanggelion : Jurnal Teologi Dan Pendidikan KristenVol 3, No 1, Hal 22.

9
Kedatangan Tuhan Yesus ke dunia pada masa Perjanjian Baru merupakan
penggenapan atas Perjanjian yang diberikan Allah dalam Perjanjian lama dalam konteks
pembahasan ini adalah pada zaman Adam. Kedatangan Tuhan Yesus ke dunia pada masa
Perjanjian Baru merupakan penggenapan atas Perjanjian yang diberikan Allah dalam
Perjanjian lama dalam konteks pembahasan ini adalah pada zaman Adam Kedatangan Tuhan
Yesus ke dunia pada masa Perjanjian Baru merupakan penggenapan atas Perjanjian yang
diberikan Allah dalam Perjanjian lama dalam konteks pembahasan ini adalah pada zaman
Adam.19 Menurut William Dyrness (Dalam Siringo ringo (2019) menyampaikan sifat dasar
perjanjian dalam perjanjian baru adalah (1) Perjanjian itu menjadi nyata ‚sesudah waktu itu
(Yer 31:33) yaitu sesudah tindakan penebusan lain yanag Allah kerjakan, yang dilukiskan
terdahulu sebagai karya pembangunan dan pengumpulan (Yer 31:4,10, 16). (2) Salah satu
fungsinya ialah menaruh Taurat dalam batin manusia. Tindakan ini ditafsirkan sebagai
mengenal Tuhan (Yer 31:34). (3) Kedudukan baru di hadapan Allah adalah bagi setiap orang
(mereka semua, besar kecil, Yer 31:34), tidak hanya para nabi dan para imam. (4) Hubungan
baru itu meliputi pengampunan dosa (Yer 31:34). Dosa akan ditindak dengan cara yang
menentukan dan tidak akan diingat lagi.20
Supit dan Kasese (2022) dalam penelitiannya mengenai teologi covenant dalam
perjanjian baru, membahas tema-tema penting dalam perjanjian baru yang berisi perjanjian
Allah dengan Manusia melalui Yesus Kristus, yaitu :
1) Dosa dan Keinginan Daging
Dalam Perjanjian Baru dosa disebut sebagai harmatia, artinya menyimpang dari
jalan kebenaran dan kehormatan, dan melanggar terhadap hukum Allah dalam
pikiran atau secara langsung. Dosa menyebabkan manusia terpisah dari Allah dan
menyebabkan manusia hidup dalam maut. Dalam Alkitab dosa disebut berkaitain
erat dengan keinginan daging. Keinginan daging disebut sarx (Yunani), artinya
manusia, daging, duniawi. Ayat-ayat ini menjelaskan bahwa sarx merupakan wadah
kegiatan yang mengakibatkan dosa, bahkan yang merangsang tindakan dosa
selanjutnya. Karena itu daging berhubungan erat dengan hawa nafsu dosa, seakan-
akan bernafsu atau melakukan dosa itu merupakan kebiasaannya. Dalam Galatia
Paulus berbicara tentang “keinginan daging” dan kemudian memperlihatkan suatu
daftar “perbuatan atau sifat-sifat daging.” (Korintus 1:29; Roma 1:23, Galatia 1:16,
19
Ristiono, Y. B. & Sirait. J. R. (2021). Refleksi Teologi Kovenan Berdasarkan Kejadian 1-3 Dan Implikasinya Bagi
Kehidupan Orang Percaya Masa Kini, Jurnal Kadesi : Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama, Hal 187
20
Siringo-ringo, V. M. (2019). Bentuk Perjanjian Dalam Perjanjian Lama. Jurnal Pendidikan Religius, Vol. 1 No. 1,
Hal 29.

10
5:19; 2 Korintus 10:3. Galatia 5:16, 19.). Kenyataannya memang sarx menghalangi
manusia mendapat bagian dalam Kerajaan Allah dan memperlihatkan adanya
pertentangan yang kuat antara sarx (daging) dan Kerajaan Allah. Melalui ini dapat
kita pahami bahwa penebusan yang dikerjakan di dalam Yesus Kristus bukan hanya
keselamatan dari maut dan neraka teti juga mencakup keselamatan manusia dari
kekuasaan daging yang tabiatnya semata-mata melakukan dosa; Dari manusia yang
dikendalikan daging menjadi manusia yang dipimpin oleh Roh.
2) Penebusan dalam Yesus Kristus
Penebusan melalui Salib Kristus dilihat dengan latar belakang ini. Semua manusia
termasuk sudah terkutuk karena dosa. Pendosa pasti mati. Paulus berkata manusia
yang berdosa “bersifat daging, terjual di bawah kuasa dosa.” (Roma 7:14). Manusia
sudah terjual di bawah kuasa dosa, dosa adalah tuan yang kejam dan manusia
adalah budaknya. Diperbudak oleh dosa berarti berujung kematian yang
mengerikan. Dengan berusaha untuk hidup benar, berbuat kebaikan, hidup dalam
kesalehan itu tidak akan pernah cukup untuk membayar pelanggaran manusia.
Manusia tidak bisa menebus diri sendiri. Karena manusia telah berdosa, telah
kehilangan kemuliaan Allah maka kebaikan dan kebenaran dan kesalehan manusia
ibarat uang kotor yang tidak akan pernah bisa menjadi uang yang layak atau uang
tebusan (lutron). Darah Kristus adalah harga yang lebih dari cukup, uang yang
sangat layak menjadi uang tebusan yang harus dibayarkan untuk memerdekakan si
terhukum, yakni semua manusia. Kristus mengantikan posisi manusia yang
terhukum dengan diriNya sendiri supaya manusia bebas dari hukuman. Kristus
menjadi “seperti terkutuk” untuk bebaskan manusia dari kutuk. Harusnya manusia
yang disalibkan tetapi Yesus mengantikannya. Dosa manusia diambil oleh Yesus
dan kebenaran Yesus menjadi milik manusia. Oleh iman di dalam darah Kristus
menusia dibenarkan sehingga manusia dapat layak berhubungan kembali dengan
Tuhan Allah.
3) Dibenarkan karena Iman
Untuk dapat memahami ajaran Alkitab tentang dibenarkan karena iman sangat erat
hubungannya dengan ajaran hukum Taurat. Dalam Tulisan Paulus untuk jemaat di
Roma, ia menulis ajaran tentang kebenaran karena hukum Taurat: "Orang yang
melakukannya, akan hidup karenanya." (Roma 10:5), Orang Yahudi menganggap
bahwa kebenaran berasal melalui hukum Taurat. konsep Yahudi sangat berbeda
dengan tujuan Allah memberikan Taurat. Allah mengijinkan Taurat itu diberikan

11
Musa supaya orang Israel sadar bahwa mereka orang berdosa, sehingga kesadaran
itu menuntun mereka kepada juruselamat, yakni Mesias yang tidak lain adalah
Yesus Kristus. Hukum Taurat itu kudus tetapi tidak bisa menguduskan dan
membenarkan manusia supaya diselamatkan dari maut yang mengerikan. Paulus
berkata, “Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena
melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus.
Sebab itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan
oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat.
Sebab: "tidak ada seorangpun yang dibenarkan" oleh karena melakukan hukum
Taurat” (Galatia 2:16). Melalui ini sehingga makin jelas bahwa dibenarkan atau
diselamatkan bukan melalui hukum Taurat tetapi dalam iman kepada Anak Allah,
Yesus Kristus.
2.4. Perjanjian Allah Dalam Konteks Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru

Konteks perjanjian Lama dan perjanjian baru mengenai Perjanjian Allah, merupakan
suatu hal yang tidak dapat kita pisahkan, karena berdasarkan pembahasan yang sebelumnya
dapat kita lihat bahwa ada kontinuitas mengenai Perjanjian Allah didalam PL dan PB.
Perjanjian Allah dapat kita katakana mewarnai seluruh bagian isi Alkitab dari Perjanjian
Lama sampai ke Perjanjian Baru. Di dalamnya menyatakan prinsip tuntutan dan aplikasi
kehidupan yang tidak berubah – prinsip dasar etika kristen, relasi sosial antar manusia,
kehidupan iman sejati, pengharapan, dsb – yang sesuai dengan maksud Allah sendiri. Hal ini
tidak saja menyatakan ketidak-berubahan perjanjian yang pernah ditetapkan Allah, melainkan
juga menunjukkan sikap Allah. “Aku akan mengadakan perjanjianKu” demikian perkataan
Allah kepada Nuh (Kejadian 6:18) Perjanjian Allah dengan Nuh adalah yang sangat bersifat
umum oleh karena ditujukan kepada seluruh umat manusia sehingga perjanjian ini dimengerti
pula sebagai pernyataan anugerah umum; bahwa Allah akan mencurahkan berkat umum
kepada semua manusia.

Sementara itu, Esensi dari perjanjian Allah dengan manusia justru terletak pada
perjanjian yang dibuat Allah dengan Abraham. “Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku
dan engkau serta keturunanmu turun temurun menjadi perjanjian yang kekal, supaya Aku
menjadi Allahmu dan Allah keturunanmu.” (Kejadian 17:7) Perjanjian ini lebih bersifak
eksklusif seperti yang ternyata di dalam batasan yang Allah tetapkan, yaitu keluarga
Abraham dan semua keturunannya. Ini adalah ketetapan resmi perjanjian itu, suatu permulaan

12
pelaksanaan satu persatu dari perjanjian Allah di dalam Perjanjian Lama. Peranan iman
sebagai syarat utama sangat menonjol di dalamnya dan ketetapan sunat menjadi meterai
perjanjian itu.

Perjanjian di Sinai, pada dasarnya sama dengan apa yang dibentuk dengan Abraham,
tetapi sekarang mencakup seluruh bangsa Israel. Bahwa Allah menetapkan umat Israel
menjadi umat kesayanganNya dan memerintahkan mereka memegang perjanjian denganNya
di dalam kasih dan ketaatan (Ulangan 7:7), Ketetapan hukum Taurat dan sistem ibadah
ditetapkan dalam hubungannya dengan perjanjian ini. Meskipun demikian hal ini tidak boleh
dianggap sebagai bentuk baru dari perjanjian kerja. Alkitab mengatakan bahwa hukum Taurat
justru membawa manusia kepada kesadaran akan dosa (Roma 3:20), dan menjadi jalan yang
membawa manusia berpaling kepada Kristus (Galatia 3:24), Materai perjanjian ini adalah
ketetapan Paskah.

Perjanjian dalam PB sebagaimana dinyatakan di dalam Alkitab melalui nabi Yeremia,


“Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan kaum Yehuda, bukan seperti
perjanjian yang Kuadakan dengan nenek moyang mereka” (Yer. 31:31-32) Esensinya sama
dengan yang ada di Perjanjian Lama, bahwa Allah berjanji akan menjadi Allah dari umat
pilihanNya melalui penebusan yang dikerjakan oleh Yesus Kristus. (Roma 4) Perjanjian yang
baru ini mempunyai nilai yang lebih tinggi dari yang lama oleh karena kehadiran Pribadi
Kristus di dalamnya. Penulis kitab Ibrani mengatakan Yesus adalah jaminan dari suatu
perjanjian yang lebih kuat … Tetapi sekarang Ia telah mendapat suatu pelayanan yang jauh
lebih agung, karena Ia menjadi perantara dari perjanjian yang lebih mulia, yang didasarkan
pada janji yang lebih tinggi.( Ibrani 7:20-22, 28; 8:6) Perubahan yang terjadi di sini,
perjanjian itu sekarang meniadakan relasi khusus dengan bangsa Israel, melainkan ditujukan
dan berlaku kepada semua umat pilihan Allah. Berkat-berkat perjanjian itu diberikan kepada
semua umat pilihan dari seluruh bangsa. Sakramen dari perjanjian ini adalah baptisan dan
perjamuan kudus sebagai pengganti dari sakramen-sakramen di Perjanjian Lama.

BAB III
KESIMPULAN

Melalui pembahasan yang ada kita mengetahu bahwa Perjanjian Allah adalah keadaan
dimana Allah yang rela turun kedunia meninggalkan haknya atau tahtakhnya untuk kita umat-

13
umatnya, dan dengan sendirinya mau mengikatkan janji dengan umat-Nya walaupun terdapat
berbagai persyaratan dan konsekuensi yang ada di dalamnya. Perjanjian Allah sendiri
memiliki dua karakteristik yaitu berdaulat dan sepihak, dimana perjanjian tersebut diawali
oleh Allah, yang bedaulat ialah kasih karunia. Karakteristik kedua yaitu kekal artinya tidak
dapat diubah menurut suatu kondisi manusia ataupun waktu dan tidak dapat dihapuskan atau
ditiadakan serta dibatalkan atau dimusnahkan.
Perjanjian Allah sendiri memliki jenis yaitu Perjanjian Kerja merupakan perjanjian
pertama yang dilakukan antara Allah dan Adam, Dari sini kita melihat bahwa Allah
memberkati manusia dan memberika kuasa untuk menguasai bumi, hal ini lah yang
meyebabkan perjanjian ini disebut sebagai perjanjian kerja. Serta berisi sebuah ketaatan dari
peraturan yang diberikan oleh Allah sendiri. Kedua Perjanjian Penebusan merupakan janji
yang diadakan Allah sejak sebelum penciptaan untuk menyelamatkan manusia yang telah
jatuh dalam dosa. Kedua Perjanjian Anugerah Perjanjian ini merupakan inisiatif Allah untuk
menyelamatkan manusa dari maut, Ia memberikan keselamatan kepada orang pilihan di
dalam kristus. Melalui anugerah yang diberikan oleh Allah, manusia memiliki kemampuan
untuk memenuhi tanggung-jawab dengan tuntunan Roh Kudus.
Melalui pembahasan yang ada dapat kita simpulkan bahwa adanya kontinuitas
menganai Perjanjian Allah dalam konteks PL dan PB, dimana Perjanjian Allah pertama kali
dinyatakan kepada Adam melalui larangan Allah kepada Adam untuk tidak memakan pohon
pengetahuan tentang yang baik dan tentang yang jahat, meskipun dalam kitab Kejadian tidak
dinyatakan langsung sebagai suatu perjanjian. Perjanjian-perjanjian yang terdapat dalam
perjanjia lama yaitu Ketika adam tidak menaati Firman Tuhan hal ini membuat hubungan
natara Allah dan umat manusia telah terputus. Untuk memulihkan hubungan yang telah
hancur ini, Allah memilih israel dan membuat perjanjian dengan mereka. Dengan
menggenapkan perjanjian tesebut secara progresif Allah sedang berlari menuju penyelesaian
sejarah penyelamatan. Oleh karena itu, janji-janji yang muncul didalam perjanjian Lama
merupakan perluasan wahyu-wahyu secara progresif bagi keselamatan orang-orang berodosa
hal ini terlihat dalam perjanjian Allah pada perjanjian baru.

DAFTAR PUSTAKA

Alkitab, (2006). Lembaga Alkitab Indonesia


Bani Y., Yuli P. (2022). Penggenapan Janji Allah berdasarkan Nehemia 6:15 dalam Mendidik
Anak. Manthano: Jurnal Pendidikan Kristen, Vol. 1 No. 2, Hal 96.

14
Mendrofa. F. A. (2022). Mempertemukan Perjanjian Sinai Kepada Masyarakat Gereja. Jurnal
Tabgha, Vol. 3 No. 1.
Matalu. R. N. (2014). Tinjauan Terhadap Doktrin Konevanan Kerja Dalam Teologo
Reformed. Jurnal Verbum Christi, Vol. 1, No. 2.
Pasang Agustina (2022). Teologi Perjanjian Lama. Jakarta : CV. Feniks Muda Sejahtera.
Ristiono, Y. B. & Sirait. J. R. (2021). Refleksi Teologi Kovenan Berdasarkan Kejadian 1-3
Dan Implikasinya Bagi Kehidupan Orang Percaya Masa Kini, Jurnal Kadesi : Jurnal
Teologi dan Pendidikan Agama.
Siringo-ringo, V. M. (2019). Bentuk Perjanjian Dalam Perjanjian Lama. Jurnal Pendidikan
Religius, Vol. 1 No. 1.
Suppit, D.F. & Kasse, G. R. A. (2022). Teologi Covenant Perjanjian Baru Sebagai Jalan
Mengenal Kristus Sang Juruselamat, Euanggelion : Jurnal Teologi Dan Pendidikan
KristenVol 3, No 1, Hal 22.
Susanto, H. & Ferius. F. I. (2020). Tinjauan Teologis Tentang Perjanjian Yang Dibaharui Bagi
Umat Allah Menurut Yeremia 31:33-34. Journal of Theology and Christian
Education, Vol. 1 No.1.
Park Abraham. (2017). Pertemuan Yang Terlupakan Perjanjian Suluh dan Penggenapannya.
Jakarta : Yayasan Damau Sejahtera Utama.
Website :
https://www.churchofjesuschrist.org/study/manual/gospel-principles/chapter-15-the-lords-
covenant-people?lang=ind\

https://alkitab.sabda.org/article.php?id=8403

15

Anda mungkin juga menyukai